Anda di halaman 1dari 56

PENGARUH KURS, INFLASI DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA

SYARIAH TERHADAP NILAI ASET BERSIH REKSADANA SYARIAH


CAMPURAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan Pembuatan Skripsi

Oleh
Tresna Mutiara
1305692

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN KEUANGAN ISLAM


KONSENTRASI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun
proposal skripsi “Pengaruh Kurs, Inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
terhadap Nilai Aset Bersih Reksadana Syariah Campuran”. Meskipun banyak
hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi penulis berhasil
menyelesaikan proposal skripsi ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing, para
dosen program studi Ilmu Ekonomi dan Keuangan Islam, juga teman-teman
mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak
langsung baik secara material dan non-material dalam pembuatan proposal skripsi
ini. Penulis berharap semoga proposal skripsi ini dapat menjadi skripsi penulis
kelak.
Saat menyusun proposal skripsi ini, penulis menyadari masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun dan dapat dijadikan bahan koreksi untuk memperbaiki
skripsi penulis kelak.

Bandung, April 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 1
1.2. Identifikasi Masalah Penelitian ................................................................ 6
1.3. Rumusan Masalah Penelitian ................................................................... 7
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
BAB II TELAAH PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
PENELITIAN ....................................................................................................... 10
1.1. Telaah Pustaka ........................................................................................ 10
1.1.1. Teori Investasi ................................................................................. 10
1.1.2. Reksadana Syariah .......................................................................... 12
1.1.3. Variabel Makro Ekonomi dan NAB Reksadana Syariah ................ 22
1.1.4. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 24
1.2. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 28
1.3. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 32
BAB III OBJEK, METODE DAN DESAIN PENELITIAN ................................ 33
3.1. Objek Penelitian ..................................................................................... 33
3.2. Metode Penelitian ................................................................................... 33
3.3. Desain Penelitian .................................................................................... 33
3.3.1. Definisi Operasionalisasi Variabel .................................................. 33
3.3.2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ................................. 35
3.3.3. Teknik Analisis Data ....................................................................... 36
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 43

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sifat-sifat Reksadana Syariah .................................................................. 14


Tabel 2 Jenis-Jenis Reksadana .............................................................................. 15
Tabel 3 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 25

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Perbandingan Jumlah Reksadana Syariah dan Konvensional ................ 2


Gambar 2 Perbandingan NAB Reksadana Syariah (RDS) dan Konvensional
(RDK)...................................................................................................................... 3
Gambar 3 NAB Reksadana Syariah ........................................................................ 4
Gambar 4 Kurva Permintaan Investasi ................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 5 Ciri Operasional Reksa Dana Syariah .................................................. 16

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian


Salah satu instrumen keuangan syariah yang berkembang di pasar modal yaitu
Reksadana Syariah atau Islamic Mutual Fund. Menurut Undang-undang Pasar
Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27, Reksadana Syariah merupakan wadah
untuk menghimpun dana masyarakat sebagai pemodal yang kemudian di
investasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Dalam berinvestasi di
Reksadana Syariah tidak diperlukan modal yang besar. Sistem yang ada dalam
reksadana syariah bersifat kolektif sehingga masyarakat yang memiliki dana
terbatas akan ikut serta dalam berinvestasi.
Saat ini Reksadana syariah menjadi instrumen investasi syariah yang banyak
diminati investor karena kemudahan yang ditawarkan yaitu terjangkau harganya,
diversifikasi investasi, kemudahan investasi, efisiensi biaya dan waktu, hasil yang
optimal, likuiditas terjamin, transparansi informasi, kesesuaian syariah dan legalitas
terjamin (Suharso, 2016). Perkembangan Reksadana syariah dapat dilihat dari Nilai
Aset Bersih (NAB) yang selalu diumumkan setiap hari. NAB merupakan harga beli
atau harga jual unit penyertaan reksadana. NAB dapat dihitung dengan
menjumlahkan seluruh nilai efek yang dimiliki kemudian dikurangi dengan
kewajiban-kewajiban reksadana (Rangkuti & Ja'far, 2012). Besaran NAB akan
berfluktuasi setiap hari tergantung dari nilai efek portofolio. Dengan meningkatnya
NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham di Reksadana,
begitu juga sebaliknya menurunnya NAB berarti berkurangnya nilai investasi di
Reksadana (Burhanuddin, 2008).
Saat ini masyarakat sudah bisa mengakses data mengenai NAB Reksadana
syariah yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun hal tersebut
masih belum familiar di masyarakat yang tercermin dari kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai instrumen-instrumen pasar modal termasuk di dalamnya
adalah reksadana syariah (Gani, 2006). Salah satu contoh perusahaan Reksadana
Syariah yang dapat dilihat perkembangan NAB-nya adalah PT. Danareksa
Investment Management, PT. Panin Asset Management, PT. TRIM Syariah

1
2

Berimbang, Cipta Syariah Balance, Mandiri Investasi Syariah Berimbang dan


sebagainya.
Jumlah Reksadana Syariah masih tertinggal jauh dari Reksadana
Konvensional, padahal Reksadana syariah merupakan Instrumen investasi Syariah
pertama yang ada di Indonesia. Berikut merupakan perbandingan jumlah reksadana
syariah dan konvensional yang ditampilkan dalam gambar 1.

Jumlah Reksadana Syariah (RDS) dan


Konvensional (RDK)
1400
1200
1000
800
600
400
200
0

RDS RDK

Gambar 1 Perbandingan Jumlah Reksadana Syariah dan Konvensional


Sumber : Statistik Reksadana Syariah Januari 2013 – Januari 2017, www.ojk.go.id

Berdasarkan data pada Gambar 1 terlihat bahwa jumlah reksadana


konvensional dan syariah memiliki jumlah yang berbeda jauh. Menurut Bapepam
(2014) jumlah Reksadana Syariah di Indonesia relatif masih kecil dibandingkan
dengan jumlah Reksadana konvensional yang ada di Bursa Efek Indonesia. Jumlah
Reksadana Syariah belum mampu menembus angka 200 sedangkan Reksadana
Konvensional melebihi 1200. Namun walaupun jauh berbeda dari segi angka,
namun jumlah reksadana syariah mengalami kenaikan walaupun tidak secara
signifikan.
Sebagai negara dengan penduduk yang mayoritas Muslim seharusnya
direspon dengan meningkatnya jumlah reksadana di Indonesia. Ternyata sudah 20
tahun reksadana hadir di Indonesia belum menunjukkan respon yang positif di
masyarakat. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena kemunculan reksadana
syariah memberi pilihan investasi bagi pemodal muslim, namun masih ada
3

kekhawatiran imbal hasil yang tidak sesuai harapan karena dari segi nominal masih
lebih besar imbal hasil reksadana konvensional (Putra & Fauzie, 2015). Padahal
DSN MUI telah mengeluarkan fatwanya mengenai reksadana syariah Nomor
20/DSN-MUI/IV/2001 yang dalam pembuatan fatwa berdasar pada Al-Quran dan
Sunnah yaitu :
ْ‫اض ِمن ُك ۡۚۡم َو ََل ت َۡقتُلُ َٰٓوا‬ َٰٓ َّ ِ‫َٰٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ََل ت َۡأ ُكلُ َٰٓواْ أَمۡ َولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم بِٱ ۡلبَ ِط ِل إ‬
َ ً ‫َل أَن ت َ ُكونَ تِ َج َرة‬
ٖ ‫عن ت ََر‬
٢٩ ‫س ُك ۡۚۡم إِ َّن ٱ َّّللَ َكانَ بِ ُك ۡم َر ِح ٗيما‬ َ ُ‫أَنف‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”. (Q.S. An-nisa :29)

"Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian


yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum
muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan
yang halal atau menghalalkan yang haram" (HR. Tirmizi dari 'Amr bin 'Auf)
Selain melihat perkembangan Reksadana Syariah melalui jumlah
Reksadana, kita juga dapat melihat perkembangan reksadana syariah melalui NAB-
nya. Berikut data perkembangan NAB Reksadana Syariah ditampilkan dalam
gambar 2.

NAB Reksadana Syariah dan Konvensional


(Dalam Jutaan)
400000.00
200000.00
0.00
Jul-13

Jul-14

Jul-15

Jul-16
Apr-13

Apr-14

Apr-15

Apr-16
Jan-13

Jan-14

Jan-15

Jan-16

Jan-17
Oct-13

Oct-14

Oct-15

Oct-16

RDS RDK

Gambar 2 Perbandingan NAB Reksadana Syariah (RDS) dan Konvensional (RDK)


Sumber : Statistik Pasar Modal Syariah, ojk.go.id, 2013-2017
Pada Gambar 2 mengenai perbandingan NAB reksadana syariah dan
konvensional, terlihat jumlahnya ternyata masih terpaut sangat jauh. Dari segi
4

waktu, mungkin Reksadana konvensional lebih dulu hadir di masyarakat Indonesia


sehingga wajar ketika NAB reksadana konvensional lebih unggul daripada NAB
reksadana syariah. Namun hal tersebut juga sangat ironis ketika umur reksadana
syariah telah mencapai 20 tahunan hadir di Indonesia. Jika suatu produk reksadana
paling lama berjangka waktu 5 tahun, maka ada waktu sekitar belasan tahun untuk
mengalihkan dananya dari reksadana konvensional ke reksadana syariah. Dalam
waktu 20 tahun ini ternyata masih sedikit masyarakat yang mempercayakan
dananya di Reksadana syariah. Untuk lebih jelasnya, kita lihat grafik NAB
reksadana syariah untuk melihat perkembangannya dalam gambar 3 berikut ini.

NAB Reksadana Syariah (Dalam Jutaan)


20000.00
15000.00
10000.00
5000.00
0.00
Jul-15
Jul-13

Jul-14

Jul-16
Jan-13
Apr-13

Apr-14

Apr-15

Apr-16
Jan-14

Jan-15

Jan-16

Jan-17
Oct-13

Oct-14

Oct-15

Oct-16
RDS

Gambar 3 NAB Reksadana Syariah


Sumber : Statistik Pasar Modal Syariah, ojk.go.id, 2013-2017
Dari Gambar 3 di atas dapat dilihat bahwa NAB reksadana syariah
berfluktuasi setiap tahun namun mengalami penurunan pada April 2013, Juni 2015
dan Januari 2016. Jika kita melihat kondisi perekonomian yang terjadi, pada April
2013 terjadi krisis mata uang rupiah salah satunya karena banyak investasi asing
yang ditarik di Indonesia (Hussein, 2013). Kemudian pada Juli 2015 terjadi
pelambatan pertumbuhan ekonomi yang hanya berada pada angka 4,67%, inflasi
yang tinggi mencapai 7,26%, investasi yang hanya mencapai 3,55% jauh lebih
rendah dibanding tahun sebelumnya yang bisa mencapai 7-10% (Pambudi, 2015),
kemudian terakhir pada Januari 2016 karena terjadi krisis perekonomian di
Indonesia yaitu rencana The Fed menghentikan stimulus, harga minyak dunia jatuh,
bursa global turun, devaluasi Yuan serta rupiah berada di titik terlemahnya hampir
mencapai angka Rp. 15.000 (KataData, 2015).
Dari pemaparan diatas, NAB reksadana syariah yang sangat responsif
terhadap kondisi perekonomian secara makro baik itu berdampak positif atau
5

negatif. Kondisi perekonomian ini termasuk ke dalam risiko sistemik seperti yang
diungkapkan oleh Tandelilin (2012) bahwa risiko sistemik merupakan risiko yang
berkaitan dengan kondisi pasar secara keseluruhan. Risiko sistematis erat kaitannya
dengan faktor-faktor makro ekonomi seperti inflasi, suku bunga, Kurs,
pertumbuhan ekonomi, dan lain-lain.
Menurut teori investasi faktor-faktor yang mempengaruhi investasi adalah
suku bunga, tingkat keuntungan yang diramalkan, tingkat pendapatan nasional dan
perubahan-perubahannya, keuntungan yang diperoleh perusahaan, situasi politik,
kemajuan teknologi dan kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah
(Sukirno, 2012). Terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Irfan Syauqi Beik dan
Kasyfurrohman Ali (2012) bahwa terdapat pengaruh antara variabel-variabel
makroekonomi terhadap Reksadana Syariah, hasil penelitian menyatakan variabel
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh signifikan dalam jangka pendek
dengan korelasi negatif, variabel Kurs rupiah terhadap Dolar AS dan Inflasi
berpengaruh signifikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan
korelasi positif dan variabel IHSG serta JII dalam jangka pendek tidak berpengaruh,
namun secara signifikan berpengaruh dalam jangka panjang dengan korelasi negatif
terhadap NAB.
Kemudian Putratama Hendra (2007) meneliti mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih Reksadana Syariah di Indonesia
menghasilkan hasil bahwa pada jangka panjang variabel M2, Kurs rupiah terhadap
dolar, Inflasi, JII dan Jumlah reksadana Syariah berpengaruh positif terhadap NAB
Reksadana syariah, sedangkan variabel M2, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
(SWBI) , dan Inflasi berpengaruh negatif. Sementara untuk jangka pendek variabel
M2, Kurs, SWBI, Inflasi, JII dan Jumlah reksadana syariah berpengaruh signifikan
terhadap NAB Reksadana syariah. Sedangkan variabel Gross Domestic Product
(GDP) tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB Reksadana syariah, Variabel
SWBI dan jumlah Reksadana syariah berhubungan positif dengan NAB Reksadana
Syariah. Sedangkan variabel M2, Kurs, inflasi, dan JII berhubungan negatif dengan
NAB RDS.
Selanjutnya berbeda dengan penelitian Hendra (2007), menurut penelitian
yang dilakukan oleh Mohammed dkk. (2013) menyatakan bahwa variabel
6

Consumer Price Index (CPI) dan GDP memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap NAB Reksadana Syariah. Metode analisis yang digunakan yaitu
menggunakan analisis Panel Data.
Kemudian penelitian yang mengkaji mengenai perkembangan reksadana
syariah yang dilihat dari Nilai Aset Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV)
dilakukan di Malaysia yaitu penelitian Anwar Hasan Abdullah Othman, dkk. (2015)
meneliti mengenai hubungan antara variabel makroekonomi dan NAB dari
Reksadana Syariah di Malaysia menyatakan bahwa Harga minyak dan Inflasi
berpengaruh negatif dengan NAB, pemilu berpengaruh positif terhadap NAB dan
Krisis Keuangan berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah di Malaysia.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini secara
khusus akan menguji faktor sistemik dari Nilai Aset Bersih Reksadana Syariah
yaitu variabel-variabel makroekonomi yang difokuskan pada Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah terhadap Dolar AS (Kurs) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
Peneliti secara khusus memilih reksadana syariah Campuran di Indonesia karena
jangka waktu yang diambil dari penelitian ini yaitu 4 tahun. Jika dari segi waktu
yang paling cocok digunakan adalah reksadana syariah campuran dengan jangka
waktu investasi 3-5 tahun. Kemudian pada tahun 2016 rata-rata reksadana syariah
campuran memperoleh kinerja tertinggi sebesar 9,29% di atas rata-rata reksadana
saham yang hanya memberikan kinerja 7,7% (Hendrayana, 2017). Oleh karena itu,
judul penelitian ini adalah “Pengaruh Kurs, Inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah terhadap Nilai Aset Bersih Reksadana Syariah Campuran”.

1.2. Identifikasi Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah yang ada dalam
penelitian ini yaitu:
1. Kemunculan reksadana syariah memberi pilihan investasi bagi pemodal
muslim, namun masih ada kekhawatiran imbal hasil yang tidak sesuai harapan
karena dari segi nominal masih lebih besar imbal hasil reksadana konvensional
(Putra & Fauzie, 2015)
2. Data NAB reksadana belum familiar di masyarakat terlihat dari kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai instrumen-instrumen pasar modal termasuk
di dalamnya adalah reksadana syariah (Gani, 2006).
7

3. NAB reksadana syariah menurun pada April 2013, saat itu terjadi krisis mata
uang rupiah salah satunya karena banyak investasi asing yang ditarik di
Indonesia (Hussein, 2013)
4. NAB Reksadana Syariah menurun pada Juli 2015 terjadi pelambatan
pertumbuhan ekonomi yang hanya berada pada angka 4,67%, inflasi yang
tinggi mencapai 7,26%, investasi yang hanya mencapai 3,55% jauh lebih
rendah dibanding tahun sebelumnya yang bisa mencapai 7-10% (Pambudi,
2015)
5. NAB reksadana Syariah menurun pada Januari 2016 pada karena terjadi krisis
perekonomian di Indonesia yaitu rencana The Fed menghentikan stimulus,
harga minyak dunia jatuh, bursa global turun, devaluasi Yuan serta rupiah
berada di titik terlemahnya hampir mencapai angka Rp. 15.000 (KataData,
2015)
6. Kondisi perekonomian termasuk ke dalam risiko sistemik/sistematis yang
berkaitan dengan kondisi pasar secara keseluruhan (Tandelilin, 2012).

1.3. Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang penelitian serta identifikasi masalah, disusun
perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS (Kurs) terhadap


Perkembangan Reksadana syariah Periode Januari 2013 – Februari 2017 ?
2. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Perkembangan Reksadana syariah
Periode Januari 2013 – Februari 2017 ?
3. Bagaimana pengaruh SBIS terhadap Perkembangan Reksadana syariah
Periode Januari 2013 – Februari 2017 ?
4. Bagaimana pengaruh Kurs, Inflasi dan SBIS terhadap Perkembangan
Reksadana syariah Periode Januari 2013 – Februari 2017 ?

1.4. Tujuan Penelitian


Setelah merumuskan masalah penelitian, maka Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS (Kurs) terhadap
Perkembangan Reksadana syariah Periode Januari 2013 – Februari 2017.
8

2. Mengetahui pengaruh Inflasi terhadap Perkembangan Reksadana syariah


Periode Januari 2013 – Februari 2017.
3. Mengetahui pengaruh SBIS terhadap Perkembangan Reksadana syariah
Periode Januari 2013 – Februari 2017.
4. Mengetahui pengaruh Kurs, Inflasi dan SBIS terhadap Perkembangan
Reksadana syariah Periode Januari 2013 – Februari 2017.

1.5. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan serta informasi yang
berguna bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain:

1.5.1. Manfaat Teoretis


a. Bagi Civitas Akademi, dapat memberikan manfaat teoretis dan aplikatif
terhadap pengembangan Ilmu Ekonomi dan Keuangan Islam khususnya
dalam hal yang berkaitan dengan Investasi Syariah, Reksadana Syariah
Campuran serta Ekonomi Makro dan Ekonomi Makro Islam.
b. Bagi Penulis, diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan dalam
bidang ekonomi Islam, khususnya mengenai Reksadana Syariah dan
mempraktikkan apa yang telah penulis dapatkan di bangku kuliah dalam
dunia pekerjaan,
c. Bagi Penelitian Selanjutnya, semoga kepada penelitian yang masih
membahas investasi syariah agar dapat dijadikan rujukan lebih lanjut bagi
peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji lebih dalam lagi.
1.5.2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah, sebagai masukan untuk mengimplementasikan kebijakan
Makro secara nyata kepada masyarakat dalam rangka memajukan
pertumbuhan ekonomi nasional dan mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
b. Bagi Investor dan masyarakat, sebagai suatu informasi yang relevan terkait
Reksadana Syariah Campuran Indonesia dan faktor-faktor yang
kemungkinan mempengaruhinya dan pentingnya berinvestasi di Reksadana
Syariah Campuran Indonesia untuk mempersiapkan kebutuhan jangka
9

panjang masyarakat terutama masyarakat muslim sebagai alternatif


menabung di bank.

Struktur Organisasi Skripsi


BAB II
TELAAH PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
1.1. Telaah Pustaka
1.1.1. Teori Investasi
Pengertian investasi menurut Tandelilin (2012, hal. 3) dan Sadono Sukirno
(2012, hal. 121) merupakan sejumlah pengeluaran baik itu dalam bentuk uang atau
sumber daya lainnya yang ditujukan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang
akan datang. Investasi tersebut dapat dilakukan dengan menanamkan uang pada
berbagai aset real, membeli barang-barang modal sebagai perlengkapan produksi
atau menginvestasikannya dalam aset finansial seperti saham, obligasi atau
reksadana. Adapun tujuan dalam melakukan investasi adalah (Tandelilin, 2012, hal.
4) :
a. Mempersiapkan masa yang akan datang. Seseorang yang ingin meningkatkan
taraf hidupnya akan berpikir bagaimana caranya untuk memperoleh kehidupan
yang lebih baik di masa yang akan datang. Salah satunya adalah dengan
mempertahankan pendapatannya untuk masa yang akan datang.
b. Meminimalisir inflasi. Semakin lama nilai uang cash akan menurun karena
adanya inflasi maka investasi merupakan cara untuk menghindari diri dari
risiko penurunan nilai kekayaan.
c. Untuk menghemat pajak. Di beberapa negara terdapat kebijakan fasilitas pajak
untuk orang yang menginvestasikan uangnya di bidang-bidang tertentu.

1. Faktor yang mempengaruhi Investasi


Menurut Sadono Sukirno (2012, hal. 122) investasi yang ditanamkan pada
suatu negara atau daerah, ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :
a. Suku Bunga dan tingkat pengembalian modal atau prospek keuntungan.
b. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan
c. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
d. Keuntungan yang diperoleh perusahaan
e. Situasi politik
f. Kemajuan teknologi

10
11

g. Kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah


2. Teori Investasi Islami
Investasi dalam Islam memiliki beberapa prinsip dalam pelaksanaannya supaya
dalam berinvestasi dapat dilakukan sesuai dengan syariah. Menurut Gozali (2004)
terdapat beberapa prinsip investasi syariah yaitu :
a. Halal. Investasi yang halal adalah syarat utama dalam perintah Islam. Ada lima
unsur supaya investasi dikategorikan halal sesuai syariat Islam yaitu :
1) Tidak Maisyir/judi contohnya transaksi spekulatif di pasar modal,
transaksi berjangka, spekulasi mata uang asing, dan sebagainya.
2) Gharar contohnya ketika terjadi transaksi jual-beli, harus jelas apa yang
dijual dan berapa harganya. Contoh yang jelas dari transaksi yang
mengandung unsur gharar adalah jual beli dengan sistem ijon, yaitu
membeli hasil pertanian yang tidak jelas kualitas maupun kuantitasnya.
Petani diberi uang untuk semua hasil dari perkebunannya sebelum panen.
Sudah tentu pada saat itu tidak jelas kuantitas dan kualitas hasil panennya.
Unsur gharar ini juga sangat kental pada produk asuransi konvensional.
3) Haram, contohnya jika berinvestasi secara tidak langsung ke dalam
produk keuangan. Kita tidak mengetahui ke mana dana yang kita titipkan
untuk diinvestasikan itu ditanamkan.
4) Riba (Bunga), praktik riba sering terjadi tidak hanya di bank konvensional
namun bisa terjadi di mana saja.
5) Bathil (tidak adil), contohnya menipu, manipulasi, mendapat
keuntungan dengan cara kriminal, dengan cara ilegal dan menjual harga
yang sangat tinggi jauh dari harga pasar.
b. Berkah, keberkahan dapat diartikan sebagai kebaikan yang bertambah. Ini
adalah aspek keuntungan non ekonomis dari suatu investasi. Ketenangan
dan kepuasan batin dapat menjadi salah satu bentuk berkah dari investasi.
c. Bertambah, investasi yang bertumbuh dan berkembang harus dapat
memberikan keuntungan bagi pemodalnya.
Menurut Metwally (1995, hal. 70) investasi di negara-negara penganut
ekonomi Islam dipengaruhi faktor 1) adanya sanksi terhadap pemegang aset yang
kurang atau tidak produktif (hoarding idle asset), 2) dilarang melakukan berbagai
12

bentuk spekulasi dan segala macam judi, 3) tingkat bunga untuk berbagai pinjaman
sama dengan nol. Sehingga menurut Nurul Huda, dkk. (2008) seorang muslim
boleh memilih tiga alternatif atas dananya, yaitu: a) memegang kekayaan dalam
bentuk uang cash (idle cash), b) memegang tabungannya dalam bentuk aset tanpa
berproduksi seperti deposito, real Estate, permata atau c) menginvestasikan
tabungannya (seperti proyek-proyek yang menambah persediaan kapital nasional).

1.1.2. Reksadana Syariah


Salah satu instrumen investasi Syariah di Indonesia yaitu Reksadana
Syariah. Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasal 1 ayat
(27), bahwa Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek
oleh manajer investasi. UU tidak membedakan yang mana reksadana konvensional
dan yang mana reksadana dengan prinsip syariah
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor: 20/DSN-MUI/IX/2000
tanggal 18 April 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana
Syariah telah mendefinisikan tentang reksadana syariah adalah reksadana yang
beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad
antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/rabb al-mal) dengan manajer
investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai
wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi. Berdasarkan hal tersebut, batasan
untuk produk-produk yang dapat dijadikan portofolio bagi reksadana syariah adalah
produk-produk investasi sesuai dengan ajaran Islam.
Reksadana syariah merupakan produk keuangan yang mengacu pada
sistem keuangan syariah dengan berpedoman pada kaidah-kaidah Islam. Misalnya
tidak diinvestasikan pada saham-saham atau obligasi dari perusahaan yang
produknya bertentangan dengan syariah Islam, seperti pabrik makanan/ minuman
yang mengandung alkohol, daging babi, rokok, perhotelan dan jasa keuangan
konvensional seperti perbankan konvensional yang mengandung bunga serta imbal
hasilnya, serta bisnis hiburan yang berbau maksiat. Dalam aplikasinya reksadana
syariah harus melalui izin dan fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN) di bawah
majelis Ulama Indonesia (MUI). Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan
Daftar Efek Syarah (DES) dan Jakarta Islamic Indeks (JII) yang dapat dijadikan
13

sebagai acuan pada transaksi-transaksi syariah. Keberadaan saham-saham syariah


tersebut akan dievaluasi setiap enam bulan sekali (Bursa Efek Indonesia, 2012).
1. Bentuk Hukum Reksadana Syariah
Di Indonesia, terdapat dua bentuk hukum reksadana, yaitu (Huda & Nasution,
2008) :
a. Reksadana Berbentuk Perseroan
Reksadana berbentuk perseroan (PT Reksadana) merupakan suatu perusahaan
(dalam hal ini perseroan terbatas) yang bergerak pada pengelolaan portofolio
investasi pada surat-surat berharga yang tersedia di pasar investasi. Dari
kegiatan tersebut PT Reksadana akan memperoleh keuntungan dalam bentuk
peningkatan nilai aset perusahaan (sekaligus nilai sahamnya), yang kemudian
juga akan dapat dinikmati oleh para investor yang memiliki saham pada
perusahaan tersebut.
b. Reksadana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
Reksadana kontrak investasi kolektif adalah kontrak yang dibuat antara
manajer investasi dan bank kustodian yang juga mengikat pemegang unit
penyertaan sebagai investor. Melalui kontrak ini manajer investasi diberi
wewenang untuk mengelola portofolio kolektif dan bank kustodian diberi
wewenang untuk melaksanakan investasi penitipan dan administrasi investasi
kolektif. Fungsi dari kontrak investasi kolektif sama halnya dengan anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga dalam suatu perusahaan.
2. Sifat Operasional Reksadana Syariah
Berdasarkan sifat operasionalnya, reksadana dapat dibedakan menjadi
reksadana terbuka (open-end) dan Reksadana tertutup (closed-end) (Huda &
Nasution, 2008). Beberapa perbedaan keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut.
Reksadana tertutup menjual sahamnya melalui penawaran umum untuk selanjutnya
dicatatkan pada bursa efek. Investor tidak dapat menjual kembali saham yang
dimilikinya kepada Reksadana melainkan kepada investor lain melalui pasar bursa
di mana harga jual belinya ditentukan oleh mekanisme bursa.
Sementara itu, reksadana terbuka menjual saham atau unit penyertaannya
secara terus menerus selama ada investor yang ingin membeli. Saham ini tidak perlu
dicatatkan pada bursa efek dan harganya ditentukan didapatkan pada NAB per
saham yang dihitung oleh bank kustodian. Pada dasarnya reksadana berbentuk
14

perseroan dapat beroperasi secara terbuka maupun tertutup, sedangkan reksadana


berbentuk KIK hanya dapat beroperasi secara terbuka.

Tabel 1 Sifat-sifat Reksadana Syariah


Satuan Penawaran Tercatat di Transaksi Setelah
Jenis Bentuk
Investasi Umum Bursa Efek Penawaran Umum
Tertutup Perseroan Saham Ya Ya Antara Investor
Terbatas melalui pialang
(PT)
Terbuka Perseroan Saham Ya Tidak Investor dengan PMI/
Terbatas Bank kustodian
(PT)
Kontrak Unit Tidak Tidak Investor dengan PMI/
Investasi Penyertaan Bank kustodian
Kolektif (UP)
(KIK)
Sumber : (Firdaus, Ghufron, & Alshodiq, 2005)

3. Jenis Investasi Reksadana Syariah


Berdasarkan jenisnya investasi reksadana terbagi empat kategori, yaitu (Huda,
Nasution, Idris, & Wiliasih, 2008):
a. Reksadana Pasar Uang (Money Market Fund/ MMF)
Reksadana pasar uang adalah reksadana yang melakukan investasi 100 persen
pada efek pasar uang, yaitu efek-efek utang yang berjangka kurang dari satu
tahun. Umumnya instrumen atau efek yang masuk dalam kategori ini meliputi
deposito, SBI, obligasi, serta efek utang lainnya dengan jatuh tempo kurang
dari satu tahun. Reksadana pasar uang merupakan reksadana dengan tingkat
risiko paling rendah dan cocok untuk investor yang ingin menginvestasikan
dananya dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun).
b. Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds/ FIF)
Reksadana pendapatan tetap merupakan reksadana yang melakukan investasi
sekurang-kurangnya 80 persen dari portofolio yang dikelola ke dalam efek
bersifat utang, seperti obligasi dan surat utang lainnya. Sedangkan 20 persen
dari dana yang dikelola dapat diinvestasikan pada instrumen lainnya.
Reksadana jenis ini memiliki risiko yang relatif lebih besar dari reksadana
pasar uang dengan tujuan investasi untuk menghasilkan return yang stabil.
c. Reksadana Saham (Equity Fund/ EF)
Reksadana saham merupakan reksadana yang melakukan investasi sekurang-
kurangnya 80 persen dari portofolio yang dikelola ke dalam efek bersifat
15

ekuitas (saham). Sedangkan 20 persen dari dana yang dikelola dapat


diinvestasikan pada instrumen lainnya. Reksadana jenis ini memiliki risiko
yang paling tinggi dibandingkan reksadana jenis lain. Berbeda dengan efek
pendapatan tetap seperti deposito atau obligasi, dimana investor lebih
berorientasi pada pendapatan bunga. Efek saham umumnya memberikan
potensi hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui pertumbuhan harga-
harga saham. Selain hasil dari capital gain, efek saham juga memberikan hasil
lain berupa dividen.
d. Reksadana Campuran (Balance Fund/ BF)
Tidak seperti MMF/ FIF dan EF yang memiliki batasan alokasi investasi yang
boleh dilakukan, reksadana campuran dapat melakukan investasinya baik pada
efek utang maupun pada ekuitas dan porsi alokasi yang lebih fleksibel.
Reksadana campuran dapat diartikan reksadana yang melakukan investasi
dalam efek ekuitas dan efek utang yang perbandingannya (alokasi) tidak
termasuk dalam kategori FIF.

Tabel 2 Jenis-Jenis Reksadana


Jenis Reksadana Alokasi Investasi Potensi Hasil dan Jangka Waktu
dari Seluruh Risiko Investasi yang Disarankan
Dunia yang
Terkumpul
Pasar Uang 100 persen Efek Rendah Pendek, < 1
Pasar Uang Tahun
Pendapatan Minimal 80 Rendah Menengah, 1-3
Tetap Persen Efek Tahun
Hutang
Campuran Kombinasi Efek Sedang/Tinggi Menengah –
Hutang dan Efek Panjang
Saham
Saham Minimal 80 Tinggi Panjang, > 3
Persen Efek Tahun
Saham
Sumber : (Pratomo, 2007)
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan reksadana syariah campuran
karena karakteristiknya yang menginvestasikan di berbagai sektor yaitu saham
dan obligasi. Jangka waktu juga menjadi bahan pertimbangan karena jangka
waktu investasinya menengah panjang dan akan lebih berfluktuasi. Serta return
atau imbal hasil yang cukup bersaing dengan risiko internal/perusahaan yang
relatif rendah. Kemudian pada tahun 2016 kinerja dari reksadana syariah
16

campuran mengalami kenaikan bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan


reksadana saham.
4. Ciri-ciri Operasional Reksadana Syariah

Dewan
Syariah

Penghasilan
Investor Perusahaan

Mudharabah

(Bagi Hasil)

Jenis Usaha (Tidak


Bertentangan dengan Syariah
Islam)
Gambar 4 Ciri Operasional Reksa Dana Syariah
Sumber : (Firdaus, Ghufron, & Alshodiq, 2005)

Reksadana syariah memiliki perbedaan dengan Reksadana Konvensional. Ciri-


ciri Reksadana Syariah di antaranya (Firdaus, Ghufron, & Alshodiq, 2005) yaitu:
a. Mempunyai Dewan Syariah yang bertugas memberikan arahan kegiatan
Manajer Investasi (MI) agar senantiasa sesuai dengan syariah.
b. Hubungan antara investor dan perusahaan didasarkan pada sistem
mudharabah, dimana satu pihak menyediakan 100 persen modal (investor),
sedangkan satu pihak lagi sebagai pengelola (manajer investasi).
c. Kegiatan usaha atau investasinya diarahkan pada hal-hal yang tidak
bertentangan dengan syariah Islam.

5. Mekanisme Kegiatan Reksadana Syariah


Perbedaan mendasar antara Reksadana konvensional dan reksadana syariah
adalah terletak pada proses screening dalam mengonstruksi portofolio. Proses
memfilter menurut prinsip syariah adalah mengeluarkan saham-saham yang
memiliki aktivitas haram seperti riba, gharar, minuman keras, judi, daging babi,
rokok, dan lain sebagainya. Di samping itu, proses penyaringan juga dilakukan
17

dengan cara membersihkan pendapatan yang dianggap diperoleh dari kegiatan


haram dan membersihkannya dengan cara Charity (kegiatan amal).
Dalam mekanisme kerja yang terjadi di reksadana ada tiga pihak yang terlibat
dalam pengelolaan dana, yaitu (Firdaus, Ghufron, & Alshodiq, 2005) :
a. Manajer Investasi sebagai pengelola investasi. Manajer investasi ini
bertanggung-jawab atas kegiatan investasi, yang meliputi analisa dan
pemilihan jenis investasi, mengambil keputusan-keputusan investasi,
memonitor pasar investasi dan melakukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan
untuk kepentingan investor.
b. Bank kustodian adalah bagian dari kegiatan usaha suatu bank yang bertindak
sebagai penyimpan kekayaan (safe keeper) serta administrator reksadana. Dana
yang terkumpul dari sekian banyak investor bukan merupakan bagian dari
kekayaan manajer investasi maupun bank kustodian, tetapi milik para investor
yang disimpan atas nama reksadana di bank kustodian. Baik manajer investasi
maupun bank kustodian yang akan melakukan kegiatan ini terlebih dahulu
harus mendapat izin dari Bapepam.
c. Pelaku (perantara) di pasar modal (broker, underwriter) maupun di pasar uang
(bank) dan pengawas yang dilakukan oleh Bapepam
6. Pemilihan dan Pelaksanaan Investasi Reksadana Syariah
Fatwa DSN No. 20/DSN-MUI/IX/2000 menjelaskan bahwa investasi
Reksadana Syariah hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai
dengan syariah Islam. Instrumen tersebut meliputi instrumen saham yang sudah
melalui penawaran umum dan pembagian dividen berdasarkan pada laba usaha,
penempatan dalam deposito pada Bank Umum Syariah, serta hutang jangka panjang
dan jangka pendek yang sesuai dengan prinsip syariah.
Investasi dalam Reksadana Syariah hanya dapat dilakukan pada efek-efek yang
diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah,
antara lain :
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan
asuransi konvensional.
18

c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan


dan minuman yang haram.
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, dan atau menyediakan barang-
barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat
Tidak hanya investasi pada efek emiten yang sesuai syariah saja, dalam fatwa
tersebut juga dijelaskan mengenai pemilihan dan pelaksanaan transaksi investasi
harus dilaksanakan menurut prinsip kehati-hatian, serta tidak diperbolehkan
melakukan spekulasi yang di dalamnya mengandung unsur gharar.
Menurut Haruman dan Hasbi dalam Mahendra (2006) terdapat beberapa hal
yang tidak diperbolehkan untuk dilakukan dalam kegiatan Reksadana Syariah,
antara lain :
a. Tindakan spekulasi murni, yaitu tindakan spekulasi yang di dalamnya banyak
ketidakjelasan (gharar) serta tidak berdasarkan kepada syariah, melainkan
hanya prasangka yang bersifat judi (maysir).
b. Melakukan investasi pada perusahaan emiten yang melakukan kegiatan bisnis
yang dilarang oleh syariat Islam, antara lain industri minuman keras, makanan
haram, bank/ lembaga keuangan konvensional, perjudian, senjata, hotel dan
pornografi.
c. Melakukan investasi pada perusahaan emiten yang memiliki kinerja tidak baik,
yaitu perusahaan emiten yang memiliki rasio hutang terhadap modal (debt to
equity ratio) lebih besar dari 30 persen, tidak memiliki pendapatan bunga
melebihi 15 persen dari pendapatan usaha riilnya dan rasio kas terhadap aktiva
tidak sama dengan 100 persen.
7. Keuntungan pada Reksadana Syariah
Pada dasarnya setiap kegiatan investasi mengandung dua unsur, yaitu
keuntungan dan risiko. Berikut ini terdapat beberapa keuntungan dalam
berinvestasi melalui reksadana (Huda & Nasution, Investasi pada Pasar Modal
Syariah, 2008):
a. Tingkat Likuiditas yang Tinggi
Yang dimaksud dengan likuiditas di sini adalah kemampuan untuk mengelola
uang masuk dan keluar dari reksadana. Dalam hal ini yang paling sesuai adalah
reksadana untuk saham-saham yang telah dicatatkan di bursa dimana transaksi
terjadi setiap hari, tidak seperti deposito berjangka atau sertifikat deposito
19

periode tertentu. Selain itu, pemodal dapat mencairkan kembali saham/ unit
penyertaan setiap saat sesuai dengan ketetapan yang dibuat masing-masing
reksadana sehingga memudahkan investor untuk mengelola kasnya.
d. Manajer Investasi
Reksadana dikelola oleh manajer investasi yang andal, ia mencari peluang
investasi yang paling baik untuk Reksadana tersebut. Pada prinsipnya, manajer
investasi bekerja keras untuk meneliti ribuan peluang investasi bagi pemegang
saham/ unit reksadana. Sedangkan pilihan investasi itu sendiri dipengaruhi oleh
tujuan investasi dari reksadana tersebut.
e. Diversifikasi
Diversifikasi adalah istilah investasi dimana seseorang tidak menempatkan
seluruh dananya di dalam satu peluang investasi saja, dengan maksud membagi
risiko. Manajer investasi memilih berbagai macam saham, sehingga kinerja
satu saham tidak akan mempengaruhi seluruh kinerja reksadana. Pada
umumnya, reksadana mempunyai kurang lebih 30 sampai 60 jenis saham dari
berbagai perusahaan.
Bandingkan jika membeli saham secara langsung, investor mungkin hanya
dapat membeli satu jenis saham saja, nilai dari portofolionya tentu akan sangat
bergantung pada kinerja harga saham tersebut. Jika kinerjanya baik, investor
akan mendapatkan keuntungan, tetapi jika harga saham tersebut jatuh, investor
akan mendapatkan kerugian yang persentasenya sebesar investasi yang
dikeluarkan. Diversifikasi memberikan keseimbangan dengan memberikan
batasan maksimum atas investasi pada suatu jenis saham.
f. Biaya Rendah
Reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak investor sehingga besarnya
kemampuan melakukan investasi akan menghasilkan biaya transaksi yang
murah.
8. Risiko Reksadana Syariah
Di samping keuntungan-keuntungan dalam berinvestasi melalui Reksadana,
terdapat juga beberapa risiko dalam melakukan investasi melalui Reksadana, yaitu:
a. Risiko Perubahan Kondisi Ekonomi dan Politik
20

Sistem ekonomi terbuka yang dianut oleh Indonesia sangat rentan terhadap
perubahan ekonomi internasional. Perubahan kondisi perekonomian dan
politik di dalam maupun di luar negeri atau peraturan khususnya di bidang
pasar uang dan pasar modal merupakan faktor yang dapat memengaruhi kinerja
perusahaan-perusahaan di Indonesia, termasuk perusahaan-perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang secara tidak langsung akan
memengaruhi kinerja portofolio reksadana.
b. Risiko berkurangnya unit penyertaan
Nilai unit penyertaan reksadana dapat berfluktuasi akibat kenaikan atau
penurunan nilai aktiva bersih reksadana. Penurunan dapat disebabkan oleh,
antara lain :
1) Perubahan harga efek ekuitas dan efek lainnya.
2) Biaya-biaya yang dikenakan setiap kali pemodal melakukan pembelian
dan penjualan.
c. Risiko Wanprestasi oleh Pihak terkait
Risiko ini dapat terjadi apabila rekan usaha manajer investasi gagal memenuhi
kewajibannya. Rekan usaha dapat termasuk tetapi tidak terbatas pada emiten,
pialang, bank kustodian dan agen penjual.
d. Risiko Likuiditas
Penjualan kembali (pelunasan) tergantung pada likuiditas dari portofolio atau
kemampuan dari manajer investasi untuk membeli kembali (melunasi) dengan
menyediakan uang tunai.
e. Risiko kehilangan Kesempatan Transaksi Investasi Pada Saat Pengajuan
Klaim Asuransi
Dalam hal terjadinya kerusakan atau kehilangan atas surat-surat berharga dan
aset reksadana yang disimpan di bank kustodian, bank kustodian dilindungi
oleh asuransi yang akan menanggung biaya penggantian surat-surat berharga
tersebut. Selama tenggang waktu penggantian tersebut, manajer investasi tidak
dapat melakukan transaksi investasi atas surat-surat berharga tersebut.
Kehilangan kesempatan melakukan transaksi investasi ini dapat berpengaruh
terhadap nilai aktiva bersih per unit penyertaan.
21

9. Nilai Aktiva Bersih (NAB)


Menurut Raharjo (2004) konsep Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah nilai aktiva
reksadana setelah dikurangi nilai kewajiban reksadana tersebut. NAB merupakan
total investasi dan kas yang dipegang (uninvest) dikurangi biaya-biaya hutang dari
kegiatan operasional yang harus dibayarkan. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap
hari, tergantung pada perubahan nilai efek dari portofolio. Meningkatnya NAB
mengindikasikan naiknya investasi pemegang saham atau Unit Penyertaan. Begitu
juga sebaliknya, menurunnya NAB berarti berkurangnya nilai investasi pemegang
Unit Penyertaan atau saham (Firdaus, Ghufron, & Alshodiq, 2005).
(𝑁𝑃𝑊𝑡 − 𝐿𝐼𝐴𝐵𝑡 )
𝑁𝐴𝐵𝑡 =
𝑁𝑆𝑂𝑡
Dimana :
NABt = Nilai Aktiva Bersih pada waktu t
NPWt = Nilai pasar wajar dari aset pada waktu t
LIABt = Kewajiban yang dimiliki oleh reksadana pada waktu t
NSOt = jumlah unit penyertaan yang beredar oleh reksadana pada waktu t
Bagi investor, NAB/unit memiliki beberapa fungsi, antara lain (Pratomo,
2007):
a. Sebagai harga beli/ jual pada saat investor membeli/ menjual unit penyertaan
suatu reksadana.
b. Sebagai indikator hasil (untung/ rugi) investasi yang dilakukan di reksadana
dan penentu nilai investasi yang kita miliki pada suatu saat.
c. Sebagai sarana untuk mengetahui kinerja historis reksadana yang dimiliki
investor.
d. Sebagai sarana untuk membandingkan kinerja reksadana yang satu dengan
reksadana yang lain.

NAB/unit dihitung oleh Bank kustodian dan diumumkan kepada publik setiap
hari kerja melalui harian bisnis. Bank kustodian menghitung pertumbuhan NAB
berdasar nilai pasar wajar dari portofolio yang ada. Dengan demikian NAB/unit
menunjukkan seberapa besar aset yang mendukung NAB/unit reksadana.
22

1.1.3. Variabel Makro Ekonomi


1.1.4. Hubungan Variabel Makro Ekonomi dan NAB Reksadana Syariah
Sebenarnya hingga saat ini belum terdapat teori yang jelas mengenai
hubungan antara variabel makroekonomi dengan NAB reksadana syariah. Namun
menurut Dornbusch dan Fischer (1994), terdapat keseimbangan dalam pasar aset
(Assets Markets) sehingga dapat dilihat hubungan antara variabel makroekonomi
tersebut dengan NAB reksadana syariah. Pasar aset adalah pasar dimana terdapat
transaksi perdagangan aset yang terdiri dari uang, obligasi, dan saham dan bentuk
kekayaan lainnya. Variabel makroekonomi memiliki hubungan yang erat dengan
pasar aset sehingga bila terdapat fluktuasi keadaan moneter pasti akan
menyebabkan fluktuasi pasar aset. Oleh karena itu, dapat dilihat adanya pengaruh
variabel makroekonomi terhadap NAB reksadana syariah.
1. Kurs
Menurut Mankiw (2007), Kurs (exchange rate) adalah tingkat harga yang
disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Para
ekonom membedakan Kurs menjadi dua yaitu Kurs nominal dan Kurs riil. Kurs
nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan Kurs riil adalah
harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Jika diformulasikan Kurs
IDR/USD artinya rupiah yang diperlukan untuk membeli satu US dolar. Apabila
Kurs menguat maka berarti rupiah mengalami apresiasi. Sedangkan jika Kurs
melemah artinya rupiah mengalami depresiasi.
Perubahan suatu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda
terhadap setiap jenis saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak positif atau
negatif tergantung dari emiten memiliki utang dalam bentuk dolar atau tidak
(Samsul, 2006). Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sangat berpengaruh
terhadap NAB reksadana syariah. Peningkatan (Depresiasi) nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS menandakan bahwa semakin murah harga rupiah terhadap mata
uang asing khususnya dolar AS sehingga terjadi aliran modal masuk (capital
inflow) ke Indonesia akibat meningkatnya permintaan akan rupiah. Capital Inflow
kemudian akan meningkatkan NAB Reksadana syariah.
2. Inflasi
Inflasi adalah peningkatan dalam seluruh tingkat harga (Mankiw N. G., 2007).
Kadang-kadang kenaikan harga ini berlangsung terus-menerus dan
23

berkepanjangan. Menurut Friedman dalam (Mankiw N. G., 2007). Inflasi adalah


suatu fenomena moneter yang terjadi dimana-pun. Kenaikan harga dari satu atau
dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
menyebabkan kenaikan) kepada barang lainnya (Mankiw N. G., 2007).

Adapun indikator yang sering digunakan dalam mengukur tingkat inflasi


adalah sebagai berikut :

1) Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) merupakan
indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga.
Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket
barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
2) Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) merupakan indikator yang
menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang
diperdagangkan di suatu daerah.
3) Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga
barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi
(negara). Deflator PBD dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga
nominal dengan PDB atas harga konstan.

Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada


derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian
secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami
kebangkrutan. Inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar,
sementara inflasi yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi akan
semakin lamban (Samsul, 2006). Maka otomatis hal tersebut juga berdampak pada
perusahaan-perusahaan reksadana syariah yang menginvestasikan dananya di pasar
saham juga obligasi sehingga akan mempengaruhi NAB reksadana syariah. Jadi
dapat disimpulkan, kaitan inflasi dengan NAB reksadana syariah adalah ketika
harga-harga naik maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan biaya dari
perusahaan kemudian akan berimbas pada NAB reksadana syariah.

3. SBIS
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan perubahan nama dari
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia
24

Nomor 10/11/PBI/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia


Syariah (Bank Indonesia, 2009). Dalam Peraturan Bank Indonesia bahwa SBIS
merupakan surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek
dalam bentuk mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Karakteristik dari SBIS adalah (Huda & Heykal, 2010) :
a. Menggunakan akad Ju’alah
b. Satuan unit sebesar Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah)
c. Berjangka waktu paling kurang 1 bulan dan paling lama 12 bulan
d. Diterbitkan tanpa warkat (scriptless)
e. Dapat digunakan kepada Bank Indonesia
f. Tidak dapat diperdagangkan dipasar sekunder
Sejak bulan April 2008, SWBI berubah nama menjadi SBIS dengan
menggunakan prinsip Ju’alah, yaitu akad ijarah dimana besaran imbalan yang
diberikan berdasarkan pada kinerja dari barang yang dititipkan. Umumnya suku
bunga SBIS berhubungan negatif dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana
syariah. Jika SBIS naik maka investor akan beralih pada kegiatan investasi lain
yang lebih menguntungkan dan bebas risiko, sehingga indeks pasar modal akan
turun, sebaliknya apabila SBIS turun maka masyarakat akan beralih ke jenis
investasi lain yang lebih menguntungkan (Aviva, 2016).

1.1.5. Penelitian Terdahulu


Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Irfan Syauqi Beik dan Ali
Kasyfurrahman (2012) yang menyatakan bahwa Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
berpengaruh signifikan dalam jangka pendek dengan korelasi negatif, Kurs rupiah
terhadap dolar dan Inflasi berpengaruh signifikan baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang dengan korelasi positif, IHSG & JII dalam jangka pendek
tidak berpengaruh, namun secara signifikan berpengaruh dalam jangka panjang
dengan korelasi negatif. Berbeda dengan penelitian di atas, Iza Nur Aviva (2016)
menyatakan bahwa JUB berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap NAB
Reksadana Syariah, SBIS berpengaruh negatif terhadap NAB Reksadana Syariah,
JII berpengaruh positif terhadap reksadana syariah.
Dalam penelitian ini terdapat persamaan beberapa variabel independen
yaitu Inflasi, Kurs, SBIS yang mempunyai pengaruh terhadap NAB Reksadana
25

Syariah. Namun dalam penelitian ini difokuskan pada NAB reksadana syariah
Campuran dengan sampel 5 perusahaan yang memiliki NAB reksadana syariah
campuran terbesar serta telah ter verifikasi oleh OJK. Karena menggunakan 5
sampel perusahaan, sehingga metode yang digunakan lebih cocok menggunakan
panel data karena dapat menggabungkan time series dan cross section dengan
periode Januari 2013 – Februari 2017.
Tabel 3 Penelitian Terdahulu

Jenis Variabel
No Nama/Tahun Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1. Izza Nur Afifa Artikel Jurnal Y = NAB JUB berpengaruh signifikan
(2016) Reksadana dengan arah negatif terhadap
Syariah, X1 = NAB Reksadana Syariah, SBIS
JUB, X2 = SBIS berpengaruh negatif terhadap
X3 = JII NAB Reksadana Syariah, JII
berpengaruh positif terhadap
reksadana syariah.
2. Irfan Syauqi Artikel Jurnal NAB Reksadana Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Beik dan Ali Syariah, Jakarta berpengaruh signifikan dalam
Kasyfurrahman Islamic Indeks jangka pendek dengan korelasi
(2012) (JII), Indeks negatif
Harga Saham Kurs rupiah terhadap dolar dan
Gabungan Inflasi berpengaruh signifikan
(IHSG), baik dalam jangka pendek
Sertifikat Bank maupun jangka panjang dengan
Indonesia (SBI), korelasi positif
KURS, Inflasi IHSG & JII dalam jangka
dan Sertifikat pendek tidak berpengaruh,
Bank Indonesia namun secara signifikan
Syariah (SBIS). berpengaruh dalam jangka
panjang dengan korelasi
negatif
3. Ainur Artikel Jurnal Y = Net Aset Inflasi berpengaruh tidak
Rachman dan Value (NAV) signifikan secara parsial
Imron Reksadana terhadap NAV Reksadana.
Mawardi Saham Syariah, Nilai Tukar Rupiah
(2015) X1 = Inflasi, X2 berpengaruh signifikan
= Nilai Tukar terhadap Net Aset Value
Rupiah dan X3 = (NAV) Reksadana saham
BI Rate syariah secara parsial.
BI Rate berpengaruh tidak
secara signifikan terhadap net
aset value Reksadana saham
syariah secara parsial.
Secara simultan, ketiga
variabel berpengaruh secara
signifikan terhadap NAV
Reksadana saham syariah.
26

4. Anwar Hasan Artikel Jurnal Y = NAV OP dan CPI berpengaruh


Abdullah Islamic Equity negatif dengan NAV
Othman, dkk. unit trust funds, NPE berpengaruh positif
(2015) X1 = Consumer terhadap NAV
Price Indeks FC berpengaruh positif
(CPI), X2 = terhadap NAV.
Industrial
Production
Index (IPI), X3 =
Three-Month
Treasury Bill
Rate (TBR), X4
= Money Supply
= M3, X5 =
Crude Oil Price
(OP), X6 =
Foreign
Exchange Rate
(FER), X7 =
National
Political
Election (NPE),
X8 = Corruption
Index (CI) dan
X9 = Financial
Crisis
5. Pipit Publikasi Variabel Tidak Inflasi memiliki pengaruh
Citraningtyas / Ilmiah Terikat: Inflasi, negatif signifikan terhadap
2016 (Citraningtiyas, BI Rate, Kurs NAB dalam jangka panjang &
2016) Rupiah-Dolar pendek, BI Rate berpengaruh
AS dan Variabel negatif signifikan terhadap
Terikat: NAB NAB dalam jangka panjang &
Danareksa pendek, Kurs Rupiah
Syariah berpengaruh positif signifikan
Berimbang. terhadap NAB dalam jangka
panjang & pendek, NAB pada
tahun sebelumnya memiliki
pengaruh positif signifikan
dalam jangka pendek, Uji
pengaruh simultan seluruh
variabel independen
berpengaruh signifikan
terhadap NAB.
6. Prantik Ray Paper Variabel Tidak Variabel Tingkat Suku Bunga,
dan Vani Vina Conference Terikat: Tingkat Jumlah Uang Beredar, Inflasi
(2004) Suku Bunga, dan Pasar Ekuitas memiliki
Jumlah Uang pengaruh yang cukup besar
Beredar, Inflasi dalam pergerakan NAB pada
dan Pasar periode 1999-2004, sedangkan
Ekuitas dan Output Nasional yang
Variabel Terikat: dicerminkan dalam Indeks
Produksi Industri memiliki
27

NAB Reksadana pengaruh yang sangat


Syariah. diabaikan pada return
reksadana.
7. M Romaz Tesis Variabel Tidak Faktor Inflasi, Nilai
Sjaputra Terikat: Tingkat Tukar, Suku Bunga
(2005) Inflasi, Nilai dan Indeks Syariah
Tukar Uang, memiliki pengaruh
Tingkat Bunga sebesar 49,4%
Bebas Risiko terhadap kinerja
dan Indeks Reksa Dana Syariah.
Syariah dan
Variabel Terikat:
Kinerja Reksa
Dana (NAB)
Syariah.
8. Pengaruh Artikel Jurnal Variabel Tidak Inflasi dan Suku Bunga
Inflasi, Suku Terikat: Tingkat berpengaruh Negatif signifikan
Bunga, Ukuran Inflasi, Tingkat terhadap kinerja reksa dana dan
Reksa Dana, Suku Bunga, Ukuran dan umur reksa dana
Dan Umur Ukuran Reksa tidak berpengaruh secara
Reksa Dana Dana dan Umur signifikan terhadap kinerja
Terhadap Reksa Dana dan reksa dana.
Kinerja Reksa Variabel Terikat:
Dana (2016) Kinerja Reksa
Dana (NAB).
9. Trisnopati Publikasi Variabel Tidak Secara simultan atau bersama-
(2015) Ilmiah Terikat: Stock sama stock selection, market
Selection, timing dan ukuran reksa dana
Market Timing mempunyai pengaruh
dan Ukuran signifikan terhadap kinerja
Reksa Dana dan reksa dana saham, Stock
Variabel Terikat: selection berpengaruh positif
Kinerja Reksa signifikan terhadap kinerja
Dana (NAB) reksa dana saham, Market
Saham. timing berpengaruh negatif
signifikan terhadap kinerja
reksa dana saham dan Ukuran
reksa dana tidak berpengaruh
signifikan terhadap reksa dana
saham.
10 Anwar Al- Artikel Jurnal Economic GDP menguat maka sektor
. Abbasy (2012) Growth, Interest yang lain ikut menguat
Rate, Inflation, termasuk NAV, Suku Bunga
Money Supply, berpengaruh negatif terhadap
Foreign perusahaan, Inflasi akan
Exchange Rate, membuat daya beli menurun
Crude Oil Price, sehingga perusahaan dapat
Local Stability, mengalami kerugian karena
Global Stability, penurunan Nilai Aktiva Bersih,
Regulatory Ketika pasokan uang dalam
Environment, negeri meningkat maka inflasi
Fund Manager akan tinggi maka orang akan
28

Experience, menyimpan dana di pasar uang


Reputation and dan NAV meningkat, Nilai
Historical tukar akan membuat
Performance, perusahaan dikenakan biaya
Shariah tinggi ketika mengimpor maka
Compliant NAV akan menurun., Harga
Aspect, Size of minyak akan membuat semua
the Fund, harga ikut naik, menyebabkan
Capital inflasi, kemudian akan
Appreciation, memiliki efek negatif terhadap
Income NAB, Sentimen lokal seperti
Distribution, pemilu, indeks korupsi, ritel
Risk dan Net dan lain-lain akan
Aset Value menyebabkan
(NAV) ketidakpercayaan investor
kemudian menurunkan NAB,
Pengalaman Manajer akan
sangat berpengaruh terhadap
NAV, Reputasi dan sejarah
perusahaan sangat penting
karena akan meningkatkan para
investor untuk berinvestasi di
perusahaan, Shariah
Complaint sangat penting bagi
muslim karena akan
menentukan investor yang
ingin berinvestasi sesuai
syariah, Kapitalisasi reksadana
memberikan kesempatan
manajer untuk
menginvestasikan lebih banyak
dananya. Memudahkan untuk
diversifikasi, Risiko dalam
Reksadana syariah akan
menentukan NAV, Distribusi
pendapatan akan menjadi
prioritas pengelolaan dana
perusahaan dan Apresiasi
modal keuntungan yang akan
didapat oleh investor akan
menentukan keputusan
investor dalam berinvestasi.

1.2. Kerangka Pemikiran


Investasi di pasar modal merupakan salah satu alternatif cara untuk
meningkatkan perekonomian suatu negara. Jhingan (2010) mengatakan bahwa
kunci utama dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian yaitu dengan cara
pembentukan modal atau investasi karena dapat meningkatkan produksi,
29

permintaan serta pendapatan yang akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan


perekonomian suatu negara. Selaras dengan yang diungkapkan Jhingan, R. B.
Pasaribu (2013) berpendapat bahwa saat ini instrumen investasi memiliki peran
strategis terhadap perekonomian modern karena dapat memobilisasi modal dan
membuat perusahaan menjadi lebih profesional sehingga disebut sebagai indikator
utama dalam perekonomian negara.
Menurut teori investasi faktor-faktor yang mempengaruhi investasi adalah
Suku Bunga, tingkat keuntungan yang diramalkan, tingkat pendapatan nasional dan
perubahan-perubahannya, keuntungan yang diperoleh perusahaan, situasi politik,
kemajuan teknologi dan kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah
(Sukirno, 2012). Faktor-faktor ekonomi yang bersifat makro tersebut ternyata dapat
mempengaruhi investasi termasuk di dalamnya instrumen investasi di Pasar Modal
yaitu Reksadana Syariah Campuran yang menginvestasikan dananya di pasar
saham dan obligasi.
Perkembangan reksadana syariah salah satunya dapat dilihat dari Nilai Aset
Bersih. Menurut Raharjo (2004) konsep Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah nilai
aktiva reksadana setelah dikurangi nilai kewajiban reksadana tersebut.
Perkembangan Reksadana syariah akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor ekonomi dan non ekonomi. Faktor ekonomi adalah Gross National Product
(GNP), M2, Kurs Rupiah, SBIS dan Inflasi serta yang terjadi di pasar modal dapat
di cerminkan dengan JII dan juga faktor non ekonomi seperti Politik, keamanan,
Pengawasan dan Regulasi. Seperti dalam penelitian Izza Nur Afifa (2016) yang
mempengaruhi NAB Reksadana syariah adalah Jumlah Uang Beredar, SBIS dan
JII, sedangkan menurut penelitian Ainur Rachman dan Imron Mawardi (2015) yang
mempengaruhi Net Asset Value Reksadana Saham Syariah adalah Nilai Tukar
Rupiah, BI Rate dan Inflasi.
Kurs merupakan tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk
saling melakukan perdagangan (Mankiw, 2007). Perubahan variabel makro
ekonomi akan memiliki dampak yang berbeda terhadap setiap jenis saham yaitu
akan berdampak positif dan negatif tergantung dari apakah memiliki utang dalam
bentuk dolar atau tidak (Samsul, 2006). Hubungannya antara Kurs dan NAB
reksadana syariah terjadi ketika terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar
30

AS menandakan bahwa semakin murah harga rupiah terhadap mata uang asing
sehingga terjadi aliran modal masuk ke Indonesia akibat meningkatnya permintaan
akan rupiah sehingga dapat meningkatkan NAB reksadana syariah.
Inflasi merupakan peningkatan dalam seluruh tingkat harga (Mankiw N. G.,
2007). Dampak dari inflasi terhadap NAB reksadana syariah dapat berpengaruh
positif atau negatif tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Ketika inflasi
berlebihan, maka akan merugikan perekonomian secara keseluruhan termasuk
perusahaan. Inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar, sementara
inflasi yang rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi semakin lamban
(Samsul, 2006). Maka hal tersebut akan berdampak pada perusahaan yang
menginvestasikan dananya di pasar saham ataupun obligasi sehingga akan
mempengaruhi NAB reksadana syariah.
SBIS merupakan surat pengakuan utang yang ditetapkan BI sebagai
pengakuan BI memiliki utang kepada perusahaan atau bank. Umumnya suku bunga
SBIS berhubungan negatif dengan NAB reksadana syariah. Bila pemerintah
mengumumkan suku bunga SBIS akan naik maka investor akan menjual unit
penyertaannya dan memilih untuk berinvestasi melalui SBIS. Menurut Izza Nur
Aviva (2016) bahwa ketika SBIS naik maka investor akan beralih pada kegiatan
investasi lain yang lebih menguntungkan dan bebas risiko, sehingga indeks pasar
modal akan turun, sebaliknya apabila SBIS turun maka masyarakat akan beralih ke
jenis investasi lain yang lebih menguntungkan.
Terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Irfan Syauqi Beik dan
Kasyfurrohman Ali (2012) bahwa terdapat pengaruh antara variabel-variabel
makroekonomi terhadap Reksadana Syariah, hasil penelitian menyatakan variabel
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh signifikan dalam jangka pendek
dengan korelasi negatif, variabel Kurs rupiah terhadap Dolar AS dan Inflasi
berpengaruh signifikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan
korelasi positif dan variabel IHSG serta JII dalam jangka pendek tidak berpengaruh,
namun secara signifikan berpengaruh dalam jangka panjang dengan korelasi negatif
terhadap NAB.
Kemudian Putratama Hendra (2007) meneliti mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih Reksadana Syariah di Indonesia
31

menghasilkan hasil bahwa pada jangka panjang variabel M2, Kurs rupiah terhadap
dolar, Inflasi, JII dan Jumlah reksadana Syariah berpengaruh positif terhadap NAB
Reksadana syariah, sedangkan variabel M2, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
(SWBI) , dan Inflasi berpengaruh negatif. Sementara untuk jangka pendek variabel
M2, Kurs, SWBI, Inflasi, JII dan Jumlah reksadana syariah berpengaruh signifikan
terhadap NAB Reksadana syariah. Sedangkan variabel Gross Domestic Product
(GDP) tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB Reksadana syariah, Variabel
SWBI dan jumlah Reksadana syariah berhubungan positif dengan NAB Reksadana
Syariah. Sedangkan variabel M2, Kurs, inflasi, dan JII berhubungan negatif dengan
NAB RDS.
Selanjutnya berbeda dengan penelitian Hendra (2007), menurut penelitian
yang dilakukan oleh Mohammed dkk. (2013) menyatakan bahwa variabel
Consumer Price Index (CPI) dan GDP memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap NAB Reksadana Syariah. Metode analisis yang digunakan yaitu
menggunakan analisis Panel Data.
Kemudian penelitian yang mengkaji mengenai perkembangan reksadana
syariah yang dilihat dari Nilai Aset Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV)
dilakukan di Malaysia yaitu penelitian Anwar Hasan Abdullah Othman, dkk. (2015)
meneliti mengenai hubungan antara variabel makroekonomi dan NAB dari
Reksadana Syariah di Malaysia menyatakan bahwa Harga minyak dan Inflasi
berpengaruh negatif dengan NAB, pemilu berpengaruh positif terhadap NAB dan
Krisis Keuangan berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah di Malaysia.
Dalam penelitian ini difokuskan untuk meneliti reksadana syariah campuran
yaitu kombinasi antara pasar saham dan pasar obligasi sehingga penelitian ini lebih
heterogen dan komprehensif dengan difokuskan variabel ekonomi yang
mempengaruhi perkembangan Reksadana syariah campuran dengan acuan ukuran
NAB yaitu SBIS (mencerminkan keadaan pasar obligasi), Inflasi dan Kurs
(mencerminkan keadaan perekonomian serta kebijakan pemerintah.
Maka kerangka pemikiran konseptual ini dapat dilihat dari bagan berikut ini:
:
32

KURS

NAB REKSADANA
INFLASI SYARIAH CAMPURAN

SBIS

1.3. Hipotesis Penelitian


Berdasarkan uraian yang disampaikan di atas maka hipotesis yang diajukan
oleh penelitian ini adalah :

1. Kurs berpengaruh negatif terhadap Nilai Aset Bersih (NAB) Reksadana


Syariah Campuran.
2. Inflasi berpengaruh negatif terhadap Nilai Aset Bersih (NAB) Reksadana
Syariah Campuran.
3. SBIS berpengaruh negatif terhadap Nilai Aset Bersih (NAB) Reksadana
Syariah Campuran.
BAB III
OBJEK, METODE DAN DESAIN PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Menurut Muhammad Idrus (2009, hal. 81) objek penelitian merujuk pada
masalah atau tema yang sedang diteliti. Penelitian ini difokuskan pada Variabel
Makro ekonomi yang diukur dari Kurs, Tingkat Inflasi dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) dan pengaruhnya terhadap Nilai Aset Bersih (NAB)
Reksadana Syariah Campuran pada periode Januari 2013 hingga Februari 2017. Di
mana Subjek Penelitiannya berupa Nilai Aset Bersih Reksadana Syariah Campuran.

3.2. Metode Penelitian


Menurut Suryana (2010) metode penelitian merupakan prosedur atau
langkah-langkah dalam mendapatkan pengetahuan. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. . Tujuan dari penelitian
ini adalah hipotesis testing atau menguji hipotesis tertentu untuk menjelaskan
hubungan dua atau lebih variabel dan perbedaan beberapa kelompok sampel
(Suryani & Hendryani, 2015).
Penggunaan metode kuantitatif untuk menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi NAB reksadana Syariah Campuran 5 perusahaan reksadana syariah
campuran digunakan analisis regresi data panel (Panel Data Regression Model)
dengan menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS).
3.3. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
Eksplanatori atau kausalitas. Menurut Sugiyono (2012) desain kausalitas
merupakan hubungan sebab akibat. Jadi terdapat variabel yang mempengaruhi
(independen) dan variabel yang dipengaruhi (dependen). Oleh karena itu desain
kausalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kurs, Inflasi,
JII dan SBIS terhadap NAB Reksadana Syariah Campuran di 5 perusahaan
reksadana syariah campuran periode Januari 2013 – Februari 2017 di Indonesia.

3.4. Definisi Operasionalisasi Variabel


Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini akan diberikan batasan-
batasan pengertian yang dimaksud dari variabel yang akan diteliti, terutama dalam
penggunaan variabel dependen dan independen. Operasionalisasi variabel yang

33
34

akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel dan penjelasan di
bawah ini :

No Variabel dan Konsep Empiris Indikator Jenis Skala


Konsep Teoretis
1 Nilai Aset Bersih Dalam menilai perkembangan Nilai Aset Rasio
(NAB) Reksadana reksadana syariah dapat Bersih
Syariah Campuran dilakukan dengan berbagai cara Reksadana
merupakan nilai seperti mengukur Sharpe Rasio Syariah
aktiva reksadana yaitu melalui fluktuasi Nilai Aset Campuran pada
setelah dikurangi Bersih (NAB), Selisih Return periode Januari
nilai kewajiban terhadap Benchmark yaitu 2013 – Februari
reksadana (Raharjo, membandingkan dengan IHSG 2017
2004). Reksadana untuk reksadana saham, yield
campuran dapat untuk Obligasi dan untuk
diartikan reksadana campuran dengan keduanya
yang melakukan menggunakan bobot 50%:50%
investasi dalam kemudian cara terakhir adalah
efek ekuitas dan mengukur Dana Kelolaan (AUM)
efek utang (Huda, yaitu seluruh total aset yang
Nasution, Idris, & dimiliki oleh Perusahaan Reksa
Wiliasih, 2008). Dana Invalid source specified..
2 Kurs merupakan Menurut Mohammad Samsul Kurs tengah Rasio
tingkat harga yang Invalid source specified. setiap rupiah terhadap
disepakati variabel makro ekonomi akan dolar yang
penduduk kedua berdampak berbeda-beda dikeluarkan oleh
negara untuk saling terhadap jenis saham, dalam BI. Data per
melakukan Reksadana Syariah dampak bulan periode
perdagangan inflasi akan tergantung pada Januari 2013 –
(Mankiw N. , 2007) adanya utang atau aset dalam Februari 2017
bentuk dolar. Kemudian menurut
Wiyani & Wijayanto Invalid
source specified.. Kurs rupiah
dengan kurs mata uang asing
akan mempengaruhi harga saham
emiten, yang di akibatkan Cost of
Goods Sold, dan berakibat pada
kinerja perusahaan yang
melemah karena harga bahan
baku impor yang membumbung
tinggi.
3 Inflasi merupakan Tingkat inflasi dapat berpengaruh Indeks Harga Rasio
peningkatan dalam positif maupun negatif Konsumen
seluruh tingkat tergantung pada derajat inflasi itu dengan skala per
harga (Mankiw N. , sendiri. Inflasi yang berlebihan bulan periode
2007). Kadang- dapat merugikan perekonomian Januari 2013 –
kadang kenaikan secara keseluruhan, yaitu dapat Februari 2017
harga ini membuat banyak perusahaan
berlangsung terus- mengalami kebangkrutan. Inflasi
menerus dan yang tinggi akan menjatuhkan
berkepanjangan. harga saham di pasar, sementara
inflasi yang sangat rendah akan
berakibat pertumbuhan ekonomi
akan semakin lamban (Samsul,
2006). Kemudian Menurut
Keynes dalam Sukirno (2012)
35

Inflasi akan menciptakan


ketidakpastian menjadi semakin
besar, mengingat profitability
dari investasi menjadi semakin
tidak jelas. Inflasi akan
menciptakan ketidakpastian
menjadi semakin besar,
mengingat profitability dari
investasi menjadi semakin tidak
jelas. Ekspektasi dari keuntungan
investasi menjadi lebih sulit, dan
inflasi dapat meningkatkan
ketidakpastian untuk pembiayaan
investasi
4 SBIS merupakan Umumnya SBIS berhubungan Nilai nominal Rasio
surat berharga negatif dengan Nilai Aktiva penawaran SBIS
berdasarkan prinsip Bersih (NAB) reksadana syariah. yang dilelang
syariah berjangka Jika SBIS naik maka investor berdasarkan data
waktu pendek akan beralih pada kegiatan bulanan yang
dalam bentuk mata investasi lain yang lebih dipublikasi BI
uang rupiah yang menguntungkan dan bebas risiko, pada periode
diterbitkan oleh sehingga indeks pasar modal Januari 2013 –
Bank Indonesia akan turun, sebaliknya apabila Februari 2017.
(Bank Indonesia, SBIS turun maka masyarakat
2009). akan beralih ke jenis investasi
lain yang lebih menguntungkan
(Aviva, 2016).

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian


Adapun dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah Reksadana
Syariah di Indonesia, kemudian dalam penelitian ini, untuk menentukan sampel
penelitian menggunakan teknik Purposive Sampling atau teknik penentuan sampel
secara sengaja. Penentuan sampel dengan teknik Purposive sampling, anggota
sampel ditentukan berdasarkan ciri tertentu yang dianggap mempunyai hubungan
erat dengan ciri populasi.

Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai


dengan kriteria-kriteria yang digunakan. Kriteria penentuan sampel dalam
penelitian ini adalah :

1) Reksadana syariah yang mengalokasikan dananya pada saham, obligasi dan


pasar uang (Campuran).
2) Reksadana syariah yang terdaftar pada statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
3) Reksadana syariah yang telah beroperasi dari Januari 2013 hingga Februari
2017.
36

4) Termasuk dalam lima besar NAB/unit Reksadana Campuran Syariah.

Berdasarkan kriteria penentuan sampel tersebut maka di dapat sampel 5


Perusahaan Reksadana Campuran Syariah. Berikut daftar sampel yang akan diteliti:

No Nama Reksadana Syariah Campuran


1 TRIM Syariah Berimbang
2 Cipta Syariah Balance
3 Mandiri Investasi Syariah Berimbang
4 Danareksa Syariah Berimbang
5 PNM Syariah Berimbang

3.6. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder Data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari publikasi berbagai instansi terkait yang
diambil dari website instansi tersebut dan juga dari website-website lainnya yang
berkaitan dengan penelitian ini. Adapun instansi dan website terkait tersebut adalah
Bank Indonesia (www.bi.go.id), Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id) dan
Bareksa (www.bareksa.com). Data diambil berdasarkan klasifikasi periode pada
penelitian ini, yaitu pada bulan Januari 2013 – Februari 2017.

3.7. Teknik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini menggunakan data panel (pooled data).
Data panel merupakan gabungan dari data runtut waktu (time series) dan data silang
(cross section) (Rohmana, 2013, hal. 219). Secara umum, terdapat tiga model panel
yang sering digunakan yaitu (Rosadi, 2012, hal. 271-275) :
1. Regresi Pooling
Secara umum, bentuk model linear (yang disebut regression pooling) yang
dapat digunakan untuk memodelkan data panel adalah :
𝑦𝑡𝑖 = 𝑥𝑡𝑖 𝛽𝑡𝑖 + 𝜀𝑡𝑖
Dimana :
𝑦𝑡𝑖 adalah observasi dari unit ke-i dan diamati pada periode waktu ke-t (yakni
variabel dependen yang merupakan suatu data panel). Dalam buku ini hanya
dibahas model dengen variabel dependen sebagai variabel berskala
rasio/interval.
37

𝑥𝑡𝑖 adalah vektor k- variabel-variabel independen/input/regresor dari unit ke –i dan


diamati pada periode waktu ke-t (yakni terdapat k variabel independen, dimana
setiap variabel merupakan data panel). Disini diasumsikan 𝑥𝑡𝑖 memuat
komponen konstanta.
𝜀𝑡𝑖 adalah komponen error yang diasumsikan memiliki harga mean 0 dan variansi
homogen dalam waktu (homokedastik) serta independen dengan 𝑥𝑡𝑖 .
Estimasi model ini dapat dilakukan dengan metode OLS biasa. Untuk model data
panel, sering diasumsikan 𝛽𝑡𝑖 = 𝛽, yakni pengaruh dari perubahan dalam X
diasumsikan bersifat konstan dalam waktu dan kategori cross-section.
2. Model Fixed Effect Approach
Model pooled regression dapat ditulis ulang, dan selanjutnya ditambahkan
komponen konstanta ci dan dt
𝑦𝑡𝑖 = 𝑥𝑡𝑖 𝛽 + 𝑐𝑖 + 𝑑𝑡 + 𝜀𝑡𝑖
Dengan :
ci adalah konstanta yang bergantung kepada unit ke-i, tetapi tidak kepada waktu t.
dt adalah konstanta yang bergantung kepada waktu t, tapi tidak kepada unit i.
Disini apabila model memuat komponen ci dan dt, maka model disebut
model two-ways fixed-effect (efek tetap dua arah), sedangkan apabila dt = 0, maka
model disebut one=way fixed-effect. Apabila banyaknya observasi sama untuk
semua kategori cross-section, dikatakan model bersifat balanced (seimbang), dan
yang sebaliknya disebut unbalance (tak seimbang).
3. Model Random Effect Approach
Dengan menggunakan model Fixed Effect, kita tidak dapat melihat
pengaruh dari berbagai karakteristik yang bersifat konstan dalam waktu, atau
konstan di antara individu. Untuk maksud tersebut dapat digunakan model yang
bersifat random effect, yang secara umum dituliskan sebagai berikut :
𝑦𝑡𝑖 = 𝑥𝑡𝑖 𝛽 + 𝑣𝑡𝑖

Dimana :
vti = ci + dt + eti. Disini ci diasumsikan bersifat independent and identically
distributed (iid) normal dengan mean 0 dan variansi 𝜎𝑐2 , dt, diasumsikan bersifat iid
normal dengan mean 0 dan variansi 𝜎𝑑2 dan eti bersifat iid normal dengan mean 0
38

dan variansi 𝜎𝑒2 (dan eti, ci dan dt diasumsikan independen satu dengan yang
lainnya). Jika komponen dt atau ci diasumsikan 0, maka model disebut model two
ways random effect sedangkan untuk dt dan ci keduanya tidak 0 disebut model dua
arah.
Ada beberapa keuntungan dari digunakannya model regresi panel yaitu
(Modul Pelatihan Metode Kuantitatif Madya, 2013, hal. 3.1) :
a. Estimasi dengan menggunakan data panel dapat memperlihatkan atau
mempertimbangkan heterogenitas secara eksplisit dari variabel individu
secara spesifik seperti perbedaan individu, negara, kabupaten atau kota,
perusahaan dll.
b. Dengan menggabungkan data time series dan cross section, panel data dapat
memberikan informasi yang lebih luas, lebih beragam (variabilitas),
hubungan antara variabel independen yang lebih kecil, degree of freedom-
nya lebih efisien.
c. Dengan mempelajari observasi-observasi cross section, data panel lebih
cocok untuk mempelajari perubahan dinamis (the dynamic of exchange)
d. Panel data dapat lebih baik dalam mendeteksi dan mengukur dampak-
dampak yang tidak bisa diobservasi secara sederhana dengan memakai data
cross section atau time series saja.
e. Panel data dapat mempelajari model perilaku yang lebih kompleks.
Misalnya dapat melakukan secara bersamaan perubahan dinamis dan
perubahan individu secara bersamaan.
f. Dengan kemampuan melakukan analisis dengan data untuk beberapa unit
analisis sekaligus maka panel data dapat Meminimalisir bias yang dapat
dihasilkan dari pengolahan data.
Selanjutnya, untuk menganalisis data panel diperlukan uji spesifikasi model
yang tepat untuk menggambarkan data. Dikenal dengan beberapa uji berikut
(Rosadi, 2012, hal. 274-275) :
a. Uji Wald/Poolability test
Uji ini bertujuan untuk melihat hubungan antarkategori cross section.
Dengan hipotesis H0 : R𝛽=r.
39

b. Uji Hausman
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat efek random di dalam panel
data, yaitu dengan menguji hipotesis berbentuk :
H0 : E (Ci | X) = E(u) = 0 atau terdapat efek random di dalam model, bila Ho
ditolak maka digunakan fixed effect.
Dalam perhitungannya diperlukan asumsi bahwa banyaknya
kategori cross section lebih besar dibandingkan jumlah variabel independen
(termasuk konstanta) dalam model.
c. Uji Breusch-Pagan
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat efek cross section/time (atau
keduanya) didalam panel data.
Secara umum, langkah-langkah uji hipotesis yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Lakukan uji hausman terhadap data. Jika hipotesis untuk uji Hausman ditolak
maka model fixed effect digunakan dalam permodelan.
b. Dilakukan uji Breusch-Pagan untuk melihat apakah terdapat efek waktu/cross
section di dalam data. Jika hipotesis uji Breusch di tolak, maka dilakukan uji
regresi panel.

4. Uji Asumsi Klasik


Menurut Basuki (2016, hal. 297) mengatakan bahwa uji asumsi klasik
yang digunakan dalam regresi linier dengan pendekatan Ordinary Least
Squared (OLS) meliputi uji Linieritas, Autokorelasi, Heteroskedastisitas,
Multikolinieritas dan Normalitas. Meskipun begitu, dalam regresi data panel
tidak semua uji perlu dilakukan.
a. Karena model sudah diasumsikan bersifat linier, maka uji linieritas hampir
tidak dilakukan pada model regresi linier.
b. Pada syarat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), uji normalitas tidak
termasuk di dalamnya, dan beberapa pendapat juga tidak mengharuskan
syarat ini sebagai sesuatu yang wajib dipenuhi.
40

c. Pada dasarnya uji autokorelasi pada data yang tidak bersifat time series
(cross section atau panel) akan sia-sia, karena autokorelasi hanya akan
terjadi pada data time series.
d. Pada saat model regresi linier menggunakan lebih dari satu variabel bebas,
maka perlu dilakukan uji Multikolinearitas. Karena jika variabel bebas
hanya satu, tidak mungkin terjadi multikolinieritas.
e. Kondisi data mengandung heterokedastisitas biasanya terjadi pada data
cross section, yang mana data panel lebih dekat ke ciri data cross section
dibandingkan time series.
Dari beberapa pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pada model
regresi data panel, uji asumsi klasik yang dipakai hanya multikolinieritas dan
heteroskedastisitas saja. Berikut penjelasan Uji Multikolinearitas dan
Heteroskedastisitas menurut Basuki (2016, hal. 108) :
Secara teoretis model OLS menghasilkan estimasi nilai parameter model
penduga yang sahih bila dipenuhi asumsi data terdistribusi normal, tidak ada
multikolinearitas, tidak ada heteroskedastisitas, tidak adanya autokorelasi.
Untuk itu peneliti perlu melakukan pengujian guna mengetahui terpenuhi atau
tidaknya asumsi tersebut atau yang biasa disebut uji asumsi klasik.
a. Uji Multikolinearitas
Uji untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara
variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika
ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka
hubungan antar variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi
terganggu.
Alat statistik yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji ada
tidaknya multikolinearitas adalah dengan menggunakan Auxiliary
Regression. Data penelitian dinyatakan terbebas dari multikolinearitas
apabila nilai R-square model 1 lebih besar dari nilai R-square yang lainnya
(Winarno, 2011, hal. 5.3)
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang
memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari
41

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut


homoskedastisitas.
Metode yang digunakan untuk uji heteroskedastisitas adalah Uji
White, Glejser, Breusch-Pagan-Godfrey, Harvey, dan ARCH. Model
memenuhi persyaratan apabila nilai probabilitas chi-square nya melebihi
nilai alpha 0,5 (Winarno, 2011, hal. 5.14).
5. Uji Statistik
1) Uji t
Uji-t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independent secara
parsial terhadap variabel dependent. Secara sederhana uji-t digunakan untuk
melihat pengaruh variabel independent secara individu terhadap variabel
dependent dengan menganggap variabel lainnya bersifat tetap. Dalam
pengujian ini menggunakan derajat keyakinan 95% atau α = 5%. Hipotesis
yang dapat diajukan sebagai berikut:
H0 = β ≤ 0 tidak ada pengaruh positif

H1 = β > 0 ada pengaruh positif

Dari hipotesis di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Jika thitung > ttabel , maka H0 ditolak

Jika thitung < ttabel , maka H0 diterima

2) Uji F

Uji simultan (uji F) bertujuan untuk menguji pengaruh variabel


independen secara simultan terhadap variabel dependen (Gujarati, 2011). Uji
F-statistik digunakan untuk menguji hipotesis sebagai berikut :

H0 ; βi = 0, artinya semua variabel Xi secara bersama-sama tidak memiliki


pengaruh yang signifikan terhadap Y.

Hi ; βi ≠ 0, artinya semua variabel Xi secara bersama-sama memiliki pengaruh


yang signifikan terhadap Y.

Kriteria untuk menerima atau menolak hipotesis adalah sebagai berikut :


42

Jika Fhitung < Ftabel maka terima H0 dan Hipotesis ditolak

Jika Fhitung > Ftabel maka tolak H0 dan Hipotesis diterima

Dalam penelitian ini taraf kesalahan yang digunakan adalah 5% atau pada
derajat kebenaran 95%.

3) Koefisien Determinasi (R2)

Uji R2 atau disebut juga koefisien determinasi adalah angka yang


menunjukkan besarnya derajat kemampuan atau distribusi variabel bebas
dalam menjelaskan atau menerangkan variabel terikatnya dalam fungsi yang
bersangkutan atau untuk mengukur kedekatan hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Besarnya nilai R2 di antara nol dan satu
(0 < <1). Jika nilainya semakin mendekati satu, maka model tersebut baik dan
tingkat kedekatan antara variabel bebas dan variabel terikatpun semakin dekat
pula.
43

Daftar Pustaka

A, J. (2015, Oktober 20). Belajar Saham Dan Investasi Itu Penting! Diambil
Kembali Dari Sigma Stock Trading:
Http://Sigmastocktrading.Com/Belajar-Saham/
Ahmad, I. (T.Thn.). Analisis Atas Reksadana Syariah.
Ahmadi, A., & Soleh, M. (2007). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Pt Rineka Cipta.
Ahman, E., & Rohmana, Y. (2007). Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Bandung:
Laboratorium Ekop Upi.
Al-Abbasy, A. (2012). Micro & Macroeconomic Determinants Of Nav Of Islamic
Equity Trust Funds In Malaysia: Qualitative Approach. International
Journal Economics And Business, 19.
Alfitri. (2007). Budaya Konsumerisme Masyarakat Perkotaan. Majalah Empirika,
Xi, 3.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Revisi Ed.).
Jakarta: Pt Rineka Cipta.
Aviva, I. N. (2016). Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Sertifikat Bank Indonesia
Syariah, Dan Jakarta Islamic Index Terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah Periode 2011-2015. Indonesia Banking School, 1.
Bank Indonesia. (2009). Catatan Atas Laporan Keuangan Tahunan 2009. Bank
Indonesia.
Bapepam. (2014). Statistik Pasar Modal Syariah. Jakarta: Bapepam.
Basuki, A. T., & Prawoto, N. (2015). Analisis Komposisi Pengeluaran Publik
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dalam Mendukung Good Governance
Dalam Memasuki Mea (Studi Empiris Propinsi Di Indonesia Tahun 2010-
2014). Snema-2015, 2.
Basuki, A. T., & Prawoto, N. (2016). Analisis Regrsi Dalam Penelitian Ekonomi &
Bisnis. Depok: Pt Rajagrafindo Persada.
Beik, I. S., & Ali, K. (2012). Pengaruh Makroekonomi Terhadap Reksadana
Syariah. Iqtishodia Jurnal Ekonomi Islam Republika, 16.
Bi, U. K. (2000). Sejarah Bank Indonesia : Moneter. Jakarta: Unit Khusus Museum
Bank Indonesia.
Boediono. (1994). Ekonomi Makro. Yogyakarta: Bpfe-Yogyakarta.
Budiawati, N. (2011). Analisis Literasi Ekonomi Dan Konsumsi Mahasiswa.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
44

Bursa Efek Indonesia. (2012). Modul Sekolah Pasar Modal Bei Level Advance.
Jakarta, Indonesia: Bursa Efek Indonesia.
Citraningtiyas, P. (2016). Analisis Pengaruh Inflasi, Bank Indonesia Rate, Nilai
Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang:
Periode Januari 2012 - Desember 2014. Publikasi Ilmiah. Solo, Jawa
Tengah, Indonesia. Diambil Kembali Dari
Http://Eprints.Ums.Ac.Id/43772/1/Naskah%20publikasi.Pdf
Darajat, Z. (1993). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.
Detikfinance. (2005, Juni 21). Indonesia Di Ambang Krisis Bbm. Diambil Kembali
Dari Detik Finance: Http://Finance.Detik.Com/Berita-Ekonomi-Bisnis/D-
385811/Indonesia-Di-Ambang-Krisis-Bbm
Dornbusch, R., & Fischer, S. (1994). Macroeconomic. Usa: Mc Graw Hill Inc.
Dornbusch, R., & Fisher, S. (1990). Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Dsn-Mui. (2002, Oktober 23). Fatwa Dsn Nomor 40/Dsn-Mui/X/2002 Tentang
Pasar Modal Dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang
Pasar Modal. Diambil Kembali Dari Dsn Mui:
Http://Www.Dsnmui.Or.Id/Index.Php?Mact=News,Cntnt01,Detail,0&Cnt
nt01articleid=41&Cntnt01origid=59&Cntnt01detailtemplate=Fatwa&Cntn
t01returnid=61
Dumairy. (1996). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Firdaus, M. S., Ghufron, M., & Alshodiq, M. (2005). Investasi Halal Di Reksadana
Syariah. Jakarta: Erlangga.
G, A., & Ross, J. (1998). Personal Religious Orientation And Prejudice. Journal Of
Personality And Social Psychology, 2.
Galerisaham.Com. (2010, Desember 12). Galerisaham.Com. Diambil Kembali
Dari Part 2: Faktor Keberhasilan & Kegagalan Investasi Saham (Update):
Http://Galerisaham.Com/General/Blog/Ulasan-Khusus/Part-2-Faktor-
Keberhasilan-Kegagalan-Investasi-Saham-Update/
Gani, E. (2006, Juni). Pasar Modal, Perguruan Tinggi Serta Problematikanya.
Jurnal Infestasi, 2, 37-48.
Gani, E. (2006, Juni 1). Pasar Modal, Perguruan Tinggi Serta Problematikanya.
Jurnal Infestasi, 2, 37-48.
Glock, C. Y., & Stark, R. (1965). Religion And Society In Tension. Chicago: Rand
Mcnally.
Gozali, A. (2004). Halal, Berkah, Bertambah. Mengenal Dan Memilih Produk
Investasi Syariah Keuangan Syariah. Jakarta: Elex Media Komputindo.
45

Gujarati, D. N. (2011). Dasar-Dasar Ekonometrika (5 Ed.). Jakarta: Salemba


Empat.
Hamdani. (2000). Religius Orientation As A Factor In Time Allocation: Evidance
From Cross-Section Pakistani Data. Pakistan: Auiad-I-Azzam University
Islamabad.
Hendra, P. (2007). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah Di Indonesia. Bogor: Skripsi
Institut Pertanian Bogor.
Hendrayana, W. (2017, Januari 21). Kinerja Reksadana Campuran Syariah 2016.
Diambil Kembali Dari Infovesta:
Https://Www.Infovesta.Com/Index/Article/Articleread;Jsessionid=338aa2
4d5b59d72c493881d9ea82b6b1.Ngxb/3491dcc0-017a-42ab-B6e7-
3b36defdb92a
Herman, S. Y. (2012). Religiusitas Perilaku Ekonomi. Jakarta: Sekolah
Pascasarjana Universitas Islam Negeri (Uin) Syarif Hidayatullah.
Hermawan, D., & Wiagustini, N. P. (2016). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Ukuran
Reksa Dana, Dan Umur Reksa Dana Terhadap Kinerja Reksa Dana. E-
Jurnal Manajemen Unud, 5(5), 3106-3133. Diambil Kembali Dari
Http://Download.Portalgaruda.Org/Article.Php?Article=411649&Val=989
&Title=Pengaruh%20inflasi,%20suku%20bunga,%20ukuran%20reksa%2
0dana,%20dan%20umur%20reksa%20dana%20terhadap%20kinerja%20re
ksa%20dana
Hotpascaman. (2009). Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Dan Konformitas
Pada Remaja. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Huda, N. (2009, Juni Selasa). Memahami Konsumsi Secara Islami. Memahami
Konsumsi Secara Islami, Hal. 1.
Huda, N., & Heykal, M. (2010). Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis Dan
Praktis. Jakarta: Kencana.
Huda, N., & Nasution, M. E. (2008). Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Jakarta:
Kencana.
Huda, N., Nasution, M. E., Idris, H. R., & Wiliasih, R. (2008). Ekonomi Makro
Islam : Pendekatan Teoritis. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Hussein, M. Z. (2013, September 23). Krisis Mata Uang Rupiah 2013 : Penyebab
Dan Dampaknya. Diambil Kembali Dari Indoprogress.Com:
Https://Indoprogress.Com/2013/09/Krisis-Mata-Uang-Rupiah-2013-
Penyebab-Dan-Dampaknya/
Hussein, M. Z. (2013, September 23). Krisis Mata Uang Rupiah 2013 : Penyebab
Dan Dampaknya. Diambil Kembali Dari Inprogress.Com:
46

Https://Indoprogress.Com/2013/09/Krisis-Mata-Uang-Rupiah-2013-
Penyebab-Dan-Dampaknya/
Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga.
Ismanto, H. (2016). Analisis Value At Risk Dalam Pembentukan Portofolio
Optimal (Studi Empiris Pada Saham-Saham Yang Tergabung Dalam Lq45).
The 3rd University Research Colloquium 2016, 234.
Istikomah, N. (2006). Teori Perilaku Konsumen. Chapter 8: Ppt.
Jhingan, M. L. (2010). Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan (Alih Bahasa: D.
Guritno). Jakarta: Rajawali Press.
Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan Fe Unpad. (2013). Modul
Pelatihan Metode Kuantitatif Madya. Bandung, Jawa Barat, Indonesia:
Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Padjadjaran.
Karim, A. (2012). Ekonomi Mikro Islam (5 Ed.). Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada.
Katadata. (2015, September 10). Beda Krisis 1998, 2008 Dan 2015. Diambil
Kembali Dari Katadata News And Research:
Http://Katadata.Co.Id/Infografik/2015/09/10/Beda-Krisis-1998-2008-Dan-
2015
Kemensekkab. (2009, Mei 26). Perekonomian Indonesia Tahun 2008 Tengah
Krisis Keuangan Global. Diambil Kembali Dari Kementerian Sekeretariat
Negara Republik Indonesia:
Http://Www.Setneg.Go.Id/Index.Php?Option=Com_Content&Task=View
&Id=3698
Khaf, M. (1995). Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Krauss, S. E. (2005). Development Of The Muslim Religiousity Personality
Inventory Of Measuring The Religiousity Of Malaysian Muslim Youth.
Serdang: University Putra Malaysia.
Mankiw, N. (2007). Teori Makroekonomi Edisi Ke-6 Diterjemahkan Oleh Fitria
Liza Dan Imam Nurmawan. Jakarta: Erlangga.
Mankiw, N. G. (2007). Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Mannan, M. A. (1997). Teori Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.
Manurung, M., & Rahardja, P. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi
Dan Makroekonomi). Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia: Jakarta.
Metwally, M. M. (1995). Teori Dan Model Ekonomi Islam. Jakarta: Bangkit Daya
Insani.
47

Mowen, J., & Minor, M. (2002). Perilaku Konsumen Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Muflih, M. (2006). Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam.
Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada.
Muhajir, M. H. (2008). Analisis Kointegrari : Keterkaitan Jakarta Islamic Indeks
Dengan Ihsg Dan Sbi Di Bursa Efek Jakarta (Periode April 2005 - Juli
2007). Semarang: Tesis Program Magister Manajemen Universitas
Diponegoro.
Mutholip, A. (2012, April). Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Islam. Attanwir
Jurnal Kajian Keislaman Dan Pendidikan, 01, 3.
Nanga, M. (2005). Makro Ekonomi : Teori, Masalah Dan Kebijakan. Jakarta: Pt.
Raja Grafindo Persada.
Nasution, Y. S. (2015, Januari - Juni 1). Peranan Pasar Modal Dalam Perekonomian
Negara. Human Falah, 2, 95.
Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurzaman, M. S. (2015, November 2). Mikro Dan Makro Islam : Rancang Bangun
Dan Konsep Dasar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Othman, A. H., Kameel, A., & Aziz, H. A. (2015, January-March). Relationship
Between Macroeconomic Variables And Net Asset Value (Nav) Of Islamic
Equity Unit Trust Funds: Cointegration Evidence From Malaysian Unit
Trust Industry. Global Journal Of Business And Social Science Review, 1,
327.
Pambudi, A. (2015, Agustus). Laporan Tengah Tahun - Ekonomi Makro Indonesia
Tahun 2015. Diambil Kembali Dari
Https://Andikapambudi.Wordpress.Com/2015/08/25/Laporan-Tengah-
Tahun-Ekonomi-Makro-Indonesia-Tahun-2015/
Pambudi, A. (2015, Agustus 25). Laporan Tengah Tahun – Ekonomi Makro
Indonesia Tahun 2015. Diambil Kembali Dari
Https://Andikapambudi.Wordpress.Com/2015/08/25/Laporan-Tengah-
Tahun-Ekonomi-Makro-Indonesia-Tahun-2015/
Pasaribu, R. B., & Mikail. (2013). Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi
Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 7,
117-128.
Pindyck, R. S., & Lr, D. (2007). Mikroekonomi Edisi Keenam. Jakarta: Indeks.
Pratiwi, G. A. (2014). Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Konsumsi Masyarakat
Di Kelurahan Sekejati Kota Bandung. Skripsi Fpeb: Tidak Diterbitkan.
Pratomo, E. P. (2007). Berwisata Ke Dunia Reksa Dana Edisi Ke 3. Jakarta: Pt.
Gramedia Pustaka Utama.
48

Putra, J., & Fauzie, S. (2015). Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana


Konvensional Dengan Reksadana Syariah Di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Dan Keuangan, 2, 1.
Putriani, Y. (2015, Juli 7). Pola Perilaku Konsumsi Islami Mahasiswa Muslim
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Ditinjau Dari Tingkat Religiusitas. Jestt, 2,
2.
Rachman, A., & Mawardi, I. (2015). Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Bi Rate,
Terhadap Net Asset Value Reksa Dana Saham Syariah. Jurnal Ekonomi
Syariah Teori Dan Terapan.
Raharjo, S. (2004). Panduan Investasi Reksa Dana, Pilihan Bijak Berinvestasi Dan
Mengembangkan Dana. Jakarta: Elex Media Komputindo2004.
Rahmat, J. (2003). Psikologi Agama. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada.
Rangkuti, L., & Ja'far, H. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Dan Perkembangan Reksadana Syariah (Islamic Mutual
Fund) Di Indonesia Sampai Dengan Tahun 2012. Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara, 1-13.
Rangkuti, L., & Ja'far, H. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Petumbuhan Dan Perkembangan Reksa Dana Syariah (Islamic Mutal
Fund) Di Indonesia Sampai Dengan Tahun 2012. Universitas Sumatera
Utara: Fakultas Ekonomi.
Rasyidi, S. (1998). Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi
Mikro Dan Makro. Jakarta: Pt Raja Grafindo.
Ray, P., & Vina, V. (2004). Neural Network Models For Forecasting Mutual Fund
Net Asset Value. 8th Capital Markets Conference, Indian Institute Of
Capital Markets Paper, (Hal. 1-18).
Doi:Http://Dx.Doi.Org/10.2139/Ssrn.872269
Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan Dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Riduwan. (2008). Dasar Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Rohmana, Y. (2013). Ekonometrika Teori Dan Aplikasi Dengan Eviews. Bandung:
Laboratorium Pendidikan Ekonomi Dan Koperasi Universitas Pendidikan
Indonesia.
Rosadi, D. (2012). Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan Dengan
Eviews. Yogyakarta: Cv Andi Offset.
Safira, F. (2012). Upaya Meminimalisir Pola Hidup Konsumtif Melalui Cookis
(Cafe Of Knowledge Fo Civil Society) Pada Pusat Perbelanjaan Di Kota
Malang. Malang: Universitas Brawijaya.
49

Samsul, M. (2006). Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga.


Samsul, M. (2006). Pasar Modal Dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga.
Samuelson, P. A. (1986). Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Santosa, S. (2006). Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
Santrock, J. (2007). Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Sanusi, A. (2011). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sarah, A. F. (2012). Pengaruh Gaya Hidup Dan Lingkungan Sosial Terhadap
Perilaku Konsumsi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi
Fpeb Upi: Tidak Diterbitkan.
Setiadi, N. J. (2003). Perilaku Konsumen. Jakarta: Prenadamedia Grup.
Siddiqi, M. N. (1989). Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: Lippm.
Sjaputra, M. R. (2005). Pengaruh Perubahan Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Uang,
Tingkat Suku Bunga Bebas Risiko Dan Indeks Syariah Terhadap Kinerja
Reksa Dana Syariah. Tesis, Universitas Indonesia, Depok.
Soemitra, A. (2009). Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. Medan: Media.
Sonia, E. (2008). Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi Unika Soegijapranata
Ditinjau Dari External Locus Of Control. Semarang: Universitas Katolik
Soegijapranata.
Sudjana, N., & Ibrahim. (2007). Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Suharso, Y. (2016, Mei 05). 9 Keunggulan Reksa Dana Syariah Yang Perlu Anda
Tahu! Diambil Kembali Dari Aku Cinta Keuangan Syariah:
Http://Akucintakeuangansyariah.Com/22240/9-Keunggulan-Reksa-Dana-
Syariah-Yang-Perlu-Anda-Tahu/
Sukirno, S. (2003). Makroekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Sukirno, S. (2012). Makroekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sukmadinata, N. S. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya.
Sumirto, W. (2004). Asas-Asas Perbankan Islam Dan Lembaga-Lembaga Terkait.
Malang: Pt. Raja Grafindo Persada.
50

Suryana. (2010). Metodologi Penelitian : Model Praktis Penelitian Kuantitatif Dan


Kualitatif. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Suryani, & Hendryani. (2015). Metode Riset Kuantitatif Teori Dan Aplikasi Pada
Penelitian Bidang Manajemen Dan Ekonomi Islam. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Tandelilin, E. (2001). Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta:
Bpfe.
Tandelilin, E. (2001). Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio; Edisi
Pertama. Yogyakarta: Bpfe.
Tandelilin, E. (2012). Manajemen Investasi. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
Tatik, S. (2013). Perilaku Konsumen Di Era Internet : Implikasinya Pada Strategi
Pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Triono, D. C. (2014). Ekonomi Islam Madzhab Hamfara Jilid I Falsafah Ekonomi
Islam. Yogyakarta: Irtikaz.
Trisnopati. (2015). Pengaruh Stock Selection, Market Timing, Dan Ukuran Reksa
Dana Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham (Studi Kasus Pada Reksa Dana
Saham Yang Terdaftar Di Otoritas Jasa Keuangan Periode 2011-2014).
Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Diambil Kembali Dari
Https://Repository.Telkomuniversity.Ac.Id/Pustaka/Files/104624/Jurnal_E
proc/Jurnal_Eproc.Pdf
Vembrianto, S. T. (2003). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
Widoatmojo, S. (2008). Professional Investing. Jakarta: Elek Media Komputindo.
Winarno, W. W. (2011). Analisis Ekonometrika Dan Statistika Dengan Eviews:
Edisi 3. Yogyakarta: Upp Stim Ykpn.
Ws, M., N, S., & S, A. (2013). Macroeconomic Fundamentals And Unit Investment
Trust In Malaysia. World Applied Sciences Journal, 23, 53-56.
Yusitha, A. N. (2009). Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: File
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Diambil Kembali Dari Staff
Site Universitas Negeri Yogyakarta.
51

Plagiarism Checker X Originality Report


Similarity Found: 11%

Date: Sabtu, April 15, 2017


Statistics: 1053 Words Plagiarized / 9566 Total Words
Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document Needs Several Improvement.

Anda mungkin juga menyukai