SKRIPSI
Oleh
Tresna Mutiara
1305692
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun
proposal skripsi “Pengaruh Kurs, Inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
terhadap Nilai Aset Bersih Reksadana Syariah Campuran”. Meskipun banyak
hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi penulis berhasil
menyelesaikan proposal skripsi ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing, para
dosen program studi Ilmu Ekonomi dan Keuangan Islam, juga teman-teman
mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak
langsung baik secara material dan non-material dalam pembuatan proposal skripsi
ini. Penulis berharap semoga proposal skripsi ini dapat menjadi skripsi penulis
kelak.
Saat menyusun proposal skripsi ini, penulis menyadari masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun dan dapat dijadikan bahan koreksi untuk memperbaiki
skripsi penulis kelak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
RDS RDK
kekhawatiran imbal hasil yang tidak sesuai harapan karena dari segi nominal masih
lebih besar imbal hasil reksadana konvensional (Putra & Fauzie, 2015). Padahal
DSN MUI telah mengeluarkan fatwanya mengenai reksadana syariah Nomor
20/DSN-MUI/IV/2001 yang dalam pembuatan fatwa berdasar pada Al-Quran dan
Sunnah yaitu :
ْاض ِمن ُك ۡۚۡم َو ََل ت َۡقتُلُ َٰٓوا َٰٓ َّ َِٰٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ََل ت َۡأ ُكلُ َٰٓواْ أَمۡ َولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم بِٱ ۡلبَ ِط ِل إ
َ ً َل أَن ت َ ُكونَ تِ َج َرة
ٖ عن ت ََر
٢٩ س ُك ۡۚۡم إِ َّن ٱ َّّللَ َكانَ بِ ُك ۡم َر ِح ٗيما َ ُأَنف
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”. (Q.S. An-nisa :29)
Jul-14
Jul-15
Jul-16
Apr-13
Apr-14
Apr-15
Apr-16
Jan-13
Jan-14
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Oct-13
Oct-14
Oct-15
Oct-16
RDS RDK
Jul-14
Jul-16
Jan-13
Apr-13
Apr-14
Apr-15
Apr-16
Jan-14
Jan-15
Jan-16
Jan-17
Oct-13
Oct-14
Oct-15
Oct-16
RDS
negatif. Kondisi perekonomian ini termasuk ke dalam risiko sistemik seperti yang
diungkapkan oleh Tandelilin (2012) bahwa risiko sistemik merupakan risiko yang
berkaitan dengan kondisi pasar secara keseluruhan. Risiko sistematis erat kaitannya
dengan faktor-faktor makro ekonomi seperti inflasi, suku bunga, Kurs,
pertumbuhan ekonomi, dan lain-lain.
Menurut teori investasi faktor-faktor yang mempengaruhi investasi adalah
suku bunga, tingkat keuntungan yang diramalkan, tingkat pendapatan nasional dan
perubahan-perubahannya, keuntungan yang diperoleh perusahaan, situasi politik,
kemajuan teknologi dan kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah
(Sukirno, 2012). Terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Irfan Syauqi Beik dan
Kasyfurrohman Ali (2012) bahwa terdapat pengaruh antara variabel-variabel
makroekonomi terhadap Reksadana Syariah, hasil penelitian menyatakan variabel
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh signifikan dalam jangka pendek
dengan korelasi negatif, variabel Kurs rupiah terhadap Dolar AS dan Inflasi
berpengaruh signifikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan
korelasi positif dan variabel IHSG serta JII dalam jangka pendek tidak berpengaruh,
namun secara signifikan berpengaruh dalam jangka panjang dengan korelasi negatif
terhadap NAB.
Kemudian Putratama Hendra (2007) meneliti mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih Reksadana Syariah di Indonesia
menghasilkan hasil bahwa pada jangka panjang variabel M2, Kurs rupiah terhadap
dolar, Inflasi, JII dan Jumlah reksadana Syariah berpengaruh positif terhadap NAB
Reksadana syariah, sedangkan variabel M2, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
(SWBI) , dan Inflasi berpengaruh negatif. Sementara untuk jangka pendek variabel
M2, Kurs, SWBI, Inflasi, JII dan Jumlah reksadana syariah berpengaruh signifikan
terhadap NAB Reksadana syariah. Sedangkan variabel Gross Domestic Product
(GDP) tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB Reksadana syariah, Variabel
SWBI dan jumlah Reksadana syariah berhubungan positif dengan NAB Reksadana
Syariah. Sedangkan variabel M2, Kurs, inflasi, dan JII berhubungan negatif dengan
NAB RDS.
Selanjutnya berbeda dengan penelitian Hendra (2007), menurut penelitian
yang dilakukan oleh Mohammed dkk. (2013) menyatakan bahwa variabel
6
Consumer Price Index (CPI) dan GDP memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap NAB Reksadana Syariah. Metode analisis yang digunakan yaitu
menggunakan analisis Panel Data.
Kemudian penelitian yang mengkaji mengenai perkembangan reksadana
syariah yang dilihat dari Nilai Aset Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV)
dilakukan di Malaysia yaitu penelitian Anwar Hasan Abdullah Othman, dkk. (2015)
meneliti mengenai hubungan antara variabel makroekonomi dan NAB dari
Reksadana Syariah di Malaysia menyatakan bahwa Harga minyak dan Inflasi
berpengaruh negatif dengan NAB, pemilu berpengaruh positif terhadap NAB dan
Krisis Keuangan berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah di Malaysia.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini secara
khusus akan menguji faktor sistemik dari Nilai Aset Bersih Reksadana Syariah
yaitu variabel-variabel makroekonomi yang difokuskan pada Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah terhadap Dolar AS (Kurs) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
Peneliti secara khusus memilih reksadana syariah Campuran di Indonesia karena
jangka waktu yang diambil dari penelitian ini yaitu 4 tahun. Jika dari segi waktu
yang paling cocok digunakan adalah reksadana syariah campuran dengan jangka
waktu investasi 3-5 tahun. Kemudian pada tahun 2016 rata-rata reksadana syariah
campuran memperoleh kinerja tertinggi sebesar 9,29% di atas rata-rata reksadana
saham yang hanya memberikan kinerja 7,7% (Hendrayana, 2017). Oleh karena itu,
judul penelitian ini adalah “Pengaruh Kurs, Inflasi dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah terhadap Nilai Aset Bersih Reksadana Syariah Campuran”.
3. NAB reksadana syariah menurun pada April 2013, saat itu terjadi krisis mata
uang rupiah salah satunya karena banyak investasi asing yang ditarik di
Indonesia (Hussein, 2013)
4. NAB Reksadana Syariah menurun pada Juli 2015 terjadi pelambatan
pertumbuhan ekonomi yang hanya berada pada angka 4,67%, inflasi yang
tinggi mencapai 7,26%, investasi yang hanya mencapai 3,55% jauh lebih
rendah dibanding tahun sebelumnya yang bisa mencapai 7-10% (Pambudi,
2015)
5. NAB reksadana Syariah menurun pada Januari 2016 pada karena terjadi krisis
perekonomian di Indonesia yaitu rencana The Fed menghentikan stimulus,
harga minyak dunia jatuh, bursa global turun, devaluasi Yuan serta rupiah
berada di titik terlemahnya hampir mencapai angka Rp. 15.000 (KataData,
2015)
6. Kondisi perekonomian termasuk ke dalam risiko sistemik/sistematis yang
berkaitan dengan kondisi pasar secara keseluruhan (Tandelilin, 2012).
10
11
bentuk spekulasi dan segala macam judi, 3) tingkat bunga untuk berbagai pinjaman
sama dengan nol. Sehingga menurut Nurul Huda, dkk. (2008) seorang muslim
boleh memilih tiga alternatif atas dananya, yaitu: a) memegang kekayaan dalam
bentuk uang cash (idle cash), b) memegang tabungannya dalam bentuk aset tanpa
berproduksi seperti deposito, real Estate, permata atau c) menginvestasikan
tabungannya (seperti proyek-proyek yang menambah persediaan kapital nasional).
Dewan
Syariah
Penghasilan
Investor Perusahaan
Mudharabah
(Bagi Hasil)
periode tertentu. Selain itu, pemodal dapat mencairkan kembali saham/ unit
penyertaan setiap saat sesuai dengan ketetapan yang dibuat masing-masing
reksadana sehingga memudahkan investor untuk mengelola kasnya.
d. Manajer Investasi
Reksadana dikelola oleh manajer investasi yang andal, ia mencari peluang
investasi yang paling baik untuk Reksadana tersebut. Pada prinsipnya, manajer
investasi bekerja keras untuk meneliti ribuan peluang investasi bagi pemegang
saham/ unit reksadana. Sedangkan pilihan investasi itu sendiri dipengaruhi oleh
tujuan investasi dari reksadana tersebut.
e. Diversifikasi
Diversifikasi adalah istilah investasi dimana seseorang tidak menempatkan
seluruh dananya di dalam satu peluang investasi saja, dengan maksud membagi
risiko. Manajer investasi memilih berbagai macam saham, sehingga kinerja
satu saham tidak akan mempengaruhi seluruh kinerja reksadana. Pada
umumnya, reksadana mempunyai kurang lebih 30 sampai 60 jenis saham dari
berbagai perusahaan.
Bandingkan jika membeli saham secara langsung, investor mungkin hanya
dapat membeli satu jenis saham saja, nilai dari portofolionya tentu akan sangat
bergantung pada kinerja harga saham tersebut. Jika kinerjanya baik, investor
akan mendapatkan keuntungan, tetapi jika harga saham tersebut jatuh, investor
akan mendapatkan kerugian yang persentasenya sebesar investasi yang
dikeluarkan. Diversifikasi memberikan keseimbangan dengan memberikan
batasan maksimum atas investasi pada suatu jenis saham.
f. Biaya Rendah
Reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak investor sehingga besarnya
kemampuan melakukan investasi akan menghasilkan biaya transaksi yang
murah.
8. Risiko Reksadana Syariah
Di samping keuntungan-keuntungan dalam berinvestasi melalui Reksadana,
terdapat juga beberapa risiko dalam melakukan investasi melalui Reksadana, yaitu:
a. Risiko Perubahan Kondisi Ekonomi dan Politik
20
Sistem ekonomi terbuka yang dianut oleh Indonesia sangat rentan terhadap
perubahan ekonomi internasional. Perubahan kondisi perekonomian dan
politik di dalam maupun di luar negeri atau peraturan khususnya di bidang
pasar uang dan pasar modal merupakan faktor yang dapat memengaruhi kinerja
perusahaan-perusahaan di Indonesia, termasuk perusahaan-perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang secara tidak langsung akan
memengaruhi kinerja portofolio reksadana.
b. Risiko berkurangnya unit penyertaan
Nilai unit penyertaan reksadana dapat berfluktuasi akibat kenaikan atau
penurunan nilai aktiva bersih reksadana. Penurunan dapat disebabkan oleh,
antara lain :
1) Perubahan harga efek ekuitas dan efek lainnya.
2) Biaya-biaya yang dikenakan setiap kali pemodal melakukan pembelian
dan penjualan.
c. Risiko Wanprestasi oleh Pihak terkait
Risiko ini dapat terjadi apabila rekan usaha manajer investasi gagal memenuhi
kewajibannya. Rekan usaha dapat termasuk tetapi tidak terbatas pada emiten,
pialang, bank kustodian dan agen penjual.
d. Risiko Likuiditas
Penjualan kembali (pelunasan) tergantung pada likuiditas dari portofolio atau
kemampuan dari manajer investasi untuk membeli kembali (melunasi) dengan
menyediakan uang tunai.
e. Risiko kehilangan Kesempatan Transaksi Investasi Pada Saat Pengajuan
Klaim Asuransi
Dalam hal terjadinya kerusakan atau kehilangan atas surat-surat berharga dan
aset reksadana yang disimpan di bank kustodian, bank kustodian dilindungi
oleh asuransi yang akan menanggung biaya penggantian surat-surat berharga
tersebut. Selama tenggang waktu penggantian tersebut, manajer investasi tidak
dapat melakukan transaksi investasi atas surat-surat berharga tersebut.
Kehilangan kesempatan melakukan transaksi investasi ini dapat berpengaruh
terhadap nilai aktiva bersih per unit penyertaan.
21
NAB/unit dihitung oleh Bank kustodian dan diumumkan kepada publik setiap
hari kerja melalui harian bisnis. Bank kustodian menghitung pertumbuhan NAB
berdasar nilai pasar wajar dari portofolio yang ada. Dengan demikian NAB/unit
menunjukkan seberapa besar aset yang mendukung NAB/unit reksadana.
22
1) Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) merupakan
indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga.
Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket
barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
2) Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) merupakan indikator yang
menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang
diperdagangkan di suatu daerah.
3) Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga
barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi
(negara). Deflator PBD dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga
nominal dengan PDB atas harga konstan.
3. SBIS
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan perubahan nama dari
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia
24
Syariah. Namun dalam penelitian ini difokuskan pada NAB reksadana syariah
Campuran dengan sampel 5 perusahaan yang memiliki NAB reksadana syariah
campuran terbesar serta telah ter verifikasi oleh OJK. Karena menggunakan 5
sampel perusahaan, sehingga metode yang digunakan lebih cocok menggunakan
panel data karena dapat menggabungkan time series dan cross section dengan
periode Januari 2013 – Februari 2017.
Tabel 3 Penelitian Terdahulu
Jenis Variabel
No Nama/Tahun Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1. Izza Nur Afifa Artikel Jurnal Y = NAB JUB berpengaruh signifikan
(2016) Reksadana dengan arah negatif terhadap
Syariah, X1 = NAB Reksadana Syariah, SBIS
JUB, X2 = SBIS berpengaruh negatif terhadap
X3 = JII NAB Reksadana Syariah, JII
berpengaruh positif terhadap
reksadana syariah.
2. Irfan Syauqi Artikel Jurnal NAB Reksadana Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Beik dan Ali Syariah, Jakarta berpengaruh signifikan dalam
Kasyfurrahman Islamic Indeks jangka pendek dengan korelasi
(2012) (JII), Indeks negatif
Harga Saham Kurs rupiah terhadap dolar dan
Gabungan Inflasi berpengaruh signifikan
(IHSG), baik dalam jangka pendek
Sertifikat Bank maupun jangka panjang dengan
Indonesia (SBI), korelasi positif
KURS, Inflasi IHSG & JII dalam jangka
dan Sertifikat pendek tidak berpengaruh,
Bank Indonesia namun secara signifikan
Syariah (SBIS). berpengaruh dalam jangka
panjang dengan korelasi
negatif
3. Ainur Artikel Jurnal Y = Net Aset Inflasi berpengaruh tidak
Rachman dan Value (NAV) signifikan secara parsial
Imron Reksadana terhadap NAV Reksadana.
Mawardi Saham Syariah, Nilai Tukar Rupiah
(2015) X1 = Inflasi, X2 berpengaruh signifikan
= Nilai Tukar terhadap Net Aset Value
Rupiah dan X3 = (NAV) Reksadana saham
BI Rate syariah secara parsial.
BI Rate berpengaruh tidak
secara signifikan terhadap net
aset value Reksadana saham
syariah secara parsial.
Secara simultan, ketiga
variabel berpengaruh secara
signifikan terhadap NAV
Reksadana saham syariah.
26
AS menandakan bahwa semakin murah harga rupiah terhadap mata uang asing
sehingga terjadi aliran modal masuk ke Indonesia akibat meningkatnya permintaan
akan rupiah sehingga dapat meningkatkan NAB reksadana syariah.
Inflasi merupakan peningkatan dalam seluruh tingkat harga (Mankiw N. G.,
2007). Dampak dari inflasi terhadap NAB reksadana syariah dapat berpengaruh
positif atau negatif tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Ketika inflasi
berlebihan, maka akan merugikan perekonomian secara keseluruhan termasuk
perusahaan. Inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar, sementara
inflasi yang rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi semakin lamban
(Samsul, 2006). Maka hal tersebut akan berdampak pada perusahaan yang
menginvestasikan dananya di pasar saham ataupun obligasi sehingga akan
mempengaruhi NAB reksadana syariah.
SBIS merupakan surat pengakuan utang yang ditetapkan BI sebagai
pengakuan BI memiliki utang kepada perusahaan atau bank. Umumnya suku bunga
SBIS berhubungan negatif dengan NAB reksadana syariah. Bila pemerintah
mengumumkan suku bunga SBIS akan naik maka investor akan menjual unit
penyertaannya dan memilih untuk berinvestasi melalui SBIS. Menurut Izza Nur
Aviva (2016) bahwa ketika SBIS naik maka investor akan beralih pada kegiatan
investasi lain yang lebih menguntungkan dan bebas risiko, sehingga indeks pasar
modal akan turun, sebaliknya apabila SBIS turun maka masyarakat akan beralih ke
jenis investasi lain yang lebih menguntungkan.
Terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Irfan Syauqi Beik dan
Kasyfurrohman Ali (2012) bahwa terdapat pengaruh antara variabel-variabel
makroekonomi terhadap Reksadana Syariah, hasil penelitian menyatakan variabel
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh signifikan dalam jangka pendek
dengan korelasi negatif, variabel Kurs rupiah terhadap Dolar AS dan Inflasi
berpengaruh signifikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan
korelasi positif dan variabel IHSG serta JII dalam jangka pendek tidak berpengaruh,
namun secara signifikan berpengaruh dalam jangka panjang dengan korelasi negatif
terhadap NAB.
Kemudian Putratama Hendra (2007) meneliti mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih Reksadana Syariah di Indonesia
31
menghasilkan hasil bahwa pada jangka panjang variabel M2, Kurs rupiah terhadap
dolar, Inflasi, JII dan Jumlah reksadana Syariah berpengaruh positif terhadap NAB
Reksadana syariah, sedangkan variabel M2, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
(SWBI) , dan Inflasi berpengaruh negatif. Sementara untuk jangka pendek variabel
M2, Kurs, SWBI, Inflasi, JII dan Jumlah reksadana syariah berpengaruh signifikan
terhadap NAB Reksadana syariah. Sedangkan variabel Gross Domestic Product
(GDP) tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB Reksadana syariah, Variabel
SWBI dan jumlah Reksadana syariah berhubungan positif dengan NAB Reksadana
Syariah. Sedangkan variabel M2, Kurs, inflasi, dan JII berhubungan negatif dengan
NAB RDS.
Selanjutnya berbeda dengan penelitian Hendra (2007), menurut penelitian
yang dilakukan oleh Mohammed dkk. (2013) menyatakan bahwa variabel
Consumer Price Index (CPI) dan GDP memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap NAB Reksadana Syariah. Metode analisis yang digunakan yaitu
menggunakan analisis Panel Data.
Kemudian penelitian yang mengkaji mengenai perkembangan reksadana
syariah yang dilihat dari Nilai Aset Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV)
dilakukan di Malaysia yaitu penelitian Anwar Hasan Abdullah Othman, dkk. (2015)
meneliti mengenai hubungan antara variabel makroekonomi dan NAB dari
Reksadana Syariah di Malaysia menyatakan bahwa Harga minyak dan Inflasi
berpengaruh negatif dengan NAB, pemilu berpengaruh positif terhadap NAB dan
Krisis Keuangan berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah di Malaysia.
Dalam penelitian ini difokuskan untuk meneliti reksadana syariah campuran
yaitu kombinasi antara pasar saham dan pasar obligasi sehingga penelitian ini lebih
heterogen dan komprehensif dengan difokuskan variabel ekonomi yang
mempengaruhi perkembangan Reksadana syariah campuran dengan acuan ukuran
NAB yaitu SBIS (mencerminkan keadaan pasar obligasi), Inflasi dan Kurs
(mencerminkan keadaan perekonomian serta kebijakan pemerintah.
Maka kerangka pemikiran konseptual ini dapat dilihat dari bagan berikut ini:
:
32
KURS
NAB REKSADANA
INFLASI SYARIAH CAMPURAN
SBIS
33
34
akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel dan penjelasan di
bawah ini :
Dimana :
vti = ci + dt + eti. Disini ci diasumsikan bersifat independent and identically
distributed (iid) normal dengan mean 0 dan variansi 𝜎𝑐2 , dt, diasumsikan bersifat iid
normal dengan mean 0 dan variansi 𝜎𝑑2 dan eti bersifat iid normal dengan mean 0
38
dan variansi 𝜎𝑒2 (dan eti, ci dan dt diasumsikan independen satu dengan yang
lainnya). Jika komponen dt atau ci diasumsikan 0, maka model disebut model two
ways random effect sedangkan untuk dt dan ci keduanya tidak 0 disebut model dua
arah.
Ada beberapa keuntungan dari digunakannya model regresi panel yaitu
(Modul Pelatihan Metode Kuantitatif Madya, 2013, hal. 3.1) :
a. Estimasi dengan menggunakan data panel dapat memperlihatkan atau
mempertimbangkan heterogenitas secara eksplisit dari variabel individu
secara spesifik seperti perbedaan individu, negara, kabupaten atau kota,
perusahaan dll.
b. Dengan menggabungkan data time series dan cross section, panel data dapat
memberikan informasi yang lebih luas, lebih beragam (variabilitas),
hubungan antara variabel independen yang lebih kecil, degree of freedom-
nya lebih efisien.
c. Dengan mempelajari observasi-observasi cross section, data panel lebih
cocok untuk mempelajari perubahan dinamis (the dynamic of exchange)
d. Panel data dapat lebih baik dalam mendeteksi dan mengukur dampak-
dampak yang tidak bisa diobservasi secara sederhana dengan memakai data
cross section atau time series saja.
e. Panel data dapat mempelajari model perilaku yang lebih kompleks.
Misalnya dapat melakukan secara bersamaan perubahan dinamis dan
perubahan individu secara bersamaan.
f. Dengan kemampuan melakukan analisis dengan data untuk beberapa unit
analisis sekaligus maka panel data dapat Meminimalisir bias yang dapat
dihasilkan dari pengolahan data.
Selanjutnya, untuk menganalisis data panel diperlukan uji spesifikasi model
yang tepat untuk menggambarkan data. Dikenal dengan beberapa uji berikut
(Rosadi, 2012, hal. 274-275) :
a. Uji Wald/Poolability test
Uji ini bertujuan untuk melihat hubungan antarkategori cross section.
Dengan hipotesis H0 : R𝛽=r.
39
b. Uji Hausman
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat efek random di dalam panel
data, yaitu dengan menguji hipotesis berbentuk :
H0 : E (Ci | X) = E(u) = 0 atau terdapat efek random di dalam model, bila Ho
ditolak maka digunakan fixed effect.
Dalam perhitungannya diperlukan asumsi bahwa banyaknya
kategori cross section lebih besar dibandingkan jumlah variabel independen
(termasuk konstanta) dalam model.
c. Uji Breusch-Pagan
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat efek cross section/time (atau
keduanya) didalam panel data.
Secara umum, langkah-langkah uji hipotesis yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Lakukan uji hausman terhadap data. Jika hipotesis untuk uji Hausman ditolak
maka model fixed effect digunakan dalam permodelan.
b. Dilakukan uji Breusch-Pagan untuk melihat apakah terdapat efek waktu/cross
section di dalam data. Jika hipotesis uji Breusch di tolak, maka dilakukan uji
regresi panel.
c. Pada dasarnya uji autokorelasi pada data yang tidak bersifat time series
(cross section atau panel) akan sia-sia, karena autokorelasi hanya akan
terjadi pada data time series.
d. Pada saat model regresi linier menggunakan lebih dari satu variabel bebas,
maka perlu dilakukan uji Multikolinearitas. Karena jika variabel bebas
hanya satu, tidak mungkin terjadi multikolinieritas.
e. Kondisi data mengandung heterokedastisitas biasanya terjadi pada data
cross section, yang mana data panel lebih dekat ke ciri data cross section
dibandingkan time series.
Dari beberapa pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pada model
regresi data panel, uji asumsi klasik yang dipakai hanya multikolinieritas dan
heteroskedastisitas saja. Berikut penjelasan Uji Multikolinearitas dan
Heteroskedastisitas menurut Basuki (2016, hal. 108) :
Secara teoretis model OLS menghasilkan estimasi nilai parameter model
penduga yang sahih bila dipenuhi asumsi data terdistribusi normal, tidak ada
multikolinearitas, tidak ada heteroskedastisitas, tidak adanya autokorelasi.
Untuk itu peneliti perlu melakukan pengujian guna mengetahui terpenuhi atau
tidaknya asumsi tersebut atau yang biasa disebut uji asumsi klasik.
a. Uji Multikolinearitas
Uji untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara
variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika
ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka
hubungan antar variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi
terganggu.
Alat statistik yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji ada
tidaknya multikolinearitas adalah dengan menggunakan Auxiliary
Regression. Data penelitian dinyatakan terbebas dari multikolinearitas
apabila nilai R-square model 1 lebih besar dari nilai R-square yang lainnya
(Winarno, 2011, hal. 5.3)
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang
memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari
41
2) Uji F
Dalam penelitian ini taraf kesalahan yang digunakan adalah 5% atau pada
derajat kebenaran 95%.
Daftar Pustaka
A, J. (2015, Oktober 20). Belajar Saham Dan Investasi Itu Penting! Diambil
Kembali Dari Sigma Stock Trading:
Http://Sigmastocktrading.Com/Belajar-Saham/
Ahmad, I. (T.Thn.). Analisis Atas Reksadana Syariah.
Ahmadi, A., & Soleh, M. (2007). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Pt Rineka Cipta.
Ahman, E., & Rohmana, Y. (2007). Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Bandung:
Laboratorium Ekop Upi.
Al-Abbasy, A. (2012). Micro & Macroeconomic Determinants Of Nav Of Islamic
Equity Trust Funds In Malaysia: Qualitative Approach. International
Journal Economics And Business, 19.
Alfitri. (2007). Budaya Konsumerisme Masyarakat Perkotaan. Majalah Empirika,
Xi, 3.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Revisi Ed.).
Jakarta: Pt Rineka Cipta.
Aviva, I. N. (2016). Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Sertifikat Bank Indonesia
Syariah, Dan Jakarta Islamic Index Terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah Periode 2011-2015. Indonesia Banking School, 1.
Bank Indonesia. (2009). Catatan Atas Laporan Keuangan Tahunan 2009. Bank
Indonesia.
Bapepam. (2014). Statistik Pasar Modal Syariah. Jakarta: Bapepam.
Basuki, A. T., & Prawoto, N. (2015). Analisis Komposisi Pengeluaran Publik
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dalam Mendukung Good Governance
Dalam Memasuki Mea (Studi Empiris Propinsi Di Indonesia Tahun 2010-
2014). Snema-2015, 2.
Basuki, A. T., & Prawoto, N. (2016). Analisis Regrsi Dalam Penelitian Ekonomi &
Bisnis. Depok: Pt Rajagrafindo Persada.
Beik, I. S., & Ali, K. (2012). Pengaruh Makroekonomi Terhadap Reksadana
Syariah. Iqtishodia Jurnal Ekonomi Islam Republika, 16.
Bi, U. K. (2000). Sejarah Bank Indonesia : Moneter. Jakarta: Unit Khusus Museum
Bank Indonesia.
Boediono. (1994). Ekonomi Makro. Yogyakarta: Bpfe-Yogyakarta.
Budiawati, N. (2011). Analisis Literasi Ekonomi Dan Konsumsi Mahasiswa.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
44
Bursa Efek Indonesia. (2012). Modul Sekolah Pasar Modal Bei Level Advance.
Jakarta, Indonesia: Bursa Efek Indonesia.
Citraningtiyas, P. (2016). Analisis Pengaruh Inflasi, Bank Indonesia Rate, Nilai
Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang:
Periode Januari 2012 - Desember 2014. Publikasi Ilmiah. Solo, Jawa
Tengah, Indonesia. Diambil Kembali Dari
Http://Eprints.Ums.Ac.Id/43772/1/Naskah%20publikasi.Pdf
Darajat, Z. (1993). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.
Detikfinance. (2005, Juni 21). Indonesia Di Ambang Krisis Bbm. Diambil Kembali
Dari Detik Finance: Http://Finance.Detik.Com/Berita-Ekonomi-Bisnis/D-
385811/Indonesia-Di-Ambang-Krisis-Bbm
Dornbusch, R., & Fischer, S. (1994). Macroeconomic. Usa: Mc Graw Hill Inc.
Dornbusch, R., & Fisher, S. (1990). Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Dsn-Mui. (2002, Oktober 23). Fatwa Dsn Nomor 40/Dsn-Mui/X/2002 Tentang
Pasar Modal Dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang
Pasar Modal. Diambil Kembali Dari Dsn Mui:
Http://Www.Dsnmui.Or.Id/Index.Php?Mact=News,Cntnt01,Detail,0&Cnt
nt01articleid=41&Cntnt01origid=59&Cntnt01detailtemplate=Fatwa&Cntn
t01returnid=61
Dumairy. (1996). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Firdaus, M. S., Ghufron, M., & Alshodiq, M. (2005). Investasi Halal Di Reksadana
Syariah. Jakarta: Erlangga.
G, A., & Ross, J. (1998). Personal Religious Orientation And Prejudice. Journal Of
Personality And Social Psychology, 2.
Galerisaham.Com. (2010, Desember 12). Galerisaham.Com. Diambil Kembali
Dari Part 2: Faktor Keberhasilan & Kegagalan Investasi Saham (Update):
Http://Galerisaham.Com/General/Blog/Ulasan-Khusus/Part-2-Faktor-
Keberhasilan-Kegagalan-Investasi-Saham-Update/
Gani, E. (2006, Juni). Pasar Modal, Perguruan Tinggi Serta Problematikanya.
Jurnal Infestasi, 2, 37-48.
Gani, E. (2006, Juni 1). Pasar Modal, Perguruan Tinggi Serta Problematikanya.
Jurnal Infestasi, 2, 37-48.
Glock, C. Y., & Stark, R. (1965). Religion And Society In Tension. Chicago: Rand
Mcnally.
Gozali, A. (2004). Halal, Berkah, Bertambah. Mengenal Dan Memilih Produk
Investasi Syariah Keuangan Syariah. Jakarta: Elex Media Komputindo.
45
Https://Indoprogress.Com/2013/09/Krisis-Mata-Uang-Rupiah-2013-
Penyebab-Dan-Dampaknya/
Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga.
Ismanto, H. (2016). Analisis Value At Risk Dalam Pembentukan Portofolio
Optimal (Studi Empiris Pada Saham-Saham Yang Tergabung Dalam Lq45).
The 3rd University Research Colloquium 2016, 234.
Istikomah, N. (2006). Teori Perilaku Konsumen. Chapter 8: Ppt.
Jhingan, M. L. (2010). Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan (Alih Bahasa: D.
Guritno). Jakarta: Rajawali Press.
Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan Fe Unpad. (2013). Modul
Pelatihan Metode Kuantitatif Madya. Bandung, Jawa Barat, Indonesia:
Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Padjadjaran.
Karim, A. (2012). Ekonomi Mikro Islam (5 Ed.). Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada.
Katadata. (2015, September 10). Beda Krisis 1998, 2008 Dan 2015. Diambil
Kembali Dari Katadata News And Research:
Http://Katadata.Co.Id/Infografik/2015/09/10/Beda-Krisis-1998-2008-Dan-
2015
Kemensekkab. (2009, Mei 26). Perekonomian Indonesia Tahun 2008 Tengah
Krisis Keuangan Global. Diambil Kembali Dari Kementerian Sekeretariat
Negara Republik Indonesia:
Http://Www.Setneg.Go.Id/Index.Php?Option=Com_Content&Task=View
&Id=3698
Khaf, M. (1995). Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Krauss, S. E. (2005). Development Of The Muslim Religiousity Personality
Inventory Of Measuring The Religiousity Of Malaysian Muslim Youth.
Serdang: University Putra Malaysia.
Mankiw, N. (2007). Teori Makroekonomi Edisi Ke-6 Diterjemahkan Oleh Fitria
Liza Dan Imam Nurmawan. Jakarta: Erlangga.
Mankiw, N. G. (2007). Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Mannan, M. A. (1997). Teori Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.
Manurung, M., & Rahardja, P. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi
Dan Makroekonomi). Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia: Jakarta.
Metwally, M. M. (1995). Teori Dan Model Ekonomi Islam. Jakarta: Bangkit Daya
Insani.
47
Mowen, J., & Minor, M. (2002). Perilaku Konsumen Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Muflih, M. (2006). Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam.
Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada.
Muhajir, M. H. (2008). Analisis Kointegrari : Keterkaitan Jakarta Islamic Indeks
Dengan Ihsg Dan Sbi Di Bursa Efek Jakarta (Periode April 2005 - Juli
2007). Semarang: Tesis Program Magister Manajemen Universitas
Diponegoro.
Mutholip, A. (2012, April). Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Islam. Attanwir
Jurnal Kajian Keislaman Dan Pendidikan, 01, 3.
Nanga, M. (2005). Makro Ekonomi : Teori, Masalah Dan Kebijakan. Jakarta: Pt.
Raja Grafindo Persada.
Nasution, Y. S. (2015, Januari - Juni 1). Peranan Pasar Modal Dalam Perekonomian
Negara. Human Falah, 2, 95.
Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurzaman, M. S. (2015, November 2). Mikro Dan Makro Islam : Rancang Bangun
Dan Konsep Dasar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Othman, A. H., Kameel, A., & Aziz, H. A. (2015, January-March). Relationship
Between Macroeconomic Variables And Net Asset Value (Nav) Of Islamic
Equity Unit Trust Funds: Cointegration Evidence From Malaysian Unit
Trust Industry. Global Journal Of Business And Social Science Review, 1,
327.
Pambudi, A. (2015, Agustus). Laporan Tengah Tahun - Ekonomi Makro Indonesia
Tahun 2015. Diambil Kembali Dari
Https://Andikapambudi.Wordpress.Com/2015/08/25/Laporan-Tengah-
Tahun-Ekonomi-Makro-Indonesia-Tahun-2015/
Pambudi, A. (2015, Agustus 25). Laporan Tengah Tahun – Ekonomi Makro
Indonesia Tahun 2015. Diambil Kembali Dari
Https://Andikapambudi.Wordpress.Com/2015/08/25/Laporan-Tengah-
Tahun-Ekonomi-Makro-Indonesia-Tahun-2015/
Pasaribu, R. B., & Mikail. (2013). Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi
Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 7,
117-128.
Pindyck, R. S., & Lr, D. (2007). Mikroekonomi Edisi Keenam. Jakarta: Indeks.
Pratiwi, G. A. (2014). Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Konsumsi Masyarakat
Di Kelurahan Sekejati Kota Bandung. Skripsi Fpeb: Tidak Diterbitkan.
Pratomo, E. P. (2007). Berwisata Ke Dunia Reksa Dana Edisi Ke 3. Jakarta: Pt.
Gramedia Pustaka Utama.
48