Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Metodologi Penelitian dan Evidence Based Medicine adalah blok
kedelapan belas pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan studi kasus skenario B Dokter Boy, pakar
obesitas merasa prihatin terhadap tingginya prevalensi obesitas dikalangan remaja.
Dokter Boy melakukan kajian pustaka bahwa kasus obesitas disebabkan karena
tingkat aktivitas fisik yang rendah. Ia juga mendapatkan literatur bahwa
penyuluhan saja tidak efektif untuk memperbaiki tingkat aktivitas fisik tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis pembelajaran diskusi kelompok. Tercapainya tujuan dari metode
pembelajaran tutorial

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : drg. Dientyah Nur Anggina, MPH
Moderator : Hurait Hernando Hurairo
Sekretaris : Fitria Rachmania
Notulen : Muhammad Alfredo Ilyassa
Waktu : 1. Selasa, 15 Mei 2018
2. Sabtu , 19 Mei 2018

Peraturan :
1. Alat komunikasi dinonaktifkan.
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan
pendapat/aktif.
3. Mengacungkan tangan saat akan mengutarakan
pendapat.
4. Izin terlebih dahulu saat akan keluar ruangan.
5. Tidak boleh membawa makanan dan minuman pada
saat proses tutorial berlangsung.
6. Dilarang memotong pembicaraan ketika ada yang
sedang memberikan pendapat.
7. Dilarang berbisik-bisik dengan teman.

2.2 Skenario B blok 18 angkatan 2015

Dokter Boy, pakar obesitas merasa prihatin terhadap tingginya prevalensi


obesitas dikalangan remaja. Dokter Boy melakukan kajian pustaka bahwa kasus
obesitas disebabkan karena tingkat aktivitas fisik yang rendah. Ia juga
mendapatkan literatur bahwa penyuluhan saja tidak efektif untuk memperbaiki
tingkat aktivitas fisik tersebut.
3

Dokter Boy berasumsi bahwa penyuluhan akan lebih efektif bila diikuti
dengan pemberian motivasi secara rutin yang dikirimkan melalui media sosial
kepada kelompok remaja tersebut. Oleh karena itu, dokter Boy mengajukan
usukan hibah kepada pihak sponsor untuk merancang program aplikasi android
berupa boardcast motivasi rutin sekaligus monitoring aktivitas fisik kepada
kelompok remaja.

Akan tetapi pihak sponsor belum bersedia memberikan hibah sebelum ada
bukti ilmiah bahwa penyuluhan yang diikuti dengan pemberian motivasi rutin
lebih efektif dibanding hanya penyuluhan, dalam memperbaiki tingkat aktivitas
fisik pada kelompok remaja.

2.3 Klarifikasi Istilah


No. Istilah Arti
1. Prevalensi Jumlah total kasus penyakit tertentu
yang terjadi pada waktu tertentu di
wilayah tertentu.
2. Kajian pustaka Kegiatan mencari referensi yang relevan
dengan penelitian yang akan dilakukan
untuk dikutip / dijadikan dasar dari
sebuah ide penelitian

3. Literatur Sumber / pedoman yang digunakan


untuk berbagai jenis kegiatan di bidang
pendidikan
4. Boardcast Kegiatan meneruskan pesan berupa
motivasi rutin motivasi secara berkala melalui media
sosial

5. Hibah Pemberian yang dilakukan oleh


seseorang kepada pihak lain yang
dilakukan ketika masih hidup dan
4

pelaksanaan pembagiannya dilakukan


saat penghibah masih hidup juga.

6. Bukti ilmiah Pendekatan ilmu kedokteran yang


berbasis pada bukti

7. Penyuluhan Upaya peningkatan mutu penggunaan


bahasa dan sikap positif masyarakat
terhadap bahasa

8. Monitoring memeriksa keadaan/fenomena tertentu


secara teratur

2.4 Identifikasi masalah


1. Dokter Boy, pakar obesitas merasa prihatin terhadap tingginya prevalensi
obesitas dikalangan remaja. Dokter Boy melakukan kajian pustaka bahwa
kasus obesitas disebabkan karena tingkat aktivitas fisik yang rendah. Ia juga
mendapatkan literatur bahwa penyuluhan saja tidak efektif untuk
memperbaiki tingkat aktivitas fisik tersebut.
2. Dokter Boy berasumsi bahwa penyuluhan akan lebih efektif bila diikuti
dengan pemberian motivasi secara rutin yang dikirimkan melalui media
sosial kepada kelompok remaja tersebut. Oleh karena itu, dokter Boy
mengajukan usukan hibah kepada pihak sponsor untuk merancang program
aplikasi android berupa boardcast motivasi rutin sekaligus monitoring
aktivitas fisik kepada kelompok remaja.
3. Akan tetapi pihak sponsor belum bersedia memberikan hibah sebelum ada
bukti ilmiah bahwa penyuluhan yang diikuti dengan pemberian motivasi
rutin lebih efektif dibanding hanya penyuluhan, dalam memperbaiki tingkat
aktivitas fisik pada kelompok remaja.
5

2.5 Analisis masalah


1. Dokter Boy, pakar obesitas merasa prihatin terhadap tingginya prevalensi
obesitas dikalangan remaja. Dokter Boy melakukan kajian pustaka bahwa
kasus obesitas disebabkan karena tingkat aktivitas fisik yang rendah. Ia
juga mendapatkan literatur bahwa penyuluhan saja tidak efektif untuk
memperbaiki tingkat aktivitas fisik tersebut.
a. Apa yang dimaksud prevalensi?
Jawab :
Angka prevalensi adalah semua populasi yang menderita penyakit
(kasus baru dan lama) dari populasi yang berisiko menderita penyakit
tersebut dalam periode waktu tertentu. Prevalensi terbagi menjadi point
prevalence dan period prevalence.Point prevalence ialah mengukur
semua kasus yang terjadi pada waktu tertentu, misalnya 1 januari-1
agustus.Serta period prevalence ialah mengukur semua kasus yang
terjadi pada periode waktu tertentu, misalnya selama tahun 2000 dsb.
(Dwiprahasto,I. 2013)

b. Apa fungsi dari kajian pustaka?


Jawab :
Tujuan : Membantu peneliti untuk menyelesaikan masalah
penelitiannya dengan mengacu pada teori dan hasil-hasil penelitian
sebelumnya yang relevan.
Fungsi : Kajian pustaka berfungsi untuk (1) mengetahui sejarah
masalah penelitian, (2) membantu memilih prosedur penyelesaiaan
masalah penelitian, (3) memahami latar belakang teori masalah
penelitian, (4) mengetahui manfaat penelitian sebelumnya, (5)
menghindari terjadinya duplikasi penelitian, dan (6) memberikan
pembenaran alasan pemilihan masalah penelitian (Hamdiyati, 2008)
6

c. Bagaimana cara menghitung angka prevalensi?


Jawab :
Period prevalence rate
Jumlah penduduk baru + jumlah penduduk lama X 100 (1000%) /
jumlah penduduk saat ini.
Point prevalence rate
Jumlah penduduk baru + jumlah penduduk lama X 100 (1000%) /
jumlah penduduk pertengahan.

d. Bagaimana cara mencari literatur yang valid?


Jawab :
Langkah-langkah dalam Literatur Review :
Langkah 1: Membaca tulisan-tulisan ilmiah terkait
Tahap 1: Perhatikan struktur dan teks misalnya daftar isi, abstrak,
heading dan sub-headings, untuk melihat apakah teks itu sesuai untuk
tujuan anda.
Tahap 2 : Jika teks terlihat sesuai untuk tujuan anda maka baca dengan
lebih detil untuk mencari penelitian tertentu yang akan mendukung
Literature Review. Teknik ini memungkinkan untuk mengidentifikasi
materi yang sesuai dengan membaca secara luas dan untuk
memperoleh pengertian umum mengenai literatur yang ada di
bidang anda.
Langkah 2: Mengevaluasi semua tulisan ilmiah yang dibaca
Tulisan ilmiah berkualitas adalah Jurnal elektronis dan
database. Hati-hati dalam melakukan google search yang
menghasilkan site yang tidak qualified dan pastikan dari mana asal
dan sumber riset. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi
tulisan ilmiah:
a. Akurasi
Pastikan apakah literatur ini akurat dengan cara
mengecek apakah penelitian yang sama diacu di sumber lain
7

atau apakah sumber ini tidak konsisten dengan sumber lain. Dan
pastikan literatur berasal dari sumber terpercaya.

b. Obyektivitas
1. Apakah ada bukti bias dalam artikel? Misalnya,
apakah anda akan percaya riset dari pabrik rokok
yang menyatakan bahwa merokok tidak membahayakan
kesehatan?
2. Apakah statistik sesuai dengan publikasi lain? Jika
tidak, apakah argument (metode, rancangan
penelitian dll) yang dipakai dasar cukup
meyakinkan?
3. Bagaimana anda mengetahui kalau data yang dimuat
adalah benar? Data pendukung apa yang tersedia?
c. Kemutahiran
1. Pastikan kapan tanggal publikasi material.
2. Pastikan apakah mungkin ada informasi yang
lebih terbaru dan menimbulkan keraguan atau menentang
beberapa temuan yang sudah ada.
d. Cakupan
1. Informasi dari literatur yang tersedia harus lengkap
dan mencakup bidang yang diteliti.
2. Pastikan apakah ada penelitian lebih lanjut yang tidak
disebut atau secara sengaja dihilangkan dari penemuan?
Langkah 3: Buat ringkasan publikasi-publikasi tersebut
Buatlah catatan saat membaca literatur mengenai:
a. Apakah poin/teori/masalah utama yang diangkat dalam
teks misalnya buku atau artikel?
b. Rangkum poin utama yang diajukan pengarang.
c. Catat detil kuotasi, atau halaman referensi yang anda
anggap mungkin berguna dalam Literature Review.
8

d. Pastikan anda memiliki semua informasi seperti


pengarang, tanggal dan tahun, judul buku,
sumber, penerbit buku/jurnal, halaman, tujuan
penelitian, hipotesis, metode penelitian, material, desain
eksperimen, dan hasil/data.
e. Catat bagaimana pengarang menggunakan materi asal.
Jika anda meniru kata-kata pengarang secara langsung
pastikan anda menempatkannya dalam tanda petik dan
menyebut halamannya.
f. Apa kesimpulan yang dibuat oleh pengarang?
g. Poin apa yang mendukung kesimpulan?
h. Tulis juga pendapat anda tentang bacaan tersebut. Hal ini
akan berguna saat anda melihat kembali catatan yang
anda buat atau menggunakannya saat menulis.

Langkah 4: Gabungkan menjadi satu cerita ilmiah yang lengkap


mengenai suatu permasalahan

e. Bagaimana cara menyusun kajian pustaka?


Jawab :
Langkah awal dan cara penulisan
Pembuatan kajian pustaka sebaiknya mengikuti langkah awal, sebagai
berikut :
1. Mencari informasi ke perpustakaan atau internet.
2. Menyiapkan butir-butir yang perlu dalam mencatat informasi dari
pustaka, meliputi kelengkapan sumber informasi, kriteria
informasi, cara mencatat sumber informsi dari internet, dan
sebagainya.
3. Menyiapkan kartu atau buku untuk mengumpulkan informasi yang
relevan.
4. Menyiapkan sistematika pengumpulan informasi.

Penulisan kajian pustaka sebaiknya mengikuti saran sebagai berikut :


9

1. Pertahankan fokus perhatian pada masalah penelitian yang akan


dilaksanakan, agar penulisan kajian pustaka tetap relevan dengan
masalah yang akan diteliti.
2. Buatlah rencana struktur penulisan kajian pustaka dengan baik
(jangan menulis menurut urutan ditemukannya pustaka itu).
3. Tekankan keterkaitan antara pustaka dengan masalah penelitian
yang (akan, sedang, atau baru saja) dipecahkan oleh peneliti
(Suryanto. 2006).

Sintesis :

Dalam tinjauan pustaka tidak perlu seluruh aspek penyakit yang


diteliti dibahas dengan proporsi yang seimbang. Yang diperlukan
adalah tinjauan komprehensif terhadap aspek yang diteliti, dengan
penekanan utama pada hubungan antar variabel yang diteliti dan
variabel lain yang mungkin berperan.
Sumber pustaka cukup 'baru', mungkin 3-5 tahun terakhir, agar
informasi yang disampaikan tidak kedaluarsa.Sumber informasi
terkini dapat diperoleh dari on-line database melalui internet.
Makalah atau ceramah alam penemuan ilmiah juga sering
memberikan informasi terkini tentang aspek yang relevan dengan
penelitian.
Teknik penulisan harus diperhatikan, kalimat yang terlalu
panjang, kalimat tanpa subjek, atau ejaan yang tidak benar atau tidak
taat- asas harus dihindarkan, sementara alur pikiran yang logis harus
tetap terjaga. Penulisan paragraf yang tidak tepat akan mengurangi
kejelasan informasi yang disampaikan.
Perlu ditemukan bahwa pembuatan tinjauan pustaka secara
terpisah biasanya diperlukan pada usulan penelitian untuk keperluan
pendidikan (pembuatan skripsi untuk mahasiswa S1, tesis untuk
mahasiswa S2, atau disertasi untuk mahasiswa S3). Untuk usulan
permintaan dana dari penyandang dana, tinjauan pustaka yang
terpisah tidak diperlukan. Dalam hal ini, maka semua informasi yang
10

diperlukan harus telah dikemumukan didalam latar belakang,


karenanya rangkuman pustaka dalam usulan penelitian untuk tujuan
non- pendidikan biasanya lebih ringkas dan terfokus pada aspek yang
berkaitan langsung dengan materi penelitian (Sastroasmoro, S,2014).

f. Bagaimana hubungan tingkat aktivitas fisik dengan obesitas?


Jawab :
Banyak hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang
berbanding terbalik antara aktivitas fisik dan berat badan atau IMT.
Aktivitas fisik berperan dalam keseimbangan energi pada penderita
obesitas (Candrawati, 2011).

2. Dokter Boy berasumsi bahwa penyuluhan akan lebih efektif bila diikuti
dengan pemberian motivasi secara rutin yang dikirimkan melalui media
sosial kepada kelompok remaja tersebut. Oleh karena itu, dokter Boy
mengajukan usukan hibah kepada pihak sponsor untuk merancang program
aplikasi android berupa boardcast motivasi rutin sekaligus monitoring
aktivitas fisik kepada kelompok remaja.
a. Apa saja media yang dapat digunakan untuk penyuluhan?
Jawab :
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media
penyuluhan dibagi menjadi 3 yakni :
1. Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri
dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna.
Yang termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet, flyer
(selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau tulisan pada surat
kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi
kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan
lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa
kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan
dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki
11

kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara
dan mudah terlipat.
2. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat
dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu
elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah televisi, radio,
video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya media cetak, media
elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami,
lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut
sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan
dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari
media ini adalah biayanya lebih tinggi,sedikit rumit, perlu listrik
dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang,
peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan
penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.
3. Media luar ruang
Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media
cetak maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk,
pameran, banner dan televisi layar lebar. Kelebihan dari media ini
adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi
umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh
panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya
relatif besar. Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi,
sedikit rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan
matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan
keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk
mengoperasikannya.

b. Bagaimana prosedur mengajukan usulan hibah?


12

Jawab :
1. Menyampaikan usulan kegiatan untuk dibiayai dari hibah kepada
pihak sponsor
2. Melengkapi persyaratan usulan
a. Daftar Isian Pengusulan Kegiatan (DIPK )Hibah
Umum
1. Judul Kegiatan
2. Bentuk Kegiatan
3. Instansi Penanggung jawab
4. Instansi Pelaksana
5. Durasi Pelaksanaan

Pembiayaan

1. Nilai Pembiayaan
2. Indikasi Sumber Pembiayaan (bila ada)

Justifikasi

1. Latar Belakang Kegiatan


2. Ruang Lingkup Kegiatan
3. Sasaran
4. Keterkaitan dengan kegiatan lain
b. Dokumen Usulan Kegiatan (DUK) Hibah.
1. Latar Belakang
2. Tujuan
3. Ruang Lingkup Kegiatan
4. Sumber daya yang dibutuhkan
5. Hasil yang diharapkan
6. Rencana Pelaksanaan kegiatan
3. Pihak yang berpotensi akan dihubungi
4. Menyertakan surat yang harus dilengkapi
13

5. Masing-masing sponsor memiliki persyaratan dan ketentuan yang


berbeda-beda. (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional,
2012 )

c. Apakah asumsi dapat dijadikan sebagai hipotesis penelitian?


Jawab :
Ya, asusmsi dapat dijadikan sebagai hipotesis. Hipotesis adalah
pernyataan sebagai jawaban sementara atas pernyataan penelitian, yang
harus diuji validitasnya secara empiris. Formulasi hipotesis yang baik
harus memenuhi kriteria berikut :
o Dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang jelas dan sederhana,
tidak bermakna ganda.
o Mempunyai landasan teori yang kuat. Hipotesis tidak serta merta
datang dengan sendirinya, namun harus dibangun atas dasar teori,
pengalaman, serta sumber ilmiah lain yang sahih.
o Menyatakan hubungan antara satu variabel tergantung dengan satu
atau lebih variabel bebas. Kadang hipotesis menyatakan hubungan
antara beberapa variabel bebas dengan satu variabel tergantung,
misal pada studi faktor – faktor risiko dengan analisis multivariat.
Namun dalam satu hipotesis hanya boleh terdapat satu variabel
tergantung. Hipotesis dengan lebih dari satu variabel tergantung
(disebut sebagai hipotesis yang kompleks) harus dipecah menjadi
dua atau lebih hipotesis sederhana. (Sastroasmoro, 2014)

d. Bagaimana cara pembuatan bukti ilmiah?


Jawab :
EBM (epidence based medicine ) adalah menggunakan bukti yang
paling baik dalam mengambil keputusan di bidang kesehatan
disesuaikan dengan keahlian sang pengambil keputusan serta harapan
dan nilai si pasien. Dengan demikian, EBM dapat diartikan sebagai
pemanfaatan bukti ilmiah secara seksama, ekplisit dan bijaksana dalam
pengambilan keputusan untuk tatalaksana pasien. Artinya
14

mengintegrasikan kemampuan klinis individu dengan bukti ilmiah


yang terbaik yang diperoleh dengan penelusuran informasi secara
sistematis. EBM membutuhkan ketrampilan khusus, termasuk
didalamnya kemampuan untuk melakukan penelusuran literatur secara
efisien dan melakukan telaah kritis terhadap literatur tersebut menurut
aturan-aturan yang telah ditentukan.

Langkah dalam proses EBM adalah sebagai berikut:

1. Diawali dengan identifikasi masalah dari pasien atau yang timbul


selama proses tatalaksana penyakit pasien
2. Dilanjutkan dengan membuat formulasi pertanyaan dari masalah
klinis tersebut
3. Pilihlah sumber yang tepat untuk mencari jawaban yang benar bagi
pertanyaan tersebut dari literatur ilmiah
4. Lakukan telaah kritis terhadap literatur yang didapatkan untuk
menilai validitas (mendekati kebenaran), pentingnya hasil
penelitian itu serta kemungkinan penerapannya pada pasien
5. Setelah mendapatkan hasil telaah kritis, integrasikan bukti tersebut
dengan kemampuan klinis anda dan preferensi pasien yang
seharusnya mendapatkan probabilitas pemecahan masalah
pelayanan pasien yang lebih baik.
6. Evaluasi proses penatalaksanaan penyakit / masalah pasien.

Apakah berhasil atau masih memerlukan tindakan lain

Kemampuan menelaah secara kritis terhadap suatu artikel dengan


tata cara tertentu sudah dikenal sejak lama, namun EBM
memperkenalkan tata cara telaah kritis menggunakan lembar kerja
yang spesifik untuk tiap jenis penelitian (diagnostik, terapi, prognosis,
metaanalisis, pedoman pelayanan medik dll). Tiga hal penting
merupakan patokan telaah kritis, yaitu (1) validitas penelitian, yang
dapat dinilai dari metodologi / bahan dan cara , (2) pentingnya hasil
penelitian yang dapat dilihat dari bagian hasil penelitian, serta (3)
15

aplikabilitas hasil penelitian tersebut pada lingkungan kita, yang dapat


dinilai dari bagian diskusi artikel tersebut (Tumbelaka, 2002).

3. Akan tetapi pihak sponsor belum bersedia memberikan hibah


sebelum ada bukti ilmiah bahwa penyuluhan yang diikuti dengan
pemberian motivasi rutin lebih efektif dibanding hanya penyuluhan,
dalam memperbaiki tingkat aktivitas fisik pada kelompok remaja.
a. Apa yang dimaksud dengan bukti ilmiah?
Jawab :
Evidence based medicine (EBM) adalah suatu pendekatan medik
yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan
pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam prakteknya,
EBM memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan
bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya. Pengertian lain
dari evidence based medicine (EBM) adalah proses yang digunakan
secara sistematik untuk menemukan, menelaah/me-review, dan
memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai dasar dari pengambilan
keputusan klinik. Jadi secara lebih rincinya lagi, EBM merupakan
keterpaduan antara (1) bukti-bukti ilmiah, yang berasal dari studi yang
terpercaya (best research evidence); dengan (2) keahlian klinis (clinical
expertise) dan (3) nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient values)
(Suwondo, 2011).

b. Apa macam - macam bukti ilmiah?


Jawab :
Klasifikasi:
 Evidence-Base guideline.
EBM praktis pada tingkat organisasi atau institusi dalam bentuk
guideline, pedoman, dan aturan
 Evidence-Base individual decision making.
EBM praktis pada individual. Bukti-bukti klinik biasanya ditulis
dalam suatu jurnal dan dokumen-dokumen, sehingga memudahkan
16

seorang dokter atau klinisi untuk memanfaatkanya. (Suwondo,


2011)

c. Bagaimana jenis – jenis penelitian eksperimen?


Jawab :
Studi eksperimen juga mempunyai tingkatan atau gradasi, mulai
dari studi preeksperimental (pre-experimental studies), studi kuasi-
eksperimental (quasi experimental studies) dan uji eksperimental benar
(true experimental studies)
Sintesis:

Dilihat dari kemampuan dalam melakukan control terhadap


variabel-variabel penelitian, jenis/bentuk rancangan penelitian
eksperimen dibedakan dalam tiga kelompok besar, antara lain:
1. Rancangan Pra-Eksperimen (Pra -Experiment Design)
Rancangan ini digunakan untuk mengungkap hubungan
sebab-akibat hanya dengan cara melibatkan satu kelompok
subjek, sehingga tidak ada control yang ketat terhadap variabel.
Terdapat tiga jenis rancangan penelitian yang dapat dimasukkan
dalamkelompok rancangan penelitian ini, yaitu:
a) Studi Kasus Bentuk Tunggal (One - Shot Case Study)
Yaitu sebuah eksperimen yang dilaksanakan tanpa
adanya kelompok pembanding dan juga tanpa adanya tes
awal.
Dengan model ini peneliti tujuannya sederhana yaitu ingin
mengetahui efek dari perlakuan yang diberikan pada
kelompok tanpa mengindahkan pengaruh faktor yang lain.
b) Pratest-Postest Kelompok Tunggal (The One Group Pratest
Posttest)
Rancangan eksperimen yang dilakukan pada satu
kelompok saja tanpa kelompok pembanding.Model ini lebih
sempurna jika dibandingkan dengan model pertama, karena
sudah menggunakan tes awal (pratest) kemudian setelah
17

diberikan perlakukan dilakukan pengukuran (posttest) lagi


untuk mengetahui akibat dari perlakukan itu, sehingga
besarnya efek dari eksperimen dapat diketahui dengan pasti.
c) Perbandingan Kelompok Statis (The Static Group
Comparison Group)
Pada rancangan ini, ada kelompok yang diberikan
treatmen eksperimental, dan ada kelompok lainnya yang tak
diberikan treatmen, dua-duanya adalah kelompok yang sudah
ada (Sastroasmoro, 2014).
2. Rancangan Eksperimen Murni (True- Experimental Design)
Rancangan penelitian ekperimen ini digunakan untuk
mengungkapkan hubungan sebab-akibat dengan cara melibatkan
kelompok control disamping kelompok eksperimental, yang
pemilihan kedua kelompok tersebut menggunakan tekhnik acak.
Terdapat tiga karakter dalam rancangan penelitian ini:
(1) adanya kelompok kontrol, (2) siswa ditarik secara
random/acak dan ditandai untuk masing-masing kelompok, (3)
sebuah tes awal dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar
kelompok. Terdapat lima jenis rancangan penelitian eksperimen
murni, antara lain:
a) Rancangan secara acak dengan tes akhir dan kelompok
control (The randomized posttest only control group design)
Pada rancangan ini, ada kelompok eksperimen dan ada
kelompok kontrol.Pada kelompok eksperimen dikenai
perlakuan X1 dan pada kelompok kontrol tidak dikenai
perlakuan.Dan pada akhir penelitian kedua kelompok dikenai
posttest. Pemilihan subjek ke dalam kedua kelompok yang
dikenai eksperimen menggunakan proses randomisasi.
Dengan begitu, sesuai dengan asumsi randomisasi, kedua
kelompok yang dikenai eksperimen adalah ekuivalen
(hampir sama).
18

b) Rancangan secaraacak dengan tes awal dan tes akhir dengan


kelompok kontrol (The randomized pretest-posttest contol
group design)
Dalam rancangan ini, kelompok eksperimental diberi
perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua
kelompok diawali dengan pratest, dan setelah pemberian
perlakuan diadakan pengukuran kembali (pascatest). Subjek
yang dipilih pada racangan penelitian ini menggunakan
tekhnik acak.
c) Empat kelompok Solomon (The randomized Solomon four
group design)
Rancangan ini pada dasarnya menggabungkan dua
rancangan eksperimental sebelumnya sehingga terbentuk
rancangan yang melibatkan empat kelompok. Dua kelompok
sebagai kelompok eksperimen dan dua lainnya sebagai
kelompok control. Pada kedua kelompok eksperimental diberi
perlakuan sedangkan pada kedua kelompok control tidak.
Pada satu pasangan kelompok eksperimen dan control diawali
dengan pratest, sedangkan pada pasangan yang lain tidak.
Setelah pemberian perlakuan selesai diadakan pengukuran
atau pascatest pada keempat kelompok.Peneliti dapat
menekan sekecil mungkin sumber-sumber kesalahan karena
adanya empat kelompok yang berbeda dengan enam format
pengukuran.
d) Rancangan penelitian dua kelompok matching randomisasi
Pada rancangan penelitian ini, selain melakukan
randomisasi pada kelompok eksperimen maupun control juga
dilakukan teknik control tambahan dengan dilakukannya
matching. Matching dilakukan agar kedua kelompok menjadi
setara pada beberapa variabeltergantung yang diduga dapat
berpengaruh pada variabel terikat. Matching dilakukan
sebelum dilakukan randomisasi (Sastroasmoro, 2014).
19

3. Rancangan Eksperiment Semu (Quasi-Experimental Design)


Penelitian eksperimen semu adalah penelitian yang
dilaksanakan dengan menggunakan seluruh subjek dalam
kelompok belajar (intact group) untuk diberi perlakuan
(treatment) dan bukan menggunakan subjek yang diambil secara
acak. Penggunaan rancangan ini bertujuan untuk memperoleh
informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat
diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan
yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau
memanipulasikan semua variabel yang relevan.
Ciri-ciri rancangan eksperimen semu adalah:
a) Manipulasi eksperimen hanya pada variabel bebas.
b) Tidak ada pemilihan secara acak untuk kelompok dan atau
c) Tidak ada kelompok control
Dalam rancangan ini biasanya menggunakan kelompok
subjek yang telah terbentuk secara wajar,sehingga sejak awal bisa
saja kedua kelompok subjek telah memiliki karakteristik berbeda.
Apabila pada pascatest ternyata kedua kelompok itu berbeda
mungkin saja perbedaannya bukan disebabkan oleh perlakuan
tetapi karena sejak awal kedua kelompok sudah berbeda. Control
terhadap variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
eksperimen tidak dilakuan karena akesperimen ini biasanya
dilakukan dimasyarakat. Beberapa jenis rancangan
penelitian antara lain:
a. Posttest Only, Non-Equivalent Control Group Design
Rancangan ini pada dasarnya sama dengan rancangan
secara acak dengan tes akhir dan kelompok control diatas tadi.
Perbedaannya hanyalah terletak pada teknik yang digunakan
di dalam upaya mengekuivalenkan/menyamakan kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol. Pada rancangan ini,
bukan proses randomisasi yang digunakan, melainkan
menggunakan kelompok yang sudah ada, akan tetapi subjek
20

yang dikenai pascates terbatas pada subjek-subjek yang dapat


dijodohkan. Skema model penelitian ini adalah:
b. Pretest-Posttest, Non-Equivalent Control Group Design
Rancangan ini pada dasarnya sama dengan rancangan
secara acak pratest-posttest dan kelompok control diatas
tadi. Perbedaannya hanyalah terletak pada teknik yang
digunakan di dalam upaya mengekuivalenkan/menyamakan
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pada
rancangan ini, bukan proses randomisasi yang digunakan,
melainkan menggunakan kelompok yang sudah ada, akan
tetapi subjek yang dikenai pratest dan pascates terbatas pada
subjek-subjek yang dapat dijodohkan.
c. Rancangan rangkaian waktu (A basic time-series design)
Pada design time series,peneliti melakukan pengukuran
di depan selama tiga kali berturut, kemudian peneliti
memberikan perlakuan pada obyek yang diteliti. Kemudian
peneliti melakukan pengukuran selama tiga kali lagi setelah
perlakuan dilakukan. Design ini merupakan pengembangan
dari One Group Pretest-Posttest Design, jika pengukuran
dilakukan secara berulang-ulang dalam kurun waktu
tertentu.
d. Rancangan rangkaian waktu dengan kelompok
pembanding (control time series design)
Pada dasarnya rancangan ini adalah rancangan
rangkaian waktu, hanya dengan menggunakan kelompok
pembanding (kontrol). Rancangan ini lebih memungkinkan
adanya control terhadap validitas internal, sehingga
keuntungan dari rancangan ini lebih menjamin adanya
validitas internal yang tinggi.
Pada penelitian eksperimen murni kelompok subjek
penelitian ditentukan secara acak, sehingga akan diperoleh
kesetaraan kelompok yang berada dalam batas-batas
21

fluktuasi acak. Namun, dalam dunia pendidikan khususnya


dalam pembelajaran, pelaksanaan penelitian tidak selalu
memungkinkan untuk melakukan seleksi subjek secara
acak, karena subjek secara alami telah terbentuk dalam satu
kelompok utuh (naturally formed intact group), seperti
kelompok siswa dalam satu kelas. Kelompok-kelompok
ini juga sering kali jumlahnya sangat terbatas.
Dalam keadaan seperti ini kaidah-kaidah dalam
penelitian eksperimen murni tidak dapat dipenuhi secara
utuh, karena pengendalian variabel yang terkait subjek
penelitian tidak dapat dilakukan sepenuhnya, sehingga
penelitian harus dilakukan dengan menggunakan intact
group. Penelitian seperti ini disebut sebagai penelitian
kuasi eksperimen (eksperimen semu). Jadi penelitian kuasi
eksperimen menggunakan seluruh subjek dalam kelompok
belajar (intact group) untuk diberi perlakuan (treatment),
bukan menggunakan subjek yang diambil secara acak
(Sastroasmoro, 2014).

d. Bagaimana desain yang tepat pada penelitian ini?


Jawab :
Desain penelitian yang tepat pada kasus ini adalah eksperimental.
Dengan uji eksperimental ini maka Dokter Boy dapat mengetahui
efektivitas dari pemberian motivasi rutin apakah lebih efektif
dibanding hanya penyuluhan, dalam memperbaiki tingkat aktivitas
fisik pada kelompok remaja.

Sintesis :

Studi sering pula disebut studi intervensional adalah salah satu


rancangan penelitian yang dipergunakan untuk mencari hubungan
sebab- akibat (cause- effect relationship). Pada penelitian
eksperimental asosiasi sebab- akibat yang diperoleh lebih tegas dan
22

nyata, sehingga simpulan yang dapat diperolehpun lebih tegas dan


nyata, sehingga simpulan yang dapat diperoleh pun lebih definitif
ketimbang pada studi observasional

Studi eksperimen juga mempunyai tingkatan atau gradasi, mulai


dari studi pra- eksperimental (pre- experimental studies), studi kuasi-
eksperimental (quasi- experimental studies) dan uji eksperimental
benar (true experimental studies) (Sastroasmoro, 2014).

e. Bagaimana latar belakang yang harus dibuat dr. Boy pada


penelitiannya?
Jawab :
Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh yaitu apabila
ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan 25% pada wanita.
Meningkatnya obesitas tak lepas dari gaya hidup, seperti menurunnya
aktivitas fisik. Faktor genetik juga menentukan mekanisme pengaturan
berat badan melalui pengaruh hormon dan neural (Limanan & Prijanti,
2013).
Obesitas telah menjadi masalah epidemi global diseluruh dunia
dan cenderung meningkat tajam. Menurut data dari WHO pada tahun
2014 lebih dari 1,9 miliar orang dewasa yang berusia > 18 tahun
mengalami kelebihan berat badan. Dari jumlah tersebut lebih dari 600
juta mengalami obesitas. Secara keseluruhan, sekitar 13% dari populasi
dunia (11% laki-laki dan 155 perempuan) yang mengalami obesitas
pada tahun 2014.
Di Indonesia, berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) pada tahun 2013, prevalensi obesitas pada penduduk
berusia > 18 tahun berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah
15,4%. Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013
sebanyak 19,7% dan perempuan dewasa >18 tahun sebanyak 32,9%.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengubah perilaku
seseorang adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan seperti
penyuluhan. Pendidikan kesehatan diharapkan dapat mengubah
23

perilaku seseorang dengan didahului oleh proses peningkatan


pengetahuan dan sikap. Peningkatan pengetahuan dan sikap ini penting
karena sebelum tahapan perubahan perilaku, terlebih dulu terjadi
perubahan pengetahuan dan sikap. Ketidaktahuan seseorang dapat
menyebabkan kesalahan dalam pemilihan dan pengolahan makanan.
Keberhasilan pendidikan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan
dan sikap seseorang dipengaruhi salah satunya oleh metode yang
digunakan dalam penyampaian pesan. Pemilihan metode harus
mempertimbangkan tujuan, sasaran, situasi, petugas, sarana dan biaya
(Notoatmodjo, 2010).
Hasil penelitian Norman (2012) menunjukkan bahwa metode
ceramah dapat meningkatkan kepatuhan seseorang dalam
melaksanakan pesan yang disampaikan. Namun, pemberian
penyuluhan yang hanya satu kali saja seringkali tidak dapat mencapai
tujuan yang maksimal karena hanya terjadi peningkatan pengetahuan
dan sikap, tetapi belum mengubah perilaku seseorang secara konsisten.
Oleh karena itu, perlu adanya motivasi menggunakan media yang sama
ataupun berbeda sebagai reminder atau pengingat. Salah satu media
yang sedang tren adalah teknologi smartphone karena dapat diakses
dimanapun dan kapanpun. Penyuluhan menggunakan metode ceramah
dengan media slide kemudian dilakukan motivasi lanjutan dengan
media teknologi smartphone diharapkan dapat mengubah perilaku
seseorang dengan jangka waktu yang lama.
Beberapa hasil penelitian membuktikan manfaat teknologi
smartphone dalam peningkatan kesehatan seperti penanganan obesitas.
Hasil penelitian Joon (2007) berupa penggunaan short message serving
(SMS) sebagai self reminder terhadap program penurunan berat badan
antara lain sebanyak 47% subjek berhasil dalam program penurunan
berat badan dan 2/3 dari subjek berhasil melakukan penurunan lingkar
pinggang. Dari hasil penelitiannya, Joon menyimpulkan bahwa sms
dapat menjadi metode yang efektif dalam program penurunan berat
24

badan. Penelitian serupa telah banyak dilakukan di negara, tetapi belum


pernah dilakukan di Indonesia khususnya Kota Yogyakarta.
Berangkat dari masalah perlunya penyuluhan yang bersifat
berkelanjutan di samping metode ceramah sebagai salah satu metode
dalam penanganan obesitas pada remaja terkait perubahan pola makan,
serta tren pemanfaatan teknologi smartphone, peneliti ingin melakukan
penelitian berupa penggunaan media sosial broadcast message sebagai
media motivasi rutin terhadap perubahan pola makan pada remaja
SMA dengan status gizi lebih di Kota Palembang.

f. Bagaimana rumusan masalah ?


Jawab :
Bagaimana efektivitas motivasi secara rutin setelah penyuluhan
dalam memperbaiki tingkat aktivitas fisik pada kelompok remaja
obesitas?

g. Bagaimana tujuan dari penelitian?


Jawab :
Tujuan umum :
Mengetahui efektivitas motivasi secara rutin setelah penyuluhan
dalam memperbaiki tingkat aktivitas fisik pada kelompok remaja
obesitas

Tujuan khusus:

1. Untuk mengetahui pemberian penyuluhan dengan tingkat aktivitas


fisik rendah pada remaja obesitas.
2. Untuk mengetahui pemberian penyuluhan dengan motivasi dengan
tingkat aktivitas fisik rendah pada remja obesitas.
3. Untuk membandingkan pemberian penyuluhan dengan pemberian
penyuluhan dengan motivasi dengan tingkat aktivitas fisik rendah
pada remaja obesitas.
Sintesis:
25

Suatu materi yang sama mungkin dapat digunakan untuk


menjawab berbagai pertanyaan penelitian yang berbeda, karenanya
dalam usulan perlu disebutkan tujuan penelitian tersebut secara jelas
dan eksplisit. Biasanya uraian tentang tujuan penelitian ini mencakup
tujuan umum dan tujuan khusus.
Dalam tujuan umum (ultimate objective) dinyatakan tujuan
akhir penelitian. Tujuan umum biasanya mengacu pada aspek yang
lebih luas atau tujuan jangka panjang penelitian, tidak terbatas pada
hal- hal yang langsung diteliti atau diukur. Dalam tujuan khusus
(spesific objectves) disebutkan secara jelas dan tajam hal- hal yang
akan langsung diukur, dinilai,atau diperoleh dari penelitian. Tujuan
umum dan khusus yang hanya terdiri atas satu atau dua butir saja
mungkin cukup ditulis secara naratif dalam satu kalimat. Tetapi apabila
terdapat banyak butir dan sub-butir maka tujuan umum dan khusus
perlu dipisahkan agar lebih jelas dan mudah dimengerti oleh pembaca
(Sastroasmoro, 2014).

h. Apa metode yang tepat untuk penelitian ini?


Jawab :
Metode yang tepat pada penelitian ini yaitu, menggunakan desain
quasi eksperimental jenis non equivalent control group. Pada cara ini,
biasanya lebih dimungkinkan untuk membandingkan hasil intervensi
program kesehatan dengan suatu kontrol yang serupa, tetapi tidak perlu
kelompok yang benar-benar sama. Dalam rancangan ini juga tidak
dilakukan pengambilan sampel secara random atau acak (Notoadmodjo,
2012).

i. Bagaimana populasi, sampel, dan cara pengambilan sampel pada


penelitian dr. Boy?
26

Jawab :
a. Populasi
Populasi target: Seluruh Remaja Obesitas
Populasi terjangkau: Seluruh Remaja Obesitas di wilayah x
Palembang
b. Sampel : Seluruh Remaja Obesitas di wilayah x Palembang
c. Cara Pengambilan Sampel:
Purposive sampling; peneliti memilih responden berdasarkan
pertimbangan subyektif dan praktis, bahwa responden tersebut
dapat memberikan informasi yang memadai untuk menjawab
pertanyaan penelitian.
d. Kriteria Inklusi meliputi:
 Remaja usia 15-21 tahun
 Remaja obesitas (IMT >30)
 Telah menendatangani surat persetujuan penelitian
Kriteria ekslusi meliputi:
 Remaja dengan penyakit kronis
 Remaja dalam masa penurunan beratbadan (diet)
Variabel Penelitian
 Variabel Dependent: tingkat aktivitas fisik
 Variabel Independent: pemberian motivasi
Sintesis:

Populasi penelitian ialah sekelompok subyek dengan karakteristik


tertentu.Populasi terbagi menjadi populasi target dan populasi
terjangkau. Populasi target ditandai oleh karakteristik klinis dan
demografis, dan populasi terjangkau ialah bagian dari populasi target
yang dibatasi oleh tempat dan waktu.

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara


tertentu hingga dianggap mewakili populasinya.

A. Probability sampling
27

Prinsipnya adalah bahwa setiap subyek dalam populasi


mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai
sampel penelitian.
1. Simple random sampling; kita hitung terlebih dahulu jumlah
subyek dalam populasi terjangkau yang akan dipilih
subyeknya sebagai sampel penelitian. Setiap subyek diberi
nomor, dan dipilih sebagian dari mereka
2. Systematic random sampling; ditentukan bahwa dari seluruh
subyek yang dapat dipilih, setiap subyek nomor ke-sekian
dipilih sebagai sampel.
3. Stratified random sampling; sample dipilih secara acak untuk
setiap strata, kemudian hasilnya dapat digabungkan menjadi
satu sampel yang terbebas dari variasi untuk setiap strata.
4. Cluster sampling; sampel dipilih secara acak pada kelompok
individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah.
B. Non-probability sampling
Merupakan cara pemilihan sampel yang lebih praktis dan mudah
dilakukan.
1. Consecutive sampling; semua subyek datang berurutan dan
memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian
sampai jumlah subyek terpenuhi.
2. Convenient sampling; sampel diambil tanpa sistematika
tertentu, sehingga jarang dapat dianggap dapat mewakili
populasi terjangkau.
3. Purposive sampling; peneliti memilih responden berdasarkan
pertimbangan subyektif dan praktis, bahwa responden tersebut
dapat memberikan informasi yang memadai untuk menjawab
pertanyaan penelitian (Sastroasmoro, 2014).

j. Bagaimana pengumpulan dan analisis data pada penelitian ini?


28

Jawab :
Menurut jenisnya, data secara umum dapat dibagi menjadi 2 macam,
yaitu:
a. Data kuantitatif
yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka atau
jumlah dan dapat diukur besar kecilnya serta bersifat objektif
sehingga dapat ditafsirkan sama oleh orang lain (Sastroasmoro,
2014).
Contoh : berat badan, tinggi badan, suhu tubuh, dsb.
b. Data kualitatif
yaitu data yang berhubungan dengan kategorisasi atau
karakteristik dalam bentuk Sifat (Bukan Angka) yang tidak dapat
diukur besar kecilnya (Sastroasmoro, 2014).
Contoh : jenis kelamin, pekerjaan, pengetahuan, sikap, dsb
Pengumpulan data dapat berupa observasi dan analisis data
yang dapat dilakukan yaitu menggunakan uji Chi Square dengan
menggunakan tabel 2x2 pada variabel sesama kategorik (Dahlan,
2014).

k. Bagaimana cara membuat kesimpulan dan saran?


Jawab :
 Kesimpulan

Laporan akhir dari suatu kegiatan penelitian. Pada laporan


ini disimpulkan apa saja yang telah berhasil dikumpulkan dari
kegiatan penelitian terutama dalam menjawab permasalahan
penelitian yang timbul atau tujuan penelitian.

 Saran
Berikan saran berdasarkan hasil/kesimpulan yang didapat dari
penelitian tersebut. Saran ini sangat berguna untuk membantu
memberikan solusi dari hasil akhir penelitian sebagai suatu
kegiatan ilmiah. Permasalahan dalam kesimpulan yang belum
29

terjawab dapat disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya


dan dari manfaat penelitian yang didapatkan disarankan untuk
ditindaklanjuti (Azwar, 2010).

l. Bagaimana laporan akhir yang harus dibuat oleh dr. Boy?


Jawab :
Judul laporan penelitian
1. Nama pengarang dan institusi
2. Abstrak
- Introduction
- Methods
- Results
- Dicussion
- Pendahuluan
3. Tinjauan pustaka
4. Metode Penelitian
- Desain
- Tempat dan waktu penelitian
- Sumber data primer atau sekunder
- Populasi terjangkau, sampel, cara pemilihan sampel
- Kriteria pemilihan (inklusi dan eksklusi)
- Keterangan khusus sesuai desain yang dipakai
- Teknik pengukuran (pemeriksaan)
- Rencana analisis
5. Hasil & Pembahasan
6. Kesimpulan dan saran
7. Daftar pustaka
(Sastroasmoro, 2014)

m. Bagaimana NNI pada kasus?


30

Jawab :

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik


membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu.” (Q.S. Al-Hujuraat Ayat : 6) (Departemen agama
RI. 2010).

2.6 Kesimpulan

Dokter Boy akan melakukan penelitian dengan menggunakan desain


penelitian kuasi eksperimental untuk mengetahui efektivitas pemberian
motivasi rutin setelah penyuluhan dibandingkan dengan hanya penyuluhan
terhadap tingkat aktivitas fisik rendah.

2.7 Kerangka Konsep

Tingkat prevalensi Penyuluhan tidak


obesitas tinggi efektif
31

Dr. Boy berasumsi penyuluhan akan lebih


efektif dengan motivasi terhadap
peningkatan aktivitas fisik pada remaja
obesitas

Melakukan penelitian
dengan desain kuasi
eksperimen

Membuat laporan
peneletian

DAFTAR PUSTAKA
32

Candra, S. 2011. ‘Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) dan Lingkar Pinggang Mahasiswa’. Jurnal Keperawatan Soedirman
(The Soedirman Journal of Nursing), Vol. 6 (2), tersedia di
https://media.neliti.com/media/publications/106061-ID-hubungan-tingkat-akti
vitas-fisik-dengan.pdf ( diakses pada 18 Mei 2018 )
Dahlan, M.S. 2014. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Epidemiologi Indonesia.
Departemen agama RI. 2010. Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan. Jakarta : CV
penerbit Diponegoro

Hamdiyati. Y. 2008. Cara membuat kajian pustaka. Bandung.


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19661103199
1012-YANTI_HAMDIYATI/Kajian_Pustaka_Pelatihan_KTI-PTK.pdf
( diakses tanggal 18 mei 2018)
Iwan Dwiprahasto. 2013. Epidemiologi. Clinic Epidemiology and Biostatistics
Unit FK UGM
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. 2012. Official Development
Assistance.
Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta. Hal. 61-62
Sastroasmoro, S dan Ismael, S. 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis
Ed-5. Jakarta: Sagung Seto.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryanto. 2006. Kajian Pustaka (Materi Pelatihan PPKP dan PTK). Jakarta:
Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti Depdiknas.
Suwondo, 2011. Penelitian Ilmiah dan Non Ilmiah. Tersedia di
(http://skp.unair.ac.id/repository//.pdf) Diakses pada 18 Mei 2018.
Tumbelaka.A.R.2002. Evidence-Based Medicine (EBM). Jurnal Sari Pediatri. Vol
3 No 4.

Anda mungkin juga menyukai