Anda di halaman 1dari 5

BAB 1.

KONSEP PENGENDALIAN VEKTOR DAN


BINATANG PENGGANGGU

Tujuan Pembelajaran
:Setelah selesai mempelajari bab ini, mahasiswa mampu
1. Menjelaskan Latar Belakang Pengendalian Vektor dan Binatang
Pengganggu
2. Menjelaskan Konsep Pengendalian.
3. Menjelaskan Faktor-faktor Yang Menentukan Keberhasilan Pengendalian
Vektor Dan Binatang Pengganggu.

a. Latar Belakang

Penyakit yang ditularkan melalui vektor dan binatang pengganggu masih


menjadi penyakit endemis di Indonesia bahkan dibeberapa bagian belahan
dunia lainnya. Beberapa diantaranya yang saat ini masih endemis di
Indonesia antara lain adalah penyakit malaria, demam berdarah dengue,
filariasis, pes, kolera, dan lain lain. Penyakit-penyakit tersebut jika tidak
dicegah dapat menjadi wabah atau kejadian luar biasa (KLB) serta dapat
menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat hingga menyebabkan
kematian.
Salah satu tujuan MDG’s (millenium development goal’s) adalah pengendalian
penyakit malaria yaitu tujuan ke-6 dan mempengaruhi tujuan MDG’s lainnya
seperti tujuan ke-4 dan ke-5 yaitu penurunan angka kematian ibu dan anak.
Sedangkan angka kematian ibu dan anak merupakan salah satu indikator
kualitas derajat kesehatan masyarakat..Oleh karena itu pengendalian vektor
dan binatang penggangu untuk mencegah penularan penyakit-penyakit
tertentu sangat penting dilakukan sebagai salah satu upaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

b. Konsep Pengendalian
Vektor adalah binatang, dapat berupa serangga, tikus, anjing, kucing, keong
atau hewan lain yang dapat menularkan atau memindahkan atau dapat

1
menjadi sumber penularan penyakit. (Pranoto, 1993). Sedangkan binatang
pengganggu adalah binatang yang dapat mengganggu, menyerang ataupun
menularkan penyakit terhadap manusia, binatang mapun tumbuh-tumbuhan
(Adang I,dkk,1985)
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan
untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga vektor di
suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor
sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah (PMK No.
374/Menkes/Per/III/2010 tentang Pengendalian Vektor). Jadi pada dasarnya
pengendalian vektor tidak bermaksud untuk memberantas atau membasmi
vektor sampai ke akar-akarnya. Tetapi memutuskan rantai penularan antara
sumber penyakit dengan manusia atau mencegah tertularnya suatu penyakit
menular kepada manusia melalui peranan vektor penyakit.
Upaya pengendalian vektor lebih dititikberatkan pada kebijakan
pengendalian vektor terpadu melalui suatu pendekatan pengendalian vektor
dengan menggunakan satu atau kombinasi beberapa metode pengendalian
vektor; Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) merupakan pendekatan yang
menggunakan kombinasi beberapa metode pengendalian vektor yang
dilakukan berdasarkan azas keamanan, rasionalitas dan efektifitas
pelaksanaannya serta dengan mempertimbangkan kelestarian
keberhasilannya (PMK No. 374/Menkes/Per/III/2010 tentang Pengendalian
Vektor)..
Berdasarkan uraian diatas maka konsep dasar pengendalian vektor dan
binatang pengganggu adalah:
1. Menitikberatkan pada kebijakan pengendalian vektor terpadu melalui
suatu pendekatan pengendalian vektor dengan menggunakan satu atau
kombinasi beberapa metode pengendalian vektor dan binatang
pengganggu.
2. Berdasarkan azas keamanan terhadap semua faktor lingkungan,
rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta mempertimbangkan
kelestarian keberhasilannya.
3. Tidak bermaksud untuk memberantas atau membasmi vektor dan
binatang pengganggu sampai ke akar-akarnya, tetapi memutuskan rantai
penularan antara sumber penyakit dengan manusia atau mencegah
tertularnya suatu penyakit menular kepada manusia melalui peranan

2
vektor penyakit dan binatang pengganggu.

c. Faktor Yang Menentukan Keberhasilan


Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu.

Ada 7 faktor penting yang terkait dengan keberhasilan pengendalian


vektor dan binatang pengganggu yaitu (Pranoto, 1993):
1. Pengenalan vektor dan binatang pengganggu.
Agar pengendalian vektor dan binatang pengganggu terarah kepada
sasaran yang tepat, maka terlebih dahulu harus mengenal jenisnya
yang menimbulkan masalah disuatu wilayah. Caranya adalah dengan
mengidentifikasi vektor dan binatang penggangu yang ditemukan di
wilayah yang akan dikendalikan.
2. Pemahaman bionomik vektor dan binatang pengganggu.
Dalam ekologi, bionomik (Yunani: bio = hidup, nomos = hukum)
adalah studi komprehensif organisme dan hubungannya dengan
lingkungannya - Diterjemahkan dari kata Prancis Bionomie -
penggunaan pertama dalam bahasa Inggris pada 1885-1890.
Dewasa ini kita menyebutnya, "ekologi" .
(encyclopedia.thefreeecyclopedia.com, 04-12-2012).
Jadi bionomik vektor dan binatang pengganggu adalah menyangkut
segala sesuatu interaksi vektor dan binatang pengganggu dengan
lingkungan. Dengan mempelajari bionomik akan diketahui segala
sesuatu yang berhubungan dengan kebiasaan hidup atau tata
kehidupan dari vektor dan binatang pengganggu.
Pengetahuan tentang bionomik sangat penting dalam keberhasilan
pengendalian vektor dan binatang pengganggu. Bila mengetahui
bionomik vektor dan binatang pengganggu, maka pengendaliannya
akan efektif dan efisien.
Vektor dan binatang pengganggu sebagai makhluk hidup mempunyai
bermacam-macam kebiasaan hidup, antara lain yang penting
diketahui sehubungan dengan upaya pengendalian yaitu kebiasaan
yang berhubungan dengan:
a) Perkawinan atau berkembang biak, mencari makan dan lamanya
hidup.

3
b) Mencari tempat berlindung dan bersarang.
c) Kegiatan diwaktu malam dan siang hari.
d) Pemilihan mangsa yang menjadi sasaran
e) Didalam rumah dan diluar (iklim, suhu, kelembaban, pencahayaan
alami dan non alami, dll)
f) Daya tahan terhadap pestisida
3. Pemilihan metode pengendalian. ( lihat bab 2)
4. Pemilihan jenis pestisida yang akan digunakan jika
direncanakan akan menggunakan pestisida.
5. Pemilihan peralatan aplikasi yang tepat.
6. Teknik aplikasi pestisida yang benar.
7. Keterampilan Tenaga Pelaksana (SDM)

d. Ringkasan.
1) Latar Belakang.
Penyakit yang ditularkan melalui vektor dan binatang pengganggu masih
menjadi penyakit endemis di Indonesia bahkan dibeberapa bagian
belahan dunia lainnya. Penyakit-penyakit tersebut jika tidak dicegah dapat
menjadi wabah atau kejadian luar biasa (KLB) serta dapat menimbulkan
gangguan kesehatan masyarakat hingga menyebabkan kematian.
Oleh karena itu pengendalian vektor dan binatang penggangu untuk
mencegah penularan penyakit-penyakit tertentu sangat penting dilakukan
sebagai salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2) Konsep Dasar Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu.
Konsep dasar pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah:
a) Menitikberatkan pada kebijakan pengendalian vektor terpadu melalui
suatu pendekatan pengendalian vektor dengan menggunakan satu
atau kombinasi beberapa metode pengendalian vektor dan binatang
pengganggu.
b) Berdasarkan azas keamanan terhadap semua faktor lingkungan,
rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta
mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya.
c) Tidak bermaksud untuk memberantas atau membasmi vektor dan
binatang pengganggu sampai ke akar-akarnya, tetapi memutuskan
rantai penularan antara sumber penyakit dengan manusia atau

4
mencegah tertularnya suatu penyakit menular kepada manusia
melalui peranan vektor penyakit dan binatang pengganggu.
3) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengendalian
Vektor dan Binatang Pengganggu.
a) Pengenalan vektor dan binatang pengganggu yang menjadi masalah
dengan melakukan identifikasi vektor atau binatang pengganggu.
b) Memahami bionomik vektor dan binatang pengganggu.
c) Pemilihan metode pengendalian.
d) Pemilihan jenis pestisida yang akan digunakan
e) Pemilihan peralatan aplikasi yang tepat.
f) Teknik aplikasi pestisida yang benar.

d. Pertanyaan.
1) Apakah latar belakang perlunya pengendalian vektor dan binatang
pengganggu?
2) Bagaimana konsep dasar pengendalian vektor dan binatang
pengganggu?
3) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan pengendalian vektor
dan binatang pengganggu?
4) Mengapa perlu mengetahui bionomic vektor dan binatang pengganggu
5) Terkait dengan hal-hal apa saja bionomic vektor dan binatang
pengganggu?

e. Bacaan Lanjutan.
1985, Iskandar, Adang, H,SKM dkk.
Pedoman Bidang Studi Pemberantasan Serangga dan Binatang
Pengganggu, Depkes RI, Jakarta

1993 Pranoto, M.Sc,


Diktat kuliah PVBP AKL.

2010 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 374/Menkes/Per/III/2010 tentang


Pengendalian vektor.

2011 Bapelkes Lemah Abang,


Modul MI-6, Pengendalian Vektor di daerah Tanggap Darurat, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai