Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa berkembang cepat
terutama dibidang otomasi industri. Perkembangan ini tampak jelas di industri
pemabrikan, dimana sebelumnya banyak pekerjaan menggunakan tangan manusia,
kemudian beralih menggunakan mesin, berikutnya dengan electro-mechanic (semi
otomatis) dan sekarang sudah menggunakan robotic (full automatic) seperti penggunaan
Flexible Manufacturing Systems (FMS) dan Computerized Integrated Manufacture
(CIM) dan sebagainya.
Model apapun yang digunakan dalam sistem otomasi pemabrikan sangat
tergantung kepada keandalan sistem kendali yang dipakai. Hasil penelitian menunjukan
secanggih apapun sistem kendali yang dipakai akan sangat tergantung kepada
transduser yang digunakan.
Transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan
penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Besaran masukan pada kebanyakan
sistem kendali adalah bukan besaran listrik, seperti besaran fisika, kimia, mekanis dan
sebagainya. Untuk memakaikan besaran listrik pada sistem pengukuran, atau sistem
manipulasi atau sistem pengontrolan, maka biasanya besaran yang bukan listrik diubah
terlebih dahulu menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut transducer
Sebelum lebih jauh kita mempelajari transduser ada sebuah alat lagi yang selalu
melengkapi dan mengiringi keberadaan transduser dalam sebuah sistem pengukuran,
atau sistem manipulasi, maupun sistem pengontrolan yaitu yang disebut alat ukur.

1
B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebahai berikut :


1. Pengertian transducer
2. Prinsip kerja dari Transducer dan Sensor.
3. Aplikasi dari Transducer dan Sensor.

C. TUJUAN
1. Dapat menyebutkan definisi dan perbedaan dari sensor dan transduser.
2. Mampu menyebutkan persyaratan umum dalam memilih sensor dan transduser.
3. Mengerti tentang klasifikasi sensor dan transduser secara umum

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TRANSDUSER

Transducer berasal dari kata “traducere” dalam bahasa Latin yang berarti
mengubah. William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila
digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi
tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi
berikutnya”.
Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi) atau
thermal (panas). Contoh; generator adalah transduser yang merubah energi mekanik
menjadi energi listrik, motor adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi
energi mekanik, dan sebagainya. Sehingga definisi transducer adalah alat yang biasa
pada elektonika, kelistrikan, mekanik elektronik, elektromagnetik, digunakan mengubah
energi dari satu energi ke bentuk energi yang lain untuk berbagai pengukuran atau
transfer informasi. Contoh umum termasuk mikrofon, pengeras suara, termometer,
posisi dan sensor tekanan, dan antena. Meskipun umumnya tidak dianggap sebagai
transduser, fotosel, LED (dioda pemancar cahaya), dan bahkan bola lampu umum
adalah transduser.
William D.C, (1993), mengatakan alat ukur adalah sesuatu alat yang berfungsi
memberikan batasan nilai atau harga tertentu dari gejala-gejala atau sinyal yang berasal
dari perubahan suatu energi. Contoh: voltmeter, ampermeter untuk sinyal listrik;
tachometer, speedometer untuk kecepatan gerak mekanik, lux-meter untuk intensitas
cahaya, dan sebagainya.

3
B. KLASIFIKASI TRANSDUSER
Ada beberapa macam dari klasifikasi tranducer, yaitu :
a. Menurut daya yang diperlukan ( William D.C, 1993 )
 Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri)
Self generating transduser adalah transduser yang hanya memerlukan satu
sumber energi. Contoh: piezo electric, termocouple, photovoltatic,
termistor, dsb. Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu energi listrik
dari transduser secara langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai
sumber tegangan.
 External power transduser (transduser daya dari luar)
External power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah
energi dari luar untuk menghasilkan suatu keluaran. Contoh: RTD
(resistance thermal detector), Starin gauge, LVDT (linier variable
differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb.

b. Menurut pengubahan bentuk energy


 Input Tranducers
Electric-Input Tranducers mengubah energy non-listrik seperti suara,
cahaya menjadi energi listrik.
 Output Tranducers
Electric-Output Tranducers merupakan kebalikan dari Electric-Input
Tranducers.

c. Menurut pola aktivasinya


 Transduser pasif
Yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan dari
luar.
 Transduser aktif
Yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari luar, tetapi
menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri.

4
C. PEMILIHAN TRANSDUSER

Pemilihan suatu transduser sangat tergantung kepada kebutuhan pemakai dan


lingkungan di sekitar pemakaian. Untuk itu dalam memilih transduser perlu
diperhatikan beberapa hal di bawah ini:
1. Kekuatan, maksudnya ketahanan atau proteksi pada beban lebih.
2. Linieritas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan karakteristik masukan-
keluaran yang linier.
3. Stabilitas tinggi, yaitu kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu banyak
terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan.
4. Tanggapan dinamik yang baik, yaitu keluaran segera mengikuti masukan dengan
bentuk dan besar yang sama.
5. Repeatability, yaitu kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran yang
sama ketika digunakan untuk mengukur besaran yang sama, dalam kondisi
lingkungan yang sama.
6. Harga. Meskipun faktor ini tidak terkait dengan karakteristik transduser
sebelumnya, tetapi dalam penerapan secara nyata seringkali menjadi kendala
serius, sehingga perlu juga dipertimbangkan.

D. LINIERITAS TRANSDUSER

Linieritas adalah suatu sifat yang penting dalam suatu transduser. Bila suatu
transduser adalah linier, maka bila masukan menjadi dua kali lipat, maka keluaran –
misalnya – menjadi dua kali lipat juga. Hal ini tentu akan mempermudah dalam
memahami dan memanfaatkan transduser tersebut. Ketidaklinieran setidaknya dapat
dibagi menjadi dua, yaitu ketidak-linieran yang diketahui dan yang tidak diketahui.
Ketidaklinieran yang tidak diketahui tentu sangat menyulitkan, karena hubungan
masukan – keluaran tidak diketahui. Seandainya transduser semacam ini dipakai sebagai
alat ukur, ketika masukan menjadi dua kali lipat, maka keluarannya menjadi dua kali
lipat atau tiga kali lipat, atau yang lain, tidak diketahui. Sehingga untuk transduser
semacam ini, perlu dilakukan penelitian tersendiri untuk mendapatkan hubungan
masukan– keluaran, sebelum memanfaatkannya.

5
Adapun untuk ketidaklinieran yang diketahui, maka transduser yang memiliki
watak semacam ini masih dapat dimanfaatkan dengan menghindari ketidaklinierannya
atau dengan melakukan beberapa transformasi pada rumus-rumus yang menghubungkan
masukan dengan keluaran. Contoh ketidaklinieran yang diketahui misalnya: daerah
mati, saturasi, logaritmis, kuadratis dan sebagainya.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Daerah mati (dead zone) artinya adalah ketika telah diberikan masukan, keluaran
belum ada. Baru setelah melewati nilai ambang tertentu, ada keluaran yang
proporsional terhadap masukan.
2. Saturasi maksudnya adalah, ketika masukan dibesarkan sampai nilai tertentu.
3. Logaritmis, maksudnya adalah sesuai dengan namanya, bila masukan bertambah
besar secara linier, keluarannya bertambah besar secara logaritmis.
4. Kudratis, maksudnya adalah – sesuai dengan namanya – bila masukan
bertambah besar secara linier, keluarannya bertambah besar secara kuadratis

Pada kondisi riil, transduser yang linier dalam jangkau yang luas sangat jarang
ditemui. Bahkan banyak transduser yang memiliki sifat tidak linier yang merupakan
gabungan dari beberapa sifat tidak linier. Oleh karena itu, perlu kiat-kiat yang tepat
untuk memanfaatkan fenomena tersebut.

6
E. JENIS TRANSDUSER
1.1 Jenis transduser berdasarkan sifat kelistrikkannya

Parameter listrik
Prinsip kerja dan sifat alat Pemakaian alat
dan kelas transduser
Transduser Pasif
Potensiometer Perubahan nilai tahanan karena Tekanan,
posisi kontak bergeser pergeseran/posisi
Strain gage Perubahan nilai tahanan akibat Gaya, torsi, posisi
perubahan panjang kawat oleh
tekanan dari luar
Transformator Tegangan selisih dua kumparan Tekanan, gaya,
selisih (LVDT) primer akibat pergeseran inti pergeseran
trafo
Gage arus pusar Perubahan induktansi kumparan Pergeseran, ketebalan
akibat perubahan jarak plat
Transduser Aktif
Sel fotoemisif Emisi elektron akibat radiasi Cahaya dan radiasi
yang masuk pada permukaan
fotemisif
Photomultiplier Emisi elektron sekunder akibat Cahaya, radiasi dan
radiasi yang masuk ke katoda relay sensitif cahaya
sensitif cahaya
Termokopel Pembangkitan ggl pada titik Temperatur, aliran
sambung dua logam yang panas, radiasi
berbeda akibat dipanasi
Generator Perputaran sebuah kumparan di Kecepatan, getaran
kumparan putar dalam medan magnit yang
(tachogenerator) membangkitkan tegangan
Piezoelektrik Pembangkitan ggl bahan kristal Suara, getaran,
piezo akibat gaya dari luar percepatan, tekanan
Sel foto tegangan Terbangkitnya tegangan pada Cahaya matahari

7
sel foto akibat rangsangan
energi dari luar
Termometer Perubahan nilai tahanan kawat Temperatur, panas
tahanan (RTD) akibat perubahan temperatur
Hygrometer Tahanan sebuah strip konduktif Kelembaban relatif
tahanan berubah terhadap kandungan
uap air
Termistor (NTC) Penurunan nilai tahanan logam Temperatur
akibat kenaikan temperatur
Mikropon kapasitor Tekanan suara mengubah nilai Suara, musik,derau
kapasitansi dua buah plat
Pengukuran Reluktansi rangkaian magnetik Tekanan, pergeseran,
reluktansi diubah dengan mengubah posisi getaran, posisi
inti besi sebuah kumparan

a) Transducer temperature
Terdapat dua kategori transducer temperatur semikonduktor, yaitu transducer
yang menghasilkan tegangan tertentu sesuai dengan perubahan suhu dan
transducer yang menghasilkan arus tertentu. sesuai dengan perubahan suhu.
Contoh sumber tegangan yang sensitif terhadap suhu adalah IC LM 35 produk
dari Nasional. Tegangan yang dihasilkan oleh LM 35 pada berbagai suhu adalah
sebagai berikut:
+1500 mV pada suhu 150o C,
+2500 mV pada suhu 250C, dan
-550 mV pada suhu -550 C
Salah satu contoh transduser temperature adalah termistor . Termistor atau
tahanan thermal adalah alat semikonduktor yang berkelakuan sebagai tahanan
dengan koefisien tahanan temperatur yang tinggi, yang biasanya negatif.
Umumnya tahanan termistor pada temperatur ruang dapat berkurang 6% untuk
setiap kenaikan temperatur sebesar 1oC. Kepekaan yang tinggi terhadap perubahan

8
temperatur ini membuat termistor sangat sesuai untuk pengukuran, pengontrolan
dan kompensasi temperatur secara presisi.

Termistor terbuat dari campuran oksida-oksida logam yang diendapkan


seperti: mangan (Mn), nikel (Ni), cobalt (Co), tembaga (Cu), besi (Fe) dan
uranium (U). Rangkuman tahanannya adalah dari 0,5  sampai 75  dan tersedia
dalam berbagai bentuk dan ukuran. Ukuran paling kecil berbentuk mani-manik
(beads) dengan diameter 0,15 mm sampai 1,25 mm, bentuk piringan (disk) atau
cincin (washer) dengan ukuran 2,5 mm sampai 25 mm. Cincin-cincin dapat
ditumpukan dan di tempatkan secara seri atau paralel guna memperbesar disipasi
daya.

Gambar 2.3 . Konfigurasi Thermistor: (a) coated-bead


(b) disk (c) dioda case dan (d) thin-film

Karkateristik termistor berikut memperlihatkan hubungan antara temperatur


dan resistansi seperti tampak pada gambar 2.4

Gambar 2.4. Grafik Termistor resistansi vs temperatuer:


(a) logaritmik (b) skala linier

9
Thermistor dengan koefisien positif (PTC, tidak baku)

Gambar 2.6. Termistor jenis PTC: (a) linier (b) switching

b) Transducer Gaya, Beban, dan Torsi


Strain gage adalah salah satu transducer yang banyak dipakai untuk
mendeteksi dan mengukur gaya, beban, torsi, dan tegangan. Prinsip kerjanya
adalah mengubah gaya mekanik menjadi besaran resistansi yang sebanding.
Piranti ini dibuat dari kawat tahanan tipis berdiameter sekitar 1 mm. Kawat
tahanan yang biasa digunakan adalah campuran dari bahan “konstantan” (60% Cu
dan 40% Ni) atau logam campuran “479″ terdiri dari 92% Pt dan 8% Wo.
Kawat tahanan ini dilekatkan pada papan penyangga membentuk strain gage
dengan kawat berliku-liku atau bengkok-bengkok yang dikenal dengan bonded
strain gage.
Bentuk kawat yang berliku-liku dimaksudkan untuk memudahkan
pendeteksian terhadap gaya tekanan yang tegak lurus dengan arah panjang lipatan,
karena, tekanan akan menarik kabel sehingga meregang. Hal ini menyebabkan
perubahan resistansi pada kawat.
Selain bonded strain gage juga terdapat tipe yang lain yaitu unhonded strain
gage, yaitu strain gage yang dibentuk oleh kawat yang dilekatkan pada sebuah
rangka terpola agar terbentuk strain gage dengan kawat tahanan yang terpasang
lurus dan simetris. Jika papan atau rangka mendapat tekanan dari luar, maka
resistansinya akan bertambah sebesar DR dan panjangnya berubah sebesar DL.

10
Karakteristik sebuah strain gage ditentukan oleh sensitivitas (S) atau gage
factor (GF). Sensitivitas didefinisikan sebagai perbandingan antara perubahan nilai
tahanan dan perubahan panjang.
Besarnya ratio (Poisons ratio) bahan logam, umumnya berkisar antara 0,25 –
0,35, sedangkan sensitivitas (s) atau gage factor berkisar antara 1,50-1,70. Kawat
tahanan konstantan mempunyai sensitivitas = 2, sedangkan logam campuran
“Alloy 479″ sensitivitasnya adalah 4.
Strain gage dari bahan semikonduktor silikon dan germanium memiliki
sensitivitas yang jauh lebih tinggi, yaitu antara 50 hingga 200. Kelemahan strain
gage ini dalam pemakaiannya harus dilengkapi dengan kompensator suhu.

c) Transducer Perubahan Posisi


Jenis transducer yang banyak digunakan untuk mendeteksi perubahaan posisi
adalah Linear Paralel Differential Transformer (LVDT). Transducer ini bekerja
berdasarkan prinsip kerja transformaor.
LVDT terdiri dari sebuah kumparan primer (P) dan dua buah kumparan
sekunder (S1 dan S2). Bila tegangan AC mengalir pada kumparan primer (P), maka
akan muncul tegangan induksi di kedua kumparan sekunder (S1 dan S2). Dalam
rangkaian, kumparan sekunder dihubungkan secara seri berlawanan fase sehingga
tegangan pada kedua kumparan saling berlawanan fase.
Pada posisi normal, inti feromagnetik berada di tengah-tengah antara dua
kumparan sekunder. Pada posisi ini tegangan emf di kedua kumparan sekunder (S1
dan S2). sama tetapi berkebalikan antara satu dengan yang lain. Dengan demikian,
jumlah tegangan keluarannya sama dengan 0 volt, posisi ini disebut sebagai null
position.
Polaritas tegangan keluaran yang dihasilkan LVDT ditentukan oleh arah
gerakan inti. Sebagai contoh, bila inti pada gambar rangkaian 2.17 bergerak ke
bawah, kumparan S2, besar tegangan induksi lebih besar daripada S1,. Besar
tegangan induksi ditentukan oleh seberapa jauh inti bergerak. Langkah perubahan
posisi ini pada umuumnya antara 0,1 mm sampai dengan 75 mm.

d) Transducer Tekanan

11
Transducer tekanan digunakan untuk mengukur dan mengendalikan tekanan,
seperti tekanan cairan atau gas. Untuk mengubah tekanan menjadi perubahan
posisi diperlukan sebuah kantong atau diapragma.
Perubahan tekanan pada kantung menyebabkan perubahan posisi inti
kumparan sehingga mengakibatkan perubahan induksi magnetik pada kumparan.
Kumparan yang digunakan adalah kumparan CT (Center Tap), dengan demikian
apabila inti mengalami pergeseran maka induktansi pada salah satu kumparan
bertambah sementara induktansi pada kumparan yang lain berkurang. Signal
Converter mengubah induktansi magnetik yang timbul pada kumparan menjadi
tegangan yang sebanding.
Salah satu pemanfaatan dari penerapan transducer ini adalah untuk mengukur
tinggi suatu cairan. Piranti ini digunakan untuk mengukur baik tekanan statis
ataupun perbedaan tekanan.

e) Transducer Kapasitif
Kapasitas sebuah kapasitor dapat ditentukan oleh perubahan jarak antara
konduktor, tipe dielektrik atau luas penampang konduktor. Sebuah transducer
kapasitif adalah variabel kapasitor yang kapasitansinya berubah karena kondisi
fisik misalnya tinggi cairan, jenis cairan kimia, tekanan, dan ketebalan atau
vibrasi.
Bila digunakan pada rangkaian osilator, perubahan kapasitas menghasilkan
perabahan frekuensi oscilator sebanding dengan perubahan tekanan pada alat
diafragma.

F. Transducer Kelembaban

Lembap berarti kondisi yang terdiri dari udara dan uap air. Tingkat kelembapan
ditentukan oleh perbandingan antara persentase uap air di udara.

Hygrometer adalah transducer yang menghasilkan sinyal keluaran berdasarkan pada


tingkat kelembapan.

Transducer kelembapan umumnya diklasifikasikan sebagai hygrometer atau


psychrometer. Tiga tipe hygrometer yang banyak dipakai adalah

12
 tipe rambut,
 resistif dan
 optik.

Hygrometer optik mengukur berdasarkan berkurangnya intensitas sinar di atmosfer pada


suatu waktu. tertentu. Gambar 2.24. menunjukkan sebuah contoh hygrometer resistif,
terdiri dari elektroda logam yang terbungkus bahan plastik dan ditutup dengan lithium
chloride yang sensitif terhadap kelembapan.

Bila kelembapan udara di sekitar hygrometer bertambah, film lithium chloride


menyerap air lebih banyak menyebabkan resistansi elektrode berkurang. Pada
kelembapan relatif 10%, resistansi turun menjadi sekitar 75 W.

Beberapa proses industri memerlukan tingkat kelembapan udara yang terkendali.


Contoh seperti pada ruang pengeringan, ruang penyimpanan atau ruang proses. Bila
kelembapan udara mencapal 100%, untuk mengurangi prosentase kelembapan
dilakukan dengan cara mcnaikkan suhu ruangan. Sebaliknya bila persentase kelembapan
terlalu rendah, dapat dinaikkan dengan cara menurunkan suhu ruangan.

Jenis sensor kelembapan yang lain adalah psychrometer, yaitu piranti yang
menggunakan dua buah sensor suhu dan dua buah “bulb”, ditampilkan pada gambar
2.25.

Prinsip kerjanya berdasarkan perbedaan pembacaan suhu pada kedua sensor. Tegangan
keluaran bervariasi sesuai dengan perbedaan suhu antara dry bulb (tabung kering) dan
wet bulb (tabung basah).

G. Transducer Elektromagnet

Piranti sensor Hall Effect (Efek Hall) menghasilkan tegangan keluaran yang
ditimbulkan karena medan magnet. Sensor Hall Effect pertama kali ditemukan pada th.
1879 oleh Edward H. Hall.

Prinsip kerja sensor Hall Effect adalah sebagai berikut. Bila sebuah magnet diletakkan
tegak lurus terhadap sepasang keping konduktor, maka tegangan akan muncul pada sisi

13
yang berlawanan dengan konduktor. Tegangan yang muncul ini disebut tegangan Hall.
Besar tegangan Hall sebanding dengan arus dan kuat medan magnet. Dengan dernikian
Efek Hall dapat digunakan untuk mengukur kuat medan magnet.

Transducer Efek Hall menggunakan sebuah keping semikonduktor, ditunjukkan pada


gambar 2.26. Bila arus mengalir melalui bahan semi konduktor, tegangan emf ialah
dihasilkan di antara sisi yang lain pada keping sernikonduktor tersebut

Kernudian jika terdapat hubungan magnet melalui keping sernikonduktor, akan


dihasilkan tegangan yang sebanding dengan besar arus dan kuat medan magnet. Bila
arah medan magnet melewati bahan semikonduktor pada sisi kanan semikonduktor
menyebabkan elektron bergerak menyebar ke pusat keping. Perubahan gerak elektron
menimbulkan tegangan Hall, umumnya sebesar 10 milivolt.

Penerapan sensor Efek hall di industri biasanya digunakan untuk mengukur kecepatan
putar objek yang bcrgerak misalnya ‘conveyor belt’. (Gambar 2.27). Permanen magnet
dipasang pada bagian yang berputar sedangkan keping semikonduktor dipasang pada
stator.

Setiap kali medan magnet melewati sensor, dihasilkan pulsa pada keluaran keping
semikonduktor yang dihubungkan ke sebuah counter yang menghitung berapa
kecepatan putar conveyor belt tersebut.

Transducer Photo

Piranti photolistrik digunakan untuk menghitung, mengukur dan fungsi pengendali lain,
yang banyak diterapkan pada proses industri. Piranti photolistrik ini dikategorikan pada
dua golongan, yaitu piranti yang memancarkan sinar dan piranti yang menerima sinar.

Contoh yang memancarkan sinar seperti LED (Light Emitting Devices) dan yang
menerima sinar seperti photovoltaic cell.

1. Transducer Photovoltaic (Solar Cell Photocell)

14
Transducerphotovoltaic menghasilkan tegangan keluaran yang besarnya sebanding
dengan intensitas cahaya. Sebuah sell photovoltaic atau photocell, akan menghasilkan
emf (tegangan) bila mendapat sinar. Bahan pembuatan photovoltaik adalah silicon,
cadmium sullphide, gallium arsenide, dan selenium.

Photocell dari bahan silikon mempunyai bentuk yang sangat kecil tetapi mempunyai
kepekaan yang sangat tinggi. Prinsip photocell sama seperti piranti semikonduktor
lainnya, bila pasangan lubang elektron terbentuk maka akan mengalir arus elektron
melalui pertemuan pn.

Depletion Layer adalah pertemuan antara substrat tipe P dan substrat tipe N. Bila cahaya
jatuh pada photocell; depletion layer akan berkurang dan elektron berpindah melalui
hubungan “pn”. Besarnya arus yang mengalir sebanding dengan perpindahan elektron
yang ditentukan intensitas cahayanya.

Intensitas sinar diukur dalam foot-candle yang berubah secara logaritmik. Contoh:
tegangan yang dihasilkan photocell pada intensitas cahaya sebesar 10 foot candles
sebesar 0, 1 volt, dan pada intensitas cahaya 100 foot candles tegangan keluarannya ±
0,2 V Karena tegangan keluaran photocell kecil maka perlu dikuatkan dengan penguat
tegangan. Gambar 2.29. menunjukkan rangkaian dasar penguatan tegangan.

15
16
BAB III
KESIMPULAN

Transducer berasal dari kata “traducere” dalam bahasa Latin yang berarti
mengubah. William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila
digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi
tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi
berikutnya”.
Ada beberapa macam dari klasifikasi tranducer, yaitu :
a) Menurut daya yang diperlukan ( William D.C, 1993 )
 Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri)
Self generating transduser adalah transduser yang hanya memerlukan satu
sumber energi. Contoh: piezo electric, termocouple, photovoltatic,
termistor, dsb. Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu energi listrik
dari transduser secara langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai
sumber tegangan.
 External power transduser (transduser daya dari luar)
External power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah
energi dari luar untuk menghasilkan suatu keluaran. Contoh: RTD
(resistance thermal detector), Starin gauge, LVDT (linier variable
differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb.

b) Menurut pengubahan bentuk energy

 Input Tranducers
Electric-Input Tranducers mengubah energy non-listrik seperti suara,
cahaya menjadi energi listrik.
 Output Tranducers
Electric-Output Tranducers merupakan kebalikan dari Electric-Input
Tranducers.

17
c) Menurut pola aktivasinya
 Transduser pasif
Yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan dari
luar.
 Transduser aktif
Yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari luar, tetapi
menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Transduser
http://jundullah05.wordpress.com/2008/04/10/sensor-dan-transduser/
http://www.musbikhin.com/pengertian-tranduser
Wasito S., 1986, Vademekum Elektronika, cet. ketiga, PT Gramedia, Jakarta
Modul smk.bidang keahlian teknik elektronika

19

Anda mungkin juga menyukai