Anda di halaman 1dari 16

Logam Berat: Mangan

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Makalah Mata Kuliah


“Toksikologi”

Dosen Mata Kuliah :


dr. Dewi Sumaryani Soemarko, M.S., Sp.Ok

Oleh :

Adhi Pasha Dwitama

MAGISTER KEDOKTERAN KERJA


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA, MARET 2019
KATA PENGANTAR

Makalah “Logam Berat: Mangan” ini disusun sebagai salah satu bahan tugas mata
kuliah Toksikologi.

Makalah ini dibuat berdasarkan studi literatur ilmiah yang kemudian dikembangkan
lebih lanjut sebagai bahan pembahasan.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen Mata Kuliah


Toksikologi, dr. Dewi Sumaryani Soemarko, M.S., Sp.Ok, atas kesempatan yang telah
diberikan kepada penulis untuk menyusun makalah ini sehingga dapat mempertajam analisis
penulis dalam aplikasi penerapan disiplin ilmu toksikologi, terutama mengenai Identifikasi,
Evaluasi dan Pengelolaan Mangan di tempat kerja.

Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini


sehingga kritik dan saran yang membangun akan sangat penulis hargai.

Jakarta, Maret 2019


Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................................... 2
1.4 Manfaat........................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1 Sifat Bahan Mangan ....................................................................................... 3
2.2 Farmakokinetik Mangan ................................................................................ 4
2.2.1 Absorpsi Mangan ..................................................................................... 4
2.2.2 Distribusi dan Metabolisme Mangan ....................................................... 5
2.2.4 Ekskresi Mangan...................................................................................... 6
2.3 Efek gangguan kesehatan akibat Mangan ...................................................... 6
2.4 Biomonitoring ................................................................................................ 9
BAB III TATA LAKSANA KERACUNAN MANGAN ...................................100
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 121
4.1 Kesimpulan.................................................................................................121
4.2 Saran ........................................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Logam berat sering kali di artikan sebagai logam dan semi-logam dengan potensi
racun kepada manusia dan lingkungan, Logam berat ini terkadang meniru cara kerja elemen
essensial yang ada didalam tubuh sehingga menggangu proses metabolisme dan
menyebabkan penyakit, Namun begitu tidak semua logam berat ini beracun, sebagian ada
yang essensial, dan ada juga yang tingkat toksisitasnya rendah.

Mangan merupakan salah satu logam berat dimana pemanfaatan mangan di dunia
sebagian besar digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk proses produksi besi-baja,
sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non-metalurgi antara lain produksi baterai
kering, keramik dan gelas, dan kimia.
Mangan dioksida (sebagai pirolusit) juga digunakan sebagai pendepolarisasi pada sel
kering baterai dan untuk menghilangkan warna hijau pada gelas yang disebabkan oleh
pengotor besi. Mangan sendiri memberi warna lembayung pada kaca. Dioksidanya berguna
untuk pembuatan oksigen dan klorin, dan dalam pengeringan cat hitam. Senyawa
permanganat adalah oksidator yang kuat dan digunakan dalam analisis kuantitatif dan dalam
pengobatan.
Mangan juga banyak tersebar dalam tubuh meskipun jumlahnya memang sangat
kecil. Semua orang memiliki kandungan mangan setidaknya 20 mg dalam beberapa bagian
tubuh termasuk pankreas, tulang, hati dan ginjal. Mangan bisa mengendalikan fungsi sistem
syaraf yang berpusat pada otak dan membantu semua bagian tubuh melakukan fungsi
dengan tepat. Tetapi jika jumlahnya dalam tubuh sangat tinggi dapat menimbulkan
gangguan terutama pada sistem persarafan.
Kekurangan mangan jarang terlihat pada manusia, kekurangan mangan
sering terjadi bersamaan dengan kekurangan besi. Makanan tinggi protein dapat
melindungi tubuh dari kekurangan mangan. Keracunan kelebihan mangan terjadi karena
lingkungan terkontaminasi oleh mangan. Seperti pada pekerja tambang yang mengisap
mangan yang ada pada debu tambang dalam jangka waktu lama yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan tingginya risiko efek samping pajanan mangan terhadap manusia, yang
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, diperlukan penanganan yang memadai, termasuk
identifikasi bahaya, evaluasi dan proses pemantauan serta pengendalian bahaya keracunan
mangan yang tepat. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang baik oleh para praktisi

1
keselamatan dan kesehatan khususnya pada lingkungan kerja dalam melakukan
pengendalian bahaya keracunan mangan.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui dan Memahami secara komprehensif mengenai keracunan mangan.

1.3.2 Tujuan Khusus

 Diketahuinya sifat fisika dan kimia dari mangan


 Diketahuinya toksikokinetik dan tokisikodinamik dari mangan didalam tubuh
 Diketahuinya biomonitoring terhadap mangan
 Diketahuinya cara pengendalian dan perlindungan pekerja dan tatalaksana terhadap
keracunan mangan

1.4 Manfaat

 Dapat mengenal bahaya atau penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat pajanan
mangan pada tubuh manusia.
 Dapat melakukan deteksi dini tanda-tanda penyakit yang dapat terjadi akibat pajanan
mangan di tempat kerja.
 Dapat melakukan langkah perlindungan diri yang tepat terhadap paparan mangan.
 Dapat melindungi pekerja, tempat kerja dan lingkungan di sekitar kerja dari paparan
mangan.
 Dapat menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja yang komprehensif di
tempat kerja.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mangan merupakan unsur yang secara alami banyak terdapat di udara, air, dan tanah.
Konsumsi yang kurang atau berlebihan dapat menyebabkan dampak yang buruk untuk
kesehatan. Manusia terutama terpapar mangan dari makanan. Meskipun mangan merupakan
salah satu unsur esensial bagi manusia dan hewan, namun paparan kronis sampai pada dosis
yang tinggi dapat membahayakan kesehatan. Target utama akibat toksisitas mangan adalah
sistem saraf. Pengukuran pada lingkungan sendiri dapat dilakukan salah satunya pada
pemantuan sumber air minum dimana menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 416/MENKES/SK/ IX/90 tentang Persyaratan kualitas Air Bersih
menyebutkan bahwa konsentrasi mangan maksimal adalah 0,5 mg/l. Sedangkan OSHA
menetapkan batas resmi 5 mg / m3 mangan di udara rata-rata selama 8 jam kerja sehari.

2.1 Sifat Logam Berat Mangan

Mangan memiliki karakteristik menyerupai besi. Seperti berwarna abu-abu silver.


Mangan sangat keras tetapi sangat rapuh, susah untuk disatukan, tetapi mudah untuk
dioksidasi.

1. Sifat Fisika
Mangan merupakan unsur yang dalam keadaan normal memiliki bentuk padat. Massa
jenis mangan pada suhu kamar yaitu sekitar 7,21 g/cm3, sedangkan massa jenis cair pada
titik lebur sekitar 5,95 g/cm3. Titik lebur mangan sekitar 1519oC, sedangkan titik didih
mangan ada pada suhu 2061oC. Kapasitas kalor pada suhu ruang adalah sekitar 26,32
J/mol.K.

2. Sifat Kimia
Walaupun pernah terobservasi bahwa bilangan oksidasi Mangan terdiri dari -3 sampai
+7, bilangan oksidasi yang paling banyak digunakan oleh Mangan adalah +2, +3, +4, +6,
dan +7. Mn2+ seringkali bersaing dengan Mg2+ dalam bidang biologi. Senyawa Mangan
dengan Mn7+, seperti senyawa Mn2O7 dan senyawa anion permanganate MnO4- (dengan
warna ungu yang sangat mencolok) adalah oksidator yang sangat kuat.

3
Senyawa dengan bilangan oksidasi +5(biru) dan +6(hijau) adalah oksidator yang kuat
dan mudah bereaksi untuk reaksi disproporsionasi atau autoredoks.

Bilangan oksidasi yang paling stabil diantara bilangan oksidasi Mangan yang lain
adalah +2. Mn2+ memiliki warna merah muda pucat dan banyak sekali senyawa dari Mangan
(II) yang diketahui orang banyak, seperti Mangan (II) sulfat (MnSO4) dan Mangan (II)
klorida (MnCl2). Bilangan oksidasi ini selalu ditemukan di dalam mineral Mangan (II)
karbonat. Bilangan oksidasi +2 ini, seringkali digunakan oleh makhluk hidup untuk
kebutuhan yang penting dan mendasar, karena Mangan dengan bilangan oksidasi selain +2
bisa menyebabkan keracunan pada tubuh manusia. Penyerapan cahaya tampak dari ion ini
terjadi hanya karena transisi spin yang tak seharusnya terjadi di dalam subkulit d. Dalam
subkulit d, semua elektron harus berpasangan, dan untuk itu terjadi pelepasan dua elektron.

Bilangan oksidasi +3 ini dikenal pada senyawa Mangan (III) asetat. Mangan dengan
bilangan oksidasi +3 dapat menjadi oksidator yang cukup baik dan juga cenderung
berdisproporsionasi atau berautoredoks menjadi Mangan (II) dan Mangan (IV). Senyawa
padat dari Mangan (III) mempunyai ciri –ciri khusus yaitu koordinasinya berdistorsi
oktahedral karena efek Jahn-Teller dan memiliki warna merah-ungu yang mencolok.

Bilangan oksidasi +5 bisa diperoleh jika Mangan dioksida dilarutkan ke dalam larutan
Natrium nitrit. Mangan (V) juga bisa dihasilkan dengan cara melarutkan senyawa Mangan
seperti Mangan dioksida dilarutkan ke dalam larutan alkali yang dibiarkan bereaksi dengan
udara.

Permanganat (biloks +7) berwarna ungu. Potassium permanganat, Natrium


permanganat, dan Barium permanganate adalah oksidator yang kuat. Potassium
permanganat yang biasa disebut Condy’s crystals, sering digunakan sebagai reaktan dalam
eksperimen yang dilakukan di dalam laboratorium. Hal ini dikarenakan kelebihannya dalam
mengoksidasi dan berguna dalam pengobatan.

2.2 Toksikokinetik

2.2.1 Absorpsi

Penyerapan mangan terjadi didapat ketika mengonsumsi makanan yang


mengandung mangan seperti makanan yang tinggi protein seperti kacang-kacangan, biji

4
bijian, dan juga sayuran hijau seperti bayam, penyerapan melalui inhalasi sendiri terjadi pada
pekerja di pengolahan ataupun pertambangan dimana debu tambang mengandung mangan,
selain itu debu juga dapat menempel pada kulit dan masuk melalui makanan yang
terkontaminasi mangan yang terdapat pada tubuh seperti misalnya pada tangan. Selain itu
karena mangan juga terdapat pada alam seperti pada tanah dan air maka dapat terjadi paparan
mangan melalui sumber air minum yang secara alami mengandung konsentrasi mangan
yang yang dapat menyebabkan gejala-gejala gangguan kesehatan. Konsentrasi mangan yang
diabsorpsi melalui saluran pencernaan bergantung pada jumlah konsumsi besi (Fe) dan
kalsium (Ca) sehingga apabila seseorang mengalami defisiensi besi dan kalsium maka dapat
meningkatkan proses absorpsi mangan. Faktor lain yang berpengaruh adalah makanan yang
dikonsumsi sehari-hari.
Paparan berisiko tinggi terjadi terutama bila bekerja di operasi pertambangan,
peleburan ataupun pengolahan bijih mangan, bekerja di pembuatan baja, bekerja di produksi
magnan oksida atau baterai sel kering, tinggal di dekat kegiatan pertambangan atau industri
yang menggunakan mangan.
2.2.2 Distribusi dan Metabolisme

Apabila mangan masuk melalui jalur pernapasan maka akan langsung diserap oleh
jaringan epitel yang ada di hidung dan tenggorokan lalu langsung diantarkan ke otak melalui
jaringan hidung. Apabila melalui saluran pencernaan rata-rata dapat menyerap mangan
dengan konsentrasi 7,7% dari total mangan yang masuk ke dalam tubuh. Setelah itu mangan
akan berikatan dengan plasma darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh. Namun umumnya
konsentrasi mangan yang dapat masuk dan beredar ke dalam sistem transportasi tubuh bila
melalui saluran pencernaan tidak banyak karena akan dieliminasi oleh hati.
Penyerapan GI <5% pada usus kecilm diangkut dalam plasma terikat pada 1-globulin
dan didistribusikan secara luas ke dalam tubuh. Mangan berkonsentrasi di mitokondria, pankreas,
hati, ginjal, dan usus yang memiliki konsentrasi Mangan tertinggi. Konsenstrasi menengah
ditemukan pada otak, jantung, dan paru. Konsentrasi rendah ditemukan dalam jaringan
tulang dan lemak. Waktu paruh biologis dalam tubuh adalah 13-37 hari (WHO, 1981).
Mangan mudah melintasi blood-brain barrier dan waktu paruh di otak lebih panjang daripada
di seluruh tubuh.

5
2.2.4 Ekskresi

Mangan dieliminasi dalam empedu dan diserap kembali di usus, namun rute utama
ekskresi adalah feses. Hal ini dikarenakan feses akan mengandung cairan empedu yang
didalamnya terdapat sisa mengan yang tidak digunakan untuk proses enzimatik tubuh. Dalam
proporsi kecil juga dikeluarkan memalui urin, keringat, rambut dan asi.

2.3 Efek gangguan kesehatan akibat Mangan

Laporan mengenai toksisitas mangan secara oral relatif jarang. Toksisitas mangan
lebih sering diakibatkan oleh paparan kronis para pekerja pabrik besi dan baja, penambangan
bijih mangan, pengelasan, pabrik kimia, baterai sel kering, dan industri bahan bakar minyak.
Laporan pertama mengenai toksisitas mangan dibuat oleh Couper pada tahun 1837. Ia
menjelaskan keadaan yang mirip dengan kelumpuhan pada pekerja penggilingan pirolusit.
Perhatian yang lebih besar terhadap toksisitas mangan tumbuh pada tahun 1930-40an setelah
munculnya laporan mengenai kondisi yang sama pada beberapa penambang.
Gejala keracunan mangan dapat dideskripsikan dalam tiga tingkatan. Keracunan
ringan mengakibatkan psikosis dan mencakup gejala-gejala berikut: astenia, anoreksia,
insomnia, sakit pada otot, kegembiraan, halusinasi, gangguan ingatan, dan perilaku
kompulsif. Gejala gejala keracunan tingkat sedang mencakup gangguan berbicara, bergerak
dengan canggung (kikuk), gaya berjalan tidak normal, keseimbangan yang buruk,
hiperefleksia pada anggota tubuh bagian bawah, dan gemetar. Gejala keracunan tingkat berat
memiliki kesamaan dengan Parkinson disease. Mekanisme neurotoksisitas mangan terjadi
karena degenerasi neuronal pada berbagai area di otak dan kelainan neurotransmitter.
Faktor-faktor yang mungkin meningkatkan kerentanan terhadap toksisitas mangan antara
lain defisiensi besi, alkoholisme, infeksi kronis, dan penurunan ekskresi. Reduksi toksisitas
mangan, selain pengurangan paparan, dapat dibantu dengan penambahan nutrien antagonis
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.

6
Gambar 1 Beberapa nutrisi yang bersifat antagonis terhadap fungsi logam Mn di dalam tubuh.

Mangan berkadar tinggi dapat merusak otak dan paru-paru. Gangguan pada otak
dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk berpikir jernih, mengakibatkan
kerusakan otak secara permanen apabila terserap tubuh dalam jangka waktu lama.
Keracunan mangan kronis disebut dengan manganisme. Gejala manganisme sendiri dapat
muncul secara perlahan berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tergantung pada intensitas
paparan. Gejala dapat muncul sekaligus, dapat berkurang ketika bebas dari paparan
meskipun dapat terus berlanjut, dan gejala terjadi bervariasi pada setiap individu.
Manganisme sendiri memiliki gejala awal seperti:

 Badan terasa lemah


 Mudah marah tau tersinggung
 Bersikap acuh atau masa bodoh
 Bersikap agresif atau mudah terganggu
 Mengalami halusinasi
 Mengantuk
 Sakit kepala
 Kehilangan nafsu makan
 Nyeri punggung
 Gerakan tangan melambang
 Kesulitan dalam berjalan dan mengoordinasikan gerakan seperti pada penyakit
Parkinson

7
Setelah beberapa minggu gejala dapat berkembang menjadi

 Suara menjadi lemah


 Kemampuan berbicara menjadi lambat dan tidak beraturan
 Terjadi perubahan pada otot wajah
 Tiba-tiba tertawa atau keluar air mata
 Tidak dapat berlari
 Timbul kesulitan untuk berjalan

Jika memberat dapat menimbulkan kerusakan yang tidak dapat disembuhkan seperti:

 Kondisi lebih berat


 Sulit menjaga keseimbangan
 Gerakan menjadi lamban
 Muncul getaran yang tak dapat dikendalikan
 Berkeringat atau kemerahan pada wajah
 Menjadi pelupa
 Menulis menjadi sulit
 Sama sekalit tidak dapat beraktivitas

Selain pada otak mangan juga dapat terpapar melalui inhalasi sehingga merusak otak.
Mangan melemahkan paru-paru sehingga menimbulkan kesulitan bernapas, menyebabkan
batuk lebih sering, menimbulkan gejala mirip influenza yang disebut dengan pneumonitis
mangan. Dapat menimbulkan penyakitp aru kronis yang menghalangi saluran pernapasan
dan demam asap logam dimana timbul beberapa jam setelah terpapar asap atau debu mangan
yang biasanya berlangsung hanya sehari. Gejalanya sendiri seperti:

 Menggigil dan demam


 Ganggaun lambung seperti mual dan muntah
 Rasa kering di kerongkongan
 Batuk dan lemah badan
 Sakit kepala
 Nyeri otot
 Luka ringan hingga sedang pada jaringan paru

8
Selain pada otak dan paru-paru, paparan mangan juga dapat menimbulkan penurunan
libido dan impotensi pada pekerja pria. Efek mangan sendiri dapat terjadi pada segala usia
dimana anak lebih peka terhadap mangan dibangdingkan dengan orang dewasa. Anak yang
mengalami paparan mangan kadar tinggi dapat mengalami perubahan kepribadian, kesulitan
belajar, dan efek negative perkembangan otak dan otot. Mangan juga dapat terserap tubuh
selama kehamilan melalui suami yang terkena mangan kadar tinggi, keguguran kandungan
dan janin meninggal di dalam kandungan dapat dialami ibu hamil yang terkena mangan baik
paparan langsung maupun melalui suami dimana debu mangan dapat menumpuk pada
pakaian yang dipakai bekerja dan terserap oleh anggota keluarga saat pekerja pulang
kerumah. Ibu menyusui juga dilarang menyusui bayi di dekat daerah tambang atau yang
mengandung debu mangan karena dapat mencemari air susu ibu.

2.2.5 Biomonitoring
Beberapa tes dapat dilakukan untuk mengukur mangan dalam darah, urin, rambut,
atau feses. Karena mangan biasanya ada di tubuh kita, beberapa selalu ditemukan di jaringan
atau cairan. Kisaran normal kadar mangan sekitar 4–15 μg / L dalam darah, 1–8 μg / L dalam
urin, dan 0,4–0,85 μg / L dalam serum.

Karena kelebihan mangan biasanya dikeluarkan dari tubuh dalam beberapa hari,
paparan masa lalu sulit diukur dengan tes laboratorium umum. Pemeriksaan foto thorax
untuk melihat adanya gambaran pneumonitis interstitial dapat dilakukan sebagai
pemeriksaan penunjang. Tes medis yang dikenal sebagai magnetic resonance imaging, atau
MRI, dapat mendeteksi adanya peningkatan jumlah mangan di otak dan perubahan signal di
daerah globus palidus dan basal ganglia.

9
BAB III

TATA LAKSANA KERACUNAN MANGAN

3.1 Tatalaksana
 Keracunan akut:
- Hentikan dari pajanan mangan
- Terapi suportif sesuai dengan gejala yang timbul
- Pemberian Antasida untuk gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, dan
nyeri perut
- Pemberian kortikostreoid untuk gejala berat
- Pemberian bronkodilator jika ada wheezing
 Keracunan kronik:
- Pekerja dengan gejala sistem pernapasan harus dirawat di RS untuk
observasi
- Pemberian obat antiparkinson seperti L-dopa
- Pemberian antipsikotik apabila diperlukan

3.2 Pencegahan
 Di lokasi pertambangan
1. Hindari debu yang beterbangan dengan cara menutup hasil tambang dan
menaruh mangan yang telah dipilah kedalam kantong
2. Gunakan masker dengan cartridge yang sesaui dan pakaian kerja yang dapat
melindungi kulit dari paparan debu mangan
3. Pisahkan Antara lokasi kerja dan lokasi tempat makan dan minum
4. Cuci tangan secara menyeluruh sebelum dan sesudah makan atau minum
5. Hindari meminum air yang berasal dari lokasi pertambangan karena mungkin
terkontaminasi
6. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan khusus
 Setelah bekerja di pertambangan
1. Mandi untuk menghilangkan semua debu
2. Ganti baju kerja yang digunakan sehari-hari sebelum pulang ke rumah

10
3. Jangan biarkan anak-anak berada pada lokasi pertambangan karena dapat
menelan kotoran yang terkontaminasi terutama jika makan menggunakan
tangan atau makan dan minum air dan makanan yang terkontaminasi

11
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kesimpulan

Mangan merupakan salah satu logam berat yang terdapat pada alam seperti udara,
air, tanah maupun sumber makanan. Pada pertambangan maupun industri yang
menggunakan mangan memiliki risiko paparan mangan yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan. Untuk itu pengetahuan mengenai sifat mangan perlu diketahui bagaimana
mangan dapat absorpsi, di distribusi, di metabolism dan dieksresi pada tubuh serta efek yang
dapat timbul seperti kelainan kesehatan pada otak ataupun pada paru dimana diketahui gejala
yang ditimbulkan dan penanganan serta pencegahan dari keracunan mangan baik yang
bersifat akut maupun kronik. Selain itu penting untuk melakukan pencegahan agar tidak
terjadi keracunan mangan baik pada pekerja maupun keluarga akibat paparan mangan yang
terbawa kerumah maupun paparan mangan akibat lokasi yang berada disekitar
pertambangan ataupun industry yang menggunakan mangan.

4.2 Saran

 Deteksi dini kesehatan karyawan agar tidak terjadinya akumulasi keracunan mangan
 Pemeriksaan berkala terhadap tempat kerja yang berisiko menjadi paparan mangan
 Peningkatan kemampuan dan disiplin dalam melakukan pengolahan mangan
 Penggunaan alat pelindung diri agar dapat meminimalisir paparan mengan.
 Peningkatan kesadaran dan pengetahuan pekerja maupun masyarakat yang tinggal
di sekitar pertambangan maupun industry yang menggunakan mangan mengenai
dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan salah satunya dengan penyuluhan

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Williams M, Todd GD, Roney N, et al. Toxicological Profile for Manganese.


Atlanta (GA): Agency for Toxic Substances and Disease Registry (US); 2012.
Diunduh dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK158872/
2. Hodgson E. “Toxicology of The Nervous System”. dalam A Textbook of Modern
Toxicology: Third Edition. New York: Elsevier, 2004. Hal 279-297
3. Organisasi Perburuhan Internasional: Fakta Tentang Mangan diunduh dari
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_153509.pdf
4. Zheng, Wei et al. “Biomarkers of manganese intoxication” Neurotoxicology vol.
32,1 (2010): 1-8. Diunduh dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3030659/
5. Eastman, Rachel R et al. “Hair as a biomarker of environmental manganese
exposure” Environmental science & technology vol. 47,3 (2013): 1629-37.
Diunduh dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3583582/
6. Fikry Effendi, et al. “Penyakit Akibat Pajanan Mangan”. dalam Pedoman
Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Karena Pajanan Logam Berat. Direktorat Bina
Kesheatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012.
Hal 27-29

13

Anda mungkin juga menyukai