Anda di halaman 1dari 11

PUPUK KOMPOS ORGANIK DARI SILASE JEROAN IKAN

PATIN

Disusun Oleh :

Rahmadiana Utami C34160019


Nabila almira C34160042
Fauzan Siszadli Dwi Farand C34160056
Hanin Bela Kartika C34160068
Siti ovi yuliani C34160073
.

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
METODOLOGI 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Ikan patin 3
Silase jeroan ikan 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
PENUTUP 5
Kesimpulan 5
Rekomendasi 5
DAFTAR PUSTAKA 5
LAMPIRAN 7

DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 Hasil pengamatan kekeruhan pada air sampel 2
GAMBAR 2 Bentuk fisik silase ikan 4
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan patin yang memiliki nama latin Pangasius sp. merupakan komoditi ikan air
tawar yang bernilai ekonomis tinggi. Permintaan ikan ini dipasar dalam negeri
maupun ekspor terus meningkat tiap tahunnya (Purnama et al. 2017). Ikan patin
juga menjadi kelompok ikan air tawar paling penting ketiga dalam sektor
akuakultur. Budi daya ikan patin telah dilakukan oleh beberapa negara, seperti
Thailand, Nepal, Pakistan, India, Bangladesh, Vietnam, Laos, Myanmar, Indonesia,
dan Kamboja (Vaishnav et al. 2017). Kandungan proksimat ikan patin dalam basis
basah, yaitu kadar air sebesar 79.32 ± 0.87 %, kadar protein 16.96 ± 0.31 %, kadar
lemak 2.02 ± 0.06% dan kadar abu 1.44 ± 0.18% (Kumar et al. 2017). Industri ikan
patin umumnya hanya mengambil daging sebagai bahan utama produk fillet beku.
Bagian lain seperti kulit, tulang, kepala, isi perut, dan sirip yang tidak terpakai
dalam industri fillet biasanya dianggap sebagai limbah dan dibuang. limbah ini
mengandung beberapa nutrisi yang baik dan tinggi, diantaranya protein, minyak,
asam amino, mineral, enzim, bioaktif peptida, kolagen, dan gelatin yang dapat
diaplikasikan ke dalam makanan, neutraseutikal, atau produk non pangan lainnya
(Ha et al. 2017).
Limbah ikan salah satunya jeroan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan pupuk. Kandungan limbah ikan secara umum yaitu banyak nutrien N
(nitrogen), P (posforus) dan K (kalium) yang merupakan komponen penyusun
pupuk organik (Suartini et al. 2018). Pemanfaatan limbah ikan juga berfungsi
menjadikan yang tidak terpakai sebagai sesuatu bernilai ekonomis tinggi. Pupuk
limbah ikan dihasilkan dengan membuat silase dari jeroan ikan. Silase merupakan
suatu produk yang dihasilkan melalui proses fermentasi terkendali yang
menghasilkan suatu bahan berkadar air tinggi (Rosidin et al. 2012).
Pupuk terbagi menjadi dua yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik.
Pupuk anorganik merupakan pupuk yang dihasilkan melalui proses rekayasa secara
kimia, fisika dan biologis. Pembuatan pupuk ini umumnya dihasilkan oleh industri
pabrik pembuat pupuk. Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan
alam seperti pelapukan tanaman, kotoran hewan atau manusia (Suartini et al. 2018).
Pupuk organik berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi dua macam, yaitu pupuk
cair dan pupuk padat. Pupuk organik sudah lama dikenal para petani sebelum
adanya Revolusi Hijau berlangsung di Indonesia pada tahun 1960-an. Pelaksanaan
Revolusi Hijau menjadikan petani mulai banyak menggunakan pupuk buatan
karena praktis dalam penggunaan dan sebagian besar varietas unggul membutuhkan
hara makro (NPK) yang tinggi dan harus cepat tersedia (Waryanti et al. 2013).
Pemanfaatan limbah jeroan ikan patin bertujuan meminimalisir limbah hasil
pengolahan pada industri pembuatan produk dari ikan patin. Tujuan lainnya ialah
memanfaatkan limbah tersebut dan menjadikannya produk yang bermanfaat dan
bernilai ekonomis.
2

Tujuan

Praktikum pengolahan limbah jeroan ikan patin bertujuan membuat pupuk


organik padat dari silase jeroan ikan patin menggunakan penambahan asam.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

`Praktikum pembuatan silase dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 14


Mei2019. Praktikum dilaksanakan pada pukul 20.00 hingga 21.00 WIB. Praktikum
ini dilaksanakan di laboratorim Preservasi dan Pengolahan Hasil Perairan,
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Praktikum pembuatan silase menggunakan beberapa bahan dan alat.


Sampel yang digunakan untuk praktikum ini ialah jeroan ikan patin. Bahan dan alat
yang digunakan yaitu asam formiat, wadah plastik, kayu pengaduk, kertas lakmus,
gelas ukur dan timbangan.

Prosedur Kerja

Proses pembuatan silase dapat dilakukan secara kimiawi dan scara biologis.
Proses pembuatan silase secara kimia menggunakan penambahan asam. Proses
pembuatan silase secara biologis yaitu dengan cara fermentasi. Praktikum ini
menggunakan proses pembuatan silase secara kimia menggunakan asam formiat.
Diagram alir prosedur kerja pembuatan silase secara kimia dapat diliat pada
Gambar 1.

Jeroan ikan

Dicincang

Penambahan asam formiat


3

Pengadukan selama 4 hari

Penyimpanan selama 4 hari

Silase

Gambar 1 Diagram alir prosedur kerja pembuatan silase

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan patin

Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang banyak
dibudidayakan dan memiliki produktivitas cukup tinggi. Menurut data Kementerian
Kelautan dan Perikanan tahun 2011, tercatat bahwa terjadi kenaikan jumlah rata-
rata produksi ikan patin di Indonesia dari tahun 2007 hingga 2011 sebesar 54,41%.
kan patin merupakan jenis ikan yang memiliki kandungan lemak tinggi. Jadi perlu
ada suatu cara untuk mengolah limbah ikan tersebut agar lebih bermanfaat dan
memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Untuk memaksimalkan potensi limbah
perikanan dan mengurangi pencemaran limbahnya terhadap lingkungan maka perlu
dilakukan suatu terobosan baru dalam memanfaatkan limbah ikan. Salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah mengolahnya menjadi biodiesel (Harahap 2013)

Silase jeroan ikan

Silase merupakan pakan yang diawetkan dengan cara difermentasi dalam silo pada
kondisi anaerob. Silase yang komplit adalah silase yang ketika dibuat telah
mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga peternak tidak perlu
lagi menyiapkan pakan tambahan untuk menutupi kekurangan nutrisinya. Silase
ialah suatu produk yang dihasilkan melalui proses fermentasi terkendali yang
menghasilkan suatu bahan berkadar air tinggi. Tujuan utama pembuatan silase
adalah untuk mengawetkan dan menurunkan antinutrisi suatu bahan baku untuk
dimanfaatkan pada masa mendatang (Rosidin et al. 2014). silase jeroan ikan
memiliki kandung protein 51.67% serta mampu mengganti 50% protein yang
berasal dari tepung ikan didalam pakan ikan nila gift, karena pada kadar tersebut
pertumbuhan ikan masih tinggi dan nilai efisiensi yang masih tinggi pula Silase
jeroan ikan nila dapat di manfaatkan sebagai bahan campuran dalam formulasi
pakan ikan, jeroan ikan nila di peroleh dari pasar ikan kota pontianak jeroan ikan
tidak dikonsumsi manusia dibiarkan terbuang begitu saja tidak termanfaatkan dan
tidak menjadi pesaing bagi manusia. Pembuatan silase dengan menambahkan asam
dapat meningkatkan kandungan protein menghambat aktivitas organisme
4

pembusuk dan membantu pemecahan–pemecahan protein menjadi peptida–peptida


pendek atau asam amino yang mudah di cerna oleh ikan (Fahmi et al. 2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Silase jeroan ikan ini dibuat dengan jeroan ikan patin. Penambahan asam
formiat dilakukan agar silase mempunyai pH yang asam. Hasil bentuk fisik pada
silase ikan dapat dilihat pada Gambar 2.

H0 H1 H2
Gambar 2 Bentuk fisik silase ikan

Bentuk fisik dari silase jeroan ikan patin dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil
didapatkan warna silase menjadi semakin coklat dan keruh hampir tidak berwarna.
Tekstur yang dihasilkan bahwa terdapat perbedaan dari H0 hingga H2 menjadi lebih
cair. Bau yang dihasilkan dari moderat menjadi sangat mengganggu. Silase ikan ini
mempunyai potensi menjadi pupuk organik karena memiliki kandungan nitrogen,
fosfor, dan kalium. Hal ini sesuai dengan literatur Basmal et al. (2014) bahwa silase
ikan yang dibuat secara kimiawi mengandung nutrisi nitrogen sebesar 5,77%,
kalium 1-4%, dan fosfor 0,3%-0,9%.

Pembahasan

Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan air tawar introduksi
dari Thailand. Ikan ini sangat pesat perkembangannya di Indonesia. Ikan ini juga
mempunyai kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap kondisi perairan yang
ekstrim seperti pH yang rendah atau kandungan DO (Andriyani dan Sumantriyadi
2017). Pengolahan fillet ikan patin menghasilkan limbah seperti isi perut, lemak
abdomen, tulang, kulit dan hasil perapian (trimming) belum dimanfaatkan secara
optimal. Jeroan ikan ini mengandung 14,01% protein, 20% lipid, 4,75% kadar abu,
dan 60,62% kadar air (Jayanti et al. 2018). Jeroan ikan ini memiliki kandungan
nitrogen, fosfor dan kalium sebesar 1-1,9% yang dapat dijadikan sebagai bahan
sediaan pembuatan pupuk organik (Zahroh et al. 2018).
5

Pupuk merupakan zat baik sintesis maupun organik yang ditambahkan ke


dalam tanah untuk meningkatkan pasokan nutrisi penting yang dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman dan vegetasi di dalam tanah (Widodo 2017). Pupuk
diklasifikasikan menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk
organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa organisme hidup seperti hewan,
tumbuhan dan limbah organik lainnya. Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal
dari bahan-bahan kimia yang dibuat oleh pabrik (Ginting et al. 2019). Penggunaan
pupuk organik terhadap tanaman tidak hanya memberikan unsur yang dibutuhkan
tetapi dapat memperbaiki struktur tanah. Pupuk organik ini diklasifikan menjadi
dua jenis yaitu pupuk organik cair dan pupuk organik padat (Lepongbulan et al.
2017).
Proses pembuatan silase dilakukan dengan menggunakan jeroan ikan patin.
Langkah pertama jeroan ikan patin dicincang kecil-kecil. Sampel yang telah
digiling selanjutnya dimasukkan ke dalam bak dan ditambahkan asam formiat.
Campuran asam dan sampel diaduk hingga merata dengan menggunakan kayu
pengaduk. Pengadukan diulangi sampai 4 kali setiap hari berturut-turut, kemudian
silase disimpan dalam wadah selama 4 hari.

PENUTUP

Kesimpulan

Silase dari jeroan ikan patin yang diberi asam dapat dijadikan pupuk
tumbuhan. Pemberian asam formiat akan mempercepat proses jadi silase. Waktu
yang digunakan dalam pembuatan silase hingga menjadi pupuk selama 3 hari.

Rekomendasi

Silase dapat menggunakan tambahan macam asam dalam pembuatan


pupuk.

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani W, Sumantriyadi. 2017. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan


patin siam (Pangasius hypophthalmus) terhadap salinitas yang berbeda.
Jurnal Ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan. 12(1) : 48-56.
Basmal J, Widanarto A, Kusumawati R, Utomo BSB. 2014. Pemanfaatan limbah
ekstraksi alginat dan silase ikan sebagai bahan pupuk organik. JPB
Perikanan. 9(2) : 109-120.
Fahri, M., Raharjo, E. I., & Hasan, H. (2014). PEMANFAATAN SILASE
JEROAN IKAN NILA SEBAGAI SUMBER BAHAN PENYUSUN
PAKAN BUATAN PADA BENIH IKAN BIAWAN (Helostoma
temminckii). Jurnal Ruaya: Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan
dan Kelautan, 4(2) : 45-48
6

Ginting SLB, Sunaryo Y, Prasetyowati SE. 2019. Pengaruh dosis pupuk NPK dan
konsentrasi pupuk orgamik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
tomat (Lycopersicum esculentum Mill) dalam polibag. Jurnal Ilmiah
Agroust. 1(1) : 24-33.
Ha NC, Hien DM, Thuy NT, Nguyen LT, Devkota L. 2017. Enzymatic hydrolysis
of catfish (Pangasius hypophthalmus) by-product: Kinetic analysis of key
process parameters and characteristics of the hydrolysates obtained. Journal
of Aquatic Food Product Technology. 26(9): 1070 - 1082.
Harahap, FM., Thamrin, BS. (2013). Pengolahan Limbah Ikan Patin Menjadi
Biodiesel. Jurnal Kajian Lingkungan, 1(01), 113-120.
Jayanti ZD, Herpandi, Lestari SD. 2018. Pemanfaatan limbah ikan menjadi tepung
silase dengan penambahan tepung eceng gondok (Eichhornia crassipes).
Jurnal Teknologi Hasil Perikanan. 7(1) : 86-97.
Kumar GP, Xavier KAM, Nayak BB, Kumar HS, Venkateshwarlu G, Balange AK.
2017. Effect of different drying methods on the quality characteristics of
Pangasius hypophthalmus. International Journal of Current Microbiology
and Applied Sciences. 6(10): 184 - 195.
Lepongbulan W, Tiwow VMA, Diah AWM. 2017. Analisis unsur hara pupuk
organik cair dari limbah ikan mujair (Oreochromis mosambicus) danau
lindu dengan variasi volume mikroorganisme lokal (MOL) bonggol
pisang. Jurnal Akademika Kimia. 6(2) : 92-97.
Purnama MAP, Agustono, Sahidu AM. 2017. The effect of various concentration
of tilapia (Oreochromis sp.) surimi for edible coating on the shelf-life of
Pangasius sp. fillets. Journal of IOP Conf. Series: Earth and Environmental
Science. 137: 1 - 7.
Rosidin R., Yuliati K.. RJ SH. (2014). Pengaruh suhu dan lama pengeringan
terhadap mutu silase limbah pengolahan kodok beku (Rana sp.) yang
dikeringkan dengan penambahan dedak padi. Jurnal FishtecH, 1(1), 78-
90.
Rosidin Yuliati K, Hanggita SRJ. 2012. Pengaruh suhu dan lama pengeringan
terhadap mutu silase limbah pengolahan kodok beku (Rana sp.) yang
dikeringkan dengan penambahan dedak padi. Jurnal Fishtech. 1(1): 78-90.
Suartini K, Abram PH, Jura MR. 2018. Pembuatan pupuk organik cair dari limbah
jeroan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis). Jurnal Akademika Kimia. 7(2):
70-74.
Vaishnav M, Sharma SK, Sharma BK, Ojha ML. 2017. Growth performance of
Pangasius Sp. cultured at different stocking density in floating net cages in
Mahi Bajaj Sagar Dam of Banswara (Rajasthan). Journal of Entomology
and Zoology Studies. 5(5): 649 - 652.
Waryanti A, Sudarno, Sutrisno E. 2013. Studi pengaruh penambahan sabut kepala
pada pembuatan pupuk cair dari air limbah cucian ikan terhadap kualitas
unsur hara makro (CNPK). Jurnal Teknik Lingkungan. 2(4): 1-7.
Widodo. 2017. Maksimalkan produktivitas tanaman padi dengan pupuk subsidi
yang sedikit. Jurnal Litbang Sukowati : Media Penelitian dan
Pengembangan. 1(1) : 39-52.
Zahroh F, Kusrinah, Setyawati SM. 2018. Perbandingan variasi konsentrasi pupuk
organik cair dari limbah ikan terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah
7

(Capsicum annum L.). Al-Hayat : Journal of Biology and Applied Biology.


1(1) : 50-57.

LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi

Pengamatan hari 1 pengamatan hari 2

Pengamatan hari 3

Anda mungkin juga menyukai