Anda di halaman 1dari 120

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia.
Menurut World Health Organisation (WHO), kesehatan adalah suatu keadaan
sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan (WHO, 1948). Sebelum sehat mental dan sosial dapat
tercapai, kesehatan fisik harus dipenuhi terlebih dahulu. Data terakhir dari
WHO pada tahun 2015 menyatakan bahwa terjadi kematian penduduk dewasa
sebanyak 149 orang per 1000 populasi (WHO, 2015). Dari data kematian
tersebut lebih didominasi dari negara-negara berkembang. Banyak hal yang
dapat mempengaruhi masalah ini, menurut Lawrance Green (1974), meliputi
predisposing factor (Faktor penentu), enabling factor (Faktor pemuda), dan
reinforcing factor (Faktor penguat). dan H.L Blum (1974) derajat kesehatan
masyarakat juga di pengaruhi oleh keadaan lingkungan (environment),
perilaku (behavior), pelayanan kesehatan (public service) dan keturunan
(herediter).
Angka kematian di Indonsia pada tahun 2000-2005 kurang lebih
sebesar 43 kematian per 1000 populasi (Riskesdas, 2007). Kematian tersebut
bisa disebabkan sebagian besar oleh penyakit tidak menular, naamun kita juga
harus tetap waspada pada penyakit menular di masyarakat (Depkes, 2011).
Ada beberapa penyakit menular yang kasusnya cenderung meningkat antara
lain demam berdarah, pneumonia, diare, malaria dan TBC. Penyakit diare
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang morbiditas dan
mortalitasnya masih tinggi. Departemen Kesehatan mencatat dari tahun 2000-
2010 terlihat kecenderungan peningkatan insiden dari 301 per 1000 penduduk
pada tahun 2000 menjadi 411 per 1000 penduduk di tahun 2010 (Depkes,
2014).

1
Kasus diare yang terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun
2015 yaitu sekitar 206.037 kasus. Hal ini terjadi karena masih buruknya
kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku dan
pengetahuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Penyakit diare dapat
berakibat fatal dan menjadi penyakit berbahaya karena dapat menyebabkan
kematian dan menimbulkan kejadian luar biasa. Di kota Mataram sendiri di
temukan sekitar 19.270 kasus diare pada tahun 2015 (Dikes Provinsi NTB,
2015).
Berdasarkan uraian di atas dan oleh karena tingginya kasus diare di
provinsi NTB khusunya di kota Mataram, maka pada kesempatan Kuliah
Kerja Lapangan (KKL) FK UNIZAR periode tahun 2017, kelompok 4
mengambil fokus kasus diare di Kelurahan Mandalika Kecamatan Sandubaya
Kota Mataram.

1.2. Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk menghasilkan sarjana kedokteran yang mampu
mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat dari berbagai latar
belakang budaya, tradisi, adat istiadat, kepercayaan dan agama melalui
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
.
B. Tujuan Khusus
1. Bagi Mahasiswa:
a. Untuk meningkatkan kemampuan pengembangan dan
penyebarluasan ilmu kedokteran dalam upaya mencari
penyelesaian masalah kesehatan masyarakat melalui
proses pendidikan, penelitian dan pengabdian pada
masyarakat.

2
b. Untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi
secara ilmiah permasalahan, potensi dan sumber daya
serta mampu memberikan alternatif pemecahan
masalah kesehatan masyarakat dan analisis
pengembangan potensi dan sumber daya yang ada.
c. Untuk memperkenalkan mahasiswa secara langsung
dengan masyarakat dan segala permasalahannya serta
cara-cara pemecahan masalah yang melibatkan
kerjasama dengan berbagai sektor.
2. Bagi Masyarakat

a. Untuk memberikan bantuan pemikiran, ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan bidang

kesehatan

b. Untuk memperoleh informasi mengenai masalah

kesehatan dalam masyarakat dari hasil identifikasi oleh

mahasiswa sehingga memudahkan dalam penyusunan

program dan pelaksanaan pembangunan bidang

kesehatan.

c. Untuk mendapatkan pengalaman dalam menggali serta

menumbuhkan potensi swadaya masyarakat sehingga

dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan bidang

kesehatan.

3
BAB II
KEADAAN UMUM KELURAHAN

2.1. Letak Geografis Keluruhan


 Tinggi tempat dari permukaan laut : 6.110 M
 Curah hujan per tahun : 1740 mm/thn
 Keadaan suhu rata-rata : 36 0C
Kelurahan Mandalika terdiri dari 7 Lingkungan yaitu Lingkungan
Gerung Butun Barat, Lingkungan Gerung Butun Timur, Lingkungan Gerung
Apitaik, Lingkungan Gerung sayo Indah, Lingkungan Lendang Lekong,
Lingkungan Montong Are dan Lingkungan Tembelok. Adapun batas-batas
wilayah Kelurahan Mandalika Adalah sebagai berikut:
 Batas sebelah Utara : Kelurahan Mayura Bertais
 Batas sebelah Selatan : Bengkel, Kec. Labuapi, Kab.Lobar
 Batas sebelah Barat : Kelurahan Turida dan Cakra Selatan Baru
 Batas Sebelah Timur : Kelurahan Bertais (Keluran Mandalika, 2017).

Gambar 1 : Peta Kelurahan Mandalika

4
2.2. Topografi Kelurahan
Kondisi wilayah Kelurahan Mandalika berupa tanah Pertanian dan
pemukiman dengan luas Wilayah Kelurahan Mandalika adalah ± 100,480 Ha
yang terdiri dari Tanah Pertanian ± 45,000 Ha dan Non pertanian ± 55,480 Ha
(Keluran Mandalika, 2017).

2.3. Demografi Kelurahan


a. Jumlah Penduduk : 13.258 orang
b. Menurut Jenis Kelamin
a. Laki-Laki : 6.716 orang
b. Perempuan : 6.542 orang
c. Jumlah Kepala Keluarga : 3.647 orang
d. Penduduk Menurut Agama
a. Islam : 11.902 orang
b. Kristen : 297 orang
c. Katholik : 74 orang
d. Hindu : 795 orang
e. Budha : 244 orang
e. Penduduk Menurut Usia
a. 0-6 tahun : 1.552 orang
b. 7-18 tahun : 3.053 orang
c. 18-56 tahun : 7.231 orang
d. 56 tahun keatas : 893 orang
(Keluran Mandalika, 2017).

5
2.4. Potensi Kelurahan
Tabel 1: Potensi yang ada di masing-masing Lingkungan di Kelurahan
Mandalika (Keluran Mandalika, 2017).
No. Nama Lingkungan Potensi
1. Gerung Butun Barat - Pertokoan
- Warung Makan
- Bahan Bangunan (Depo Jaya
Bangunan)
2. Gerung Butun Timur - Pertokoan
- Bahan Bangunan
- Bank
- Dealer
- Warung Makan
- Pegadaian
- Supermarket ( Indomart, Alfamart dan
Superstor)
3. Gerung Apitaik - Usaha Aluminium
- Pedagang Ayam
- Kantong Plastik
- Jajanan Pasar
- Hotel
- Pertokoan
- Perum Damri
- Ojek
4. Gerung Sayo Indah - Pertokoan
- Supermarket (Indomart)
- Bakulan
- Klontong

6
- Bengkel
5. Lendang Lekong - Usaha Klontong
- Jajanan Pasar
- Gudang semen
- Bakulan
6. Montong Are - Bakulan
- Klontong
- Petani
- Peternak
- Krupuk
- Bengkel
7. Tembelok - Usaha Klontong
- Gudang semen
- Bakulan
- Dealer Yamaha
- Showroum
- Bengkel

2.5. Sosial Budaya dan Pendidikan


A. Sosial Budaya
1. Sarana Ibadah
a. Masjid : 7 Buah
b. Musholla : 24 Buah
c. Pura : 2 Buah
d. Gereja : 0 Buah
e. Wihara : 1 Buah
2. Sarana Kesehatan
a. Rumah Sakit Umum : 0 Buah

7
b. Puskesmas : 1 Buah
c. Poskesdes : 1 Buah
d. Posyandu : 8 Buah
3. Sarana Pendidikan
a. PAUD : 5 Buah
b. TK/RA : 2 Buah
c. SD : 3 Buah
d. SMP/MTS : 2 Buah
e. SMA/MA : 1 Buah
f. Perguruan Tinggi : 1 Buah
B. Pendidikan
a. Belum Sekolah : 3.585 orang
b. Tidak Tamat SD : 2.018 orang
c. Tamat SD/sederajat : 4.493 orang
d. Tamat SLTP/sederajat : 1.847 orang
e. Tamat SLTA/ sederajat : 2.495 orang
f. Tamat Akademi/Sederajat : 125 orang
g. Tamat Perguruan Tinggi : 126 orang
h. Buta Huruf : 0 orang
(Keluran Mandalika, 2017)
2.6. Kebersihan Lingkungan dan Kesehatan
Untuk keadaan umum kebersihan lingkungan dan kesehatan
Kelurahan Mandalika tidak terdokumentasi dengan baik sehingga gambaran
keadaan umum kebersihan lingkungan dan kesehatan Kelurahan Mandalika
diperoleh melalui observasi langsung. (Ghandi 2010), indikator yang dapat
menggambarkan keadaan tersebut terdiri dari sanitasi sumber air, makanan
dan minuman, pengolahan sampah dan limbah cair. Dari hasil observasi
berdasarkan indikator tersebut, didapatkan keadaan umum kebersihan
lingkungan dan kesehatan kelurahan Mandalika sebagai berikut:

8
1. Sanitasi Sumber Air
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan
setelah udara. Sekitar tiga per empat tubuh kita terdiri dari air dan
tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4 - 5 hari tanpa
meminum air. Selain itu air juga digunakan untuk memasak, mencuci,
mandi, dan membersihkan kotoran. Air juga digunakan intuk
keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi,
transportasi, dan lai-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia
dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut
tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit.
Ditinjau dari setiap lingkungan pada kelurahan Mandalika 95%
sudah menggunakan air PDAM, masyarakat sudah bisa menjangkau
air besih yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
2. Makanan dan Minuman
Makanan adalah semua substansi yang dibutuhkan oleh tubuh
tidak termasuk air, obat-obatan, dan substansi-substansi lain yang
digunakan untuk pengobatan. Makanan merupakan salah satu bagian
yang penting untuk kesehatan manusia mengingat setiap saat dapat
saja terjadi penyakit-penyakit yang diskibatkan oleh makanan.
Setiap lingkungan di Kelurahan Mandalika memiliki sanitasi
makanan dan minuman yang tidak terlalu higienis, di rnakan masih
banyak makanan yang tidak di tutup dan warga masih minum air
PDAM yang tidak di masak.
3. Pengolahan Sampah
Sampah merupakan sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal ari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Pada setiap lingkungan dalam kelurahan mandalika sudah
memiliki tempat sampah masing-masing dan memiliki 1 motor

9
sampah di setiap lingkungan. Namun kesadaran masyarakat tentang
kebersihan masih kurang, karna sebagian besar masyarakat masih
membuang sampah pada sungai sekitar.
4. Limbah Cair
Limbah cair merupakan salah satu jenis sampah. Adapun jenis
Sampah cair adalah zat cair yang berasal dari rumah tangga industri.
disetiap rumah pada lingkungan lingkungan memiliki saluran
pembuangan limbah cair.

2.7. Sarana dan Prasarana Kesehatan


Kelurahan mandalika merupakan bagian dari wilayah kecamatan
sandubaya yang merupakan wilayah cakupan pelayanan kesehatan puskesmas
cakranegara.
Sarana dan Prasarana kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas
Cakranegara (Depkes Cakranegara, 2017).

Tabel 2: Sasaran Kesehatan Puskesmas Cakranegara


No Kelurahan Sarana Kesehatan
Pustu Pokesdes Puskesmas Rumah
Sakit
1 Cakra Timur - 1 - -
2 Cakra Selatan - - - -
3 Bertais 1 1 - -
4 Mandalika - 1 1 -
5 Turida 1 1 - -
6 Selagalas 1 1 - 2
7 Puskesmas 3 5 1 2

10
BAB III
MASALAH KESEHATAN

3.1. Profil Kesehatan Masyarakat


A. Angka Kematian
1. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
Pada tahun 2014 - 2015 dilaporkan terjadi 3 kematian ibu di
Puskesmas Cakranegara. Kelurahan Mandalika dan Kelurahan Turida
mendominasi angka kematian ibu dibandingkan dengan kelurahan
lainnya yang ada di Kecamatan Sandubaya. Terjadi peningkatan kasus
kematian ibu pada tahun 2015 dari yang sebelumnya tidak ada kasus
pada tahun 2011 sampai tahun 2013. (Depkes Cakranegara, 2017).
2. Angka Kematian Bayi (AKB)
Tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 dilaporkan tidak ada
kematian bayi. Akan tetapi terjadi 1 kasus kematian bayi akibat
Pnemonia pada Tahun 2015 di Kelurahan Mandalika (Depkes
Cakranegara, 2017).
3. Angka Kematian Balita (AKABA)
Pada tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015 dilaporkan tidak
ada kasus kematian balita di wilayah Puskesmas Cakranegara (Depkes
Cakranegara, 2017).

B. Angka Kesakitan
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Hasil data pemantauan jentik dan abatisasi pada tahun 2015 di
Kelurahan Mandalika adalah sebagai berikut :

11
Tabel 3: Hasil Pemantauan Jentik dan Abatisasi tahun 2015
Indikator Jumlah
Pemakaian Abate 1.177
Contnr Tak ada Jentik 2.307
Jumlah Contnr + Jentik 331
Jumlah Contnr Diperiksa 2.638
ABJ 1.983
Jumlah Rumah + Jentik 331
Jumlah Rumah di Pantau 1.669
Sumber : Data P2 DBD Puskesmas Cakranegara Tahun 2011-
2016
2. Tuberculosis (TB)
Data jumlah penderita Tuberculosis BTA (+) di Kelurahan
Mandalika pada Tahun 2015 adalah sebagai berikut :
Tabel 4: Jumlah Penderita BTA (+) Kelurahan Mandalika Tahun 2015
Indikator Jumlah
BTA (+) 12
BTA (-) dan Ex. Paru 2
TB. Anak 0
Sembuh 6
Peng. Lengkap 2
Meninggal 1
Gagal dan Default 0

Jumlah penderita TB di wilayah kerja Puskesmas Cakranegara tahun


2015 sebanyak 77 pasien yang ditemukan baik dalam pemeriksaan
SPS di Puskesmas maupun rujukan dari Rumah Sakit dan DPS (dr.
Praktek Swasta). Penderita TB dibagi menjadi 3, yaitu: BTA (+)

12
berjumlah 64 orang, BTA (-) rontgen (+) ditambah extra paru
berjumlah 13 orang, dan TB. Anak tida ada.
Jumlah penderita TB berdasarkan Lingkungan Kerja
Puskesmas Cakranegara dari 6 Kelurahan didominasi oleh kelurahan
selagalas berjumlah 19 kasus (17 kasus TB. BTA (+) dan 2 BTA (-)).
Penderita TB pada Kelurahan Mandalika berjumlah 14 kasus (12 BTA
(+) dan 2 BTA (-)). Kasus meninggal ada 2 orang masing-masing 1
orang di Kelurahan Mandalika dan Cakranegara Selatan.
Penderita TB. Yang mengikuti pengobatan berjumlah 77 kasus
dan yang sembuh berjumlah 27 orang, mengikuti pengobatan lengkap
berjumlah 10 orang dan meninggal 2 orang pasien serta ada 2 pasien
gagal dan default, kemudian sisanya masih menjalani pengobatan.
Kendala yang terjadi dilapangan sehingga ada pasien yang mengalami
gagal pengobatan dan default yaitu,
a. Efek samping OAT, sehingga pasien tidak mau minum OAT lagi.
b. Kurang perhatian keluarga terhadap penyakit yang diderita pasien.
c. Pekerjaan pasien yang mengakibatkan putus berobat sepihak.
Langkah –langkah yang sudah ditempuh petugas menhadapi pasien
yang mangkir berobat supaya tetap menjalani pengobatan sampai
selsesai dan dinyatakan sembuh oleh petugas antara lain;
a. Melacak pasien mangkir berobat dan menyarankan melanjtkan
pengobatan.
b. PMO baik petugas kesehatan, kader kesehatan dan konseling
keluarga.
c. Lintas program dan Lintas sektoral dalam menyelesaikan maslah
TB. Di Lingkungan baik, penemuan kasus baru, pelacakan pasien
mangkir dan pengawasan pengobatana serta mencegah penularan.

13
3. Malaria
Berdasarkan data Puskesmas Cakranegara tahun 2015
mengenai kasus malaria di Kelurahan Mandalika, terjadi kasus
malaria klinis sebanyak 76 kasus dari 11.294 jumlah penduduk
Kelurahan Mandalika. Jumlah kasus malaria di Kelurahan
Mandalika tertinggi dibandingkan dengan kelurahan lainnya
yang ada di Kecamatan Sandubaya.
4. Pengendalian Penyakit (P2) ISPA
Berdasarkan data yang dimiliki Puskesmas
Cakranegara mengenai Pengendalian Penyakit ISPA tahun
2015, telah terlaksana program P2 ISPA sebanyak 6.365 kasus.
Dari 6.365 kasus tersebut, 1.187 kasus diantaranya terlaksana
di Kelurahan Mandalika. Pengendalian tertinggi terjadi pada
bulan Juni yaitu sebanyak 119 kasus.
Untuk kasus pneumonia yang terjadi di wilayah Kerja
Puskesmas Cakranegara tahun 2015, Puskesmas Cakranegara
menargetkan penanganan kasus pneumonia sebanyak 551
kasus dimana jumlah yang ditangani sebanyak 310 kasus pada
tahun tersebut dengan cakupan 56,26 %.
Kelurahan Mandalika ditargetkan penanganan kasus
pneumonia sebanyak 118 kasus pada tahun 2015. penanganan
kasus pneumonia yang terjadi sebanyak 46 kasus dengan
cakupan 38,9 %.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, terdapat
beberapa faktor penyebab yang mendasari terjadinya kasus
pneumonia :
a. Kepadatan tempat tinggal
b. Adanya anggota keluarga yang merokok di dalam
rumah

14
c. Keadaan rumah tidak sehat (ventilasi kurang)
5. P2 Diare
Untuk Penanganan Penyakit Diare di wilayah kerja
Puskesmas Cakranegara pada tahun 2015, Puskesmas
Cakranegara menargetkan penanganan kasus diare pada balita
sebanyak 1.574 kasus dimana 1.210 kasus telah di tangani
(76,30%). Sedangkan, penanganan kasus diare semua umur
dengan target 2.320 kasus, 132,07 % (3.064 kasus) telah
tertangani.
Di Kelurahan Mandalika cakupan penanganan diare
pada balita sebesar 97,06 % dimana dari target 340 kasus diare
tertangani, yang sudah ditangani selama tahun 2015 sebanyak
330 kasus. Secara keseluruhan, target 535 kasus diare semua
umur yang tertangani di Kelurahan Mandalika telah tercapai
149,16 % (798 kasus) selama tahun 2015.
Banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya kasus
diare ini, diantaranya:
a. Kurangnya kesadaran atau pengetahuan masyarakat
mengenai PHBS
b. Kebiasaan masyarakat minum air yang tidak dimasak
c. Menyajikan makanan yang kurang bersih

6. Cakupan Rawat Jalan


Jumlah kunjungan Rawat Jalan di dalam atau di luar
Gedung Puskesmas Cakranegara adalah 80.060 kunjungan
yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di wilayah
Puskesmas Cakranegara. Dari sejumlah penduduk yang
berkunjung mayoritas mereka yang datang dengan tujuan
mendapatkan pelayanan pengobatan, hal ini kurang sejalan

15
dengan fungsi puskesmas yaitu bukan hanya kuratif tetapi juga
promotif, preventif. Sehingga diharapkan bukan hanya yang
sakit saja yang datang untuk berobat tetapi juga diharapkan
masyarakat datang berkonsultasi tentang bagaimana
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Berikut ini gambaran 10 penyakit terbanyak di wilayah
Puskesmas Cakranegara Tahun 2015:
Tabel 5: 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Cakranegara
No Penyakit Jumlah

1 ISPA 8698
2 FARINGITIS AKUT 6777
3 GASTRITIS 4089
4 HIPERTENSI 3398
5 FEBRIS 2762
6 DERMATITIS/ALLERGI 2181
7 ASTMA 2068
8 DIARE 1498
9 LUKA TERBUKA 13226
10 MYALGIA 698

Dari Grafik diatas, menunjukan bahwa kunjungan


tertinggi masih di dominasi penyakit menular berbasis
lingkungan, hal ini menggambarkan bahwa kesehatan
lingkungan di wilayah Puskesmas Cakranegara masih perlu
mendapatkan perhatian sehingga kedepannya dapat
menurunkan penularan penyakit.

16
C. Status Gizi Masyarakat
1. Pencapaian BGM/D (Balita Bawah Garis Merah) (SPM = 5%)
BGM/D merupakan angka yang dapat memberikan rambu-
rambu adanya rawan gizi. SPM untuk pencapaian BGM/D adalah
setinggi-tingginya 5%. Pencapaian BGM/D Puskesmas Cakranegara
tahun 2014 sebesar 1,41% sedangkan tahun 2015 sebesar 2,90%.
Secara rinci pencapaian BGM/D Puskesmas Cakranegara Tahun
2014 dan 2015 dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik Rata-rata Pencapaian BGM/D Di Wilayah


Puskesmas Cakranegara Tahun 2014 dan 2015

3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
S.alas Bertais Mdlka Turide Caktim Caksel PKM
Th.2014 1.93 1.77 1 1.11 0.55 1.45 1.41
Th.2015 3 3.29 2.63 2.6 3.13 2.87 2.9

Grafik 1: Rata-rata Pencapaian BGM/D Di Wilayah Puskesmas


Cakranegara Tahun 2014 dan 2015
Berdasarkan grafik tersebut di atas dapat dilihat bahwa
pencapaian Puskesmas Cakranegara mengalami peningkatan dari
tahun 2014 ke 2015 tetapi masih di bawah target SPM. Penyebab
meningkatnya capaian BGM/D adalah karena tingkat infeksi yang
cukup tinggi pada anak balita. Dari 6 (enam) Kelurahan Wilayah kerja
Puskesmas Cakranegara semuanya berada di bawah target SPM.
Untuk tiap-tiap kelurahan cakupan tertinggi berada di Kelurahan
Bertais sebesar 3,29 % dan terendah di Kelurahan Turida sebesar
2,6%.

17
3.2. Identifikasi Masalah
Masalah adalah suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Dimana masalah di kelurahan mandalika adalah diare hal ini berdasarkan data
sekunder yang diperoleh di puskesmas. Kemudian kami menggunakan survey
lapangan untuk mengkonfirmasi kebenaran data tersebut dengan melakukan
wawancara ke 7 lingkungan mandalika yang terdiri dari 5 kader dan 5 kepala
keluarga di setiap lingkungannya. Dari survey tersebut, di dapatkan beberapa
masalah. Adapun permasalahan yang ditemukan antara lain :
Tabel 6 : Permasalahan kelurahan Mandalika
No Medis Jumlah
1 Diare 27
2 Tuberculosis 12
3 ISPA 9
4 Hipertensi 7
5 Diabetes Militus 7
6 Stroke 5
7 Asma 3

Berdasarkan survey yang telah kami lakukan ditemukan 7


permasalahan. Dan dari masalah tersebut masalah yang paling banyak adalah
masalah mengenai DIARE. Adapun kejadian diare ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti pengetahuan, prilaku, dan lingkungan

3.3. Prioritas Masalah


Penentuan prioritas masalah dari beberapa masalah yang ditemukan,
kelompok kami menggunakan metode delbeq. Metode delbeq adalah metode
penetapan prioritas masalah melalui diskusi dan terdiri dari para peserta yang

18
tidak setara sehingga di lakukan votting untuk menentukan prioritas yang
sama. Dan hasil Votting didapatkan sebagai berikut :
Tabel 7: votting
No Permasalahan Jumlah Suara
1 Diare 11
2 TB 7
3 ISPA 2
4 Hipertensi 2
5 Diabetes Militus 1
6 Stroke 0
7 Asma 0
Total Suara 32

Jadi prioritas masalah yang didapatkan di Kelurahan Mandalika adalah


DIARE dilihat darii hasil votting pada tabel di atas.

3.4. Analisis Penyebab Masalah


Dari hasil diskusi Bersama warga untuk menentukan akar masalah
didapatkan data kasar sebagai berikut :
A. Cuci tangan  awal dari segala penyakit
Setelah BAB langsung menyusui/makan  kesadaran dari
masyarakat untuk menjaga kebersihan
B. Air
Langsung minum air mentah tanpa di masak dari PAM  Air
PAM lebih praktis/murah dari pada air minum
C. Makanan
Hygienitas makanannya kurang  lebih banyak jajan di luar
(contohnya: es lilin, cilok dll).

19
Pola makan tidak teratur  anak lebih memilih makan
makanan ringan dari pada makanan pokok
Porsi makan yang tidak teratur  kebiasaan dari si anak

D. Lingkungan
Kebersihan lingkungan belum maksimal  Kesadaran
masyarakat untuk hidup bersih
Penggunaan sabun batangan yang kurang baik 
memindahkan kuman dari orang satu ke orang lainnya
Petugas kesehatan jarang turun kelapangan (hanya sampai
pejabat terkait di kelurahan)
BAB di luar tempatnya (sungai)  kesadaran  pengadaan
fasilitas  geografis tempat yang belum mendukung

E. Pengetahuan
Pengetahuan mengenai diare dari masyarakat kurang 
Penyuluhan hanya saat posyandu (untuk yang membawa anaknya
dalam pemeriksaan) & peyuluhannya jarang (tidak rutin).

F. Ekonomi
Ekonomi masyarakat yang belum bisa mencukupi gizi 4 sehat
5 sempurna.

G. Stress
Stress  mempengaruhi system imun

20
lingkungan Perilaku
Tingkat pendidikan rendah
Air menggunakan PDAM
Mengkonsumsi air mentah
Pembuatan
jamban susah Jarang mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan

Pengetahuan
Lahan sempit masyarakat kurang

Diare

Usia anak-anak
Kurangnya biaya

Kurangnya
Kurangnya perhatian orangtua Tenaga kesehatan

Kurangnya Kurangnya
Pengetahuan orangtua penyuluhan tentang
diare

Herediter Pelayanan kesehatan

21
3.5. Landasan Teori
A. Teori HL. Blum
Menurut HL. Blum, terdapat empat indikator yang berpengaruh
terhadap derajat kesehatan masyarakat, yakni lingkungan, perilaku
masyarakat, pelayanan kesehatan, dan genetik. Kontribusi lingkungan
dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang essensial
disamping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor
keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap
timbulnya masalah kesehatan masyarakat.
1. Lingkungan
a. Luas Lahan
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia (2012) alasan
masyarakat yang masih buang air besar (BAB) sembarangan
adalah membangun jamban sendiri itu mahal. Perlu lahan
yanng luas untuk membangunnya,buang air besar lebih enak
karena tinja dapat digunakan sekalian untuk pakan ikan.
Sejalan dengan penelitian Sholeh (2002) yang menyebutkan
bahwa 33% kepala keluarga beranggapan bahwa membangun
jamban membutuhkan lahan yang luas, namun hassil statistika
didapatkan ketersediaan lahan tidak berpengaruh tehadap
perilaku BAB.

b. Jarak Jamban ke Sumber Air


Hasil penelitian Sholeh (2002) menyebutkan jarak rumah
dengan sungai berpengaruh 1,32 kali untuk tidak memanfaatan
jamban. Hal ini dikarenakan masyarakat yang bertempat
tinggal dekat dengan sumber air lebih cenderung melakukan
aktivitas buang air besar di area tersebut. Penelitian Sutedjo
(2003) menyebutkan tidak ada hubungan antara jarak jamban
dengan sumber air.

22
c. Ketersediaan Air Bersih
Berdasarkan penelitian Ibrahim, dkk (2012) menyebutkan ada
hubungan antara ketersediaan air bersih dengan pemanfaatan
(p=0,038) yaitu masih ada jamban yang tidak memiliki air
bersih yang disebabkan karena air dari pegunungan tidak lagi
mengalir karena tersumbatnya pipa. Temuan ini sejalan
dengan penelitian Erlinawati (2009) menyebutkan keluarga
yang memiliki sarana air bersih di rumahnya mempunyai
peluang 7,5 kali untuk menggunakan jamban dibanding
keluarga yang tidak memiliki sarana air bersih dirumahnya.

2. Perilaku
a. Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2007) pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan
seseorang. Sejalan dengan Sarwono (1997) dalam Otayya
(2012) menyebutkan pengetahuan merupakan hasil tahu
setelah seseorang melakukan suatu observasi tehadap suatu
objek. Maka dikatakan pengetahuan merupakan aspek paling
penting sebelum melakukan sebuah tindakan.
b. Sikap
Menurut Notoadmodjo (2007) sikap merupakan respon yang
masih tertutup setelah adanya rangsang atau stimulus, belum
termasuk tindakan karena masih merupakan faktor
predisposisi dari perilaku.Sikap akan memberikan respon
positif atau negatif. Sikap diri seseorang nanti akan
membentuk suatu tindakan yang positif yaitu menerima dan
tindakan negatif yaitu menolak.
Sikap berbeda dengan tindakan, sikap merupakan reaksi
tertutup, belum reaksi terbuka. Karena sikap merupakan
kesiapan untuk menghadapi suatu objek tertentu. Maka dari itu

23
sikap masih merupakan faktor predisposisi tindakan suatu
perilaku.
c. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu pembentukan watak berupa
sikap disertai dengan kemampuan dalam ketrampilan,
pengetahuan, dan kecerdasan. Di Indonesia pendidikan
formal dimulai dari SD hingga Perguruan tinggi. Semakin
tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga, semakin mudah
menyerap informasi yang didapat guna menanggapi masalah
yang di hadapi (Murwati, 2012).
Sejalan dengan penelitian Palneti (2001) yang menyebutkan
bahwa analisa statistik menyebutkan ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pendidikan dengan kepemilikan dan
keadaan jamban keluarga (p<0,05). Hal ini disebabkan karena
rata rata masyarakat desa Percut hanya tamatan SMP,
sehingga pemikiran mereka tentang kepemilikan,
pemanfaatan dan keadaan jamban masih sangat kurang
karena banyak yang tidak mengerti tentang hal itu.
d. Nilai
Nilai merupakan bagian utama dari sikap dan perilaku yang
berfungsi untuk mempengaruhi persepsi. Menurut Sholeh
(2002) niat dapat digambarkan seperti halnya seseseorang
yang berada di lingkungan sosial dengan ide ide yang
dimiliki sebelumnnya mengenai apa “yang seharusnya” dan
“tidak seharusnya” dilakukan akan mempengaruhi sebuah
perilaku.
Demikian juga masyarakat dalam menilai jamban keluarga,
dimana ada masyarakat yang menilai jamban keluarga
penting karena mereka tahu bahwa jamban merupakan tempat
yang seharusnya untuk membuang tinja. Sebaliknya ada
masyarakat yang menilai jamban itu tidak penting karena

24
tidak ekonomis, pemborosan, dan lain lain. Sehingga dapat
disimpulkan sistem nilai di masyarakat dipengaruhi oleh
sosial budaya, perintah orang tua, guru, teman, dan pengaruh
lingkungan lainnya (Sholeh, 2002).
e. Persepsi
Menurut Dali (1982) persepsi merupakan gambaran yang
bersifat subjektif terhadap kemampuan dan kemauan diri
yang bersangkutan atau pengamatan seseorang terhadap
lingkungan di sekitarnya dengan menggunakan indera yang
dimilikinya.
f. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan aktivitas utama yang dilakukan
sseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat
menunjang kehidupannya. Pekerjaan dapat mempengaruhi
waktu yang di miliki seseorang untuk memperoleh informasi,
termasuk informasi tentang kesehatan. Apabila informasi
yang didapatakan cukup, maka seseorang akan mempunyai
pengetahuan yang cukup pula dan kemudian di aplikasikan
ke dalam tindakan nyata.

3. Pelayanan Kesehatan
a. Peran Petugas Kesehatan
Penyuluhan kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan
merupakan salah satu tugass pokok puskesmas. Keluarga
merupakan satuan unit terkecil yang memiliki kewenangan
mendapatkan arahan dari pelaksanaan kegiatan pokok
puskesmas tersebut. Hasil penelitian Erlinawati (2009)
menyebutkan adanya hubungan yang bermakna antara
pembinaan penggunaan jamban oleh petugas puskesmas
dengan perilaku nkeluarga terhadap penggunaan jamban (OR=
4,5). Artinya keluarga yang telah mendapatkan pembinaan dari

25
petugas kesehatan memiliki peluang menggunakan jamban
sebesar 4,5 kali dibandingkan dengan keluarga yang tidak
mendapatkan pembinaan.

4. Herediter
a. Umur
Menurut Hurlock (1980) dalam Murwati (2012) sebagai warga
negara yang baik usia (35-60 tahun) bertanggung jawab secara
sosial membantu anak dan remaja menjadi dewasa, sehingga
individu-individu tersebut mengetahui cara mewujudkan
perilaku sehat.
Sejalan dengan penelitian Candra (2012) semakin bertambah
umur seseorang, maka semakin matang pula cara berfikir
seseorang tersebut, sehingga termotivasi untuk menggunakan /
memanfaatkan jamban. Sebaliknya semakin muda umur
seseorang, semakin tidak mengerti arti pentingnya BAB di
jamban sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit diare.
Pada usia madya seseorang akan lebih banyak menghabiskan
hidupnya untuk membaca, mempersiapkan kesuksesan sebelum
usia tua.
B. Diare
1. Definisi
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3x perhari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah
dan atau lender (suraatmaja, 2007a). Diare akut adalah buang air
besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi
yang minum ASI sering frekuensi buang air besar lebih dari 3-4
kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih

26
bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat
normal, hal tersebut tidak tergolong diare , tetapi merupakan
intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya
perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara
eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi
buang air besar atau konsistesinya menjadi cair yang menurut
ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada
seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi
konsistesinya cair, keadaaan ini sudah dapat disebut diare (subagyo
B, 2010).
Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik
laboratorium telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan
bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah
golongan virus, bakteri dan parasit. dua tipe dasar dari diare akut
oleh karena infeksi adalah non-inflamatory dan inflammatory
(subagyo B, 2010).
Enteropatogen menimbulkan non-inflamatory diare melalui
produksi enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi
oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan dan/ atau translokasi
dari bakteri. Sebaliknya inflammatoyi diare biasanya disebabkan
oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau
memproduksi sitotoksin (subagyo B, 2010).

27
Tabel 8: Penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia
GOLONGAN BAKTERI GOLONGAN VIRUS GOLONGAN PARASIT
Aeromonas Astrovirus Balantidiom coli
Bacillus cereus Calcivirus (Norovirus, Sapovirus) Blastocystis homonis
Canpilobacter jejuni Enteric adenovirus Crytosporidium parvum
Clostridium perfringens Corona virus Entamoeba histolytica
Clostridium defficile Rotavirus Giardia lamblia
Eschercia coli Norwalk virus Isospora belli
Plesiomonas shigeloides Herpes simplek virus Strongyloides stercoralis
Salmonella Cytomegalovirus Trichuris trichiura
Shigella
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica

Tabel 9: Enteropatogen pathogen penyebab diare yang tersering berdasarkan umur

<1 y 1-4 y >5y


Rotavirus Rotavirus Campylobacter
Norovirus Norovirus Salmonella
Adenovirus Adenovirus Rotavirus
Salmonella Salmonella
Campylobacter
Yersinia

28
Selain itu, penyebab diare noninfeksi yang dapat menimbulkan
daire pada anak antara lain:
Tabel 10: Penyebab diare nonifeksi pada anak
Kesulitan makanan Neoplasma
 Neuroblastoma
 Phaeochromocytoma
 Sindroma Zollinger Ellison
Defek anatomis Lain-lain:
 Malrotasi  Infeksi non gastrointestinal
 Penyakit Hirchsprung  Alergi susu sapi
 Short Bowel Syndrome  Penyakit Crohn
 Atrofi mikrovilli  Defisiensi imun
 Stricture  Colitis ulserosa
 Ganguan motilitas usus
 Pellagra
Malabsorbsi Keracunan makanan
 Defesiensi disakaridase  logam berat
 Malabsorbsi glukosa dan  Mushrooms
galaktosa
 Cystic fibrosis
 Cholestosis
 Penyakit celiac
Endokrinopati
 Thyrotoksikosis
 Penyakit Addison
 Sindroma Androgenital

29
2. Faktor Risiko
Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan
enteropatogen antara lain: tidak memberikan ASI secara penuh
selama 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya
penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
kebersihan atau MCK, kebersihan lingkungan dan pribadi yang
buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis
dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut,
beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan
untuk dijangkiti diare antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi,
berkurangnya keasaman lambung, menurunya motilitas usus,
menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetic
(subagyo B, 2010).
a. Pengetahuan
Dengan tingkat pengetahuan yang rendah tentang
diare, seorang ibu cenderung kesulitan untuk melindungi
dan mencegah balitanya dari penularan diare. Pengetahuan
yang rendah ini menyebabkan masyarakat mempnyai
pandangan tersendiri dan berbeda terhadap penyakit diare.
Juga pengetahuan yang rendah tentang ASI dan kolostrum
menyebabkan ibu seringkali membuang Asi dan kolostrum
karena dianggap tidak bermanfaat.

b. Higienitas
Personal higiene atau kebersihan diri adalah upaya
seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan
dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan
psikologis . Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun
sesudah buang air besar merupakan kebiasaan yang dapat
membahayakan bayi terutama ketika ibu memasak
makanan atau menyuapi balita makan Dalam penelitiannya,

30
Muhajirin (2007) mendapatkan adanya hubungan yang
signifikan antara faktor personal hygiene ibu dengan
kejadian diare pada anak balita.

c. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insidensi tertinggi terjadi pada
kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan
pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek
penurunan kadar antibody ibu, berkurangnya kekebalan
aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin
terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan
tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai
merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang paling
tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit
yang berulang yang membantu menjelaskan menurunnya
insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan pada orang
dewasa (subagyo B, 2010).

d. Lingkungan
Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang
paling utama bagi negara-negara berkembang karena
menurut World Health Organization (WHO) salah satu
penyebab penyakit Diare adalah kurangnya akses pada
sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini sesuai dengan teori
Bloom yang menyatakan bahwa derajat kesehatan
masyarakat ditentukan oleh faktor lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan faktor hereditas. Faktor
lingkungan yang terkait dengan perilaku hidup masyarakat
yang kurang baik dan sanitasi lingkungan yang buruk inilah

31
yang menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit
diare pada balita.

e. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik
dan proporsi asimtomatik ini meningkat setelah umur 2
tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. pada
infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa
hari atau minggu, tinja penderita mengandung virus,
bakteri, atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan
infeksi yang asimtomatik berperan penting dalam
penyebaran banyak eneteropatogen terutama bila mereka
tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan
dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain
(Subagyo B, 2010).

f. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut
letak geografis. di daerah tropis, diare karena bakteri lebih
sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena
virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim
dingin. didaerah tropic (termasuk Indonesia) diare yang
disebabkan rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan
peningkatan sepanjang musim kemarau, sedangkan diare
karena bakteri terus meningkat pada musim hujan (subagyo
B, 2010).

g. Epidemi dan pandemi


Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat
menyebabkan epidemic dan pandemic dan mengakibatkan
tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua

32
golongan usia. sejak tahun 1961, cholera yang disebabkan
oleh v. cholera 0.1 biotipe eltor telah menyebar ke negara-
negara di afrika, amerika latin, asia, timur tengah, dan
beberapa daerah di amerika utara dan eropa. dalam kurun
waktu yang sama Shigella dysentriae 1 menjadi penyebab
wabah yang besar di amerika tengah dan terakhir di afrika
tengah dan asia selatan. Pada tahun 1992 dikenal strain baru
Vibrio cholera 0139 yang menyebabkan epidemic di Asia
dan lebih dari 11 negara mengalami wabah (subagyo B,
2010).

3. Patofisiologi
Ada 2 prinsip meaknisme terjadinya diare cair, yaitu
sekeretorik dan osmotik. Meskipun dapat melalui kedua
mekanisme tersebut, diare sekretorik lebih sering ditemukan pada
infeksi saluran cerna. begitu pula kedua mekanisme tersebut dapat
terjadi bersamaan pada satu anak (Firmansyah A, 2005).
a. Diare osmotic
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat
dilalui oleh air dan elektrolit dengan cepat untuk
mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus
dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap,
menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian
proksimal tersebut bersifat hipertoni dan menyebabkan
hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmose antara
lumen usus dan darah maka pada segmen usus jejunum
yang bersifat permeable, air akan mengalir kea rah jejunum,
sehingga akan banyak terkumpul air dalam lumen usus. Na
akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian
akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan
kadar Na normal. Sebagian kecil cairan ini akan dibawa

33
kembali, akan tetapi lainya akan tetap tinggal di lumen oleh
karena ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg,
glukosa, sucrose, lactose, maltose di segmen ileum dan
melebihi kemampuan absorbs kolon, sehinga terjadi diare.
Bahan-bahan seperti karbohidrat dan jus buah, atau bahan
yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlabihan akan
memberikan dampak yang sama (Subagyo B, 2010).
b. Diare Sekretorik
Diare sekterik disebabkan oleh sekresi air dan
elektrolit ke dalam usus halus yang terjadi akibat gangguan
absorbs natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan sekresi
klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini
menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai
tinja cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang
disebabkan oleh infeksi bakteri akbat rangsangan pada
mukosa usus halus oleh toksin E. coli atau V. cholera.01.
Osmolaritas tinja diare sekretorik isoosmolar
terhadap plasma. beda osmotik dapat dihitung dengan
mengukur kadar elektrolit tinja. Karena Natrium (Na+) dan
kalium (K+) merupakan kation utama dalam tinja,
osmolalitas diperkirakan dengan mengalikan jumlah kadar
Na + dan K+ dalam tinja dengan angka 2. Jika diasumsikan
osmolalitas tinja konstan 290 mOsm/L pada tinja diare,
maka perbedaan osmotic 290-2 (Na++K+). Pada diare
osmotik, tinja mempunyai kadar Na+ rendah (<50 mEq/L)
dan beda osmotiknya bertambah besar (>160 mOsm/L).
Pada diare sekretorik tinja diare mempunyai kadar Na
tinggi (>90 mEq/L), dan perbedaan osmotiknua kuran dari
20 mOsm/L.

34
Tabel 11: Volume tinja
Osmotik Sekretorik
Volume <200 >200 ml/hari
ti ml/h
nj ari
a
Puasa Diare Diare
berh berla
enti njut
Na+ tinja <70 mEq/L >70 mEq/L
Reduksi (+) (-)
pH tinja <5 >6

Dikenal bahan-bahan yang menstimulasi sekresi lumen


yaitu enterotoksin bakteri dan bahan kimia yang dapat
menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk dihidroxy,
serta asam lemak rantai panjang. Toksin penyebab diare ini
terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel
cAMP, cGMP, atau Ca++ yang selanjutnya akan mengaktifasi
protein kinasi. Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan
fosforilase membrane protein sehingga megakibatkan perubahan
saluran ion, akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Disisi lain
terjadi peningkatan pompa natrium, dan natrium masuk ke dalam
lumen usus bersama Cl- (subagyo B, 2010).

Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas.


Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorbsi,
teatpi perubahan motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorbs.
Baik peningkatan ataupun penurunan motilitas keduanya dapat
menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat mengakibatkan
bakteri tumbuh lampau yang menyebabkan diare. Perlambatan

35
transit obat-obatan atau nutrisi akan meningkatkan absorbsi,
Kegagalan motilitas usus yang berat menyebabkan statis intestinal
bearkibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan malabsorbsi.
Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare
dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon irritable
pada bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare
pada Thyrotoksikosis, malabsorbsi asam empedu, dan berbagai
peyakit lain (Subagyo B, 2010).

Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebakan diare


pada beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan
tight junction, tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan
limfatik menyebabkan air, elektrolit, mucus, protein dan seringkali
sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen.
Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare
laina seprti diare osmotik dan sekretorik (Subagyo B, 2010).

Bakteri enteral pathogen akan mempenagaruhi struktur dan


fungsi tight junction, menginduksi cairan dan elektrolit, dan akan
mengaktifkan kaskade inflamasi. Efek infeksi bacterial pada tight
junction akan memepengaruhi susunan anatomis dan funsi absorbs
yaitu cytoskeleton dan perubahan susunan protein. penelitian oleh
Bakes J dkk 2003 menunjukan bahwa peranan bakteri enteral
pathogen pada diare terletak perubahan barier tight junction oleh
toksin atau produk kuman yaitu perubahan pada cellualar
cytoskeleton dan spesifik tight junction. Pengaruh ini bias pada
kedua komponen tersebut atau salah satu komponen saja sehingga
akan menyebabkan hipersekresi clorida yang akan diikuti natrium
dan air. Sebagai contoh Clostridium difficile akan menginduksi
kerusakan cytoskeleton maupun protein, Bacteroides frigilis
menyebabkan degradasi proteolitik protein tight junction, V.
cholera mempengaruhi distribusi protein tight junction, sedangkan

36
EPEC menyebabkan akumulasi protein cytoskeleton (Subagyo B,
2010).

4. Menifestasi Klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal
serta gejala lainya bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk
manifestasi neurologic. Gejala gastrointestinal bias berupa diare,
kram perut, dan munth. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi
tergantung pada penyebabnya (Subagyo B, 2010).

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang


mengandung sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat.
Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan
kehilangan air juga akan meningkat bila ada panas. Hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic, dan hipokalemia.
Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian
bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut
tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonic, dehidrasi
hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut
derajat dehidrasinya bias tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan,
dehidrasi sedang, dehidrasi berat (Subagyo B, 2010).

Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri


enteric pathogen antara lain: vulvovaginitis, infeksi saluran kemih,
endokarditis, osteomyelitis, meningitis, pneumonia, hepatitis,
peritonitis dan septic tromboplebitis. Gejala neurolgik dari infeksi
usus bias berupa parestesia (akibat makan ikan, kerang,
monosodium glutamate), hipotoni dan kelemahan otot.

Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses


peradangan atau akibat dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada

37
penderita dengan inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih hebat
dan tenesmus terjadi pada perut bagian bawah serta rectum
menunjukan terkenanya usus besar. Mual dan muntah adalah
symptom yang nonspesifik akan tetapi muntah mungkin
disebabkan oleh karena mikroorganisme yang menginfeksi saluran
cerna bagian atas seprti: enteric virus, bakteri yang memproduksi
enteroroksin, giardia, dan cryptosporidium.

Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare.


Biasanya penderita tidak panas atu hanya subfebris, nyeri
perutperiumbilikal tidak berat, watery diare, menunjukan bahwa
saluran makan bagian atas yang terkena. Oleh karena pasien
immunocompromise memerlukan perhatian khusus, informasi
tentang adanya imunodefisiensi atau penyakit.

38
Tabel 12: Gejala klinis diare akut oleh berbagai penyebab
Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
Gejala
klinis: 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Masa + ++ ++ - ++ -
Tunas Sering Jarang Sering + - Sering
Panas Tenesmus Tenesmus, Tenesmus, - Tenesmus, Kramp
Mual, - kramp kolik - kramp -
muntah 5-7 hari + + 2-3 hari - 3 hari
Nyeri perut >7hari 3-7 hari variasi
Nyeri
kepala
lamanya
sakit
Sifat tinja:
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek menerus
Darah - + Kadang - + Cair
Bau Langu - Busuk - - -
Warna Kuning Merah- Kehijauan Tak Merah- Amis khas
Leukosit hijau hijau + berwarna hijau Seperti air
Lain-lain - + Sepsis + - - cucuian
Anorexia Kejang+ Meteorismus Infeksi beras
sistemik+ -
-

39
5. Diagnosis
a. Anamnesis
Hal-hal yang perlu ditanyakan ketika anamnesis
adalah lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja,
warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah
volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang,
jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan
dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas
atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek,
otitis media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu
selama anak diare: member oralit, memabwa berobat ke
puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta riwayat imunisasinya (subagyo B, 2010).
b. Pemeriksaan fisik
1) Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan,
suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu
dicari tanda-tanda tambahan lainya: ubun-ubun
besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak,
ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut
dan lidah kering atau basah (subagyo B, 2010).
2) Pernpasan yang cepat dan dalam indikasi adanya
asiodosis metabolic. Bising usus yang lemah atau
tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan
ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill
dapat menentukan derjat dehidrasi yang terjadi.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat
ditentukan dengan cara: objektif yaitu dengan
membandingkan berat badan sebelum dan sesudah
diare. Subjektif dengan menggunakan kriteria WHO
(Subagyo B, 2010).

40
Tabel 13: Penetuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995
Penilaian A B C
Lihat:
Keadaan Baik, sadar *Gelisah, *lesu,
umum Normal rewel lunglai/tidak
Mata Ada Cekung sadar
Air mata Basah Tidak ada Sangat cekung
Mulut dan Minum biasa, Kering Kering
lidah tidak haus *haus ingin Sangat kering
Rasa haus minum *malas
banyak minum atau
tidak bias
minum
Periksa: Kembali *kembali *kembali
turgor kulit cepat lambat sangat lambat
Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidrasi
pemeriksaan dehidrasi ringan/sedang berat
Bila ada 1 Bila ada 1
tanda* tanda*
ditambah 1 ditambah 1
atau lebih atau lebih
tanda lain tanda lain
Terapi Rencana Rencana Rencana
terapi A terapi B terapi C

Menurut tonisistas darah, dehidrasi dapat dibagi


menjadi (suraatmaja 2007a):
1) dehidrasu isotonic, bila kadar Na+ dalam plasma
antara 131-150 mEq/L
2) dehidrasi hipotonik, bila kadar Na+<131 mEq/L
3) dehidrasi hipertonik, bila kadar Na+>150 mEq/L

41
Tabel 14: Gejala dehidrasi menurut tonisitas
Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik
Rasa haus - + +
Berat badan Menurun sekali Menurun Menurun
Turgor kulit Menurun sekali Menurun Tidak jelas
Kulit/ selaput Basah Kering Kering sekali
lender
Gejala SSP Apatis Koma Irritable, apatis,
hiperfleksi
Sirkulasi Jelek sekali Jelek Relatif masih baik
Nadi Sangat lemah Cepat dan Cepat, dan keras
lemah
Tekanan darah Sangat rendah Rendah Rendah
Banyaknya kasus 20-30% 70% 10-20%
c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut
pada umumnya tidak diperkukan, hanya pada keadaan
tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya
tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut
atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh:
pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada
sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan
laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare
akut (subagyo B, 2010).
1) Darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas
darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan
terhadap antibiotika
2) Urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan
terhadap antibiotika
3) tinja:

42
d. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan
pada semua penderita dengan diare meskipun pemeriksaan
labotarium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa
mucus atau darah biasanya disebabkan oleh enteroksin
virus, prontozoa, atau disebabkan oleh infeksi diluar
saluran gastrointestinal. Tinja yanga mengandung darah
atau mucus bias disebabkan infeksi bakteri yang
menghasilkan sitotoksin bakteri enteronvasif yang
menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti:
E. hystolitica, E. coli, T. trichiura. Apabila terdapat darah
biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi
dengan E. hystolitica darah sering terdapat pada permukaan
tinja dan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia,
Cryptosporidium dan Strongyloides.
Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja,
konsistesi tinja, bau tinja, adanya lendir, adanya darah,
adanya busa. Warna tinja tidak terlalu banyak berkolerasi
dengan penyebab diare. Warna hijau tua berhubungan
dengan adnya warna empedu akibat garam empedu yang
dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada keadaan bacterial
overgrowth. Warna merah akibat adanya darah dalam tinja
atau obat yang dapat menyebabkan warna merah dalam
tinja seperti rifampisin. Konsistensi tinja dapat cair,
lembek, padat. Tinja yag berbusa menunjukan adanya gas
dalam tinja kaibat fermentasi bakteri. Tinja yang
berminyak, lengket, dan berkilat menunjukan adanya lemak
dalam tinja. Lendir dalam tinja menggambarkan kelainan di
kolon, khususnya akibat infeksi bakteri. Tinja yang
sangatberbau menggambarkan adanya fermentasi oleh
bakteri anaerob dikolon. Pemeriksaan pH tinja

43
menggunakan kertas lakmus dapat dilakukan untuk
menentukan adanya asam dalam tinja. Asam dalam tinja
tersebut adalah asam lemak rantai pendek yang dihasilkan
karena fermentasi laktosa yang tidak diserap di usus halus
sehingga masuk ke usus besar yang banyak mengandung
bakteri komensial. Bila pH tinja<6 dapat dinggap sebagai
malabsorbsi laktosa (Firmansyah A, 2005).
Pada diare akut sering terjadi defisiensi enzim
lactose sekunder akibat rusaknya mikrofili mukosa usus
halus yang banyak mengandung enzim lactase. Enzim
laktsae merupakan enzim yang bekerja memecahkan
laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, yangs elanjutnya
diserap di mukosa usus halus, Salah satu cara menentukan
malabsorbsi laktosa adalah pemeriksaan clinitest
dikombinasi dengan pemeriksaan pH tinja. Pemeriksaan
clinitest dilakukan dengan prinsip melihat perubahan reaksi
warna yang terjadi antara tinja yang diperiksa dengan tablet
clinitest. Prinsipnya adalah terdapatnya reduktor dalam
tinja yang mengubah cupri sulfat menjadi cupri oksida.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengambil bagian cair
dari tinja segar (sebaiknya tidak lebih dari 1 jam). Sepuluh
tetes air dan 5 tetes bagian cair dari tinja diteteskan
kedalam gelas tabung, kemudian ditambah 1 tablet clinitest.
Setelah 60 detik maka perubahan warna yang terjadi
dicocokan dengan warna standart. Biru berarti negatif,
kuning tua berarti positif kuat (++++=2%), antara kuning
dan biru terdapat variasi warna hijau kekuningan (+=1/2%),
(++=3/4%), (+++=1%). Sedangkan terdapatnya lemak
dalam tinja lebih dari 5 gram sehari disebut sebagai steatore
(Firmansyah A, 2005).

e. Pemeriksaan mikroskopik

44
Infeksi bakteri invasive ditandai dengan
ditemukannya sejumlah besar leukosit dalam tinja yang
menunjukan adanya proses inflamasi. Pemeriksaan leukosit
tinja dengan cara mengambil bagian tinja yang berlendir
seujung lidi dan diberi ½ tetes eosin atau Nacl lalu dilihat
dengan mikroskop cahaya (suraatmaja 2007b).
1) Bila terdapat 1-5 leukosit perlapang pandang besar
disebut negative
2) Bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang
besar disebut (+)
3) Bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang
besar disebut (++)
4) Bila terdapat leukosit lebih dari ½ lapang pandang
besar disebut (+++)
5) Bila leukosit memenuhi seluruh lapang pandang
besar disebut (++++)
Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara
perwanaan tinja dengan sudan III yang mengandung
alcohol untuk mengeluarkan lemak agar dapat diwarnai
secara mikroskopis dengan pembesarn 40 kali dicari butiran
lemak dengan warna kuning atau jingga. Penilaian
berdasarkan 3 kriteria (Firmansyah A, 2005):
1) (+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah
kurang dari 100 buah per lapang pandang atau sel
lemak memenuhi 1/3 sampai ½ lapang pandang.
2) (++) bila tampak sel lemak dnegan jumlah lebih 100
per lapang pandang atau sel memenuhi lebih dari ½
lapang pandang.
3) (+++) bila didapatkan sel lemak memenuhi seluruh
lapang pandang.

45
Pemeriksaan parasit paling baik dilakukan pada
tinja segar. Dengan memakai batang lidi atau tusuk gigi,
ambilah sedikit tinja dan emulsikan delam tetesan NaCl
fisiologis, demikian juga dilakukan dengan larutan Yodium.
Pengambilan tinja cukup sedikit saja agar kaca penutup
tidak mengapung tetapi menutupi sediaan sehingga tidak
terdapat gelembung udara. Periksalah dahulu sediaan tak
berwarna (NaCL fisiologis), karena telur cacing dan bentuk
trofozoid dan protozoa akan lebih mudah dilihat. Bentuk
kista lebih mudah dilihat dengan perwanaan yodium.
Pemeriksaan dimulai dengan pembesaran objekstif 10x,
lalu 40x untuk menentukan spesiesnya.
f. Uji hidrogen napas
Adalah pemeriksaan yang didasarkan atas adanya
peningkatan kadar hydrogen dalam udara ekspirasi. Gas
hydrogen dalam udara ekspirasi berasal dari fermentasi
bakteri terhadap substrat baik di kolon maupun di usus
halus. Fermentasi bakteri di usus besar terjadi karena
adanya substrat yang tidak diabsorbsi tersebut
sepertilaktosa atau fruktosa akan difermentasi oleh bakteri
komensal menghasilkan asam lemak rantai pendek (short
chain fatty acid), beberapa molekul alcohol dan gas
hydrogen. Gas hydrogen tersebut dengan cepat akan diserap
masuk ke sirkulasi darah lalu masuk ke paru dan
dikeluarkan lewat udara napas (Firmansyah A, 2005).
Fermentasi bakteri di usus halus terjadi karena
adanya bacterial overgrowth, yang didefinisikan sebagai
terdapatnya kolom atau spesies koloni lebih dari 106 unit
per milliliter cairan usus halus yang seharusnya relative
steril. Sebelum pemeriksaan uji hydrogen napas penderita
dipuasakan selama 4-6 jam, lalu diambil sampel udara

46
napas dengan cara meniup (pada bayi dengan menggunakan
sungkup) pada alat yang dapat menghitung kadar hydrogen
napas sebagai kadar awal hydrogen napas. Lalu diberikan
larutan 2gr/kgBB dengan konsentrasi 20% setelah itu
diambil sampel udara napas seperti sebelumnya setiap 30
menit selam 2-3 jam. Peningkatan kadar hydrogen napas
>20ppm, atau 10-20 ppm disertai gejala klinis (kembung,
diare, muntah, sakit perut) disebut positif. Apabila
peningkatan tersebut diperoleh pada 30 menit pertama
yang berarti fermentasi laktosa oleh bakteri sudah terjadi, di
usus halus dan disimpulkan sebagai bacterial overgrowth.
Peningkatan yang terjadi setelah 2 jam menandakan adanya
laktosa yang tidak diabsorbsi di usus halus, sehingga masuk
ke kolon dan difermentasi oleh bakteri di kolon
menghasilkan hydrogen yang ditangkap oleh alat
(Firmansyah A, 2005).

6. Penatalaksanaan
Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu
rehidrasi, dukungan nutrisi, pemberian obat sesuaiindikasi dan
edukasi pada orang tua. Tujuan pengobatan (Firmansyah A, 2005).
a. Mencegah dehidrasi
b. Mengatasi dehidrasi yang telah ada
c. Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan
makanan selama dan setelah diare
d. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya
episode diare, dengan memberikan suplemen zinc. Tujuan
pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti
rencana terapi yang sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:
1) Rencana terapi A: penanganan diare di rumah

47
a) Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan
perawatan di rumah: Beri cairan tambahan
(sebanyak anak mau).
b) Jelaskan pada ibu:
-
Pada bayi muda, pemberian ASI
merupakan pemberian cairan
tambahan yang utama. Beri ASI
lebih sering dan lebih lama pada
setiap kali pemberian.
-
Jika anak memeperoleh ASI
eksklusif, beri oralit, atau air matang
sebagai tambahan.
-
Jika anak tidak memperoleh ASI
eksklusif, beri 1 atau lebih cairan
berikut ini: oralit, cairan makanan
(kuah sayur, air tajin) atau air
matang.
c) Anak harus diberi larutan oralit dirumah
jika:
-
Anak telah diobati dengan rencana
terapi B atau dalam kunjungan.
-
Anak tidak dapat kembali ke klinik
jika diarenya bertambah berat.
d) Ajari pada ibu cara mencampur dan
memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit
(200ml) untuk digunakan dirumah.
Tunjukan pada ibu berapa banyak cairan
termasuk oralit yang harus diberikan sebagai
tambahan bagi kebutuhan cairanya sehari-
hari:

48
- <2 tahun: 50 sampai 100 ml setiap
kali BAB.
- >2 tahun: 100 samapai 200 ml setiap
kali BAB
e) Katakan pada ibu
- Agar meminumkan sedikit-sedikit
tetapi sering dari mangkuk/
cangkir/gelas
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit.
kemudia lanjutkan lagi dengan lebih
lambat.
- Lanjutkan pemberian cairan
tambahan sampai diare berhenti.
f) Beri tablet Zinc
Pada anak berumur 2 bulan keatas,
beri tablet zinc selama 10 hari dengan dosis:
- umur <6 bulan: ½ tablet (10 mg)
perhari
- umur >6 bulan: 1 tablet (20 mg)
perhari
g) Lanjutkan pemeberian makanan
h) Kapan harus kembali
2) Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan
oralit. Beri oralit di klinik sesuai yang dianjurkan
selama periode 3 jam.
Jumlah oralit yang diperlukan 75 ml/kgBB.
Kemudian setelah 3 jam ulangi penilaian dan
klasifikasikan kemabali derajat dehidrasinya, dan
pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan
pengobatan. Jika ibu memaksa pulang sebelum

49
pengobatan selesai tunjukan cara menyiapkan oralit
di rumah, tunjukan berapa banyak larutan oralit
yang harus diberikan dirumah untuk menyelesaikan
3 jam pertama. Beri bungkus oralit yang cukup
untuk rehidrasi dengan menambah 6 bungkus lagi
sesuai yang dainjurkan dalam rencana terapi A. Jika
anak menginginkan oralit lebih banyak dari
pedoman diatas, berikan sesuai kehilangan cairan
yang sedang berlangsung. Untuk anak berumur
kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri juga
100-200 ml air matang selama periode ini. Mulailah
member makan segera setelah anak ingin amkan.
Lanjutkan pemberian ASI. Tunjukan pada ibu cara
memberikan larutan oralit. berikan tablet zinc
selama 10 hari.
3) Rencana terapi C (penanganan dehidrasi berat
dengan cepat)
Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak
bisa minum, beri oralit melalui mulut, sementara
infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer
laktat atau ringer asetat (atau jika tak tersedia,
gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut.

Tabel 15: Pemberian Oralit Pada Anak


Umur Pemberian pertama Pemebrian berikut
30ml/kgBB selama 70ml/kgBB selama
Bayi (bibawah umur12 1 jam* 5 jam
bulan)
Anak (12 bulan sampai 5 30 menit* 2 ½ jam
tahun)
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba

50
Anak diperiksa kembali setiap 15-30 menit.
Jika status hidrasi belum membaik, beri tetesan
intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira
5ml/kgBB/jam) segera setelah anak mau minum,
biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
dan beri anak tablet zinc sesuai dosis dan jadwal
yang dianjurkan. Periksa kembali bayi sesudah 6
jam atau anak sesudah 3 jam (klasifikasikan
dehidrasi), kemudian pilih rencana terapi) untuk
melanjutkan penggunaan.
Prinsip pemberian terapi cairan pada
gangguan cairan dan elektrolit ditujukan untuk
memberikan pada penderita:
1) Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari
cairan dan elektrolit
2) Mengganti cairan kehilangan yang terjadi
3) Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan
yang sedang berlangsung.

Diare CRO merupakan terapi cairan utama.


CRO telah 25 tahun berperan dalam menurunkan
angka kematian bayi dan anak dibawah 5 tahun
karena diare. WHO dan UNICEF berusaha
mengembangkan oralit yang sesuai dan lebih
bermanfaat. Telah dikembangkan oralt baru dengan
osmolalitas lebih rendah. Keamanan oralit ini sama
dengan oralit yang lama, namun efektifitasnya lebih
baik daripada oralit formula lama. Oralit baru
dengan low osmolalitas ini juga menurunkan
kebutuhan suplementasi intravena dan mampu

51
mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta
mengurangi kejadian muntah hingga 30%. Selain
itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan
WHO dan UNICEF untuk diare akut non kolera
pada anak (Subagyo B, 2010).

PENGOBATAN DIETETIK
Memuasakan penderita diare (hanya memberi air teh) sudah
tidak dilakukan lagi karena akan memperbesar kemungkinan
terjadinya hipoglikemia dan atau KKP. Sebagai pegangan dalam
melaksanakan pengobatan dietetic diapakai singkatan O-B-E-S-E,
sebagai singkatan Oralit, Breast feeding, Early Feeding,
Simultaneously with Education (suraatmaja 2007a).
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan
ditingkatkan setelah sembuh. Tujuanya adalah memberikan
makanan kaya nutrient sebanyak anak mampu menerima. Sebagian
besar anak dengan diare cair, nafsu makanya timbul kembali
setelah dehidrasi teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan
mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal termasuk
kemampuan menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrient,
sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling tidak
dikurangi. Sebaliknya, pembatasan makanan akan menyebabkan
penurunan berat badan sehingga diare menjadi lebih lama dan
kembalinya fungsi usus akan lebih lama.
Makanan yang diberikan pada anak diare tergantung pada
umur, makanan yang disukai dan pola makan sebelum sakit serta
budaya setempat. Pada umumnya makanan yang tepat untuk anak
diare sama dengan yang dibutuhkan dengan anak sehat (subagyo B,
2010). Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering mungkin
dan selama anak mau. Peranan ASI selain memberikan nutrisi yang
terbaik, juga terdapat 0,05 SIgA/hari yang berperan memberikan

52
perlindungan terhadap kuman pathogen (suand dkk, 2007). Bayi
yang tidak minum ASI harus diberi susu yang biasa diminum
paling tidak setiap 3 jam. Pengenceran susu atau penggunaan susu
rendah atau bebas laktosa mungkin diperlukan untuk sementara
bila pemberian susu menyebabkan diare timbul kembali atau
bertambah hebat sehingga terjadi dehidrasi lagi, atau dibuktikan
dengan pemeriksaan terdapat tinja yang asam (pH<6) dan terdapat
bahan yang mereduksi dalam tinja>0,5%. Setelah diare berhenti,
pemberian tetap dilanjutkan selama 2 hari kemudian coba kembali
dengan susu atau formula biasanya diminum secara bertahap
selama 2-3 hari (suand dkk, 2007)

Tabel 16: Tabel panduan kembali ke susu normal (untuk setiap 200 ml)
Gejala klinis menghilang Susu rendah laktosa (ml) Susu normal (ml)
(hari)
Ke 1 150 50
Ke 2 100 100
Ke 3 50 150
Ke 4 0 200

Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah


mendapatkan makanan lunak atau padat, makanan ini harus
diteruskan. Paling tidak 50% dari energy diit harus berasal dari
makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering (6kali atau
lebih) dan anak dibujuk untuk makan. Kombinasi susu formula
dengan makanan tambahan seperti serealia pada umunya dapat
ditoleransi dengan baik pada anak yang telah disapih. Makanan
padat memiliki keuntungan, yakni memperlambat pengosongan
lambung pada bayi yang minum ASI atau susu formula, jadi
memperkecil jumlah laktosa pada usus halus pr satuan waktu.
Pemberian makanan lebih sering dalam jumlah kecil juga

53
memberikan keuntungan yang sama dalam mencernakan laktosa
dan penyerapanya. Pada anak yang lebih besar, dapat diberikan
makanan yang terdiri dari: makanan pokok setempat misalnya nasi,
kentang, gandum, roti, atau bakmi. Untuk meningkatkan
kandungan energinya dapat ditambahkan 5-10 ml minyak nabati
untuk setiap 100ml makanan. Minyak kelapa sawit sangat bagus
dikarenakan kaya akan karoten. Campur makanan pokok tersebut
dengan kacang-kacangan dan sayur-sayuran, serta ditambahkan
tahu, tempe, daing atau ikan. Sari buah segar atau pisang baik untui
menambah kalium. Makanan yang berlemak atau makanan yang
mengandung banyak gula seperti sari buah manis yang
diperdagangkan, minuman ringan, sebaiknya dihindari.

PEMBERIAN MAKANAN SETELAH DIARE


Meskipun anak diberi makanan sebanyak dia mau selama
diare, beberapa kegagalan pertumbuhan mungkin dapat terjadi
teruatama bila terjadai anorexia hebat. Oleh karena itu perlu
pemberian ekstra makanan yang akan zat gizi beberapa minggu
setelah sembuh untuk memperbaiki kurang gizi dan untuk
mencapai serta mempertahankan pertumbuhan yang normal.
Berikan ekstra makanan pada saat anak merasa lapar, pada keadaan
semacam ini biasanya anak dapat menghabiskan tambahan 50%
atau lebih kalori dari biasanya (Suand dkk, 2007).
ZINC
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Zinc termasuk mikronutrien
yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang
optimal. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare
akut didasarkan pada efeknya terhadap imun atau terhadap struktur
dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel
saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat

54
meningkatkan absorbs air dan elektrolit oleh usus halus
meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan
jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang
mempercepat pembersihan patogen di usus. Pengobatan dengan
zinc cocok ditetapkan di negara-negara berkembang seprti
Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan
zinc di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan
daya imunitasnya yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat
menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Dosis zinc
untuk anak-anak:
1. Anak dibawah umur 6 bulan: 10 mg (1/2 tablet) per hari
2. Anak diatas umur 6 bulan: 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anka
telah sembuh dari diare. Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air
matang, ASI atau oralit. Untuk anak lebih besar, zinx dapat
dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit (Subagyo B,
2010).

TERAPI MEDIKAMENTOSA
Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan
diare seperti antibiotika: antibiotika, antidiare, adsorben,
antiemetic, dan obat yang mempengaruhi mikroflora usus.
Beberapa obat mempunyai lebih dari satu mekanisme kerja, banyak
diantaranya mempunyai efek toksik sistemik dan sebagian besar
tidak direkomendasikan untuk anak umur kurang dari 2-3 tahun.
Secara umum dikatakan bahwa obat-obat tersebut tidak diperlukan
untuk pengobatan diare akut.

ANTIBIOTIK
Antibiotik apda umunya tidak diperlukan pad semua daire
akut oleh karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang

55
sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotic.
Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri
pathogen seperti V. cholera, Shigella, Enterotoksigenik E. coli,
Salmonella, Campilobacter, dan sebagainya (subagyo B, 2010).

Tabel 17: pengobatan antibiotik


Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif
Kolera Tetracycline 12,5 Erythromycin 12,5
mg/kgBB mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari
Shigella Disentri Ciprofloxacin 15 Pivmecillinam 20 mg/kg
mg/kgBB BB
2x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari
Ceftriaxone 50-100
mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5
hari
Amoebiasis Metronidazole 10
mg/kgBB
3xs ehari selama 5 hari
(10 hari pada kasus berat)
Giadiasis Metronidazole 5mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari

OBAT ANTIDIARE
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai
keuntungan praktis dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare
akut pada anak. Beberapa dari obat-obat ini berbahaya. Produk
yang termasuk dalam kategori ini adalah (suraatmaja 2007a):
1. Adsorben

56
Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated
charcoal, cholesteramine). Obat-obat ini dipromosikan
untuk pengobatan diare atas dasar kemampuanya untuk
mengikat dan menginaktifasi toksin abkteri atau bahan lain
yang menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai
kemampuan melindungi mukosa usus. Walaupun demikian,
tidak ada bukti keuntungan praktis dari penggunaan obat ini
untuk pengobatan rutin diare akut pada anak.

2. Antimotilitas
Contoh loperamidhydrocloride, diphenoxylate
dengan atropine, tincture opiii, paregoric, codein). Obat-
obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare pada orang
dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada
anak. Lebih dari itu dapat menyebabkan ileus paralitik yang
berat yang dapat fatal atau dapat memperpanjang infeksi
dengan memperlambat eliminasi dari organisme penyebab.
Dapat terjadi efek sedative pada dosis normal. Tidak
satupun dari obat-obatan ini boleh diberikan pada bayi dan
anak dengan diare.

3. Bismuth subsalicylate
Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat
mengurangi keluaran tinja pada anak dngan diare akut
sebanya 30% akan tetapi, cara ini jarang digunakan.
4. Anti muntah
Termasuk obat ini seperti prochlorperazine dan
chlorpromazine yang dapat menyebabkan mengantuk
sehingga mengganggu pemberian terapi rehidrasi oral. Oleh
karena itu obat anti muntah tidak digunakan pada anak

57
dengan diare, muntah biasanya berhenti bila penderita telah
terehidrasi.

PROBIOTIK
Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam
makanan yang difermentasi yang menunjang kesehatan melalui
terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang lebih baik.
Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik
dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang tidak minum
ASI. Kemungkinan efek probiotik dalam pencegahan diare melalui
perubahan lingkungan mikrolumen usus, kompetisi nutrient,
mencegah adhesi kuman pathogen pada enterosit, modifikasi toksin
atau reseptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui
penyediaan nutrient dan imunomodulasi. Pemberian makanan
selama daire harus diteruskan dan ditingkatkan setelah sembuh,
tujuanya adalah memberikan makanan yang kaya nutrient sebanyak
anak mampu menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair,
nafsu makannya timbul kembali setelah dehidrasi teratasi.
Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya
fungsi usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan
mengabsorbsi berbagai nutrient, sehingga memburuknya status gizi
dapat dicegah atau paling tidak dapat dikurangi.
Mekanisme kerja probiotik untuk menghambat
pertumbuhan bakteri patogen dalam mukosa usus belum
sepenuhnya jelas tetapi beberapa laporan mneunjukan adanya
kompetisi untuk mengadakan perlekatan dengan enterosit (sel
epitel mukosa). Enterosit yang telah jenuh dengan bakteri probiotik
tidak dapat lagi dilekati bakteri yang lain. Jadi dengan adanya
bakteri probiotik di dalam mukosa usus dapat mencegah kolonisasi
oleh bakteri patogen. Lactobacillus strain pada manusia
mempunyai kemampuan melekat pada Caco-2 cells dan sel goblet

58
HT 29-MTX pada sel epitel mukosa usus. Lactobacillus
acidophilus LA1 dan LA3 mempunyai kemampuan melekat yang
kuat, tidak tergantung pada calcium, sedangkan Lactobacillus
strain LA10 dan LA18 kemampuan melekatnya rendah.
Kemampuan perlekatan tersebut dapat dihilangkan dengan adanya
tripsin. Strain LA1 mempunyai kemampuan untuk mencegah
perlekatan diarrheagenic Eschercia coli (EPEC) dan bakteri
enteroinvasif seperti Salmonella typhymurium, Yersinia
tuberculosis. Kemampuan mencegah perlekatan strain LA1 lebih
efektif bila diberikan sebelum atau bersamaan dengan infeksi E
coli daripada setelah infeksi E coli. Disamping mekanisme
perlekatan dengna reseptor pada epitel usus untuk mencegah
pertumbuhan bakteri patogen melalui kompetisi, bakteri probiotik
memberi manfaat pada pejamu oleh karena produksi substansi
antibakteri misalnya, asam organik, bacteriocin, microcin, reuterin,
volatile fatty acid, hidrogen peroksida dan ion hidrogen (Arimbawa
dkk, 2007).

7. Komplikasi
a. Gangguan elektrolit
1) Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma>150
mmol/L memerlukan pemantauan berkala yang
ketat. Tujuanya adalah menurunkan kadar natrium
secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium
plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena
dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau
nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik
dan paling aman. Koreksi dengan rehidrasi
intravena dapat dilakukan menggunakan cairan
0,45% saline-5% dextrose selama 8 jam. Hitung

59
kebutuhan cairan menggunakan berat badan tanpa
koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8jam.
Bila normal lanjutkan dengan rumatan, bila
sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali
natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan
gunakan 0,18% saline-5% dekstrose, perhitungkan
untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap
500 ml cairan infuse setelah pasien dapat kencing.
Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai
diberikan. lanjutkan pemberian oralit
10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti
(subagyo B, 2010).
b. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air
putih atau cairan yang hanya mengandung sedikit
garam, dapat terjadai hiponatremia (Na<130
mmol/L). Hiponatremia sering terjadi pada anak
dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat
dengan odema. Oralit aman dan efekstif untuk terapi
dari hamper semua anak dengan hiponatremi. Bila
tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan
dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai
ringer laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi
(mEq/L) = 125- kadar Na serum yang diperiksa
dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh
diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16
jam. Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2
mEq/L/jam (subagyo B, 2010).
c. Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L,
koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium

60
glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam
5-10 menit dengan monitor detak jantung (subagyo
B, 2010).
d. Hipokalemia
Diakatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L,
koreksi dilakukan menuurut kadar K: jika kalium
2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr
dibagi 3 dosis. Bila <2,5 mEq/L maka diberikan
secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan
dalam 4 jam. Dosisnya: (3,5-kadar K terukurx
BBx0,4 +2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4
jam lemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5-kadar
K terukurx BBx 0,4+1/6x2 mEqxBB). Hipokalemia
dapat menyebakan kelemahan otot, paralitik usus,
gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung.
Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium
dapat dikoreksi dengan menggunakan makanan
yang kaya kalium selama diare dan sesudah diare
berhenti (subagyo B, 2010).
b. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi shigella
disentriae dan rotavirus. Pada umunya demam akan timbul
jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam sel epitel
usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam
yang timbul akibat dehidrasi pada umunya tidak tinggi dan
akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup.
Demam yang tinggi mungkin diikuti kejang demam.
Pengobatan: kompres dan/ antipiretika. Antibiotika jika ada
infeksi (suraatmaja 2007a).
c. Edema/overhidrasi

61
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu
banyak. Tanda dan gejala yang tampak biasnya edema
kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila ada edema
otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita
dehidrasi berat yang diberi larutan garan faali. Pengobatan
dengan pemberian cairan intravena dan atau oral
dihentikan, kortikosteroid jika kejang (suraatmaja 2007a).
d. Asidosis metabolic
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya
asam atau hilangnay basa cairan ekstraseluler. Sebagai
kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang ditandai
dengan pernafasan yang dalam dan cepat (kuszmaull).
pemberian oralit yang cukup mengadung bikarbonas atau
sitras dapat memperbaiki asidosis.
e. Ileus paralitik
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama
terjadi pada anak kecil sebagai akibat penggunaan obat
antimotilitas. Tanda dan gejala berupa perut kembung,
muntah, peristaltic usu berkurang atau tidak ada.
Pengobatan dengan cairan per oral dihentikan, beri cairan
parenteral yang mengandung banyak (suraatmaja 2007a).
f. Kejang
g. Hipoglikemia: terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila
penderita dalam keadaan koma, glukosa 20% harus diberika
iv, dengan dosis 2,5 mg/kgBB, diberikan dalam waktu 5
menit. Jika koma tersebut disebabkan oleh hipoglikemia
dengan pemberian glukosa intravena, kesadaran akan cepat
pulih kembali.
h. kejang demam
i. Hipernatremia dan hyponatremia

62
penyakit pada susunan saraf pusat, yang tidak ada
hubungannya dengan diare, seperti meningitis, ensefalitis
atau epilepsy (suraatmaja 2007a).
j. Malbasorbsi dan intoleransi laktosa
Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa,
pemberian susu formula selama diare dapat menyebabkan:
1) Volume tinja bertambah
2) Berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda
dehidrasi memburuk
3) Dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup
banyak.
Tindakan:
1) Mencampur susu dengan makanan lain untuk
menurunkan kadar laktosa dan menghidari efek
“bolus”
2) Mengencerkan susu jadi ½-1/3 selama 24 -48 jan.
Untuk mangatasi kekeurangan gizi akibat
pengenceran ini, sumber nutrient lain seperti
makanan padat, perlu diberikan.
3) Pemberian “yogurt” atau susu ynag telah mengalami
fermentasi untuk mengurangi laktosa dan membantu
pencernaan oleh bakteri usus.
4) Berikan susu formula yang tidak
mengandung/rendah laktosa, atau ganti dengan susu
kedelai (suraatmaja 2007a).
k. Malabsorbsi glukosa
Mal absobsi glukosa jarang terjadi. Dapat terjadi
pada penderita diare yang disebabkan oleh infeksi, atau
penderita dengan gizi buruk. Tindakan : pemberian oralit
dihentikan, berikan cairan intravena (Suraatmaja 2007a).
l. Muntah

63
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus
atau gastritis yang menyebabkan gangguan fungsi usus atau
mual yang berhubungan dengan infeksi sistemik. Muntah
dapat juga disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu
cepat. Tindakan: berikan oralit sedikit-sedikit tetapi sering
(1 sendok makan tiap 2-3 menit), antiemetic sebaiknya
tidak diberikan karena sering menyebabkan penurunan
kesadaran. (Suraatmaja 2007a).
7. Pencegahan
a. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
Kuman-kuman patoggen penyebab diare umumnya
disebarkan secara fekal oral. Pemutusan penyebaran kuman
penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran ini.
Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
1) Pemberian ASI yang benar
2) Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan
pendamping ASI
3) Menggunakan air bersih yang cukup
4) Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan
sabun sehabis buang air besar dan sebelum makan
5) Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh
seluruh anggota keluarga
6) Membuang tinja bayi yang benar
7) Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat juga
mengurangi resiko diare antara lain:
8) Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
9) Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI
dan member makan dalam jumlah yang cukup untuk
memperbaiki status, gizi anak.

64
10) Imunisasi campak. Pada balita 1-7% kejadian diare
behrunbungan dengan campak, dan diare yang
etrjadi umunya lebih berat dan lebih lama (susah
diobati, cenderung menjadi kronis) karena adanya
kelainan pada epitel usus. Diperkirakan imunisasi
campak yang mencakup 45-90% bayi berumur 9-11
bulan dapat mencegah 40-60% kasus campak, 0,6-
3,8% kejadian diare dan 6-25% kematian karena
diare pada balita (suraatmaja 2007a).
11) Vaksin rotavirus, diberikan untuk meniru respon
tubuh seperti infeksi alamiah, tetapi infeksi pertama
oleh vaksin tidak menimbulkan, manifestasi diare.
Di dunialah beredar 2 vaksin rotavirus oral yang
diberikan sebelum usia 6 bulan dalam 2-3 kali
pemberiian dengan interval 4-6 minggu. (purnitid
dkk, 2007)
8. Prognosis
Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar
diare, sebagian besar (90%) kasus diare pada anak akan sembuh
dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan melanjut
dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%( akan
menjadi diare persisten (Firmansyah A, 2005).

65
3.6. Kerangka Teori

Perilaku
Lingkungan
 Pengetahuan
 Luas Lahan
 Sikap
 Jarak Jamban Ke
 Pendidikan
Sumber Air
 Nilai
 Ketersediaan air
 Persepsi
besih
 Pekerjaan

DIARE

Yankes
Herediter
 Peran petugas
 Umur
kesehatan

Gambar 3: Kerangka Teori

3.7. Kerangka Konsep

Variabel Independen
Variabel Independen
Pengetahuan masyarakat
Diare
Kurang

Gambar 4: Kerangka Konsep

66
3.8. Definisi Operasional
Tabel 18 : Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Ukur

1 Variabel Kemampuan Kuesioner Kurang Interval


Independen : masyarakat dalam
Sangat
pengetahuan mengetahui tentang
Kurang
Masyarakat penyakit diare yang
berkaitan dengan Baik
penyebab diare,
Sangat
gejala klinis diare,
Baik
penanganan awal
diare, komplikasi
diare dan
pencegahan diare.
2 Variabel Peningkatan angka Data Skunder Meningkat Nominal
Dependen : terjadinya kasus
dari Tidak
Peningkatan diare melebihi
Puskesmas Meningkat
Kasus Diare target yang sudah
ditetapkan

67
3.9. Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 19: Alternatif Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
Membeli Penyuluhan Penyuluhan Penyuluhan
lahan kepada kepada tentang
No Kriteria Bobot
pemukiman orang tua masyarakat diare
N BN N BN N BN N BN
1 Dapat 10 2 20 2 20 3 30 4 40
memecahkan
masalah dengan
sempurna
2 Mudah 9 3 27 3 27 2 18 4 36
dilaksanakan
3 Murah biayanya 8 1 8 3 24 2 16 3 24
4 Waktu 7 2 14 3 21 4 28 4 28
pelaksanaannya
singkat
Jumlah 69 92 92 128

3.10. Plan Of Action


Berdasarkan hasil analisis pada efektivitas dan efisiensi masing-

masing alternatif pemecahan masalah di atas didapatkan hasil bahwa

penyuluhan mengenai diare kepada masyarakat merupakan pilihan

alternatif pemecahan masalah yang dianggap memungkinkan untuk

dilakukan dengan biaya sedikit diharapkan dapat mengahsilkan efek yang

besar.

68
BAB IV
PROGRAM TAMBAHAN

4.1. Aksi Seribu Hari (ASHAR)


A. Latar Belakang
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang
diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh
petugas kesehatan. Jadi, Posyandu merupakan kegiatan swadaya
dari masyarakat di bidang kesehatan dengan penanggung jawab
kepala desa, A.A. Gde Muninjaya (2002:169) mengatakan:
”Pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk
keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu
wilayah kerja Puskesmas. Tempat pelaksanaan pelayanan program
terpadu di balai dusun, balai kelurahan, RW, dan sebagainya
disebut dengan Pos pelayanan terpadu (Posyandu)”. Konsep
Posyandu berkaitan erat dengan keterpaduan. Keterpaduan yang
dimaksud meliputi keterpaduan dalam aspek sasaran, aspek lokasi
kegiatan, aspek petugas penyelenggara, aspek dana dan lain
sebagainya. (Departemen kesehatan, 1987:10).
Posyandu dimulai terutama untuk melayani balita
(imunisasi, timbang berat badan) dan orang lanjut usia (Posyandu
Lansia), dan lahir melalui suatu Surat Keputusan Bersama antara
Menteri Dalam Negeri RI (Mendagri), Menteri Kesehatan
(Menkes) RI, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) dan Ketua Tim Penggerak (TP) Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan dicanangkan pada sekitar tahun
1986. Legitimasi keberadaan Posyandu ini diperkuat kembali
melalui Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah
tertanggal 13 Juni 2001 yang antara lain berisikan “Pedoman
Umum Revitalisasi Posyandu” yang antara lain meminta
diaktifkannya kembali Kelompok Kerja Operasional

69
(POKJANAL) Posyandu di semua tingkatan administrasi
pemerintahan.

B. Deskripsi Kegiatan
Ashar (Aksi Seribu Hari) untuk ibu hamil dan anak usia
dibawah 2 tahun merupakan salah satu program yang dilakukan
KKL kelompok 4 di setiap kegiatan posyandu dan juga turun ke
rumah warga yang memiliki ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan
antara lain konsultasi kesehatan ibu dan janin, pemeriksaan vital
sign ibu hamil, mencatat dan memantau perkembangan balita
dengan melihat garis pertumbuhan berat badan balita pada kartu
pemeriksaan, serta imunisasi wajib.
C. Tujuan
1. Untuk memantau dan memastikan kesehatan ibu hamil
serta perkembangan janin yang ia kandung
2. Untuk memantau dan memeriksa pertumbuhan dan
perkembangan balita usia kurang dari 2 tahun.
D. Sasaran
Ibu hamil dan anak berusia kurang dari 2 tahun.
E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tanggal : 6, 8, 11 Agustus 2017
Waktu : 08.00 – selesai
Tempat : Posyandu Tembelok, Posyandu Gerung Apitaik,
dan
Posyandu Sayo Indah
F. Target
Ada peningkatan kunjungan posyandu rutin oleh ibu hamil dan
anak balita.

70
4.2. Unizar Mengajar
A. Latar Belakang
PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga
secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatanya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
sehat. (Proverawati & Rahmawati, 2012).
PHBS di sekolah meliputi 8 indikator yang keseluruhan
akan mempengaruhi status kesehatan anak sekolah yaitu mencuci
tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun,
mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, menggunakan
jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur,
memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah,
menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan,
membuang sampah pada tempatnya. (Proverawati & Rahmawati,
2012). Salah satu indikator PHBS yang tidak bisa dipisahkan dari
aktivitas anak sekolah setiap hari adalah perilaku mencuci tangan
dengan air mengalir dan menggunakan sabun. Kebiasaan anak-
anak di sekolah yang kurang memperhatikan kebersihan tangan
akan menimbulkan banyak masalah kesehatan karna tangan sangat
penting untuk membantu menyelesaikan berbagai pekerjaan seperti
makan dan minum, sehingga apabila kebersihan tangan tidak dijaga
maka dapat menimbulkan berbagai macam penyakit antara lain
diare, kecacingan, DBD, dan lain sebagainya.
Sekolah sebagai salah satu sasaran PHBS di tatanan
institusi pendidikan. Hal ini disebabkan karna banyaknya data yang
menyebutkan bahwa munculnya sebagian penyakit yang sering
menyerang anak usia sekolah (usia 6-10), misalnya diare , cacingan
dan anemia ternyata berhubungan dengan PHBS (Maryunani,
2013), sehingga untuk menanamkan perilaku hidup bersih dan

71
sehat sejak dini, perlu adanya informasi kepada siswa untuk
mendapatkan pendidikan kesehatan melalui promosi kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2012) mengatakan “promosi kesehatan
adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya.” Agar siswa tahu
tentang cuci tangan bersih dan diharapkan mau melakukan dan
menerapkan perilaku hidup bersih sehat dalam kehidupannya.
Untuk memudahkan penyampaian informasi kepada siswa
diperlukan alat bantu penyampain dengan sesuatu yang dapat
dilihat dan didengar oleh siswa, sehingga promosi kesehatan
dengan media audio visual dapat lebih mudah untuk dimengerti
siswa.
Menurut Notoatmodjo. (2012) mengatakan “Agar diperoleh
hasil yang efektif dalam promosi kesehatan diperlukan alat bantu
atau media pendidikan. Fungsi media dalam pendidikan kesehatan
adalah sebagai alat peraga dalam menyampaikan informasi atau
pesan-pesan tentang kesehatan.”

B. Deskripsi Kegiatan
Unizar Mengajar merupakan salah satu kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan anak-anak usia sekolah
yang dalam hal ini kelompok 4 KKL mengajar di Paud/TK
mengenai PHBS. Disini kamu mengajarkan cara mencuci tangan
yang baik dan benar serta cara menggosok gigi yang baik dan
benar. Unizar mengajar ini dilakukan di 4 Paud/TK di lingkungan
Kelurahan Mandalika.
C. Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan anak-anak mengenai cara dan
pentingnya penerapan PHBS dalam kehidupan sehari-hari.
D. Sasaran
Anak-anak Paud/TK di Kelurahan Mandalika

72
E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tanggal : 3 – 4 Agustus 2017 (Kamis dan Jumat)
9 – 10 Agustus 2017 (Rabu dan Kamis)
Waktu : 08.00 – selesai
Tempat : PAUD Ananda Rusunawa
PAUD Pembina
PAUD Bhakti Ibu
PAUD Al-Azizah
F. Target
Semua anak-anak di Paud/TK dapat mengikuti kegiatan dengan
baik dan mampu mempraktekan cara mencuci tangan yang benar
dan menggosok gigi.

73
BAB V
INTERVENSI PROGRAM

5.1. Program Kegiatan Intervensi Kesehatan


Peningkatan Angka Diare pada masyarakat di Kelurahan
Mandalika diantaranya mencakup 7 Lingkungan dengan menggunakan
data kesehatan dari puskesmas dan data observasi langsung dari
masyarakat setempat sehingga diadakan program penyuluhan kesehatan.
Penyuluhan ini mengenai diare yang bertujuan untuk dapat menurunkan
angka kejadian diare di masyarakat Kelurahan Mandalika.

5.2. Pelaksanaan Kegiatan Intervensi Kesehatan


Kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai diare ini dilaksanakan pada:
Tanggal : 15 Agustus 2017
Waktu : 20.00 – Selesai
Tempat : Aula Rusunawa Kelurahan Mandalika
Susunan acara kegiatan penyuluhan adalah sebagai berikut:

74
Tabel 20: Randown Acara Penyuluhan Kesehatan
No Waktu Acara Keterangan
1 20.00 – 20.30 Registrasi peserta Panitia
2 20.30 – 20.35 Pembacaan kalam ilahi MC dan pembaca
kalam ilahi
3 20.35 – 20.50 Pembukaan dan Sambutan- sambutan 1. Ketua panitia (Tri
Cahaya Putra
2. Dosen Pembimbing
Fakultas (dr. Alfian
Muhajir)
3. Kepala Lurah
sekaligus
Pembimbing
Lapangan (Bapak
Nasrudin)
4 20.50 – 21.30 Materi dan Diskusi Pemateri (Lanny Dwi
Chandra) dan
moderator (Mara
kharisma)
5 21.30 – 21.45 Do’a Pembaca do’a (Lalu
Fajri Dwi Ananda)
6 21.45-selesai Hiburan (Dorprise) dan Penutup MC

5.3. Pembahasan Intervensi Kesehatan


A. Tema Kegiatan
”Hidup Bersih & Sehat Tanpa Diare”

75
B. Pelaksana Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan oleh peserta KKL-KESMAS FK
UNIZAR 2017 dari kelompok 4. Susunan kepanitiaannya adalah
sebagai berikut:

KETUA PANITIA
Tri Cahaya Putra

SEKERTARIS BENDAHARA
Mara Karisma Laras Febriyana Safitri

SEKSI ACARA SEKSI KOMSUMSI SEKSI PERLENGKAPAN


Putri Sarah Ariesta Iin Asifah Maulidda Wahyu Hidayat
Lanny Dwi Chandra Utomo Dina Rosdiana Amalina Lalu Fajri Dwi Ananda
Putu Arie Buana Permana P Rosita Sari Made Hendra Setiawan

Gambar 5. Susunan Kepanitiaan

C. Peserta Kegiatan
Peserta kegiatan penyuluhan kesehatan ini adalah
masyarakat Keluruhan Mandalika yang terdiri dari 7 lingkungan
dimana setiap lingkungan diwakili oleh 15 orang (pemuka
masyarakat).

D. Persiapan Kegiatan
Sehubungan dengan program intervensi yaitu “Peningkatan
Masalah Diare” yang didapatkan dalam KKL Kelompok 4 yang
dilakukan dengan pembagian kuesioner pada warga di 7
lingkungan kelurahan Mandalika dengan metode wawancara dan
menggunakan data kesehatan dari Puskesmas yang di mana
didapatkan minimnya pengetahuan warga terhadap kejadian Diare,
sehingga menyebabkan ledakan masalah diare. Maka dari itu, Tim
KKL Kelompok 4 melakukan penyuluhan pada warga yang

76
dihadiri oleh Lurah beserta jajarannya, ketujuh kepala lingkungan,
kader dan tokoh-tokoh masyarakat di Aula Rusunawa kelurahan
Mandalika, Lendang Lekong. Dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan masyarakat terhadap diare agar dapat menurunkan
angka kejadian diare.
Pra kegiatan penyuluhan, dilakukan pembagian tugas pada
masing-masing Tim KKL Kelompok 4 perindividu. Selanjutnya
persiapan media penyuluhan seperti LCD, laptop, sound system,
microfon, banner dan kamera sebagai alat dokumentasi acara.
Kemudian persiapan audiens dengan cara pemberian undangan
pada masing-masing lingkungan. Terakhir, persiapan tempat yang
dibantu oleh Lurah Mandalika selaku pembimbing lapangan.
Acara penyuluhan dilakukan pada hari selasa, 14 Agustus
2017, pukul 08.00 PM. Pada awal acara, peserta penyuluhan wajib
melakukan registrasi yang dilengkapi oleh pengukuran tekanan
darah gratis dan pemberian snack. Selanjutnya, kegiatan
penyuluhan ini diawali dengan salam pembuka, perkenalan,
penjelasan maksud dan tujuan penyuluhan, penjabaran kerangka
acara yang dipandu oleh MC, serta pembacaan ayat suci Al-Qur’an
dalam satu rangkain acara pembuka.
Pada inti kegiatan, MC memberikan wewenang pada
Moderator untuk memandu jalannya kegiatan penyuluhan.
Selanjutnya moderator memberikan kesempatan pada pemateri
untuk menyampaikan topik pada kegiatan penyuluhan tersebut.
Sesuai tema penyuluhan yaitu “Hidup Bersih dan Sehat Tanpa
Diare”, maka didapatkan topik pembahasan pada penyuluhan yaitu
mulai dari; definisi daire, penyebab diare, hal yang menimbulkan
diare, anggapan masyarakat yang kurang tepat mengenai diare,
cara mengatasi diare, tanda-tanda kekurangan cairan dan cara
pencegahan diare. Setelah itu, pemutaran video mengenai bahaya

77
dan dampak diare dengan tujuan agar masyarakat menyaksikan
langsung bahaya yang ditimbulkan diare.
Pada sesi Tanya jawab, moderator membaginya menjadi 2
sesi Tanya jawab, masing-masing sesi diisi oleh 3 penanya. Setelah
semua pertanyaan terkumpul, para tim penjawab telah siaga untuk
menjawab. Setelah proses Tanya jawab berakhir, moderator
menyimpulkan materi yang disampaikan dan pertanyaan yang
diajukan oleh peserta penyuluhan. Selanjutnya, moderator
mengembalikan keseluruhan rangkaian acara pada MC.
Pada akhir acara, diselilingi oleh hiburan yang di mana
pemberian doorprize pada peserta penyuluhan berupa sembako dan
acara foto bersama. Terakhir, MC menutup acara penyuluhan.

5.4. Monitoring
Pada kegiatan penyuluhan kesehatan kali ini bertemakan “Hidup
Bersih dan Sehat tanpa Diare” dimana dalam rangkaian kegiatan ini para
panitia mulai berkumpul di tempat penyuluhan pada pukul 19.30, untuk
beberapa persiapan sebelum acara berlangsung. Acara pertama pada pukul
20.00 – 20.30 yaitu pemeriksaan tekanan darah, registrasi dan pembagian
snack untuk masyarakat yang menghadiri acara penyuluhan kesehatan
tersebut. Acara selanjutnya yaitu pembacaan kalam ilahi dan sambutan-
sambutan oleh ketua panitia, dosen pembimbing serta Pak Lurah
Mandalika yang sekaligus membuka acara tersebut.
Kemudian dilanjutkan dengan presentasi materi tentang diare oleh
seksi acara, yang meliputi pengertian diare, penyebab terjadinya diare,
bagaimana tanda dan gejala seseorang terkena diare, pengobatan diare,
cara mencegah agar tidak terjangkit diare serta dampak buruk yang terjadi
jika seseorang dengan diare dan tidak ditangai dengan tanggap dan baik.
Pada akhir presentasi, dlanjutkan dengan pemutaran video mengenai diare
serta kasus-kasus diare agar masyarakat lebih memahami bagaimana dan
seperti apa diare itu dengan menggunakan video. Setelah video berakhir,

78
baru dimulainya rangkaian diskusi ringan mengenai diare. Dimana dari
masyarakat mengajukan beberapa pertanyaan seperti : Apa kegunaan
klorine?; Apakah daun jambu biji bisa menyembuhkan diare?; Mengapa
seseorang dengan diare bisa berakibat kematian pada seseorang?; Dari
beberapa pertanyaan itulah terlihat antusias dari masyarakat mengenai
diare itu sendiri.
Pada pukul 21.30-22.00 berlangsungnya acara penutupan dengan
doa. Setelah doa selesai, dilanjutkan dengan acara hiburan yaitu dengan
pembagian doorprize pada masyarakat. Semua masyarakat pulang, para
panitia membersihkan dan merapikan tempat acara penyuluhan seperti
semula dan berkumpul sebentar untuk melakukan evaluasi terkait acara
penyuluhan kesehatan.

5.5. Evaluasi
Kegiatan intervensi berupa penyuluhan tentang diare pada selasa
15 agustus 2017 yang lalu telah berjalan dengan lancer tanpa kendala.
Masyarakat dan panitia dating tepat waktu, penyampaian materi dan
proses tanya jawab berlangsung lancer, semua pertanyaan yang di ajukan
masyarakat dapat di jawab dengan baik. Namun kurang maksimal karena
hanya ada 76 orang undangan yang datang dari total 130 undangan yang
disebarkan ke masing-masing lingkungan. Angka ini dirasa belum dapat
mewakili populasi kelurahan mandalika. Selain itu, tidak dilakukannya
pendataan tingkat pengetahuan ulang pada masyarakat yang dating
menyebabkan tidak diketahuinya tingkat efektifitas penyuluhan terhadap
pengetahuan masyarakat.

79
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Selama beberapa minggu kami terjun langsung untuk mengamati
dan menganalisa mengenai masalah kesehatan masyarakat yang ada di
Kelurahan Mandalika, dimana kami mendapatkan beberapa data kesehatan
melalui data sekunder dari Puskesmas dan data primer dari masyarakatnya
sendiri, meliputi 7 lingkungan yakni : Gerung Sayo Indah, Lendang
Lekong, Gerung ApitAik, Tembelok, Gerung Butun Timur, Gerung Butun
Barat, Montong Are yang ada di Kelurahan Mandalika dimana dalam
menetukan prioritas masalah kami menggunakan metode voting dari
masyarakat yang mewakili 7 lingkungan tersebut didapatkan prioritas
masalah yang ada dikelurahan Mandalika yaitu Peningkatan Angka Diare.
Dalam melakukan pemecahan masalah kesehatan yang ada di
masyarakat Kelurahan Mandalika, kami mengadakan penyuluhan
kesehatan yang bertemakan “Hidup Bersih dan Sehat tanpa Diare”, dimana
dalam rangkaian penyuluhan kesehatan tersebut kami mengadakan
pemeriksaan kesehatan gratis, pembagian Banner untuk tidak membuang
sampah di beberapa lingkungan dan pemberian doorprize pada masyarakat
yang tururt hadir dalam penyuluhan kesehatan. Tujuan dari penyuluhan
kesehatan ini agar masyarakat yang ada di Kelurahan Mandalika dapat
mengubah pola pikir dan perilaku mereka menjadi lebih baik sehingga
dapat mengurangi peningkatan angka diare di masyarakat Kelurahan
Mandalika.

6.2. Saran
A. Mahasiswa
1. Lebih berperan aktif lagi dalam peningkatan kesehatan
masyarakat.

80
2. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan masyarakat
demi terciptanya kesehatan masyarakat baik secara
promotif, preventif, kuratif ataupun rehabilitatif.
3. Lebih kreatif dalam mengatasi masalah kesehatan
masyarakat yakni dengan membuat beberapa program
kesehatan untuk masyarakat.

B. Masyarakat
1. Mengubah pola pikir dan pola hidup yang buruk menjadi
yang lebih baik untuk kesehatan diri dan lingkungan
sekitar.
2. Lebih giat dalam mencari informasi-informasi mengenai
pentingnya kebersihan bagi kesehatan.
3. Lebih memperhatikan kebersihan lingkungan guna
meningkatkan kesehatan masing-masing individu dan
keluarga.

81
DAFTAR PUSTAKA
Arimbawa dkk, 2007, Peranan probiotik pada keseimbangan flora normal usus
dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak, Jakarta; Sagung Seto, 100-
111

Blum, Hendrik L. 1974. Planning for health: development and application of


social change theory. New York: Human Sciences Press.

Departemen Kesehatan Cakranegara, 2017, Profil Puskesmas Cakranegara Tahun


2016, Mataram; puskesmas cakranegara

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Riset Kesehatan Dasar Tahun


2007. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Penyakit Tidak Menular


Penyebab Kematian Terbanyak Di Indonesia. Di akses di
http://www.depkes.go.id/article/view/1637/penyakit-tidak-menular-ptm-
penyebab-kematian-terbanyak-di-indonesia.html pada tanggal 22 Agustus
2017.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Situasi Penyakit Diare Di


Indonesia. Jakarta; Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dinas Kesehatan Provinsi NTB. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
Barat Tahun 2015. Mataram; Dinas Kesehatan Provinsi NTB.

Firmansyah A dkk, 2005, Modul pelatihan Tata laksana diare pada anak. Jakarta;
Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia,

Ghandi, 2010, Kesehatan Lingkungan,


http://wadug.wordpress.com/2010/03/21/kesehatan-lingkungan/ [Diakses
12 agustus 2017]

Green, Lawrence. 1974. Toward cost–benefit evaluations of health education:


some concepts, methods, and examples. Health Education Monographs 2
(Suppl. 2): 34–64.

Kelurahan Mandalika. 2016, Profil Kelurahan Mandalika, Mataram; Kelurahan


Mandalika,

Purniti dkk. 2007, Imunisasi penyakit Enteral dalam Kapita Selekta


Gastroenterologi Anak, Jakarta; Sagung Seto, 122-31.
Suandi IKG, 2007, Manajemen nutrisi pada gastroenteritis dalam Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak, Jakarta; Sagung Seto, 84-100.

82
Subagyo B dan Santoso NB, 2010, Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-
Hepatologi Jilid 1, Edisi 1, Jakarta; Badan penerbit UKK
Gastroenterologi-Hepatologi IDAI, 87-110.

Suraatmaja Sudaryat, 2007a, Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak,


Jakarta; Sagung Seto, 1-24.

Suraatmaja Sudaryat, 2007b, Masalah Rehidrasi Oral dalam Kapita Selekta


Gastroenterologi Anak, Jakarta; Sagung Seto, 44-53.

WHO. 1948. Definisi Sehat Menurut WHO, Pembukaan Konstitusi WHO. Buletin
WHO, 80 (12: 982).

WHO. 2017. Angka Kematian Orang DEwasa, 2000-2015. Diakses di


http://www.who.int/gho/mortality_burden_disease/mortality_adult/situatio
n_trends_text/en/ pada tanggal 22 Agustus 2017.

WHO, 2009, Diare dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit
Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota,
Jakarta; WHO Indonesia.

83
Lampiran 1: kuesioner diare

KUESIONER DATA PENGETAHUAN TENTANG DIARE

DI KELURAHAN MANDALIKA

Tanda

tangan

I. DATA RESPONDEN

Nama :

Umur :

Alamat :

Pendidikan : 1. ( ) Tidak sekolah

2. ( ) Tidak Lulus SD

3. ( ) Lulus SD

4. ( ) Lulus SLTP

5. ( ) Lulus SLTA

6. ( ) Lulus D3/S1

Pekerjaan : 1. ( ) Pedagang

2. ( ) Buruh/Pembantu

3. ( ) Ibu Rumah Tangga

4. ( ) PNS

5. ( ) Lainnya, sebutkan …………………

Pengalaman : 1. Apakah saudara/i pernah mengalami diare ?

84
2. Kapan terakhir saudara/i mengalami diare ?

3. Dalam beberapa minggu atau bulan ini,

sudah berapa kali saudara/i mengalami diare?

II. PERTANYAAN

1. Apakah saudara/i tahu apa itu diare ?

Tolong diceritakan sepengetahuan saudara/i tentang diare

BAB cair

Frekuensi > 3 kali/hari

Bisa bercampur lender atau darah

Dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan)

Disebabkan makanan yang terkontaminasi racun atau bakteri atau feses

Dapat terjadi pada orang dewasa, remaja, anak-anak kecil

2. Apakah saudara/i tahu penyebab terjadinya diare ?

Disebabkkan oleh bakteri, racun, kuman dan feses

Makanan dan minuman yang sudah basi

Makanan yang tercemar oleh bacteri

Air minum yang tidak dimasak

Tidak pernah mencuci tangan dan menggunakan sabut setelah

melakukan aktifitas

Lingkungan sekitar yang tidak bersih

3. Menurut saudara/i , Apakah diare dapat menular atau tidak?

Ya, Bisa Menular

85
Tidak bisa menular

4. Menurut sepengetahuan saudara/i, diare bisa menular melalui apa ?

Melalui air

Melalui makanan dan minuman

Melalui lingkungan

Tidak tahu

5. Apakah saudara/i tahu cara mengobati diare?

Meminum larutan oralit

Meminum Pengganti oralit (larutan gula garam, air tajin)

Minum obat anti diare

Minum obat-obatan herbal

Tidak tahu

6. Apakah saudara/i ketahui tentang larutan oralit ?

Sebagai pengganti cairan tubuh

1 sendok teh gula ditamah ¼ sendok teh garam dilarutkan dalam 1

gelas air hangat

Didapatkan di Puskesmas

Tidak tahu

7. Menurut sepengetahuan saudara/i, apa yang harus dilakukan agar tidak

terjadi diare?

Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan

Mencuci tangan setelah buang air besar

Memasak air minum hingga matang

86
Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat

Tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak basi

Menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih

Tidak tahu

8. Apakah saudara/i tahu apa yang akan terjadi jika diare tidak ditangani ?

Merasa lemas, letih, lesu, tidak ada tenaga

Demam tinggi

Muntah

Pingsan

Kejang

Tidak tahu

9. Menurut saudara/i, apakah kejadian terberat yang akan terjadi jika diare

terus menerus dan tidak ditangani dengan cepat ?

Dehidrasi berat (kekurangan cairan sangart berlebihan)

Koma

Meninggal dunia

Tidak tahu

87
Lampiran 2: Rincian Biyaya

Tabel 21: Rincian Penegeluaran

No Nama Barang Kuantitas Jumlah

1 Snack 1 75 Rp. 525.000,00

2 Foto copy 1 800 Rp. 140.000, 00

3 Bambu 2 Rp. 25.000, 00

4 Sikat gigi 5 Rp. 14.832, 00

5 Dettol hand soap 4 Rp. 35.220, 00

6 Pasta gigi (komodo) 5 Rp. 19.625, 00

7 Keranjang sampah 4 Rp.30.600, 00

8 Biskiiup X-Tra Long 3 Rp. 67.337, 00

Chocolate 700g

9 Milkuat jeruk btl 70ml 60 Rp. 92.400, 00

10 Mikuat jeruk btl 70ml 25 Rp. 38.500, 00

11 Milkuat rasa blackcurrant btl 32 Rp. 49. 280, 00

70ml

12 Milkuat stroberi btl 70ml 3 Rp. 4. 620, 00

13 Indomie goring jumbo 129g 10 Rp. 29. 310, 00

14 Sedap mie kuah soto 75g 10 Rp. 20.220, 00

15 Gula local grade 2 1kg 5 Rp. 60. 900, 00

16 Kwat ikat warna 10cm 1 Rp. 12.500.00

17 Foto copy 2 150 Rp. 26. 000.00

88
18 Snack 2 150 Rp. 1.050.000.00

19 ABC Super Power 1 Rp. 12.500.00

20 Benner 1 (3,2m x 1.05 m) 1 Rp. 50.400.00

21 Benner 2 (0.55m x 0.45m) 5 Rp18.563.00

22 Kursi 100 Rp.200.000.00

23 Dencow fg str11 3 Rp. 9.000.00

24 Dencow fg ckt11 5 Rp. 15.000.00

25 Clevo ckt 125ml 2 Rp. 7.800.00

26 Acrilik 5 Rp. 42.000.00

27 Kertas manila 3 Rp. 21.000.00

28 Snowman spdl 2 Rp. 16.500.00

29 Isolasi 4 Rp. 2.000.00

30 Lap tangan 4 Rp. 20.000.00

31 Kain putih 3 meter 1 Rp. 42.000.00

32 Pulpen 8 Rp. 24.000.00

33 Air kotak 6 Rp. 103.000.00

34 Kayu 1 Rp. 15.000.00

35 Paku 1 Rp. 5.000.00

36 Triplek 1 Rp. 65.000.00

37 Snack 30 Rp.150.000.00

38 Amplop 10 Rp. 5.000.00

39 Gula local grade 2 1kg 4 Rp. 48.720.00

89
40 Fortune minyak goring pillow 5 Rp. 56.595.00

pack 1ltr

41 Fortune minyak goring pillow 1 Rp. 11.319.00

pack 1ltr

42 Foto copy 3 115 Rp. 20.000.00

43 Buku gambar 6 Rp. 12.000.00

44 Buku tulis 4 Rp. 6.000.00

45 Pensil warna 1 Rp. 7.700.00

46 Bingkai + cetak foto 1 Rp. 55.000.00

Jumlah Rp. 3.290.440.00

90
Lampiran 3: kwitansi penegluaran

91
92
93
94
95
96
97
98
Lampiran 4: Kegiatan Aksi Seribu Hari

Gambar 6: Kegiatan Posyandu lingkungan gerung apitaik

Gambar 7: Kegiatan Posyandu lingkungan gerung sayo indah

99
Gambar 8: Kegiatan posyandu lingkungan Tembelok

Gambar 9: Ashar ibu hamil lingkungan Tembelok

100
Gambar 10 :Ashar ibu hamil lingkungan montong are

Gambar 11: Ashar ibu hamil lingkungan lendang lekong

101
Lampiran 5: Kegiatan Unizar Mengajar

1. PAUD Ananda Rusunawa

Gambar 12 :Penampilan Video PHBS

102
Gambar 13: Pembagian Kelompok

Gambar 14: Pembagian Hadiah

103
Gambar 15: Praktik mencuci tangan dengan air mengalir

2. PAUD Pembina

104
Gambar 16: Pembagian Kelompok yang Dibantu Para Guru dan Praktik Mencuci

Tangan

Gambar 17: Setiap Kelompok Mempraktikan di Depan Kelas

Gambar 18: Tanya Jawab bersama Peserta Didik

3. PAUD Bhakti Ibu

105
Gambar 19: Pemutaran Video Mencuci Tangan

Gambar 20: Foto Bersama Semua Guru

106
Gambar 21:Praktik Cuci Tangan Bersama

4. PAUD Al-Azizah

107
Gambar 22: Belajar 6 Langkah Cuci Tangan Yang Baik dan Benar

108
Lampiran 6: Kegiatan Intervensi

Gambar 23: Registrasi peserta sekaligus pemeriksaan tekanan darah

109
Gambar 24 :Sambutan-sambutan dari Ketua Panitia, Dosen Pembimbing Fakultas

dan Kepala Lurah (Pembimbing Lapangan)

110
Gambar 25: Peserta intervensi

111
Gambar 26: Kegiatan Penyuluhan tentang peningkatan kasus diare

112
Gambar 27: Sesi Tanya Jawab

113
Gambar 28: Pembagian dorprise

114
Lampiran 7

115
116
117
118
Lampiran8 *

119
120

Anda mungkin juga menyukai