DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang logroll pada
pasien kritis ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
penegtahuan kita mengenai pentingnya logroll pada pasien kritis. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang mebacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami mohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini diwaktu
yang akan datang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................6
2.1 Pengertian..........................................................................................................6
2.2 Tujuan................................................................................................................6
2.3 Indikasi..............................................................................................................7
2.5 SOP...................................................................................................................8
BAB III PENUTUP....................................................................................................11
3.1 Kesimpulan........................................................................................................11
3.2 Saran..................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
3
Pada saat ini penyebab cidera kepala dimasyarakat banyak disebabkan oleh
kecelakaan lalu tintas dan terjatuh (Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2006). Pejalan kaki
yang mengalami tabrakan kendaraan bermotor merupakan penyebab trauma kepala
terhadap pasien anak-anak bila dibandingkan dengan pasien dewasa (Adeolu, Malomo,
Shokunbi, Komolafe dan Abio, 2005). Estimasi sebanyak 1,9 juta hingga 2,3 juta orang
menerima perawatan kecederaan yang tidak fatal akibat kekerasan (Rosenberg, Fenley,
1991).
Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya kerusakan
pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan gangguan
biokomia otak seperti penurunan adenosis tripospat, perubahan permeabilitas vaskuler,
patofiologi cedera kepala terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala primer dan cedera
kepala sekunder. Cedera kepala primer merupakan suatu proses biomekanik yang terjadi
secara langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan otak.
Penatalaksanaan pasien cedera kepala ditentukan atas dasar beratnya cedera dan
dilakukan menurut prioritas yang ideal dilakukan oleh tim perawat yang terlatih dan dokter
spesialis saraf dan bedah saraf, radiologi, anastesi, dan rehabilitasi medik. Klien dengan
cedera kepala harus dipantau terus dari tempat kecelakaan, selama transortasi: di ruang
gawat darurat, unit radioloy, ruang perawatan dan dan unit ICU sebab sewaktu-waktu
dapat berubah akibar aspirasi, hipotensi, kejang dan sebagainya. Menurut prioritas
tindakan pada cidera kepala ditentukan berdasarkan beratnya cidera yang didasarkan atas
kesadaran pada saat diperiksa.
Pada pasien dengan trauma servikal dan tulang belakang, pemindahan penderita
harus dilakukan dengan hati-hati dan tidap dapat dilakukan sendirian. Tiga penolong
dengan masing-masing penyangga bagian atas, tengah, dan bawah akan mengurangi
kemungkinan cedera lebih parah. Dalam memiringkan juga perlu dilakukan secara bersama
yang disebut dengan teknik log roll.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
4
Melaksanakan tekhnik Logroll pada pasien kritis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1dapat mengetahui apayang dimaksud dengan log roll.
1.3.2.2dapat mengetahui bagaimana tehnik log roll.
1.3.2.3 dapat mengetahui bagaimana penanganan pasien kritis pada anak anak dan
orang dewasa dengan tehnik log roll.
BAB II
PEMBAHASAN
5
Log roll adalah sebuah teknik yang digunakan untuk memiringkan klien yang badannya
setiap saat dijaga pada posisi lurus sejajar (seperti sebuah batang kayu). Contohnya untuk klien
yang mengalami cidera spinal. Asuhan yang benar harus dilakukan untuk mencegah cidera
tambahan. Teknik ini membutuhkan 2-5 perawat. Untuk klien yang mengalami cidera servikal,
seorang perawat harus mempertahankan kepala dan leher klien tetap sejajar (Berman, 2009).
1. Sebagai bagian dari primary and secondary survey untuk memeriksa tulang belakang
klien.
2. Sebagai bagian dari proses pemindahan dari dan ke tempat tidur (seperti di radiologi).
3. Untuk pemberian perawatan collar servikal atau area tertekan.
4. Memfasilitasi fisioterapi dada dan lain-lain.
Sedikitnya empat orang penolong dibutuhkan untuk membantu dalam prosedur log roll
dengan tugas sebagai berikut :
6
2.3 Indikasi Log Roll
Teknik log-roll dapat dimodifikasi untuk pasien dengan kondisi luka di lengan, kaki,
dan dada yang perlu berguling ke samping. Teknik log-roll juga berguna untuk sebagian
besar pasien trauma, tapi bagi pasien dengan panggul retak itu dapat memperburuk cedera
untuk roll berat badan mereka ke panggul.
Jika fraktur panggul muncul stabil, log-roll harus dilakukan secara hati-hati,
mengubah pasien ke sisi terluka (jika dapat diidentifikasi). Pasien dengan fraktur panggul
jelas tidak stabil tidak harus log-roll tetapi harus diangkat dengan hati-hati ke atas papan
dengan empat atau lebih penyelamat.
7
2.4 Standart Operasional Prosedure (SOP) Log Roll
Pengertian Sebuah teknik yang digunakan untuk memiringkan klien yang badannya
setiap saat dijaga pada posisi lurus sejajar (seperti sebuah batang kayu).
Indikasi 1. Kondisi luka di lengan, kaki, dan dada yang perlu berguling ke
samping.
2. Pasien Trauma (Pangguk Retak)
Tujuan Menjaga seluruh tulang belakang dalam keselarasan dan untuk mencapai
hal ini, tulang belakang leher stabil dan pasien dipindahkan dengan leher,
bahu dan panggul yang sama (greaves et all, 2006).
Persiapan tempat Alat-alat :
dan alat 1. Papan spinal/spinal board
2. Mitela 3 buah
3. Kateter indwelling
4. Kateter interkosta
5. Ventilator tube
6. Seprei
7. Bantal penyangga
Persiapan pasien 1. Memperkenalkan diri dan meminta persetujuan kepada orang
sekitar.
2. Amankan diri dan pasien
Persiapan Ciptakan lingkungan aman
Lingkungan
Pelaksanaan 1. Jelaskan prosedur pada pasien dengan mempertimbangkan status
kesadaran klien dan minta klien untuk tetap berbaring dan menunggu
bantuan. Pastikan colar terpasang dengan benar.
2. Jika mungkin, pastikan peralatan seperti kateter indwelling, kateter
interkosta, ventilator tube dan lain-lain pada posisinya untuk
mencegah overekstensi dan kemungkian tertarik keluar selama
perubahan posisi
3. Jika klien diintubasi atau terpasang tracheostomy tube, suction jalan
nafas sebelum log roll dianjurkan, untuk mencegah batuk yang
mugkin menyebabkan malalignment secara anatomis selama
prosedur log roll.
4. Tempat tidur harus diposisikan sesuai tinggi badan penolong yang
menahan kepala dan penolong lainnya.
8
5. Klien harus dalam posisi supine dan alignment secara anatomis
selama prosedurlog roll.
6. Tangan proksimal klien harus diaduksi sedikit untuk menghindari
berpindah ke peralatan monitor misalnya selang intravena perifer.
Tangan distal klien harus diekstensikan dengan alignment pada
thorak dan abdomen, atau tekuk kearah dada klien jika mungkin
misalnya jika tangan cedera. Satu bantal harus ditepatkan diantara
kaki-kaki klien.
7. Penolong 1, bantu menahan bagian atas badan klien, tempatkan satu
tangan melampaui bahu klien untuk menopang area dada posterior,
dan tangan yang lain melingkari paha klien.
8. Penolong 2, bantu menahan abdomen dan tangan bawah klien,
bertumpuk dengan penolong 1 untuk menempatkan satu tangan di
bawah punggung klien, dan tangan lainnya melingkari betis klien.
9. Dengan aba-aba dari penolong panahan kepala, klien diputar secara
alignment anatomis denga tindakan yang lembut.
10. Penyelesaian aktivitas, penolong penahan kepala akan memberi aba-
aba untuk mengembalikan klien pada posisi lateral dengan bantal
penahan. Klien harus ditingggalkan dalam posisi alignment anatomis
yang benar setiap waktu.
9
pemindah dan gulingkan klien menghadap anda. Perawat kedua
(belakang klien) membantu memiringkan klien dan memberikan
bantal penyangga untuk memastikan kesejajaran tubuh yang baik
pada posisi lateral.
Sikap Sikap Selama Pelaksanaan :
1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah
2. Menjamin Keamanan dan privacy klien
3. Bekerja dengan tepat, cepat, dan cermat
Evaluasi 1. Dokumentasi tindakan yg telah dilakukan.
2. Kaji respon klien : mual, pusing, kesakitan, kesadaran, dsb
3. Pantau terus keadaan klien.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Logroll adalah sebuah teknik yang digunakan untuk memiringkan klien yang badannya
harus setiap saat dijaga pada posisi lurus sejajar (seperti sebuah batang kayu). Contoh untuk
klien yang mengalami cedera servikal, pemindahan penderita harus dilakukan dengan hati-
hati dan tidak dapat dilakukan sendiri. 3 penolong dengan masing-masing penyangga bagian
atas, tengah, dan bawah akan mengurangi kemungkinan cedera lebih parah. Dalam
memiringkan juga perlu dilakukan secara bersama yang disebut dengan teknik logroll.
Untuk menghindari cedera sekunder gunakan bidai, long spine board dan neck colar untuk
menstabilkan posisi penderita. Pemilihan sarana transfortasi yang salah juga bisa
menimbulkan cedera yang lebih parah pada pasien. Idealnya transfortasi pasien cedera
kepala adalah menggunakan ambulan dengan peralatan trauma.
3.2 Saran
10
Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam
penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada
semua pembaca mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Berman, Audrey, et al. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb Edisi 5. Jakarta:
EGC. 2009
http://www.nursingtimes.net/Journals/2012/11/23/a/f/w/031216The-management-of-patients-
with-spinal-cord-injury.pdf
http://www.brooksidepress.org/Products/Nursing_Fundamentals_1/lesson_4_Section_2.htm
11