Oleh:
Retni Kusmardiyanti
1507045002
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
2.2.2 Iklim
Perubahan iklim merupakan fenomena yang memberi dampak secara
global. Perubahan iklim adalah perubahan kondisi fisik atmosfer bumi antara lain
suhu dan distribusi curah hujan serta beberapa variabel iklim lain. Perubahan
iklim berdampak pada berbagai sektor kehidupan manusia. Pola curah hujan yang
berubah mengurangi ketersediaan air irigasi dan sumber air bersih. Pemanasan
global menyebabkan peningkatan presipitasi yang berakibat banjir di musim hujan
dan peningkatan evapotranspirasi di musim panas sehingga menyebabkan aliran
menurun. Pola iklim yang terganggu menyebabkan efek tidak langsung terhadap
kesehatan manusia. Menurut badan dunia Food and Agriculture Association, iklim
semi-arid adalah iklim daerah yang menerima curah hujan lebih rendah
dibandingkan dengan evapotranspirasi potensial (Padji, 2017).
2.2.3 Curah Hujan
Curah hujan adalah banyaknya air yang jatuh ke permukaan bumi. Derajat
curah hujan dinyatakan dengan jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu.
Biasanya satuan yang digunakan adalah mm/jam. Butiran hujan dalam
meteorologi dengan diameter lebih dari 0,5 mm disebut hujan dan diameter antara
0,5-0,1 mm disebut gerimis. Semakin besar ukuran butiran hujan maka semakin
besar pula kecepatan jatuhnya. Ketelitian alat ukur curah hujan adalah 1/10 mm.
Pembacaan dilakukan satu kali dalam sehari dan dicatat sebagai curah hujan hari
terdahulu/kemarin. Menurut Wilson (1993), faktor yang mempengaruhi banyak
curah hujan adalah kelembaban udara, tekanan udara, temperatur dan kecepatan
angin (Sinurat, 2014).
Hujan berasal dari awan; awan berasal dari uap air yang mengembun di
udara; uap air berasal dari air. Air yang paling banyak terdapat di laut. Dengan
demikian peran laut dalam memproduksi uap air menjadi sangat penting, dan
mempunyai jarak dekat dalam rangkaian proses pembentukan hujan. Khususnya
untuk wilayah Sumatra Barat, lautan India adalah lautan di sekitarnya yang paling
dekat (Syaifullah, 2010).
Penurunan curah hujan yang cukup signifikan akibat iklim ekstrim telah
membawa dampak yang cukup signifikan pula pada sektor pertanian, terutama
produksi tanaman pangan. Hal ini menjadi salah satu alasan yang mendorong
semakin berkembangnya model-model prakiraan hujan sebagai upaya antipasi
terhadap kejadian iklim ekstrim. Salah satu indikator global yang dapat digunakan
sebagai indikator anomali iklim adalah suhu permukaan laut. Dari berbagai hasil
penelitian diketahui bahwa suhu permukaan laut ini memiliki keterkaitan dengan
kejadian curah hujan. Hubungan curah hujan Indonesia dengan suhu permukaan
laut global sudah banyak diketahui, tetapi keterkaitannya dengan suhu permukaan
laut wilayah Indonesia belum banyak mendapat perhatian, terutama untuk curah
hujan pada cakupan yang lebih sempit seperti kabupaten. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian yang mengkaji hubungan kedua parameter tersebut serta
mengaplikasikannya untuk prakiraan curah hujan pada wilayah Kabupaten
(Estiningtyas, 2007).
2.2.4 Suhu Permukaan Laut
Meteorologis telah lama mengamati permukaan laut terutama SPL sebagai
kandidat utama yang menimbulkan perubahan atmosfer frekuensi rendah. Kondisi
permukaan laut di daerah tropis umumnya hangat dengan variasi suhu tahunan
rendah. Kondis ini akan berpengaruh terhadap aktivitas konveksi yang tinggi.
Sedangkan laut merupakan sumber uap air utama untuk segala proses yang ada di
atmosfer. Daerah tropis menjadi penting pada sistem iklim global karena
pemanasan yang kuat dan terungkapnya fluktuasi iklim jangka waktu tahunan
maupun interdekadal yang dapat memengaruhi iklim global serta berdampak
sosioekonomi pada daerah tersebut atau wilayah yang lebih luas. Sebagai contoh
variasi iklim di daerah tropis dapat berdampak sampai Amerika Utara. Oleh sebab
itu perubahan iklim yang terjadi pada daerah tropis akan menyebabkan perubahan
pada daerah yang lebih luas lagi (Habibie, 2014).
Perubahan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik (ENSO) sangat
berpengaruh terhadap curah hujan hampir di seluruh belahan dunia termasuk
Indonesia. Dari analisa data curah hujan di Jawa tahun 1961-1993 dengan anomali
suhu permukaan laut di sekitar Indonesia menunjukkan bahwa terdapat korelasi
negatif di bagian timur dan sentral Samudera Pasifik bagian equator dan
Samudera Hindia sekitar 10oLS;80oBT, sedangkan di Laut Flores menunjukkan
korelasi positif. Ketika suhu permukaan laut di bagian timur dan sentral Samudera
Pasifik bagian equator serta di Samudera Hindia meningkat (anomali positif),
curah hujan di Jawa mengalami penurunan. Sebaliknya ketika terjadi penurunan
suhu, curah hujan di Jawa mengalami peningkatan. Sedangkan untuk Laut Flores,
ketika terjadi peningkatan suhu permukaan laut (anomali positif), curah hujan di
Jawa meningkat dan apabila terjadi anomali negatif, curah hujan di Jawa
menurun. Korelasi yang sangat tinggi antara curah hujan di Jawa dengan anomali
suhu permukaan laut di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia terjadi pada bulan
September-Nopember. Sedangkan untuk Laut Flores terjadi pada bulan Juli-
September (Mulyana, 2000).
BAB III
METODE DAN PEMBAHASAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat, kita dapat melihat bagaimana pengaruh
suhu permukaan laut di selat Makassar terhadap curah hujan di Kota Balikpapan.
Dimana ketika SPL tinggi, maka intensitas curah hujan juga meningkat.
Sebaliknya, ketika SPL rendah maka intensitas curah hujan juga rendah. Dan
semakin dekat suatu wilayah dengan laut, maka
DAFTAR PUSTAKA
Dainty, dkk. 2016. Analisis Peluang Curah Hujan Untuk Penetapan Pola dan
Waktu Tanam Serta Pemilihan Jenis Komoditi Yang Sesuai di Desa
Masbagik Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Ilmiah
Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.4, No. 1, Maret 2016
Estiningtyas, dkk. 2007. Analisis Korelasi Curah Hujan dan Suhu Permukaan
Laut Wilayah Indonesia, Serta Impilikasinya untuk Prakiraan Curah Hujan
(Studi Kasus Kabupaten Cilacap). J. Agromet Indonesia 21 (2) : 46 – 60,
2007
Habibie, M. Najib dan Nuraini, Tri Astuti. 2014. Karakteristik Dan Tren
Perubahan Suhu Permukaan Laut Di Indonesia Periode 1982-2009.
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOL. 15 NO. 1 TAHUN 2014
: 37-49
Sinurat, Nurmita dkk. 2014. ANALISA ARAH ANGIN TERHADAP CURAH
HUJAN MENGGUNAKAN EQUATORIAL ATMOSPHERE RADAR (EAR)
DAN OPTICAL RAIN GAUGE (ORG) DI ATAS KOTOTABANG
SUMATERA BARAT. http://repository.unri.ac.id/
Padji, dkk. 2017. Curah hujan, kelembapan, kecepatan angin ketersediaan air
bersih dan kasus diare di daerah kering Kupang. Volume 33 Nomor 10
Halaman 475-482. Berita Kedokteran Masyarakat (BKM Journal of
Community Medicine and Public Health)
Syaifullah, Djazim. 2010. Analisis Suhu Muka Laut Selatan Jawa Dan
Pengaruhnya Terhadap Curah Hujan DAS Citarum. Jurnal Sains &
Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 11, No. 2, 2010: 11-19