Anda di halaman 1dari 22

ANALISA PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT DI SELAT

MAKASSAR TERHADAP INTENSITAS CURAH HUJAN


KOTA BALIKPAPAN

LAPORANPRAKTEK KERJA LAPANGAN

Oleh:
Retni Kusmardiyanti
1507045002

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan suatu negara yang berada di garis khatulistiwa, karena
itu Indonesia beriklim tropis dimana hanya ada 2 musim yang terjadi yaitu, musim
penghujan dan musim kemarau. Indonesia berada di Benua Asia dan juga
Indonesia diapit oleh 2 Samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.
Kedua Samudera ini juga mempengaruhi cuaca dan iklim di Indonesia, terutama
Samudera Pasifik. Karena Samudera Pasifik membawa kolam air panas dari
Benua Amerika ke Indonesia maupun sebaliknya, hal ini menyebabkan dampak
pada downwelling dan upwelling, tingkat kesuburan pertanian, curah hujan dan
masih banyak lagi. Fenomena ini lebih dikenal sebagai ENSO. Indonesia memiliki
banyak provinsi, karena untuk menganalisa seluruh Indonesia memerlukan waktu
lama, jadi disini saya hanya akan mengamati suhu permukaan laut Selat Makassar
tepatnya pada lintang 5.21OLS dan bujur 119.47OBT dan intensitas curah hujan di
Kota Balikpapan.
Intensitas curah hujan di Indonesia yang tidak menentu, banyak disebabkan
oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas curah hujan
antara lain jarak dari sumber air, perbedaan suhu tanah dan perairan, arah angin,
tinggi tempat, garis lintang, luas daratan dan deretan pegunungan. Faktor-faktor
inilah yang menentukan banyak sedikitnya intensitas curah hujan yang terjadi di
Indonesia. Seperti yang kita ketahui Indonesia memiliki faktor yang menyebabkan
intensitas curah hujan tinggi, yaitu garis lintang. Tetapi di sini saya akan
menggunakan data suhu permukaan laut untuk menganalisa pengaruhnya terhadap
intensitas curah hujan. Suhu permukaan Laut merupakan fenomena dimana, suhu
yang ada di permukaan laut mengalami perubahan berupa kenaikan maupun
penurunan suhu. Disini saya akan melihat bagaimana pengaruhnya terhadap
intensitas curah hujan. Apa yang akan terjadi ketika suhu permukaan laut tinggi
dan bagaimana ketika suhu permukaan laut rendah.
Oleh karena itu, berdasarkan data suhu permukaan laut dan curah hujan
yang ada, saya melakukan analisa dari data-data tersebut untuk mengetahui
bagaimana pengaruh suhu permukaan laut di Selat Makassar tepatnya pada lintang
-5.21O LS dan bujur 119.47O BT terhadap intensitas curah hujan di Kota
Balikpapan. Data yang saya gunakan hanya 6 bulan, yang dimulai dari bulan
Januari hingga Juni 2010.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun rumusan masalah, bagaimana pengaruh suhu permukaan laut Selat
Makassar tepatnya pada lintang 5.21OLS dan bujur 119.47OBT terhadap intensitas
curah hujan di Kota Balikpapan.

1.3 Batasan Masalah


Hanya menganalisa pengaruh suhu permukaan laut Selat Makassar tepatnya
pada lintang 5.21OLS dan bujur 119.47OBT terhadap intensitas curah hujan di
Kota Balikpapan.

1.4 Tujuan PKL


Untuk mengetahui bagaimana pengaruh suhu permukaan laut Selat
Makassar tepatnya pada lintang 5.21OLS dan bujur 119.47OBT terhadap intensitas
curah hujan di Kota Balikpapan.

1.5 Manfaat PKL


Agar dapat digunakan sebagai acuan pengamatan maupun penelitian tentang
pengaruh suhu permukaan laut Selat Makassar tepatnya pada lintang 5.21OLS dan
bujur 119.47OBT terhadap intensitas curah hujan di Kota Balikpapan dan
menerapkan ilmu yang diterima dibangku perkuliahan ke dunia kerja.
BAB II
TINJAUAN UMUM DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Mitra PKL


2.1.1 Letak Geografis
Gedung Operasional Stasiun Meteorologi Kelas I Balikpapan, berada pada
koordinat 1°15’47.94” LS dan 116°53’43.45” BT dengan ketinggian 12 meter
diatas permukaan laut, secara administratif Gedung Operasional Stasiun
Meteorologi Kelas I Balikpapan terletak di jalan Marsma R. Iswahyudi No. 361,
Sepinggan, Balikpapan. Dan kantor Administrasi yang berada pada koordinat
1°15’35” LS dan 116°53’50” BT dengan ketinggian 21 m diatas permukaan laut,
secara administratif gedung administrasi Stasiun Meteorologi Kelas I Balikpapan
terletak di jalan Marsma R. Iswahyudi No. 3, Sepinggan, Balikpapan.

2.1.2 Sejarah Instansi


2.1.3 2.1.3 Visi dan Misi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Dalam rangka mendukung dan mengemban tugas pokok dan fungsi serta
memperhatikan kewenangan BMKG agar lenih efektif dan efesien, maka
diperlukan aparatur yang profesional, bertanggung jawab dan berwibawa serta
bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), disamping itu harus dapat
menjunjung tinggi kedisiplinan, kejujuran dan kebenaran guna ikut serta
memberikan pelayanan informasi yang cepat, tepat dan akurat. Oleh karena itu
kebijakan yang akan dilakukan BMKG Tahun 2010-2014 adalah mengacu pada
Visi, Misi dan Tujuan BMKG yang telah ditetapkan.

2.1.3.1 Visi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika


Mewujudkan BMKG yang handal, tanggap dan mampu dalam rangka
mendukung keselamatan masyarakat serta keberhasilan pembangunan nasional,
dan berperan aktif di tingkat Internasional. Terminologi di dalam visi tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pelayanan informasi meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan
geofisika yang handal ialah pelayanan BMKG terhadap penyajian data,
informasi pelayanan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan
geofisika yang akurat, tepat sasaran, tepat guna, cepat, lengkap, dan dapat
dipertanggung jawabkan
b. Tanggap dan mampu dimaksudkan BMKG dapat menangkap dan
merumuskan kebutuhan stakeholder akan data, informasi, dan jasa
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika serta mampu
memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa;

2.1.3.2 Misi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika


Dalam rangka mewujudkan Visi BMKG, maka diperlukan misi yang jelas
yaitu berupa langkah-langkah BMKG untuk mewujudkan Misi yang telah
ditetapkan yaitu :
1. Mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi, kualitas
udara dan geofisika.
2. Menyediakan data, informasi dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas
udara dan geofisika yang handal dan terpercaya.
3. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang meteorologi,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional di Bidang meteorologi,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
Secara lebih rinci, maksud dari pernyataan misi di atas adalah sebagai berikut :
a. Mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi, kualitas
udara, dan geofisika artinya BMKG melaksanakan operasional
pengamatan dan pengumpulan data secara teratur, lengkap dan akurat guna
dipakai untuk mengenali dan memahami karakteristik unsur-unsur
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika guna membuat
prakiraan dan informasi yang akurat;
b. Menyediakan data, informasi dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas
udara, dan geofisika kepada para pengguna sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan mereka dengan tingkat akurasi tinggi dan tepat waktu;
c. Mengkoordinasi dan Memfasilitasi kegiatan sesuai dengan kewenangan
BMKG, maka BMKG wajib mengawasi pelaksanaan operasional,
memberi pedoman teknis, serta berwenang untuk mengkalibrasi peralatan
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika sesuai dengan
peraturan yang berlaku
d. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional artinya BMKG dalam
melaksanakan kegiatan secara operasional selalu mengacu pada ketentuan
internasional mengingat bahwa fenomena meteorologi, klimatologi,
kualitas udara, dan geofisika tidak terbatas dan tidak terkait pada batas
batas wilayah suatu negara manapun.

2.1.4 Logo Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika


Logo Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika berbentuk lingkaran
dengan warna dasar biru, putih dan hijau, di tengah-tengah warna putih terdapat
satu garis berwarna abu-abu. Dibawah logo yang bebentuk lingkaran terdapat
tulisan BMKG.

Gambar 2.1 Logo BMKG (Sumber : Bmkg.go.id)


Makna dari logo BMKG menggambarkan bahwa BMKG berupaya
semaksimal mungkin dapat menyediakan dan memberikan informasi Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika dengan mengaplikasikan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi terkini dan dapat berkembang secara dinamis sesuai
kemajuan jaman. Dalam menjalankan fungsinya, BMKG berupaya memberikan
yang terbaik dan penuh keikhlasan berdasarkan Pancasila untuk bangsa dan tanah
air Indonesia yang subur yang terletak di garis khatulistiwa. Arti dari logo BMKG
ialah sebagai berikut :
a. Bentuk lingkaran melambangkan BMKG sebagai institusi yang
dinamis.
b. 5 (lima) garis dibagian atas melambangkan dasar negara Indonesia
yaitu Pancasila.
c. 9 (sembilan) garis dibagian bawah merupakan angka tertinggi yang
melambangkan hasil maksimal yang diharapkan.
d. Gumpalan awan warna putih melambangkan meteorologi.
e. Bidang warna biru bergaris melambangkan klimatologi.
f. Bidang berwarna hijau bergaris patah melambangkan geofisika.
g. 1(satu) garis melintang ditengah melambangkan garis katulistiwa.
h. Warna biru diartikan keagungan/ketaqwaan;
i. Warna putih diartikan keikhlasan/ suci;
j. Warna hijau diartikan kesuburan;
k. Warna abu-abu diartikan bebas/ tidak ada batas administrasi.

2.1.5 Bagan Struktur Organisasi Stasiun Geofisika Balikpapan


2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Letak Astronomi Indonesia
Berdasarkan letak astronominya, Indonesia terletak di daerah tropis.
Indonesia merupakan negara yang dilalui oleh garis khatulistiwa dan diapit oleh
dua benua dan samudera. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan
sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dan sirkulasi zonal (Timur-Barat). Kedua
sirkulasi ini sangat mempengaruhi keragaman iklim Indonesia. Pentingnya
informasi tentang cuaca atau iklim, maka telah dikenal beberapa model pendugaan
cuaca atau iklim. Dewasa ini telah banyak dikembangkan berbagai jenis
permodelan untuk analisis iklim disuatu tempat atau daerah. Hal ini dimaksudkan
untuk memudahkan dalam mengetahui informasi iklim yang terjadi. Ada beberapa
model yang dapat membantu untuk memprediksi kedaan cuaca musim berikutnya,
salah satu diantaranya adalah pendugaan atau menganalisis peluang secara
klimatologis. Model ini adalah model yang sangat sederhana yang dapat
dilakukan (Dainty, 2016).

2.2.2 Iklim
Perubahan iklim merupakan fenomena yang memberi dampak secara
global. Perubahan iklim adalah perubahan kondisi fisik atmosfer bumi antara lain
suhu dan distribusi curah hujan serta beberapa variabel iklim lain. Perubahan
iklim berdampak pada berbagai sektor kehidupan manusia. Pola curah hujan yang
berubah mengurangi ketersediaan air irigasi dan sumber air bersih. Pemanasan
global menyebabkan peningkatan presipitasi yang berakibat banjir di musim hujan
dan peningkatan evapotranspirasi di musim panas sehingga menyebabkan aliran
menurun. Pola iklim yang terganggu menyebabkan efek tidak langsung terhadap
kesehatan manusia. Menurut badan dunia Food and Agriculture Association, iklim
semi-arid adalah iklim daerah yang menerima curah hujan lebih rendah
dibandingkan dengan evapotranspirasi potensial (Padji, 2017).
2.2.3 Curah Hujan
Curah hujan adalah banyaknya air yang jatuh ke permukaan bumi. Derajat
curah hujan dinyatakan dengan jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu.
Biasanya satuan yang digunakan adalah mm/jam. Butiran hujan dalam
meteorologi dengan diameter lebih dari 0,5 mm disebut hujan dan diameter antara
0,5-0,1 mm disebut gerimis. Semakin besar ukuran butiran hujan maka semakin
besar pula kecepatan jatuhnya. Ketelitian alat ukur curah hujan adalah 1/10 mm.
Pembacaan dilakukan satu kali dalam sehari dan dicatat sebagai curah hujan hari
terdahulu/kemarin. Menurut Wilson (1993), faktor yang mempengaruhi banyak
curah hujan adalah kelembaban udara, tekanan udara, temperatur dan kecepatan
angin (Sinurat, 2014).
Hujan berasal dari awan; awan berasal dari uap air yang mengembun di
udara; uap air berasal dari air. Air yang paling banyak terdapat di laut. Dengan
demikian peran laut dalam memproduksi uap air menjadi sangat penting, dan
mempunyai jarak dekat dalam rangkaian proses pembentukan hujan. Khususnya
untuk wilayah Sumatra Barat, lautan India adalah lautan di sekitarnya yang paling
dekat (Syaifullah, 2010).
Penurunan curah hujan yang cukup signifikan akibat iklim ekstrim telah
membawa dampak yang cukup signifikan pula pada sektor pertanian, terutama
produksi tanaman pangan. Hal ini menjadi salah satu alasan yang mendorong
semakin berkembangnya model-model prakiraan hujan sebagai upaya antipasi
terhadap kejadian iklim ekstrim. Salah satu indikator global yang dapat digunakan
sebagai indikator anomali iklim adalah suhu permukaan laut. Dari berbagai hasil
penelitian diketahui bahwa suhu permukaan laut ini memiliki keterkaitan dengan
kejadian curah hujan. Hubungan curah hujan Indonesia dengan suhu permukaan
laut global sudah banyak diketahui, tetapi keterkaitannya dengan suhu permukaan
laut wilayah Indonesia belum banyak mendapat perhatian, terutama untuk curah
hujan pada cakupan yang lebih sempit seperti kabupaten. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian yang mengkaji hubungan kedua parameter tersebut serta
mengaplikasikannya untuk prakiraan curah hujan pada wilayah Kabupaten
(Estiningtyas, 2007).
2.2.4 Suhu Permukaan Laut
Meteorologis telah lama mengamati permukaan laut terutama SPL sebagai
kandidat utama yang menimbulkan perubahan atmosfer frekuensi rendah. Kondisi
permukaan laut di daerah tropis umumnya hangat dengan variasi suhu tahunan
rendah. Kondis ini akan berpengaruh terhadap aktivitas konveksi yang tinggi.
Sedangkan laut merupakan sumber uap air utama untuk segala proses yang ada di
atmosfer. Daerah tropis menjadi penting pada sistem iklim global karena
pemanasan yang kuat dan terungkapnya fluktuasi iklim jangka waktu tahunan
maupun interdekadal yang dapat memengaruhi iklim global serta berdampak
sosioekonomi pada daerah tersebut atau wilayah yang lebih luas. Sebagai contoh
variasi iklim di daerah tropis dapat berdampak sampai Amerika Utara. Oleh sebab
itu perubahan iklim yang terjadi pada daerah tropis akan menyebabkan perubahan
pada daerah yang lebih luas lagi (Habibie, 2014).
Perubahan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik (ENSO) sangat
berpengaruh terhadap curah hujan hampir di seluruh belahan dunia termasuk
Indonesia. Dari analisa data curah hujan di Jawa tahun 1961-1993 dengan anomali
suhu permukaan laut di sekitar Indonesia menunjukkan bahwa terdapat korelasi
negatif di bagian timur dan sentral Samudera Pasifik bagian equator dan
Samudera Hindia sekitar 10oLS;80oBT, sedangkan di Laut Flores menunjukkan
korelasi positif. Ketika suhu permukaan laut di bagian timur dan sentral Samudera
Pasifik bagian equator serta di Samudera Hindia meningkat (anomali positif),
curah hujan di Jawa mengalami penurunan. Sebaliknya ketika terjadi penurunan
suhu, curah hujan di Jawa mengalami peningkatan. Sedangkan untuk Laut Flores,
ketika terjadi peningkatan suhu permukaan laut (anomali positif), curah hujan di
Jawa meningkat dan apabila terjadi anomali negatif, curah hujan di Jawa
menurun. Korelasi yang sangat tinggi antara curah hujan di Jawa dengan anomali
suhu permukaan laut di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia terjadi pada bulan
September-Nopember. Sedangkan untuk Laut Flores terjadi pada bulan Juli-
September (Mulyana, 2000).
BAB III
METODE DAN PEMBAHASAN

3.1 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan


Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilakukan selama 41 hari
yang dimulai pada hari Jum’at tanggal 1 Februari 2019 hingga 13 Maret 2019.
Pelaksanaan PKL dilakukan di dua tempat yaitu, Gedung Operasional Stasiun
Meteorologi Kelas I Balikpapan, berada pada koordinat 1°15’47.94” LS dan
116°53’43.45” BT dan kantor Administrasi yang berada pada koordinat 1°15’35”
LS dan 116°53’50” BT, gedung administrasi Stasiun Meteorologi Kelas I
Balikpapan terletak di jalan Marsma R. Iswahyudi No. 3, Sepinggan, Balikpapan.

3.2 Data dan Metode


3.2.1 Data Curah Hujan
Data curah hujan yang dipakai adalah data harian selama 3 bulan dimulai
dari bulan januari hingga maret tahun 2010 di Stasiun Meteorologi Sultan Aji
Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan,
Kalimantan Timur. Data diambil secara online di website BMKG yaitu
https://www.bmkg.go.id. Data yang telah didownload, kemudian diolah
menggunakan Ms. Excel dan menampilkan grafiknya, lalu dari hasil berupa grafik
tersebut kita melakukan analisa.

3.2.2 Data Suhu Permukaan Laut


Data suhu permukaan laut yang dipakai adalah data harian selama 3 bulan
dimulai dari bulan januari hingga maret tahun 2010, di Selat Makassar tepatnya
pada lintang 5.21OLS dan bujur 119.47OBT. Data diambil secara online di website
ECMWF, yaitu https://www.ecmwf.int. Data yang di download dari ECMWF
berupa .nc, data ini kemudian di import ke dalam bentuk .xls. Data yang telah
didownload, kemudian diolah menggunakan Ms. Excel dan menampilkan
grafiknya, lalu dari hasil berupa grafik tersebut kita melakukan analisa, dengan
membandingkan hubungan antara curah hujan dengan suhu permukaan laut.
Gambar 3.1 Selat Makassar
(sumber:https://en.wikipedia.org/wiki/Makassar_Strait#/)
3.3 Diagram Alir

Gambar 3.2 Diagram Alir


3.4 Hasil dan Pembahasan

Curah Hujan Bulan Januari


45
40
35
30
25
20 Curah Hujan
15
10
5
0
-5 0 5 10 15 20 25 30 35

Gambar 3.1 Curah Hujan Bulan Januari 2010


Pada bulan Januari intensitas curah hujan yang terjadi bisa dilihat seperti
pada grafik, dimana intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 24
sebesar 38.7mm dan intensitas curah hujan terendah terjadi pada tanggal 27
sebesar 0.8mm. Pada bulan ini, cukup sering terjadi hujan tinggi, terutama menuju
akhir bulan januari cukup sering terjadi hujan tinggi.

Gambar 3.2 Suhu Permukaan Laut bulan Januari 2010


Pada bulan Januari 2010 Suhu Permukaan Laut (SPL) tertinggi pada
lintang 5.21o LS dengan nilai SPL berkisar di 302.23oK hingga 302.65oK dan
Suhu Permukaan Laut terendah ada pada lintang 2.21o LS dengan nilai SPL
berkisar di 299.98oK hingga 300.25oK. Pada lintang 3.21oLS nilai SPL tidak
terbaca. Seperti yang ditunjukkan pada grafik curah hujan di kota Balikpapan,
SPL yang terjadi di Selat Makassar mempengaruhi curah hujan di Kota
Balikpapan. Karena seperti yang kita lihat pada grafik SPL, dari awal hingga akhir
sudah cukup tinggi sehingga cukup sering terjadi hujan pada bulan ini.

Curah Hujan Bulan Februari


140
120
100
80
60 Curah Hujan
40
20
0
0 5 10 15 20 25 30
-20

Gambar 3.3 Curah Hujan Bulan Februari 2010


Pada bulan Februari intensitas curah hujan yang terjadi bisa dilihat seperti
pada grafik, dimana intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 21
sebesar 119.7 mm dan intensitas curah hujan terendah terjadi pada tanggal 4
sebesar 1.5mm. Pada bulan ini, hujan jarang terjadi. Hujan tinggi terjadi di akhir
bulan dan hujan rendah terjadi diawal bulan. Hujan terjadi di awal dan diakhir
bulan, dominan terjadi di akhir bulan.
Gambar 3.4 Suhu Permukaan Laut bulan Februari 2010
Pada bulan Februari 2010 Suhu Permukaan Laut (SPL) tertinggi pada
lintang 4.79o LU dengan nilai SPL berkisar di 301.29oK hingga 300.87oK dan
Suhu Permukaan Laut terendah ada pada lintang 1.21o LS dengan nilai SPL
berkisar di 299.11oK hingga 299.87oK. Seperti yang ditunjukkan pada grafik
curah hujan di kota Balikpapan, SPL yang terjadi di bulan ini diawali cukup
rendah sehingga jarang terjadi hujan pada bulan ini, tetapi diakhir SPL mulai naik
cukup tinggi sehingga curah hujan tinggi dan di dominasi terjadi di akhir bulan.

Curah Hujan Bulan Maret


70
60
50
40
30 Curah Hujan
20
10
0
-10 0 5 10 15 20 25 30 35

Gambar 3.5 Curah Hujan Bulan Maret 2010


Pada bulan Maret intensitas curah hujan yang terjadi bisa dilihat seperti
pada grafik, dimana intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 31
sebesar 63 mm dan intensitas curah hujan terendah terjadi pada tanggal 27 sebesar
1 mm. Pada bulan ini cukup jarang terjadi hujan dan diakhir bulan hujan tinggi
sering terjadi.

Gambar 3.6 Suhu Permukaan Laut bulan Maret 2010


Seperti yang dapat dilihat pada grafik, dibulan Maret diawali dengan SPL
rendah sehingga curah hujan yang terjadi cukup rendah diawal-awal bulan dan
sangat jarang terjadi hujan. Tetapi pada akhir bulan SPL meningkat cukup tinggi.
Sehingga, pada akhir bulan curah hujan tinggi cukup sering terjadi. SPL tertinggi
terdapat pada lintang 4.79o LU dengan nilai SPL berkisar di 301.67oK hingga
301.08oK dan Suhu Permukaan Laut terendah ada pada lintang 1.21o LS dengan
nilai SPL berkisar di 299.89oK hingga 300.44oK.
Curah Hujan Bulan April
80
70
60
50
40
Curah Hujan
30
20
10
0
-10 0 5 10 15 20 25 30 35

Gambar 3.7 Curah Hujan Bulan April 2010


Pada bulan April intensitas curah hujan yang terjadi bisa dilihat seperti
pada grafik, dimana intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 26
sebesar 73.3mm dan intensitas curah hujan terendah terjadi pada tanggal 12
sebesar 0.2mm. Pada bulan ini, sering terjadi hujan. Hujan terjadi hampir setiap
hari dan hujan tertinggi terjadi diakhir bulan.

Gambar 3.8 Suhu Permukaan Laut bulan April 2010


Pada bulan April 2010, SPL cukup tinggi dan semakin tinggi diakhir, hal
ini ditunjukkan disetiap lintang. Dari data curah hujan BMKG Balikpapan, juga
menunjukkan pada bulan ini sering terjadi hujan. SPL tertinggi terdapat pada
lintang 3.79o LU dengan nilai SPL berkisar di 301.10oK hingga 301.73oK dan
Suhu Permukaan Laut terendah ada pada lintang 1.21o LS dengan nilai SPL
berkisar di 299.87oK hingga 300.73oK.

Curah Hujan Bulan Mei


80
70
60
50
40
Curah Hujan
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30 35
-10

Gambar 3.9 Curah Hujan Bulan Mei 2010


Pada bulan Mei intensitas curah hujan yang terjadi bisa dilihat seperti pada
grafik, dimana intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 9 sebesar 68
mm dan intensitas curah hujan terendah terjadi pada tanggal 18 sebesar 0.5 mm.
Pada bulan ini, hujan yang terjadi cukup dominan diawal hingga pertengahan
bulan.
Gambar 3.10 Suhu Permukaan Laut bulan Mei 2010
Pada grafik SPL bulan Mei 2010 bisa kita lihat, bahwa diawal dimulai
dengan SPL cukup tinggi hingga dipertengahan. Dan SPL pada bulan ini mulai
menurun diakhir. Seperti yang kita lihat, SPL di selat Makassar mempengaruhi
curah hujan di Kota Balikpapan. SPL tertinggi terdapat pada lintang 4.79o LU
dengan nilai SPL berkisar di 301.25oK hingga 301.87oK dan Suhu Permukaan
Laut terendah ada pada lintang 0.21o LS dengan nilai SPL berkisar di 297.96oK
hingga 299.62oK.

Curah Hujan Bulan Juni


70
60
50
40
30 Curah Hujan
20
10
0
-10 0 5 10 15 20 25 30 35

Gambar 3.11 Curah Hujan Bulan Juni 2010


Pada bulan Juni intensitas curah hujan yang terjadi bisa dilihat seperti pada
grafik, dimana intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 13 sebesar 65.5
mm dan intensitas curah hujan terendah terjadi pada tanggal 2 sebesar 0.5 mm.
Pada bulan ini, hujan yang terjadi cukup dominan di pertengahan bulan.

Gambar 3.12 Suhu Permukaan Laut bulan Juni 2010


Pada grafik SPL bulan Juni 2010, sama seperti bulan Mei, grafik dimulai
dengan SPL cukup tinggi, tetapi semakin menurun dari pertengahan hingga akhir.
Walaupun menurunnya tidak sedrastis bulan Mei. SPL tertinggi terdapat pada
lintang 4.79o LU dengan nilai SPL berkisar di 300.29oK hingga 301.19oK dan
Suhu Permukaan Laut terendah ada pada lintang 0.21o LS dengan nilai SPL
berkisar di 296.55oK hingga 297.87oK.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat, kita dapat melihat bagaimana pengaruh
suhu permukaan laut di selat Makassar terhadap curah hujan di Kota Balikpapan.
Dimana ketika SPL tinggi, maka intensitas curah hujan juga meningkat.
Sebaliknya, ketika SPL rendah maka intensitas curah hujan juga rendah. Dan
semakin dekat suatu wilayah dengan laut, maka
DAFTAR PUSTAKA

Dainty, dkk. 2016. Analisis Peluang Curah Hujan Untuk Penetapan Pola dan
Waktu Tanam Serta Pemilihan Jenis Komoditi Yang Sesuai di Desa
Masbagik Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Ilmiah
Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.4, No. 1, Maret 2016
Estiningtyas, dkk. 2007. Analisis Korelasi Curah Hujan dan Suhu Permukaan
Laut Wilayah Indonesia, Serta Impilikasinya untuk Prakiraan Curah Hujan
(Studi Kasus Kabupaten Cilacap). J. Agromet Indonesia 21 (2) : 46 – 60,
2007
Habibie, M. Najib dan Nuraini, Tri Astuti. 2014. Karakteristik Dan Tren
Perubahan Suhu Permukaan Laut Di Indonesia Periode 1982-2009.
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOL. 15 NO. 1 TAHUN 2014
: 37-49
Sinurat, Nurmita dkk. 2014. ANALISA ARAH ANGIN TERHADAP CURAH
HUJAN MENGGUNAKAN EQUATORIAL ATMOSPHERE RADAR (EAR)
DAN OPTICAL RAIN GAUGE (ORG) DI ATAS KOTOTABANG
SUMATERA BARAT. http://repository.unri.ac.id/
Padji, dkk. 2017. Curah hujan, kelembapan, kecepatan angin ketersediaan air
bersih dan kasus diare di daerah kering Kupang. Volume 33 Nomor 10
Halaman 475-482. Berita Kedokteran Masyarakat (BKM Journal of
Community Medicine and Public Health)
Syaifullah, Djazim. 2010. Analisis Suhu Muka Laut Selatan Jawa Dan
Pengaruhnya Terhadap Curah Hujan DAS Citarum. Jurnal Sains &
Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 11, No. 2, 2010: 11-19

Anda mungkin juga menyukai