Tema yang diangkat dari novel Nyonya Jetset berdasarkan kisah nyata
yang mengisahkan tentang kehidupan sosial seorang model yang menikah
dengan seorang putra konglomerat terkaya di jakarta. Namun cinta pandang
pertama pada putra konglomerat itu ternyata mendorongnya masuk ke
kehidupan yang sarat dan lara. Pernikahan yang mewah dengan banyak luka
dan keanehan yang sama sekali tidak ia duga dalam rumah tangganya.
2. Tokoh :
Roosalin
Edwan Krisantono
Alisha
Jhon Krisantono
Heni Krisantono
Beni
Shinta
Nanci
Mariska
Amara
Miki
Ermin
Yati
Marni
Cori
Yolanda
Della
Meli
Elsa
Nita
Bram
3. Penokohan :
a. Roosalin :
Berbakat
“Sudah tujuh tahun lebih aku menginjak profesi ini, semenjak aku
memenangkan kontes pemilihan model yang digelar sebuah agency,
tahun 1992. Namaku menjadi cukup dikenal setelah pose-poseku
tertampang di berbagai majalah wanita.” (hal.12)
Suka mengoleksi
Mudah tersinggung
“Sebab aku begitu marah bila ada orang yang merendahkan profesi
model. Tidak banyak orang tahu kalau profesi yang terlihat manis
dan glamor ini sebetulnya berisi kerja keras luar biasa.” (hal.18)
Mudah akrab
Takjub
Tabah
Pendendam
Tidak Terbuka
“Peristiwa itu tidak mau kuceritakan pada siapa pun. Tidak pada Ibu,
tidak pada Bapak, tidak pada Mariska, adikku yang tujuh tahun lebih
muda dariku.”(hal.27)
Pengertian
“Itu yang membuat bulan madu kami harus diundur sampai bulan
depan, Aku mengerti. Bahkan lebih dari mengerti, aku mengangguk
dengan rasa suka. Berdampingan dengan seorang suami yang
hebat.” (hal.30)
Baik
“sengja aku makan siang di meja pantry dekat dapur, dan kuajak
pula tiga pembantu makan semeja denganku. Aku ingin mereka
cepat akrab denganku.” (hal.31)
Matre
Pemboros
“Aku masuk ke butik Dior dan membeli dua clutch, dan dua pasang
sepatu, dan dua tas tangan. Satu untukku, satu untuk Alisha. Aku
juga masuk ke butik Guess dan kubeli banyak pakaian untuk adikku,
Mariska. Tak lupa beberapa pasang sepatu dan tas di butik yang
sama. Aku juga masuk Ke Metro Departemen Store….”(hal.45)
Penakut
Keras kepala
Nekat
Pasrah
“ ”Saya memang nggak tahu apa-apa, Ma, saya harus cerita apa?”
Kubayangkan ingatanku pada shinta. Entah kenapa aku jadi kasihan
padanya.”(hal.136)
Galak
“Aku nyaris naik pitam, tapi berusaha menjaga emosi. “Sori, sana
pergi. Jangan gangu saya!” sentakku, mendesis.”(hal.159)
Tidak berpendirian
Tidak perduli
“Aku berusaha berjalan tegak di atas kehidupan baru yang jauh lebih
melegakan dibanding saat aku berada di istana Pondok Indah. Aku
sudah kebal dengan pandangan-pandangan aneh orang lain saat aku
mendorong kereta belanja di Sogo Supermarket.”(hal.233)
Tegas
“ ”Kamu telah memulai sesuatu yang salah untukku. Jadi, aku hanya
memohon selesaikan semua dengan cepat,” aku tegas.”(hal.208)
“ ”Itu tidak mungkin. Kamu tahu, apa yang sudah kamu lakukan
sudah keterlaluan. Semua sudah cukup bagiku. Tidak aka nada lagi
usaha untuk memperbaiki diri. Kamu terus saja dengan sikapmu,
dan aku akan menjalini hidupku sendiri.” Aku tak mempercayai
kalimatku yang….”(hal.209)
Bijaksana
b. Edwan Krisantono
Perhatian
“ ”Sayang aku sibuk. Dan aku tak mau kamu sibuk sendirian. Kita
punya bulan madu yang sempurna untuk menggantikan itu,” Edwan
mengecup pipiku. “Semua dibereskan wedding organizer.””(hal.11)
Baik
“ ”Lho, nggak, itukan buat kamu. Pakai saja semaumu. Besok siang
kamu pasti ingin jalan-jalan,” katanya lagi.”(hal.38)
“ ”Itu baru sedikit. Aku janji bulan depan akan lebih banyak lagi uang
yang kuberikan untukmu.” Aku merasakan napas suaranya
mengelus-elus daun telingaku.”(hal.237)
Pekerja keras
Romantis
“ ”Telepon aku kapan saja kamu mau. Ita bercinta di udara, oke?”
Edwan mengulum bibirku di depan pintu kamar tadi pagi. Aku
menyukai suasana itu. Tubuhku yang terbalut kimono sutra seperti
menggelosor licin daalm dekapan Edwan yang sudah mengenakan
setelan jas abu-abu….”(hal.31)
Labil
“Namun aku masih harus tarik ulur dengan mood-nya yang turun-
naik Jika sedang ada masalah dengan pekerjaannnya, mood-nya
berantakan. Kadang-kadang ia membentakku tanpa kesalahan
dipihakku sama sekali. Tapi yang membuat lega ia tidak memukuliku
lagi.”(hal.142)
Kasar
“Ia menarik tubuhku lagi dan mendorongnya dengan kuat ke pintu.
Aku terbanting. Pungggung dan bagian belakang kepalaku
menghajar pintu. Edwan menendangku dengan kaki yang masih
bersepatu. Bukan hanya di wajah, tapi juga di perut, di pinggul, di
paha, di kaki.”(hal.174)
Pemarah
Pemukul
Tepat janji
c. Alisha
Periang
Cantik
“Aku menyukai sikap “biasa” di dirinya. Padahal Alisha memiliki
wajah yang cantik. Indo Prancis turunan dari neneknya membuat
figurnya menyerupai gadis-gadis dalam telenovela.”(hal.43-44)
Terbuka
Pengertian
Tulus
d. Jhon Krisantono
Rendah hati
Pendiam
“Papa terlihat paling tenang, atau dingin, di antara yang lain. Papa
mewariskan sikap tak perduli, dingin sekaligus tak jelas.”(hal.165)
e. Heni Krisantono
Sombong
Cantik
Emosian
Baik
f. Beni
Pemukul
Pemarah
“ “Kalau mau dicerai sudah dari dulu, Nan!” beni membentak. “Dia
mestinya tahu diri. Sudah bagus bisa dikasih kehidupan kaya gini!”.
Aku membenci kalimat Beni beserta nadanya.”(hal.166)
g. Shinta
Pendiam
Peduli
Sombong
h. Nanci
Periang
“Ia belum menikah. Memiliki kekasih orang Italia yang tinggal di Bali.
Ia sanagt lincah dengan gerakan tubuh yang luwes. Dibanding Beni,
ia lebih banyak bicara. Ia juga ramah, walau cara menatapnya
kadang terasa aneh.”(hal.47)
“Nanci perokok dan suka minum. Dari Alisha aku tahu, Nanci
seorang party animal sejati. Kematiannya pasti akan disebabkan dua
hal. Kebanyakan minum, atau kebanyakan clubbing! Ujar Alisha
suatu kali.”(hal.47-48)
Cantik
Tidak perduli
“Papa terlihat paling tenang, atau dingin diantara yang lain. Beni
tampak emosi, sama emosinya dengan Mama, dan Nanci terlihat tak
perduli.”(hal.165)
i. Miki
Penghianat
j. Yati
Pintar masak
k. Cori
Periang
“ “Hai, Nyonya Edwan!” Suaranya cempreng, tapi hangat. Aku
tersenyum dan mengulurkan tangan. “Roos Edwan…” “Cori. Cori
Parengkuan.” Ia tersenyum lebih lebar.”(hal.124)
Ceplas-ceplos
Baik
l. Bram
Periang
“Bram tertawa dengan garis wajah yang sangat menyenangkan
untuk dilihat. Aku baru menyadari, ia memiliki leher yang sangat
kokoh. Tadi siang leher itu tertutup kerah kaus.”(hal.197)
“ “Percaya nggak percaya, ternyata dulu di nila itu pernah ada anak
muda mati setelah overdosis setelah pake narkotika. Mungkin dia
mau nimbrung dengan kegiatan kita.” Bram tertawa lagi.”(hal.241)
Sopan
4. Latar/Setting
Latar tempat
Rumah Edwan
Ruang tamu
Butik Guess
“Aku juga masuk ke butik Guess dan kubeli banyak pakaian untuk
adikku, Mariska. Tak lupa beberapa pasang sepatu dan tas di butik
yang sama.”(hal.45)
Paris
Sekolah
“Langkahku percaya diri. Senyumku menebar dengan luwes. Semua
yang ada di situ pastilah menyangka aku akan menjemput anakku
dari sekolah.”(hal.152)
Di perpustakaan sekolah
Kafe di Kemang
Beranda belakang
Di Patra Kuningan
Di mal-mal Jakarta
“Kami pindah ke sofa ruang tamu dan mengobrol banyak sore itu,
dan tidak menyinggung soal Edwan. “Kalau kamu mau, kalian bisa
tinggal apartemenku mulai bulan depan,” kata Alisha.”(hal.282)
Apartemen Della
Restoran di Bulungan
Latar Waktu
Tahun lalu
“Terakhir aku bertemu tak sengaja dengan Miki, tahun lalu, di ruas
jalan kecil di antara pertokoan di Siminyak.”(hal.28)
Siang
Tadi pagi
“Tadi pagi Edwan pamit ke Kalimantan dan berjanji akan tiba di
rumah besok sore. Sebuah pertemuan yang harus dihadirinya, tak
bidsa diundur. Ada serentetan pertemuan lagi menyusul kerja sama
perusahaan dengan perusahaan pertambangan dari Cina.”(30)
“Memasuki tahun 2001 aku telah melebur dalam sebuah dunia yang
baru. Dunia yang memberikan banyak hal baru yang dulu tak pernah
tebayangkan dalam hidupku.”(hal.53)
Sore
“Menjelang sore aku tertidur kelelahan. Aku baru bangun menjelang
matahari terbenam, ketika jendela besar di kamarku
memperlihatkan langit yang memerah di ufuk barat.”(hal.68)
Februari 2003
Mei 2003
“Suatu hari di bulan Mei 2003, Edwan pulang dalam keadaan
meledak. Wajahnya memerah marah dengan mata yang berkilat-
kilat.”(hal.172)
Tahun 2004
“Tahun 2004 sudah dating, dan aku merayakan Tahun Baru di rumah
saja. Dengan Edwan di sisiku. Ia semakin baik. Maka ajakan Edwan
kucermati sepenuh hati.”(hal.225)
Malam
Sabtu pagi
“Sabtu pagi aku bersiap meluncur ke klinik dan panti tempat Edwan
dirawat. Aku merasa riang. Rasanya ada yang berdegup dan
meloncat-loncat di hatiku.”(hal.286)
Latar Suasana
Sedih
Mengharukan
Mengharukan
“Edwan menciumku sekali lagi. “Aku ingin membahagiakanmu
dengan segala yang aku bisa….”Aku menangis untuk kalimat
Edwan.”(hal.238)
Girang
Hening
Canggung
Romantis
Kecewa
Gaduh
Panik
5. Alur/Plot
Alur yang digunakan adalah alur maju, karena dapat dilihat dari urutan
ceritanya, yaitu mulai dari awal pertemuan Roosalin dengan Edwan Krisantono.
Keduanya jatuh cinta dalam waktu singkat. Roos sama sekali tak mengetahui
latar belakang dan siapa sesungguhnya Edwan. Ia baru menyadari ketika semua
sudah terlanjur terjadi, ketika Edwan benar-benar tulus ingin menikahi dan
meninggalkan puluhan wanita yang mengejar-ngejarnya.
Edwan ternyata anak konglomerat ternama Krisantono. Kendati
dibesarkan dalam keluarga jetset dan serba mewah. Namun pernikahan yang
mewah dan mengantarkan Roos sebagai Nyonya Jetset itu ternyata merupakan
gerbang baru yang menyakitkan Roos. Pernikahan mewah dengan banyak luka
dan keanehan. Roos harus menghadapi kenyataan yang sama sekali tidak ia
duga sebelumnya. Gemilang harta dan kehormatan yang diterimanya di awal
harus ditebusnya dengan bilur rasa sakit akibat perlakuan suaminya sendiri dan
keangkuhan keluarga besar Krisantono.
Dalam keadaan seperti itu, Roos berusaha menyelamatkan keadaan. Di
antara keeping-keping hatinya yang berserakan, ia yakin, sesugguhnya cinta
sejati masih ada. Roos tetap melayani Edwan dengan baik, betapa pun buruk
perlakuan yang diterimannya. Ia yakin Edwan masih memiliki cinta yang dulu
begitu tulus diberikan kepada perempuan biasa bahkan konservatif seperti
dirinya. Namun setelah sekian lama terus diperlakukan seperti itu oleh keluarga
Krisantono Roosalin pun tidak tahan lagi. Setelah berpisah selama setahun dan
tidak pernah bertemu, Roos pun mulai melupakan Edwan, tetapi Edwan tiba-
tiba saja muncul lagi di kehidupannya setelah lama menghilang. Dan
memintanya untuk kembali dan menjalani kehidupan bersama seperti dulu lagi.
Namun Roos tidak mau menerima ajakan itu dan meminta diceraikan atau dia
akan mengungkapkan segala perlakuan yang telah Edwan lakukan kepadanya.
Roos bercerai dari Edwan dengan proses yang sangat lancar. Roos pun
mulai menjalani hidupnya yang normal seperti dulu lagi dan terbebas dari
keluarga Krisantono, yang hidup dalam tatanan moral yang berbeda. Keluarga
dalam kehidupan Jetset. Dan ia mulai dekat dengan Bram dan berteman dekat.
Jadi, dari urutannya dapat disimpulkan bahwa alur yang digunakan adalah alur
maju, yaitu alur yang diceritanya dari awal cerita sampai akhir.
6. Amanat
7. Sinopsis