Anda di halaman 1dari 17

Analisis Angka Kejadian DRP Versi PCNE V8.

01 Pada Pasien Kanker Payudara


Di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Periode Januari 2018

Fiona1, Okpri Meila2

Program Studi Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

fionapaulo2296@gmail.com1, okprimeila@gmail.com2

Abstrak

Kanker payudara merupakan penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita, setelah kanker serviks.
Penyebab kanker belum diketahui pasti namun banyak faktor risiko yang memicu terjadinya kanker. Namun ada
kemungkinan terjadi efek negatif yang timbul akibat terapi obat itu yang disebut Drug Related Problems (DRPs).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya DRPs kategori obat salah, dosis tinggi, dosis rendah dan
interaksi obat pada pasien kanker payudara di RS Islam Jakarta Cempaka Putih Jakarta 2017. Hasil penelitian
menunjukan bahwa dari pasien yang menggunakan obat kanker ditemukan DRPs dosis tinggi (57,14%) dan dosis
rendah (21,76%). Terdapat pasien yang menggunakan selain obat kanker ditemukan DRPs dosis tinggi (2,15%).
Untuk interaksi obatnya (18,95%) dan tidak ditemukannya DRPs obat salah.

Kata kunci : Kanker Payudara, Drug Related Problem, RS Islam Jakarta Cempaka Putih

Analysis of The Incidence of DRP version PCNE V8.01 of Breast Cancer Patient
At Islamic Hospital Jakarta Cempaka Putih Period January 2018

Abstract

Breast cancer is the second causes of death for women after cervix cancer. The cause of cancer can’t be
detected, however there are many risk factors to trigger occurring of cancer. For increasing the quality of
patient’s life must needed drug therapy. Although, there are possibility for occur negative effects which caused
by drug therapy, it called Drug Related Problems (DRPs). This research has purpose to know the category DRPs
wrong drug, high dose, under dose and drug interaction to patient breast cancer in Islamic Hospital Jakarta
Cempaka Putih 2017. The result show that there were 7 patients who using cancer drug founded DRPs high dose,
there were (57,14%) and under dose (21,76%). Using of drug cancer from 93 patients founded DRPs high dose
(57,14%). Drug interaction case (18,95%) and did not find wrong drug DRPs.

Keyword : Breast cancer, Drug Related Problems, Islamic Hospital Jakarta Cempaka Putih
Pendahuluan
Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker
bisa terjadi dari berbagai sel dalam organ tubuh seperti kulit, hati, darah, otak, lambung, usus, paru,
saluran kencing, payudara dan berbagai macam sel organ tubuh lainnya. Sejalan dengan pertumbuhan
dan perkembangbiakkannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup
ke jaringan di dekatnya (invasif) dan bisa menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh (Sarjadi, 2000).
Dari berbagai macam jenis kanker yang banyak ditemukan, peneliti tertarik mengenai kanker
payudara mengingat bahwa kanker payudara merupakan salah satu kanker yang penting dan sering
ditemukan di seluruh dunia dengan proporsi 20% dari seluruh kanker (WHO, 2002). Berdasarkan data
Globacon, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2000, kanker payudara
menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan di dunia dengan insidens rate 28 per
100.000 penduduk. Insidens rate kanker payudara di Indonesia menempati urutan pertama yakni 26 per
100.000 perempuan dan kanker leher rahim di urutan kedua dengan insidens rate 16 per 100.000
perempuan. Kanker payudara adalah jenis kanker kedua penyebab kematian karena kanker pada wanita
setelah kanker leher rahim.
Faktor risiko yang menyebabkan seseorang dapat menderita kanker payudara antara lain jenis
kelamin wanita, usia > 50 tahun, riwayat keluarga dan genetik (pembawa mutase gen BRCA1, BRCA2,
ATM atau TP53 (p53), riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama, LCIS,
densitas tinggi pada mammografi), riwayat menstruasi dini (< 12 tahun) atau menarche lambat (> 55
tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui), hormonal, obesitas, konsumsi
alkohol, riwayat radiasi dinding dada, faktor lingkungan. Namun sebenarnya kanker payudara itu
sendiri dapat dilakukan dengan pencegahan primer yang berupa mengurangi atau meniadakan faktor-
faktor risiko yang diduga sangat erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara, serta
dengan pencegahan sekunder yang berupa melakukan skrining kanker payudara dengan tujuan untuk
menurunkan angka morbiditas akibat kanker payudara dan angka kematian. Skrining payudara dapat
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya periksa payudara sendiri (SADARI), periksa payudara
klinis (SADANIS), pemeriksaan payudara klinis oleh petugas yang terlatih, mammografi skrining,
diagnosis sonografi, serta prevensi dan skrining.
Pemeriksaan yang paling baik digunakan untuk kanker payudara ialah mammografi payudara,
yang merupakan pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara yang dikompresi.
Mammografi dikerjakan pada wanita usia diatas 35 tahun dan sebaiknya dikerjakan pada hari ke 7 – 10
dihitung dari hari pertama masa menstruasi karena akan mengurangi rasa tidak nyaman pada wanita
pada waktu dikompresi serta memberikan hasil yang lebih optimal.
Stadium pada penyakit kanker payudara dapat digolongkan berdasarkan sistem klasifikasi TNM
American Joint Committee on Cancer (AJCC) tahun 2010, edisi 7 seperti terlampir berikut ini :
Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium IA T1 N0 M0
Stadium IB T0 N1mic M0
T1 N1mic M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1-N2 M0
Stadium IIIB T4 N1-N2 M0
Stadium IIIC Semua T N3 M0
Stadium IV Semua T Semua N M1

Pengobatan untuk kanker payudara dapat pula dilakukan dengan teknik pembedahan yang
merupakan cara paling awal dikenal untuk pengobatan kanker payudara. Pembedahan ini juga
mencakup banyak jenis, diantaranya mastektomi, Breast Conservating Theraphy (BCT), Salfingo
Ovariektomi Bilateral (SOB), dan Metastasektomi.
Penggolongan untuk DRP pada penyakit kanker payudara dapat dibagi menjadi Pharmaceutical
Care Network Europe (PCNE) dan CIPOLE. Namun peneliti hanya akan membahas mengenai DRP
dengan PCNE saja. Peneliti juga melakukan tinjauan pra penelitian pada RS Islam Jakarta Cempaka
Putih, dengan perolehan pasien selama Januari – Desember 2017 sebanyak 250 pasien dan perkiraan
jumlah pasien tiap bulannya sebesar 20 pasien. Berangkat dari hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk
meneliti “Analisis Angka Kejadian DRP Versi PCNE V8.01 Pasien Kanker Payudara Di Rumah Sakit
Islam Jakarta Cempaka Putih Periode Januari 2018”.

Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dirancang menggunakan metode analitik deskriptif dengan menggunakan data
sekunder untuk mendapatkan gambaran DRP pada pasien kanker payudara berdasarkan metode PCNE
di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Subjek penelitian terdiri dari pasien kanker payudara
yang menjalani terapi di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih selama periode Januari 2018. Data
dalam penelitian ini diambil secara prospektif. Seluruh pasien kanker payudara yang menjalani terapi
obat dan Rumah Sakit Islam Jakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diikutsertakan dalam
penelitian, atau dilakukan total sampling (Sastroasmoro & Ismael, 2011; Shadish, Cook, & Campbell,
2006).

2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada Januari 2018, dengan waktu pelaksanaan sebagai berikut :
a. Penelusuran literatur dilakukan November – Desember 2017
b. Pengambilan data dan analisis DRP dilakukan Januari 2018
c. Diskusi dan penyampaian hasil analisis DRP dilakukan Febuari 2018

3. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kanker payudara yang menjalani terapi pada
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 58 orang
pasien kanker payudara yang menjalani terapi obat pada Januari 2018.

4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria Inklusi dan Eksklusi Pasien Kanker Payudara
a. Kriteria inklusi pasien kanker payudara
1. Pasien kanker payudara yang mendapatkan terapi di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
Putih dengan usia  12 tahun
2. Pasien kanker payudara menjalani rawat inap di Rumah Sakit Islam Jakarta tempat
dilangsungkan penelitian dalam periode yang telah ditetapkan
b. Kriteria eksklusi pasien kanker payudara
Pasien kanker payudara yang mendapatkan terapi di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
Putih dengan catatan medik tidak lengkap (tidak mencantumkan data jenis kelamin, usia,
diagnosis, obat yang digunakan, dan catatan perkembangan pasien selama terapi).

5. Kerangka Konsep

Pasien Kanker Payudara :


 Karakteristik pasien DRP
 Prevalensi penyakit
 Regimen obat
 Dosis penggunaan obat
6. Variabel Penelitian
a. Variabel dependen atau terikat : DRP (jumlah masalah dan jumlah penyebab)
b. Variabel independen atau bebas : pasien kanker payudara

7. Definisi Operasional
No. Kasus DO Skala
1. Pasien kanker Pasien yang sudah dinyatakan mengidap kanker payudara oleh
-
payudara dokter
2. Lama rawat inap Jumlah hari sejak pasien masuk di rawat inap di rumah sakit hingga
-
pasien pulang dalam 1 kunjungan perawatan
3. Lama mengidap Pasien yang sudah lama mengidap kanker hingga dinyatakan
-
kanker sembuh oleh dokter

8. Prosedur Pengumpulan Data


a. Seluruh pasien kanker payudara yang menjalani terapi obat dan Rumah Sakit Islam Jakarta yang
memenuhi kriteria inklusi-eksklusi diambil sebagai sampel
b. Data dari catatan medik dipindahkan ke lembar pengumpul data yang telah disiapkan
c. DRP (pre test) diperoleh dari analisis retrospektif 1 bulan catatan medik (Januari 2018)
d. DRP (post test) diperoleh dari analisis prospektif data 1 bulan catatan medik, pasca dilakukannya
intervensi (Maret – April 2018)

9. Analisis Data
DRP pasien kanker payudara diidentifikasikan Pharmaceutical Care Network Europe dan jurnal
terkait. Hasil identifikasi DRP kemudian diklasifikasikan menurut PCNE V8.01 dan data yang
diperoleh disajikan secara deskriptif (Bewick, Cheek, Ball, 2003; Bewick, Cheek, Ball, 2004; Marusteri
& Becarea, 2000; Whitley & Ball, 2002).

Hasil dan Pembahasan


1. Jumlah Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah subjek yang memenuhi kriteria
inklusi yaitu pasien kanker payudara yang mendapatkan terapi di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
Putih dengan usia  12 tahun dengan atau tanpa penyakit penyerta serta pasien kanker payudara
menjalani rawat inap di Rumah Sakit Islam Jakarta tempat dilangsungkan penelitian dalam periode yang
telah ditetapkan dengan data rekam medik yang lengkap. Data rekam medik yang lengkap yaitu yang
mencantumkan nomor registrasi, jenis kelamin, umur, diagnosa utama, lama perawatan, lama pasien
menjalani terapi (meliputi nama obat, dosis, aturan pakai, rute pemberian, dan sediaan), data
laboratorium penunjang lainnya, berusia 20 – 50 tahun (kecuali pada pasien tertentu) dan menjalani
rawat inap maksimal 1 bulan perawatan serta menjalani rawat jalan, dan pasien pulang dalam keadaan
sehat dengan pengambilan data selama Januari – Desember 2017. Jumlah sampel (n) yang digunakan
pada penelitian ini adalah 58 orang subjek dari 91 pasien kanker payudara, terdapat 5 pasien yang
meninggal dan 26 pasien yang data rekam medisnya tidak lengkap.

2. Karakteristik Subjek Penelitian


Data subjek penelitian didapatkan dari pengamatan rekam medis pasien yang dikelompokkan
berdasarkan usia, jenis kelamin, stadium, protokol kemoterapi, dosis protokol kemoterapi, obat apa saja
yang digunakan pasien selama menjalani terapi rawat jalan, serta dosis yang digunakan pasien selama
menjalani terapi rawat jalan pada pasien kanker payudara.

a. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia


Karakteristik subjek berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 1. Karakteristik Subjek Berdasarkan Umur
Usia Jumlah Persentase
30 – 35 tahun 5 8,62%
36 – 40 tahun 15 25,86%
41 – 45 tahun 23 39,65%
46 – 50 tahun 14 24,13%
> 50 tahun 1 1,72%

Gambar 1. Diagram Karakteristik Berdasarkan Usia

Pada wanita pasca menopause terjadi perubahan hormonal yang ditandai dengan bertambahnya
usia. Semakin tua seseorang akan berpotensi untuk terserang kanker payudara. Seorang wanita yang
berumur 50 tahun 8 kali lipat lebih berpeluang untuk terserang kanker payudara disbanding dengan
wanita yang berusia 30 tahun. Kanker payudara sangat jarang ditemukan pada wanita dengan usia
dibawah 35 tahun (Syafir, 2011).
Paritas, jika nuliparitas (tidak ada anak) maka mempunyai risiko kanker payudara. Paritas 1 atau
2 dianggap rendah risiko dan kemudian paritas banyak meningkatkan risiko lagi. Salah satu faktor yang
harus diperhatikan dalam paritas ini adalah kelahiran anak full-trem sehingga tidak termasuk yang
abortus dalam perhitungan jumlah paritas (Bustan, 2007).
Hormon, terdapat peningkatan kanker payudara yang bermakna pada para pengguna terapi
estrogen replacement. Pengaruh hormonal seperti menstruasi terlalu dini (dibawah 12 tahun), terlambat
menopause, tidak pernah mengalami kehamilan, terlambat hamil (setelah usia 30 tahun) dan
penggunaan pil KB juga merupakan faktor terjadinya kanker (Syarif, 2011).

b. Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin


Karakteristik subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 2. Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentas
Laki-laki 1 1,72%
Perempuan 57 98,27%

Gambar 2. Diagram Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian berikut dapat kita ketahui bahwa adanya kelemahan genetik pada sel tubuh
sehingga mempermudah timbulnya sel kanker, iritasi dan inflamasi kronis yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi kanker, radiasi sinar matahari dan sinar-x, senyawa kimia, seperti aflatoxin B1,
asbestos, nikel, arsen, arang, tarr, asap rokok, kontrasepsi oral, dan sebagainya, serta makanan yang
bersifat karsinogenik (Suryaningsih dan Sukaca, 2009).

c. Karakteristik Subjek Berdasarkan Stadium


Karakteristik subjek berdasarkan stadium dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 3. Karakteristik Subjek Berdasarkan Stadium
Stadium Jumlah Persentase
I 11 18,96%
II 40 68,96%
III 7 12,07%
IV 0 0%
Gambar 3. Diagram Karakteristik Subjek Berdasarkan Stadium

Umumnya pasien kanker payudara kurang menyadari atau tidak mengetahui sejak kapan kanker
payudara mulai terjadi, hal ini mungkin disebabkan karena sel kanker dapat timbul apabila telah terjadi
mutasi genetik sebagai akibat dari adanya kerusakan DNA pada sel normal (Damayanti, 2014).
Gejala umum kanker payudara menurut Suryaningsih dan Sukaca (2009) adalah adanya benjolan
pada payudara yang dapat diraba dan biasanya semakin mengeras, tidak beraturan, serta terkadang
menimbulkan nyeri. Gejala lain yang tampak, misalnya perubahan bentuk dan ukuran, kerutan pada
kulit payudara sehingga tampak menyerupai kulit jeruk, adanya cairan tidak normal berupa nanah,
darah, cairan encer, atau air susu pada ibu tidak hamil atau tidak sedang menyusui yang keluar dari
puting susu. Gejala kanker payudara umumnya juga tampak dari adanya pembengkakan di salah satu
payudara, tarikan pada puting susu atau puting susu terasa gatal, serta nyeri. Pada kanker payudara
stadium lanjut, dapat timbul nyeri tulang, pembengkakan lengan, ulserasi kulit, atau penurunan berat
badan (Suryaningsih dan Sukaca, 2009).
Pertumbuhan jaringan payudara dipengaruhi oleh beberapa hormon, yaitu hormon prolaktin,
hormon pertumbuhan, hormon progesterone, serta hormon estrogen (Suryaningsih dan Sukaca, 2009).
Paparan hormon estrogen secara berlebihan dapat memicu pertumbuhan sel secara tidak normal pada
bagian tertentu (Dinkes Provinsi Sumatera Barat, 2014).
Stadium dalam kanker payudara merupakan deskripsi mengenai kondisi kanker agar dapat
ditentukan cara pengobatan yang tepat. Pada kanker payudara, dikenal stadium dini yang dimulai
sebelum terjadinya kanker hingga stadium II, serta stadium lanjut yang terdiri dari stadium III dan
stadium IV (Suryaningsih dan Sukaca, 2009). Stadium kanker payudara ketika pertama kali ditemukan
digunakan untuk memperkirakan penaganan secara tepat sehingga merupakan penentu keberhasilan
dari pengobatan kanker payudara tersebut.

d. Protokol Kemoterapi
Protokol kemoterapi yang umumnya digunakan pada pasien kanker payudara dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4. Protokol Kemoterapi
Nama Obat Bentuk Sediaan Rute Pemberian Dosis Lama Pemberian
NaCl Cair I.V. 500 cc 1 jam
Ondansentron Cair I.V. 8 mg 15 menit
Endoxan + 800 mg + 3%
Cair I.V. 2 jam
Dextrose (500 cc)
Doxorubicin + 70 mg + 3% (500
Cair I.V. 3 jam
Dextrose cc)
Curacyl + Dextrose 750 mg + 3%
Cair I.V. 2 jam
(500 cc)
Epirubicin + 120 mg + 5%
Cair I.V. 3 jam
Dextrose (500 cc)
Cyclophospamid + 750 mg + 0,9%
Cair I.V. 1 jam
NaCl (250 cc)
Brexel + NaCl 120 mg + 0,9%
Cair I.V. 3 jam
(500 cc)
Narfoz Cair I.V. 8 mg 15 menit
Omeprazole Cair I.V. 20 mg 10 menit
Ringer Lactat Cair I.V. 28 tpm / menit -
Triofusin Cair I.V. 14 tpm / menit -
Mesna Cair I.V. 400 mg 1 jam 10 menit
Haloxan + 2 gram + 5% (500
Cair I.V, 3 jam
Dextrose cc)
Paloxi Cair I.V. 1 mg -
Dexamethasone Cair I.V. 10 mg / ml 10 menit
Difenhydramin Cair I.V. - 10 menit
Ranitidine Cair I.V. 5 mg -
Taxoter + NaCl 120 mg / 8 ml +
Cair I.V. 3 jam
0,9% (500 cc)
Ceteve + NaCl 120 mg + 0,9%
Cair I.V. 3 jam
(500 cc)
Ebetaxel + NaCl 270 mg + 0,9%
Cair I.V. 3 jam
(500 cc)
SFU + Dextrose 750 mg + 5%
Cair I.V. 30 tetes / menit
(250 cc)
Actabon + 1500 mg + 5%
Cair I.V. 40 tpm / menit
Dextrose (100 cc)
e. Penggunaan Obat Pada Terapi Rawat Jalan
Nama Obat Bentuk Sediaan Rute Pemberian Dosis
Fentanyl Cair I.V. 0,1 mg / ml
Clopedin Cair I.V. 50 mg / ml
Tramus Cair I.V. 50 mg
Ceftriaxone PH Cair I.V. 1 gram
Asam Mefenamat Tablet dan Capsul Oral 500 mg
Cefadroxil Capsul Oral 500 mg
Eflagen Tablet Oral 25 mg
Rativol Cair I.V. 30 mg
Invomit Cair I.V. 4 dan 8 mg
Pronalges E Tablet Oral 50 mg
Stabixin Cair I.V. 1 gram
Pumpitor Cair I.V. 40 mg
Trovensis Cair dan Tablet I.V. 4 dan 8 mg
Atropin Sulfat Cair I.V. 0,25 mg / ETC
Granon Cair I.V. 1 mg / ml
Inpepsa Sirup Cair Oral 500 mg
Endoxan Cair I.V. 200 mg
Doxorubicin Cair I.V. 10 dan 50 mg
Curacyl Cair I.V. 500 mg
Invomit Tablet dan Cair Oral 4 dan 8 mg
Ondansentron Cair dan Tablet I.V. 4 dan 8 mg
Perhydrol BTC Cair Oral 3%
Fresofol Cair I.V. 1% MCT / LCT
Ketorolac Cair I.V. 30 mg
Ciprofloxacin Tablet Oral 500 mg
Ketoprofen Tablet Oral 50 mg
Lidocain Cair I.V. 0,75 mg / ml
Rativol Cair I.V. 30 mg
Tramadol Cair I.V. 100 mg
Xeloda Tablet Oral 500 mg
Granisetron Cair I.V. 1 mg / ml
Fendex Cair I.V. 25 mg / ml
Leukokine Cair I.V. 300 mg / 1,2 ml
Cyclovid Cair I.V. 1 gram, 500 dan 200 mg
Epirubicin Cair I.V. 10 dan 50 mg
Fluorouracil Cair I.V. 500 mg
Endoxan Cair I.V. 200 mg
Tramadol Capsul dan Cair Oral dan I.V. 50 dan 100 mg
Ceftriaxone Cair I.V. 1 gram
Ketorolac Cair I.V. 30 mg
Sucralfate Cair Oral 500 mg
Antacida Tablet Oral 500 mg
Ranitidine Cair I.V. 2 cc
Leucogen Cair I.V. 0,3 mg / 0,5 ml
Inviclot Cair I.V. 5000 UI (5 cc)
Kalium Diklofenac Tablet Oral 25 mg
Marcain Cair I.V. 0,5% (20 cc)
Omeprazole Capsul dan Cair Oral dan I.V. 20 dan 40 mg
Dextrose Cair I.V. 5% (500 cc)
Methyl Prednisolon Tablet Oral 4 mg
Neostigmin Cair I.V. 0,5 mg / ml
Sedacum Cair I.V. 5 mg
Paracetamol Tablet Oral 500 mg
Tamofen Tablet Oral 10 mg
CTM Tablet Oral 4 mg
Lansoprazole Capsul Oral 30 mg
Domperidone Tablet Oral 10 mg
Ambroxol Tablet Oral 30 mg
Betahistine Tablet Oral 6 mg
Citicoline Cair I.V. 250 mg

3. Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Kanker Payudara


Permasalahan terkait obat (Drug Related Problems atau DRPs) adalah suatu kejadian yang
melibatkan terapi obat yang mengganggu atau potensial mengganggu pencapaian hasil terapi yang
diinginkan (PCNE, 2010). Langkah-langkah untuk mengatasi dan mengantisipasi DRP meliputi :
1. Menentukan klasifikasi permasalahan terapi obat yang terjadi
2. Menentukan penyebab terjadinya DRP
3. Menentukan tindakan intervensi yang paling tepat terhadap DRP
4. Melakukan penilaian (assessment) terhadap intervensi yang telah dilakukan untuk evaluasi
Dari data penelitian yang telah diperoleh di RS Islam Jakarta Cempaka Putih, maka peneliti hanya
akan mengelompokkan bermacam-macam obat yang digunakan untuk terapi kedalam 4 golongan DRP,
yaitu interaksi obat jika diberikan bersama dengan obat lain, efektivitas penggunaan obat dalam dosis
rendah dan tinggi pada pasien kanker payudara, serta bagaimana reaksi jika pasien kanker payudara
diberikan obat yang tidak sesuai dengan terapi obat yang umumnya diberikan.
Tabel 5. Klasifikasi Data Hasil Penelitian Berdasarkan DRP Versi PCNE V8.01
No. Domain Utama Jumlah Masalah Persentase
1. Interaksi obat kanker payudara dengan obat lainnya 15 18,95%
2. Obat dengan dosis yang terlalu rendah 3 21,76%
3. Obat dengan dosis yang terlalu tinggi 51 57,14%
4. Pemberian terapi obat yang tidak sesuai dengan
2 2,15%
protokol kemoterapi

Gambar 4. Diagram Klasifikasi Data Hasil Penelitian Berdasarkan DRP Versi PCNE V8.01

Dari gambar 4 dapat dilihat secara garis besar penyebab masalah terkait dengan obat yang
memiliki persentase tertinggi disebabkan oleh efektivitas obat kanker payudara dalam dosis rendah
dengan persentase sebesar 74,5%. Kombinasi obat-obat protokol kemoterapi pasien kanker payudara
dengan obat lainnya justru memiliki persentase terkecil, yakni sebesar 11,5%. Namun permasalahan
lain yang juga dialami oleh pasien kanker payudara adalah mereka yang tidak mendapatkan protokol
kemoterapi yang sesuai atau yang digunakan pada umumnya karena ada penambahan beberapa obat
lagi yang disisipkan dalam protokol kemoterapi tersebut guna menghindari reaksi obat yang tidak
diinginkan (ROTD).

4. Masalah Efektivitas Terapi


a. Interaksi obat kanker payudara dengan obat lainnya
Interaksi obat adalah interaksi antara obat dengan obat yang digunakan oleh pasien dan
diperoleh dari peresepan dokter selama menjalani terapi paliatif, namun tidak termasuk obat
tradisional. Dari data yang diperoleh, didapatkan beberapa interaksi obat diantaranya :
1) Cyclophosphamide dengan Doxorubicin
Doksorubisin meningkatkan toksisitas siklofosfamid oleh mekanisme interaksi yang tidak
ditentukan. Dapat terjadi peningkatan risiko sistitis hemoragik.
2) 5 Fluoro-uracil dengan Diclofenac
Fluorouracil akan meningkatkan tingkat atau efek diklofenak dengan mempengaruhi
metabolisme enzim hati. Jangan melebihi dosis diklofenak 50 mg BID.

3) Ondansetron dengan Dexamethasone


Deksametason akan menurunkan tingkat atau efek ondansetron dengan mempengaruhi enzim
CYP3A4 di hati atau enzim pencernaan. Tidak ada penyesuaian dosis untuk ondansetron yang
direkomendasikan untuk pasien dengan obat ini.

4) Fentanyl dengan Atropine


Meningkatkan toksisitas yang lain dengan sinergimodinamika farmakodinamik. Pemberian
bersama fentanyl dengan antikolinergik dapat meningkatkan risiko retensi urin dan / atau
konstipasi parah, yang dapat menyebabkan ileus paralitik.

5) Lidocaine dengan Phenytoin


Fenitoin menurunkan kadar lidokain dengan mempengaruhi enzim hati CYP3A4 atau enzim
pencernaan. Hindari atau gunakan obat alternatif.

b. Obat dengan dosis yang terlalu rendah


Obat dikatakan memenuhi kategori dosis yang rendah apabila dosis obat atau frekuensi
pemberiannya yang kurang dari dosis lazim atau dosis yang ada pada buku standar yang
digunakan.

Tabel 6. Daftar Dosis Kurang Pada Penggunaan Obat Pada Pasien Kanker Payudara di RS Islam
Jakarta Cempaka Putih Periode Januari – Desember 2017
No. Nama Obat % (n=7) Dosis yang diberikan Medscape
1. Doxorubicin 3% 70 mg / ml 60 – 75 mg / m2
2. Lidocain 7,5% 7,5 mg / ml 10 mg / ml
3. Taxoter 9% 120 mg / 8 ml 160 mg / 8 ml
4. Ventolin 2,26% 2,5 mg 5 mg
Jumlah 21,76% - -

Karena dosis obat yang terlalu rendah pada obat yang digunakan di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih seperti pada tabel 6, maka efek terapinya tidak tercapai sehingga tingkat
kesembuhan atau prognosis pada pasien kanker payudara yang diharapkan menjadi tidak
tercapai.
c. Obat dengan dosis yang terlalu tinggi
Obat dikatakan memenuhi dosis yang tinggi atau berlebih jika besaran obat atau frekuensi
pemberiannya melebihi dosis lazim atau dosis pada buku standar.

Tabel 7. Daftar Dosis Lebih Pada Penggunaan Obat Pada Pasien Kanker Payudara di RS Islam
Jakarta Cempaka Putih Periode Januari – Desember 2017
No. Nama Obat % (n=7) Dosis yang diberikan Medscape
1. Ondansentron 21,50% 8 mg / ml selama 15 menit 2 mg / kg selama 15 menit
2. Epirubicin 2,32% 120 mg selama 3 jam 100 mg / m2

10 mg 2 mg / ml
50 mg 2 mg / ml
3. Cyclophosphamide 2,32% 750 mg selama 1 jam 40 – 50 mg / kg selama 2 –
5 hari atau 60 – 120 mg / m2
/ hari
4. Omeprazole 3% 20 mg 2 mg / ml
5. Mesna 1% 400 mg 100 mg / ml
6. Dexamethasone 9,50% 10 mg / ml 0,75 mg – 9 mg / hari
7. Fentanyl 17,50% 0,10 mg / ml 0,05 mg / ml
Jumlah 57,14% - -

Pada pasien kanker yang terapi dengan kemoterapi tidak akan mendapatkan manfaat dari
dosis lebih kemoterapi (Antman, 2000) atau justru akan membahayakan pasien itu sendiri.
Karena dosis obat yang terlalu tinggi pada obat yang digunakan di Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih seperti pada tabel 7, maka kemungkinan terjadi peningkatan pada efek samping
obat menjadi lebih besar lagi.

d. Pemberian terapi obat yang tidak sesuai dengan protokol kemoterapi


Obat salah pada penelitian ini merupakan obat yang dikontraindikasikan dengan kondisi
pasien kanker payudara. Pemberian obat pada pasien kanker payudara di RS Islam Jakarta
Cempaka Putih tahun 2017 ditemukan hanya sedikit DRPs potensial dengan kategori obat salah,
yakni sebesar 2,15%

Tabel 8. Daftar Terapi Obat Yang Tidak Sesuai Dengan Protokol Kemoterapi
No. Protokol Kemoterapi yang Sesuai Protokol Kemoterapi yang Tidak Sesuai
1. CMF :
Cyclophosphamide 100 mg / m2 Cyclophosphamide 100 mg / m2
Methotrexate 50 mg / m2 Brexel 120 mg / m2
5 Fluoro-uracil 500 mg / m2 Doxorubicin 70 mg / m2
2. CAF :
Cyclophosphamide 500 mg / m2 Endoxan 800 mg / m2
Doxorubicin 50 mg / m2 Doxorubicin 50 mg / m2
5 Fluoro-uracil 500 mg / m2 Curacyl 750 mg / m2
3. CEF :
Cyclophosphamide 500 mg / m2 Cyclophosphamide 500 mg / m2
Epirubicin 70 mg / m2 Epirubicin 70 mg / m2
5 Fluoro-uracil 500 mg / m2 Ceteve 120 mg / m2

Dapat dilihat pada nomor pertama, protokol kemoterapi yang seharusnya digunakan adalah
Cyclophosphamide, Methotrexate, dan 5 Fluoro-uracil, sedangkan protokol kemoterapi yang
digunakan pada Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih yakni Cyclophosphamide, Brexel,
dan Doxorubicin. Jadi DRPs yang diperoleh dari contoh pertama sebesar 5 pasien. Dan pada
nomor kedua protokol kemoterapi yang seharusnya digunakan yakni Cyclophosphamide,
Doxorubicin, dan 5 Fluoro-uracil, sedangkan protokol kemoterapi yang dipakai di Rumah Sakit
Islam Jakarta Cempaka Putih yakni Endoxan, Doxorubicin, dan Curacyl. Jadi DRPs yang
diperoleh dari contoh kedua sebesar 5 pasien. Pada nomor yang ketiga protokol kemoterapi yang
seharusnya digunakan yakni Cyclophosphamide, Epirubicin, dan 5 Fluoro-uracil, sedangkan
protokol kemoterapi yang dipakai di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih yakni
Cyclophosphamide, Epirubicin, dan Ceteve. Jadi DRPs yang diperoleh dari contoh sebesar 2
pasien.

Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58 subjek penelitian terdiri atas 98,27% perempuan dan
1,72% laki-laki dengan rentang usia 41 – 45 tahun sebanyak 39,65%. Sebanyak 68,96% subjek
menderita kanker payudara stadium II dan menjalani masa rawat selama maksimal 1 bulan. Penggunaan
kombinasi 3 obat dalam protokol kemoterapi sangat efektif untuk pasien tersebut, dan bila timbul
ROTD biasanya hanya diberikan obat tambahan untuk mengurangi reaksi tersebut.
Hasil identifikasi terhadap subjek penelitian di RS Islam Jakarta Cempaka Putih menunjukkan
bahwa :
1. Semua subjek penelitian teridentifikasi mengalami DRPs. Didapatkan 74 penyebab kejadian DRPs
(tabel 5) dengan sub domain DRPs sebanyak 4 kejadian (tabel 5)
2. DRPs yang terjadi mengenai reaksi obat yang tidak diinginkan adalah sebesar 18,95% (tabel 5)
3. Sub domain penyebab DRPs sebesar 81,05% disebabkan karena pemilihan obat dengan kategori
obat salah, dosis tinggi, dan dosis rendah
2. Saran
1. Penelitian sebaiknya dilakukan pemantauan secara langsung untuk mengidentifikasi adanya DRP
dengan melihat manifestasi klinis terhadap pasien
2. Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar dapat meneliti DRP dengan kasus lain sehingga
memperoleh wawasan baru
3. Melengkapi data rekam medik pasien di RS Islam Jakarta Cempaka Putih sehingga memudahkan
peneliti untuk memperoleh data yang lebih sahih lagi dan menghindari adanya bias dalam
penelitian selanjutnya

Daftar Pustaka
Aminullah, Yusuf., Wiranto., Susilaningsih, Neni. 2012. Pengaruh Kombinasi Vitamin C dan E Dosis
Tinggi Terhadap Sistem Hemopoietik Penderita Kanker Kepala dan Leher yang Mendapat
Kemoterapi Cisplatin. Semarang : Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Chandra, Yenny. 2009. Gambaran Pengetahuan Wanita Tentang SADARI Senagai Deteksi Dini Kanker
Payudara Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009. Sumatera Utara : Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Dewi, Gusti Ayu Tiara dan Hendrati, Lucia Yovita. 2015. Analisis Risiko Kanker Payudara Berdasar
Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dan Usia Menarche. Surabaya : Departemen
Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga.
Fadilah, Ira Nurul. 2012. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) Kategori Obat Salah, Dosis Rendah,
Dosis Tinggi dan Interaksi Obat Pada Pasien Kanker Payudara Di Instalasi Rawat Inap RSUD “X”
Tahun 2010. Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Foppe, J. W., Zuidlaren. 2017. Classification for Drug Related Problem V8.01. Europe : Pharmaceutical
Care Network Europe Foundation.
Gingras, Isabelle., Rossari, José Roberto, Azambuja, Evandro de., Piccart-Gebhart, Martine. 2012.
Medical Treatment In Breast Cancer. USA : American Cancer Society.
Haryati, Nur. 2016. Klasifikasi Drug Related Problems. Jakarta
Kanita, Ina. 2012. Gambaran Pengetahuan Tentang Kanker Payudara dan Pola Konsumsi Isoflavon
Dari Produk Olahan Keledai Pada Siswi Di SMA Negeri 2 Tanggerang Tahun 2011. Tangerang :
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kusuma, Ema Nillafita Putri., Andrajati, Retnosari., Andalusia, Rizka. 2014. Analisis Drug Related
Problems pada Pasien Kanker Padat Stadium Lanjut yang Menjalani Terapi Paliatif di Rumah
Sakit Kanker Dharmais. Jakarta : Program Studi Magister Ilmu Kefarmasian, Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
Medscape. Diakses pada tanggal 18 Maret 2018.
Megantari, Irene. 2007. Evaluasi Pemilihan Dan Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Kanker
Payudara Pasca Kemoterapi Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta : Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
Olivier, Bugnon., Bente, Frøkjaer., Hanne., Henriksen, Herborg., dkk. 2004. Pharmaceutical Care
Network Europe. Europe : European Pharmaceutical Care Researchers.
Panigoro, Sonar., Hernowo, Bethy S., Purwanto, Heru., dkk. 2015. Panduan Penatalaksanaan Kanker
Payudara. Indonesia : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Rayter, Zenon., Mansi, Janine. 2003. Medical Therahy of Breast Cancer. United Kingdom : Cambridge
University Press.
Roses, Daniel F. 2005. Breast Cancer Second Edition. Philadelphia : Elsevier Inc.
Siahaan, Irwan Harpen., Tobing, Tina Christina., Rosdiana, Nelly., Lubis, Bidasari. 2007. Dampak
Kardiotoksik Obat Kemoterapi Golongan Antrasiklin. Medan : Bagian Ilmu Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah FK-UI., Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU atau RS H. Adam Malik.
Utami, Vicki Lusbiyanti, dkk. 2014. Characteristic of Carcinoma Mammae At RSUD Abdul Moeloek
Bandar Lampung 2010 – 2012. Lampung : Faculty of Medicine, Universitas Lampung.
Wijaya, Cindy Aprillianie., Muchtaridi, Muchtaridi. Pengobatan Kanker Melalui Metode Gen Terapi
Volume 15 Nomor 1. Sumedang : Fakultas Farmasi, Universitas Padjajaran.
Zuidlaren. 2005. PCNE Classification for Drug Related Problem V5.01. Europe : Pharmaceutical Care
Network Europe Foundation.

Anda mungkin juga menyukai