Anda di halaman 1dari 36

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

SMK
JL. XXX
TELP. 031-XXXXXX FAX. 031- XXXXXX Kode Pos: XXXXX
EMAIL : XXXXXXXX Website: XXXXXXXXXXXXX

Nama Sekolah : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Mata Pelajaran : Administrasi Pajak

Kelas/Semester : XII / II

Materi Pokok : 3.18 Menerapkan pengisian Surat Setoran Pajak (SSP) Masa
PPN dan PPnBM

4.18 Melakukan pengisian Surat Setoran Pajak (SSP) Masa


PPN dan PPnBM

Alokasi Waktu : 9 JP (3 JP x 3 pertemuan)

A. Kompetensi Inti
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang
pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai
dengan bidang dan lingkup kerja Akuntansi dan Keuangan Lembaga pada
tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks
pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja,
warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.

KI 4 : Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan


prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai
dengan bidang Akuntansi dan Keuangan Lembaga. Menampilkan kinerja di
bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan
standar kompetensi kerja.

Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif,


kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan
langsung
Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan,
gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan
tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.18Menerapkan pengisian Surat 3.18.1Menjelaskan Fungsi SSP untuk PPN dan


Setoran Pajak (SSP) Masa PPnBM
PPN dan PPnBM
3.18.2Mengidentifikasi SSP untuk PPN dan
PPnBM

3.18.3Menjelaskan tata cara pengisian SSP untuk


PPN dan PPnBM

4.18Melakukan pengisian Surat 4.8.1 Mengkomunikasikan fungsi SSP untuk


Setoran Pajak (SSP) Masa PPN dan PPnBM
PPN dan PPnBM
4.8.2 Mengkomunikasikan tata cara pengisian
SSP untuk PPN dan PPnBM

4.8.3 Melakukan pengisian SSP untuk PPN dan


PPnBM

C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui proses pemberian stimulus, diskusi,
tanya jawab, presentasi, penugasan, dan analisis adalah peserta didik dapat menganalisis data
terkait Surat Setoran Pajak (SSP) Masa PPN dan PPnBM yang mencakup fungsi dari SSP
untuk PPN dan PPnBM, Pengertian SSP untuk PPN dan PPnBm, Serta tata cara pengisian
SSP untuk PPN dan PPnBM.

Ketrampilan yang diharapkan adalah peserta didik mengklasifikasikan apa saja fungsi
dari SSP untuk PPN dan PPnBm,dan tata cara pengisian SSP untuk PPN dan PPnBM. Poin
terakhir adalah peserta didik mampu melakukan pengisian SSP untuk PPN dan PPnBM.

D. Materi Pembelajaran
1. Faktual
Permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan prosedur pengisian Surat
Setoran Pajak (SSP) masa PPN dan PPnBM yang sesuai dengan ketentuan
direktorat jendral pajak.

2. Konseptual
Surat Setoran Pajak (SSP) merupakan surat yang oleh wajib pajak digunakan
untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara
atau tempat pembayaran lain yang diterapkan oleh menteri keuangan.
Fungsi Surat Setoran Pajak(SSP)
Surat Setoran Pajak (SSP) berfungsi sebagai sarana untuk membayar pajak
dan sebagai bukti atau laporan pembayaran pajak.

Jenis-jenis SSP
Terdapat dua jenis Surat Setoran Pajak yaitu SSP Standar dan SSP Khusus.

Tata cara pengisian SSP


Tata cara pengisian Surat Setoran Pajak (SSP) sesuai dengan peraturan direktorat
jenderal pajak.

3. Prosedural
Melakukan kegiatan yang dimulai dengan menganalisis Surat Setoran Pajak (SSP)
untuk PPN dan PPnBM kemudian akan dilanjutkan dengan melakukan pengisian
Surat Setoran Pajak (SSP) yang sesuai dengan ketentuan direktorat jenderal pajak.

E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintific Approach
2. Metode : Diskusi, Tanya Jawab, Penugasan, Presentasi, kerja kelompok

F. Media Pembelajaran
1. LCD
2. Laptop
3. Powerpoint / Video Pembelajaran

G. Sumber Belajar
1. Abdul H., Icuk R.B., Amin D.2014. Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat
2. Resmi Siti, 2005, Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta : Salemba Empat
3. Internet

H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan I: 3JP x 45 menit = 135 menit
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Waktu

Pendahuluan  Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dan 20 menit


memersilahkan untuk berdoa;
 Guru melakukan presensi kemudian menanyakan kesiapan
dan kenyamaan belajar belajar
 Guru memersilahkan peserta didik untuk membaca buku
bacaan yang telah dibawa maupun yang telah dipinjam dari
perpustakaan atau sudut baca kelas (kegiatan literasi)
 Guru memersilahkan peserta didik untuk mengecek
kebersihan kelas dahulu sebelum pelajaran dimulai.
 Memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual
mengenai bebrapa metode penyusutan persediaan yang
telah dipelajari
 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan materi
sebelumnya
 Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akan dicapai; dan
 Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus
Inti Mengamati 100 menit

 Mempelajari Buku Teks, modul maupun sumber lain


tentang fungsi dan bentuk Surat Setoran Pajak (SSP) untuk
PPN dan PPnBM.

Menanya

 Merumuskan pertanyaan untuk mengidentifikasi fungsi dan


bentuk Surat Setoran Pajak (SSP) untuk PPN dan PPnBM

Mencari Informasi

 Peserta didik mengumpulkan data dan informasi tentang


fungsi dan bentuk Surat Setoran Pajak (SSP) untuk PPN
dan PPnBM yang diperoleh dari buku/modul dan internet.

Menalar

 Peserta didik membentuk kelompok 3-4 orang, Peserta


didik mendiskusikan soal diskusi mengenai fungsi dan
bentuk Surat Setoran Pajak (SSP) untuk PPN dan PPnBM
Mengomunikasikan

 Peserta didik menyampaikan hasil diskusi tentang materi


fungsi dan bentuk Surat Setoran Pajak (SSP) untuk PPN
dan PPnBM yang telah dipelajari dari buku/modul atau
internet dan mempresentasikannya dalam bentuk tulisan
dan lisan.
Penutup  Peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari 15 menit
hari ini.
 Guru memberikan pertanyaan untuk mengecek pemahaman
peserta didik.
 Guru mengingatkan peserta didik untuk mempelajari materi
hari ini dirumah.
 Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari minggu
depan.
 Guru mengevaluasi pembelajaran hari ini dan menutup
dengan doa.

Pertemuan II: 3JP x 45 menit = 135 menit


Alokasi
Kegiatan Deskripsi Waktu

Pendahuluan  Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dan 20 menit


memersilahkan untuk berdoa;
 Guru melakukan presensi kemudian menanyakan kesiapan
dan kenyamaan belajar belajar
 Guru memersilahkan peserta didik untuk membaca buku
bacaan yang telah dibawa maupun yang telah dipinjam dari
perpustakaan atau sudut baca kelas (kegiatan literasi)
 Guru memersilahkan peserta didik untuk mengecek
kebersihan kelas dahulu sebelum pelajaran dimulai.
 Memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual
mengenai bebrapa metode penyusutan persediaan yang
telah dipelajari
 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan materi
sebelumnya
 Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akan dicapai; dan
 Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus
Inti Mengamati 100 menit

 Mempelajari Buku Teks, modul maupun sumber lain


tentang pembayaran pajak dan kelebihan pajak untuk PPN
dan PPnBM.

Menanya

 Merumuskan pertanyaan untuk mengidentifikasi pembayaran


pajak dan kelebihan pajak untuk PPN dan PPnBM.

Mencari Informasi

 Peserta didik mengumpulkan data dan informasi tentang


pembayaran pajak dan kelebihan pajak untuk PPN dan
PPnBM yang diperoleh dari buku/modul dan internet.
Menalar

 Peserta didik membentuk kelompok 3-4 orang, Peserta


didik mendiskusikan soal diskusi mengenai pembayaran
pajak dan kelebihan pajak untuk PPN dan PPnBM.

Mengomunikasikan

 Peserta didik menyampaikan hasil diskusi tentang materi


pembayaran pajak dan kelebihan pajak untuk PPN dan
PPnBM yang telah dipelajari dari buku/modul atau internet
dan mempresentasikannya dalam bentuk tulisan dan lisan.
Penutup  Peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari 15 menit
hari ini.
 Guru memberikan pertanyaan untuk mengecek pemahaman
peserta didik.
 Guru mengingatkan peserta didik untuk mempelajari materi
hari ini dirumah.
 Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari minggu
depan.
 Guru mengevaluasi pembelajaran hari ini dan menutup
dengan doa.

Pertemuan III: 3JP x 45 menit = 135 menit


Alokasi
Kegiatan Deskripsi Waktu

Pendahuluan  Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dan 20 menit


memersilahkan untuk berdoa;
 Guru melakukan presensi kemudian menanyakan kesiapan
dan kenyamaan belajar belajar
 Guru memersilahkan peserta didik untuk membaca buku
bacaan yang telah dibawa maupun yang telah dipinjam dari
perpustakaan atau sudut baca kelas (kegiatan literasi)
 Guru memersilahkan peserta didik untuk mengecek
kebersihan kelas dahulu sebelum pelajaran dimulai.
 Memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual
mengenai bebrapa metode penyusutan persediaan yang
telah dipelajari
 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan materi
sebelumnya
 Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang akan dicapai; dan
 Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus
Inti Mengamati 100 menit

 Peserta didik mengamati video yang ditampilan oleh guru


tentang tata cara pengisian Surat Setoran Pajak (SSP) untuk
PPN dan PPnBM.

Menanya

 Merumuskan pertanyaan dari video yang telah ditampilkan


untuk mengidentifikasi tata cara pengisian Surat Setoran
Pajak (SSP) untuk PPN dan PPnBM

Mencoba

 Peserta didik mencoba mengisi Surat Setoran Pajak (SSP)


untuk PPN dan PPnBM secara tertulis

Menalar

 Peserta didik menganalisis dan menyimpulkan informasi


yang didapat mengenai tata cara pengisian Surat Setoran
Pajak (SSP) untuk PPN dan PPnBM
Mengomunikasikan

 Peserta didik menyampaikan laporan tentang materi tata


cara pengisian Surat Setoran Pajak (SSP) untuk PPN dan
PPnBM dari buku/modul atau internet dan
mempresentasikannya dalam bentuk tulisan dan lisan.
Penutup  Peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari 15 menit
hari ini.
 Guru memberikan pertanyaan untuk mengecek pemahaman
peserta didik.
 Guru mengingatkan peserta didik untuk mempelajari materi
hari ini dirumah.
 Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari minggu
depan.
 Guru mengevaluasi pembelajaran hari ini dan menutup
dengan doa.
I. Penilaian Proses dan Hasil belajar
1. Penilaian Pembelajaran
a. Penilaian diskusi
b. Penilaian pengetahuan
Teknik tes : Tes tertulis dan penugasan

Bentuk : Essay/Uraian

Instrumen : Terlampir

Rubrik penilaian : Terlampir

c. Penilaian ketrampilan
Teknik tes : Penilaian kinerja
Bentuk : Mengerjakan soal post test tentang PPh badan terutang
Instrumen : Terlampir
Rubrik penilaian : Terlampir
2. Pembelajaran remidial dan pengayaan
a. Remidial
Dapat diberikan pendampingan personal/bimbingan individu bagi peserta didik
yang dirasa belum mampu untuk memahami materi ini.
b. Pengayaan
Peserta didik membuat makalah tentang pengisian Surat Setoran Pajak (SSP)
untuk PPN dan PPnBM

Surabaya, 2018

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

NAMA LENGKAP NAMA LENGKAP.

NIP NIP
Lampiran 1: Bahan Ajar

Pertemuan 1

SURAT SETORAN PAJAK

Pengertian dan Fungsi SSP

Dalam transaksi pembayaran yang umum terjadi, setiap melakukan


pembayaran dengan uang selalu ada tanda bukti penerimaannya. Misalnya kuitansi
pembayaran, atau struk pembayaran, atau nota pembayaran, dan lainnya. Namun,
untuk pembayaran pajak tidak menggunakan berbagai sarana yang telah disebutkan di
atas. Melainkan ada sarana administrasi khusus yang disebut sebagai Surat Setoran
Pajak atau SSP. Penggunaan sarana ini terkait dengan sistem pembayaran kepada
negara, utamanya akan masuk ke kas negara, yakni dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).

Adapun pengertian Surat Setoran Pajak (SSP) merupakan surat yang oleh
wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang
terutang ke kas negara atau tempat pembayaran lain yang diterapkan oleh menteri
keuangan. Pengertian lain juga menyebutkan bahwa SSP adalah surat yang
digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak
yang terutang ke kas negara melalui Kantor Penerima Pembayaran.Pemusatan).

Mengingat bahwa SSP sangat penting dalam pembayaran atau penyetoran


pajak, maka Surat Setoran Pajak berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak bila telah
disahkan oleh Pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang, atau bila telah
mendapatkan validasi dari pihak lain yang berwenang.

SSP Standar dapat digunakan untuk pembayaran semua jenis pajak yang
dibayar melalui Kantor Penerima Pembayaran yang belum terhubung secara on-lin e
tapi masih berhak menerima pembayaran pajak, dan untuk penyetoran/pemungutan
PPh Pasal 22 Bendaharawan dan atau PPN Bendaharawan.

Jenis-Jenis SSP

Terdapat dua jenis SSP yaitu SSP Standar dan SSP Khusus.
a. SSP Standar adalah yang oleh wajib pajak digunakan atau berfungsi untuk :
 Melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kantor
penerimaan pembayaran,
 Sebagai bukti pembayaran dengan bentuk, ukuran dan isi sebagaimana
diterapkan dalam keputusan menteri keuangan.
SSP standar digunakan untuk pembayaran semua jenis pajak, baik yang bersifat final
maupun tidak final, kecuali setoran Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan.
SSP standar dibuat rangkap 5 (lima) yang diperuntukkan sebagai berikut:
 Lembar ke-1 : untuk arsip wajib pajak
 Lembar ke-2 : untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP), melalui Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN)
 Lembar ke-3 : untuk dilaporkan wajib pajak ke KPP
 Lembar ke-4 : untuk arsip kantor penerima pembayaran
 Lembar ke-5 : untuk arsip wajib pungut atau pihak lain sesuai dengan
ketentuan perundangan perpajakan yang berlaku.

b. SSP khusus adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak terutang ke kantor
penerima pembayaran yang dicetak oleh kantor penerima pembayaran dengan
menggunakan mesin transaksi dan atau alat lain yang isinya sesuai dengan yang
diterapkan dalam keputusan Direktur Jenderal Pajak. SSP Khusus mempunyai
fungsi sama dengan SSP standar dalam administrasi perpajakan.
SSP khusus paling sedikit harus memuat keterangan sebagai berikut:
a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
b. Nama wajib pajak
c. Identitas kantor penerima pembayaran
d. Mata anggaran Penerimaan (MAP) / Kode Jenis Pajak dan Kode Jenis
Setoran
e. Masa Pajak dan atau tahun pajak
f. Nomor ketetapan (untuk pembayaran: STP, SKPKB, atau SKPKBT),
g. Jumlah dan tanggal pembayaran
h. Nomor transaksi pembayaran pajak (NTPP) dan atau Nomor Transaksi
Bank (NTB)
SSP khusus hanya dapat digunakan pembayaran oleh wajib pajak yang telah
memiliki NPWP. SSP Khusus dicetak pada saat transaksi pembayaran atau
penyetoran pajak sebanyak 2 (dua) lembar, yang berfungsi sama dengan lembar
ke-1 dan lembar ke-3 SSP Standar;vterpisah sebanyak 1 (satu) lembar, yang
berfungsi sama dengan lembar ke-2 SSP Standar untuk diteruskan ke KPPN
sebagai lampiran Daftar Nominatif Penerimaan (DNP).

c. SSPCP (Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dalam Rangka Impor)
SSPCP adalah SSP yang digunakan importir atau wajib pajak dalam rangka
impor. SSPCP dibuat dalam rangkap delapan yang diperuntukannya sebagai
berikut:
a. Lembar ke 1a. Untuk KPBC melalui penyetor
b. Lembar ke 1b. Untuk penyetor
c. Lembar ke 2a. Untuk KPBC melalui KPPN
d. Lembar ke 2b dan ke 2c. Untuk KPP melalui ke KPPN
e. Lembar ke 3a dan ke 3b. Untuk KPP melalui penyetor
f. Lembar ke 4 untuk Bank Devisa persepsi, Bank Perserpsi atau PT POS
Indonesia
d. SSCP (Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN hasil tembakau
buatan dalam negeri)
SSCP adalah SSP yang digunakan oleh pengusaha untuk cukai atas barang
kena cukai dan PPN hasil tembakau buatan dalam negeri.
SSCP di buat dalam 6 rangkap:
a. Lembar ke 1a : Untuk KPBC melalui penyetor
b. Lembar ke 2a : Untuk KPBC melalui KPPN
c. Lembar ke 1b : Untuk penyetor
d. Lembar ke 2b : Untuk KPP melalui KPPN
e. Lembar ke 3 : Untuk KPP melalui Penyetor
f. Lembar ke 4 : Untuk bank persepsi
Pertemuan 2

PEMBAYARAN PAJAK

Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang di kas negara melalui
Kantor Pos (PT Pos Indonesia) bank-bank yang ditunjuk oleh Dirjen Anggaran, bank-bank
badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah atau tempat pembayaran lain yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

a. Pembayaran masa
Batas waktu pembayaran dan setoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau
Masa Pajak adalah tidak boleh melebihi 15 (lima belas) hari setelah saat
terutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir. Pembayaran untuk setiap jenis pajak
secara rinci ditetapkan sebagai berikut:

Jenis Pajak Batas Waktu Pembayaran atau Penyetoran


PPh Pasal 21 Disetor paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwin
berikutnya setelah masa pajak berakhir.
PPh Pasal 23 dan Disetor paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim
26 berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak
PPh pasal 25 Dibayar Paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan takwin
berikutnya setelah masa pajak berakhir
PPh pasal 22, PPN Dilunasi sendiri oleh wajib pajak bersamaan dengan saat
san PPnBm atas pembayarab Bea Masuk, dan apabila pembyaran Bea
Impor Masuk ditunda atau dibebaskan, maka PPh Pasal 22, PPN,
dan PPnBM atas Impor harus dilunasi pada saat
penyelesaian dokumen impor.
PPh Pasal 22, Disetor dalam jangka waktu sehari setelah pemungutan
PPnBM atas impor pajak dilakukan
pemungutannya
dilakukan oleh
Dirgen Bea dan
Cukai
PPh Pasal 22 yang Disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan
pemungutannya pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari
dilakukan oleh belanja negara atau belanja daerah, dengan menggunakan
Bendaharawan Surat Setoran Pajak yang telah diisi dan atas nama rekanan
Pemerintah serta ditanda tangani oleh bendaharawan pemerintah
PPh pasal 22 dari Dilunasi sendiri oleh wajib pajak sebelum Surat Perintah
penyerahan oleh Pengeluaran Barang (Deliver Order) ditebus
pertamina atas hasil
produksinya dan
dari penyerahan
bahan bakar
minyak dan gas
oleh badan usaha
lain
PPh Pasal 22 yang Disetor paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwin
Pemungutannya berikutnya
dilakukan oleh
badan tertentu
sebagai pemungut
pajak.
PPN dan PPnBM Disetor paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan takwim
yang terutang berikutnya setelah masa pajak berakhir
dalam satu masa
pajak.
PPN dan PPnBM Disetor paling lambat tanggal 7 (tujuh) bulan takwim
yang berikutnya setelah masa pajak berakhir
pemungutannya
dilakukan oleh
Bendaharawan
pemerintah atau
instansi pemerintah
PPn dan PPnBM Disetor paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan takwim
yang berikutnya setelah masa pajak berakhir
pemungutannya
dilakukan oleh
pemungut Pajak
Pertambahan Nilai
selain
Bendaharawan
Pemerintah atau
instansi
pemerintah.

b. Pembayaran Kekurangan Pajak


Pembayaran kekurangan pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan (PPh
Pasal 29) harus dibayar lunas selambat-lambatnya tanggal 25 bulan ketiga setelah
Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak berakhir, sebelum SPT itu disampaikan.
Misalnya SPT Tahunan PPh harus disampaikan. pada tanggal 31 Maret,
kekurangan pembayaran pajak yang terutang atau setoran akhir harus sudah
dilunasi paling lambat tanggal 25 Maret, sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan.
c. Pembayaran karena ketetapan pajak
Pembayaran karena ketetapan pajak (seperti Surat Tagihan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding) yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi daiam
jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan surat ketetapan.

Apabila pembayaran atau penyetoran pajak berupa pemhayaran masa (huruf a)


maupun pembayaran kekurangan pajak (huruf b) dilakukan setelah tanggal jatuh
tempo pembayaran atau penyetoran, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) sebulan yang dihitung dari jatuh tempo pembayaran
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan. Contoh:
1. Angsuran Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 Tahun 2002 sejumlah Rp
10.000.000,00 sebulan

2. Angsuran Masa Pajak Mei tahun 2002 dibayar tanggai l8 juni 2002 dan
dilaporkan tanggal 19 Juni 2002.

3. Tanggal 15 Juli 2002 diterbitkan Surat Tagihan pajak.

Sanksi bunga dalam Surat Tagihan Pajak dihitung l (satu) bulan sebesar:

l × 20% x Rp 10.000.000,00 = Rp 200.000,00

Atas permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat memberikan


persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang terutang
termasuk kekurangan pembayaran Pajak Penghasiian yang masih harus dibayar dalam
SPT Tahunan PPh, meskipun tanggal jatuh, tempo pembayaran telah ditentukan.
Kelonggaran tersebut diberikan dengan hati-hati untuk paling lama 12 (dua belas)
bulan dan terbatas kepada Wajib Pajak yang benar-benar sedang mengalami kesulitan
likuiditas.

Syarat pengajuan permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak


adalah sebagai berikut:

a. Diajukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib
Pajak terdaftar.

b. Diajukan sebelum jatuh tempo pembayaran utang pajak berakhir, kecuali


dalam hal Wajib Pajak mengalami keadaan di luar kekuasaannya.

c. Disertai alasan dan. jumlah pembayaran pajak yang dimohon diangsur atau
ditunda.

d. Dilampiri dengan bukti bukti yang menguatkan alasan permohonan.

e. Memberikan jaminan, seperti bank garansi, perhiasan, kendaraan bermotor,


sertifikat tanah, dan gadai dari barang bergerak lainnya, kecuali Kepala KPP
menganggap tidak perlu.

Kelebihan Pembayaran Pajak

Jika setelah diadakan penghitungan ternyata jumlah pajak yang sebenamya


terutang lebih besar daripada pajak yang telah dibayar dalam tahun berjalan (jumlah
kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang), atau. telah dilakukan
pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang, maka Wajib Pajak berhak untuk
meminta kembali kelebihan pembayaran pajak dengan catatan Wajib Pajak tersebut
tidak mempuyai utang pajak. Apabila Wajib Pajak masih mempunyai utang pajak
yang meliputi semua semua pajak baik di pusat maupun cabang-cabangnya, kelebihan
Pembayaran tersebut harus diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang pajak
tersebut dan bilamana masih terdapat sisa lebih, baru dapat dikembalikan kepada
Wajib Pajak. Tata cara mengenai kelebihan pembayaran pajak dapat dilihat secara
rinci pada pembahasan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

SURAT KETETAPAN PAJAK (SKP)

Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi: Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT), Surat Ketepapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), atau Surat: Ketetapan
Pajak Nihil (SKPN).

SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR (SKPKB)

Pengertian dan Fungsi SKPKB

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus
dibayar.

Fungsi SKPKB adalah:

a. Sebagai koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-nya;

b. Sebagai sarana untuk mengenakan sanksi;

c. Sebagai alat untuk menagih pajak.

Alasan Penerbitan SKPKB

Direktur jenderal Pajak dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sesudah saat
terutangnya, atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak
dapat menerbitkan SKPKB dalam hal:

a. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak


yang terutang kurang atau tidak dibayar.

b. SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan, setelah ditegor
secara tertulis tidak juga disampaikan dalam batas waktu sebagaimana
ditentukah dalam surat tegoran.

c. Berdasarkan hasil pemeriksaan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan


atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan, atau tidak
seharusnya dikenakan tarif 0% (nol persen).

d. Tidak dipenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan Pasal 29


KUP sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.
Sanksi Administrasi

Penerapan sanksi administrasi atas terbitnya SKPKB dibedakan menjadi:

a. Jika SKPKB dikeluarkan karena alas an maka sanksi administrasi berupa


jumlah kekurangan pajak terutang ditambah bunga sebesar 2% (dua persen)
sebulan (maksimum 24 bulan) dihitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya SKPKB.

b. Jika SKPKB dikeluarkan karena alasan b, c, d maka sanksi administrasi


berupa kenaikan sebesar:

 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak.

 100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang
dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan
yang dipotong/dipungut tetapi tidak atau kurang disetor.

 100% (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak


Penjualan atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.

Apabila Wajib Pajak setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun dipidana karena
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka SKPKB tetap
dapat diterbitkan ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar
48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar.

SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN (SKPKBT)

Pengertian dan Fungsi SKPKBT

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. Direktur Jenderal
Pajak berwenang menetapkan untuk menerbitkan SKPKBT dalam jangka waktu 10
(sepuluh) tahun sesudah saat terutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru dan atau data yang semula
belum terungkap yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
SKPKBT merupakan koreksi atas ketetapan pajak sebelumnya, oleh karena itu,
SKPKBT baru diterbitkan apabila telah pernah diterbitkan surat ketetapan pajak.
Alasan Penerbitan SKPKBT

SKPKBT dapat diterbitkan apabila:

a. Berdasarkan data baru dam. atau data yang semula belum terungkap;
menyebabkan penambahan pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak
sebelumnya.

b. Ditemukan lagi data yang semula belum terungkap pada saat penerbitan
SKPKB. .

Apabila setelah diterbitkan SKPKBT, masih ditemukan lagi data yang


semula Belum terungkap pada saat diterbitkannya SKPKBT, dan atau data
baru yang diketahui kemudian oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka SKPKBT
masih dapat diterbitkan lagi.

Apabila setelah diterbitkan ketetapan pajak ternyata fiskus masih


menemukan data baru dan atau data yang belum terungkap yang belum
diperhitungkan sebagai dasar penetapan pajak, maka atas pajak yang kurang
dibayar ditagih dengan SKPKBT ditambah sanksi administrasi berupa
kenaikan 100% (seratus persen) dari pajak yang kurang dibayar. Akan tetapi,
jika SKPKBT diterbitkan berdasarkan keterangan tertulis dari Wajib Pajak
atas kehendak sendiri dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum memulai
melakukan tindakan pemeriksaan maka tidak dikenakan kenaikan.

Apabila Wajib Pajak setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun dipidana


karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, SKPKBT tetap
dapat diterbitkan, ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48%
(empat puluh delapan gersen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar.

SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR (SKPLB)

Pengertian dan Fungsi SKPLB

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak
lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang. SKPLB berfungsi
sebagai sarana untuk mengembalikan kelebihan pembayaran pajak.

Alasan Panerbitan SKPLB

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, dapat menerbitkah SKPLB


apabila:

a. Jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang; atau
b. telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.

Prosedur Penerbitan SKPLB

prosedur penerbitan SKPLB dilakukan dengan cara sebagai berikuc:

a. Wajib Pajak mengajukan permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal


Pajak. Permohonan dapat disampaikan dengan mengisi kolom dalam SPT atau
dengan surat tersendiri.

b. Setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan


pembayaran pajak, Direktur Jenderal Pajak harus menerbitkan SKPLB paling
lambat 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima.

c. Apabila dalam jangka waktu tersebut (12 bulan sejak surat permohonan
diterima), Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu surat keputusan,
permohonan pengembalian kelebihan pajak dianggap dikabulkan dan SKPLB
harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan setelah jangka waktu
tersebut berakhir

d. Apabila SKPLB terlambat diterbitkan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan


setelah jangka waktu tersebut berakhir, maka Wajib Pajak diberikan imbalan
bunga . sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung sejak berakhimya jangka
waktu tersebut sampai dengan saat diterbitkan SKPLB.

PERHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN


PAJAK

Kelebihan pembayaran pajak dapat berupa:

a. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam SKPLB, yaitu SKPLB
yang diterbitkan karena berdasar hasil pemeriksaan, jumlah kredit pajak
maupun jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang atau telah melakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya
terutang (Pasal 17 KUP);

b. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam SKPLB, yaitu SKPLB
yang diterbitkan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
melalui permohonan selain dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu (Pasal
17B KUP)

c. Pajak yang lebih dibayar sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan


Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (pasal 17C KUP).

d. Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Keputusan Keberatan atau


Putusan Banding (Pasal 26 dan 27 KUP).
e. Pajak yang lebih dibayar karena diterbitkan Keputusan Pengurangan atau
Penghapusan Sanksi Administrasi (Pasal 36 ayat I KUP), sebagai akibat
diterbitkan Keputusan Keberatan atau Putusan yang menerima sebagian atau
seluruh permohonan Wajib Pajak.

Kelebihan pembayaran pajak tersebut harus diperhitungkan terlebih dahulu untuk


membayar utang pajak baik di pusat maupun cabang-cabangnya, termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam surat
ketetapan pajak atau surat sejenisnya.

Jika setelah diperhitungkan dengan utang pajak, ternyata masih terdapat


kelebihan pembayaran pajak maka atas kelebihan tersebut diperlakukan sebagai
berikut:

1. Atas persetujuan Wajib Pajak yang berhak, dapat diperhitungkan dengan


pajak yang akan terutang atau dengan utang pajak atas nama Wajib Pajak
lain (dikompensasikan).

2. Jika masih terdapat kelebihan pembayaran pajak yang masih tersisa,


dikembalikan kepada Wajib Pajak dalam jangka waktu satu bulan sejak:

 Permohonan Pengembalian kelebihan pembayaran diterima;

 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan;

 Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak


diterbitkan;

 Keputusan Keberatan diterbitkan atau Putusan Banding diterima;

 Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi


diterbitkan.

Pengembalian pembayaran pajak yang masih tersisa tersebut dilakukan dengan


menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak.

SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL (SKPN)

Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah pokok pajak sama dengan besarnya jumlah kredit pajak, atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak.

SKPN diterbitkan apabila berdasarkan Pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktur


Jenderal Pajak:

a. jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak
yang terutang; atau
b. pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran
Pajak.

Pertemuan 3

PETUNJUK PENGISIAN SSP

I. NPWP, Nama WP dan Alamat


a. NPWP diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang dimiliki
oleh Wajib Pajak
b. Nama WP diisi dengan nama Wajib Pajak
c. Alamat diisi dengan alamat yang tercantum dalam surat keterangan
terdaftar (SKT)

Catatan: Bagi Wajib Pajak yang belum memiliki NPWP

1. NPWP diisi:

a. Untuk. WP berbentuk Badan Usaha dii'si dengan 01.000.000.0-


XXX.000.

b. Untuk WP orang pribadi diisi dengan 04.000.000.0-XXX.000

2. XXX diisi dengan Nomor Kode KPP Domisili pembayaran pajak.


Nama dan Alamat diisi dengan lengkap sesuai dengan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau identitas lainnya yang sah.

II. NOP : diisi sesuai dengan Nomor Objek Pajak berdasarkan Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
III. ALAMAT OP : diisi sesuai dengan alamat tempat Objek Pajak berada
berdasarkan SPPT
Catatan: baris NOP dan Alamat OP diisi bila terdapat transaksi yang terkait
dengan tanah dan/atau bangunan yaitu transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan dan kegiatan membangun sendiri (KMS)

IV. Mata Anggaran Penerimaan (MAP)/Kode Jenis Pajak dan Kode Jenis Setoran.
 Kode Mata Anggaran Penerimaan (MAP)/Kode jenis Pajak diisi dengan
angka MAP/Kode jenis Pajak untuk setiap jenis pajak yang akan dibayar
atau disetor.
 Kode Jenis Setoran (KJS) diisi dengan angka dalam kolom “Kode Jenis
Setoran” untuk setiap jenis pajak yang dibayar atau disetor.
Catatan:
 MAP/kode jenis pajak dan kode jenis setoran dapat dilihat dalam catatan
yang ada
 Kedua kode tersebut harus diisi dengan benar dan lengkap agar kewajiban
perpajakan yang telah dibayar dapat diadministrasikan dengan tepat.

V. Uraian Pembayaran (untuk SSP Standar)


Diisi sesuai dengan uraian yang berkenaan dengan Kode MAP dan Kode
Jenis:
a. Khusus PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Transaksi Pengalihan Hak atas
Tanah dan Bangunan, dilengkapi dengan nama pembeli dan lokasi
objek pajak.
b. Khusus PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas persewaan tanah dan bangunan
yang disetor oleh yang menyewakan, dilengkapi dengan nama dan
lokasi objek sewa.
VI. Masa Pajak .
Diisi dengan memberi tanda silang pada salah satu kolom bulan untuk masa
pajak yang dibayar atau disetor. Pembayaran atau setoran untuk lebih dari
satu masa pajak dilakukan dengan menggunakan satu SSP untuk setiap masa
pajak.

VII. Tahun Pajak


Diisi dengan tahun terutangnya pajak.

VIII. Nomor Ketetapan


Diisi nomor ketetapan yang tercantum pada surat ketetapan pajak (STP,
SKPKB, dan SKPKBT) hanya apabila SSP digunakan untuk membayar atau
menyetor pajak yang kurang dibayar/disetor berdasarkan surat ketetapan
pajak.

IX. Jumlah Pembayaran


Diisi dengan angka jumlah pajak yang dibayar atau disetor dalam rupiah
penuh. Pembayaran pajak dengan menggunakan mata uang Dolar Amerika
Serikat (bagi WP yang diwajibkan melakukan pembayaran pajak dalam mata
uang Dolar Amerika Serikat), diisi secara lengkap sampai dengan sen.

X. Terbilang (untuk SSP Standard)


Diisi jumlah pajak yang dibayar atau disetor dengan huruf latin dan
menggunakan bahasa Indonesia.

XI. Diterima oleh Kantor Penerima Pembayaran (untuk SSP Standar)


Diisi tanggal penerimaan pembayaran atau setpran oleh Kantor Penerima
Pembayaran (Bank Persepsi/Devisa Peréepsi atau PT Pos dan Giro), tanda
tangan, dan nama jelas petugas menerima pembayaran atau setoran, serta
cap/stempel Kantor Penerima Pembayaran.

XII. Wajib Pajak/Penyetor (untuk SSP Standar)


Diisi tempat dan tanggal pembayaran atau penyetoran, tanda tangan, dan
nama jelas Wajib Pajak/Penyetor serta stempel usaha.

XIII. Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayaran (Untuk SSP Standar)


Diisi Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) dan atau Nomor Transaksi
Bank (NTB) hanya oieh Kantor Penerima Pembayaran yang telah
mengadakan kerja sama Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3)
dengan Direktorat Jenderal Pajak.
Lampiran 2: Media pembelajaran

A. Video Pembelajaran
Source from youtube
Dalam video pembelajaran ini berisi berisi materi sesuai dengan kompetensi dasar
yang di ujikan. Video ini sebagai media pengamatan bagi peserta didik untuk
memperoleh informasi mengenai tata cara pengisian Surat Setoran Pajak(SSP) serta
pembayaran dan mencetak SSP Ebilling Online. Video ini sebagai salah satu media
yang diharapkan dapat menarik perhatian peserta didik sehingga dapat meningkatkan
pemahaman peserta didik terkait materi yang dipelajari.
Lampiran 3. Lembar Penilaian Non Tes

FORMAT LEMBAR PENILAIAN DISKUSI (KELOMPOK)

Nama kelompok :

1. ....................................
2. ....................................
3. ....................................
4. ....................................
5. ....................................

No Sikap/Aspek yang dinilai Nilai Nilai


Kualitatif Kuantitatif
Penilaian kelompok

1. Menyelesaikan tugas kelompok dengan baik

2 Kerjasama kelompok (komunikasi)

3 Hasil tugas (relevansi dengan bahan)

4 Pembagian Job

5 Sistematisasi Pelaksanaan

Jumlah Nilai Kelompok

Format Lembar Penilaian Diskusi (Individu Peserta Didik)


Nama Siswa :.........................................

No Sikap/Aspek yang dinilai Nilai Nilai


Kualitatif Kuantitatif
1. Berani mengemukakan pendapat

2. Berani menjawab pertanyaan

3. Inisiatif

4. Ketelitian

5. Jiwa kepemimpinan

6. Bermain peran

Jumlah Nilai Individu


Lembar Keaktifan Dalam Diskusi
Nilai Nilai
No Aspek yang dinilai
Kualitatif Kuantitatif

1. Bertanya (cara)

2. Menjawab pertanyaan

3. Kesesuaian dengan topik kajian

4. Cara menyampaikan pendapat

5. Antusiasme mengikuti pembelajaran

Kriteria Penilaian
Kriteria Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif

80 – 100 Memuaskan 4

70 – 79 Baik 3

60 – 69 Cukup 2

45 – 59 Kurang cukup 1
SOAL DISKUSI

Nama Sekolah : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Kelas/Semester : XII / II
Tahun Pelajaran : 2018-2019
Paket Keahlian : Akuntansi dan Lembaga Keuangan
Mata Pelajaran : Administrasi Pajak
Penilaian : DISKUSI

NO SOAL
1 Apa yang anda ketahui tentang Surat Setoran Pajak? Ceritkan menurut bahasa
kelompok anda!
2 Sebut dan jelaskan jenis-jenis Surat Setoran Pajak Untuk PPN dan PPnBM yang
anda ketahui!
3 Bagaimana menurut anda jika seorang wajib pajak mengalami kelebihan dalam
pembayaran pajak?
Lembar Penilaian Pengetahuan

TES TERTULIS

Nama Sekolah : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


Kelas / Semester : XII / II
Tahun Pelajaran : 2018-2019
Paket Keahlian : Akuntansi dan Keuangan Lembaga
Mata Pelajaran : Administrasi Perpajakan
Penilaian : Post test

No Bentuk
No Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal Soal
Soal

1. Menerapkan 1. Fungsi Surat Menjelaskan Fungsi 1 Uraian


pengisian Surat Setoran SSP untuk PPN
Setoran Pajak Pajak(SSP) dan PPnBM
(SSP) Masa PPN 2. Jenis-jenis
dan PPnBM SSP
3. Tata cara
pengisian SSP Mengidentifikasi 2 Uraian
SSP untuk PPN dan
PPnBM
Menjelaskan tata 3 Uraian
cara pengisian SSP
untuk PPN dan
PPnBM
SOAL URAIAN

Nama Sekolah : Sekolah Menengah Kejuruan


Kelas/Semester : XII / II
Tahun Pelajaran : 2018/2019
Paket Keahlian : Akuntansi dan Lembaga Keuangan
Mata Pelajaran : Administrasi Pajak
Penilaian : Post Test
Kerjakan soal di bawah ini dengan tepat!

No Soal Jawaban Sko


. r
1 Bagaimana peruntukan SSP a) Lembar ke-1 :Untuk Arsip Wajib 20
Standar yang dibuat dalam rangkap Pajak;
5 (lima)? b) Lembar ke-2 :Untuk Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) melalui Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN);
c) Lembar ke-3 :Untuk dilaporkan
oleh Wajib Pajak ke KPP;
d) Lembar ke-4 :Untuk arsip Kantor
Penerima Pembayaran;
e) Lembar ke-5 :Untuk arsip Wajib
Pungut atau pihak lain sesuai dengan
ketentuan perundangan perpajakan yang
berlaku.
2 Mengapa SSP sangat penting Karena Surat Setoran Pajak berfungsi 50
dalam pembayaran atau penyetoran sebagai bukti pembayaran pajak bila telah
pajak? disahkan oleh Pejabat kantor penerima
pembayaran yang berwenang, atau bila
telah mendapatkan validasi dari pihak lain
yang berwenang.
3 Bagaimana peruntukan SSCP yang a. Lembar ke 1a :Untuk KPBC 30
dibuat dalam rangkap 6 (enam)? melalui penyetor
b. Lembar ke 2a :Untuk KPBC
melalui KPPN
c. Lembar ke 1b :Untuk penyetor
d. Lembar ke 2b :Untuk KPP melalui
KPPN
e. Lembar ke 3 :Untuk KPP melalui
Penyetor
f. Lembar ke 4 :Untuk bank
persepsi
Total Skor 100

PEDOMAN PENSKORAN

Skor Penilaian

 Skor maksimal jika siswa mampu menjawab dengan benar (sesuai dengan konsep)
 Skor setengah dari skor maksimal jika siswa mampu menjawab namun tidak sesuai
dengan konsep
 Skor 0 jika siswa tidak menjawab

Nilai = Jumlah jawaban benar x 100

100
Penilaian Keterampilan

KISI-KISI PENILAIAN KINERJA

Nama Sekolah : Sekolah Menengah Kejuruan

Kelas/Semester : XI / 2

Tahun Pelajaran : 2018/2019

Paket Keahlian : Akuntansi dan Lembaga Keuangan

Mata Pelajaran : Administrasi Pajak

Kompetensi Dasar : 4.18 Melakukan pengisian Surat Setoran Pajak

(SSP) Masa PPN dan PPnBM

No Kompetensi Dasar Materi Indikator Penilaian

1. Dapat membuat
ilustrasi pengisian
Surat Setoran
Melakukan pengisian Pajak (SSP) untuk
Setoran Pajak (SSP)
Surat Setoran Pajak PPN dan PPnBM
1 Masa PPN dan Hasil
(SSP) Masa PPN dan
PPnBM sesuao dengan
PPnBM
peraturan
Direktorat
Jenderal Pajak
RUBRIK PENSKORAN PRODUK

Nama Sekolah : Sekolah Menengah Kejuruan

Kelas/Semester : XII/II

Tahun Pelajaran : 2018/2019

Mata Pelajaran : Administrasi Pajak

Nama Peserta Didik :

Kelas :

Petunjuk: Berilah tanda (√) pada kolom skor

Skor
No Komponen/Sub Komponen
1 2 5

1 Teknis (Skor Maksimal 10)

Kesesuaian ilustrasi pengisian Surat Setoran Pajak (SSP)


untuk PPN dan PPnBM yang disajikan dengan tata cara
pengisian Surat Setoran Pajak (SSP) dari Direktorat
Jenderal Pajak

2 Estetis (Skor Maksimal 4)

Kerapian

Keterbacaaan

3 Waktu (Skor Maksimal 4)

Ketepatan waktu kerja

Penilaian produk

Teknis Estetis Waktu Total

Skor Perolehan

Skor Maksimal

Bobot 50 25 25 100

Total
Keterangan:

- Bobot total wajib : 100


- Cara penghitungan
Nilai total = ∑ (skor perolehan/skor maksimal x bobot)
Pembelajaran Remidial dan Pengayaan

PROGRAM PERBAIKAN DAN PENGAYAAN

Nama Sekolah : Sekolah Menengah kejuruan

Kelas/Semester : XII/II

Tahun Pelajaran : 2018/2019

Mata Pelajaran : Administrasi Pajak

1. Program Perbaikan
1.1. Sasaran Perbaikan : Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 75
1.2. Bentuk Perbaikan : Tes perbaikan
1.3. Jenis Perbaikan : Individu
1.4. Kompetensi Dasar/Materi Pokok : 3.18 Menerapkan Pengisian Surat Setoran Pajak
(SSP) Masa PPN dan PPnBM
4.18 Melakukan Surat Setoran Pajak (SSP) Masa
PPN dan PPnBM
1.5. Proses Perbaikan : Peserta didik diberi kesempatan untuk membuat
soal yang berkaitan dengan materi
2. Program Pengayaan
2.1. Sasaran Pengayaan : Siswa yang memperoleh nilai diatas 75
2.2. Bentuk Pengayaan : Peserta didik ditugaskan untuk membuat makalah
mengenai pengisian Surat Setoran Pajak (SSP)
untuk PPN dan PPnBM
2.3. Jenis Pengayaan : Individu
PELAKSANAAN PERBAIKAN PENGAYAAN

Mata Pelajaran : Administrasi Pajak

Kompetensi Dasar/Materi Pokok : 3.18 Menerapkan Pengisian Surat Setoran Pajak (SSP)

Masa PPN dan PPnBM

4.18 Melakukan Surat Setoran Pajak (SSP) Masa PPN dan

PPnBM

Kelas/Semester : XII/II

Tanggal :

PERBAIKAN

Nilai
Nama Tanggal Hasil Bentuk
Nomor Sebelum Keterangan
Siswa Perbaikan Perbaikan Perbaikan
Perbaikan

Dst…

PENGAYAAN

Nilai
Nama Tanggal Hasil Bentuk
Nomor Sebelum Keterangan
Siswa Pengayaan Pengayaan Pengayaan
Pengayaan

Dst…
Remidial

SOAL REMIDIAL

Nama Sekolah : Sekolah Menengah Kejuruan


Kelas/Semester : XII / II
Tahun Pelajaran : 2018/2019
Paket Keahlian : Akuntansi
Mata Pelajaran : Administrasi Pajak
Penilaian : Remidial

Soal

1. Buatlah 4 soal berkaitan dengan materi pengisian SSP untuk PPN dan PPnBm, dimana salah
satu soalnya harus tata cara pengisian SSP untuk PPN dan PPnBM. Waktu pengerjaan selama
satu minggu!
Pengayaan

SOAL PENGAYAAN

Nama Sekolah : Sekolah Menengah Kejuruan


Kelas/Semester : XI / 2
Tahun Pelajaran : 2018/2019
Paket Keahlian : Akuntansi
Mata Pelajaran : Administrasi Pajak
Penilaian : Pengayaan
Jenis Soal : Subyektif

1. Buatlah Makalah terkait dengan materi yang berkaitan dengan pengisian Surat
Setoran Pajak (SSP) untuk PPN dan PPnBM!

Anda mungkin juga menyukai