Anda di halaman 1dari 12

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9

PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

KARAKTERISASI KANDUNGAN MINERAL DALAM BAUKSIT DENGAN


METODE XRD SEMI-KUANTITATIF DI KAWASAN TAMBANG TAYAN,
KALIMANTAN BARAT

Dieta Wulansari1*
Lucas Donny Setijadji1
I Wayan Warmada1
1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No. 2, Bulaksumur,
Yogyakarta, Indonesia, Telp (0274) 513668
*Email: dietawulansari@gmail.com

SARI
Daerah Tayan, Kalimantan Barat memiliki tambang bauksit dengan cadangan relatif besar. Bauksit
merupakan endapan bijih utama untuk memproduksi logam aluminium. Penelitian ini bertujuan
mengetahui karakteristik bauksit, mengetahui kandungan mineral penyusun bauksit, dan mengetahui
pengaruh karakteristik bauksit terhadap proses Bayer. Karakteristik bauksit memiliki pengaruh yang
besar pada kondisi operasional proses Bayer. Proses Bayer merupakan proses pengolahan bauksit
menjadi alumina dengan menggunakan larutan NaOH pada temperatur tinggi. Penelitian menggunakan
metode analisis XRD, XRF, dan pengamatan petrografi. Sampel penelitian menggunakan bauksit yang
berasal dari batuan induk gabro (bauksit gabro) dan granodiorit (bauksit granodiorit). Karakteristik
bauksit gabro memiliki tekstur konkresi dengan mineral dominan berupa aluminium hidroksida dan besi
oksida. Unsur geokimia dominan berupa Al2O3 dan FeO. Metode XRD semi-kuantitatif menunjukkan
kadar mineral buhmit, goetit, dan haloisit yang dominan. Bauksit granodiorit memiliki tekstur konkresi
dengan mineral dominan berupa besi oksida dan kuarsa. Unsur geokimia yang dominan berupa Al2O3
dan SiO2. Metode XRD semi-kuantitatif menunjukkan kadar mineral berupa gibsit, diaspor, hematit,
dan haloisit yang dominan. Karakterstik bauksit tersebut diperkirakan mempengaruhi efisiensi proses
Bayer.

Kata kunci : Tayan, Tambang bauksit, jenis batuan induk, proses Bayer.

kuantitatif, menghitungan kandungan


I. PENDAHULUAN mineral penyusun bauksit dengan hasil
Indonesia memiliki potensi bauksit yang persentase berat dari setiap mineral penyusun
relatif besar terutama di Pulau Bintan dan bauksit. Sedangkan metode analisis
Kalimantan Barat. Cadangan bauksit di kualitatitif untuk mengetahui kandungan
Kalimantan Barat umumnya belum mineral penyusun bauksit. Jika telah
dieksploitasi secara optimal dan diperkirakan diketahui karakteristik bauksit maka dapat
berjumlah besar (Husaini dkk, 2009, dalam diperkirakan pengaruhnya terhadap proses
Amalia dkk, 2013). Bayer saat pengolahan bauksit menjadi
alumina. Penelitian ini membahas pengaruh
Bauksit merupakan jenis endapan bijih utama karakteristik bauksit terhadap kondisi proses
untuk memproduksi logam aluminium. Bayer, meliputi pengaruh terhadap
Karakteristik bauksit memiliki pengaruh temperatur proses pemasakan bauksit,
yang dominan pada kondisi operasional penggunaan larutan NaOH serta produk
proses Bayer. Penelitian ini membahas berupa sodium aluminat yang dihasilkan dari
mengenai karakteristik bauksit yang meliputi proses Bayer.
mineralogi, tekstur serta geokimia.
Mineralogi dari bauksit diketahui dengan Penelitian ini merupakan penelitian lebih
menggunakan metode XRD semi-kuantitatif. lanjut dari Wilatikta (2013, 2015) untuk
Metode XRD semi-kuantitatif adalah metode membahas pengaruh dari karakteristik
yang menggabungkan metode analisis bauksit terhadap proses pengolahan bauksit,
kuantitatif dan kualitatif. Metode analisis yaitu proses Bayer. Berdasarkan pemaparan

612
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
tersebut, penelitian ini perlu diteliti lebih Menurut Pusat Data dan Informasi Energi
lanjut untuk mendapatkan informasi dan Sumber Daya Mineral (2012), bauksit
mengenai pengaruh karakteristik bauksit umumnya memiliki kandungan Al2O3 sebesar
terhadap efisiensi proses Bayer. 45-65 %, SiO2 sebesar 1-12 %, FeO sebesar
2-25 %, dan TiO2 sebesar >3 %. Hasil analisis
II. DATA DAN METODE XRF menunjukkan bauksit hanya terdapat
PENELITIAN pada kedalaman tertentu. Bauksit gabro
memiliki kandungan unsur geokimia Al2O3
Penelitian ini menggunakan data primer dan
dan FeO yang melimpah, seperti yang terlihat
sekunder dari sampel endapan bauksit.
pada STA 1 dan STA 4. Sedangkan bauksit
Sampel endapan bauksit berasal dari empat
granodiorit memiliki kandungan unsur
lokasi di tambang Tayan, Kalimantan Barat,
geokimia Al2O3 dan SiO2 yang melimpah,
yaitu STA 1, 4, 7, dan 8. Data primer berupa
seperti yang terlihat pada STA 7 dan STA 8
data petrografi menggunakan sampel
(Tabel 2).
konkresi bauksit. Sedangkan data sekunder
berupa data XRD dan XRF. Data XRD dan Analisis XRD menggunakan analisis bulk
XRF menggunakan sampel bauksit dari pada STA 1, 4, 7, dan 8. Analisis XRD
empat lokasi yang sama pada data petrografi. menggunakan metode kualitatif dan
kuantitatif untuk mengetahui persentase serta
Metodologi penelitian dimulai dari tahap
kandungan mineral penyusun bauksit.
persiapan hingga tahap penyelesaian. Pada
Komposisi mineral penyusun dan persentase
tahap persiapan dilakukan pengumpulan
bauksit dapat dilihat pada Tabel 4.
informasi yang meliputi tahapan identifikasi
masalah, studi pustaka, dan yang terakhir IV. HASIL PENELITIAN
adalah pembuatan hipotesis. Tahapan
berikutnya yaitu tahapan analisis IV.1. Karakteristik bauksit
laboratorium, meliputi kegiatan pengamatan
Bauksit di daerah penelitian memiliki
di laboratorium dari data primer dan
karakteristik yang berbeda. Perbedaan batuan
dilanjutkan tahap interpretasi data.
induk mempengaruhi karakteristik bauksit
Kemudian, dari beberapa tahapan tersebut
yang terbentuk. Karakteristik tersebut
dilakukan integrasi data-data sehingga akan
meliputi karakteristik tekstur, mineralogi,
memberikan hasil penelitian berupa
dan geokimia (Tabel 5).
karakteristik bauksit dan penentuan
kandungan mineral dengan metode XRD IV.1.1. Tekstur bauksit
semi-kuantitatif.
Tekstur konkresi secara megaskopis berupa
III. PENYAJIAN DATA material keras yang membulat, dan kaya
kandungan aluminium hidroksida. (Tim
Pengambilan sampel bauksit berada di
Analisa dan Evaluasi Komoditi Mineral
wilayah tambang aktif maupun lokasi
Internasional Proyek Pengembangan Pusat
eksplorasi endapan bauksit di daerah Tayan,
Informasi Mineral, 1984). Menurut Delvigne
Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
(1998), tekstur konkresi pada sayatan tipis
Wilayah ini merupakan area izin usaha
memiliki komponen semen berupa mineral
pertambangan (IUP) dari PT. Aneka
besi oksida serta mineral aluminium
Tambang (ANTAM) Tbk. seperti yang
hidroksida. Bauksit di daerah penelitian
ditunjukkan pada Gambar 1. Hasil analisis
menunjukkan karakteristik tekstur yang
petrogfrafi, pada STA 1 dan STA 4
berbeda berdasarkan perbedaan batuan induk.
menunjukkan tekstur bentukan konkresi
dengan mineral penyusun yang dominan 1. Batuan induk gabro (bauksit gabro)
berupa aluminium hidroksida dan besi
oksida. STA 7 dan STA 8 menunjukkan Bauksit yang terbentuk dari batuan induk
tekstur bentukan konkresi dengan mineral gabro berada di STA 1 dan STA 4. Bauksit
penyusun yang dominan berupa kuarsa, besi gabro memiliki bentukan tekstur konkresi
oksida, dan mineral aluminium hidroksida dengan mineral penyusun dominan berupa
(Gambar 5 dan 6). mineral aluminium hidroksida, mineral besi
oksida dan mineral opak (Gambar 2-4).
613
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Tekstur konkresi bauksit gabro memiliki hasil analisis XRD semi-kuantitatif.
semen berupa aluminium hidroksida yang Mineralogi penyusun bauksit dari kedua
dominan. Hal ini dapat diinterpretasikan pada batuan induk yang berbeda, memiliki variasi
saat proses pembentukan bauksit sirkulasi air kelimpahan yang berbeda juga. Berikut akan
yang melarutkan unsur-unsur mobile bekerja dijelaskan mengenai mineralogi bauksit
sangat dominan sehingga laterit yang berdasarkan batuan induk gabro dan
dihasilkan akan mengandung mineral granodiorit.
aluminium hidroksida yang melimpah.
1. Batuan induk gabro (bauksit gabro)
STA 4 di kedalaman 0-1 m (Gambar 3)
menunjukkan tekstur konkresi dengan semen Analisis XRD secara kualitatif (Tabel 3),
mineral besi oksida yang dominan. STA 4 menunjukkan mineralogi penyusun bauksit
diinterpretasikan sebagai zona kontak antara berupa haloisit, ilit, kaolinit, buhmit, diaspor,
2 litologi pembentuk bauksit yang berbeda gibsit, goetit, hematit serta kuarsa. Analisis
yaitu litologi berupa gabro dan granodiorit. XRD secara kuantitatif bauksit gabro
Gabro merupakan batuan yang mengintrusi memiliki persentase rerata mineral berupa
granodiorit. Bauksit gabro di STA 4 berada haloisit sebesar 43,7 %, ilit 24,35 %, buhmit
pada kedalaman 4-5 m (Gambar 4), 10,1 %, diaspor 8,15 %, gibsit 7,8 %, goetit
sedangkan bauksit yang terbentuk dari batuan 9,1 %, serta hematit 3 %. Bauksit gabro
induk granodiorit berada pada kedalaman 0-1 mengandung mineral aluminium hidroksida
m. Faktor sirkulasi air serta perbedaan jenis berupa buhmit dan goetit yang dominan.
batuan induk mempengaruhi pembentukkan Mineral buhmit yang dominan menandakan
bauksit di STA 4, sehingga menghasilkan pada proses pembentukkan bauksit, sirkulasi
karakteristik tekstur bauksit yang berbea air telah mengalami penurunan, sehingga dari
pada satu profil endapan bauksit laterit. awal mula aluminium hidroksida yang
terbentuk gibsit, telah mengalami dehidrasi
2. Batuan induk granodiorit (bauksit sehingga mengalami pengerasan dan
granodiorit) membentuk mineral buhmit. Hadirnya
mineral goetit yang menggambarkan
Bauksit granodiorit berada di STA 7 dan 8. sirkulasi air yang dominan saat proses
Analisis petrografi STA 8 memperlihatkan pembentukkan bauksit
kenampakkan tekstur konkresi (Gambar 6).
Kenampakkan sayatan tipis memperlihatkan 2. Batuan induk granodiorit (bauksit
semen berupa mineral besi oksida dan granodiorit)
terdapat mineral kuarsa dengan ukuran kristal
yang kasar serta jumlah yang dominan. Bauksit granodiorit memiliki mineral
penyusun berupa haloisit, ilit, kaolinit,
Tekstur bauksit granodiorit memiliki mineral buhmit, diaspor, gibsit, goetit, hematit dan
penyusun yang dominan kuarsa dan mineral kuarsa. Bauksit yang berasal dari batuan
besi oksida, sedangkan aluminium hidroksida induk granodiorit memiliki mineral
memiliki kelimpahan yang sedikit. aluminium hidroksida yang dominan berupa
Persebaran mineral besi oksida cukup gibsit dan diaspor, sedangkan mineral besi
mendominasi jika dilihat pada kenampakan oksida yang dominan berupa hematit.
sayatan tipis karena mineral besi oksida
merupakan semen pada tekstur konkresi. Dominasi mineral aluminium hidroksida
Mineral besi oksida dan kuarsa menunjukkan berupa gibsit menandakan pada proses
tahap pelarutan mineral-mineral mobile pada pembentukkan bauksit sirkulasi air berperan
proses pembentukkan bauksit belum dominan dalam pelapukan kimia sehingga
berlangsung secara efektif. Kehadiran membentuk mineral gibsit. Hadirnya mineral
mineral aluminium hidroksida yang sedikit diaspor menggambarkan proses lanjutan dari
menunjukkan sirkulasi air pada proses mineral aluminium hidroksida yang telah
pembentukkan bauksit tidak bekerja secara terbentuk sebelumnya. Kemudian mineral
dominan. aluminium hidroksida tersebut mengalamai
proses dehidrasi dan pengerasan dari awalnya
IV.1.2. Mineralogi bauksit terbentuk mineral gibsit, menjadi mineral
diaspor. Mineral besi oksida yang dominan
Mineralogi penyusun bauksit diperoleh dari
614
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
terbentuk hematit dan goetit. Hematit yang pengaruh terhadap temperatur proses
dominan menggambarkan proses pemasakan bauksit, penggunaan larutan
pembentukkan bauksit berada pada NaOH serta produk berupa sodium aluminat
lingkungan oksidasi. Goetit menggambarkan yang dihasilkan dari proses Bayer.
faktor sirkulasi air yang dominan pada proses
pembentukkan bauksit. IV.2.1. Temperatur Proses Bayer

IV.1.3. Geokimia bauksit Proses pemasakan bijih alumina dan NaOH


membutuhkan temperatur yang tinggi untuk
Geokimia bauksit pada penelitian ini melarutkan bauksit dalam larutan NaOH
diketahui melalui analisis XRF. Bauksit pada pada tahap ekstraksi (Seecharran, 1979).
daerah penelitian yang berasal dari dua Tinggi dan rendahnya temperatur proses
batuan induk yang berbeda akan ekstraksi tergantung dari komposisi mineral
menghasilkan karakteristik geokimia yang dari bauksit yang digunakan (Cardarelli,
juga berbeda. 2008, dalam Amalia dan Aziz, 2011), seperti
yang dijelaskan pada Tabel 1. Tahap
1. Batuan induk gabro (bauksit gabro) ekstraksi bauksit yaitu tahap melarutkan
Geokimia bauksit gabro memiliki unsur mineral aluminium hidroksida yang terdapat
geokimia yang dominan berupa Al2O3 dan pada bauksit dengan menggunakan larutan
FeO yang dominan. Salah satu faktor yang basa kuat atau larutan NaOH dan temperatur
mengontrol kelimpahan unsur geokimia tinggi.
bauksit adalah komposisi dari batuan induk Berdasarkan pemaparan sebelumnya, bauksit
penyusun bauksit tersebut. Batuan induk gabro memiliki komposisi mineral penyusun
gabro memiliki komposisi kimia SiO2 yang berupa buhmit yang dominan sehingga akan
rendah, namun FeO yang tinggi. Akibatnya memerlukan temperatur pelarutan pada tahap
jika terjadi proses pembentukkan bauksit
ekstraksi dengan kisaran suhu 205 oC< T <
dimungkinkan bauksit yang terbentuk
memiliki unsur kimia yang dominan berupa 245 oC. Sedangkan bauksit yang berasal dari
Al2O3 dan FeO. Dominasi unsur Al2O3 dan batuan induk granodiorit memiliki mineral
FeO pada bauksit dapat dilihat dari mineral penyusun berupa gibsit, yang memerlukan
penyusun bauksit berupa buhmit dan diaspor, temperatur pelarutan pada tahapan ekstraksi
serta goetit. Pada tekstur bauksit yang yang lebih rendah, yaitu dengan kisaran suhu
terbentuk, mineral aluminium hidroksida 140oC
dominan hadir sebagai semen pada tekstur
konkresi. Temperatur pelarutan yang tinggi pada
tahapan ekstraksi pada proses Bayer selain
2. Batuan induk granodiorit (bauksit dipengaruhi oleh komponen mineral
granodiorit) penyusun, juga dipengaruhi oleh tekstur dari
bauksit. Tekstur bauksit yang berbentuk
Bauksit granodiorit memiliki kelimpahan pisolit misalnya akan melingkupi mineral
unsur geokimia khususnya SiO2 dan Al2O3. aluminium hidroksida yang berada pada inti
Dominasi unsur SiO2 dan Al2O3 pada bauksit tekstur pisolit. Jika mineral aluminium
granodiorit, karena batuan induknya hidroksida terlingkupi mineral besi oksida
termasuk dalam batuan beku intermediet akan memerlukan temperatur tinggi untuk
yang memiliki komposisi SiO2 yang cukup melarutkan mineral aluminium hidroksida
dominan. Unsur geokimia SiO2 dan Al2O3 tersebut (Mucsi dkk., 2011, dalam Boni dkk.,
yang dominan mengakibatkan karakteristik 2012).
mineralogi penyusun bauksit yang dominan
berupa gibsit dan kuarsa. Pada penelitian ini tekstur bauksit gabro
memiliki tekstur konkresi yang didominasi
IV.2. Pengaruh Karakteristik Bauksit oleh mineral aluminium hidroksida. Mineral
Terhadap Kondisi Operasional aluminium hidroksida tidak terlingkupi oleh
Proses Bayer mineral lain, sehingga temperatur pelarutan
Pengaruh karakteristik bauksit terhadap yang diperlukan dapat diinterpretasikan tidak
kondisi proses Bayer (Tabel 6), meliputi terlalu tinggi. Pada bauksit granodiorit,
tekstur konkresi memiliki mineral kuarsa
615
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
yang dominan dan semen yang berupa selain Al2O3 dan SiO2 seperti FeO dan TiO2.
mineral besi oksida. Temperatur pelarutan Larutan sodium aluminat yang dihasilkan
yang digunakan untuk melarutkan bauksit akan memiliki kualitas baik jika mengandung
granodiorit diinterpretasikan memerlukan komposisi Al2O3 yang cukup signifikan
temperatur yang cukup tinggi. Temperatur (Amalia dkk.,2013).
yang cukup tinggi untuk melarutkan mineral
kuarsa, serta mengekstraksi mineral Bauksit gabro diinterpretasikan
aluminium hidroksida yang terlingkupi menghasilkan sodium aluminat yang
semen berupa mineral besi oksida. mengandung kadar Al2O3 yang tinggi, karena
mengandung Al2O3 yang cukup dominan,
Berdasarkan pemaparan di atas, proses sedangkan akan mengandung produk red
pelarutan bauksit dari batuan granodiorit mud yang cukup signifikan karena
akan memerlukan temperatur yang lebih mengandung Fe2O3 yang cukup tinggi.
tinggi dibandingkan pelarutan bauksit yang Bauksit granodiorit memiliki kandungan
berasal dari gabro. unsur geokimia Al2O3 dan SiO2 yang
dominan akan menghasilkan kandungan SiO2
IV.2.2. Penggunaan Larutan NaOH dan Al2O3 yang cukup signifikan pada larutan
Penggunaan larutan NaOH berfungsi untuk sodium aluminat. Akibatnya larutan sodium
melarutkan mineral aluminium hidroksida aluminat yang dihasilkan dari bauksit dengan
berada pada tahapan ekstraksi. Larutan batuan induk gabro akan lebih bernilai
NaOH akan bereaksi dengan unsur Al dan Si. ekonomis dibandingkan bauksit yang berasal
Bauksit yang mengandung SiO2 yang lebih dari batuan induk granodiorit.
dominan dibandingkan unsur Al, larutan IV.3. Saran Pengolahan Bauksit Tambang
NaOH yang berfungsi untuk melarutkan Tayan, Kalimantan Barat
aluminium hidroksida akan lebih banyak Berdasarkan kadar silika dari kedua jenis
bereaksi dengan SiO2 sehingga akan batuan induk, meskipun bauksit dari gabro
mengurangi efisiensi dari penggunaan larutan mengandung silika yang lebih sedikit
NaOH untuk melarutkan mineral aluminium dibandingkan bauksit yang berasal dari
hidroksida (Songqing, 2011 dalam Amalia granodiorit, namun kadar silika pada kedua
dkk., 2013). batuan induk termasuk dalam kategori
Bauksit gabro memiliki karakteristik bauksit dengan kadar silika yang tinggi.
geokimia dengan unsur Al2O3 dan FeO yang Menurut Gow dan Gian, 1993 bauksit yang
dominan, sedangkan kadar unsur SiO2 dan ekonomis untuk ditambang menurut standar
TiO2 kecil. Dapat diinterpretasikan metalurgi memiliki komponen Al2O3 > 45%,
penggunaan NaOH dalam tahap ekstraksi Fe2O3 < 20%, dan < 5% SiO2. Di Tayan,
proses Bayer akan efisien karena larutan bauksit gabro memiliki rata-rata persentase
NaOH akan maksimal bereaksi untuk silika sebesar 9,62 %, sedangkan bauksit
mengikat unsur Al yang terdapat pada granodiorit memiliki rata-rata persentase
mineral aluminium hidroksida. Sedangkan silika sebesar 41,1%.
bauksit yang berasal dari granodiorit akan Pengolahan bauksit di tambang Tayan
memerlukan larutan NaOH yang cukup berdasarkan karakteristik bauksit yang
banyak, namun pada tahapan ekstraksi proses memiliki kadar silika tinggi disarankan akan
Bayer penggunaan larutan NaOH kurang lebih efisien jika bauksit yang berasal dari
efisien karena akan lebih bereaksi dengan dua batuan induk yang berbeda saat
unsur SiO2 dibandingkan unsur Al2O3. pemrosesan Bayer dicampur dan tidak
IV.2.3. Produk Larutan Sodium Aluminat dipisahkan. Karena meskipun bauksit yang
berasal dari gabro memiliki kadar silika yang
Tahapan ekstraksi proses Bayer lebih rendah, namun bauksit tersebut
menghasilkan produk larutan sodium termasuk dalam kategori bauksit dengan
aluminat yang berasal dari pelarutan unsur kadar silika yang tinggi, sehingga pengolahan
Al2O3 dan SiO2. Tahap ekstraksi juga pada proses Bayer akan memerlukan
menghasilkan endapan yang disebut red mud komponen dengan kadar yang hampir sama
hasil dari pelarutan NaOH dengan unsur dengan bauksit yang berasal dari granodiorit.
616
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

V. KESIMPULAN 2,1 %.
Karakteristik bauksit gabro memiliki Pengaruh karakteristik bauksit pada proses
kandungan mineral aluminium hidroksida Bayer sebagai berikut. Bauksit yang berasal
berupa gibsit, buhmit, diaspor, mineral besi dari gabro akan memerlukan temperatur
oksida berupa goetit dan hematit, mineral pelarutan pada tahap ekstraksi dengan
lempung berupa haloisit, dan ilit, sedangkan kisaran suhu 205 oC< T < 245 oC.
terdapat mineral resisten kuarsa. Tekstur Penggunaan NaOH dalam tahap ekstraksi
bauksit berupa konkresi dengan komponen proses Bayer akan efisien karena larutan
mineral aluminium hidroksida yang dominan, NaOH akan maksimal bereaksi untuk
sedangkan karakteristik geokimia bauksit mengikat unsur Al2O3 yang terdapat pada
terdapat unsur Al2O3 dan FeO yang tinggi. mineral aluminium hidroksida, serta bauksit
Karakteristik bauksit granodiorit memiliki gabro dapat diinterpretasikan menghasilkan
kandungan mineral aluminium hidroksida sodium aluminat yang mengandung kadar
berupa gibsit dan diaspor, mineral besi oksida Al2O3 yang tinggi, sedangkan hasilnya akan
berupa goetit dan hematit, serta mineral mengandung produk red mud yang cukup
lempung berupa haloisit, ilit dan kaolinit. signifikan karena mengandung unsur FeO
Tekstur bauksit menunjukkan konkresi yang cukup tinggi.
dengan mineral yang dominan kuarsa dan
besi oksida. Karakteristik geokimia bauksit Karakteristik bauksit granodiorit
granodiorit memiliki kadar unsur geokimia memerlukan temperatur pelarutan pada
Al2O3 dan SiO2 yang dominan. tahapan ekstraksi yang lebih rendah
dibandingkan bauksit yang berasal dari
Metode XRD semi-kuantitatif menunjukkan batuan induk gabro, yaitu dengan kisaran
bauksit gabbro memiliki mineral penyusun suhu 140 oC. Bauksit yang berasal dari
mineral aluminium hidroksida berupa buhmit granodiorit memerlukan larutan NaOH yang
10,1 %, diaspor 8,15 %, gibsit 7,8 %, mineral cukup banyak, namun pada tahapan ekstraksi
besi oksida goetit 9,1 % dan hematit 3 %, proses Bayer penggunaan larutan NaOH
mineral lempung berupa haloisit 43,7 %, kurang efisien karena akan lebih bereaksi
serta ilit 24,35 %. Kandungan mineralogi dengan unsur SiO2 dibandingkan
bauksit granodiorit berupa mineral Al2O3.Bauksit yang berasal dari granodiorit
aluminium hidroksida diaspor 6 %, dan gibsit akan menghasilkan kandungan SiO2 dan
9,3 %, mineral besi oksida berupa goetit Al2O3 yang cukup signifikan pada larutan
6,55 % dan hematit 9,6 %, mineral lempung sodium aluminat.
berupa haloisit 38,3 %, ilit 26 %, dan kaolinit

DAFTAR PUSTAKA
Amalia, D., dan Muchtar, A., 2011, Percobaan Pendahuluan Pembuatan Alumina Kualitas Metalurgi
dari Bauksit Kalimantan Barat: Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara, v.7, p. 183-191.
Amalia, D., Muchtar, A., dan Yuhelda, 2013, Pengaruh Penambahan Kalsium Klorida, Kalsium
Hidroksida, dan Karbon Aktif Terhadap Penurunan Silika Terlarut Dalam Larutan Sodium
Aluminat: Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara, v. 9, p. 157-164.
Gow, N.N., dan Gian, P. L., 1993, Bauxites. Ore Deposits Model, v. 2. h. 135-142.
Mucsi, G., Csoke, B., dan Solymar, K., 2011, Grindability Characteristics of Lateritic and Karst
Bauxites: International Journal of Mineral Processing, v. 100, p. 96-103.
Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral, 2012, Kajian Kebijakan Pengembangan
Industri Mineral sebagai Kawasan Ekonomi Khusus. Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral.
Seecharran, K., R., 1979, Bayer Process Chemistry, Process Engineer, Linden: Alumina Plant.

617
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Smith, P., 2009, The Processing of High Silica Bauxite-Review of Existing and Potential Processes,
Hydrometallurgy 98, p. 162-176.
Tim Analisa dan Evaluasi Komoditi Mineral Internasional Proyek Pengembangan Pusat Informasi
Mineral, 1984, Pengkajian Bauksit, Alumina, Alumunium (Study of Bauxite-Alumina-
Alumunium), Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Pertambangan Umum, Pusat
Pengembangan Teknologi Mineral.
Valeton, I, 1972, Bauxites, Development in Soil Science 1, London, Elsevier Publishing Company.
Wilatikta, A., P., S., 2013, Karakteristik Mineralogi dan Geokimia Endapan Bauksit Tambang Tayan,
Kalimantan Barat, Skripsi, Program Strata I, Universitas Gadjah Mada (tidak dipublikasikan).
Wilatikta, A., P., S., 2015, Kajian Genesa Endapan Bauksit Tambang Tayan, Kalimantan Barat
Berdasarkan Karakteristik Mineralogi dan Geokimia, Tesis, Program Studi S-2, Universitas
Gadjah Mada (tidak dipublikasikan).

618
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
TABEL

Tabel 1. Reaksi dan kondisi proses Bayer pada mineral penyusun bauksit (Cardarelli, 2008, dalam
Amalia dan Aziz, 2011)

Mineral
Bauksit Reaksi Kondisi

Gibsit 2 AlO(OH).H2O + 2 NaOH P atmosferik


135 o C< T< 150
o
2 NaAlO2 + 4 H2O C
2 AlO(OH) + 2 NaOH

Buhmit P atmosferik
205 oC< T < 245
o
2 NaAlO2 + 2 H2O C
2 AlO(OH) + 2 NaOH

Diaspor P (3,5 -4 Mpa),


2 NaAlO2 + 2 H2O T> 250 oC

Tabel 2. Kandungan unsur geokimia pada sampel bauksit


Kode Kedalaman SiO2 Al2O3 FeO TiO2
Lokasi
Sampel (m) (mass %) (mass %) (mass %) (mass %)
STA 1 060312 2 9,36 46,45 18,42 1,94
STA 1B
STA 4 060312 0 9,24 56,22 8,64 1,05
STA 4
0-1 m
STA 4 060312 4,5 10,27 54,81 10,42 1,15
STA 4
4-5 m
STA 7 060312 1 27,6 44,67 5,99 0,8
STA 7F
STA 8 060312 0,5 13,51 56,02 5,23 0,67
STA 8A

619
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Tabel 3. Komponen mineral penyusun bauksit berdasarkan data XRD dengan analisis kualitatif

STA 1 STA 4 STA 7 STA 8


060312 060312 060312 060312 060312
Mineral
STA 1B STA 4 STA 4 STA 7F STA 8A
0-1 m 4-5 m
Haloisit
Ilit
Kaolinit -
Buhmit - - -
Diaspor
Gibsit
Goetit
Hematit
Kuarsa

Tabel 4. Komponen mineral penyusun bauksit berdasarkan data XRD dengan analisis kuantitatif
(dalam wt %)

STA 1 STA 4 STA 7 STA 8


060312 060312 060312 060312 060312
Mineral
STA 1B STA 4 STA 4 STA 7F STA 8A
0-1 m 4-5 m
Haloisit 48,7 38,7 29,6 68,4 7,8
Ilit 25,6 23,1 40,7 8 46,9
Kaolinit - - - - 2,1
Buhmit - 22,1 10,1 - -
Diaspor 11,8 8 4,5 - 4
Gibsit - 0,1 7,8 9,7 18,1
Goetit 10,9 8 7,3 5,1 -
Hematit 3 - - 7,9 21

Tabel 5. Perbedaan karakteristik bauksit berdasarkan perbedaan batuan induk

Karakteristik
Bauksit Gabro Granodiorit

Tekstur Konkresi dengan mineral Konkresi dengan mineral


aluminium hidroksida yang kuarsa dan besi oksida yang
dominan. dominan.
Mineral - Gibsit, buhmit dan diaspor - Gibsit dan diaspor
- Goetit dan hematit - Goetit dan hematit
- Haloisit dan kaolinit - Haloisit, ilit, dan Kaolinit
Geokimia Unsur Al2O3 dan FeO yang Unsur Al2O3 dan SiO2 yang
dominan dominan

620
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Tabel 6. Perbedaan pengaruh karakteristik bauksit berdasarkan perbedaan batuan induk terhadap
kondisi operasional proses Bayer

Kondisi operasional Gabro Granodiorit


proses Bayer

Temperatur >250 oC 140 oC


pemasakan
Penggunaan larutan Efisien Kurang efisien
NaOH
Larutan sodium Mengandung kadar Al2O3 Mengandung kadar Al2O3
aluminat yang tinggi dan SiO2 yang cukup tinggi

GAMBAR

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel bauksit di kawasan tambang Tayan, Kalimantan Barat
(modifikasi dari Wilatikta, 2013)

621
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

(a) (b)
Gambar 2. Kenampakkan tekstur konkresi di STA 1, (a) kenampakkan konkresi secara megaskopis, (b)
kenampakkan petrografi konkresi polarisasi bersilang

(a) (b)
Gambar 3. Kenampakkan tekstur konkresi di STA 4 (0-1 m), (a) kenampakkan konkresi secara
megaskopis, (b) kenampakkan petrografi konkresi polarisasi bersilang

(a) (b)
Gambar 4. Kenampakkan tekstur konkresi pada STA 4 (4-5 m), (a) kenampakkan konkresi secara
megaskopis, (b) kenampakkan petrografi konkresi polarisasi bersilang

622
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

(a) (b)
Gambar 5. Kenampakkan tekstur konkresi pada STA 7, (a) kenampakkan konkresi secara megaskopis,
(b) kenampakkan petrografi konkresi polarisasi bersilang

(a) (b)
Gambar 6. Kenampakkan tekstur konkresi pada STA 8, (a) kenampakkan konkresi secara
megaskospis, (b) kenampakkan petrografi konkresi polarisasi bersilang

623

Anda mungkin juga menyukai