Anda di halaman 1dari 45

Kognitif AUD

Kamis, 10 Desember 2015


Karakteristik Perkembangan Kognitif AUD

Karakteristik Perkembangan Kognitif AUD

Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia Lahir - 1 Tahun

Usia Kemampuan Anak

Usia 0 - 1 Bulan Mengedipkan mata sebagai respon terhadap


benda yang mendekat dengan cepat.
Terus melihat-lihat dalam kegelapan.
Mulai mempelajari tangannya ketika
berbaring terlentang.
Dapat membedakan rasa dan memilih rasa
manis.
Mempunyai penciuman yang tajam pada saat
lahir. dll.
Usia 1 – 4 Bulan Memandang tangannya dengan penuh minat.
Terus-menerus menatap kearah benda walau
benda telah meghilang.
Menirukan gerakn tubuh yang dicontohkan.
Melihat pada arah sumber suara.
Dapat membedakan wajah orang tua dengan
wajah orang lain. dll.
Usia 4 - 8 Bulan Mengambil benda yang tertelungkup.
Bermain dengan benda kecil.
Memasukkan segala sesuatu kemulut.
Bermain membanting benda secara
bersamaan.
Menjelajahi benda dengan berbagai cara. dll.
Usia 8 – 12 Bulan Menunjukkan kesadaran terhadap dimensi
ruang.
Menirukan kegiatan.
Menunujukkan kesadaran akan hubungan
fungsional benda.
Mengikuti instruksi sederhana.
Meunjukkan kegunaan yang tepat dari benda
dalam kegiatan sehari-hari. dll.
Usia 1 Tahun Menikmati permainan menyembunyikan
benda.
Memindahkan benda ketangan yang satu lagi
saat diberikan 2 benda.
Mencari-cari benda yang disembunyikan.
Senang melihat-lihat buku bergambar.
Memaerkan atau menawarkan mainan kepada
orang lain. dll.
Usia 2 Tahun Melakukan arahan dan perintah sederhana.
Mulai menggunakan benda dengan tujuan
yang jelas.
Menatap untuk jangka waktu yang panjang.
Mengenali dan mengekspresikan rasa sakit.
Menjalankan kegiatan yang dipilihnya dalam
waktu yang panjang. dll.
Usia 3 Tahun Mendengarkan cerita dengan penuh perhatian.
Membaca gamabar dan menceritakan pada
orang lain.
Menyukai tebakan.
Bermain dengan realistis.
Mengelompokan benda sesuai kategori. dll.
Usia 4 Tahun Menumpuk paling sedikit 5 kubus.
Mengetahui perbedaan 2 kata yang
pengucapannya mirip.
Mulai membaca buku sederhana.
Menunjukkan bagian puzzle yang hilang.
Memahami urutan kejadian sehari-hari.
Usia 5 Tahun Membentuk segi empat dari dua potongan
segitiga.
Membangun undakan dari balok-balok kecil.
Mengerti dan menunjukkan konsep berbentuk
dan berukuran sama.
Mengenali angka 1 – 10.
Memahami konsep banyak – sedikit. dll.

Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia 1-3 Tahun (TPA)

A. Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 – 2 Tahun (12 – 24 bulan)

Sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% berat otak orang dewasa. Pada usia 2 tahun,
berat otak anak sudah mencapai 90% dari berat otak orang dewasa (sekitar 1200 gram). Hal ini
menunjukkan bahwa pada usia ini, masa perkembangan otak sangat pesat. Pertumbuhan ini
memberikan implikasi terhadap kecerdasan anak.

Pada usia 1 – 2 tahun, anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Pada usia ini, anak
mengembangkan rasa keingintahuannya melalui beberapa hal berikut ini :

1. Belajar melalui pengamatan/ mengamati.

Mulai usia 13 bulan, anak sudah mulai mengamati hal-hal di sekitarnya. Banyak “keajaiban” di
sekitarnya mendorong rasa ingin tahu anak. Anak kemudian melakukan hal-hal yang sering dianggap
bermain, padahal anak sedang mencari tahu apa yang akan terjadi kemudian setelah anak
melakukan suatu hal sebagai pemuas rasa ingin tahunya. Pada usia 19 bulan, anak sudah dapat
mengamati lingkungannya lebih detail dan menyadari hal-hal yang tidak semestinya terjadi
berdasarkan pengalamannya.

2. Meniru orang tua.

Anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Sekitar usia 17 bulan, anak sudah mulai
mengembangkan kemampuan mengamati menjadi meniru. Hal yang ditirunya adalah hal-hal yang
umumnya dilakukan orangtua. Pada usia 19 bulan, anak sudah banyak dapat meniru perilaku
orangtua.

3. Belajar konsentrasi.
Pada usia 14 bulan, anak sudah mengarahkan daya pikirnya terhadap suatu benda. Hal ini dapat
dilihat pada ketekunan anak dengan satu mainan atau satu situasi.Kemampuan anak untuk
berkonsentrasi tergantung pada keadaan atau daya tarik berbagai hal yang ada di sekelilingnya.
Kemampuan anak untuk berkonsentrasi pada usia ini adalah sekitar 10 menit.

4. Mengenal anggota badan.

Pada usia sekitar 15 bulan, anak sudah dapat diajarkan untuk mengucapkan kata-kata. Anak-
anak akan merasa sangat senang jika orangtua mengajarkan kata-kata yang bernamakan anggota
tubuhnya sambil menunjukkan anggota tubuhnya.

5. Memahami bentuk, kedalaman, ruang dan waktu.

Pada tahun kedua, anak sudah memiliki kemampuan untuk memahami berbagai hal. Melalui
pengamatannya, anak menemukan adanya bentuk, tinggi atau rendah benda (kedalaman) dan
membedakan kesempatan berdasarkan tempat (ruang ) dan waktu. Pemahaman ini mulai tampak
pada usia 18 – 24 bulan.

6. Mulai mampu berimajinasi.

Kemampuan berimajinasi atau membentuk citra abstrak berkembang mulai usia 18 bulan. Anak
sudah mulai menampakkan kemampuan untuk memikirkan benda yang tidak dilihatnya.

7. Mampu berpikir antisipatif.

Kemampuan ini mulai tampak pada anak usia 21 – 23 bulan. Anak tidak sekedar
mengimajinasikan benda yang tidak ada di hadapannya, lebih jauh lagi dia mulai dapat
mengantisipasi dampak yang akan terjadi pada hal yang dilakukannya.

8. Memahami kalimat yang terdiri dari beberapa kata.

Pada usia 12 – 17 bulan, anak sudah dapat memahami kalimat yang terdiri atas rangkaian
beberapa kata. Selain itu, anak juga sudah dapat mengembangkan komunikasi dengan menggunakan
gerakan tubuh, tangisan dan mimik wajah. Pada usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat
mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya anak
sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan
mengutarakan pesan-pesan seperti: “ Adik mau susu.”

9. Cepat menangkap kata-kata baru.


Pada usia 18 – 23 bulan, anak mengalami perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata-
kata. Perbendaharaan kata anak-anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain itu, anak sudah mulai
sadar bahwa setiap benda memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan
kemampuan bahasanya dan belajar kata-kata baru lebih cepat.

B. Perkembangan Kognitif Anak Usia 2 – 3 Tahun (24 – 36 Bulan)

Kemampuan kognitif anak usia 2 – 3 tahun semakin kompleks. Perkembangan anak usia 2 –
3 tahun ditandai dengan beberapa tahap kemampuan yang dapat dicapai anak, yaitu sebagai berikut
:

1. Berpikir simbolik.

Anak usia 2 tahunan memiliki kemampuan untuk menggunakan simbol berupa kata-kata,
gambaran mental atau aksi yang mewakili sesuatu. Salah satu bentuk lain dari berpikir simbolik
adalah fantasi, sesuatu yang dapat digunakan anak ketika bermain. Mendekati usia ketiga,
kemampuan anak semakin kompleks, dimana anak sudah mulai menggunakan obyek subtitusi dari
benda sesungguhnya. Misalnya anak menyusun bantal- bantal sehingga menyerupai mobil dan
dianggapnya sebagai mobil balap.

2. Mengelompokkan, mengurut dan menghitung.

Pada tahun ketiganya, anak sudah dapat mengelompokkan mainannya berdasarkan bentuk,
misalnya membedakan kelompok mainan mobil-mobilan dengan boneka binatang.Selain
mengelompokkan, anak juga mampu menyusun balok sesuai urutan besarnya dan mengetahui
perbedaan antara satu dengan beberapa (kemampuan menghitung).

3. Meningkatnya kemampuan mengingat.

Kemampuan mengingat anak akan meningkat pada usia 8 bulan hingga 3 tahun. Sekitar usia 2
tahun, anak dapat mengingat kembali kejadian-kejadian menyenangkan yang terjadi beberapa bulan
sebelumnya. Mereka juga dapat memahami dan mengingat dua perintah sederhana yang
disampaikan bersama-sama. Memasuki usia 2,5 hingga 3 tahun, anak mampu menyebutkan kembali
kata-kata yang terdapat pada satu atau dua lagu pengantar tidur.

4. Berkembangnya pemahaman konsep.


Ketika mencapai usia 18 bulan, anak memahami waktu untuk pertama kalinya yaitu pemahaman
“sebelum” dan “sesudah”. Selanjutnya pemahaman “hari ini”. Pada usia 2,5 tahun, anak mulai
memahami pengertian “besok”, disusul dengan “kemarin” dan pengertian hari-hari selama seminggu
di usia 3 tahun.

5. Puncak perkembangan bicara dan bahasa.

Pada usia sekitar 36 bulan, perbendaharaan kata anak dapat mencapai 1000 kata dengan
80% kata-kata tersebut dapat dipahaminya. Pada usia ini biasanya anak mulai banyak berbicara
mengenai orang-orang di sekelilingnya, terutama ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya.

Menurut Melly Latifah (2010), sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% berat otak orang
dewasa. Pada usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90% dari berat otak orang dewasa
(sekitar 1200 gram). Hal ini menunjukkan bahwa pada usia ini, masa perkembangan otak sangat
pesat. Pertumbuhan ini memberikan implikasi terhadap kecerdasan anak.

Pada usia 1 – 3 tahun, anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Pada usia ini, anak
mengembangkan rasa keingintahuannya melalui beberapa hal berikut ini :

1. Belajar melalui pengamatan/ mengamati


Mulai usia 13 bulan, anak sudah mulai mengamati hal-hal di sekitarnya. Banyak “keajaiban” di
sekitarnya mendorong rasa ingin tahu anak. Anak kemudian melakukan hal-hal yang sering dianggap
bermain, padahal anak sedang mencari tahu apa yang akan terjadi kemudian setelah anak
melakukan suatu hal sebagai pemuas rasa ingin tahunya. Pada usia 19 bulan, anak sudah dapat
mengamati lingkungannya lebih detail dan menyadari hal-hal yang tidak semestinya terjadi
berdasarkan pengalamannya.

2. Meniru orang tua


Anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Sekitar usia 17 bulan, anak sudah mulai
mengembangkan kemampuan mengamati menjadi meniru. Hal yang ditirunya adalah hal-hal yang
umumnya dilakukan orangtua. Pada usia 19 bulan, anak sudah banyak dapat meniru perilaku
orangtua.

3. Belajar konsentrasi
Pada usia 14 bulan, anak sudah mengarahkan daya pikirnya terhadap suatu benda. Hal ini dapat
dilihat pada ketekunan anak dengan satu mainan atau satu situasi.Kemampuan anak untuk
berkonsentrasi tergantung pada keadaan atau daya tarik berbagai hal yang ada di sekelilingnya.
Kemampuan anak untuk berkonsentrasi pada usia ini adalah sekitar 10 menit.

4. Mengenal anggota badan


Pada usia sekitar 15 bulan, anak sudah dapat diajarkan untuk mengucapkan kata-kata. Anak-
anak akan merasa sangat senang jika orangtua mengajarkan kata-kata yang bernamakan anggota
tubuhnya sambil menunjukkan anggota tubuhnya.

5. Memahami bentuk, kedalaman, ruang dan waktu


Pada tahun kedua, anak sudah memiliki kemampuan untuk memahami berbagai hal. Melalui
pengamatannya, anak menemukan adanya bentuk, tinggi atau rendah benda (kedalaman) dan
membedakan kesempatan berdasarkan tempat (ruang ) dan waktu. Pemahaman ini mulai tampak
pada usia 18 – 24 bulan.

6. Mulai mampu berimajinasi

Kemampuan berimajinasi atau membentuk citra abstrak berkembang mulai usia 18 bulan. Anak
sudah mulai menampakkan kemampuan untuk memikirkan benda yang tidak dilihatnya.

7. Mampu berpikir antisipatif


Kemampuan ini mulai tampak pada anak usia 21 – 23 bulan. Anak tidak sekedar
mengimajinasikan benda yang tidak ada di hadapannya, lebih jauh lagi dia mulai dapat
mengantisipasi dampak yang akan terjadi pada hal yang dilakukannya.

8. Memahami kalimat yang terdiri dari beberapa kata

Pada usia 12 – 17 bulan, anak sudah dapat memahami kalimat yang terdiri atas rangkaian
beberapa kata. Selain itu, anak juga sudah dapat mengembangkan komunikasi dengan menggunakan
gerakan tubuh, tangisan dan mimik wajah. Pada usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat
mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya anak
sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan
mengutarakan pesan-pesan seperti: “ Adik mau susu.”
9. Cepat menangkap kata-kata baru

Pada usia 18 – 23 bulan, anak mengalami perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata-
kata. Perbendaharaan kata anak-anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain itu, anak sudah mulai
sadar bahwa setiap benda memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan
kemampuan bahasanya dan belajar kata-kata baru lebih cepat.

10. Sering bertanya

Anak pada usia 3 tahun akan sering bertanya kepada orang tua dan orang disekelilingnya, karena
rasa ingin tahu anak yang tinggi, itu semua disebabkan karena kognitif anak sangat berkembang.

C. Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Umur 3-4 Tahun ( PG )


1. Dapat mengenal fungsi benda dengan benar

2. Dapat mengelompokkan benda berdasarkan bentuk,warna,ukuran dan fungsi secara sederhana

3. Ikut dalam kegiatan membaca dengan mengisi kata-kata atau kalimat yang kosong

4. Dapat menunjukkan dan menyebutkan anggota tubuhnya

5. Dapat mencocokkan hingga sebelas warna

6. Memahami konsep makna berlawanan, kosong/penuh atau ringan/berat.


7. Menunjukkan pemahaman mengenai di dasar/di puncak, di belakang/di depan, di atas/di bawah.
8. Mampu memadankan bentuk lingkaran atau persegi dengan objek nyata.
9. Sengaja menumpuk kotak atau gelang sesuai ukuran.
10. Mengelompokkan benda yang memiliki persamaan : warna, bentuk atau ukuran.
11. Mampu mengetahui mengetahui dan menyebutkan umurnya.
12. Memasangakan dan menyebutkan benda yang sama, misalnya : “ apa pasangannya cangkir “.
13. Mencocokkan segitiga, persegi panjang dan wajik.
14. Menyebutkan lingkaran dan kotak jika diperhatikan.
15. Memahami konsep lambat/cepat, sedikit/banyak, tipis/tebal, sempit/luas.
16. Mampu memahami apa yang harus dilakukan jika tali sepatu lepas, jika haus dan jika mau keluar
saat hujan.
17. Mampu menerangkan, mengapa seseorang memiliki : kunci, lemari pakaian, mobil, dll.
18. Menyentuh dan menghitung 4 - 7 benda.
19. Merangkai kegiatan sehari-hari dan menunjukkan kapan setiap kegiatan dilakukan.
20. Mengenal huruf kecil dan huruf besar.

D. Karakteristik perkembangan kognitif anak usia 4 sampai 8 tahun ( TK–SD kelas awal).

Perkembangan kognitif anak usia 4-8 tahun atau stadium pra-operasional dimulai dengan
penguasaan bahasa yang sistematis,permainan simbolis,imitasi serta bayangan dalam mental.
Semua proses ini menunjukkan bahwa anak sudah mampu untuk melakukan tingkah laku simbolis.
Anak sekarang tidak lagi mereaksi begitu saja terhadap stimulus-stimulus melainkan Nampak ada
suatu aktifitas internal.

Anak mampu untuk berbuat pura-pura, artinya dapat menimbulkan situasi-situasi yang tidak
langsung ada.Ia mampu untuk menirukan tingkah laku yang dilihatnya dan apa yang dilihatnya sehari
sebelumnya. Anak dapat mengadakan antisipasi, tetapi meskipun adanya banyak aspek-aspek yang
positif dalam cara berfikir pra-operasional ini, namun masih banyak kekurangannya.

Berfikir pra-operasional masih sangat egosentris. Anak belum mamapu ( secara persepsual,
emosional- motivasional dan konsepsual).

Pada saat memasuki usia 4 tahun seorang anak semakin bersemangat untuk mempelajari hal-hal
baru. Keadaan ini ditandai dengan semakin seringnya anak mengajukan pertanyaan sebagai wujud
dari rasa keingintahuannya.

Pada umumnya di akhir usia yang ke 4, daya hayal anak semakin menipis seiring dengan
meningkatnya kemampuan memahami ralitas. Masa kanak-kanak 4-8 tahun sebagian besar anak
merasakan seolah-olah sebgai masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan.

Karakteristik utama dalam tahap pra-operasional konkret piaget

karakteristik Deskripsi

Egosentri Anak yang berada dalam tahap ini


menganggap bahwa anak-anak yang lain
juga dapat merasakan,berfikir dan merasa
sama seperti diri mereka sendiri.

Berfikir animistis Anak yang berada dalam tahap ini


menganggap bahwa benda-benda mati
memiliki kehidupan,sama seperti mereka
sendiri.

Persepsi-lompatan pemikiran Anak yang berada dalam tahap ini selalau


memmbuat penilaian dengan terburu-buru
berdasarkan penampilan dari objek tersebut.

Pemusatan pemikiran pada suatu Anak yang berada dalam tahap ini
aspek cenderung hanya memperhatikan pusat dari
suatu aspek dalam suatu situasi dan
mengabaikan hal-hal lain yang lebih
penting.

Bagian dari sesuatu vs perubahan Anak yang berada dalam tahap ini hanya
bentuk dapat memfokuskan dirinya dalam waktu
yang cepat, damana kelemahan mereka
adalah terlalu cepat dalam
mampartimbangkan perubahan bentuk
dinamis di sekitar mereka. Sebagai hasilnya,
mereka mendapat kesilitan dalam
menghubungkan antara bagian awal dan
bagan akhri dari suatu situasi

Tidak dapat diubah Anak yang berada dalam tahap ini tidak
dapat berfikir dengan cara yang berurutan
dalam suatu masalah dan lalu mundur
kembali, tetapi haruslah dimulai kembali
dari awal.

Alasan transduktif Anak dalam tahap ini kurang dapat


memperhatikan keterangan berdasarkan atas
kata-kata.

Jamaris (2006:25-26) mengemukakan karakteristik kemampuan kognitif anak TK yaitu:

1. Kemampuan kognitif anak usia 4 tahun


a. Mulai dapat memecahkan masalah dengan berfikir dengan intuitif.misalnya menyusun puzzle
berdasarkan coba-coba.
b. Mulai belajar mengembangkan keterampilan mendengar dengan tujuan untuk mempermudah
berinteraksi dengan lingkungannya.
c. Sudah dapat menggambar sesuai dengan apa yang dipikirkannya.
d. Proses berfikir selalu dikaitkan dengan apa yang ditangkap oleh panca indra,seperti yang
dilihat,didengar,dikecap,diraba,dan dicium,dan selalu diikuti dengan pertanyaan “mengapa”.
e. Semua kejadian yang terjadi disekitarnya mempunyai alasan, tetapi berdasarkan sudut pandangnya
sendiri (egosentris).
f. Mulai dapat membedakan antara fantasi dengan kenyataan yang sebenarnya.
2. Kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun

a. Sudah dapat memahami jumlah ukuran.


b. Tertarik dengan huruf dan angka.ada yang sudah mampu menulisnya atau menyalinnya, serta
menghitungnya.
c. Telah mengenal sebagian warna.
d. Mulai mengerti tentang ‘waktu’ kapan harus pergi ke sekolah dan pulang dari sekolah, nama-nama
hari dalam satu minggu.
e. Mengenal bidang dan bergerak sesuai dengan bidang yang dimilikinya(teritorinya).
f. Pada akhir usia 6 tahun, anak sudah mampu membaca,menulis dan berhitung.
Sedangkan menurut sujiono (2008:2.8-2.9),karakteristik perkembangan kognitif anak usia 3-4
tahun sampai 5-6 tahun berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oeh para ahli di atas dan tugas
perkembangan pada amasa anak usia dini:

1) Memahami konsep makna berlawanan:kosong/penuh atau ringan/berat.

2) Menunjukkan pemahaman mengenai di dasar/di puncak; di belakang/di depan ;di atas/ di bawah.

3) Mampu memadamkan bentuk lingkaran atau persegi dengan objek nyata atau gambar.

4) Sengaja menumpuk kotak atau gelang sesuai ukuran.

5) Mengelompokkan benda yang memiliki persamaan:warna, bentuk atau ukuran.

6) Mampu mengetahui dan menyebutkan umurnya.

7) Memasangkan dan menyebutkan benda yang sama misalnya:”apa pasangannya cangkir”

8) Mencocokkan segitiga,persegi panjang dan wajik.


9) Menyebutkan lingkaran dan kotak jika dilihatkan.

10) Memahami konsep lambat/ cepat, sedikit /banyak, tipis/ tebal, sempit/luas.

11) Mampu memahami apa yang dilakukan jika tali sepatu lepas, jika haus dan jika mau keluar saat
hujan.

12) Mampu menerangkan, mengapa seseorang memiliki: kunci lemari pakaian, mobil ,dll.

13) Menyentuh dan menghitung 4-7 benda.

14) Merangkai kegiatan sehari-hari dan menunjukkan kapan setiap kegiatan dilakukan.

15) Mengenal huruf keci dan huruf besar.

16) Mengenali dan membaca tulisan yang sering kali dilihat disekolah dan dirumah.

17) Mampu menerangkan fungsi profesi-profesi yang ada di masyarakat.

18) Mengenali dan menghitung angka sampai 20.

19) Mengetahui letak jarum jam untuk kegiatan sehari-hari.

20) Melengkapi 4 anologi yang berlawanan.

21) Memperkirakan hasil yang realistis untuk setiap cerita.

22) Menceritakan kembali buku cerita bergambar dengan tingkat ketepatan yang memadai.

23) Menceritakan kembali 3 gagasan utama dari suatu cerita

24) Paham mengenai konsep arah :di tengah/ dipojok dan kiri/kanan.

25) Mengklasifikasikan angka,tulisan, buah dan sayur.

Karakteristik perkembangan kognitif anak usia 7-8 tahun

Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat.Dari segi kemampuan, secara
kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian.Artinya anak sudah mampu berpikir analisis
dan sintesis, deduktif dan induktif.

A. Teori-Teori Perkembangan Kognitif AUD


a. Teori Piaget
Ada empat tahap perkembangan Kognitif menurut Jean Piaget yaitu
1) Tahap Sensorimotorik (0-2 tahun)
Subtahap (umur) Tindakan-tindakan Pemahaman objek
penjelajahan

Skema-skema refleks (0-1½ Respons-respons tak disengaja Tidak berupaya mencari


bulan) terhadap stimuli, a.l. mengisap objek-objek yang telah
tidak tampak

Reaksi-reaksi sirkular primer Upaya-upaya untuk mengulangi Tidak berupaya mencari


(1½-4 bulan) peluang tindakan-tindakan yang objek-objek yang telah
memberikan kesenangan, tidak tampak
pada/didekat tubuh, a.l.
memasukkan ibujari kemulut.

Reaksi-reaksi sirkular sekunder Upaya-upaya untuk mengulangi Mulai mencari objek yang
(4 bulan-8 bulan) peluang tindakan-tindakan yang separuh tersembunyi
memberikan kesenangan
dilingkungan, a.l. memukul
mobil mainan, mengangkat
cangkir

Reaksi-reaksi sirkular Dapat menggabungkan “reaksi- Mencari objek yang


terskoordinasi (8-12 bulan) reaksi sirkular sekunder” untuk sepenuhnya tersembunyi,
menyelesaikan masalah-masalah namun melakukan
baru, a.l. membuka penutup, kesalahan A-bukan-B
kemudian menggengam

Reaksi-reaksi sirkular tersier(12- Akan dengan sengaja mengubah Dapat mengikuti


18 bulan) pola tindakan untuk mengetahui pemindahan objek yang
konsekuensi-konsekuensinya, dilakukan dengan terlihat
a.l. menjatuhkan bola dari
kertinggian-ketinggian berbeda

Awal representasi simbolik (18- Dapat menyelesaikan masalah Dapat mengikuti


24 bulan) dengan mnggunakan pemindahan objek yang
representassi, a.l. membuka dan dilakukan tanpa terlihat
menutup mulut.

2) Tahap Pra – Operasional (2 – 7 tahun)


Disebut demikian karena anak belum bisa melakukan operasi-operasi mental (tugas-tugas berpikir
logis, kendati awal penalaran logis dan berpikir simbolik telah tampak, terutama mendekati akhir
tahap ini.
Periode ini dibagi menjadi dua sub tahap :
a) Keberfungsian simbolik (dua-empat tahun), kemampuan untuk secara mental merepresentasikan
objek yang tidak tersaji (berpikir simbolik). Ini penting bagi perkembangan bahasa.
b) Berpikir intuitif (empat-tujuh tahun), adalah berawalnya penalaran primitif. Namun, berpikir masih
dibatasi oleh : Sentrasi
3) Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Anak-anak memahami operasi-operasi mental yang dapat diubah dan dapat mendensenter. Penalaran
masih terbatas karena kendati anak dapat menalar secara logis dan memahami hubungan–hubungan
kausal. Pada tahap ini anak tidak hanya menggambarkan sebuah simbol, tetapi dapat memanipulasi
simbol secara logika, seperti anak sudah bisa mengamati bahwa sebuah benda yang jumlahnya tetap
tidak akan berubah meskipun tampilannya berubah.
4) Tahap Opearsional Formal
Pemikiran anak menjadi lebih menjadi logis. Kemampuan untuk melakukan penalaran abstrak juga
meningkat, pemikiran remaja tidak lagi terikat pada contoh-contoh konkret spesifik seperti dalam
masa kanak-kanak akhir yang berarti bahwa mereka dapat melakukan penalaran hipotetis-
deduktif.Perubahan keterampilan-keterampilan kognitif mencerminkan perkembangan neurologgis
struktural dan fungsional yang mendasari keterampilan tersebut di masa remaja.
b. Teori Vygotsky
Vygotsky juga meyakini bahwa anak-anak mengembangkan cara-cara berpikir tentang dunia yang
secara kualitatif berbeda berdasarkan interaksi aktif dan termotivasi dengan lingkungan.Namun, ia
meyakini bahwa perkembangan kognitif didasarkan pada interaksi-interaksi sosial, bukan
penjelajahan individu terhadap lingkungan. Peralatan budaya seperti bahasa penting bagi
perkembangan. Keyakinan ini tercemin dalam zona perkembangan proksimal (ZPD), yang mengacu
pada potensi perkembangan anak. Agar belajar dapat terjadi, seorang guru harus bekerja dalam zona
ini.
Kemajuan melalui ZPD dijabarkan dalam empat tahap yaitu:
1) Tahap 1 : kinerja dibantu secara langsung oleh orang lain yang lebih mampu melalui perancahan.
2) Tahap 2 : melibatkan pembimbingan oleh diri sendiri seiring pengambilan alihan peran guru oleh
pembelajar dalam proses belajar mereka sendiri.
3) Tahap 3 : kinerja menjadi otomatis.
4) Tahap 4 : sumber-sumber stres (contohnya, keletihan)
Dalam suatu interaksi belajar, guru menggunakan teknik-teknik seperti perancahan (Wood, Wood, &
Middleton, 1978) :
1) Anak dituntun selangkah demi selangkah dalam tugas tersebut.
2) Tingkat bantuan diubah-ubah sesuai kebutuhan anak.
3) Pada tahap-tahap awal penguasaan tugas, anak mungkin membutuhkan instruksi langsung dan
pemberian contoh.
4) Ketika anak bertambah ahli dalam tugas tersebut, bimbingan akan bersifat kurang langsung seiring
anak mengambil kendali dalam tugas tersebut.
Model ini mempresentasikan perkembangan sebagai suatu proses magang dimana ahli (orang
dewasa atau individu lain yang lebih terampil) mengajarkan kepada pemula (anak) cara untuk
berhasil. Seiring anak mengembangkan keahlian dalam tugas, anak beralih dari pengaturan oleh guru
dan orang lain ke pengaturan-diri.
Teori Pembelajaran KognitifDiaplikasikan kepada fenomena seperti pembelajaran konsep,
pemikiran, penyelesaian masalah, pemindahan, pembelajaran keterampilan yang kompleks (Greeno,
Collins, Resnik, 1996, Mayor & Wittrock, 1996).Prinsip pembelajaran kognitif menerangkan
bagaimana pelajar menerima, memproses, menyimpan dan mencari informasi dalam memori (Ertmer
& Newby, 1993). Dan pembelajaran ini lebih berpusat kepada apa yang anak tahu‟dan „bagaimana‟
mereka mengetahuinya.
Pembelajaran adalah satu proses yang aktif. Pelajar dibolehkan untuk mengelola, menyimpan dan
mengeluarkan semula segala pengalamannya. Pengetahuan dan pengalaman yang tersedia akan
menentukan apa-apa yang akan dipelajari, diingati dan dilupakan. Koffka, Kohler, Bruner, Gagne dan
Ausubel ahli-ahli psikologi pendidikan yang berpengaruh dan terkemuka terhadap teori pembelajaran
kognitif. Kajian Kohler menunjukkan pembelajaran yang kompleks berlaku tidak semata-mata
melalui coba ralat.Manusia juga mempunyai hak yang istimewa untuk memperoleh pembelajaran dan
menyelesaikan masalah yang kompleks.
c. Teori John B. Watson
John B. Watson adalah ahli psikologi pertama menggunakan perkataan “behaviorisme”.
Sangat dipengaruhi model pelaziman klasik Pavlov.Perbedaan antara manusia ialah
pengalaman.Pengalaman yang baik boleh dapat berubah menjadi pengalaman yang buruk.
Rangsangan yang diberikan dan respon yang diperoleh akan mempengaruhi pengalaman
pembelajaran murid.
Watson ‘Little Albert Experiment’ Menggambarkan pengkondisian (conditioning).Albert - 11
bulan – tidak menunjukkan rasa takut pada seekor tikus putih.Saat Albert hendak mengambil tikus,
bunyi pemukul diketuk pada besi.Kesannya Albert terkejut dan terjatuh.Keadaan itu diulang berkali-
kali (tikus putih dan berbunyi pemukul).Akhirnya, eksperimen menunjukkan Albert memberi reaksi
emosional terhadap tikus contohnya takut pada tikus, anjing, dll. Setelah diuji lagi ia menunjukkan
reaksi emosi yang sederhana. Kesimpulannya, hal-halm yang biasa dapat melahirkan reaksi
emosional.
d. Teori Albert Bandura.
Teori ini menyarankan pembelajaran sebagai perolehan dan tingkah laku sebagai prestasi yang harus
diperhatikan.Teori behavioris kurang lengkap menerangkan tentang tingkah laku manusia. Teori ini
menekankan kepentingan peranan pengalaman (orang lain), simbol dan pengawasan diri dalam pross
pembelajaran. Manusia dan hewan dapat belajar dengan memerhatikan cara orang atau hewan lain
membuat sesuatu. Pemerhatian model penting dalam pembelajaran. Komitmen pemodelan akan
mendorong pembelajaran. Pemodelan dapat digunakan untuk mencapai tiga kesan yaitu: Mengajar
tingkah laku yang baru. Menggalakkan penguatan tingkah laku yang lama.menguatkan atau
melemahkan sesuatu halangan untuk tujuan membantu murid mengatasi perasaan takut atau malu.
e. Teori Jerome Bruner.
Mengkaji perkembangan kebolehan mental manusia dan Bagaimana pemikiran berlaku semasa
proses pembelajaran. Beliau menyarankan pengajaran harus merangkumi ciri-ciri berikut:
1) Persekitaran untuk belajar
2) Struktur pengetahuan
3) Urutan
4) peneguhan
Mengikut Bruner, peringkat pembelajran berubah dalam tiga urutan iaitu: enaktif ikonik simbolik .
1) Enaktif. Pembelajaran melalui tindakan manipulatif dan tidak melibatkan bahasa. Bahan perlu
dipegang dan digunakan untuk memperoleh pengertian. • Contoh: Memegang api - panas, Melontar
bola – melambung.
2) Ikonik. Sanggup membentuk persepsi dan membina gambaran dalam mental. Contoh: Bahan tajam –
luka Air didih – panas
3) Simbolik. Simbol seperti perkataan, bahasa dan formula dapat digunakan untuk mempersembahkan
pengalaman dan menghuraikan penaakulan abstrak. Turutan pembelajaran haruslah berkembang
mengikut urutan: peringkat motor – sensori (enaktif) konkrit (ikonik) – abstrak (simbolik).
f. Teori Menurut Ausubel
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil
latihan atau pengalaman. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar
terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya. Pembelajaran
adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa. Pembelajaran pada hakekatnya
adalah suatu proses interaksi antara anak dengan lingkungannnya baik antar anak dengan anak,
anak dengan sumber belajar, maupun anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan
menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa
aman bagi anak. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta
didik dalam melaksanakan kegiatan belajar, demi mencapai hasil belajar yang memuaskan.
Pembelajaran akan mempunyai arti apabila antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan
yang lama memiliki keterkaitan. Inilah teori David P. Ausubel, pembelajaran bermakna, seorang ahli
psikologi pendidikan. Pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran dimana informasi
baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui
pembelajaran. Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru
ke dalam struktur pengetahuan mereka.Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai dengan keterampilan
siswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa.Oleh karena itu, subjek mesti
dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru
tersebut benar-benar terserap olehnya.

Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika “pengatur kemajuan (belajar)”
atauadvance organizer didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa.
Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua
isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. David Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli
psikologi kognitif yang berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh
kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. Ausubel menggunakan istilah “pengatur lanjut” (advance
organizers) dalam penyajian informasi yang dipelajari peserta didik agar belajar menjadi bermakna.
Selanjutnya dikatakan bahwa “pengatur lanjut” itu terdiri dari bahan verbal di satu pihak, sebagian
lagi merupakan sesuatu yang sudah diketahui peserta didik di pihak lain. Dengan demikian kunci
keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh
siswa.

Dalam proses pembelajaran bermakna ini pun ada tiga faktor yang memiliki pengaruh,
yaitu struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi
tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan
arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu, demikian pula sifat
proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil dan diatur dengan baik, maka arti-arti
yang jelas akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak
stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan
retensi.

Menurut Ausubel tipe belajar ada tiga, yaitu:


1. Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya
dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menemukan
pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan
pengetahuan yang sudah ada.

2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri
oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.

3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara
logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh
itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.

Untuk menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, ada beberapa prinsip-prinsip dan
konsep-konsep yang perlu kita perhatikan, yaitu :

1. Pengatur awal

Pengatur awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka pelajari dan menolong mereka
untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan untuk membantu
menanamkan pengetahuan baru. Suatu pengatur awal dapat dianggap sebagai pertolongan mental
dan disajikan sebelum materi baru.

2. Diferensiasi progresif

Selama belajar bermakna berlangsung, perlu terjadi pengembangan dan elaborasi


konsep.Pengembangan konsep berlangsung paling baik, bila unsur-unsur yang paling umum
diperkenalkan terlebih dulu, baru kemudian hal-hal yang lebih khusus dan detail dari konsep
tersebut.

3. Belajar super ordinat

Belajar superordinat terjadi, bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai
unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan lebih inklusif.

4. Penyesuaian integratif

Dalam mengajar, bukan hanya urutan menurut diferensiasi progresif yang diperhatikan, melainkan
juga harus diperlihatkan bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan pada konsep-konsep
superordinat.Kita harus memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-arti baru dihubungkan dan
dipertentangkan dengan arti-arti sebelumnya yang lebih sempit dan bagaimana konsep-konsep yang
tingkatnya lebih tinggi sekarang mengambil arti baru.

Menurut Ausubel ada tiga kebaikan dari pembelajaran bermakna, yaitu:

1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.

2. Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi
pelajaran yang mirip.

3. Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun
telah terjadi lupa.

g. Teori Belajar Cognitive Field ( Kurt Lewin )


Teori belajar cognitive field menitikberatkan perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial,
karena pada hakikatnya masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan, yang
bersifat psikologis, yang disebut life space. Life space mencakup perwujudan lingkungan dimana
individu bereaksi, misalnya orang yang dijumpai, fungsi kejiwaan yang dimiliki dan objek material
yang dihadapi.

Jadi, tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan, baik yang berasal dari dalam diri
individu, seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupun yang berasal dari luar individu,
seperti tantangan dan permasalahan yang dihadapi.Menurut teori ini, belajar itu berlangsung
sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif.

Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil pertemuan dari dua kekuatan, yaitu yang berasal
dari struktur medan kognitif itu sendiri dan yang lainnya berasal dari kebutuhan dan motivasi
internal individu. Dengan demikian, peranan motivasi jauh lebih penting daripada reward atau
hadiah.

h. Teori Benyamin S. Bloom


Benyamin S. Bloom telah mengembangkan “taksonomi” untuk domain kognitif. Taksonomi
adalah metode untuk membuat urutan pemikiran dari tahap dasar ke arah yang lebih tinggi dari
kegiatan mental, dengan enam tahap sebagai berikut :

a. Pengetahuan ( Knowledge ) ialah kemapuan untuk menghafal, mengingat atau mengulangi


informasi yang pernah diberikan. Contoh, Sebutkan lima bagian utama kamera 35 mm.
b. Pemahaman ( comprehension ) ialah kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulang
informasi dengan menggunakan bahasa sendiri. Contoh, Uraikan 6 tahapan dalam mengisi film untuk
kamera 35 mm.

c. Aplikasi ( Application ) ialah kemampuan menggunakan informasi, teori, dan aturan pada situasi
baru. Contoh, pilih ekspose 3 kamera untuk pengambilan gambar yang berbeda.

d. Analisis ( Analysis ) ialah kemampuan mengurai pemikiran yang kompleks, dan mengenai bagian-
bagian serta hubungannya. Contoh, Bandingkan cara kerja dua kamera 35 mm yang memiliki model
yang berbeda.

e. Sintesis ( Synthesis ) ialah kemampuan mengumpulkan komponen yang sama guna membentuk
satu pola pemikiran yang baru. Contoh, Susunlah urutan fotografi untuk 6 objek.

f. Evaluasi ( evaluation ) ialah kemampuan membuat pemikiran berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Contoh, buatlah penilaian terhadap kualitas slide yang dihasilkan dalam lomba, dengan 4
urutan penilaian.

i. Teori Belajar John Dewey


John Dewey mengemukakan bahwa belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri
dan topik dalam kurikulum seharusnya saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai
kaitan satu sama lain.

Penjelasan :

John Dewey mengemukakan bahwa belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa
sendiri dan topik dalam kurikulum seharusnya saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak
mempunyai kaitan satu sama lain (Sugihartono dkk, 2007:108). Apabila belajar siswa tergantung
pada pengalaman dan minat siswa maka suasana belajar siswa akan menjadi lebih menyenangkan
dan hal ini akan mendorong siswa untuk berfikir proaktif dan mampu mencari pemecahan masalah,
di samping itu kurikulum yang diajarkan harus saling terintegrasi agar pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan memiliki hasil maksimal.

John Dewey dalam bukunya Democracy and Education (1950: 89-90, dalam Dwi Siswoyo
dkk, 2011), pendidikan adalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna
pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya.
Seperti telah diuraikan di muka bahwa dalam teori konstruktivisme disebutkan bahwa permasalahan
muncul dibangun dari rekonstruksi yang dilakukan oleh siswa sendiri, hal ini dapat dikatakan bahwa
dalam pendidikan ada keterkaitan antara siswa dengan permasalahan yang dihadapi dan siswa
tersebut yang merekonstruksi lewat pengetahuan yang dimiliki.Selain itu dari teori kognitif yang
menegaskan pengalaman sebagai landasan pembelajaran juga sangat relevan.

John Dewey tidak hanya mengembangkan teori konstruktivistik yang terangkum dalam teori
kognitif tetapi juga mengembangkan teori perkembangan moral peserta didik. John Dewey membagi
perkembangan moral anak menjadi tiga tahapan, yaitu tahap premoral atau preconventional, tahap
conventional, dan tahap autonomous (Dwi Siswoyo dkk, 2011). Selanjutnya John Dewey (Dwi
Siswoyo dkk, 2011) menjelaskan beberapa tahapan yang dikemukakan, yaitu:

a. Tahap premoral. Tingkah laku seseorang didorong oleh desakan yang bersifat fisikal atau sosial.

b. Tahap convention. Seseorang mulai bisa menerima nilai dengan sedikit kritis berdasarkan kepada
kriteria kelompoknya.

c. Tahap autonomous. Seseorang sudah mulai bisa berbuat atau bertingkah laku sesuai dengan akal
pikiran dan pertimbangan dirinya sendiri, tidak sepenuhnya menerima kriteria kelompoknya.

j. Teori Belajar Kognitif Menurut Kohler


Teori yang disampaikan oleh Kohler berdasarkan pada penelitiannya pada seekor monyetnya
dipulau Cannary yang dikembangkan dari teori Gestalt. Kohler menyatakan bahwa belajar adalah
serta mencapainya, hasil adalah proses yang didasarkan ada insight.

Daftar Pustaka

.Bee, Helen. 1994. Lifespan Development. HarperCollins College Publisher, New York.

Hurlock, E.B. 1978. Child Development.Sixth Edition.McGraw-Hill.Inc. New York.

Papalia, Diane E. & Olds, Sally Wendkos. 1989. Human Development. McGraw-Hill Book Company.

Santrock, J.W. 1997. Life Span Development.Brown Benchmark Publisher, Madison.

Seifert, K.L. & Hoffnung, R.J. 1987.Child and Adolescent Development.Boston : Houghton Mifflin Co.

Turner, Jeffrey S. & Helms, Donald. 1991. Life Span Development. Holt, Rinehart and Winston, Inc.
The Dryden Press.
Vasta, R., Haith, M M., & Miller, SA. 1992. Child Psychologi : The Modern Science. New York : John
Wiley & Sons. Inc.

Latifah Melly. 2010. Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia 1-3 tahun. Retrieved

Suryana,Dadan.2013.Pendidikan Anak Usia Dini (teori dan praktek pembelajaran). Padang:UNP


press.

Monks.(2006). Psikologi Perkembangan.Jogja : GADJAH MADA. UNIVERSITY PRESS.

Sujiono, Nurani. (2011). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta :Universitas Terbuka.

Jamaris,Martini.2006.Perkembangan Dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-


Kanak.Jakarta:Grasindo

Sujiono,Yuliani Nurani.2008.Metode Pengembangan Kognitif.Bandung:Universitas Terbuka.

http://www.sarjanaku.com/2010/11/perkembangan-kognitif-anak.html

Upton, Penney.2012.Psikologi Perkembangan.Jakarta:Erlangga.

Allen K. Eileen dan Lynn R. Marotz. 2010. Profil Perkembangan Anak Pra Kelahiran Hingga Usia
12 Tahun. Jakarta : Indeks. Halaman 59-60, 70, 80, 89, 103 - 104, 115, 129 – 130, 141, dan 151.

Power Point Noerdin Tahir

Diposting oleh Husnul Khatimah di 03.38

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya
Husnul Khatimah

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ▼ 2015 (1)
o ▼ Desember (1)
 Karakteristik Perkembangan Kognitif AUD

Tema PT Keren Sekali. Gambar tema oleh molotovcoketail. Diberdayakan oleh Blogger.

Desy Aprisa

Search...

Blog Archive
 Februari (2)
 Maret (3)
 April (2)

Pages
 Beranda

Diberdayakan oleh Blogger.


 MUHASABAH CINTAKU Wahai... Pemilik nyawaku betapa lemah diriku ini berat ujian dari Mu
ku pasrahkan semua pada Mu! Tuhan... Baru ku sadar indahnya nikmat sehat itu tak pandai
aku bersyukur kini ku harapkan cinta Mu! Kata-kata cinta terucap indah mengalir berzikir di
kidung doaku sakit yang ku rasa biar jadi penawar dosaku butir-butir cinta air mataku
teringat semua yang Kau beri untuku ampuni khilaf dan salah slama ini ya Illahi... Muhasabah
Cintaku,,, Tuhan... Kuatkan aku! Lindungiku dari putus asa jika ku harus mati pertemukan
aku dengan Mu!

Blog Archive
 ▼ 2013 (7)
o ► April (2)
o ▼ Maret (3)
 Kreatifitas
 KOGNITIF ANAK USIA 5-6 TAHUN
 Metode Pembelajaran Seni Rupa Di TK
o ► Februari (2)

Followers
About Me

deci zha

Lihat profil lengkapku

Rabu, 06 Maret 2013


KOGNITIF ANAK USIA 5-6 TAHUN
Diposting oleh deci zha di 23.02

A.Pengertian Kognitif

Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susuanan syaraf pada waktu
manusia sedang berfikir (Gagne, 1976). Kemampuan kognitif ini perkembangan fisik dan syarat-
syarat yang berada di pusat syaraf. Salah satu teori yang berpengaruh dalam menjelaskan
perkembangan kognitif.
Jean Piaget, yang hidup dari tahun 1896 sampai tahun 1980, adalah seorang ahli biologi dan
psikologi berkebangsaan Swiss. Ia merupakan salah seorang yang memmuskan teori yang dapat
menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasarkan dua sudut pandang
yang disebut sudut pandang aliran struktural (structuralism) dan aliran konstruktif (constructivism).
Aliran struktural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat dari pandangannya tentang inteligensi
yang berkembang melalui serangkaian tahap perkembangan yang ditandai oleh perkembangan
kualitas struktur kognitif. Aliran konstruktif terlihat dari pandangan Piaget yang menyatakan bahwa,
anak membangun kemampuan kognitif melalui interaksinya dengan dunia di sekitarnya. Dalam hal
ini, Piaget menyamakan anak dengan peneliti yang selalu sibuk membangun teori-teorinya tentang
dunia di sekitarnya, melalui interaksinya dengan lingkungan di sekitarnya. Hasil dari interaksi ini
adalah terbentuknya struktur kognitil, atau skemata (dalam bentuk tunggal disebut skema) yang
dimulai dari terbentuknya struktur berpikir secara logis, kemudian berkembang meqjadi suatu
generalisasi (kesimpulan umum).

B. Fase-fase Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif. Artinya,
perkembargan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Dengan demikian,
apabila teriadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan selaniutnya akan
memperoleh hambatan. Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam empat fase, yaitu fase
sensorimotor, fase praoperasional, fase operasi konkret, danfaseoperasi formal (Piaget, 1972: 49-
91).

1. Fase Sensorimotor (usia 3 - 4 tahun)

Pada masa dua tahun kehidupannya, anak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, terutama
melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa, mencium, dan mendengar) dan persepsinya
terhadap gerakan fisik, dan aknvitas yang berkaitan dengan sensoris tersebut. Koordinasi aktivitas ini
disebut dengan istilah sensorimotor.

Fase sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki anak sejak ia
dilahirkan. Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak mulai membangun
pemahamannya tentang lingkungannya melalui kegiatan sensorimotor, seperti menggenggam,
mengisap, melihat, melempar, dan secara perlahan ia mulai menyadari bahwa suatu benda tidak
menyatu dengan lingkungannya, atau dapat dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu berada.
Selanjutnya, ia mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus.
Keadaan ini mengandung arti, bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya terhadap
aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan kausalitas, bentuk, dan ukuran, sebagai hasil
pemaharnannya terhadap aktivitas sensorimotor yang dilakukannya.

Pada akhir usia 3 tahun, anak sudah menguasai pola-pola sensorimotor yang bersifat
kompleks, seperti bagaimana cara mendapatkan benda yang diinginkannya (menarik, menggenggam
atau meminta), menggunakan satu benda dengzur tujuan yangb erbeda. Dengan benda yanga da di
tangannya,ia melakukan apa yang diinginkannya. Kemampuan ini merupakan awal kemampuan
berpilar secara simbolis, yaitu kemampuan untuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek
tersebut secara empiris.

2. Fase Praoperasional (usia 5 - 6 tahun)

Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-
benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga
dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan simbolis ini dapat berbentuk
melakukan percakapan melalui telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan
kegiatan simbolis lainnva Fase ini rnemberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak.
Pada fase praoperasional, anak trdak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang
dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya
dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Fase ini merupakan rlasa permulaan bagi
anak untuk membangun kenrampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir
anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat clibagi
ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris dan subfase
berpikir secara intuitif.

Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 5 – 6 tahun. Pada masa ini, anak telah memiliki
kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir.Kemampuan ini
membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumah-rumahan,
menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya.Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia
secara sederhana. Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara
egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang
lain. Benar atau tidak benar, bagl anak pada fase ini, ditentukan oleh cara pandangnya sendiri yang
disebut dengan istilah egosentris.

C. Aspek-aspek Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini (TK)

Bertitik tolak dari gambaran umum tentang fase-fase perkembangan kognitif tersebut di atas,
maka dapat diketahui bahwa perkembangan kognitrf anak usia taman kanak-kanak (PAUD) berada
dalam fase praoperasional vang menckup tiga aspek, yaitu:

1. Berpikir Simbolis

Aspek berpikir simbolis yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa
walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.

2. Berpikir Egosentris

Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju
atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan
cara pandangnya di sudut pandang orang lain.

3. Berpikir lntuitif

Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti
menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk
melakukannya.

D. Prinsip.prinsip Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini 5-6 tahun

Perkembangan kognitif anak pada hakikatnya merupakan hasil proses asimilasi (assimilation),
akomodasi (accommodation) dan ekuilibrium (equilibrium)
1.. Asimilasi dan Akomodasi

Asimilasi berkaitan dengan proses penyerapan informasi baru ke dalam informasi yang telah
ada di dalam schemata (struktur kognitif) anak. Akomodasi adalah proses menyatukan informasi
baru dengan informasi yang telah ada di dalam skemata, sehingga perpaduan antara informasi
tersebut memperluas skemata anak. Sebagai contoh, seorang anak yang baru pertama kali diberi
jeruk oleh ibunya, ia tidak tahu bahwa buah yang diberikan kepadanya itu bernana.jeruk.
pengetahuannya bahwa buah itu bernama jeruk karena diberi tahu oleh ibunya. Pada waktu itu,
anak telah mempunvai skemata tenlang. Jeruk, yaitu bentuknya yang bulat dan namanya. Setelah
itu, anak tersebut menggenggam. Jeruk dan menggitnya. pada saat yang bersamaan ibunya
mengatakan, "Savang jeruk dikupas dulu baru dapat dimakan." lalu ibunya memperlihatkm cara
mengupas jeruk dan memberikan jeruk yang sudah dikupas itu kepada anaknya. Pada fase ini terjadi
proses asimilasi, yaitu proses penyerapan informasi baru ke dalam informasi yang telah ada di dalam
skemata anak sehingga anak memahami bahwa jeruk harus dikupas dahulu, baru dapat dimakan.
Pada ntuhap ini, telah terjadi proses akomodasi karena pengetahuan anak tentang jeruk telah
diperluas, yaitu jeruk kalau hendak dimakan harus dikupas terlebih dahulu.

2. Ekuilibrium

Ekuilibrium berkaitan dengan usaha anak untuk mengatasi konflik yang teerjadi dalam dirinya
pada waktu ia menghadapi suatu masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut, ia
menyeimbangkan informasi yang baru, yang berkaitan dengan masalah yang dihadapinya dengan
informasi yang telah ada di
dalam skematanya secira dinamis. Sebagai contoh, pada waktu anak diberi buah lain yang berkulit,
maka anak akan menyeirnbangkan pengetahuannya tentang jeruk dengan cara-cara yang harus
dilakukannya agar buah tersebut dapat dimakan.

E. Karakteristik Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun

Anak berusia antara 5-6 tahun sedang berada pada akhir dari bagian awal masa kanak-
kanaknya. Karakteristik khusus bagi anak dalam kelompok usia 5-6 tahun adalah:
Perkembangan kemampuan fisik

Pada usia ini anak menunjukkan keingintahuan yang besar dan aktif. Dia bisa mengatur
gerakan badannya dengan lebih baik dan lebih luwes. Anak juga bisa berjalan jinjit mundur dan
berjalan mundur dengan tumitnya. Dia juga bisa berlari dengan cepat, meloncat, berlari dengan satu
kaki. Anak pada sia ini sudah bisa mencuci tanganya sendiri tanpa membasahi bajunya, berpakaian
dan mengikat tali sepatunya sendiri. Koordinasi motorik yang baik berkembnag smapai si anak dapat
mencontoh segitiga dan belah ketupat. Mereka mulai dapat menulus beberapa huruf dan angka dan
menuliskan namanya dengan benar. Anak juga dapat menggambar benda hidup.

Penglihatan

Anak usia 5-6 tahun dapat menguasai indera peraba, pendengaran dan penglihatan hampir
sebaik orang dewasa.

Perkembangan kemampuan bahasa

Perkembangan bahasa berlangsung dengan cepat dan membantu anak untuk mengemukakan
pikiranya. Kosa kata anak meningkat samapi 8000-14000 kata pada usia 6 tahun. Kata Tanya
(kenapa, siapa, dimana, dan kapan)lebih banyak digunakan sehingga anak pada usia ini cenderung
banyak bertanya.

Perkembangan kemampuan sosial

Anak usia 5-6 tahun menunjukkan lebih banyak kemampuan sosial. Hal ini dapat dilihat dari
cara bermain anak yang lebih terarah dan mampu bekerja sama dalam bermain. Anak senang
bermain bersama dan tolong menolong dalam mencapai keinginan tertentu. Ada kecenderungan
tolong menolong ini dalam bermain dan kegiatan lainya. Anak usia ini lebih siap untuk berpisah
beberapa jam dari orangtuanya dibandingkan dengan anak yang lebih muda dari itu. Anak sudah
mampu berbagi dengan oranglain, mampu bertenggang rasa, sabar menunggu giliranya,dan mampu
menerima tabggung jawab yang ringan.

Perkembangan Emosional

Emotional intelligence (kecerdasan emosi) adalah suatu tingkst kepandaian dalam memahami
emosi oranglain dan mengatur emosinya sendiri, seperti misalnya mampu memptivasi diri sendiri
dan tahan menghadapi rasa frustasi, mengontrol gerak hati dan menunda kegembiraan, mengatur
untuk tetapa berpikir,berempati (mampu membayangkan dan merasakan perasaan oranglain) dan
berharap. (Goleman,1995)
Pada anak usia ini, kosa kata anak yang berhubungan dengan emosi meningkat secara
bertahap, sehingga mereka mengenal lebih banyak variasi ekspresi oranglain. Bersamaan dengan itu
anak juga belajar ekspresi emosi dirinya.

Perkembangan kepribadian

Selain karena faktor keturunan, lingkungan juga mempengaruhi perkembangan kepribadian


anak. Anak mempelajari berbagai perilaku sosial dari contoh-contoh yang dilihatnya. Selain itu, pada
usia ini anak tidak hanya belajar tingkah laku tang kelihatan jelas, tapi juga dapat mempelajari
gagasan, harapan, dan nilai-nilai. Anak dapat mempelajari hal-hal apa saja yang boleh dan tidak
boleh.

Penting untuk diperhatikan bahwa setiap anak itu unik, mereka tumbuh menurut lajunya
masing-masing. Dan tidak semua aspek perkembangan tersebut diatas tumbuh bersamaan atau
berurutan sehingga hal yang wajar jika terjadi variasi dalam perkembangan anak. Agar menjadi
perhatian para orangtua atau pendidik bahwa kwgiatan dalam mendidik anak usia dini harus
direncanakan dengan mempertimbangkan karakteristik anak seperi yang telah disebutkan diatas.

F. Pengertian Daya Pikir dan Daya Cipta Dalam Kognitif Anak 5-6 Tahun

1. Daya pikir

Daya pikir disebut juga sebagai kemampuan kognitif sering diartikan sebagai daya atau
kemampuan seorang anak untuk berfikir dan mengamati, melihat hubungan-hubungan, kegiatan
yang mengakibatkan seorang anak memperoleh pengetahuan baru yang banyak didukung oleh
kemampuannya bertanya.

Berk (1991:207) menerangkan bahwa kemampuan kognitif menunjuk kepada proses dan
produk dari dalam akal ;pikiran manusia yang membawanya untuk tahu. Dalam hal ini termasuk
semua kegiatan mental manusia yang meliputi: mengingat, menghubungkan, menggolongkan,
memberikan symbol, mengkhayal, memecahkan masalah, mencipta dan membayangkan kejadian
dan mimpi.
2. Daya Cipta

Daya cipta disebut juga sebagai kreativitas. Banyak definisi tentang daya cipta atau kreativitas
yang diajukan oleh para ahli yang satu sama lain memiliki sudut pandang sendiri-sendiri. Namun
para ahli sebenarnya telah mengembangkan pengertian kreativitas dalam bentuk pengertian popular
dan makna psikologis (Hurlock, 1978).

G. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Daya Pikir dan Daya Cipta

Daya Pikir

Daya pikir perlu dikembangkan sedini mungkin karena apa yang diperoleh pada suatu periode
akan sangat membantu penembangan daya pikir pada periode selanjutnya. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan (1997) telah menetapkan tujuan dan fungsi pengembangan daya pikir di TK yakni
sebagai berikut:

a. Tujuan

Tujuan pengembangan daya pikir adalah agar anak mampu menghubungkan pengetahuan
baru yang diperolehnya. Tujuan tersebut secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan kemampuan berpikir logis dan pengetahuan akan ruang dan waktu

2. Anak mampu mengembangkan pengetahuan yang sudah diketahui dengan pengetahuan baru
yang diperolehnya

3. Mengembangkan kemampuan memahami sesuatu dengan cara melihat bermacam-macam


hubungan antara satu objek dengan objek lain berdasarkan perbedaan dan persamaan

4. Mengembangkan imajinasi melalui bermacam-macam kegiatan

5. Memberi kesempatan untuk mengolah lingkungan dan membangun dunianya secara aktif

6. Agar anak dapat menghargai dan mencintai isi alam sebagai ciptaan Tuhan

b. Fungsi

1. mengenalkan lingkungan sekitar kepada anak, manfaat serta bahayanya


2. melatih agar anak mampu menggunakan panca inderanya untuk mengenal lingkungannya

3. memberi kesempatan pd anak untuk mengamati dan mengolah lingkungan atau dunianya secara
aktif sesuai dengan kemampuan anak

4. mengenal konsep bilangan dan benda-benda

5. memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan “bermain sambil belajar atau
belajar seraya bermain”

6. melatih anak berpikir logis

Daya Cipta

Tujuan

1. Mengembangkan imajinasi dan kreatifitas anak

2. Memberi kesempatan pada anak untuk menciptakan sesuatu sesuai dengan kreatifitasnya

3. Anak dapat menghargai hasil karyanya

Fungsi

1. Mengenalkan berbagai hasil karya seni dan kreatifitas pada anak

2. Memberi kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya

3. Melatih anak berpikir kreatif

H. lmplikasi Perkembangan Kognitif dalam Proses Pembelajaran yang Efektif di Taman Kanak-
Kanak

1. Aktivitas di dalam proses belajar-mengajar hendaknya ditekankan pada pengembangan


struktur kognitif, melalui pemberian kesempatan pada anak untuk memperoleh pengalaman
langsung dalam berbagai aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan
mengandung makna, seperti membuat bangunan dari balok, mengamati perubahan yang terjadi di
lingkungan anak (turnbuh-tumbuhan, binatang, air), menggambar, menggunting, dan lain-lain yang
dikaitkan dengan pengembangan dasar-dasar pengetahuan alam atau matematika dan
pengembangan bahasa, baik bahasa lisan maupun membaca dan menulis.
2 Memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam pikiran anak. Misalnya, memberikan.
jawaban yang salah untuk memotivasi anak memikirkan dan mengemuk akan jawaban yang benar.

3 Memberi kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat
mengembangkan kemampuan kognitifnya. Misalnya, mengubah obiek-objek yang disajikan secara
nyata kedalam bentuk lain, misalnya gambar.

4. Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak untuk berpikir dan
mengemukakan pikirannya.

http://elearning.unesa.ac.id/myblog/nur-ardisti/fase-perkembangan-kognitif-anak-usia-dini
(diakses tanggal 17 maret 2012)

Bukanlah hal yang susah, sekarang ini sudah banyak cara yang lebih mudah lagi untuk
menumbuhkan motivasi belajaranak, asalkan kita mau berusaha, selain ini juga banyak faktor-faktor
yang mempengaruhi keingianan belajar anak, keinginan baca anak, tinggal kita sebagai orang
tua/kakak harus mengenal dia terlebih dahulu seperti,benda apa yang ia suka atau permaianan apa
yang dia suka. Adapun cara mendidik anak supaya pintar yaitu dengan cara :

Bermain musik

Cara ini dapat merangsang pertumbuhan otak kanan. Dan dari studi yang dilakukan oleh
universitas Toronto, ini dapat meningkatkan IQ dan nilai akademis anak. Bintang pernah membaca
sebuah artikel kenapa orang zionis israel menjadi pintar. Salah satunya adalah sejak masih dini
mereka sudah dilatih konsentrasinya dengan bermain Piano.

Mengembangkan rasa ingin tahu anak

Pendidikan yang sukses karena anak pintar selalu ingin tahu akan hal baru. Maka daripada itu
sejak kecil biasakan anda sebagai orang tua harus selalu menunjukkan rasa ingin tahu kepada anak.
Dengan begitu anda tidak perlu menyuruh anak untuk belajar ini itu. Karena dia sendiri yang akan
penasaran. Otomatis dengan semakin banyak yang dia pelajari akan membuatnya menjadi pintar.
Budayakan membaca

Dengan kegiatan membaca akan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan perkembangan
kognitif anak. Lalu bagaimana cara untuk melakukannya? Membacakan dongeng untuk anak bisa
menjadi salah satu jalan keluar. Cara lain, berikan anak hadiah sebuah buku yang dapat menarik
perhatiannya.
Apalagi sekarang sudah zaman internet, mengapa tidak gunakan itu senjata dalam mendidik?
Internet sudah terbukti cara ampuh untuk membuat orang sering membaca. Tentu saja karena ini
untuk pendidikan anak untuk menjadi pintar, harus tetap ditemani oleh Orang Tua.

Kepercayaan Diri

Mendidik anak pintar yang baik adalah membuatnya percaya diri dan selalu optimis bahwa dia
bisa melakukan sesuatu. Salah satu cara adalah berpatisipasi dalam kegiatan olahraga maupun sosial
dapat membantunya. Dan jangan sekalipun mendidik anak sehingga dia menjadi tidak PD. Salah satu
contoh adalah Ketika seorang ibu mengkritik gambar anaknya karena langitnya berwarna merah
bukan biru. Sepertinya hal itu sepele. Tapi itu bukan pendidikan anak yang bagus. Karena anak jadi
takut melakukan sesuatu karena salah. Dan manusia yang tidak pernah melakukan sesuatu
bagaimana mungkin menjadi pintar. Beberapa hal lain yang dapat membuat anak menjadi pintar
adalah dengan tentu saja memberikan ASI, menyingkirkan makanan cepat saji dan memberikan
makanan yang sehat, membiasakan berolahraga. Mudah-mudahan jika anda mendidik dengan
pendidikan seperti cara diatas, anak bisa menjadi lebih pintar.

TOP

3 komentar:

Novran Sulisno mengatakan...

sangat bermanfaat untuk nambah pngtahuan, syukron ,, :)


bgus blog ny,,, :)

23 April 2013 09.45

Zahra Hanifa mengatakan...

maaf, bisakah anda mencantumkan daftar pustakanya sebagai sumber referensi jika
saya ingin melihat sumber tulisan aslinya?

9 Oktober 2016 14.26

TK.Widya Kusuma mengatakan...

lebih baik lagi dilengkapi dengan gambar gambar

10 Oktober 2016 07.49

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Subscribe to: Posting Komentar (Atom)

Template Designed by SkinCorner | Sponsored by Best Free Host

Copyright © 2009 Girl in Circles


 About
 Contact Us
 Privacy Policy
 Disclaimer
 Daftar Isi




 Home
 Pendidikan
o
o
o
o
o
 agama
o
o
o
o
o
o
o
 biografi
 hukum
 pengertian
 buku
 manajemen
 opini

Search...

Home » Pendidikan Anak » Pendidikan Karakter » Karakteristik Anak Usia 5-6 tahun

Karakteristik Anak Usia 5-6 tahun


Fakhrizal Thursday, 26 October 2017 Pendidikan Anak, Pendidikan Karakter
Advertisement

Jejak Pendidikan- Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial,
dan moral serta tidak sama dengan karakteristik orang dewasa. Anak merupakan makhluk
unik yang kaya akan fantasi dan imajinasi. Katini Kartono menjelaskan (1990:109)
menjelaskan bahwa anak usia dini memiliki karakteristik antara lain:

1. bersifat egosentris naif,


2. mempunyai relasi sosial dengan benda- benda dan manusia yang sifatnya
sederhana dan primitive,
3. ada kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu
totalitas,
4. sikap hidup yang fisiogamis, yaitu anak secara langsung memberikan atribut/ sifat
lahiriah dan materiel terhadap setiap penghayatannya.

Pendapat lain tentang karakteristik anak usia dini dikemukakan oleh Hartani (2005: 8-9)
sebagai berikut:

1. memiliki rasa ingin tahu yang besar,


2. merupakan pribadi yang unik,
3. suka berfantasi dan berimajinasi,
4. masa paling potensial untuk belajar,
5. menunjukkan sikap egosentris,
6. memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek.

Sementara itu Rusdinal (2005:16) menambahkan bahwa karakteristik anak usia 5-7 tahun
adalah sebagai berikut:

1. Anak pada masa praoperasional, belajar melalui pengalaman konkret dan dengan
orientasi dan tujuan sesaat,
2. Anak suka menyebut nama-nama benda yang ada di sekitarnya dan mendefinisikan
kata,
3. Anak belajar melalui bahasa lisan dan pada masa ini berkembang pesat,
4. Anak memerlukan struktur kegiatan yang jelas lebih spesifik

Caughlin, 2001 (Sumantri, 2005:105-106) memaparkan tentang pengembangan kegiatan


motorik halus anak berdasarkan kronologis usia. yaitu:

1. Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan dua jari
2. Menjiplak persegi panjang, wajik dan segitiga
3. Memotong bentuk-bentuk sederhana
4. Menggambar orang termasuk: leher, tangan, mulut, rambut dan hidung.

Noorlaila (2010: 58-59) menyatakan bahwa tahap perkembangan kemampuan motorik


halus anak usia 5 tahun adalah:
1. Mewarnai dengan garis-garis
2. Menulis nama depan
3. Membangun menara setinggi 12 kotak
4. Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan 2 jari
5. Menggambar orang beserta rambut dan hidung.

Perkembangan motorik halus anak usia 6 tahun berdasarkan pendapat Caplan dan Caplan,
1983 (Ramli, 2005:195) adalah:

1. Ketangkasan terbentuk dengan baik


2. Mampu membedakan tangan kanan dari tangan kirinya sendiri tetapi tidak dapat
membedakan tangan kanan dan kiri orang lain
3. Memegang pensil, sikat, atau krayon seperti pegangan orang dewasa antara ibu jari
dan telunjuk
4. Menggambar manusia yang dapat dikenali terdiri dari kepala, lengan, kaki dan
batang tubuh
5. Menggambar rumah yang memiliki pintu, jendela, dan atap
6. Dapat menyalin lingkaran, silang dan persegi empat
7. Dapat menyalin huruf-huruf besar seperti V, T, H, O, X.

Pengembangan motorik halus anak kelompok B (usia 5-6 tahun) berdasarkan pendapat
Sujiono (2008: 12.9) adalah sebagai berikut:

1. Mengurus diri sendiri tanpa bantuan


2. Membuat berbagai bentuk menggunakan play dough dan tanah liat
3. Meniru membuat garis tegak, miring, datar, lengkung dan lingkaran
4. Menggunting menggunakan berbagai media berdasarkan bentuk atau pola
5. Memegang pensil dengan benar (yaitu antara ibu jari tangan dan 2 jari tangan).

Sesuai dengan perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun yang telah dikemukakan
oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangkan kemampuan motorik
halus anak usia 5-6 tahun yaitu:

1. Dapat memegang pensil atau krayon menggunakan ibu jari dan dua jari telunjuk.
Ketika anak dapat memegang crayon dengan benar maka saat mewarnai sebuah
gambar ataupun kertas hasil yang diperoleh juga akan semakin bagus dan rapi
2. Membuat obyek gambar dengan lebih detail dan bisa dikenali. Obyek yang dimaksud
disini dapat berupa orang, hewan atau benda misalnya rumah yang digambar oleh
anak sudah ditambahkan dengan hal-hal kecil yang ada pada obyek yang digambar.

Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan anak berusia 5-6 tahun memiliki sifat
egosentris dan naïf, anak juga memiliki relasi sosial dengan benda- benda dan manusia
yang sifatnya sederhana dan primitive, ada kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-
hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas, sikap hidup yang fisiogamis, yaitu anak
secara langsung memberikan atribut/ sifat lahiriah dan materiel terhadap setiap
penghayatannya.
0
inShare

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

 Nilai-Nilai yang Ada dalam Pendidikan Karakter Jejak Pendidikan- Dalam


kehidupan manusia, begitu banyak nilai yang ada di dunia ini, sejak dahulu sampai saat ini.
Beberapa nilai dapat ki… Read More...

 Prosedur Pelaksanaan Pendidikan Karakter Jejak Pendidikan- Ada lima langkah


yang bisa ditempuh untuk pelaksanaan pendidikan karakter. Merancang dan merumuskan
karakter yang ing… Read More...

 Ciri Dasar Pendidikan Karakter Jejak Pendidikan- Menurut Foerster ada empat ciri
dasar dalam pendidikan karakter, yaitu: Keteraturan interior dimana setiap tindakan di…
Read More...

 Tujuan Pendidikan Karakter Bagian 2 Jejak Pendidikan- Slamet Imam Santoso


mengemukakan bahwa tujuan pendidikan yang murni adalah menyusun harga diri yang
kukuh-kuat dalam jiwa… Read More...

 Evaluasi Pendidikan Karakter Jejak Pendidikan- Evaluasi untuk pendidikan karakter


dilakukan untuk mengukur apakah anak sudah memiliki satu atau sekelompok karakter
yang… Read More...

Newer Post Older Post Home

Popular Posts
 Karya-karya Ibnu Sina
 Kejayaan Peradaban Turki Usmani
 Biografi al-Makmun
 Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tasawuf
 Biografi Hunain Bin Ishak
 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja (siswa)
 Makalah Manajemen Kelas
 Pengertian dan Macam-macam Nilai Religius
 Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
 Pengertian Tahfidz Al-Qur’an

Labels
Absen adab adat Admin agama Akutansi Al-Quran Artikel biografi Budaya buku CPNS daftar isi Doa
Ekonomi Fatwa Fiqh Foto guru hadis Hikmah hukum Hukum Muamalah informasi institusi Instrumen
Internasional Islam Karya Kecerdasan Emosional Kepribadian Konseling kurikulum loker makalah
manajemen Mata Pelajaran Media Pembelajaran metode Model Pembelajaran Motivasi Nama Bayi
NU Opini Orang Tua Organisasi pendidikan pendidikan Akhlak Pendidikan Anak Pendidikan Islam
Pendidikan Karakter pendidikan Spiritual pengertian perilaku Prestasi produk hukum profil proposal
RPP sejarah silabus slide Strategi Tajwid Tasawwuf Tauhid teori Tokoh ushul

Facebook
Copyright 2014 JEJAK PENDIDIKAN

Powered by Blogger.com

TASHA
Powered by Translate

Minggu, 23 November 2014


TEORI PERKEMBANGAN MENURUT BEBERAPA AHLI

A.Teori Perkembangan Arnold Gesell


Menurut Gesel, perkembangan merupakan suatu proses kematangan atau
fisiologi. Selagi kematangan fisiologi tidak dicapai, apa saja yang dilakukan seperti
berjalan tidak akan bisa tercapai. Menurut teori kematangan yang dibuat oleh
Arnorld Gesell, beliau telah membagi kepada 5 tahap dalam proses perkembangan
kanak-kanak

B. Teori Tugas Perkembangan Robert Havighurst


Robert Havighurst menyatakan bahwa perkembangan seseorang faktor
lingkungan. Ini merupakan satu elemen penting yang berperan dalam pertumbuhan
dan perkembangan pada anak-anak. Beliau memfokuskan kepada keadaaan
sekeliling atau lingkungan di mana tempat seseorang anak-anak itu membesar yang
akan memberi dan meninggalkan sama ada positif atau negatif bergantung kepada
ibu bapak yang memberikan ciri mereka Havighurst menyatakan bahwa tugas-tugas
dalam perkembangan anak-anak hanya perlu dipelajari sekali saja seperti berjalan,
berlari, perbedaan nama benda dan sebagainya.

. C. Teori Kognitif Jean Peaget


Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980),
mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka
sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk
menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah
pemahaman mereka terhadap dunia. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses
yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan
penyesuaian.Penyesuaian kemampuan untuk sedikit mengubah konsep disebut
akomodasi. Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat
tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri
dari cara berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut
:1 Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2
tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental
ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan
mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik
.2. Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7
tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia
dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme,
animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk
membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata
lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.
3. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung
dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak
dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran
dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
4. Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia
11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap
ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir
secara abstrak dan lebih logis.salah satu teori yang paling terkenal, akan tetapi juga
salah satu teori yang paling kontroversial. Freud percaya kepribadian yang
berkembang melalui serangkaian tahapan masa kanak.

D. Teori Perkembangan Psikoseksual Sigmund Freud


Teori perkembangan psikoseksual Sigmund Freud adalah -kanak di mana mencari
kesenangan-energi dari id menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi
psikoseksual, atau libido, digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang
perilaku.[1][10]
Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima tahun
Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian
yang baik.

E. Teori Perkembangan Psikososial (Erik Erikson)


Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori
perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu
teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya
bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen
penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan
ego.
Ericson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan.
Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan yang akan dilalui oleh manusia.
Menariknya bahwa tingkatan ini bukanlah sebuah gradualitas

F. Teori Perkembangan Menurut Werner Sombart


Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa
perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung
dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana
diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi
diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu
lambant laun bagian- bagiannya akan menjadi semakin nyata dan tambah jelas
dalam rangka keseluruhan.
G. Pertumbuhan Dan Perkembangan Menurut Para Ahli
Pendapat para ahli biologi tentang arti pertumbuhan dan perkembangan
pernah dirangkumkan oleh Drs. H. M. Arifin, M. Ed. bahwa pertumbuhan diartikan
sebagai suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensif tubuh
serta bagian-bagiannya. Sedangakn perkembangan menunjuk pada perubahan-
perubahan dalam bentuk bagian tubuh dan integrasi berbagai bagiannya ke dalam
satu kesatuan fungsional bila pertumbuhan itu berlangsung. Intinya bahwa
pertumbuhan dapat diukur sedangkan perkembangan hanya dapat dilihat gejala-
gejalanya. Perkembangan dipersyarati adanya pertumbuhan.

H. Pertumbuhan Dan Perkembangan Menurut Piaget

Menurut Piaget, pada awal pengenalan nilai dan prilaku seta tindakan iti masih
bersifat “paksaan”. Akan tetspi sejalan dengan perkembangan inteleknya berangsur-
angsur manusia mulai berbagai ketentuan yang berlaku di dalam keluarga
dan semakin lama semakin luas sampai dengan ketentuan yang berlaku di dalam
masyarakat dan Negara.

I.Pertumbuhan Dan Perkembangan Menurut Santrok Dan Yussen

Menurut Santrok dan Yussen (1992) perkembangan adalah pola gerakan atau
perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlangsung terus
selama siklus kehidupan. Dalam perkembangan terdapat pertumbuhan. Pola
gerakan itu kompleks karena merupakan hasil (produk) dari beberapa proses:
proses biologis, proses kognitif dan proses sosial.

Untuk memudahkan pemahaman tentang perkembangan maka dilakukan


pembagian berdasarkan waktu-waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase.
Santrok dan Yussen membaginya atas lima yaitu: fase pranatal (saat dalam
kandungan), fase bayi, fase kanak-kanak awal, fase anak akhir dan fase remaja.
Perkiraan waktu ditentukaii padn setiap fase tintuk memperoleh gambaran waktu
suatu fase itu dimulai dan berakhir.

Diposting oleh Ana Tasha Nur Jannah di 6:57:00 PM


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Ana Tasha Nur Jannah


Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
 ► 2015 (292)

 ▼ 2014 (120)
o ► Desember (20)
o ▼ November (56)
 EDUARD DOUWES DEKKER
 ABDOEL MOEIS
 Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
 KI HAJAR DEWANTARA
 DEWI SARTIKA
 RA KARTINI
 HAJI AGUS SALIM
 Oemar Said Tjokroaminoto
 SAMANHUDI
 Dr. SOETOMO
 PUISI GURU
 CONTOH PUISI
 Resep Kue Terang Bulan (Martabak Manis)
 RESEP BIKANG AMBON
 Resep Kue Kering Nastar
 JAKA BEREG
 ILIR - ILIR
 WORD PROCESSOR
 Analog versus digital
 SOLUSI PENANGANAN PENCEMARAN
 PENCEMARAN TANAH
 PENCEMARAN AIR
 PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK ANAK MASA SEKOLAH
 MOTHERBOARD
 MEMORY ( RAM )
 HARDISK
 TEORI PERKEMBANGAN MENURUT BEBERAPA AHLI
 PENERAPAN TIK DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA
 TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
 PENCEMARAN UDARA DAN LIMBAH GAS
 RESEP CAKE PISANG
 BRUNO MARS - IT WILL RAIN
 APRESIASI PUISI
 UANG
 ARTI DAN WARNA BUNGA
 Fanfict Super Junior (cerpen)
 Ketika si Bencong galau
 SEHAT DENGAN KULIT JERUK
 MASYARAKAT MADANI
 HAK ANAK, WANITA, DAN KEBEBASAN PRIBADI
 PENGENDALIAN SOSIAL
 DAMPAK NARKOBA TERHADAP GENERASI MUDA
 PEMICU/PENYEBAB TERJADINYA PENYALAHGUNAAN
NARKOBA
 CIRI - CIRI ORANG KECANDUAN NARKOBA
 NAPZA
 UPACARA ULUR-ULUR
 UPACARA JAMASAN KYAI UPAS
 TEMBANG DOLANAN
 FESTIVAL MANTEN KUCING
 KESENIAN TIBAN
 DAUN LONTAR
 BEDUG
 TELEGRAF
 TIPS MENURUNKAN KADAR KOLESTEROL
 SUSUNAN ACARA UNTUK PERPISAHAN SEKOLAH
 RESEP BROWNIS KUKUS
o ► Oktober (17)
o ► September (27)

Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai