Sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% berat otak orang dewasa. Pada usia 2 tahun,
berat otak anak sudah mencapai 90% dari berat otak orang dewasa (sekitar 1200 gram). Hal ini
menunjukkan bahwa pada usia ini, masa perkembangan otak sangat pesat. Pertumbuhan ini
memberikan implikasi terhadap kecerdasan anak.
Pada usia 1 – 2 tahun, anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Pada usia ini, anak
mengembangkan rasa keingintahuannya melalui beberapa hal berikut ini :
Mulai usia 13 bulan, anak sudah mulai mengamati hal-hal di sekitarnya. Banyak “keajaiban” di
sekitarnya mendorong rasa ingin tahu anak. Anak kemudian melakukan hal-hal yang sering dianggap
bermain, padahal anak sedang mencari tahu apa yang akan terjadi kemudian setelah anak
melakukan suatu hal sebagai pemuas rasa ingin tahunya. Pada usia 19 bulan, anak sudah dapat
mengamati lingkungannya lebih detail dan menyadari hal-hal yang tidak semestinya terjadi
berdasarkan pengalamannya.
Anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Sekitar usia 17 bulan, anak sudah mulai
mengembangkan kemampuan mengamati menjadi meniru. Hal yang ditirunya adalah hal-hal yang
umumnya dilakukan orangtua. Pada usia 19 bulan, anak sudah banyak dapat meniru perilaku
orangtua.
3. Belajar konsentrasi.
Pada usia 14 bulan, anak sudah mengarahkan daya pikirnya terhadap suatu benda. Hal ini dapat
dilihat pada ketekunan anak dengan satu mainan atau satu situasi.Kemampuan anak untuk
berkonsentrasi tergantung pada keadaan atau daya tarik berbagai hal yang ada di sekelilingnya.
Kemampuan anak untuk berkonsentrasi pada usia ini adalah sekitar 10 menit.
Pada usia sekitar 15 bulan, anak sudah dapat diajarkan untuk mengucapkan kata-kata. Anak-
anak akan merasa sangat senang jika orangtua mengajarkan kata-kata yang bernamakan anggota
tubuhnya sambil menunjukkan anggota tubuhnya.
Pada tahun kedua, anak sudah memiliki kemampuan untuk memahami berbagai hal. Melalui
pengamatannya, anak menemukan adanya bentuk, tinggi atau rendah benda (kedalaman) dan
membedakan kesempatan berdasarkan tempat (ruang ) dan waktu. Pemahaman ini mulai tampak
pada usia 18 – 24 bulan.
Kemampuan berimajinasi atau membentuk citra abstrak berkembang mulai usia 18 bulan. Anak
sudah mulai menampakkan kemampuan untuk memikirkan benda yang tidak dilihatnya.
Kemampuan ini mulai tampak pada anak usia 21 – 23 bulan. Anak tidak sekedar
mengimajinasikan benda yang tidak ada di hadapannya, lebih jauh lagi dia mulai dapat
mengantisipasi dampak yang akan terjadi pada hal yang dilakukannya.
Pada usia 12 – 17 bulan, anak sudah dapat memahami kalimat yang terdiri atas rangkaian
beberapa kata. Selain itu, anak juga sudah dapat mengembangkan komunikasi dengan menggunakan
gerakan tubuh, tangisan dan mimik wajah. Pada usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat
mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya anak
sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan
mengutarakan pesan-pesan seperti: “ Adik mau susu.”
Kemampuan kognitif anak usia 2 – 3 tahun semakin kompleks. Perkembangan anak usia 2 –
3 tahun ditandai dengan beberapa tahap kemampuan yang dapat dicapai anak, yaitu sebagai berikut
:
1. Berpikir simbolik.
Anak usia 2 tahunan memiliki kemampuan untuk menggunakan simbol berupa kata-kata,
gambaran mental atau aksi yang mewakili sesuatu. Salah satu bentuk lain dari berpikir simbolik
adalah fantasi, sesuatu yang dapat digunakan anak ketika bermain. Mendekati usia ketiga,
kemampuan anak semakin kompleks, dimana anak sudah mulai menggunakan obyek subtitusi dari
benda sesungguhnya. Misalnya anak menyusun bantal- bantal sehingga menyerupai mobil dan
dianggapnya sebagai mobil balap.
Pada tahun ketiganya, anak sudah dapat mengelompokkan mainannya berdasarkan bentuk,
misalnya membedakan kelompok mainan mobil-mobilan dengan boneka binatang.Selain
mengelompokkan, anak juga mampu menyusun balok sesuai urutan besarnya dan mengetahui
perbedaan antara satu dengan beberapa (kemampuan menghitung).
Kemampuan mengingat anak akan meningkat pada usia 8 bulan hingga 3 tahun. Sekitar usia 2
tahun, anak dapat mengingat kembali kejadian-kejadian menyenangkan yang terjadi beberapa bulan
sebelumnya. Mereka juga dapat memahami dan mengingat dua perintah sederhana yang
disampaikan bersama-sama. Memasuki usia 2,5 hingga 3 tahun, anak mampu menyebutkan kembali
kata-kata yang terdapat pada satu atau dua lagu pengantar tidur.
Pada usia sekitar 36 bulan, perbendaharaan kata anak dapat mencapai 1000 kata dengan
80% kata-kata tersebut dapat dipahaminya. Pada usia ini biasanya anak mulai banyak berbicara
mengenai orang-orang di sekelilingnya, terutama ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya.
Menurut Melly Latifah (2010), sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% berat otak orang
dewasa. Pada usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90% dari berat otak orang dewasa
(sekitar 1200 gram). Hal ini menunjukkan bahwa pada usia ini, masa perkembangan otak sangat
pesat. Pertumbuhan ini memberikan implikasi terhadap kecerdasan anak.
Pada usia 1 – 3 tahun, anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Pada usia ini, anak
mengembangkan rasa keingintahuannya melalui beberapa hal berikut ini :
3. Belajar konsentrasi
Pada usia 14 bulan, anak sudah mengarahkan daya pikirnya terhadap suatu benda. Hal ini dapat
dilihat pada ketekunan anak dengan satu mainan atau satu situasi.Kemampuan anak untuk
berkonsentrasi tergantung pada keadaan atau daya tarik berbagai hal yang ada di sekelilingnya.
Kemampuan anak untuk berkonsentrasi pada usia ini adalah sekitar 10 menit.
Kemampuan berimajinasi atau membentuk citra abstrak berkembang mulai usia 18 bulan. Anak
sudah mulai menampakkan kemampuan untuk memikirkan benda yang tidak dilihatnya.
Pada usia 12 – 17 bulan, anak sudah dapat memahami kalimat yang terdiri atas rangkaian
beberapa kata. Selain itu, anak juga sudah dapat mengembangkan komunikasi dengan menggunakan
gerakan tubuh, tangisan dan mimik wajah. Pada usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat
mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya anak
sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan
mengutarakan pesan-pesan seperti: “ Adik mau susu.”
9. Cepat menangkap kata-kata baru
Pada usia 18 – 23 bulan, anak mengalami perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata-
kata. Perbendaharaan kata anak-anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain itu, anak sudah mulai
sadar bahwa setiap benda memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan
kemampuan bahasanya dan belajar kata-kata baru lebih cepat.
Anak pada usia 3 tahun akan sering bertanya kepada orang tua dan orang disekelilingnya, karena
rasa ingin tahu anak yang tinggi, itu semua disebabkan karena kognitif anak sangat berkembang.
3. Ikut dalam kegiatan membaca dengan mengisi kata-kata atau kalimat yang kosong
D. Karakteristik perkembangan kognitif anak usia 4 sampai 8 tahun ( TK–SD kelas awal).
Perkembangan kognitif anak usia 4-8 tahun atau stadium pra-operasional dimulai dengan
penguasaan bahasa yang sistematis,permainan simbolis,imitasi serta bayangan dalam mental.
Semua proses ini menunjukkan bahwa anak sudah mampu untuk melakukan tingkah laku simbolis.
Anak sekarang tidak lagi mereaksi begitu saja terhadap stimulus-stimulus melainkan Nampak ada
suatu aktifitas internal.
Anak mampu untuk berbuat pura-pura, artinya dapat menimbulkan situasi-situasi yang tidak
langsung ada.Ia mampu untuk menirukan tingkah laku yang dilihatnya dan apa yang dilihatnya sehari
sebelumnya. Anak dapat mengadakan antisipasi, tetapi meskipun adanya banyak aspek-aspek yang
positif dalam cara berfikir pra-operasional ini, namun masih banyak kekurangannya.
Berfikir pra-operasional masih sangat egosentris. Anak belum mamapu ( secara persepsual,
emosional- motivasional dan konsepsual).
Pada saat memasuki usia 4 tahun seorang anak semakin bersemangat untuk mempelajari hal-hal
baru. Keadaan ini ditandai dengan semakin seringnya anak mengajukan pertanyaan sebagai wujud
dari rasa keingintahuannya.
Pada umumnya di akhir usia yang ke 4, daya hayal anak semakin menipis seiring dengan
meningkatnya kemampuan memahami ralitas. Masa kanak-kanak 4-8 tahun sebagian besar anak
merasakan seolah-olah sebgai masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan.
karakteristik Deskripsi
Pemusatan pemikiran pada suatu Anak yang berada dalam tahap ini
aspek cenderung hanya memperhatikan pusat dari
suatu aspek dalam suatu situasi dan
mengabaikan hal-hal lain yang lebih
penting.
Bagian dari sesuatu vs perubahan Anak yang berada dalam tahap ini hanya
bentuk dapat memfokuskan dirinya dalam waktu
yang cepat, damana kelemahan mereka
adalah terlalu cepat dalam
mampartimbangkan perubahan bentuk
dinamis di sekitar mereka. Sebagai hasilnya,
mereka mendapat kesilitan dalam
menghubungkan antara bagian awal dan
bagan akhri dari suatu situasi
Tidak dapat diubah Anak yang berada dalam tahap ini tidak
dapat berfikir dengan cara yang berurutan
dalam suatu masalah dan lalu mundur
kembali, tetapi haruslah dimulai kembali
dari awal.
2) Menunjukkan pemahaman mengenai di dasar/di puncak; di belakang/di depan ;di atas/ di bawah.
3) Mampu memadamkan bentuk lingkaran atau persegi dengan objek nyata atau gambar.
10) Memahami konsep lambat/ cepat, sedikit /banyak, tipis/ tebal, sempit/luas.
11) Mampu memahami apa yang dilakukan jika tali sepatu lepas, jika haus dan jika mau keluar saat
hujan.
12) Mampu menerangkan, mengapa seseorang memiliki: kunci lemari pakaian, mobil ,dll.
14) Merangkai kegiatan sehari-hari dan menunjukkan kapan setiap kegiatan dilakukan.
16) Mengenali dan membaca tulisan yang sering kali dilihat disekolah dan dirumah.
22) Menceritakan kembali buku cerita bergambar dengan tingkat ketepatan yang memadai.
24) Paham mengenai konsep arah :di tengah/ dipojok dan kiri/kanan.
Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat.Dari segi kemampuan, secara
kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian.Artinya anak sudah mampu berpikir analisis
dan sintesis, deduktif dan induktif.
Reaksi-reaksi sirkular sekunder Upaya-upaya untuk mengulangi Mulai mencari objek yang
(4 bulan-8 bulan) peluang tindakan-tindakan yang separuh tersembunyi
memberikan kesenangan
dilingkungan, a.l. memukul
mobil mainan, mengangkat
cangkir
Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika “pengatur kemajuan (belajar)”
atauadvance organizer didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa.
Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua
isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. David Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli
psikologi kognitif yang berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh
kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. Ausubel menggunakan istilah “pengatur lanjut” (advance
organizers) dalam penyajian informasi yang dipelajari peserta didik agar belajar menjadi bermakna.
Selanjutnya dikatakan bahwa “pengatur lanjut” itu terdiri dari bahan verbal di satu pihak, sebagian
lagi merupakan sesuatu yang sudah diketahui peserta didik di pihak lain. Dengan demikian kunci
keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh
siswa.
Dalam proses pembelajaran bermakna ini pun ada tiga faktor yang memiliki pengaruh,
yaitu struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi
tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan
arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu, demikian pula sifat
proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil dan diatur dengan baik, maka arti-arti
yang jelas akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak
stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan
retensi.
2. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri
oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara
logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh
itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.
Untuk menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, ada beberapa prinsip-prinsip dan
konsep-konsep yang perlu kita perhatikan, yaitu :
1. Pengatur awal
Pengatur awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka pelajari dan menolong mereka
untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan untuk membantu
menanamkan pengetahuan baru. Suatu pengatur awal dapat dianggap sebagai pertolongan mental
dan disajikan sebelum materi baru.
2. Diferensiasi progresif
Belajar superordinat terjadi, bila konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai
unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas dan lebih inklusif.
4. Penyesuaian integratif
Dalam mengajar, bukan hanya urutan menurut diferensiasi progresif yang diperhatikan, melainkan
juga harus diperlihatkan bagaimana konsep-konsep baru dihubungkan pada konsep-konsep
superordinat.Kita harus memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-arti baru dihubungkan dan
dipertentangkan dengan arti-arti sebelumnya yang lebih sempit dan bagaimana konsep-konsep yang
tingkatnya lebih tinggi sekarang mengambil arti baru.
2. Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi
pelajaran yang mirip.
3. Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun
telah terjadi lupa.
Jadi, tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan, baik yang berasal dari dalam diri
individu, seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupun yang berasal dari luar individu,
seperti tantangan dan permasalahan yang dihadapi.Menurut teori ini, belajar itu berlangsung
sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif.
Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil pertemuan dari dua kekuatan, yaitu yang berasal
dari struktur medan kognitif itu sendiri dan yang lainnya berasal dari kebutuhan dan motivasi
internal individu. Dengan demikian, peranan motivasi jauh lebih penting daripada reward atau
hadiah.
c. Aplikasi ( Application ) ialah kemampuan menggunakan informasi, teori, dan aturan pada situasi
baru. Contoh, pilih ekspose 3 kamera untuk pengambilan gambar yang berbeda.
d. Analisis ( Analysis ) ialah kemampuan mengurai pemikiran yang kompleks, dan mengenai bagian-
bagian serta hubungannya. Contoh, Bandingkan cara kerja dua kamera 35 mm yang memiliki model
yang berbeda.
e. Sintesis ( Synthesis ) ialah kemampuan mengumpulkan komponen yang sama guna membentuk
satu pola pemikiran yang baru. Contoh, Susunlah urutan fotografi untuk 6 objek.
f. Evaluasi ( evaluation ) ialah kemampuan membuat pemikiran berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Contoh, buatlah penilaian terhadap kualitas slide yang dihasilkan dalam lomba, dengan 4
urutan penilaian.
Penjelasan :
John Dewey mengemukakan bahwa belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa
sendiri dan topik dalam kurikulum seharusnya saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak
mempunyai kaitan satu sama lain (Sugihartono dkk, 2007:108). Apabila belajar siswa tergantung
pada pengalaman dan minat siswa maka suasana belajar siswa akan menjadi lebih menyenangkan
dan hal ini akan mendorong siswa untuk berfikir proaktif dan mampu mencari pemecahan masalah,
di samping itu kurikulum yang diajarkan harus saling terintegrasi agar pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan memiliki hasil maksimal.
John Dewey dalam bukunya Democracy and Education (1950: 89-90, dalam Dwi Siswoyo
dkk, 2011), pendidikan adalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna
pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya.
Seperti telah diuraikan di muka bahwa dalam teori konstruktivisme disebutkan bahwa permasalahan
muncul dibangun dari rekonstruksi yang dilakukan oleh siswa sendiri, hal ini dapat dikatakan bahwa
dalam pendidikan ada keterkaitan antara siswa dengan permasalahan yang dihadapi dan siswa
tersebut yang merekonstruksi lewat pengetahuan yang dimiliki.Selain itu dari teori kognitif yang
menegaskan pengalaman sebagai landasan pembelajaran juga sangat relevan.
John Dewey tidak hanya mengembangkan teori konstruktivistik yang terangkum dalam teori
kognitif tetapi juga mengembangkan teori perkembangan moral peserta didik. John Dewey membagi
perkembangan moral anak menjadi tiga tahapan, yaitu tahap premoral atau preconventional, tahap
conventional, dan tahap autonomous (Dwi Siswoyo dkk, 2011). Selanjutnya John Dewey (Dwi
Siswoyo dkk, 2011) menjelaskan beberapa tahapan yang dikemukakan, yaitu:
a. Tahap premoral. Tingkah laku seseorang didorong oleh desakan yang bersifat fisikal atau sosial.
b. Tahap convention. Seseorang mulai bisa menerima nilai dengan sedikit kritis berdasarkan kepada
kriteria kelompoknya.
c. Tahap autonomous. Seseorang sudah mulai bisa berbuat atau bertingkah laku sesuai dengan akal
pikiran dan pertimbangan dirinya sendiri, tidak sepenuhnya menerima kriteria kelompoknya.
Daftar Pustaka
.Bee, Helen. 1994. Lifespan Development. HarperCollins College Publisher, New York.
Papalia, Diane E. & Olds, Sally Wendkos. 1989. Human Development. McGraw-Hill Book Company.
Seifert, K.L. & Hoffnung, R.J. 1987.Child and Adolescent Development.Boston : Houghton Mifflin Co.
Turner, Jeffrey S. & Helms, Donald. 1991. Life Span Development. Holt, Rinehart and Winston, Inc.
The Dryden Press.
Vasta, R., Haith, M M., & Miller, SA. 1992. Child Psychologi : The Modern Science. New York : John
Wiley & Sons. Inc.
Latifah Melly. 2010. Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia 1-3 tahun. Retrieved
http://www.sarjanaku.com/2010/11/perkembangan-kognitif-anak.html
Allen K. Eileen dan Lynn R. Marotz. 2010. Profil Perkembangan Anak Pra Kelahiran Hingga Usia
12 Tahun. Jakarta : Indeks. Halaman 59-60, 70, 80, 89, 103 - 104, 115, 129 – 130, 141, dan 151.
Posting Komentar
Beranda
Mengenai Saya
Husnul Khatimah
Arsip Blog
▼ 2015 (1)
o ▼ Desember (1)
Karakteristik Perkembangan Kognitif AUD
Tema PT Keren Sekali. Gambar tema oleh molotovcoketail. Diberdayakan oleh Blogger.
Desy Aprisa
Search...
Blog Archive
Februari (2)
Maret (3)
April (2)
Pages
Beranda
MUHASABAH CINTAKU Wahai... Pemilik nyawaku betapa lemah diriku ini berat ujian dari Mu
ku pasrahkan semua pada Mu! Tuhan... Baru ku sadar indahnya nikmat sehat itu tak pandai
aku bersyukur kini ku harapkan cinta Mu! Kata-kata cinta terucap indah mengalir berzikir di
kidung doaku sakit yang ku rasa biar jadi penawar dosaku butir-butir cinta air mataku
teringat semua yang Kau beri untuku ampuni khilaf dan salah slama ini ya Illahi... Muhasabah
Cintaku,,, Tuhan... Kuatkan aku! Lindungiku dari putus asa jika ku harus mati pertemukan
aku dengan Mu!
Blog Archive
▼ 2013 (7)
o ► April (2)
o ▼ Maret (3)
Kreatifitas
KOGNITIF ANAK USIA 5-6 TAHUN
Metode Pembelajaran Seni Rupa Di TK
o ► Februari (2)
Followers
About Me
deci zha
A.Pengertian Kognitif
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susuanan syaraf pada waktu
manusia sedang berfikir (Gagne, 1976). Kemampuan kognitif ini perkembangan fisik dan syarat-
syarat yang berada di pusat syaraf. Salah satu teori yang berpengaruh dalam menjelaskan
perkembangan kognitif.
Jean Piaget, yang hidup dari tahun 1896 sampai tahun 1980, adalah seorang ahli biologi dan
psikologi berkebangsaan Swiss. Ia merupakan salah seorang yang memmuskan teori yang dapat
menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasarkan dua sudut pandang
yang disebut sudut pandang aliran struktural (structuralism) dan aliran konstruktif (constructivism).
Aliran struktural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat dari pandangannya tentang inteligensi
yang berkembang melalui serangkaian tahap perkembangan yang ditandai oleh perkembangan
kualitas struktur kognitif. Aliran konstruktif terlihat dari pandangan Piaget yang menyatakan bahwa,
anak membangun kemampuan kognitif melalui interaksinya dengan dunia di sekitarnya. Dalam hal
ini, Piaget menyamakan anak dengan peneliti yang selalu sibuk membangun teori-teorinya tentang
dunia di sekitarnya, melalui interaksinya dengan lingkungan di sekitarnya. Hasil dari interaksi ini
adalah terbentuknya struktur kognitil, atau skemata (dalam bentuk tunggal disebut skema) yang
dimulai dari terbentuknya struktur berpikir secara logis, kemudian berkembang meqjadi suatu
generalisasi (kesimpulan umum).
Menurut Piaget Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif. Artinya,
perkembargan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Dengan demikian,
apabila teriadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan selaniutnya akan
memperoleh hambatan. Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam empat fase, yaitu fase
sensorimotor, fase praoperasional, fase operasi konkret, danfaseoperasi formal (Piaget, 1972: 49-
91).
Pada masa dua tahun kehidupannya, anak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, terutama
melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa, mencium, dan mendengar) dan persepsinya
terhadap gerakan fisik, dan aknvitas yang berkaitan dengan sensoris tersebut. Koordinasi aktivitas ini
disebut dengan istilah sensorimotor.
Fase sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki anak sejak ia
dilahirkan. Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak mulai membangun
pemahamannya tentang lingkungannya melalui kegiatan sensorimotor, seperti menggenggam,
mengisap, melihat, melempar, dan secara perlahan ia mulai menyadari bahwa suatu benda tidak
menyatu dengan lingkungannya, atau dapat dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu berada.
Selanjutnya, ia mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus.
Keadaan ini mengandung arti, bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya terhadap
aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan kausalitas, bentuk, dan ukuran, sebagai hasil
pemaharnannya terhadap aktivitas sensorimotor yang dilakukannya.
Pada akhir usia 3 tahun, anak sudah menguasai pola-pola sensorimotor yang bersifat
kompleks, seperti bagaimana cara mendapatkan benda yang diinginkannya (menarik, menggenggam
atau meminta), menggunakan satu benda dengzur tujuan yangb erbeda. Dengan benda yanga da di
tangannya,ia melakukan apa yang diinginkannya. Kemampuan ini merupakan awal kemampuan
berpilar secara simbolis, yaitu kemampuan untuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek
tersebut secara empiris.
Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-
benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga
dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan simbolis ini dapat berbentuk
melakukan percakapan melalui telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan
kegiatan simbolis lainnva Fase ini rnemberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak.
Pada fase praoperasional, anak trdak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang
dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya
dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Fase ini merupakan rlasa permulaan bagi
anak untuk membangun kenrampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir
anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat clibagi
ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris dan subfase
berpikir secara intuitif.
Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 5 – 6 tahun. Pada masa ini, anak telah memiliki
kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir.Kemampuan ini
membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumah-rumahan,
menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya.Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia
secara sederhana. Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara
egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang
lain. Benar atau tidak benar, bagl anak pada fase ini, ditentukan oleh cara pandangnya sendiri yang
disebut dengan istilah egosentris.
Bertitik tolak dari gambaran umum tentang fase-fase perkembangan kognitif tersebut di atas,
maka dapat diketahui bahwa perkembangan kognitrf anak usia taman kanak-kanak (PAUD) berada
dalam fase praoperasional vang menckup tiga aspek, yaitu:
1. Berpikir Simbolis
Aspek berpikir simbolis yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa
walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.
2. Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju
atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan
cara pandangnya di sudut pandang orang lain.
3. Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti
menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk
melakukannya.
Perkembangan kognitif anak pada hakikatnya merupakan hasil proses asimilasi (assimilation),
akomodasi (accommodation) dan ekuilibrium (equilibrium)
1.. Asimilasi dan Akomodasi
Asimilasi berkaitan dengan proses penyerapan informasi baru ke dalam informasi yang telah
ada di dalam schemata (struktur kognitif) anak. Akomodasi adalah proses menyatukan informasi
baru dengan informasi yang telah ada di dalam skemata, sehingga perpaduan antara informasi
tersebut memperluas skemata anak. Sebagai contoh, seorang anak yang baru pertama kali diberi
jeruk oleh ibunya, ia tidak tahu bahwa buah yang diberikan kepadanya itu bernana.jeruk.
pengetahuannya bahwa buah itu bernama jeruk karena diberi tahu oleh ibunya. Pada waktu itu,
anak telah mempunvai skemata tenlang. Jeruk, yaitu bentuknya yang bulat dan namanya. Setelah
itu, anak tersebut menggenggam. Jeruk dan menggitnya. pada saat yang bersamaan ibunya
mengatakan, "Savang jeruk dikupas dulu baru dapat dimakan." lalu ibunya memperlihatkm cara
mengupas jeruk dan memberikan jeruk yang sudah dikupas itu kepada anaknya. Pada fase ini terjadi
proses asimilasi, yaitu proses penyerapan informasi baru ke dalam informasi yang telah ada di dalam
skemata anak sehingga anak memahami bahwa jeruk harus dikupas dahulu, baru dapat dimakan.
Pada ntuhap ini, telah terjadi proses akomodasi karena pengetahuan anak tentang jeruk telah
diperluas, yaitu jeruk kalau hendak dimakan harus dikupas terlebih dahulu.
2. Ekuilibrium
Ekuilibrium berkaitan dengan usaha anak untuk mengatasi konflik yang teerjadi dalam dirinya
pada waktu ia menghadapi suatu masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut, ia
menyeimbangkan informasi yang baru, yang berkaitan dengan masalah yang dihadapinya dengan
informasi yang telah ada di
dalam skematanya secira dinamis. Sebagai contoh, pada waktu anak diberi buah lain yang berkulit,
maka anak akan menyeirnbangkan pengetahuannya tentang jeruk dengan cara-cara yang harus
dilakukannya agar buah tersebut dapat dimakan.
Anak berusia antara 5-6 tahun sedang berada pada akhir dari bagian awal masa kanak-
kanaknya. Karakteristik khusus bagi anak dalam kelompok usia 5-6 tahun adalah:
Perkembangan kemampuan fisik
Pada usia ini anak menunjukkan keingintahuan yang besar dan aktif. Dia bisa mengatur
gerakan badannya dengan lebih baik dan lebih luwes. Anak juga bisa berjalan jinjit mundur dan
berjalan mundur dengan tumitnya. Dia juga bisa berlari dengan cepat, meloncat, berlari dengan satu
kaki. Anak pada sia ini sudah bisa mencuci tanganya sendiri tanpa membasahi bajunya, berpakaian
dan mengikat tali sepatunya sendiri. Koordinasi motorik yang baik berkembnag smapai si anak dapat
mencontoh segitiga dan belah ketupat. Mereka mulai dapat menulus beberapa huruf dan angka dan
menuliskan namanya dengan benar. Anak juga dapat menggambar benda hidup.
Penglihatan
Anak usia 5-6 tahun dapat menguasai indera peraba, pendengaran dan penglihatan hampir
sebaik orang dewasa.
Perkembangan bahasa berlangsung dengan cepat dan membantu anak untuk mengemukakan
pikiranya. Kosa kata anak meningkat samapi 8000-14000 kata pada usia 6 tahun. Kata Tanya
(kenapa, siapa, dimana, dan kapan)lebih banyak digunakan sehingga anak pada usia ini cenderung
banyak bertanya.
Anak usia 5-6 tahun menunjukkan lebih banyak kemampuan sosial. Hal ini dapat dilihat dari
cara bermain anak yang lebih terarah dan mampu bekerja sama dalam bermain. Anak senang
bermain bersama dan tolong menolong dalam mencapai keinginan tertentu. Ada kecenderungan
tolong menolong ini dalam bermain dan kegiatan lainya. Anak usia ini lebih siap untuk berpisah
beberapa jam dari orangtuanya dibandingkan dengan anak yang lebih muda dari itu. Anak sudah
mampu berbagi dengan oranglain, mampu bertenggang rasa, sabar menunggu giliranya,dan mampu
menerima tabggung jawab yang ringan.
Perkembangan Emosional
Emotional intelligence (kecerdasan emosi) adalah suatu tingkst kepandaian dalam memahami
emosi oranglain dan mengatur emosinya sendiri, seperti misalnya mampu memptivasi diri sendiri
dan tahan menghadapi rasa frustasi, mengontrol gerak hati dan menunda kegembiraan, mengatur
untuk tetapa berpikir,berempati (mampu membayangkan dan merasakan perasaan oranglain) dan
berharap. (Goleman,1995)
Pada anak usia ini, kosa kata anak yang berhubungan dengan emosi meningkat secara
bertahap, sehingga mereka mengenal lebih banyak variasi ekspresi oranglain. Bersamaan dengan itu
anak juga belajar ekspresi emosi dirinya.
Perkembangan kepribadian
Penting untuk diperhatikan bahwa setiap anak itu unik, mereka tumbuh menurut lajunya
masing-masing. Dan tidak semua aspek perkembangan tersebut diatas tumbuh bersamaan atau
berurutan sehingga hal yang wajar jika terjadi variasi dalam perkembangan anak. Agar menjadi
perhatian para orangtua atau pendidik bahwa kwgiatan dalam mendidik anak usia dini harus
direncanakan dengan mempertimbangkan karakteristik anak seperi yang telah disebutkan diatas.
F. Pengertian Daya Pikir dan Daya Cipta Dalam Kognitif Anak 5-6 Tahun
1. Daya pikir
Daya pikir disebut juga sebagai kemampuan kognitif sering diartikan sebagai daya atau
kemampuan seorang anak untuk berfikir dan mengamati, melihat hubungan-hubungan, kegiatan
yang mengakibatkan seorang anak memperoleh pengetahuan baru yang banyak didukung oleh
kemampuannya bertanya.
Berk (1991:207) menerangkan bahwa kemampuan kognitif menunjuk kepada proses dan
produk dari dalam akal ;pikiran manusia yang membawanya untuk tahu. Dalam hal ini termasuk
semua kegiatan mental manusia yang meliputi: mengingat, menghubungkan, menggolongkan,
memberikan symbol, mengkhayal, memecahkan masalah, mencipta dan membayangkan kejadian
dan mimpi.
2. Daya Cipta
Daya cipta disebut juga sebagai kreativitas. Banyak definisi tentang daya cipta atau kreativitas
yang diajukan oleh para ahli yang satu sama lain memiliki sudut pandang sendiri-sendiri. Namun
para ahli sebenarnya telah mengembangkan pengertian kreativitas dalam bentuk pengertian popular
dan makna psikologis (Hurlock, 1978).
Daya Pikir
Daya pikir perlu dikembangkan sedini mungkin karena apa yang diperoleh pada suatu periode
akan sangat membantu penembangan daya pikir pada periode selanjutnya. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan (1997) telah menetapkan tujuan dan fungsi pengembangan daya pikir di TK yakni
sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan pengembangan daya pikir adalah agar anak mampu menghubungkan pengetahuan
baru yang diperolehnya. Tujuan tersebut secara rinci adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan kemampuan berpikir logis dan pengetahuan akan ruang dan waktu
2. Anak mampu mengembangkan pengetahuan yang sudah diketahui dengan pengetahuan baru
yang diperolehnya
5. Memberi kesempatan untuk mengolah lingkungan dan membangun dunianya secara aktif
6. Agar anak dapat menghargai dan mencintai isi alam sebagai ciptaan Tuhan
b. Fungsi
3. memberi kesempatan pd anak untuk mengamati dan mengolah lingkungan atau dunianya secara
aktif sesuai dengan kemampuan anak
5. memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan “bermain sambil belajar atau
belajar seraya bermain”
Daya Cipta
Tujuan
2. Memberi kesempatan pada anak untuk menciptakan sesuatu sesuai dengan kreatifitasnya
Fungsi
2. Memberi kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya
H. lmplikasi Perkembangan Kognitif dalam Proses Pembelajaran yang Efektif di Taman Kanak-
Kanak
3 Memberi kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat
mengembangkan kemampuan kognitifnya. Misalnya, mengubah obiek-objek yang disajikan secara
nyata kedalam bentuk lain, misalnya gambar.
4. Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak untuk berpikir dan
mengemukakan pikirannya.
http://elearning.unesa.ac.id/myblog/nur-ardisti/fase-perkembangan-kognitif-anak-usia-dini
(diakses tanggal 17 maret 2012)
Bukanlah hal yang susah, sekarang ini sudah banyak cara yang lebih mudah lagi untuk
menumbuhkan motivasi belajaranak, asalkan kita mau berusaha, selain ini juga banyak faktor-faktor
yang mempengaruhi keingianan belajar anak, keinginan baca anak, tinggal kita sebagai orang
tua/kakak harus mengenal dia terlebih dahulu seperti,benda apa yang ia suka atau permaianan apa
yang dia suka. Adapun cara mendidik anak supaya pintar yaitu dengan cara :
Bermain musik
Cara ini dapat merangsang pertumbuhan otak kanan. Dan dari studi yang dilakukan oleh
universitas Toronto, ini dapat meningkatkan IQ dan nilai akademis anak. Bintang pernah membaca
sebuah artikel kenapa orang zionis israel menjadi pintar. Salah satunya adalah sejak masih dini
mereka sudah dilatih konsentrasinya dengan bermain Piano.
Pendidikan yang sukses karena anak pintar selalu ingin tahu akan hal baru. Maka daripada itu
sejak kecil biasakan anda sebagai orang tua harus selalu menunjukkan rasa ingin tahu kepada anak.
Dengan begitu anda tidak perlu menyuruh anak untuk belajar ini itu. Karena dia sendiri yang akan
penasaran. Otomatis dengan semakin banyak yang dia pelajari akan membuatnya menjadi pintar.
Budayakan membaca
Dengan kegiatan membaca akan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan perkembangan
kognitif anak. Lalu bagaimana cara untuk melakukannya? Membacakan dongeng untuk anak bisa
menjadi salah satu jalan keluar. Cara lain, berikan anak hadiah sebuah buku yang dapat menarik
perhatiannya.
Apalagi sekarang sudah zaman internet, mengapa tidak gunakan itu senjata dalam mendidik?
Internet sudah terbukti cara ampuh untuk membuat orang sering membaca. Tentu saja karena ini
untuk pendidikan anak untuk menjadi pintar, harus tetap ditemani oleh Orang Tua.
Kepercayaan Diri
Mendidik anak pintar yang baik adalah membuatnya percaya diri dan selalu optimis bahwa dia
bisa melakukan sesuatu. Salah satu cara adalah berpatisipasi dalam kegiatan olahraga maupun sosial
dapat membantunya. Dan jangan sekalipun mendidik anak sehingga dia menjadi tidak PD. Salah satu
contoh adalah Ketika seorang ibu mengkritik gambar anaknya karena langitnya berwarna merah
bukan biru. Sepertinya hal itu sepele. Tapi itu bukan pendidikan anak yang bagus. Karena anak jadi
takut melakukan sesuatu karena salah. Dan manusia yang tidak pernah melakukan sesuatu
bagaimana mungkin menjadi pintar. Beberapa hal lain yang dapat membuat anak menjadi pintar
adalah dengan tentu saja memberikan ASI, menyingkirkan makanan cepat saji dan memberikan
makanan yang sehat, membiasakan berolahraga. Mudah-mudahan jika anda mendidik dengan
pendidikan seperti cara diatas, anak bisa menjadi lebih pintar.
TOP
3 komentar:
maaf, bisakah anda mencantumkan daftar pustakanya sebagai sumber referensi jika
saya ingin melihat sumber tulisan aslinya?
Posting Komentar
Home
Pendidikan
o
o
o
o
o
agama
o
o
o
o
o
o
o
biografi
hukum
pengertian
buku
manajemen
opini
Search...
Home » Pendidikan Anak » Pendidikan Karakter » Karakteristik Anak Usia 5-6 tahun
Jejak Pendidikan- Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial,
dan moral serta tidak sama dengan karakteristik orang dewasa. Anak merupakan makhluk
unik yang kaya akan fantasi dan imajinasi. Katini Kartono menjelaskan (1990:109)
menjelaskan bahwa anak usia dini memiliki karakteristik antara lain:
Pendapat lain tentang karakteristik anak usia dini dikemukakan oleh Hartani (2005: 8-9)
sebagai berikut:
Sementara itu Rusdinal (2005:16) menambahkan bahwa karakteristik anak usia 5-7 tahun
adalah sebagai berikut:
1. Anak pada masa praoperasional, belajar melalui pengalaman konkret dan dengan
orientasi dan tujuan sesaat,
2. Anak suka menyebut nama-nama benda yang ada di sekitarnya dan mendefinisikan
kata,
3. Anak belajar melalui bahasa lisan dan pada masa ini berkembang pesat,
4. Anak memerlukan struktur kegiatan yang jelas lebih spesifik
1. Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan dua jari
2. Menjiplak persegi panjang, wajik dan segitiga
3. Memotong bentuk-bentuk sederhana
4. Menggambar orang termasuk: leher, tangan, mulut, rambut dan hidung.
Perkembangan motorik halus anak usia 6 tahun berdasarkan pendapat Caplan dan Caplan,
1983 (Ramli, 2005:195) adalah:
Pengembangan motorik halus anak kelompok B (usia 5-6 tahun) berdasarkan pendapat
Sujiono (2008: 12.9) adalah sebagai berikut:
Sesuai dengan perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun yang telah dikemukakan
oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangkan kemampuan motorik
halus anak usia 5-6 tahun yaitu:
1. Dapat memegang pensil atau krayon menggunakan ibu jari dan dua jari telunjuk.
Ketika anak dapat memegang crayon dengan benar maka saat mewarnai sebuah
gambar ataupun kertas hasil yang diperoleh juga akan semakin bagus dan rapi
2. Membuat obyek gambar dengan lebih detail dan bisa dikenali. Obyek yang dimaksud
disini dapat berupa orang, hewan atau benda misalnya rumah yang digambar oleh
anak sudah ditambahkan dengan hal-hal kecil yang ada pada obyek yang digambar.
Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan anak berusia 5-6 tahun memiliki sifat
egosentris dan naïf, anak juga memiliki relasi sosial dengan benda- benda dan manusia
yang sifatnya sederhana dan primitive, ada kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-
hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas, sikap hidup yang fisiogamis, yaitu anak
secara langsung memberikan atribut/ sifat lahiriah dan materiel terhadap setiap
penghayatannya.
0
inShare
Related Posts :
Ciri Dasar Pendidikan Karakter Jejak Pendidikan- Menurut Foerster ada empat ciri
dasar dalam pendidikan karakter, yaitu: Keteraturan interior dimana setiap tindakan di…
Read More...
Popular Posts
Karya-karya Ibnu Sina
Kejayaan Peradaban Turki Usmani
Biografi al-Makmun
Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Ilmu Tasawuf
Biografi Hunain Bin Ishak
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja (siswa)
Makalah Manajemen Kelas
Pengertian dan Macam-macam Nilai Religius
Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Pengertian Tahfidz Al-Qur’an
Labels
Absen adab adat Admin agama Akutansi Al-Quran Artikel biografi Budaya buku CPNS daftar isi Doa
Ekonomi Fatwa Fiqh Foto guru hadis Hikmah hukum Hukum Muamalah informasi institusi Instrumen
Internasional Islam Karya Kecerdasan Emosional Kepribadian Konseling kurikulum loker makalah
manajemen Mata Pelajaran Media Pembelajaran metode Model Pembelajaran Motivasi Nama Bayi
NU Opini Orang Tua Organisasi pendidikan pendidikan Akhlak Pendidikan Anak Pendidikan Islam
Pendidikan Karakter pendidikan Spiritual pengertian perilaku Prestasi produk hukum profil proposal
RPP sejarah silabus slide Strategi Tajwid Tasawwuf Tauhid teori Tokoh ushul
Facebook
Copyright 2014 JEJAK PENDIDIKAN
Powered by Blogger.com
TASHA
Powered by Translate
Menurut Piaget, pada awal pengenalan nilai dan prilaku seta tindakan iti masih
bersifat “paksaan”. Akan tetspi sejalan dengan perkembangan inteleknya berangsur-
angsur manusia mulai berbagai ketentuan yang berlaku di dalam keluarga
dan semakin lama semakin luas sampai dengan ketentuan yang berlaku di dalam
masyarakat dan Negara.
Menurut Santrok dan Yussen (1992) perkembangan adalah pola gerakan atau
perubahan yang dimulai pada saat terjadi pembuahan dan berlangsung terus
selama siklus kehidupan. Dalam perkembangan terdapat pertumbuhan. Pola
gerakan itu kompleks karena merupakan hasil (produk) dari beberapa proses:
proses biologis, proses kognitif dan proses sosial.
Posting Komentar
Mengenai Saya
▼ 2014 (120)
o ► Desember (20)
o ▼ November (56)
EDUARD DOUWES DEKKER
ABDOEL MOEIS
Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
KI HAJAR DEWANTARA
DEWI SARTIKA
RA KARTINI
HAJI AGUS SALIM
Oemar Said Tjokroaminoto
SAMANHUDI
Dr. SOETOMO
PUISI GURU
CONTOH PUISI
Resep Kue Terang Bulan (Martabak Manis)
RESEP BIKANG AMBON
Resep Kue Kering Nastar
JAKA BEREG
ILIR - ILIR
WORD PROCESSOR
Analog versus digital
SOLUSI PENANGANAN PENCEMARAN
PENCEMARAN TANAH
PENCEMARAN AIR
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK ANAK MASA SEKOLAH
MOTHERBOARD
MEMORY ( RAM )
HARDISK
TEORI PERKEMBANGAN MENURUT BEBERAPA AHLI
PENERAPAN TIK DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
PENCEMARAN UDARA DAN LIMBAH GAS
RESEP CAKE PISANG
BRUNO MARS - IT WILL RAIN
APRESIASI PUISI
UANG
ARTI DAN WARNA BUNGA
Fanfict Super Junior (cerpen)
Ketika si Bencong galau
SEHAT DENGAN KULIT JERUK
MASYARAKAT MADANI
HAK ANAK, WANITA, DAN KEBEBASAN PRIBADI
PENGENDALIAN SOSIAL
DAMPAK NARKOBA TERHADAP GENERASI MUDA
PEMICU/PENYEBAB TERJADINYA PENYALAHGUNAAN
NARKOBA
CIRI - CIRI ORANG KECANDUAN NARKOBA
NAPZA
UPACARA ULUR-ULUR
UPACARA JAMASAN KYAI UPAS
TEMBANG DOLANAN
FESTIVAL MANTEN KUCING
KESENIAN TIBAN
DAUN LONTAR
BEDUG
TELEGRAF
TIPS MENURUNKAN KADAR KOLESTEROL
SUSUNAN ACARA UNTUK PERPISAHAN SEKOLAH
RESEP BROWNIS KUKUS
o ► Oktober (17)
o ► September (27)