Laporan PKL II, Adelia Indra Pratiwi PDF
Laporan PKL II, Adelia Indra Pratiwi PDF
LAPORAN
Oleh :
ADELIA INDRA PRATIWI
NIT. 17.5.02.106
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
1. Dr. Muh. Hery Riyadi Alauddin, S.Pi, M.Si selaku Direktur Politeknik
3. Pimpinan Instalasi Budidaya Ikan Air Tawar (IBAT) Mojokerto yang telah
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih ada banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PESETUJUAN .......................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Maksud dan Tujuan ..................................................................... 2
1.2.1. Maksud ............................................................................. 2
1.2.2. Tujuan .............................................................................. 3
iii
III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Lokasi ........................................................................ 27
3.2. Metode Praktek Kerja Lapang II .................................................. 27
3.3. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 27
3.4. Teknik Pengolahan Data ............................................................. 28
3.5. Sumber Data................................................................................. 29
3.6. Jenis Data .................................................................................... 30
LAMPIRAN .................................................................................................. 89
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
v
48. Ikan yang Terkena Penyakit Cacar ............................................................ 75
49. Panen .......................................................................................................... 77
50. Packing Sistem Tertutup ............................................................................. 78
51. Benih yang Telah Dipacking ....................................................................... 79
52. Packing Sistem Terbuka ............................................................................. 79
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
viii
I. PENDAHULUAN
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah
sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang
tergenang air. Ikan lele bersifat noktural, yaitu aktif bergerak mencari makanan
pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di
(Suyanto, 1991), sehingga pemijahan ikan ini terkendala akan musim, untuk itu
pemenuhan akan bibit ikan lele yang bermutu dan sesuai dengan waktu akan
sulit terpenuhi.
Ikan lele mutiara merupakan spesies ikan lele yang telah dibudidayakan
secara luas hampir di seluruh dunia. Di Indonesia, budidaya ikan lele mutiara
telah dimulai sejak tahun 1985 dan saat ini telah menjadi salah satu komoditas
perikanan budidaya yang populer. Ikan lele mutiara digunakan dalam kegiatan
negara-negara Afrika maupun melalui negara lain. Pada awal introduksinya, ikan
(Sunarma, 2004).
induk, pembuahan dan pasca penetasan untuk menghasilkan benih. Mutu benih
2
yang dihasilkan banyak dipengaruhi oleh mutu induk dan lingkungan seperti
kualitas ikan dan penyakit. Sifat genetis induk yang baik sangat diharapkan dan
dapat diturunkan antara lain pertumbuhan yang cepat, tahan terhadap penyakit
produk ikan budidaya lele yang berkualitas sangat diperlukan sumberdaya alam,
di Instalasi Budidaya Air Tawar (IBAT) Mojokerto Provinsi Jawa Timur pada
1.2.1. Maksud
adalah :
1.2.2. Tujuan
tidak ada yang dijadikan patokan dalam pelaksanaan manajerial, akan tetapi
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.2.1. Planning
fungsi utama manajemen dan meliputi segala sesuatu yang manajer kerjakan.
b) Measurable artinya program kerja atau rencana harus dapat diukur tingkat
keberhasilannya.
d) Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada.
Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi tetap ada tantangan.
e) Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan, triwulan,
2.2.2. Organizing
membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan menentukan siapa
dipecah menjadi berbagai jabatan. Pada setiap jabatan biasanya memiliki tugas,
Dengan pembagian tugas tersebut maka pekerjaan menjadi ringan. Berat sama
dipikul, ringan sama dijinjing. Disinilah salah satu prinsip dari manajemen, yaitu
2.2.3. Actuating
diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja
cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus
Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun.
(Terra, 2016).
2.2.4. Controlling
Menurut Terra (2016), agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi,
aturan dan program kerja maka dibutuhkan pengontrolan. Baik dalam bentuk
memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah bagaimana sejak dini
membentuk sistem manajerial yang baik. Unsur-unsur inilah yang disebut unsur
manajemen. Jika salah satu diantaranya tidak sempurna atau tidak ada, maka
manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk
mencapai tujuan. Tanpa adanya manusia maka tidak ada proses kerja, sebab
Menurut Amalia (2017), uang merupakan salah satu unsur yang tidak
dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-
kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam
perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk
Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk
membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi.
Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang
sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan,
tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki (Amalia, 2017).
metode kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya
dari sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang
dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang
diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya,
proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam
perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus
(Amalia, 2017).
bertulang keras, mempunyai tulang perut, dan bentuk tubuh memanjang. Selain
itu, lele juga memiliki ciri lain berupa bentuk kepala pipih, mempunyai batok
kepala, kumis, sirip dada atau disebut juga dengan istilah patil, dan alat
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Klas : Pisces
10
Sub-klas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Ikan lele mutiara memiliki bentuk tubuh yang sama dengan ikan lele pada
dengan sirip punggung dan anal yang sangat panjang (hampir mencapai atau
mencapai sirip ekor). Kepalanya gepeng melonjong, sangat kaku, tersusun atas
tulang tengkorak (diatas dan disisi) membentuk pelindung kepala. Kulit diselimuti
oleh lendir yang sangat licin dan mempunyai warna badan hitam pekat. Menurut
Najiati (1992), bentuk ikan lele yaitu bagian depan badannya terdapat
berbentuk pipih.
11
Ikan lele mutiara memiliki empat pasang sungut yang berfungsi untuk
mendeteksi mangsa dan sebagai alat bantu renang, ikan lele memiliki tiga buah
sirip tunggal yaitu sirip punggung, sirip ekor, sirip dubur. Ikan lele mutiara juga
memiliki sirip berpasangan yaitu sirip dada dan sirip perut. Sirip dada dilengkapi
dengan sirip yang keras dan runcing yang disebut dengan patil. Patil ini berguna
sebagai senjata dan alat bantu untuk bergerak. Morfologi ikan lele mutiara dapat
Ikan lele jantan dan betina sangat mudah untuk dibedakan. Lele jantan
memiliki papila seksual yang terletak tepat dibelakang anus yang berbentuk
runcing (De graaf and Janssen, 1996). Sedangkan pada betina tidak ada, alat
kelaminnya bentuk membulat. Ciri-ciri induk jantan dan betina disajikan pada
Gambar 3.
a b
Gambar 3. Induk Ikan Lele Jantan (a) dan Betina (b)
Sumber : Effendi, 2013
12
Menurut Santoso (1994), habitat atau lingkungan hidup ikan lele adalah
semua perairan yang bersifat tawar misalnya sungai, danau, waduk, bendungan,
dan genangan air lainnya, yang aliran airnya tidak terlalu deras atau kencang.
Di alam ikan lele memang lebih menyukai air tenang yang ada perlindungan
dengan dasar perairan sedikit berlumpur, tepian dangkal, dan membuat lubang
dewasa. Jika di kolam pemeliharaan pelindung dapat dibuatkan dari bambu yang
dilubangi ruas-ruasnya, paralon atau tanaman air lainnya. Ikan lele dapat hidup
baik di dataran rendah sampai 500 m di atas permukaan laut, pada suhu air
25 – 300 C. Sedangkan pada daerah 700 m di atas permukaan laut ikan lele tidak
begitu baik pertumbuhannya, demikian juga pada suhu dingin misalnya di bawah
200 C.
Menurut Khairuman dan Amri (2002), ikan lele memiliki organ arborescent
atau insang tambahan yang dikenal pula dengan sebutan labirynth. Dengan alat
ini, lele dapat hidup di dalam lumpur atau di air yang hanya mengandung sedikit
oksigen. Ikan lele juga mampu hidup di luar air (darat) dalam beberapa jam,
lele tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau mengalir seperti ikan-ikan
lainnya.
Penyebaran lele di Asia, yaitu negara Indonesia, Thailand, Filipina, dan Cina.
Ikan lele di beberapa negara, khususnya di Asia telah diternakkan dan dipelihara
Kamboja, Birma, dan India. Ikan Lele di Indonesia secara alami ditemukan di
Studi tentang pola makan ikan lele telah banyak dilakukan, umumnya ikan
lele masuk dalam kategori omnivora atau predator. Penelitian yang dilakukan
Ikan lele termasuk ikan air tawar yang menyukai genangan air yang agak
tenang, bersifat nokturnal yaitu aktif bergerak dan mencari makan pada malam
hari, sedangkan pada siang hari memilih berdiam diri dan berlindung di tempat-
tempat yang gelap. Pakan alami yang baik untuk ikan lele adalah zooplankton
seperti Moina sp., Daphnia sp., cacing sutera, siput-siput kecil dan sebagainya.
perairan atau kolam. Pakan alami biasanya diberikan sebagai pemberian pakan
Ikan lele juga bersifat kanibalisme, yaitu sifat suka memangsa jenisnya
kawannya sendiri yang berukuran lebih kecil. Oleh karena itu jangan sampai
perbedaan ukuran. Lele yang berukuran besar akan memangsa ikan lele yang
2.8. Reproduksi
Secara alamiah ikan lele memijah pada musim hujan. Banyak jenis ikan
yang terangsang untuk memijah setelah turun hujan. Dengan pemeliharaan yang
baik ternyata ikan lele dapat dipijahkan sepanjang tahun. Saat ini ikan lele sudah
dapat dipijahkan secara alami. Pemijahan ikan lele diawali dengan terlihatnya
dilakukan lebih cepat dan tepat (Khairuman dan Amri, 2002). De graaf (1989)
perubahan suhu air dan pemicu pemijahan disebabkan karena kenaikan air
Penetasan terjadi bila embrio telah menjadi panjang dari pada lingkaran
kuning telur dan telah terbentuk dirip perut. Penetasan terjadi dengan cara
suhu, intensitas cahaya dan pengurangan oksigen. Telur akan menetas antara
(Effendi, 2004).
dan pembesaran tidak akan terlaksana. Karena benih yang digunakan dari
siap pijah, pemijahan dan perawatan larva (Khairuman dan Amri, 2002).
berpasangan. Pasangan itu lalu mencari tempat, yakni lubang-lubang yang teduh
dan aman untuk bersarang. Lubang sarang ikan lele terdapat kira-kira 20-30 cm
yaitu ikan yang aktif bergerak mencari makan pada malam hari. Biasanya, lele
mulai aktif dan mencari makan sejak senja hingga malam hari. Lele menyukai
tempat sunyi dan agak gelap. Pada siang hari biasanya lele bersembunyi dalam
sungai, akar pohon, di dalam lubang kayu, atau bambu yang tenggelam.
alam bebas. Seluruh kehidupan lele budi daya sangat bergantung pada si
pembudidaya. Lele hasil budi daya tidak lagi bisa bersembunyi dan mencari
jenis makanannya. Jika sudah cukup waktu dan ukurannya, lele pun siap
dipanen dan dijual. Bagi yang sudah matang kelamin, perkawainannya pun diatur
oleh manusia.
2.10. Pembenihan
buatan. Dalam usaha budi daya lele, pembenihan merupakan bagian yang
kualitas benih yang dipelihara. Proses pembenihan ini meliputi pemilihan induk,
1. Manajemen Pakan
sehingga komposisi nutrisi yang diberikan pada lele seimbang dan membuat lele
menjadi berkualitas. Pakan ikan lele dapat berupa pakan alami dan pakan
buatan. Pakan buatan sering disebut pelet sedangkan pakan alami bisa berupa
2. Manajemen Air
Semakin padat sebaran lele di kolam, maka akan semakin cepat kotor dalam air,
dan akan menghambat pertumbuhan ikan lele, sehingga perlu diadakan sistem
manajemen air.
3. Manajemen Kesehatan
yang baik maka akan berkualitas. Pemberian nutrisi ikan terutama pada lele
dapat diminimalisir.
penting. Untuk mendapatkan induk yang berkualitas baik, maka ada beberapa
tahap seleksi. Pemeliharaan induk dalam budidaya lele yang harus diperhatikan
dari segi kolam, tinggian air kolam, aliran air kolam, pintu pemasukan airnya,
pakan induk lele, pembenihan pakan, pencegahan hama dan penyakit serta
sanitasi kolam.
a. Seleksi Induk
Menurut Soetomo (2000), memilih induk lele harus cermat dan teliti agar
memperoleh induk lele yang baik, yang nantinya mampu menghasilkan benih
17
yang bermutu dan terus menerus sehingga budidaya atau berternak ikan lele
berhasil. Induk ikan lele yang bersifat Induk ikan lele yang bersifat unggul akan
melakukan pemijahan dengan menggunakan induk yang tidak jelas asal usulnya
beresiko menuruni sifat resesif dari induknya yang bersifat merusak kualitas
dihasilkan jauh dari standar. Induk ikan lele yang digunakan sebaiknya tidak
mengalami kelainan fisik maupun dari satu keturunan. Umur dan ukuran dari
induk ikan lele sebaiknya berbeda untuk lebih memastikan keturunan dari induk
yang bersifat unggul sehingga hanya induk-induk produktif saja yang dipelihara
sehingga dapat menekan biaya perawatan induk karena untuk merawat induk
Induk ikan lele yang berkualitas dapat ditentukan melalui ciri fisik dan
faktor genetik. Induk yang bagus memiliki struktur organ yang lengkap dan
proporsional sesuai dengan umur ikan. Sedangkan untuk ciri genetik dapat
ditunjukkan dengan adanya sertifikat induk unggul dari unit produksi induk yang
sudah melalui tahap uji. Adapun ciri-ciri induk ikan lele yang baik adalah sebagai
berikut :
5. Betina tubuh gemuk tidak berlemak, jika perutnya diraba terasa lembut
dan halus
18
9. Gerakan lincah
cukup protein, indukan lele bisa dipijah lebih dari 15 kali sepanjang
hidupnya.
Sedangkan perbedaan induk lele jantan dan induk lele betina dapat dilihat
pada Tabel 1.
kemerahan besar.
2. Batok kepala lebih kecil dan lebih Batok kepala agak cembung dan
kuning.
biasanya biasanya
b. Perawatan Induk
pengontrolan dan yang terpenting dapat mencegah terjadinya “mijah maling” atau
memijah liar. Kolam induk berupa tanah, tembok atau kolam tanah dengan
pematang tembok. Tidak ada ketentuan khusus tentang ukuran kolam untuk
pengeluaran air. Dikedua saluran ini dipasang saringan agar hewan liar tidak
masuk dan induk-induk yang dipelihara tidak dapat keluar atau kabur. Kepadatan
sebaiknya bersih dan tidak tercemar limbah rumah tangga atau limbah lainnya.
Agar diperoleh kematangan induk yang memadai, setiap hari induk diberi pakan
yang bergizi. Jenis pakan yang diberikan berupa pakan buatan berupa pellet
3 – 5 % per hari dari bobot induk yang dipelihara. Pakan diberikan dua sampai
Selama masa perawatan, induk lele diberi makan yang berkadar protein
tinggi seperti cincangan daging bekicot dan pellet. Ikan lele membutuhkan pellet
dengan kadar protein yang relatif tinggi. Cacing sutra kurang baik untuk makanan
induk lele, karena kandungan lemaknya tinggi. Pemberian cacing sutra harus
2008).
setiap pasang induk yang beratnya 1 kg. Sebelum digunakan kolam dicuci
terlebih dahulu agar bersih lele juga akan terhindar dari serangan penyakit.
menempelnya telur diatas kolam dipasang happa yang terbuat dari kain.
Lele siap pijah atau matang gonad biasanya ditandai dengan beberapa
ciri, seperti mulai berpasangan dan saling mengejar antara jantan dan betina.
Induk betina siap pijah ditandai dengan perut yang membesar (gendut) dan bila
perutnya diraba terasa lembek. Selain itu, duburnya mulai berwarna kemerahan
Sementara itu, induk jantan yang siap kawin dicirikan dengan bentuk
perut yang ramping, bila diurut pelan akan keluar cairan putih alias sperma. Jika
tanda-tanda seperti di atas telah kelihatan, sebaiknya induk lele tersebut segera
dipindahkan ke kolam pemijahan untuk dikawinkan. Induk jantan dan betina siap
mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Di alam lele melakukan pemijahan pada
musim penghujan. Menurut Puspowardoyo dan Djarijah (2006), induk lele jantan
dan betina yang sudah diseleksi segera dimasukkan kedalam kolam pemijahan.
Setiap induk terdiri atas 1 ekor induk jantan dan 4 ekor induk betina. Usahakan
agar induk lele mutiara yang dipijahkan tidak beringas sehingga saling
Di kolam pemijahan induk jantan yang telah matang kelamin dan tidak
menentukan pasangan induk betina yang matang telur akan menjadi beringas.
Untuk mencegah perilaku beringas ini, maka induk lele mutiara diusahakan yang
bener-benar sudah siap pijah. Pasangan induk lele yang cocok dan telah matang
Biasanya induk lele mutiara berpijah pada tengah malam menjelang pagi hari
Menurut Khairuman dan Amri (2002), setelah induk selesai memijah pada
pagi harinya telur lele diangkat untuk diteteskan di kolam penetasan. Induk lele
telah pihak harus dikembalikan lagi ke kolam pemeliharaan kolam induk jantan
dan betina. Bak atau kolam penetasan telur bisa berupa kolam beton atau kolam
plastik. Kolam penetasan diisi air jernih dan bersih setinggi 10 cm. Seluruh telur
Menurut Surya (2018), induk ikan lele yang telah memijah akan
dari aktivitas pemijahan ikan, dimana pada saat menetas berubah menjadi stadia
larva. Telur ikan lele bersifat melekat (adesif) kuat pada substrat, karena telur
ikan lele tersebut memiliki lapisan pelekat pada dinding cangkangnya dan akan
menjadi aktif ketika terjadi kontak dengan air, sehingga dapat menjadi
menetas. Oleh karena itu, untuk mengurangi faktor kerusakan atau kegagalan
telur dalam proses penetasan, induk ikan lele yang telah memijah diangkat dan
Telur-telur ikan lele yang telah terbuahi ditandai dengan warna telur
putih pucat atau putih susu. Lama waktu perkembangan hingga telur menetas
menjadi larva tergantung pada jenis ikan dan suhu. Pada ikan lele, membutuhkan
Menurut Surya (2018), larva ikan lele hasil penetasan memiliki bobot
minimal 0,05 gram dan panjang tubuh 0,75 – 1 cm, serta belum memiliki bentuk
cadangan makanan dalam bentuk kuning telur dan butir minyak. Cadangan
khususnya untuk keperluan pemangsaan (feeding), seperti sirip, mulut, mata dan
saluran pencernaan. Kuning telur tersebut biasanya akan habis dalam waktu 3
hari, sejalan dengan proses perkembangan organ tubuh larva. Oleh karena itu,
larva ikan lele baru akan diberi pakan setelah umur 4 hari (saat cadangan
mulut larva agar larva ikan lebih mudah dalam mengkonsumsi pakan yang
diberikan, pakan ikan juga bergerak sehingga mudah dideteksi dan dimangsa
oleh larva, mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang tinggi. Salah satu
contoh pakan yang diberikan pada saat larva ikan lele tersebut berumur 4 hari
adalah emulsi kuning telur. Pada saat lele berumur 6 hari, maka dapat diberikan
pakan berupa Daphnia sp (kutu air), Tubifex sp (cacing sutra) atau Artemia sp.
Pakan tersebut diberikan secara adlibitum dengan frekuensi 5 kali dalam sehari
dan agar tidak mengotori air pemeliharaan, maka diusahakan tidak ada pakan
yang tersisa.
didasar bak penetasan. Untuk menjaga kualitas air, maka sebaiknya selama
Pergantian air ini dimaksudkan untuk membuang kotoran, seperti sisa cangkang
24
telur atau telur yang tidak menetas dan mati. Menurut Departemen Kelautan dan
Perikanan (2007), sumber air dapat menggunakan aliran irigrasi air sumur (air
yang permukaan atau sumur dalam) ataupun air hujan yang sudah dikondisikan
terlebih dahulu.
larva tidak stress atau tidak ikut terbuang bersama kotoran. Parameter kualitas
air yang baik untuk pemeliharaan larva lele dapat dilihat pada Tabel 2.
1. Suhu 22 – 23oC
2. pH 6–9
tinggi suhu air media penetasan telur maka waktu penetasan menjadi semakin
singkat. Akan tetapi, telur menghendaki suhu tertentu (suhu optimal) yang
telur menetas diperoleh larva yang berukuran lebih besar dengan kelengkapan
organ yang lebih baik dan dengan kondisi kuning telur yang masih besar. Pada
25
ikan lele, suhu optimum yang baik untuk penetasan telur adalah sekitar
telur secara difusi melalui lapisan permukaan cangkang telur. Kebutuhan oksigen
optimum untuk kegiatan penetasan telur ikan lele adalah > 5 mg/L. Oksigen
tersebut dapat diperoleh melalui beberapa cara, yaitu memberikan aerasi dengan
berada dibagian paling dekat dengan permukaan air. Selain oksigen, untuk
keperluan perkembangan, diperlukan energy yang berasal dari kuning telur (yolk
sac) dan kemudian butir minyak (oil globule). Oleh karena itu, kuning telur terus
Menurut Surya (2018), telur- telur ikan lele akan menetas dalam waktu
18-24 jam setelah pemijahan terjadi. Embrio terus berkembang dan membesar
sehingga rongga telur menjadi sesak olehnya dan bahkan tidak sanggup lagi
mewadahinya, maka dengan kekuatan pukulan dari dalam oleh pangkal sirip
ekor, cangkang telur pecah dan embrio lepas dari kungkungan menjadi larva.
Pada saat itu telur menetas menjadi larva. Untuk memperlancar proses
sebelum digunakan;
penetasan;
telur ikan lele diangkat dari wadah penetasan dan untuk memperbaiki kualitas air
Budidaya Air Tawar (IBAT) Mojokerto yang beralamat di Jalan Raya Dlanggu-
Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) II dapat dilihat pada Lampiran 1.
survey dan partisipasi langsung. Metode survey adalah teknik penelitian di mana
1999). Survey disini meliputi pengamatan tentang keadaan umum lokasi, tugas
dan tanggung jawab karyawan, kondisi kerja dan fasilitasnya. Sedangkan untuk
jalan melibatkan diri dalam proses pekerjaan tanpa atau dengan petunjuk orang
yang sudah terampil dalam pekerjaan tersebut (BPKB Jaya Giri, 1990).
berikut :
28
a. Observasi
b. Wawancara
secara lisan dengan dua orang atau lebih, bertatap muka mendengarkan secara
pembenihannya.
c. Dokumentasi
kebenarannya.
Data yang telah terkumpul, baik primer maupun sekunder menurut Narbuko
a. Editing
Dalam setiap data yang didapat pasti diperlukan adanya penyuntingan. Hal
ini bertujuan supaya dapat dimengerti oleh semua kalangan pembaca. Misalnya
penulis mendapatkan data keuangan dari sebuah kegiatan usaha, dalam hal ini
diperlukan ada penyuntingan, baik dari segi keterangan dari data transaksi, nama
b. Analisis deskriptif
c. Tabullating
lanjut dalam rangka proses analisis data, sehingga data dapat dibaca dan mudah
dimengerti.
Data yang perlu ditabulasikan yaitu seperti data perbedaan lele mutiara
betina atau jantan dan pemberian pakan yang diperoleh dari narasumber.
sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan disatukan secara
langsung dari obyek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang bersangkutan.
Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan dan disatukan oleh
penelitian baik itu untuk penelitian yang sifatnya eksploratif maupun penelitian
yang sifatnya deskriptif. Adapun yang dimaksud dengan data sekunder itu sendiri
adalah data yang dikumpulkan oleh orang atau lembaga lain yang dipublikasikan
(Suparmoko, 1999).
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berupa angka, data kuantitatif menyajikan
data sesuai dengan informasi yang diperoleh dilapangan. Data berupa angka
dapat berupa data jumlah induk, data hasil benih lele, dan data jumlah panen.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang bukan berupa angka, misalnya jenis ikan
lele, cara pembenihan ikan lele, sarana dan prasarana. Data kualitatif
pengambilan keputusan.
IV. KEADAAN UMUM
Jawa Timur. Luas area IBAT Mojokerto 8.647 m², dengan jarak dari pusat
Provinsi kurang lebih 53 km, jarak dari kota Kabupaten kurang lebih 23 km,
sedangkan dari kota Kecamatan kurang lebih 4 km. IBAT Mojokerto terletak pada
ketinggian kurang lebih 200 m dari atas permukaan laut dengan kisaran suhu
antara 24°C sampai 30°C dengan tingkat keasaman berkisar antara 6 sampai 7.
penduduk dan sungai. Disekitar lokasi terdapat saluran irigasi kali Ketintang III
yang merupakan sumber air di lokasi IBAT Mojokerto selain air sumur. Letak
Keadaan unit usaha meliputi sejarah dan perkembangan dari unit usaha
tersebut, tugas pokok dan fungsi dari unit usaha, struktur organisasi dan fasilitas
yang tersedia di Instalasi Budidaya Air Tawar (IBAT) Mojokerto. Semua ini
diperuntukan untuk menunjang kegiatan yang ada di dalamnya agar lebih efektif,
Model pembenihan ikan lele (MPIL) Mojokerto didirikan atas prakarsa dari
Instansi Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur pada tahun anggaran 1986,
dan peran Model Pembenihan Ikan Lele memberikan pembinaan dan bimbingan
32
kepada para petani ikan khususnya cara pembudidayaan ikan lele. Selain itu
Ikan Lele (PRIL) di wilayah Jawa Timur. Dengan melihat tugas dan peran
tersebut, maka MPIL merupakan wadah alih teknologi yang mampu menyerap
membutuhkan.
Provinsi Jawa Timur No. 37 tanggal 1 Oktober 1986 MPIL Mojokerto dalam
para kepala sub Dinas atau bagian. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas
MPIL Mojokerto berubah nama menjadi Unit Pengelola Budidaya Air Tawar
(UPBAT) Mojokerto.
Mojokerto berubah nama menjadi Instalasi Budidaya Air Tawar (IBAT) Mojokerto.
mensuplai benih ikan di provinsi Jawa Timur. Unit pembenihan lele di IBAT
Mojokerto sudah bersertifikat Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) dengan
Visi :
Misi :
lebih baik.
a. Tugas
berikut:
3. Pelaksanaan alih teknologi, pelatihan dan kaji terap teknologi perbenihan dan
budidaya air tawar kepada petugas teknis lapangan dan petani ikan.
5. Pelaksanaan dan fasilitasi standarisasi mutu benih dan hasil budidaya air
tawar.
b. Fungsi
berikut :
34
teknis milik dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur. IBAT Mojokerto
masih dibawah bimbingan teknis UPT BAT Umbulan. Adapun struktur organisasi
Pengelola Pengembangan
Pengelola Teknologi Perbenihan Budidaya dan Pemasaran Ikan
Ridwan Samari
Restu Niti Nugroho S.Pi
Padi
Basori
Mukamat Darmawan S.Pi
Heru Priyatno
Febri Puspita Sari S.Pi
Gambar 6. Struktur Organisasi IBAT Mojokerto
Sumber : IBAT Mojokerto, 2018
35
SMP, 10 orang lulusan SMA tetapi 2 orang sedang menempuh pendidikan S1,
4.2.4. Fasilitas
menggunakan listik PLN berdaya 5000 watt. Energi listrik digunakan untuk
kantor, dan operasioanl rumah tangga. Apabila terjadi pemadaman listrik PLN,
sumber energi listrik kedua adalah genset dengan daya 20 KVA / 16 KW. Adapun
Gambar 7. Genset
Sumber : IBAT Mojokerto, 2018
b. Sumber air
Mojokerto berasal dari air sungai dan sumur bor. Air yang berasal dari sumur bor
disedot menggunakan pompa kemudian masuk ke tandon air. Air yang berasal
dari sumur bor digunakan untuk kegiatan teknis budidaya, operasional kantor,
dan rumah tangga. Terdapat 2 sumur bor di IBAT Mojokerto. Sumber pengairan
kedua adalah air sungai. Air sungai yang mengalir melalui kali opak di sebelah
timur IBAT Mojokerto kemudian masuk ke filter berupa aliran air yang berkelok-
36
kelok dan selanjutnya air mengalir ke kolam melalui saluran. Adapun filter air
c. Pompa
Pompa digunakan untuk menyedot air dari sumur bor dan mengalirkan air
ke kolam. Terdapat 2 pompa sumur dalam, 1 pompa sumur dangkal dan 1 buah
pompa celup dengan kapasitas 2 dim. 2 pompa sumur dalam digunakan untuk
kegiatan budidaya dan 1 pompa sumur dangkal digunakan untuk kegiatan rumah
tangga. Adapun pompa sumur dalam dan pompa sumur dangkal dapat dilihat
pada Gambar 9.
a b
(1) (2)
e. Kolam pemijahan
Konstruksi kolam pemijahan adalah bak beton. Terdapat dua jenis kolam
pemijahan, yaitu kolam pemijahan indoor dan kolam pemijahan semi indoor.
Kolam pemijahan indoor berada didalam bangunan tertutup. Terdapat lima kolam
indoor berada di depan kolam pemijahan indoor, kolam pemijahan semi indoor
pemeliharaan larva sampai umur 21 hari. Kolam pemijahan dapat dilihat pada
Gambar 11.
f. Kolam pendederan
Konstruksi kolam pendederan berupa kolam beton dan kolam semi beton.
Jumlah kolam beton sebanyak 5 kolam dengan ukuran 4,8 m x 3,5 m x 0,8 m dan
ketinggian air 0,65 meter . Kolam pendederan semi beton berjumlah 8 kolam
dengan ukuran 7,4 m x 4,1 m x 1 m dan ketinggian air 0,85 meter. Kolam
pendederan berfungsi untuk kegiatan pendederan benih ikan lele. Adapun kolam
g. Gudang
10 m x 6 m. Untuk lebih jelasnya gudang pakan dapat dilihat pada Gambar 13.
h. Bak pengendapan
i. Kakaban
Saat pemasangan kakaban diberi pemberat berupa batu bata sebanyak 6 buah
dengan tujuan agar saat pemijahan kakaban terpasang kencang dan tetap pada
j. Ember
untuk tempat memindahkan ikan dari kolam satu ke kolam yang lainnya. Unit
k. Laboratorium
5 buah termometer, 1 buah pH meter, teskit amonia, teskit phospat, teskit DO,
(a) (b)
m. Bak grading
ukuran benih ikan lele sebanyak 2 bak, jadi terdapat 18 bak grading di IBAT
n. Pel Karet
Pel karet berasal dari bahan plastik yang pada bagian bawahnya terdapat
karet untuk menyeka. Garuk plastik digunakan untuk kegiatan penyiponan dan
pengeringan kolam. Jumlah pel karet yang dimiliki unit pemebenihan lele
o. Timbangan
Jumlah timbangan pakan sebanyak 1 buah dengan kapasitas maksimal 300 kg.
p. Tabung Oksigen
q. Alat transportasi
motor, 1 buah mobil pick up, dan 1 cator. Alat transportasi tersebut digunakan
untuk kegiatan pengiriman benih ikan lele. Mobil pick up dapat dilihat pada
Gambar 23.
r. Waring
Pemeliharan induk pada kolam sampai induk tersebut siap dipijahkan. Induk
yang digunakan dalam pemijahan berasal dari Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI)
Sukamandi. Induk-induk ikan lele Mutiara yang digunakan untuk pemijahan sudah
berumur ± 1 tahun. Berat induk betina yang dipelihara yaitu berkisar antara 1 - 2
kg/induk, begitupun bobot induk jantan berkisar antara 1 - 2 kg/induk. Jumlah induk
ikan lele Mutiara yang terdapat di IBAT Mojokerto adalah 450 ekor, yang terdiri dari
150 ekor induk jantan, dan 300 ekor induk betina. Padat penebaran induk dalam 1
kolam yaitu 7 - 8 induk/m2 artinya dalam 1 kolam dipelihara induk ikan lele mutiara
betina ikan lele Mutiara dilakukan secara terpisah. Tetapi dalam pemeliharaan induk
pematangan gonad induk-induk betina. Pada kolam pemeliharaan induk betina yang
diberi induk jantan kondisi perairan jangan sampai bening, karena dapat
mengakibatkan lele memijah, namun jika kondisi air pada bak pemeliharaan induk
Persiapan media bertujuan agar induk dapat hidup dan tumbuh dengan baik
induk merupakan tempat ikan hidup, tumbuh, dan berkembang. Media pemeliharaan
induk merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam suatu usaha
pembenihan.
Media pemeliharaan induk yang baik, induk akan tumbuh dan berkembang
secara optimal, sehingga akan menghasilkan induk yang berkualitas, dari induk yang
induk, dilakukan persiapan media atau sanitasi terhadap media pemeliharaan induk
terlebih dahulu.
1. Pencucian bak
kotoran berupa sisa pakan dan kotoran ikan yang ada pada bak. Sanitasi dilakukan
dengan membasmi bibit penyakit yang dilakukan dengan menggunakan bahan kimia
tersebut dibilas agar tidak berpengaruh terhadap kualitas air. Pada saat praktek
hanya dilakukan pembersihan bak dengan penyikatan dan pencucian namun tidak
dilakukan sanitasi pada kolam, dikarenakan kolam yang telah disikat sudah cukup
bersih dan terhindar dari penyakit. Dibuktikan dengan tidak ada induk yang
2. Pengeringan
mungkin saja ada pada bak pemeliharaan induk, dan menghambat pertumbuhan
lumut saat dilakukan pemeliharaan induk nanti. Bak pemeliharaan induk yang telah
disikat dan dibilas kemudian dibiarkan kering selama kurang lebih 2 hari (tergantung
3. Pengisian Air
Pengisian air bertujuan untuk menyiapkan media sebagai tempat hidup ikan.
Kolam yang telah dibersihkan kemudian diisi dengan air. Cara pengisian air yang
pertama adalah dengan menutup pintu outlet kolam, kemudian membuka kran
pasokan air. Air yang digunakan merupakan air dari sumur bor, yang dialirkan
menggunakan pompa.
Selain dilakukan pengisian air dari sumur bor pada kolam induk juga diberi
tambahan air hijau. Penambahan air hijau dilakukan untuk menambahkan plankton
pada kolam. Pengisian air dilakukan sampai tinggi air mencapai 75 cm atau volume
kesehatan ikan.
Menurut Perangin (2013), air yang digunakan sebagai media hidup ikan
harus diukur dan dianalisa agar ikan dan organisme lainnya dapat tumbuh dengan
baik. Keberadaan plankton pada kolam merupakan indikator yang paling mudah
diamati pada kolam. Hal ini dikarenakan organisme ini merupakan produsen primer
sangat berpengaruh terhadap induk ikan. Plankton ini membuat suhu air pada kolam
tetap stabil, sehingga induk dapat hidup pada kolam dengan baik. Hal ini dapat
berdampak baik pada kualitas telur yang diproduksi oleh induk ikan lele Mutiara.
48
pakan induk ikan lele Mutiara. Pakan yang diberikan pada pemeliharaan induk ikan
lele Mutiara yaitu jenis pakan buatan berbentuk pellet terapung. Pellet yang
digunakan merupakan pakan merk prima feed yang diproduksi oleh PT Matahari
Sakti. Kode pakan induk adalah PF - 128. PF – 128 mempunyai diameter 1 cm,
dengan nutrisi yang terkandung dalam pellet yaitu protein minimal 38 %, lemak
minimal 5 %, serat kasar maksimal 6 %, abu maksimal 16 % dan kadar air maksimal
11 %. Pemberian pakan dengan kadar protein yang tinggi untuk memacu atau
Dosis pakan yang diberikan perhari yaitu 1% dari biomassa induk ikan lele
Mutiara. Dalam 1 kolam induk yang berjumlah 200 ekor dengan biomassa induk 1 kg
pemberian pakan induk perhari 4,5 kg. Frekuensi pemberian pakan hanya dilakukan
satu kali yaitu pada waktu pagi hari pukul 07.30. Pemberian pakan dilakukan dengan
menebarkan pakan pada sekeliling kolam secara merata. Pemberian pakan induk
Pengelolaan pakan induk sudah baik dan sesuai dengan pendapat BPPI
(2014), Pakan yang diberikan pada induk ikan lele berupa pakan bentuk pellet
seperti pakan Prima Feed PF – 128 (PT. Matahari Sakti). Dosis pemberian yaitu
sehari. Pakan yang berkualitas tinggi sangat penting bagi proses pematangan gonad
Pemilihan pemberian pakan yang terapung dikarenakan sifat dari ikan lele
yang aktif berenang pada bagian permukaan air dan bukan termasuk dari ikan
dasar. Pemberian pakan dengan dosis 1 % dari biomassa induk ikan lele dan
pakan dari induk. Ini dibuktikan dengan kualitas telur yang dihasilkan dari induk ikan
lele Mutiara yang bagus. Pemberian pakan yang dilakukan pada waktu pagi hari
Sukamandi dilakukan pada pagi hari. Adapun pakan induk PF – 128 dapat dilihat
Fungsi pengelolaan kualitas air adalah tetap menjaga agar air media
pemeliharaan induk tetap bagus dan optimal untuk kegiatan pemeliharaan induk. Air
merupakan media hidup ikan. Kualitas air akan mempengaruhi kualitas indukan.
Parameter kualitas air yang bagus akan menjadikan indukan sehat dan akan
menjaga parameter kualitas air agar tetap bagus dan optimal untuk pertumbuhan
dan perkembangan induk ikan lele. Beberapa usaha yang dilakukan untuk menjaga
parameter kualitas air yang bagus meliputi sirkulasi air, pergantian air, dan
a. Sirkulasi air
Sirkulasi air dilakukakan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas air pada
kolam induk. Sirkulasi air dapat mengurangi kandungan bahan organik yang berasal
dari kotoran dan sisa pakan, selain itu sirkulasi dapat mengurangi kepadatan dari
plankton. Sirkulasi air dilakukan dengan mengalirkan air dengan debit yang kecil
sehingga air yang lama akan keluar melalui pipa outlet dan akan tercipta air yang
lebih baik. Sirkulasi air dilakukan setiap hari. Sirkulasi air ini dapat mengurangi
b. Pergantian air
Pergantian air bertujuan untuk memperbaiki kualitas air pada kolam induk.
Pergantian air dilakukan saat kondisi air kolam sudah berwarna hijau keruh dan
berbau. Kondisi ini menunjukkan kandungan bahan organik pada kolam sudah tinggi
1. Buka pipa outlet kolam induk dan air pemeliharaan dibuang sebanyak 75 %
2. Lakukan penambahan air baru yang berasal dari sumur bor hingga kembali
Parameter kualitas air yang diukur diantaranya suhu dan pH. Pengukuran suhu
meter. Pengukuran kualitas dilakukan hanya pada waktu sore hari, tepatnya pada
setelah hidup, masukkan probe pada air tawar tekan tombol call sampai layar
dicek.
3. Tunggu sampai angka yang terukur pada pH meter berhenti. Angka yang
kesehatan induk ikan lele. Hama yang terdapat pada kolam pemeliharaan induk
adalah keong mas. Keong mas dianggap hama kompetitor karena keberadaannya
mengganggu ikan lele dan dianggap sebagai pesaing tempat dan oksigen. Pada
saat praktek tidak ditemukan penyakit yang menyerang induk dari ikan lele Mutiara.
Hanya saja terdapat induk yang terluka pada bagian badannya yang disebabkan
persisapan kolam agar selama proses pemijahan dan penetasan telur menjadi
53
Pencucian kolam dilakukan dengan tujuan agar bak pemijahan bersih dan
berikut :
4. Air sisa pencucian bak dibuang ke arah outlet dengan menggunakan pel
yang mungkin terdapat pada permukaan bak pemijahan, selain itu pengeringan juga
dengan cara membiarkan kolam terpapar sinar matahari. Adapun pengeringan bak
2. Pemasangan kakaban
saat terjadi pemijahan alami. Kakaban terbuat dari happa dengan ukuran 6 m x 4 m.
kakaban. Apabila terdapat rongga nantinya induk ikan lele akan tersangkut atau
akan masuk ke bawah kakaban dan dikhawatirkan induk ikan lele gagal memijah.
3. Pengisian Air
Pengisian air bertujuan untuk menyediakan media memijah bagi induk ikan
lele. Pengisian air menggunakan air sumur bor yang dialirkan dari inlet
panjang ikan yang akan dipijahkan sehingga volume air media untuk pemijahan
Seleksi induk bertujuan untuk memilih induk ikan lele Mutiara yang siap
dipijahkan atau sudah matang gonad. Pemilihan induk akan menentukan kualitas
benih atau keturunan yang akan dihasilkan oleh suatu indukan karena indukan
induk yang baik dan berkualitas akan menghasilkan benih yang banyak dan
berkualitas.
Menurut Sunarma (2004), Induk ikan lele yang digunakan dalam kegiatan
proses produksi harus tidak berasal dari satu keturunan dan memiliki karakteristik
kualitatif dan kuantitatif yang baik berdasarkan pada morfologi, fekunditas, daya
kriteria. Induk yang baik adalah induk yang tubuhnya tidak cacat, tidak terdapat luka.
Induk yang digunakan berumur 1 tahun dan berbobot minimal 1 kg. Seleksi induk
(1) (2)
Gambar 32. (1) alat kelamin ikan lele jantan; (2) alat kelamin ikan lele betina
Sumber : IBAT Mojokerto, 2018
57
Pemilihan induk jantan dan betina yaitu dengan memperhatikan ciri sebagai berikut:
a. Induk jantan
b. Induk betina
Menurut BPPI (2014), induk ikan lele yang digunakan dalam pemjahan
sebaiknya berukuran sedang yaitu berumur kurang dari 5 tahun. Bobot tubuh ikan
lele berkisar antara 1 – 4 kg dan tidak cacat. Pemilihan induk sudah sesuai dengan
pendapat BPPI. Hal ini juga dibuktikan dengan produktivitas telur induk ikan lele
Penebaran induk bertujuan agar induk bisa memijah. Induk yang lolos seleksi
pagi hari. Penebaran induk dilakukan dengan mengambil induk secara perlahan
gerakan induk ikan lele, saat pengambilan induk dilakukan dengan menutup mata
ikan lele.
58
dianggap ideal karena jumlah sperma ikan lele bisa membuahi telur dari 2 induk ikan
lele betina. Hal tersebut sudah sesuai dengan pendapat (Gunawan, 2014) yang
menyatakan bahwa perbandingan induk jantan dan induk betina yang akan
pemijahan dan daya tampung kolam penetasan. Penebaran induk dapat dilihat pada
Gambar 33.
5.3. Pemijahan
pemijahan ikan lele di IBAT Mojokerto menggunakan sistem pemijahan alami. Induk
yang ditebar pada bak pemijahan akan mengalami pemijahan. Pemijahan pada ikan
lele terjadi pada malam hari, hal ini sesuai dengan sifat lele yaitu hewan nocturnal
yang aktif pada malam hari. Pemijahan didahului dengan proses pendekatan induk
jantan terhadap induk betina. Proses pendekatan dimulai setelah 6 jam dilakukan
penebaran induk. Induk jantan dan induk betina akan berenang beriringan.
59
pukul 00.00 – 01.00. Tanda sedang terjadinya pemijahan adalah terdengar bunyi
kecipak air pada bak pemijahan. Proses pemijahan yaitu dengan proses induk betina
mengeluarkan sel telur kemudian induk jantan mengeluarkan sel sperma. Setelah itu
akan terjadi pembuahan eksternal secara alami. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Gunawan (2014) yang menyatakan bahwa pemijahan terjadi pada pukul
maksimal. Pembuahan terjadi setelah bertemunya sel telur dan sel sperma induk
ikan lele. Telur yang terbuahi kemudian akan menetas. Telur akan menempel pada
kakaban. Penetasan telur dilakukan sekaligus pada bak pemijahan. Telur yang
terbuahi akan mempunyai ciri-ciri telur berwarna bening. Sedangkan telur yang tidak
menetas akan menunjukkan ciri-ciri telur berwarna putih susu dan baunya
menyengat.
larva agar kemudian bisa hidup dan menjadi benih yang berkualitas. Pemeliharaan
bertujuan untuk meminimalkan resiko kegagalan seperti telur menjadi rusak atau
kematian larva.
dengan air bersih. Sisa air yang terdapat pada kolam selanjutnya diseka
menggunakan pel karet. Setelah permukaan bak kering, bak dibiarkan selama
Tinggi air untuk pemeliharaan larva 30 cm. Setelah kegiatan pemijahan air
kolam diklicir atau dibuat resirkulasi air bersih dari kran dengan debit kecil.
libitum, medote ad libitum artinya mengharuskan pakan tersedia setiap waktu dalam
media budidaya sehingga ikan atau hewan budidaya dapat mengkonsumsi setia
saat. Metode kedua adalah metode ad satiation. Metode ad satiation adalah suatu
metode pemberian pakan dimana pemberian pakan hingga ikan atau hewan yang
Metode ketiga adalah metode restricted feed. Metode restricted feed yaitu
pemberian pakan pada ikan atau hewan yang dibudidayakan sesuai dengan jumlah
Dalam kegiatan pemeliharaan larva pakan yang diberikan kepada larva dan
benih ikan menggunakan pakan hidup dan pakan buatan. Pakan hidup yang
diberikan berupa cacing sutra. Pakan buatan yang diberikan berupa tepung dan
crumble. Setelah telur ikan lele menetas menjadi larva, larva tersebut memakan
cadangan kuning telur yang ada sampai umur 2 – 3 hari. Setelah umur 2 – 3 hari
cadangan kuning telur pada larva akan habis. Saat cadangan kuning telur habis saat
itu mulai diberikan pakan hidup berupa cacing. Cacing sutra dapat dilihat pada
Gambar 34.
Pemberian cacing dilakukan setiap dua hari sekali. Dengan dosis ad libitum.
Pemberian cacing dilakukan sampai larva berumur 14 hari cacing diberikan mulai
larva berumur 3 hari. Pemberian cacing pada hari ketiga dikarenakan perkembangan
larva berbeda sehingga habisnya kuning telur berbeda. Dikhawatirkan apabila saat
kuning telur habis dan belum tersedia pakan alami, larva akan kelaparan dan mati.
dilakukan pada saat umur larva 15 hari. Pakan buatan yang diberikan berupa tepung
dengan merek dagang Prima Feed produksi PT Matahari Sakti. Kode pakan PF 100.
Pakan PF 100 diberikan dua kali dalam sehari, pada pukul 07.30 dan 15.00.
Pemberian pakan dilakukan dengan memberi pakan pada titik-titik tertentu secara
merata pada setiap kolam, pakan tidak ditebar secara merata. Ada 8 titik pemberian
pakan pada setiap kolam. Metode pemberian pakan secara ad libitum terkontrol.
Dimana dalam setiap kolam diberi pakan sebanyak 56 gram dalam sekali pemberian
pakan. Apabila pemberian pakan sebanyak 112 gram dalam 16 hari, maka dalam 16
hari pakan PF 100 yang diberikan sebanyak 1.680 gram untuk 1 kolam. Pemberian
kualitas air media pemeliharaan larva agar tetap optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangan larva ikan lele. Penyiponan dan pergantian air dilakukan pada larva
mulai umur satu minggu. Penyiponan dan pergantian air dilakukan pada pagi hari
dengan tujuan agar suhu tidak terlalu tinggi. Pergantian air dilakukan setiap dua hari
sekali saat banyak kotoran menumpuk pada dasar bak pemeliharaan larva.
saluran outlet dan menghidupkan kran air pada inlet. Kran inlet dihidupkan dengan
tujuan agar ada aliran air dan kotoran terbawa arus menuju outlet. Dorong kotoran
pada dasar kolam menggunakan pel karet dari arah inlet menuju arah outlet. Dorong
menumpuk pada dasar bak pemeliharaan larva. Kotoran yang menumpuk pada bak
pemeliharaan larva berasal dari sisa pakan yang tidak termakan oleh larva dan
kotoran larva tersebut. Kotoran yang tidak dibuang dan menumpuk akan
b. Sirkulasi Air
Sirkulasi air dilakukan dengan tujuan untuk menjaga air agar tetap dalam
kondisi baik dan segar. Sirkulasi air dilakukan terus menerus dengan mengalirkan air
bersih melalui kran selama 24 jam terus menerus atau flow trough, dimana kran
selalu dihidupkan dengan debit kecil kemudian pada saluran outlet dipasang
saringan pada bagian atas sehingga air mengalir dari saluran outlet bagian atas.
Pada pagi hari biasanya terdapat busa di permukaan air media. Busa
tersebut dibuang dengan cara membuka saringan pada pintu outlet. Air pada
permukaan akan terbuang dan keluar. Pembuangan dilakukan sampai busa pada
permukaan keluar. Setelah semua busa pada permukaan air keluar tutup kembali
saringan pada saluran outlet. Munculnya busa pada permukaan air akan
65
Gambar 38.
apabila ada perubahan parameter kualitas air yang terlalu signifikan dan berbahaya
dapat terpantau dan dapat cepat dilakukan tindakan perlakuan yang tepat.
Pengukuran parameter kualitas air yang diukur adalah suhu dan pH air. Pengukuran
kualitas air dilakukan satu kali dalam sehari pada sore hari.
pemeliharaan larva tidak terlalu tinggi. Fluktuasi suhu yang terlampaui jauh biasanya
ikan apabila metabolisme tidak berjalan normal yaitu ikan tidak mau makan. Tingkah
Pengaruh yang lain yaitu ikan akan cenderung mudah terkena penyakit,
karena daya imunitas ikan menurun. Kematian massal akan terjadi pada ikan
apabila tidak dilakukan penanganan dengan cepat. Suhu merupakan salah satu
parameter yang sulit dikendalikan oleh manusia, maka dari itu usaha yang dapat
66
larva pada tempat yang teduh dan terlindung dengan kata lain pemeliharaan larva
dilakukan pada bak indoor dan bak dengan atap pelindung. Suhu air pada bak
indoor lebih stabil dan tidak mengalami fluktuasi yang terlalu signifikan.
Menurut Khairuman dan Amri (2002), suhu merupakan faktor penting dalam
dengan kenaikan suhu air. Perubahan suhu yang tiba-tiba dapat menyebabkan
stress pada benih. Suhu air yang paling cocok untuk usaha pembenihan ikan adalah
menunjukkan derajat keasaman perairan. pH yang terlalu rendah atau asam akan
mengakibatkan sistem metabolisme ikan terganggu dan nafsu makan ikan akan
kemudian hidupkan pH meter, tunggu sampai angka yang tertera pada monitor pH
meter berhenti. Angka yang tidak lagi berubah menunjukkan kadar pH air. Adapun
pengukuran pH menunjukkan hasil normal tidak terlalu asam ataupun tidak terlalu
basa. Dengan pH air 7 – 7,5 tersebut optimal dan bagus untuk kegiatan
5.6. Grading
mutiara. Pertumbuhan benih ikan lele mutiara tidak seragam. Ada benih yang
benih yang tidak seragam apabila dibiarkan akan mengakibatkan kanibalisme, selain
itu benih yang pertumbuhannya lambat akan mengalami pertumbuhan yang semakin
68
lambat karena biasanya benih yang kecil atau pertumbuhannya lambat akan kalah
cepat dengan benih yang besar saat mengambil pakan yang diberikan.
Grading dilakukan pada pagi hari dengan tujuan meminimalisir kematian ikan
akibat suhu yang terlalu tinggi sehingga ikan stress. Grading dilakukan pada kolam
dengan mengisi air kolam yang akan digunakan untuk grading kemudian memasang
yang akan digrading. Benih ikan yang ada pada kolam dijaring dari salah satu sisi
ujung kolam menuju salah satu ujung sisi kolam lainnya. Benih yang sudah terjaring
grading yang telah disiapkan. Setelah semua benih terambil kemudian mulai
dengan menggunakan seser kemudian diletakkan pada bak grading dengan ukuran
Gerakan dilakukan sampai ikan pada bak grading tidak keluar lagi dari
lubang bak grading, kemudian ikan yang tidak lolos dipindahkan pada bak grading
Ikan dipindahkan ke bak grading yang lebih besar seterusnya sampai tidak
terdapat ikan pada bak grading. Grading dapat dilihat pada Gambar 41.
69
Grading pertama dilakukan saat ikan berumur 21 hari. Ikan yang telah
hari setelah grading pertama dan ikan akan masuk pada pendederan ketiga.
5.7. Pendederan
besar. Pendederan dilakukan setelah ikan digrading agar ikan dengan ukuran ikan
benih ukuran 2 dan 3 cm. Pendederan kedua menghasilkan benih ukuran 4 dan 5
cm. Setelah pendederan kedua digrading akan masuk ke pendederan ketiga namun
apabila sudah ada pembeli maka benih bisa dijual tanpa masuk pendederan ketiga.
Pengelolaan hama dan penyakit bertujuan untuk menjaga agar benih ikan
tidak terkena hama dan penyakit sehingga hasil panen yang diharapkan optimal dan
sesuai harapan.
5.8.1. Hama
Hama adalah organisme yang salah satu fase atau keseluruhan hidupnya
Di IBAT Mojokerto hama yang ditemukan tiga jenis hama. Hama predator,
adalah ular dan kepiting. Ular dan kepiting dianggap predator karena ular yang
kepiting memangsa benih ikan lele. Selain memangsa benih ikan lele kepiting juga
membunuh ular dan kepiting tersebut dan membuangnya. Adapun gambar ular dan
(a) (b)
Gambar 43. (a) Ular ; (b) Kepiting
Sumber : IBAT Mojokerto, 2018
Hama kompetitor atau hama penyaing yang ditemukan di IBAT Mojokerto adalah
lumut dan keong mas. Lumut dan keong mas dianggap hama kompetitor karena
keong mas dan lumut menjadi pesang ruang dan oksigen bagi ikan lele. Lumut
muncul ketika panas matahari terlalu menyengat. Cara penanggulangan lumut yaitu
dengan melakukan pembersihan bak atau kolam dengan cara disikat atau
disemprot. Cara penanggulangan hama keong mas dengan memasang filter pada
inlet dan mengambil keong mas tersebut. Lumut dapat dilihat pada Gambar 44.
dianggap hama pengganggu karena katak bisa sebagai carier atau pembawa
5.8.2. Penyakit
Penyakit adalah suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi yang
mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab dan terbagi
atau dua kelompok penyebab yaitu internal dan eksternal. Penyakit internal meliputi
penyakit pathogen dan penyakit non pathogen. Penyakit non pathogen disebabkan
oleh lingkungan dan nutrisi sedangkan penyakit pathogen disebabkan jamur, parasit,
Terdapat dua jenis penyakit yang dijumpai di IBAT Mojokerto. Yang pertama
adalah penyakit yang bersifat pathogen atau penyakit yang sifatnya menginfeksi dan
penyakit non pathogen. Penyakit pathogen yang ditemukan disebabkan oleh jamur,
bakteri, dan parasit. Penyakit bacterial yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas
Sedangkan penyakit non pathogen yang dijumpai di IBAT Mojokerto adalah stress
pathogen yang terdapat di IBAT Mojokerto adalah stress akibat lingkungan dan
lingkungan yang terlalu signifikan, misal suhu yang sangat tinggi pada siang hari dan
sangat rendah pada malam hari, atau pH yang mengalami penurunan setelah terjadi
73
hujan. Ikan yang stress akan mudah terserang penyakit yang sifatnya pathogen.
Selain itu apabila kondisi perairan yang buruk akan mempercepat infeksi penyakit
adalah dengan selalu melakukan monitoring terhadap kualitas air dan lingkungan
secara berkala.
Penyakit akibat genetik atau akibat keturunan disebabkan oleh induk yang
kurang baik. Penyakit akibat genetik yang terdapat di IBAT Mojokerto adalah benih
yang tumbuh tidak normal seperti bengkok atau pertumbuhan sangat lambat. Cara
b. Penyakit Pathogen
parasit, dan bakteri. Penyakit jamur yang menyerang ikan lele disebabkan oleh
jamur Saprolegnia sp. Ciri ikan yang terserang jamur tersebut adalah ikan terlihat
lemas dan tidak respon terhadap pakan. Ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus
mencegah munculnya jamur ini maka suhu air media budidaya diusahakan stabil
dan optimal.
adalah dengan melakukan pengobatan menggunakan garam dengan dosis 200 ppm
yaitu dengan memberikan garam sebanyak 5,5 Kg pada air kolam bervolume
27,306 m3. Ikan yang terserang jamur Saprolegnia sp dapat dilihat pada Gambar 46.
air. Perut ikan bengkak akibat infeksi bakteri Aeromonas hydrophila dan bakteri
Gejala klinis lain yang ditunjukkan apabila ikan terinfeksi bakteri Aeromonas
menggantung atau mengambang pada permukaan air, dan terlihat lemas. Atau
biasa disebut ikan tersebut terkena penyakit cacar. Ikan yang terkena cacar dapat
sudah tidak optimal untuk kegiatan budidaya atau apabila tercium bau busuk pada
air. Penanganan ikan yang terserang bakteri Aeromonas dengan cara ikan diberi
pencampuran pakan dengan inrofloxs dengan takaran 1 liter air ditambakan inrofloxs
76
0,005 ppm per 5 kg pakan. Pakan yang telah dicampur dengan inrofloxs diaduk rata
5.9.1. Panen
Panen bertujuan untuk mengambil hasil produksi ikan yang telah dipelihara.
Panen dilakukan pada umur 21 hari atau lebih. Hasil ikan yang dipanen selanjutnya
dilakukan pendederan atau bisa langsung dijual sesuai dengan ukuran yang diminta
oleh konsumen. Biasanya ikan yang dijual kepada konsumen ukuran 3 – 5 cm.
Panen dilakukan pada pagi hari bertujuan untuk menghindari suhu yang terlalu
tinggi.
membuka saluran outlet sampai volume air tersisa ± 5 % dari volume air. Ikan
dikumpulkan di tempat yang lebih rendah pada saluran outlet. Ikan diambil
menggunakan seser. Saat ikan tersisa sedikit, pipa pada saluran outlet dibuka dan
pada luar bak diberi tampungan seser kemudian saluran outlet disiram dengan air.
Ikan yang tertangkap kemudian dihitung. Kemudian ikan bisa langsung dijual
apabila sudah ada pembeli, atau ikan masuk ke tahap pendederan selanjutnya.
Sebelum dilakukan pemanenan ikan tidak diberi pakan. Ikan diangkut menggunakan
Hasil ikan yang dipanen akan diketahui jumlahnya sehingga akan diketahui
Survival Rate (SR). SR dihitung dengan jumlah ikan yang dipanen dibagi jumlah ikan
Penanganan ikan pasca panen bertujuan untuk menjaga mutu ikan agar
terjamin. Penganan ikan pasca panen yang baik akan menjadikan benih ikan lele
bermutu baik, sebaliknya penanganan ikan pasca panen yang kurang baik akan
menurunkan mutu ikan. Ikan yang dipanen kemudian dipacking. Ada dua macam
dengan membuat dua lapisan plastik PE kemudian plastik diisi air 1/3 dari tinggi
plastik. Ikan yang telah dihitung dimasukkan kedalam plastik. Packing dilakukan
Kantung plastik diisi oksigen 2/3 kemudian diikat dengan kuat. Packing sistem
Ikan yang telah dipacking diletakkan dengan posisi tidur. Peletakkan ikan
dengan posisi tidur bertujuan untuk memperluas ruang gerak ikan dan
Dalam satu kantong benih ikan ukuran kecil dengan jarak dekat padat tebar
ikan 2.000 ekor per kantong. Untuk ikan dengan ukuran besar dan jarak pengiriman
Air yang digunakan untuk packing menggunakan air bersih. Air kemudian
diberi minyak sedikit. Botol yang terdapat campuran minyak dan air dibalik kearah
tutupnya kemudian dibalikkan kembali dan tutup dicelupkan ke air media yang
digunakan untuk packing. Adapun benih yang telah dipacking dapat dilihat pada
Gambar 51.
79
1,5 m x 1,5 m x 1 m. Bak fiber diletakkan pada mobil pick up. Bak fiber diisi air bersih
sampai ketinggian 80 – 90 cm. Setelah pengisian air, ikan dimasukkan ke dalam bak
fiber. Bagian atas bak fiber ditutup menggunakan paranet dan diikat dengan ban
karet. Penutupan dengan paranet bertujuan untuk meredam panas agar suhu tidak
terlalu tinggi. Padat tebar dalam 1 bak fiber maksimal 10.000 ekor. Air media saat
pengiriman diberi minyak. Packing sistem terbuka dapat dilihat pada Gambar 52.
pada air saat packing. Satu hari sebelum packing ikan tidak diberi pakan, hal ini
Masing-masing fungsi antara satu dengan yang lain sangat erat. Fungsi-
fungsi manajemen pada Instalasi Budidaya Air Tawar (IBAT) Mojokerto adalah
sebagai berikut :
a. Planning (Perencanaan)
prasarana serta mempersiapkan cara khusus untuk menangani masalah yang terjadi
pada musim pembenihan tersebut. Hal ini dilakukan agar kegiatan pembenihan dari
b. Organizing (Pengorganisasian)
untuk berkoordinasi dalam usahanya. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan di IBAT
pemasaran.
c. Actuating (Penggerakan)
dengan tugas yang telah diberikan dengan baik dan teliti agar secara bersama-
sama mencapai tujuan yang dikehendaki dan mendapatkan hasil yang diinginkan.
d. Controlling (Pengawasan)
pengawasan yang cukup detail untuk meminimalisir risiko yang akan dihadapi.
Pengawasan yang dilakukan mulai dari kondisi cuaca, kebutuhan pakan, monitoring
kualitas air, penyakit atau hama yang menyerang, kegiatan panen dan
pendistribusiannya.
a. Manusia (Men)
Mojokerto yaitu :
antar satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu semua orang saling bekerjasama
b. Material (Materials)
terpercaya. Bahan yang digunakan sangat penting dalam proses pembenihan ikan
lele mutiara. Jika bahan yang digunakan tidak bermutu baik maka akan
menimbulkan ketidak sesuaian. Seperti pakan yang diberikan untuk ikan lele mutiara
adalah pakan yang berkualitas yaitu pellet dengan merk prima feed yang diproduksi
oleh PT. Matahari Sakti. Alat yang digunakan seperti bak grading, seser, jaring,
c. Mesin (Machines)
merupakan alat yang berguna untuk mengeluarkan air dalam bak dan mengalirkan
Mesin juga sangat berperan penting dalam kegiatan pembenihan ikan lele
mutiara. Jika mesin rusak, maka akan menghambat kegiatan yang ada. Setiap
karyaman bekerja sama untuk saling menjaga mesin yang ada di IBAT Mojokerto.
d. Metode (Methods)
kestabilan produksi yaitu selalu mengontrol kualitas air pada kolam, memberikan
pakan sesuai pemberian yang tepat, melakukan pemijahan secara alami dan strategi
penjualan yang baik. Hal ini dilakukan karena dianggap dapat menekan biaya lebih
83
hemat dan akan menghasilkan ikan lele mutiara yang unggul. Metode sangat
berpengaruh dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan sangat
e. Uang (Money)
Uang diperlukan pada setiap kegiatan pembenihan ikan lele mutiara. Uang
digunakan untuk membeli segala kebutuhan yang diperlukan dalam budidaya ikan
lele mutiara. Tanpa ada uang, maka faktor lain tidak akan berjalan.
selama ini menjadi target pasar pembenihan ikan lele mutiara sampai dengan
ukuran konsumsi, di wilayah sekitar atau bahkan hingga luar lokal, seperti Sidoarjo,
anggota saluran.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pelaksanaan PKL II dengan judul
Manajemen Pembenihan Ikan Lele Mutiara di Instalasi Budidaya Air Tawar (IBAT)
yang baik maka akan menghasilkan kualitas ikan lele mutiara yang unggul.
3. Karena hama (kepiting, ular, lumut dan keong mas) mengakibatkan benih
air pada kegiatan pemeliharaan larva tidak terlalu tinggi, sehingga ikan akan
6.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada IBAT Mojokerto sebagai berikut :
thermometer) yang ada agar penggunaannya lebih efektif dan dapat lebih
kanibalisme rendah.
DAFTAR PUSTAKA
BPPI. 2014. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Lele Mutiara. KKP. Sukamandi.
Budianto, Hendro. 2005. Budidaya Unggul Lele Phyton. Pustaka Baru Pres.
Yogyakarta. 22-28 hal.
DKP Provinsi Jawa Timur. 2005. Pedoman Analisis Penyakit Ikan Air Tawar.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur. Surabaya
Echols, John M., dan Shadily, Hasan. (2003). Kamus Inggris Indonesia (An
English-Indonesia Dictionary). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gunawan, Surya. 2009. Kiat Sukses Budi Daya Lele di Lahan Sempit. AgroMedia
Pustaka. Jakarta.
87
Khairuman dan Amri, K. 2002. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. Agro
Media Pustaka. Jakarta.
Maskur dkk. 2015. Buku Saku Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Direktorat
Jendral Perikanan Budidaya. Jakarta.
Santoso. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya lele Dumbo dan Lokal. Kanisius.
Yogyakarta.
Soetomo, M. 2000. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru Algensindo.
Bandung.
88
Surya, Rahadian. 2018. Cara Pemeliharaan Telur dan Larva Ikan Lele.
http://www.bibitikan.net/cara-pemeliharaan-telur-dan-larva-ikan-lele/.
[9 Oktober 2018].
89
90