Anda di halaman 1dari 8

Ginekomastia

1. Pendahuluan
Ginekomastia merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu gyne dan mastos
yang berarti perempuan dan payudara, yang dapat diartikan sebagai payudara seperti
perempuan.1,2 Ginekomastia merupakan pembesaran abnormal baik pada satu sisi ataupun kedua
payudara pada laki-laki.3 Ginekomastia merupakan pembesaran jinak payudara laki-laki yang
diakibatkan proliferasi komponen kelenjar yang ditemukan pada kondisi klinik. 1,4,5 Ginekomastia
biasanya ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan kesehatan rutin atau dapat dalam
bentuk benjolan yang nyeri saat ditekan, yang terletak dibawah regio areola baik unilateral
maupun bilateral.1

Ginekomastia merupakan kelainan bentuk jinak yang terjadi sekitar 60% dari seluruh
kelainan payudara pada laki-laki dan sekitar 85% dari kelainan benjolan pada payudara laki-
laki.2 Berbagai studi populasi banyak menemukan ginekomastia. Ada tiga distribusi periode usia
tersering terjadinya ginekomastia. Periode pertama ditemukan saat neonatus yang terjadi sekitar
60-90% dari seluruh kelahiran akibat penyaluran estrogen secara transplasente. Periode kedua
terjadi saat puberitas, yaitu terutama saat usia 13-14 tahun. Periode ketiga ditemukan pada orang
dewasa yang terjadi antara usia 50-80 tahun. 1,2,6 Faktor ras tidak berpengaruh terhadap kejadian
ginekomastia.1

2. Anatomi

Pada minggu keenam masa gestasi, daerah mammae atau “milk line” muncul pada
embrio sebagai penebalan ektodermal yang dikenal sebagai tunas susu, berkembang dalam
bagian pektoralis badan embrio. Peninggian linear ini terbentang bilateral dari axilla ke vulva
dan dikenal sebagai garis susu atau ‛mammary ridge’. Daerah ini kemudian menghilang kecuali
suatu daerah kecil di regio pektoral. Pembentukan payudara dimulai dengan pembentukan
tonjolan primer dan 15 sampai 20 tonjolan sekunder dari ektodermal. Pembentukan ini terjadi
pada 2 bulan waktu gestasi. Pada bayi perempuan dan laki – laki yang baru lahir, terjadi
pembesaran pada payudara setelah terjadinya peningkatan hormon yang didapat dari sirkulasi
maternal. Payudara laki–laki mengalami sedikit perubahan pada payudara sepanjang
hidupnya.10,16

Payudara terletak di dalam bantalan lemak di antara kulit dan otot pektoralis major. Kulit
dan daerah di bawah mammae terdapat banyak jaringan limfe. Ligamentum Cooper, merupakan
ligamentum suspensorium payudara, yang terletak diantara fascia superficial di bawah dermis,
fascia interlobular perenkim dan fascia profunda yang terletak diatas otot pektoralis major. 3,10
Dengan komponen muskulokutis dan lemaknya, mamma menempati antara iga ketiga dan
ketujuh serta terbentang lebarnya dari linea parasternalis sampai aksillaris anterior atau media.
Pada pria, komponen kelenjar dan duktus mamma tetap rudimentar dan kurang berkembang
dengan duktus pendek dan asinus berkembang tak sempurna. Penampilan rata payudara pria
sekunder terhadap defisiensi perkembangan puting susu-areola serta densitas parenkim dan
lemak.3,10

Payudara mendapat aliran darah dari percabangan arteri mammaria interna, percabangan
pektoralis arteri thoracoacromialis dan percabangan lateral arteri intercostalis posterior. Sistem
drainase vena meliputi vena intercostalis, yang menyilang sisi posterior payudara dari sela iga
kedua sampai keenam untuk memasuki vena vertebralis di posterior. Tambahan lagi vena
intercostalis bisa memasuki sistem azygos di sentral untuk berakhir dalam vena cava superior.
Sistem vena profunda payudara sejajar arteria thoracica lateralis dan ramus pektoralis arteria
thoracoacromialis. Kanker payudara dapat bermetastase ke corpus vertebra atau pelvis, melewati
paru – paru karena aliran intercostal ke vena vertebra. ( Batson’s Plexus ).3,10

Pengaliran limfe dari payudara kurang lebih 75 % ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula penyaliran yang ke
kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10-90) buah kelenjar
getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis. Saluran limfe dari seluruh
payudara menyalir ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian
dalam, yang lewat sepanjang v. aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian
kaudal dalam di fosa supraklavikular.10
Jalur limf lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar
sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke m. rektus
abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati, pleura dan payudara kontralateral.10

3. Patogenesis
Jaringan payudara pada kedua jenis kelamin laki dan perempuan secara histologi sama
saat lahir dan cenderung untuk pasif selama masa anak-anak sampai pada saat puberitas. Pada
pria, proliferasi sementara duktus dan jaringan mesenkim sekitar terjadi saat masa pematangan
seksual, yang kemudian diikuti involusi dan atrofi dari duktus. Pada pemeriksaan dengan
kontras, duktus payudara dan jaringan periduktal pada wanita terus berlanjut membesar dan
membentuk terminal acini, yang membutuhkan estrogen dan progesteron.1
Hormon utama pada laki-laki adalah testosteron, yang dihasilkan testis. Pada wanita hormon
utama adalah estrogen, yang dikeluarkan oleh ovarium. Kedua hormon tersebut masing-masing
diproduksi oleh kedua kelenjar. Estrogen juga diproduksi di testis dan sejumlah testosteron juga
diproduksi di ovarium. Ginekomastia terjadi karena ketidakseimbangan antara estrogen (yang
menstimuli jaringan payudara) dan androgen (yang menghambat stimulus). 2,12,14
Estradiol adalah hormon pertumbuhan pada payudara, yang dapat meningkatkan proliferasi
jaringan payudara. Sebagian estradiol pada pria didapat dari konversi testosteron dan adrenal
estrone. Mekanisme dasar ginekomastia adalah penurunan produksi androgen, peningkatan
produksi estrogen dan peningkatan availabilitas prekursor estrogen untuk konversi estradiol.l2

4. Etiologi
Ginekomastia dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologinya. Ginekomastia idiopatik
terjadi sekitar 75% dari kasus. Keadaan fisiologis terjadi pada bayi baru lahir dan usia dewasa
saat memasuki puberitas. Pada bayi baru lahir, jaringan payudara yang membesar berasal dari
interaksi estrogen ibu melalui transplasenta. Ginekomastia pada orang dewasa sering ditemukan
saat puberitas dan sering bersifat bilateral.2,4
Kondisi patologik diakibatkan oleh defisiensi testosteron, peningkatan produksi estrogen atau
peningkatan konversi androgen ke estrogen. Kondisi patologik juga didapatkan pada anorchia,
klinefelter sindrom, karsinoma adrenal, kelainan hati dan malnutrisi. 2,4
Penggunaan obat-obatan juga dapat menyebabkan ginekomastia. Obat-obat penyebab
ginekomastia dapat dikategorikan berdasarkan mekanisme kerjanya. Tipe pertama adalah yang
bekerja seperti estrogen, seperti diethylstilbestrol, digitalis, dan juga kosmetik yang mengandung
estrogen. Tipe kedua adalah obat-obat yang meningkatkan pembentukan estrogen endogen,
seperti gonadotropin. Tipe ketiga adalah obat yang menghambat sintesis dan kerja testosteron,
seperti ketokonazole, metronidazole, dan cimetidine. Tipe terakhir adalah obat yang tidak
diketahui mekanismenya seperti captopril, antidepresan trisiklik, diazepam dan heroin.2,4

Pada ginekomastia, ada dua hal yang dapat dilakukan untuk pencegahan ginekomastia.
Yang pertama dengan berupaya menghindari penggunaan obat-obat yang dapat menginduksi
terjadinya ginekomastia. Meskipun demikian, tidak semua obat-obat tersebut memnpunyai efek
yang sama terhadap terjadinya ginekomastia. Sebagai contoh, ketika hendak memberikan obat
calcium channel blocker pada orang tua, penggunaan nifedipine lebih berpotensi timbulnya
ginekomastia, dibandingkan dengan verapamil dan juga diltiazem. Keadaan yang sama juga
terjadi pada penggunaan histamin reseptor atau parietal cell proton-pump. Penggunaan obat
cimetidine lebih memiliki resiko dibandingkan ranitide dan juga omeprazole. Pencegahan kedua
yang dapat dilakukan adalah pada pasien dengan kanker prostat yang diberikan estrogen.
Sejumlah studi menunjukkan bahwa pemberian profilaksis radiasi dengan dosis rendah (900 rad)
dapat mencegah terjadinya ginekomastia.6

5. Diagnosis
Langkah pertama dalam evaluasi klinik adalah menetapkan bahwa benjolan ini adalah
ginekomastia. Sebab ada keadaan lain yang disebut pseudoginekomastia dan kanker payudara.
Pseudoginekomastia yaitu merupakan peningkatan jaringan lemak subareolar tanpa proliferasi
glandular.1,6,7 Pasien dengan pseudoginekomastia memiliki badan obesitas menyeluruh dan tidak
mengeluhkan nyeri. Dan sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan payudara. Pemeriksaan
yang baik dengan meletakkan tangan pasien dibelakang kepala sambil pasien baring. Pemeriksa
meletakkan ibu jari pada sisi yang satu dan jari kedua diletakkan pada sisi lain lalu memeriksa
dengan seksama. Pada pasien ginekomastia akan didapatkan benjolan yang kenyal dan berbatas
tegas dan berada di tengah dari puting susu serta mudah dipalpasi. Sedangkan pada
pseudoginekomastia tidak ada hambatan saat kedua jari dipertemukan.6
Kanker payudara pada laki-laki sering unilateral dan juga keras dan juga berbatas tegas.
Pada kanker payudara dapat ditemukan skin dimpling dan retraksi puting, serta dapat ditemukan
cairan dari puting (60%) dibandingkan pada ginekomastia (2%) dan juga dapat ditemukan
pembesaran kelenjar limfe aksila.6 Ginekomastia biasa didapatkan bilateral maupun unilateral.
Rasa nyeri biasa ditemukan terutama saat usia puberitas.1,7

Setelah diagnosis ginekomastia dapat dibuat, beberapa etiologi lain dapat diketahui
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Riwayat penggunaan obat-obatan dan juga riwayat
kelainan hati dan ginjal menjadi hal penting dalam menetapkan etiologi. Riwayat penurunan
berat badan, takikardi, gemetar, diaporesis, dan hiperdefekasi dapat membantu etiologi
hipertirod. Gejala-gejala dari hipogonadisme juga perlu di periksa, seperti penurunan libido,
impotensi, penurunan kekuatan, dan juga atrofi testis. Pemeriksaan yang teliti terutama untuk
massa di abdomen, dapat membantu dalam menemukan kanker adrenocortical.6
Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan kadar serum hormon-hormon
tertentu untuk dapat menentukan etiologi.6,7

Pemeriksaan radiologi mammogram juga dapat dilakukan terutama jika pada


pemeriksaan fisik didapatkan gambaran kanker payudara yang jelas. Pada pasien dengan
kemungkinan neoplasma testikular dapat dilakukan USG testis.8

6. Penanganan
Penanganan ginekomastia dilakukan berdasarkan penyebabnya.4 Secara umum tidak ada
pengobatan bagi ginekomastia fisiologis. Tujuan utama pengobatan adalah untuk mengurangi
kesakitan dan menghindari komplikasi.8 Penanganan ginekomastia meliputi tiga hal yaitu
observasi, medikamentosa dan operasi.6
6.1 Observasi
Observasi dilakukan pada pasien-pasien yang mendapatkan terapi obat-obatan seperti
yang disebutkan sebelumnya. Penggunaan obat-obatan tersebut dihentikan dan pasien dievaluasi
setelah 1 bulan. Jika ginekomastia terejadi akibat obat-obatan, maka pasien akan merasa
berkurangnya rasa sakit pada payudara.6
Observasi juga dapat dilakukan pada keadaan fisiologis. Pasien usia puberitas dan
memiliki pemeriksaan fisik dan testis yang normal. Pasien tersebut dievaluasi selam 6 bulan.

6.2 Medikamentosa
Identifikasi kelainan penyebab ginekomastia dapat membantu meringankan pembesaran
payudara. Obat-obat yang dapat digunakan sebagai berikut:
1. clomiphene (anti estrogen)

dapat diberikan dengan dosis 50-100 mg setiap hari selama 6 bulan. Efek samping
obat ini dapat mengakibatkan gangguan penglihatan, muntah dan bintik merah1,2,8,15
2. Tamoxifen (antagonis estrogen)

dapat diberikan dengan dosis 10-20 mg dua kali sehari selama 3 bulan. Efek samping
obat ini dapat mengganggu epigastrium dan mual1,2,8,15
3. Danazol,

obat testosteron sintetik, yang menghambat sekresi LH dan FSH dan menurunkan sintesis
estrogen di testis. Diberikan dengan dosis 200 mg dua kali sehari. Efek samping obat ini adalah
akne, penambahan berat badan, retensi cairan, mual, dan hasil fungsi hati yang abnoprmal. 1,2,8
4. Testolactone (inhitor aromatisasai),

diberikan 450 mg sehari selama 6 bulan. Efek samping obat ini adalah mual, muntah,
udem.1,2,8

6.3 Operatif
Pengobatan dengan bedah bertujuan mengembalikan bentuk normal payudara dan
memperbaiki kalainan payudara, puting dan areola. Pengobatan operatif dilakukan jika respon
obat-obatan tidak mencukupi.2 Pembedahan yang bersifat kuratif dapat dilakukan pada tumor
yang menyerang penghasil estrogen atau hCG.4 Ada 2 jenis operasi yang dapat dilakaukan yaitu
Surgical resection (subcutaneous mastectomy) dan Liposuctio-assisted mastectomy. 2
Surgical Resection (subcutaneous mastectomy)
Tehnik dapat dilakukan dengan cara membuat insisi periareola dan melalui lipatan payudara
payudara. Keseluruhan payudara diangkat dan meyisakan jaringan dibawah kompleks areola dan
puting. Tehnik ini harus dilakukan dengan hati-hati agar jaringan yang tersisa tetap mendapatkan
suplai darah.3

Liposuctio-assisted mastectomy
Liposuctio-assisted mastectomy merupakan salah satu jenis operasi untuk pseudognikomastia.
Insisi dibuat sekitar 1 cm diatas areola., lalu jaringan kelenjar dan parenkim disedot keluar.2,3

7. Prognosis
Prognosis dari ginekomastia baik untuk semua etiologi. Suatu studi menunjukkan 90%
pasien ginekomastia fisiologis membaik dalam 2 tahun. Pada pasien ginekomastia akibat
keadaan patologik dengan terapi obat dan bedah dapat membaik.2

DAFTAR PUSTAKA

1. Braunstein GD. Gynecomastia. NEJM [serial online] 1993 Feb [cited 2007 Des 28]; 328:490-
5. Available from : URL :http://www.NEJM.org.
2. Ali F. Gynecomastia. [Online] 2006 June 9 [cited 2007 Des 28]; Available from:
URL:http://www.emedicine.com
3. Jatoi I,Manferd K, Jean YP. Atlas of Breast Surgery (PDF). USA : Springer; 2006. p. 1-11.
[cited 2007 August 25]. Available from: URL:http://google.com.
4. Glass AR. Gynecomastia In: Becker KL (editor) Principles And Practice Of Endocrinology
And Metabolism 3rd Ed. Lippincott William & Wilkins Publisher. 2002
5. Clarke PJ, Hands L. Abnormalities of The male breast. In: Morris PJ, Wood WC, editors.
Oxford Textbook of surgery 2nd Ed. Oxford Press : 2002
6. Braunstein GD. Management of Gynecomastia. In Harris JR, Lippman ME, Morrow M,
Osborne CK editors. Lippmon By Lippincott Williams & Wilkins Publishers ;2000
7. Braunstein GD. Gynecomastia. NEJM [serial online] 2007 Sept 20 [cited 2007 Des 28];
357:1229-37. Available from : URL :http://www.NEJM.org.
8. Alle MR. Gynecomastia. [Online] 2006 Nov 15 [cited 2007 Des 28]; Available from:
URL:http://www.emedicine.com
9. Rappaport WA. Breast Disorders In. Surgery Crash Course. Elsevier Mosby. 2004. p: 177-82
10. Jong WD, Syamsuhidajat R. Editor. Payudara. In. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed 2. EGC
Jakarta : 2005. p: 387-401
11. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Ed4. Buku 2.
EGC Jakarta 1995
12. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke sistem Ed 2. EGC Jakarta 2001
13. Siregar BH. Head And Neck Breast Soft Tissue Skin Tumor. Oncology Surgery Dept. .2004
14. Kronenberg H, Melmed S, Larsen PR, Polonsky K. Principles Of Endocrinology. In Larsen
PR, Kronenberg H, Melmed S, Polonsky K. Editors. Williams Textbook Of Endocrinology 10th
Ed.Saunders 2003
15. Suherman SK,. Estrogen, Antiestrogen,, Progestin, dan Kontrasepsi Hormonal. Dalam
Ganiswarna Editor Farmakologi Dan Terapi. Gaya Baru: Jakarta . 1995. hal 446-56

Anda mungkin juga menyukai