Anda di halaman 1dari 13

Karakteristik Budaya Organisasi Dan Hubungannya Dengan Kinerja Organisasi Pada

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Di Indonesia

LA MANSUR, SANGKALA, DEDDY T. TIKSON


LPMP Provinsi Maluku; Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Hasanuddin, Makassar
la.mansur@yahoo.com, mansur.sandia@gmail.com

Abstrak

Budaya organisasi yang telah diyakini sebagai sumber kekuatan baru dalam meningkatkan kinerja organisasi,
telah menjadi tumpuan pada pengembangan setiap organisasi termasuk pada organisasi publik, dan telah dimulai
oleh Andrew Pettigrew (1979) diawal tahun 1980an, dan Peter and Waterman, Jr. (1982), sehingga dalam
pengembangan organisasi tidak bisa lagi hanya bertumpu pada perangkat keras organisasi semata, seperti strategi,
struktur dan sistem, tanpa memperhatikan budaya organisasi. Penelitian ini dilakukan pada 30 LPMP di seluruh
Indonesia sebagai populasi sekaligus sampel (saturation sampling) dan digunakan pendekatan kuantitatif dengan
99 informan yang terpilih dari 129 pejabat IV pada LPMP di seluruh Indonesia. Data penelitian dikumpulkan
menggunakan kuesioner yang disebarkan melalui website http://survei.lamansur.net dan diuji dengan uji korelasi
Kendall’s tau_b dengan bantuan SPSS for windows versi 19. Temuan penelitian menunjukkan bahwa karakteristik
budaya organisasi berhubungan positif sangat kuat dan signifikan dengan kinerja organisasi (𝜆 = 0,728 & α =
0,000). Hasil uji secara terpisah, diketahui bahwa agresifitas dan orientasi pada tim sangat kuat dan signifikan
hubungannya dengan kinerja organisasi, sedangkan perhatian pada hal – hal rinci, inovasi dan keberanian
mengambil resiko, dan orientasi pada hasil dalam kategori kuat, dan oritentasi pada orang dalam kategori positif
sedang. Sedangkan stabilitas berhubungan positif tapi lemah dan hanya signifikan pada level 0,1

Kata kunci: budaya, organisasi, kinerja, karakteristik, LPMP,

Abstract

Organizational culture has been believed as thenew source to improve the performance ofthe organization. It
becomes the foundation of the organization development including public organization which was initiated by
Andrew Pettigrew (1979) in 1980 and Peter and Waterman, Jr.(1982). As result, most scholars articulate that
developing organization no longer merely rely on hardware organization such as strategy, structure and systems
without considering the organizational culture. This research was conducted at 30 LPMP throughout Indonesia
as well as the sample population (saturation sampling) and used a quantitative approach with 99 informants
selected from 129 officers in LPMP IV throughout Indonesia. The research data were collected using
questionnaires distributed through the website http://survei.lamansur.net and tested with Kendall's correlation
test tau_bwith the help of SPSS for windows version 19. The study findings suggest that the characteristics of
organizational culture is strongly positively associated with organizational performance and significant (λ =0.728
and α=0.000. The result of divided test shows that aggressiveness and orientation on team are very strong and
their relationship with performance organization is positively significant. On the other hand, attention to the
detailed things, innovation and courageto take risks, and orientation on the results in the strong category, and
orientation for internal officials are in medium positive category. Additionally, the stability has positive
relationship but in weak level withonly significant at 0.1 level.

Keywords: culture, organization, performance, characteristics, LPMP

76
I. PENDAHULUAN strategi, struktur dan sistem, tanpa
Setiap organisasi memiliki budaya memperhatikan budaya organisasi. Sebagai
sendiri yang sifatnya spesifik karena implikasinya dibutuhkan landasan budaya
kenyataan bahwa setiap organisasi organisasi yang paling sesuai dengan
mempunyai kepribadian khas (unik) (Carrel karakteristik yang cocok untuk diterapkan
dkk, 1997) yang dipengaruhi berbagai hal, pada seluruh lapisan organisasi yakni
antara lain; karakteristik dan struktur budaya organisasi yang mewakili persepsi
organisasinya menurut Robbins (2001) dan yang sama dari para anggota organisasi
MIT (2002), serta nilai dan norma yang sebagai sebuah sistem makna bersama
dianut anggotanya, kepercayaan, kebiasaan dengan harapan bahwa setiap individu-
yang berlaku di dalam organisasi, dan individu yang memiliki latar belakang yang
filosofi organisasi yang dianut (Ouchi, berbeda atau berada di tingkatan yang tidak
1981). Hal ini mendorong seseorang untuk sama dalam organisasi, akan memahami
berperilaku tertentu dalam organisasi yang budaya organisasi dengan pengertian yang
dapat mempengaruhi semua kegiatan sama dan wajib diajarkan atau
karyawan dalam organisasi, baik bekerja, disosialisasikan kepada setiap anggota –
cara memandang pekerjaan, bekerja dengan anggota baru sebagai cara yang benar untuk
kolega, maupun melihat ke masa depan memahami, memikirkan dan merasakan
mereka dan menjadi pembeda antara satu berkenaan dengan landasan budaya yang
organisasi dengan organisasi lainnya dimaksud.
(Gibson, 1996). Berbagai faktor tersebut Oleh karena itu, penting bagi
menurutnya termasuk dalam pengertian setiap organisasi memahami karakteristik
budaya organisasi Ouchi (1981) yakni budaya organisasi yang sedang hidup dan
sebagai suatu pola dari asumsi – asumsi berkembang dalam organisasinya, dan
dasar yang ditemukan, diciptakan atau menggantinya dengan karakteristik yang
dikembangkan oleh suatu kelompok lebih tepat jika diperlukan. Untuk
tertentu dengan maksud agar organisasi mengidentifikasi karakteristik budaya
belajar mengatasi atau menanggulangi organisasi yang dimaksud, pada penelitian
masalah – masalahnya yang timbul akibat ini dirujuk pada karakteristik budaya
adaptasi eksternal dan integrasi yang sudah organisasi menurut Reilly Ill, Chatman, dan
berjalan dengan cukup baik (Schein, 1992: Caldwell yang disebut oleh Robins (2005)
221) sebagai faktor – faktor objektif yang
Budaya organisasi yang telah berpengaruh terhadap kinerja organisasi,
diyakini sebagai sumber kekuatan baru yakni inovasi dan pengambilan resiko,
dalam meningkatkan kinerja organisasi, perhatian pada hal detail, orientasi pada
seharusnya juga telah menjadi tumpuan hasil, orientasi pada orang, orientasi pada
pada pengembangan setiap organisasi tim, keagresifan, dan stabilitas. Masing –
termasuk pada organisasi publik, masing karakteristik tersebut menurut
sebagaimana yang dinyatakan oleh Andrew Robbins (2005) berada di suatu kontinum
Pettigrew (1979) diawal tahun 1980an, dan mulai dari rendah sampai tinggi, sehigga
Peter and Waterman, Jr. (1982), bahwa menilai organisasi berdasarkan ketujuh
dalam pengembangan organisasi tidak bisa karakteristik ini akan menghasilkan suatu
lagi hanya bertumpu pada perangkat keras gambaran utuh mengenai budaya sebuah
organisasi (hard system tools) seperti organisasi. Gambaran ini pulalah yang

77
menjadi basis bagi sikap pemahaman penelitian tentang budaya organisasi dalam
bersama yang dimiliki para anggota kaitannya dengan kinerja pada organisasi-
mengenai organisasi, bagaimana segala organisasi bidang pendidikan di Indonesia
sesuatu dilakukan di dalamnya dan cara masih sangat kurang bahkan belum pernah
para anggota diharapkan berperilaku. dilakukan pada LPMP di seluruh Indonesia.
Seperti yang telah dikemukakan Oleh karena itu, untuk mengetahui dan
sebelumnya, bahwa setiap organisasi menganalisis tipe dan karakteristik budaya
memiliki budaya sendiri yang spesifik organisasi yang ada dan berkembang pada
dengan karakteristik yang berbeda sehingga organisasi LPMP di seluruh Indonesia dan
penelitian ini berasumsi bahwa secara teori hubungannya dengan kinerja organisasi
dimungkinkan antara LPMP yang satu maka judul penelitian ini adalah:
dengan LPMP lainnya di seluruh Indonesia “Karakteristik Budaya Organisasi dan
memiliki budaya organisasi dengan hubungannya dengan Kinerja Organisasi
karakteristik yang berbeda pula. Hal ini pada Lembaga Penjaminan Mutu
merujuk pada pendapat Martin and Siehl Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk
(1983), Louis (1983), dan Gregory (1983) menganalisis hubungan karakteristik
yang menekankan bawa budaya setiap budaya dan kinerja organisasi pada LPMP
organisasi tidak homogen. Perbedaan di Indonesia;
karakteristik tersebut ditengarai
berhubungan dengan kinerja organisasi
II. TINJAUAN TEORI
pada masing – masing LPMP yang menjadi
David Jaffee yang menyatakan
lokasi penelitian ini.
bahwa organisasi adalah unit sosial atau
Pertimbangan pemilihan Lembaga
entitas sosial yang didirikan oleh manusia
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) 30
untuk jangka waktu yang relative lama,
LPMP di seluruh Indonesia sebagai objek
beranggotakan sekelompok manusia-
atau lokus penelitian oleh karena peran
minimal dua orang, mempunyai kegiatan
strategis LPMP sebagaimana yang telah
yang terkoordinir, teratur dan terstruktur,
dijelaskan sebelumnya, yakni sebagai Unit
didirikan untuk mencapai tujuan tertentu
Pelaksana Teknis (UPT) Pusat merupakan
dan mempunyai indentitas diri yang
organisasi pemerintah yang diberi amanah
membedakan satu entitas dengan entitas
dan tanggung jawab oleh konstitusi untuk
lainnya.
melakukan standarisasi dan penjaminan
Dari defenisi di atas tampak
mutu pendidikan secara nasional, sehingga
beberapa karakteristik utama yang
dituntut untuk menunjukkan kinerja
mencerminkan keberadaan sebuah
organisasi yang tinggi dalam menjalankan
organisasi dalam berperilaku dan yang
tugas dan tanggung jawab tersebut. Dengan
menjadi pembeda dengan yang organisasi
visi dan misi yang sama serta fasilitas yang
lainnya membedakan antara satu organisasi
sama dan jumlah pegawai yang hampir
dengan organisasi yang lainnya yakni;
sama, begitu pula dengan mekanisme
unit/entitas social, beranggotakan minimal
perekrutan pegawai yang terpusat (sama)
dua orang, berpola kerja yang terstruktur,
untuk seluruh LPMP seharusnya memiliki
mempunyai tujuan yang hendak dicapai dan
tingkat kinerja minimal hampir sama.
mempunyai indentitas diri.
Alasan lain yang menjadi alasan pentingnya
Karakter-karakter tersebut,
penelitian ini juga karena penelitian-

78
menurut Sobirin (2009: 10) dapat dipahami keduanya bergerak dalam bidang yang
melalui dimensi-dimensi organisasi yang sama, karena masing-masing organisasi
dibedakan dalam dua tipe yakni; dimensi memiliki budaya dan nilai-nilai tersendiri.
struktural dan dimensi kontekstual dimana Pendapat ini juga didukung oleh Hofstede
dimensi struktural adalah karakteristik yang mengatakan bahwa teori
organisasi yang bersumber dari internal organisasi/manajemen yang dibangun dan
organisasi sedangkan dimensi kontektual berlaku di satu tempat tidak bisa secara
merupakan karakteristik organisasi secara otomatis berlaku di tempat lain, salah
menyeluruh yang ditentukan oleh ukuran satunya karena perbedaan budaya dan tata
(besar/kecilnya) organisasi, teknologi yang nilai tempat keberadaan masing-masing
digunakan, lingkungan organisasi, tujuan organisasi.
dan budayanya, sebagaimana tampak pada Budaya organisasi menunjukkan
tabel berikut: ciri – ciri, sifat, atau karakteristik tertentu
Lebih lanjut, Sobirin (2009: 11), yang yang menunjukkan kesamaannya.
menyatakan bahwa dimensi kedua (dimensi Akar dari budaya organisasi adalah
kontekstual) ini menjadi faktor penentu serangkaian karakteristik inti yang secara
bagi keberadaan sebuah organisasi secara kolektif dihargai oleh semua anggota
menyeluruh dan berpengaruh terhadap organisasi. karakteristik budaya organisasi
dimensi struktural organisasi, dan jika menunjukkan ciri – ciri, sifat – sifat, unsur
kedua dimensi ini dipahami secara baik – unsur, atau elemen – elemen yang
dapat bermanfaat untuk memahami terdapat dalam suatu budaya organisasi.
organisasi secara keseluruhan dan bisa Setiap organisasi akan menampakkan sifat
menjadi dasar utuk menilai keberhasilan dan cirinya berdasarkan karakteristik
organisasi termasuk diantaranya budaya budaya organisasi yang dimilikinya
organisasi yang sering dipahami sebagai (Wibowo, 2010:35).
satu set nilai, keyakinan, pemahaman, dan Robbins (2005:485) yang merujuk
norma perilaku yang dipahami dan pada tujuh karakteristik utama yang
dipraktikkan secara bersama-sama oleh merupakan hakikat budaya organisasi yang
karyawan. Dalam hal ini meskipun budaya dikemukakan oleh Reilly Ill, Chatman, dan
organisasi biasanya tidak tertulis tetapi Caldwell mengemukakan tujuh
keberadaannya di dalam organisasi tidak karakteristik budaya sebagai berikut:
dapat disangsikandimana kadang-kadang 1. Inovasi dan keberanian mengambil
muncul/dinyatakan dalam bentuk slogan, resiko, yakni sejauh mana
upacara-upacara yang dilakukan oleh karyawan didorong untuk bersikap
organisasi, sejarah organisasi, cara inovatif dan berani menambil
berpakaian karyawan/pegawai atau tata resiko;
ruang perkantoran. 2. Perhatian pada hal-hal rinci yakni
Sementara menurut Linda sejauh mana karyawan diharapkan
Smircich, Perkembangan studi budaya menjalankan presisi, analisis, dan
dalam organisasi juga seiring dengan perhatian pada hal-hal detail;
berkembangnya anggapan bahwa 3. Orientasi hasil, yakni sejauh mana
organisasi tidak bebas nilai berarti pula manajemen berfokus lebih pada
bahwa organisasi yang satu boleh jadi hasil ketimbang pada teknik dan
berbeda dengan organisasi lainnya meski proses yang digunakan untuk

79
mencapai hasil tersebut; sementaraSolidaritas adalah
4. Orientasi orang, yakni sejauh mana kecenderungan untuk saling dukung.
keputusan-keputusan menajemen Dimensi sosialibitas dimaksud dapat
mempertimbangkan efek dari hasil diidentifikasi melalui tingkat persahabatan
tersebut atas orang yang ada dalam terutama ditemukan diantara anggota
organisasi; organisasi sedangkan solidaritas dapat
5. Orientasi tim, yakni sejauh mana diidentifikasi melalui tingkat di mana orang
kegiatan-kegiatan kerja dalam organisasi berbagi pengertian
diorganisasi pada tim ketimbang bersama tentang tugas dan tujuan untuk apa
pada individu-individu; mereka bekerja. Keempat tipe budaya
6. Keagresifan, yakni sejauh mana organisasi dimaksud adalah sebagai
orang bersikap agresif dan berikut:
kompetitif ketimbang santai;
1. Budaya Jaringan (Networked culture).
7. Stabilitas, yakni sejauh mana
Budaya ini ditandai oleh tingkat
kegiatan-kegiatan organisasi
sosiabilitas atau kesenangan bergaul tinggi
menekankan dipetahankannya
dan tingkat solidaritas atau kesetiakawanan
status quo dalam perbandingannya
rendah (high on sociability, low on
dengan pertumbuhan.
solidarity). Dalam hal ini, organisasi
Menurut Robbins (2008: 257)
memandang anggota sebagai suatu
bahwa masing-masing karakteristik ini
keluarga dan teman (sahabat) dimana orang
berada di suatu kontinum mulai dari
saling mengenal dan senang satu sama lain,
rendah sampai tinggi, sehingga menilai
sangat bersahabat dan bersuka ria dalam
organisasi berdasarkan ketujuh
gaya, cenderung membiarkan pintu mereka
karakteristik ini akan menghasilkan
terbuka untuk berbicara tentang urusan
suatu gambaran utuh mengenai kultur
mereka secara bebas serta saling
sebuah organisasi. Gambaran inilah
mengetahui satu sama lain dengan cepat
yang menjadi basis bagi sikap
dan merasa bahwa mereka adalah bagian
pemahaman bersama yang dimiliki para
dari kelompok. Aspek negatif yang besar
anggota mengenai organisasi,
diasosiasikan dengan budaya ini adalah
bagaimana segala sesuatu dilakukan di
bahwa fokus pada persahabatan dapat
dalamnya dan cara para anggota
menimbulkan rasa toleransi terhadap orang
diharapkan berperilaku.
– orang yang berkinerja jelek dan
Adapun tipologi budaya organisasi
penciptaan klik – klik politik;
yang menjadi rujukan pada penelitian ini
ada tipologi budaya yang diajukan oleh Rob 2. Budaya Upahan (Mercenary culture).
Goffee and Gareth Jones (1996) yang Budaya organisasi ini ditandai oleh
membagi budaya organisasi ke dalam 4 tingkat sosiabilitas rendah dan tingkat
kuadran (tipe budaya) yaitu : (1) solidaritas tinggi (low on sociability, high
Networked, (2) Fragmented, (3) on solidarity). Organisasi fokus pada tujuan
Mercenary, dan (4) Komunal. Tipologi yangmelibatkan orang yang sangat focus
Goffee and Jones didasarkan pada 2 konsep dan sangat bersemangat untuk mencapai
yaitu :sosiabilitas dan solidaritas. tujuan. Mereka mempunyai semangat untuk
sosiabilitas adalah kecenderungan untuk melakukan segala sesuatu secara cepat dan
bersahabat satu dengan lainnya sangat peka terhadap tujuan. Komunikasi

80
cenderung cepat, langsung dan tidak berguna, biasanya orang akan
dikendalikan dengan cara “tidak ada yang meninggalkannya sendiri. Oleh karena itu,
tidak mungkin”. Kebiasaan seperti tidak heran jika dikatakan bahwa anggota
menonjolkan urusan omong kosong tidak fragmented culture tidak menampakkan
ditoleransi karena dianggap menghabiskan indentifikasi diri dengan organisasi mana ia
waktu saja. Kemenangan adalah segalanya bekerja. Sebaliknya, mereka cenderung
dan orang didorong melakukan berapa lama mengidentifikasi diri dengan profesi di
pun waktu diperlukan untuk membuatnya mana mereka menjadi bagiannya.
terwujud.Budaya upahan tidak hanya 4. Budaya Komunal (Communal culture).
sekedar menang; mereka juga Budaya ini ditandai oleh sosiabilitas
menghancurkan musuh – musuh mereka. dan solidaritas tinggi(high on sociability,
Fokus pada tujuan dan objektifitas juga high on solidarity). Organisasi dengan tipe
mengarah ke satu tingkat politik yang ini,mengedepankan persahabatan antar
minimal. Sisi bawah dari budaya ini adalah
anggota dan menilai baik kinerjamereka
bahwa ia dapat mengarahkan ke suatu sehingga antara anggota dalam
perlakuan yang hampir tidak manusiawi organisasidengan tipe ini sangat bersahabat
terhadap orang yang dipahami sebagai satu sama lain dan bergaul dengan baik,
orang yang berkinerja rendah. baik secara pribadi maupun professional.
3. Budaya Fragmen (Fragmented Communal culture sangat luas terdapat
culture). pada organisasi teknologi tinggi, terutama
Budaya ini ditandai oleh solidaritas yang dimulai dengan internet. Berbagai
dan sosiabilitas rendah (low on sociability, kemudahan dalam berkomunikasi seiring
low on solidarity). Organisasi dengan perkembangan teknologi informasi dan
budaya organisasi fragmen ini terdiri dari komunikasi saat ini, mempermudah
para individualis. Mereka yang bekerja komunikasi diantara mereka baik antar
dalam fragmented culture ini sedikit anggota organisasi dilevel pegawai
melakukan kontak antara satu sama lain dan bawahan, antar pejabat maupun antar
dalam banyak hal mereka bahkan tidak bawahan dengan pejabat, sehingga individu
saling mengenal. Komitmen adalah yang dalam organisasi dengan tipe seperti ini
pertama dan terutama bagi masing – masing cenderung barbagi dalam banyak hal,
anggota dan tugas - tugas jabatan mereka. sering sulit menentukan siapa yang ditunjuk
Tidak ada atau hanya sedikit ada identik pada kantor tertentu. Komunikasi mengalir
dengan organisasi. Dalam budaya ini, dengan sangat mudah, diantara orang pada
anggota organisasi dinilai hanya semua tingkatan organisasi dan dalam
berdasarkan produktifitas dan mutu hasil semua bentuk. Setiap orang sangat
kerja mreka. Hal – hal negative yang besar bersahabat sehingga perbedaan antara
dalam budaya ini adalah kritik yang besar pekerjaan dan bukan pekerjaan dalam
terhadap orang lain dan tidak adanya praktik menjadi kabur. Pegawai sangat kuat
kolegialitas. Pembicaraan diantara meraka mengidentifikasi diri dengan communal
akan dilakukan apabila dirasakan perlu dan organization. Mereka mengenakan logo
berguna untuk melakukannya bahkan jika organisasi, mereka hidup dalam
ada aggota lain yang mengajak untuk kepercayaan organisasi dan mereka sangat
melakukan pembicaraan yang dianggap membela organisasi mereka ketika

81
berbicara dengan orang luar. korelasi kendall’s_tau_b, dan dijelaskan
sebagai berikut:
III. METODE PENELITIAN a. Hubungan Inovasi dan keberanian
Jenis penelitian yang digunakan mengambil resiko, dengan Kinerja
untuk menjawab semua permasalahan Organisasi
penelitian seperti yang telah dikemukakan Hasil tabulasi silang antara variabel
sebelumnya adalah penelitian ilmiah inovasi dan keberanian mengambil resiko
dengan menggunakan metode survei yang dengan kinerja organisasi seperti tampak
bersifat asosiatif/hubungan dan dianalisis pada Tabel 1 di di bawah ini, tampak bahwa
secara kuantitatif (pendekatan kuantitatif) prosentase dalam diagonal sangat dominan,
untuk menganalisis hubungan antara maka kecenderungan hubungan antara
budaya organisasi dengan kinerja Inovasi dan keberanian mengambil resiko
organisasi pada 30 LPMP di Indonesia. dengan kinerja organisasi sangat berarti
Kuesioner disebar dan di-input langsung (30% + 53,3% = 83,3%).
melalui website yang telah disediakan oleh Data ini menunjukkan adanya
peneliti yakni www.lamansur.net atau kecenderungan hubungan yang sangat
http://survei. lamansur.net. selanjutnya berarti, dimana Inovasi dan keberanian
dianalis menggunakan uji korelasi mengambil resiko dalam kategori rendah
kendall’s_tau_b. cenderung berkinerja rendah pula,
sedangkan Inovasi dan keberanian
mengambil resiko dalam kategori tinggi
IV. HASIL PENELITIAN DAN
cenderung berkinerja tinggi pula. Untuk
PEMBAHASAN
lebih jelasnya kecenderungan tersebut
Hasil uji hipotesis untuk tergambar pada tabel berikut:
mengetahui arah dan kekuatan hubungan
karakteristik budaya dan kinerja organisasi Tabel 1 Inovasi dan keberanian mengambil
menggunakan uji korelasi kendall’s_tau_b, resiko dengan kinerja organisasi
diketahui bahwa koefisien korelasi
Inovasi dan Kinerja Organisasi
kendall’s_tau_b antara keduaya adalah
Keberanian
0,728 dengan nilai signifikansi 0,000, Total
Mengambil Rendah Tinggi
berarti bahwa korelasi antara karakteristik Resiko
budaya dan kinerja organisasi berada pada 9 2 11
kategori positif sangat kuat dan signifikan. Rendah
30.0% 6.7% 36.7%
Dengan demikian, hasil uji ini menolak
3 16 19
hipotesis nol (H0) dan menerima hipotesis Tinggi
10.0% 53.3% 63.3%
alternatif (H1) yang berarti bahwa ada
12 18 30
hubungan positif dan signifikan antara
Total 100.0
karakteristik budaya dengan kinerja 40.0% 60.0%
%
organisasi.
Sumber : Hasil Olah Kuesioner, 2013
Untuk memahami hubungan masing
– masing karakteristik budaya dengan
Untuk menganalisis keeratan dan
kinerja organisasi, lebih lanjut telah
arah hubungan tersebut, telah dilakukan uji
dilakukan analisis menggunakan uji
kendall’s_tau_b dan diketahui bahwa

82
koefisien korelasi kendall’s_tau_b antara Tabel 2 Perhatian pada hal - hal rinci
kedua variabel dimaksud adalah sebesar dengan kinerja organisasi
0,649 (tidak sama dengan nol atau lebih
besar nol) dengan nilai signifikansi 0,000 ( Perhatian Kinerja Organisasi
lebih kecil dari 0,05 ). Dengan demikian, Pada Hal - Total
hal Rinci Rendah Tinggi
hasil uji ini menolak hipotesis nol (H0) dan
menerima hipotesis alternatif (H1). 10 3 13
Rendah
Mengacu pada pedoman interpretasi 33.3% 10.0% 43.3%
hubungan antar variable, nilai koefisien 0, 2 15 17
Tinggi
649 berada dalam kategori hubugan positif 6.7% 50,0% 56.7%
yang kuat/mantap, berarti bahwa ada 12 18 30
Total
hubungan positif yang kuat/mantap dan 40.0% 60.0% 100.0%
signifikan antara inovasi dan keberanian
untuk mengambil resiko dengan kinerja Sumber : Hasil Olah Kuesioner, 2013
organisasi. Berdasarkan persentase diagonal
Dengan demikian, secara nyata yang dominan seperti tampak pada Tabel 2
inovasi dan keberanian untuk mengambil di atas menunjukkan bahwa ada
resiko mampu meningkatkan kinerja kecenderungan hubungan yang nyata
organisasi atau dapat dikatakan pula bahwa (berarti) antara keduanya (33,3% + 50,0%
64,9 persen dorongan organisasi pada = 83,3%), di mana perhatian pada hal – hal
setiap pegawai agar inovatif dan berani rinci dalam kategori rendah cenderung
mengambil resiko berdampak pada berkinerja rendah pula, sebaliknya
peningkatan kinerja organisai pada LPMP perhatian pada hal – hal rinci dalam
di Indonesia. kategori tinggi cenderung berkinerja tinggi.
b. Hubungan perhatian pada hal - hal Melalui hasil uji korelasi
rinci dengan Kinerja Organisasi kendall’s_tau_b untuk mengetahui
Untuk mengetahui keeratan dan keeratan dan arah hubungan tersebut,
arah hubungan perhatian pada hal – hal diketahui bahwa koefisien korelasi
rinci dengan kinerja organisasi, terlebih keduanya adalah sebesar 0,659 dengan nilai
dahulu telah dilakukan tabulasi silang signifikansi 0,000. Nilai ini menunjukkan
antara kedua variabel tersebut. Hasil bahwa koefisien korelasi tidak sama dengan
tabulasi seperti tampak pada tabel berikut nol (≠0) atau lebih besar dari nol (≥ 0)
diketahui bahwa 43,3% LPMP dengan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari
perhatian pada hal – hal rinci dalam 0,05. Dengan demikian hasil uji ini
kategori rendah, 33,3 persen diantara juga menolak hipotesis nol (H0) dan menerima
berkinerja rendah, sedangkan 10 persen hipotesis alternatif (H1) yang berarti bahwa
lainnya dalam kategori tinggi. Sebaliknya, ada hubungan positif dan signifikan antara
56,7 persen LPMP dengan perhatian pada perhatian pada hal - hal rinci dengan kinerja
hal – hal rinci dalam kategori tinggi juga organisasi.
berkinerja tinggi, 50 persen diantaranya Mengacu pada pedoman interpretasi
berkinerja tinggi pula, sedangkan 6,7 hubungan antar variabel (Tabel 3.5), nilai
persen lainnya berkinerja rendah, seperti koefisien 0,659 berada dalam kategori
tampak pada Tabel 4.9 berikut: hubungan positif kuat/mantap. Dengan

83
demikian ada hubungan positif yang erat Untuk memahami keeratan dan arah
antara perhatian pada hal – hal rinci dengan hubungan tersebut, telah dilakukan uji
kinerja organisasi atau dengan kata lain kendall’s_tau_b dan diketahui koefisien
bahwa 65,9 persen kinerja organisasi dapat korelasi kendall’s_tau_b antara kedua
diprediksi oleh perhatian pada hal – hal variabel tersebut adalah sebesar 0,649
rinci. (tidak sama dengan nol atau lebih besar nol)
dengan nilai signifikansi 0,000 (lebih kecil
c. Hubungan Orientasi pada hasil dari 0,05 ).
dengan Kinerja Organisasi Dengan demikian, H hasil uji ini
menolak hipotesis nol (H0) dan menerima
Hasil tabulasi silang seperti tampak hipotesis alternatif (H1) yang berarti bahwa
pada Tabel 3 berikut menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara variabel
seluruh dari 36,7% LPMP dengan orientasi orientasi pada hasil dengan kinerja
pada hasil dalam kategori rendah, 30 persen organisasi
diantaranya juga berkinerja rendah, Berdasarkan pedoman interpretasi
sebaliknya 63,3% LPMP dengan orientasi untuk memberikan interpretasi hubungan
pada hasil dalam kategori tinggi, 53,3 antar variabel nilai koefisien 0,649 berada
persen diantaranya juga berkinerja tinggi. dalam kategori positif kuat/mantap yang
Oleh karena itu, secara diagonal persentase berarti bahwa ada hubungan positif yang
tersebut sangat dominan (30%+53,3% erat dan signifikan antara variabel orientasi
=83,3 %). pada hasil dengan kinerja organisasi atau
Hal ini menunjukkan kecende- dapat dikatakan bahwa secara nyata 64,9
rungan hubungan antara variabel orientasi persen kinerja organisasi dapat diprediksi
pada hasil dengan kinerja organisasi sangat oleh variabel orientasi pada hasil. Nilai
berarti. Di mana orientasi pada hasil dalam koefisien ini juga menunjukkan bahwa
kategori rendah cenderung berkinerja secara kuat dan sangat nyata, variabel
rendah, sebaliknya orientasi pada hasil orientasi pada hasil dapat menyebabkan
dalam kategori tinggi cenderung berkinerja peningkatan kinerja organisasi
tinggi pula.
d. Hubungan orientasi pada orang
dengan Kinerja Organisasi
Tabel 3 Orientasi pada hasil dengan
kinerja organisasi
Seperti halnya orientasi pada hasil,
Orientasi Kinerja Organisasi sebagian besar atau 56,7% LPMP dengan
Pada Total orientasi pada orang dalam kategori rendah,
Hasil Rendah Tinggi
berkinerja rendah pula. Sebaliknya, LPMP
9 2 11 dengan orientasi pada orang dalam kategori
Rendah
30.0% 6.7% 36.7% tinggi, 23,3% juga berkinerja tinggi. Data
3 15 19 ini menunjukkan bahwa persentase secara
Tinggi
10,0% 53,3% 63.3% diagonal sangat dominan (56,7% + 23,3% =
12 18 30 80%).
Total
40.0% 60.0% 100.0%

Sumber : Hasil Olah Kuesioner, 2013

84
Tabel 4 Orientasi pada orang dengan pada Tabel 5 di bawah ini, secara jelas
kinerja organisasi menunjukkan bahwa 46,7% LPMP dengan
Orientasi Kinerja Organisasi orientasi pada tim dalam kategori rendah,
Pada Total 36,7 persen diantaranya juga berkinerja
Orang Rendah Tinggi
rendah, sedangkan 10,0% lainnya
10 6 16 berkinerja tinggi. Sebaliknya, 53,3% LPMP
Rendah
33.3% 20.0% 53.3% dengan orientasi pada tim dalam kategori
2 12 14 tinggi, 50% diantaranya memiliki kinerja
Tinggi
6.7% 40,0% 46.7% tinggi pula, sedangkan 33,3% lainnya
12 18 30 berkinerja rendah.
Total Selanjutnya, berdasarkan persentase
40.0% 60.0% 100.0%
diagonal, terlihat bahwa kecenderungan
Sumber : Hasil Olah Kuesioner, 2013 hubungan antara orientasi pada tim dan
kinerja organisasi sangat dominan, di mana
orientasi pada tim dalam kategori rendah
Untuk memperoleh gambaran lebih cenderung berkinerja rendah, sebaliknya
jelas tentang keeratan dan arah hubungan orientasi pada tim dalam kategori tinggi
antar kedua variabel di atas, maka telah cenderung berkinerja tinggi pula. Hal ini
dilakukan uji kendall’s_tau_b dan menunjukkan bahwa kecenderungan
diketahui bahwa nilai koefisien korelasi hubungan antara kedua variabel tersebut
adalah 0,491 (tidak sama dengan nol atau sangat berarti.
lebih besar nol) dengan nilai signifikansi
0,002 ( lebih kecil dari 0,05 ). Dengan Tabel 5. Orientasi pada tim dengan kinerja
demikian, hasil uji ini menolak hipotesis organisasi
nol (H0) dan menerima hipotesis alternatif
Orientasi Kinerja Organisasi
(H1) yang berarti bahwa ada hubungan Total
Pada Tim Rendah Tinggi
positif dan signifikan antara variabel
11 3 14
orientasi pada orang dengan kinerja Rendah
organisasi. 36.7% 10.0% 46,7%
Mengacu pada pedoman interpretasi 1 15 16
Tinggi
untuk memberikan interpretasi hubungan 3,3% 50,0% 53.3%
antar variabel nilai koefisien 0,491 berada 12 18 30
Total
dalam kategori hubungan positif sedang 40.0% 60.0% 100.0%
yang berarti bahwa ada hubungan positif
dan signifikan antara kedua variabel Sumber : Hasil Olah Kuesioner, 2013
tersebut meskipun dalam kategori sedang.
Atau dengan kata lain, 49,1 persen kinerja
Untuk memahami kecenderungan
organisai dapat diprediksi oleh variabel
hubungan ini, juga telah dilakukan uji
orientasi pada orang yang berarti bahwa
kendall’s_tau_b dan diketahui bahwa
orientasi pada orang dapat mempengaruhi
koefisien korelasinya sebesar 0,736 (tidak
kinerja organisasi.
sama dengan nol atau lebih besar nol)
e. Hubungan orientasi pada tim dengan
dengan nilai signifikansi mendekati 0,05
Kinerja Organisasi
yakni 0,000. Meskipun, koefisien korelasi
Hasil tabulasi silang seperti tampak

85
tersebut sangat kecil, namun tidak sama rendah cenderung berkinerja rendah,
dengan nol (lebih besar dari nol) dan nilai sebaliknya, 56% orientasi pada tim dalam
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Dengan kategori tinggi cenderung berkinerja tinggi
demikian, hasil uji ini menolak hipotesis pula.
nol (H0) dan menerima hipotesis alternatif Untuk menjelaskan kecenderungan
(H1) yang berarti bahwa ada hubungan tersebut telah dilakukan uji kendall’s_tau_b
positif antara variabel orientasi pada tim dan diketahui bahwa koefisien korelasinya
dengan kinerja organisasi. adalah 0,796 (tidak sama dengan nol atau
Mengacu pada pedoman interpretasi lebih besar nol) dengan nilai signifikansi
untuk memberikan interpretasi hubungan 0,000 (lebih kecil dari 0,05). Dengan
antar variabel) nilai koefisien 0,736 berada demikian, hasil uji ini menolak hipotesis
dalam kategori hubungan posistif sangat nol (H0) dan menerima hipotesis alternatif
kuat sehingga dapat dikatakan bahwa 73,6 (H1) yang berarti bahwa ada hubungan
persen secara nyata kinerja organisasi dapat positif antara variabel agresifitas dengan
ditingkatkan melalui variabel orientasi pada kinerja organisasi
tim. Mengacu pada pedoman interpretasi
untuk memberikan interpretasi hubungan
f. Hubungan Agresifitas dengan antar variabel nilai koefisien 0,796 berada
Kinerja Organisasi dalam kategori hubungan posistif sangat
kuat sehingga dapat diartikan bahwa secara
Hasil tabulasi silang antara sangat nyata kinerja organisasi dapat
agresifitas dan kinerja organisasi diperoleh ditingkatkan melalui variabel agresifitas.
data sebagaimana tampak pada tabel g. Hubungan stabilitas dengan Kinerja
berikut, Organisasi
Tabel 6 Agresifitas dengan kinerja Hasil tabulasi silang data stabilitas
organisasi dengan kinerja organisasi juga
menunjukkan kecenderungan yang hampir
Kinerja Organisasi
Agresifitas Total sama dengan hasil tabulasi silang data
Rendah Tinggi agresifitas dengan kinerja organisasi.
11 2 13 Sebagaimana tampak pada Tabel 7
Rendah
36.7% 6,7% 43,3% berikut, terlihat bahwa persentase diagonal
1 16 16 tidak dominan terutama pada baris stabilitas
Tinggi
3,3% 53,3% 56.7% rendah, seperti terlihat pada baris stabilitas
12 18 30 rendah, LPMP dengan stabilitas rendah
Total
40.0% 60.0% 100.0% memiliki kecenderungan untuk berkinerja
rendah maupun tinggi, dimana dari 66,7
LPMP dengan stabilitas rendah 33,3%
Sumber : Hasil Olah Kuesioner, 2013
diantaranya berkinerja rendah pula dan
Data pada tabel di atas, 33,3% lainnya berkinerja tinggi, meskipun
menunjukkan bahwa persentase diagonal demikian pada baris stabilitas tinggi
yang sangat dominan yang menunjukkan cenderung berkinerja tinggi pula, di mana
kecenderungan yang sangat berarti, di mana dari 33,3% LPMP dengan stabilitas tinggi,
43,3 % orientasi pada tim dalam kategori 26,7% diantaranya berkinerja tinggi pula
dan 6,7% yang lainnya berkinerja rendah.

86
Hal ini menunjukkan bahwa dan menerima hipotesis alternatif (H1),
kecenderungan hubungan tersebut kecuali untuk variabel stabilitas yang
tampakya tidak berarti. berhubugan positif tapi hanya signifikan
pada level 0,10, yang berarti bahwa
Tabel 7. Stabilitas dengan kinerja karakteristik budaya organisasi yang terdiri
organisasi atas; inovasi dan keberanian mengambil
Kinerja Organisasi resiko, perhatian pada hal – hal rinci,
Stabilitas Total orientasi pada hasil, orientasi pada orang,
Rendah Tinggi
10 10 20 orientasi pada tim, dan agresifitas
Rendah berhubungan positif dan signifikan dengan
33.3% 33,3% 66,7%
kinerja organisasi meskipun masing –
2 8 10
Tinggi masing karakteristik tersebut memiliki
6,7% 26,7% 33,3%
tingkat keeratan yang berbeda. Dengan
12 18 30 demikian keeratan hubungan antara
Total
40.0% 60.0% 100.0% karakteristik budaya dengan kinerja
Sumber : Hasil Olah Kuesioner, 2013 organisasi pada LPMP di Indonesia
merupakan kontribusi dari keenam
Untuk menjelaskan kecenderungan karakteristik di atas.
tersebut telah dilakukan uji kendall’s_tau_b
dan diketahui koefisien korelasi stabilitas V. PENUTUP
dan kinerja organisasi adalah 0,30 (tidak
sama dengan nol atau lebih besar nol) Karakteristik budaya organisasi
dengan nilai signifikansi 0,083 (lebih besar yang dianalisis melalui tujuh karakteristik
dari 0,05 namun signifikan pada level 0,10). budaya organisasi menurut Reilly Ill,
Dengan demikian, H0 diterima atau H1 Chatman, & Caldwell, secara umum
ditolak pada level 0,05 yang berarti bahwa berhubungan positif dan signifikan hingga
ada hubungan positif yang cukup erat tetapi pada level 0,01 dengan kinerja organisasi
tidak signifikan pada level 0,05 antara LPMP di Indonesia, dimana yang paling
variabel stabilitas dengan kinerja kuat hubugannya adalah agresifitas dan
organisasi. Namun, H0 ditolak atau H1 orientasi pada tim berada dalam kategori
diterima pada level 0,10 yang berarti bahwa positif sangat kuat, kemudian perhatian
ada hubungan positif yang cukup erat dan pada hal – hal rinci, inovasi dan keberanian
signifikan antara variabel stabilitas dengan mengambil resiko, orientasi pada hasil
kinerja organisasi pada level 0,10. dalam kategori positif kuat, serta orientasi
Berdasarkan hasil analisis data pada orang dalam kategori positif sedang,
tabulasi dan hasil uji hipotesis dengan uji dan hanya karakteristik stabilitas yang
Kendall’s tau_b sebagaimana telah lemah hubungannya dengan kinerja
dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa organisasi, dan hanya signifikan pada level
semua hasil uji menolak hipotesis nol (H0) 0,1.

87
DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen P., (2001), Organizational Behavior, New Jersey: Pearson Educational
International.

Gibson, James L., John M. Ivancehichdan James H. Donnely, Jr. (1996) Organisasi, Perilaku,
Struktur, Proses, (Alih Bahasa Nunuk Adiarni). Perbit Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Pettigrew, Andrew M. (1979). On Studying Organizational cultures in administratie science


quarterly. Dec. 1979, Vo; 24 Cornell University.

Schein, Edgar H. (1992). Organizational Culture and Leadership. San Fransisco: Jossey Bas,
Pub.

Wibowo, 2010. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. RajaGrafindo.

88

Anda mungkin juga menyukai