Anda di halaman 1dari 29

REMOVE IMPLANT, KURETASE & BONE GRAFT DAN

STABILISASI SPINE

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Ilmu Bedah
yang dibina oleh Bapak Taufan Arif, S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh :

1. Syayekti Antini Dwi P [1601460008]


2. Yulione Vicky Fajar [1601460020]
3. Arumingtyas Pawestri [1601460029]
4. Catrina Dyan Ekayanti [1601460036]
5. Tamara Mawahdah A [1601460041]

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

Agustus 2019

1
Halaman
UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................3
1.3 Tujuan Pembahasan ...........................................................................................3
1.4 Manfaat Pembahasan .........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Remove Implant ....................................................................................4
2.2 Konsep Bone Graft .............................................................................................7

BAB III INSTRUMEN TEKNIS


3.1 Instrumen Teknis Remove Implant ..................................................................17
3.2 Instrumen Teknis Stablilisasi spine..................................................................21

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................26
4.2 Saran .................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................27

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembedahan atau operasi merupakan tindakan invasif dengan membuka
bagian tubuh untuk perbaikan.Pembedahan biasanya diberikan anestesi untuk
pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan perioperatif untuk
mendukung keberhasilan pembedahan (Sjamsuhidajat dan Wim De Jong,
2010). Hampir semua pembedahan menggunakan anestesi umum (Lestari dan
Nurcahyo, 2010). Anestesi umum merupakan anestetik sistemik untuk
menghilangkan sensasi (the loss of feeling) disertai hilangnya kesadaran
(Sjamsuhidajat dan Wim De Jong, 2010).
Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara
invasive dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan
ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan.
Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan dilakukan tindakan perbaikan
yang akan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsu hidajat,
2010). Klasifikasi operasi terbagi manjadi dua, yaitu operasi minor dan operasi
mayor. Operasi minor adalah operasi yang secara umum bersifat selektif,
bertujuan untuk memperbaiki fungsi tubuh, mengangkat lesi pada kulit dan
memperbaiki deformitas, contohnya pencabutan gigi, pengangkatan kutil,
kuretase, operasi katarak,dan arthoskopi. Operasi mayor adalah operasi yang
bersifat selektif, urgen dan emergensi. Tujuan dari operasi ini adalah untuk
menyelamatkan nyawa, mengangkat atau memperbaiki bagian tubuh,
memperbaiki fungsi tubuh dan meningkatkan kesehatan, contohnya
kolesistektomi, nefrektomi, kolostomi, histerektomi, mastektomi, amputasidan
operasi akibat trauma (Brunner &Sudarth 2001).
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Dongoes, 2000).
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves, 2001).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang. Kebanyakan fraktur adalah
akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti
osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur yang patologis (Enggram
1998). Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang

3
yang ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2000).
Fraktur merupakan setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves,
Roux, Lockhart, 2001). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Mansjoer, 2000). Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur
yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah
pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,
mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (FKUI, 1995).
Secara umum, kuretase adalah membuang jaringan abnormal dari
dinding suatu organ berongga, menggunakan suatu alat yang disebut dengan
kuret. Kuret merupakan suatu alat yang berbentuk seperti sendok panjang dan
terbuat dari logam. Jaringan tersebut bisa saja jaringan tumor, polip, jaringan
parut, atau jaringan abnormal lainnya. Istilah “kuretase” yang sering juga
disebut dengan kuret ini, lebih sering dikaitkan pada wanita yang mengalami
keguguran. Pada kondisi tersebut, tindakan kuretase dilakukan untuk
membuang jaringan abnormal yaitu sisa jaringan plasenta dan janin yang sudah
mengalami keguguran dari dinding rahim atau uterus.
Bone grafting adalah prosedur bedah yang menggantikan tulang yang
hilang dengan bahan dari tubuh pasien sendiri, pengganti buatan, sintetis, atau
alami. Pencangkokan tulang dimungkinkan karena jaringan tulang memiliki
kemampuan untuk regenerasi sepenuhnya jika disediakan ruang di mana ia
harus tumbuh. Ketika tulang alami tumbuh, umumnya menggantikan bahan
cangkokan sepenuhnya, menghasilkan wilayah tulang baru yang terintegrasi
sepenuhnya.
Remove implant merupakan tindakan bedah yang dilakukan untuk
melemaskan alat kontrasepsi implant. Stabilisasi spine merupakan tindakan
operasi pada tulang punggung yang bertujuan untuk mengatasi nyeri pada
tulang punggung. Selain menghilangkan nyeri, operasi tulang belakang juga
bisa mengatasi keluhan yang terjadi pada salah satu atau kedua lengan atau
tungkai, yang disebabkan oleh gangguan saraf tulang belakang.

4
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penjelasan tentang remove implant, kuretase, bone graft, dan
stabilisasi spine?
1.3 Tujuan Pembahasan
Menjelaskan tentang remove implant, kuretase, bone graft dan stabilisasi spine.
1.4 Manfaat Pembahasan
Menambah wawasan bagi pembaca, sebagai pengetahuan mahasiswa tentang
remove implant, kuretase, bone graft, dan stabilisasi spine, serta membantu
mahasiswa dalam memahami makna dari remove implant, kuretase, bone graft,
dan stabilisasi spine..

BAB II

5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Remove Implant
1. Definisi
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telut dengan sel
sperma (Suratun. 2002).
Implan adalah metode kontrasepsi hormon yang efektif tidak
permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga
lima tahun. Metode ini dikembangkan oleh The Population Council
yaitu suatu organisasi internasional yang didirikan tahun 1952 untuk
mengembangkan teknologi kontrasepsi (Biran Affandi, dkk. 2011).
2. Jenis kontrasepsi implan
a. Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3-4
cm dengan diameter 2-4 mm yang di isi dengan 36 mg levonogestrel
dan lama kerjanya 5 tahun.
b. Implanon
Terdiri dari 1 batang putih lembut dengan panjang kira-kira 40 mm
dan diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg ketodegestrel dan lama
kerjanya 3 tahun.
c. Jendena atau indoplant
Terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg levonogestrel dengan
lama kerjanya 3 tahun (Saifuddin. 2006).
3. Mekanisme kerja implan
Sebagaimana progestin yang lain, cara kerja implan adalah
a. Membuat lendir serviks semakin kental sehingga mengganggu
penetrasi spermatozoa untuk masuk lebih dalam lagi
b. Mengganggu mobilitas tuba, sehingga tranport sperma maupun telur
terganggu
c. Mengganggu kapasitas spermatozoa sehingga kemampuan
membuahi menurun

6
d. Mengganggu pemasakan endometrium sehingga mengganggu
implantasi telur yang akan dibuahi
e. Mengganggu keseimbangan hormon estrogen, progesteron dan
gonadotropin sehingga menghambat ovulasi (Hidayati. 2009).
4. Keuntungan kontrasepsi implant
a. Daya guna tinggi
b. Perlindungan jangka panjang
c. Pengembalian kesuburan yang cepat
d. Tidak memerlukan periksa dalam
e. Bebas dari pengaruh estrogen
f. Tidak mengganggu kegiatan senggama
g. Tidak mengganggu ASI
h. Hanya kembali apabila ada keluhan
i. Dapat dicabut setiap saat
j. Mengurangi jumlah darah menstruasi
k. Memperbaiki kadar Hb dalam darah (Evrett. 2007).
5. Efek samping
Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola menstruasi
berupa spoting (perdarahan bercak), hiperpigmentasi, serta amenorea
(Saifuddin. 2006).
Timbulnya masalah seperti:
a. Nyeri kepala
b. Perubahan berat badan
c. Perubahan suasana hati
d. Nyeri payudara
e. Perasaan mual
f. Jerawat (Affandi, dkk. 2011).
6. Indikasi pemasangan implant
a. Usia reproduktif
b. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang
c. Ibu menyusui
d. Pasca keguguran

7
e. Pasca persalinan
f. Tidak menginginkan hamil lagi, tetapi tidak mau kontap
g. Wanita dengan kontraindikasi estrogen
h. Sering lupa minum pil (Hidayati. 2009).
7. Kontraindikasi pemasangan implan
a. Hamil atau diduga hamil
b. Perdarahan pervaginam tanpa sebab yang jelas
c. Kanker payudara atau riwayat kanker
d. Tidak dapat menerima perubahan menstruasi yang terjadi
e. Diabetes mellitus
f. Gangguan toleransi glukosa (Hidayati. 2009).
8. Waktu pemasangan
Kapsul implan dapat dipasang setiap saat selama siklus menstruasi, bila
sudah dipastikan tidak hamil. Waktu yang optimal yaitu
a. Selama menstruasi (7 hari pertama)
b. Pasca persalinan (3-4 minggu) bila tidak menyusui
c. Pasca keguguran (segera atau 7 hari pertama)
d. Sedang menyusui bayinya eksklusif
e. Memakai KB alamiah (sebelum hari 7 siklus haid)
f. Pil kombinasi, setelah pil aktif terakhir (ke-21 dan 7 hari berikutnya)
g. Pil progestin, hari terakhir
h. Suntik, jadwal suntik berikutnya
i. AKDR, bila sudah dicabut sebelum hari 7 siklus haid dan bila
terpasang setiap saat 7 hari sebelum pencabutan (Affandi. 2011).
9. Macam-macam metode pelepasan implan
Ada beberapa macam metode pelepasan implan diantaranya
a. Pop out (Darney, Klaise dan Walker)
Merupakan tehnik pilihan bila memungkinkan karena tidak
traumatis, sekalipun tidak selalu mudah untuk mengerjakannya.
Dorong ujung proksimal kapsul ke arah distal dengan ibu jari
sehingga mendekati lubang insisi, sementara jari telunjuk menahan
bagian tengah kapsul sehingga ujung distal kapsul menekan kulit.

8
b. Cara standart
Jepit ujung distal kapsul dengan klem mosquito, sampai kira-
kira 0,5-1 cm dari ujung klemnya. Masuk dibawah kulit melalui
lubang insisi, putar pegangan klem pada posisi 1800 di sekitar sumbu
utamanyamengarah ke bahu akseptor. Bersihkan jaringan-jaringan
yang menmpel di sekeliling klem dan kapsul dengan skalpel sam pai
kapsul bersih. Tangkap ujung kapsul yang sudah terlihat dengan
klem. Lepaskan klem mosquito dan keluarkan kapsul dengan klem
c. Cara U
Buat insisi memanjang selebar 4 mm proksimal dari ujung
distal kapsul diantara kapsul ketiga ke 3 dan ke 4. Kapsul yang akan
dicabut difiksasi dengan meletakkan jari telunjuk tangan kiri sejajar
di samping kapsul. Kapsul dipegang dengan klem ±5 mm dari ujumg
distalnya. Kemudisn klem diputar ke arah pangkal lengan atas
sehingga kapsul terlihat di bawah lubang insisi dan dapat
dibersihkan dengan skalpel
2.2 Konsep Bone Graft
1. Definisi Bone Graft
Graft adalah suatu bagian jaringan yang diambil dari satu tempat dan
ditransplantasikan ke tempat lain, baik pada individu yang sama maupun
yang berlainan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki suatu cacat yang
disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau anomali pertumbuhan dan
perkembangan. Bone graft adalah pilihan yang banyak digunakan untuk
memperbaiki kerusakan tulang periodontal. Dengan graft tulang diharapkan
ada perbaikan klinis pada tulang periodontal, hal ini lebih baik bila
dibandingkan dengan cara bedah pembersihan biasa tanpa penambahan
bahan graft. Pada kasus-kasus yang regenerasinya kurang dapat diharapkan,
misalkan karena tulang alveolar sudah banyak yang hilang dapat dilakukan
bone grafting atau yang akhir-akhir ini terkenal dengan menggunakan bahan
guided tissue regeneration (GTR). Tujuan dari bone grafting adalah
mengurangi kedalaman poket periodontal, peningkatan pelekatan secara
klinik, pengisian tulang di daerah defek dan regenerasi tulang baru, semen

9
dan ligamen periodontal dengan demikian akar gigi diharapkan dapat
terdukung dengan lebih baik.
2. Fungsi Bone Graft
Secara garis besar terdapat dua fungsi utama graft terhadap tulang
resipien yaitu mendorong terjadinya osteogenesis (pembentukan tulang) dan
memberi dukungan mekanis pada kerangka resipien (mechanical support).
Fungsi graft dan tulang untuk mendorong osteogenesis dapat melalui 3 cara,
yaitu : 1). Membelah diri, yaitu sel dipermukaan graft dan tulang yang masih
hidup pada saat dipindahkan, kemudian membelah diri dan membentuk
tulang baru. Hal ini dapat terjadi pada cancelous autograft dan fresh cortical
graft. 2). Osteoinduksi, yaitu merupakan proses menarik sel pluripotensial
dari resipien yang terdapat disekitar graft dan tulang. Hal ini terjadi karena
graft dan tulang mengandung mediator osteoinduksi, seperti BMP (Bone
Morphogenic Protein), merupakan matrik tulang sehingga aktifitasnya tidak
dipengaruhi oleh ada tidaknya sel tulang yang hidup, tidak dirusak oleh
freezing tetapi rusak oleh oktoklaf. BMP terdapat pada autograft, allograft,
dan fresh bone dan osteogenins, merupakan glikoprotein, dimana protein ini
aktif pada demineralized bone matriks. 3). Osteokonduksi, yaitu merupakan
proses resorpsi graft, kemudian diganti oleh tulang baru dari respien secara
bertahap. Konstribusi graft dimulai dengan proses osteokonduksi yaitu
membuat kerangka sebagai matrik tulang di jaringan resipien. Kemudian
dilanjutkan dengan stimulasi pembentukan tulang sebagai proses
osteoinduksi.
3. Jenis-Jenis Bone Graft
Graft adalah suatu bahan yang dipakai untuk menggantikan atau
memperbaiki kerusakan jaringan. Suatu kerusakan tulang didefinisikan
sebagai suatu celah pada tulang yang membutuhkan pengisian tulang baru.
Defenisi tersebut berlaku untuk pengisian tulang pada kerusakan
periodontal, pemasangan implan dan ruang yang terjadi setelah operasi.
a. Jenis Bone Graft dari Tulang Murni
Jaringan graft termasuk tulang, sudah digunakan secara luas
sampai sekarang, karena merupakan salah satu jaringan yang sama,

10
digunakan sebagai pengganti dengan tujuan adanya perbaikan
kerusakan jaringan.
1) Autograft
Autograft, adalah graft yang berasal dari donor sendiri yang
hanya di pindah dari satu tempat ketempat lainnya. Secara
fisiologis paling unggul karena berasal dari jaringan tubuh sendiri,
tetapi mempunyai beberapa kekurangan; jumlahnya terbatas, sulit
mengambil material graft, meningkatkan resiko infeksi,
meningkatkan resiko kehilangan darah dan menambah waktu
anestesi, menyebabkan morbiditas serta kemungkinan resorbsi
akar pada daerah donor.
Graft tulang autogenus terbagi atas dua jenis utama;
autograft tulang bebas dan autograft berdekatan. Autograft tulang
bebas terdiri atas tulang cortical, cancellous, atau kombinasi dari
keduanya, dan bisa didapatkan dari tempat luar rongga mulut atau
di dalam mulut. Autograft tulang contigius (berdekatan), disebut
juga bone swaging sudah jarang digunakan untuk mengeliminasi
cacat tulang. Teknik bone swaging mensyaratkan adanya daerah
edentulus sehingga defek pada tulang menyatu sampai ke dasar
permukaan akar tanpa menyebabkan fraktur tulang dasarnya. Oleh
sebab itu teknik ini memiliki kesulitan dengan tingkat elastisitas
dari tulang. Tulang dengan komposisi cancellous yang lebih besar
menjadi lebih fleksibel. Tulang tanpa komposisi cancellous yang
cukup cenderung untuk terjadi fraktur.
2) Allograft
Allograft (graf alogenik) adalah jaringan yang
ditransplantasikan dari seseorang kepada yang lain baik dalam
spesies yang sama maupun spesies yang berbeda. Walaupun
allograft mungkin memiliki kemampuan menginduksi regenerasi
tulang, bahan ini juga dapat membangkitkan respons jaringan yang
merugikan dan respons penolakan hospes, kecuali diproses secara

11
khusus. Graft diambil dari tulang cadaver dan disterilkan untuk
mencegah penularan penyakit.
Keuntungan menggunakan allograft dibandingkan autograft
adalah pasien tidak perlu mengalami luka bedah tambahan untuk
pengambilan donor dari tubuhnya sendiri sementara potensi
perbaikan tulangnya tetap sama.
Salah satu bahan allograft yang sering dipergunakan dalam
terapi periodontal adalah Demineralized Freeze-dried Bone
Allograft (DFDBA). DFDBA adalah bone graft yang
didekalsifikasi dalam asam hidrokoloid kemudian dikeringkan
secara beku kering.
3) Xenograft
Xenograft (xenogenik) adalah bahan graft yang diambil dari
spesies yang berbeda, biasanya berasal dari lembu atau babi, untuk
digunakan pada manusia.Graft hidroksilapatit yang berasal dari
tulang lembu di buat melalui proses kimia (Bio-Oss) atau
pemanasan tinggi. Proses ini menghasilkan suatu tulang
hidroksilapatit alami yang serupa dengan struktur mikroporositas
dan makroporositas tulang manusia, dan partikel-partikel nampak
diresorbsi sementara tulang dideposisi.
b. Jenis Bone Graft Hasil Substitusi Material
Beberapa kategori substitusi graft tulang dan meliputi
berbagai material. Bone graft tersebut banyak dibentuk dari campuran
satu atau lebih tipe material, meskipun demikian, campuran biasanya
dibangun dari material dasar. Laurencin et al. (2006) telah
mengemukakan klasifikasi dari kelompok- kelompok berbasiskan
material, yaitu :
 Subsitusi graft tulang dengan dasar allograft meliputi tulang
allogft, yang digunakan tersendiri atau dalam kombinasi dengan
material lainnya.
 Subsitusi graft tulang dengan dasar faktor adalah faktor
pertumbuhan alami dan recombinant, yang digunakan tersendiri

12
atau dalam kombinasi dengan material lain. Faktor- faktor yang
berada dalam matriks extracellular tulang, termasuk TGF-beta,
faktor pertumbuhan seprti insulin I dan II, PDGF, FGF, dan
BMPs.
 Subsitusi graft tulang dengan dasar sel menggunakan sel-sel
untuk menghasilkan jaringan baru tersendiri atau disemaikan
kedalam support matrix (contoh mesenchymal stem cell)
 Subsitusi graft tulang dengan dasar keramik meliputi kalsium
fosfat, kalsium sulfat, dan biolgass yang digunakan tersendiri
atau dalam bentuk kombinasi.
 Subsitusi graft tulang dengan dasar polymer, digunakan tersendiri
atau dalam kombinasi dengan material lainnya.
1) Keramik
Sekitar 60% substitusi graft tulang saat ini tersedia
termasuk keramik, baik tersendiri atau dalam kombinasi dengan
material lain. Ini meliputi kalsium sulfat, glass bioaktif, dan
kalsium fosfat. Meskipun keramik rapuh dan rentan terhadap
fraktur fleksural, keramik merupakan bahan yang logis untuk
implan gigi karena sifat biokompatibilitasnya yang unggul.
a) Keramik Kalsium Fosfat
Kalsium fosfat adalah nama yang diberikan pada turunan
mineral yang mengandung ion kalsium (Ca2+) bersamaan dengan
orthophospates (PO43), metaphospates atau pyrophosphates
(P2O74-) dan kadang-kadang ion hydrogen atau hydroxide. 70%
dari tulang terbuat dari hydroxyapatite ( Ca10(PO4)6(OH)2 ),
mineral fosfat kalsium. Enamel gigi juga sebagian gigi juga
sebagian besar terdiri dari kalsium fosfat.
Keramik kalsium fosfat, termasuk didalamnya
hydroxyapatite atau Ca10(PO4)6(OH)2 adalah sejenis komponen
mineral alami dari jaringan keras vertebrate. Formula sintetis yang
tepat bersifat biocompatible bukan bersifat biosorbable oleh sebab

13
itu tepat pengunaaanya pada restorasi untuk waktu jangka panjang
maupun prosedure preservative alveolar ridge.
Dibidang medis dan kedokteran gigi, istilah
”hydroxyapatite” sering digunakan untuk menyatakan setiap bahan
kalsium fosfat. Hydroxyapatite (HA) adalah mineral dengan rumus
Ca10(PO4)6(OH)2 yang mirip dengan tulang dan gigi.
Hydroxyapatite merupakan kalsium fosfat paling terkenal dan
paling banyak dikaji. Telah diterima secara umum bahwa
biokeramik ini adalah satu-satunya yang bersifat osteoconductive
yaitu, memiliki kemampuan untuk mendukung pertumbuhan dan
pembentukan jaringan tulang.
Selain itu kalsium fosfat merupakan material yang
osteoconductive, osteointegrative yaitu jaringan termineralisasi
yang baru terbentuk membentuk suatu ikatan erat dengan implan.
Meskipun demikian, kekuatan dan kelenturan keramik yang
tidak memadai sehingga membuat bahan ini terbatas
penggunaanya yaitu hanya untuk aplikasi yang mendapat tekanan
sangat kecil. Oleh sebab itu penggunaan hydroksyapatite sebagai
pelapis untuk substruktur titanium merupakan salah satu cara untuk
menutupi kekurangan mekanis dari bahan keramik meskipun
bioaktivitasnya (mempunyai suatu pengaruh terhadap, atau
menghasilkan suatu respon dari jaringan hidup; bioaktif.) baik.
Senyawa kalsium fosfat terdiri atas ;
 Kalsium dihydrogen phosphate; Ca(H2PO4)2,
 Kalsium hydrogen phosphate; CaHPO4,
 Trikalsium phosphate (atau tricalcic phosphate); Ca3(PO4)2,
 Kalsium phosphate Ca3(PO4)2.
b) Bioactive Glass dan Glass Ceramic
Bahan bioactive glass (bioglass) ini pertama kali
dikembangkan pada akhir tahun 1960an oleh Larry Hench dan
kolega di Universitas Florida selanjutnya dikembangkan oleh tim

14
penelitiannya di Imperial College of London dan para peneliti lain
diseluruh dunia.
Bioactive glass adalah suatu material oxide logam sintentis
yang unik bereaksi dalam cairan tubuh untuk mempertinggi dan
memperbesar kemampuan penyembuhan diri pada defek tulang.
Bioactive glass tidak hanya membantu regenerasi normal akan
tetapi juga pada akhirnya akan diserap dalam proses tersebut.
Bioglass adalah sebuah material keramik yang padat terdiri
dari CaO (kalsium oksida), Na2O (sodium oksida), P2O5 (fosfat
pentoksida), dan SiO2 (silicon dioksida). Sejak pengembangannya
oleh Hench di University of Florida pada tahun 1967 telah diteliti
secara ekstensif pada binatang-binatang dan baru-baru ini dalam
percobaan-percobaan klinis manusia. Hasil penelitian oleh Hench
telah menegaskan tingkat biokompatibilitas atau kualitas
kemampuan biokompatibel (dapat harmonis dengan kehidupan,
tidak mempunyai efek toksik atau melukai terhadap fungsi
biologis) yang tinggi dari bioglass ketika digunakan sebagai implan
gigi.
Bahan material Bioglass memiliki banyak variasi yang
telah disetujui oleh Badan Administrasi Makanan dan Obat-obatan.
Komposisinya dikenal sebagai 45S5. Komposisi lain ada dalam
daftar dibawah ini ;
 45S5 : 46,1 mol% SiO2, 26.9 mol% CaO, 2.4 mol%Na2O dan
2.5 mol% P2O5, Bioglass.
 58S : 60 mol % SiO2,36 mol % CaO dan 4 mol% P2O5
 S70C30 : 70 mol %SiO2, 30 mol% CaO
Bioactive glass adalah sejenis campuran amorphous. dari
satu atau lebih oxide dan biasanya memiliki komposisi yang kaya
dengan silica. Glass ini sangat aktif pada permukaan dalam larutan
fisiologi; yaitu, mengalami pertukaran ion spontan, cepat, dengan
cairan tubuh. Hal ini disebabkan oleh sifat bioactive ini, bersama
dengan kandungan silica yang tinggi dan sifat amorphous dari

15
material, dimana Hench menciptakan nama Bioglass. Material
bioactive glass telah terbukti menjadi bersifat hemostatis dan
mudah dimanipulasi. Menurut Hench implan tulang dengan
Bioglass telah memperlihatkan bahwa Bioglass adalah sejenis
material yang aktif pada permukaan tulang, yaitu bentuk-bentuk
hydroxyapatite pada permukaan Bioglass, dan terus berlanjut
dengan hydroxyapatite dari tulang host.
Bioactive glass memiliki banyak aplikasi tetapi utamanya
pada area perbaikan tulang dan regenerasi tulang melalui rekayasa
jaringan. Material pencangkokan tulang sintesis digunakan pada
bidang orthopedi umum, craniofacial (tulang tengkorak dan
wajah), perbaikan maxillofacial dan periodontal (struktur tulang
dan gigi pendukung). Bioactive glass ini tersedia dalam bentuk
partikel.
Bioactive glass merupakan glass yang berbasiskan silicate
yang secara biologi aktif. Modulusnya yang tinggi dan rapuhnya
menyebabkan penggunaannya terbatas, namun demikian
penggunaanya dapat dikombinasikan dengan
polymethylmethacrylate untuk membentuk semen bioactive tulang
dan pada implant logam untuk melapisi bagian yang kekurangan
kalsium fosfat terkarbonisasi. Lapisan ini mempermudah
pengikatan kimiawi implant pada tulang disekitarnya.
c) Kalsium Sulfat Keramik
Kalsium sulfat merupakan bahan yang aman karena bisa
diserap, mudah dimanipulasi, dan bisa digunakan sebagai bahan isi
atau bahan agglutinant dari implan tulang lain, selain harganya
yang murah. Dalam suatu percobaan pada seekor binatang, kalsium
sulfat dapat digunakan untuk regenerasi tulang yang
memungkinkan terjadinya mekanisme osteogenesis atau
pembentukan tulang. Salah satu kelebihan utama yang terkait
dengan kalsium sulfat adalah biokompatibilitasnya secara in vitro
dan toleransinya terhadap jaringan gingival secara in vivo. Hasil

16
dari percobaan pada seekor binatang, menunjukkan bahwa kalsium
sulfat tanpa dikombinasikan dengan bahan lain memiliki kapasitas
untuk mempertahankan suatu ruang yang memungkinkan migrasi
sel-sel osteogenetik atau sel-sel yang penting dalam pertumbuhan
dan perbaikan tulang di tengah-tengahnya. Sesuai dengan
perkembangan tehnologi saat ini telah ditemukan sejenis kalsium
baru yaitu, campuran kalsium fosfat dengan kalsium sulfat untuk
implan jaringan keras, dengan berbagai ukuran dan bentuk yang
sesuai untuk aplikasi medis.
d) Kalsium Aliminates Keramik
Salah satu jenis implan nonreaktif yang menunjukkan bukti
kesuksesan dalam penelitian klinis adalah yang terbuat dari oksida
aluminium (Al2O3), baik dalam bentuk polikristal maupun kristal
tunggal (batu nilam). Walaupun keramik ini dapat ditolerir dengan
baik oleh tulang, namun tidak bioaktif karena tidak mendorong
pembentukan tulang, tidak seperti keramik kalsium fosfat maupun
kaca bioaktif. Meskipun demikian, bahan ini mempunyai kekuatan,
kekakuan, dan kekerasan yang tinggi. Implan ini umumnya
dirancang dengan sekrup atau bentuk bilah (daun) dan tampaknya
dapat bekerja optimal jika digunakan sebagai abutmen (suatu
dukungan untuk menerima tekanan lateral dan horizontal) untuk
protesa pada rongga mulut yang tidak bergigi sebagian.
2) Polymers
Polymer dihubungkan secara bersama-sama oleh ikatan
kovalen yang primer dalam kekuatan rangkaian utama dengan C,
N, O, Si, dll, atom. Contoh yang paling sederhana adalah
polyethylene, yang diperoleh dari ethylene (CH2=CH2), dimana
atom-atom karbon memiliki elektron dengan dua hydrogen
lainnya dan atom-atom karbon: -CH2(CH2-CH2)nCH2, dimana n
mengindikasikan jumlah unit-unit yang berulang.
Akhir dari subsitusi graft tulang adalah kelompok
berbasiskan polymer. Polymer memberikan beberapa pilihan yang

17
tidak dimiliki kelompok- kelompok lain. Sebagai contoh, banyak
polymer yang merupakan calon potensial untuk subsitusi graft
tulang mengambarkan sifat-sifat fisik, mekanik, dan kimia yang
berbeda. Penggunaan polymer dan komposit terus berkembang.
Polymer dibuat dalam bentuk porous dan padat untuk perlekatan
jaringan dan penguat penggantian dan sebagai lapisan untuk
meneruskan tekanan ke jaringan lunak dan keras. Beberapa dari
polymer sangat kuat, sehingga polymer digunakan terutama untuk
konektor pendistribusi tekanan internal bagi implan
osteointegrated jika konektor ini dimaksudkan untuk menirukan
fungsi normal gigi dengan lebih baik.
3) Natural Materials
Material graft tulang anorganik alami diperoleh dari bovine
(diperoleh dari sapi) cancellious dan tulang cortical. Proses yang
tepat telah dikembangkan untuk mengeluarkan komponen-
komponen organik dari tulang yang menyisakan komponen
mineral alami untuk digunakan sebagai material osteokonduksif
dalam aplikasi perbaikan tulang.
Karena struktur alaminya, maka mineral tulang anorganik adalah
sebanding secara fisik dan secara kimia untuk matriks yang
termineralisasi dari tulang manusia.

BAB III
KONSEP INSTRUMEN TEKNIK
3.1 Instrumen Teknik Remove Implant
1. Pengertian

18
Remove implant adalah pengambilan implan ( plate dan screw ) pada
tulang sesuai kondisi yang telah terpasang yang mana tulang yang fraktur
telah tersambung dengan insisi seminimal mungkin.
Teknik instrumentasi remove implant adalah pengelolaan alat-alat yang
diperlukan untuk melakukan tindakan pembedahan pada operasi
pengangkatan plate screw pada klien fraktur.
2. Indikasi
a. Jika terasa tidak nyaman dengan udara dingin terasa ngilu dan sebagainya.
b. Jika terdapat infeksi.
c. Jika dekat dengan sendi dan mengganggu pergerakan sendi.
d. Jika terdapat reaksi inflamasi karena gesekan tendon atau otot denga plate
e. Jika plate nya patah atau ada screw yang patah, atau posisi tidak bagus /
bergeser.
3. Kontra Indikasi
Keadaan umum pasien jelek.
4. Persiapan
a. Pasien
1) Pasien di siapkan dalam kondisi bersih dan memakai pakaian
khusus untuk masuk OK tanpa pakaian dalam, skiren k/p.
2) Pasien dan keluarga telah memberikan informed concent,
menanggalkan gigi palsu dan perhiasan.
3) Pasien telah puasa kurang lebih 6 – 8 jam sebelum dilakukan
insisi.
4) Profilaksis antibiotik di berikan kurang lebih 1 jam sebelum
dilakukan insisi.
b. Lingkungan
1) Mengatur dan mengecek fungsi mesin suction, couter, lampu
op, meja op, meja mayo, meja instrument, suhu ruangan, viewer,
dan lampu rontgen.
2) Memberi perlak dan duk pada meja operasi.
3) Menyiapkan linen dan instrumen yang akan di gunakan
4) Menempatkan tempat sampah agar mudah dijangkau

19
5) Menyiapkan meja operaasi
6) Menyiapkan standard infus
7) Menyiapkan standarad washkom
8) Menyiapkan lampu rongent
c. Alat
Instrumen Operasi
1) Instrumen Dasar
 HandVat Mes No. 3 & 4 : 1/1
 Pincet Anatomis (Tissue Forcep) :1
 Pincet Chirurgie (Dessecting Forcep) :2
 Desinfeksi klem (dressing and washing forcep) :1
 Gunting Metzenbaum (Metzenbaum Scissor) :1
 Gunting Preparasi (Surgical Scissor Curve) :1
 Gunting Benang Besar (Surgical Scissor Curve Big) : 1
 Towel Clamps (Doek Klem) :5
 Klem Pean Mosquito kecil (Delicate Haemostatic
 Forsep Pean Curve) :1
 Klem pean tanggung (Delicate Haemostatic
 Forcep Pean Curve) :1
 Nald Voerder pendek / panjang : 1/1
 Klem kocher lurus :1
 Langen back :2
 Round Bowls (Mangkok Sedang) :1
 Bengkok kecil / besar : 1/1
2) Instrumen Tambahan
 Elevator :1
 Rasparatorium :1
 Screw Driver (tibia 4.5mm + fibula 3.5mm) :1
 Bone Rongeurs (Knable Tang) :1
 Bone Currettes :1
 Chissels :1

20
 Broken screw :1
3) Instrumen penunjang
 Electro Surgical Unit (ESU) / Couter
 Perlengkapan alat listrik
Set Linen
a) Gown :5
b) Duk besar :4
c) Duk kecil :4
d) Sarung meja mayo :1
Bahan Habis
a) Handscoen maxitex :
disesuaikan
b) Kassa / deppers : 10 / 5
Biji
c) Desinfektan povidone iodine 10% : 100 cc
d) Cairan NS 0,9% twist off : 2 liter
e) Mess no. 22 dan 10 : 1/1
f) Spuit 10 cc :1
g) Tensocrepe no 10 :1
h) Softban no 10 :1
i) Vicril 2-0 :2
j) Premiline 3-0 :1
k) Sofratulle :1
l) Cateter 16 + urobag :1/1
m) Underpad steril :2
n) Water for injeksi :1
5. Prosedur Operasi (Teknik Instrumentasi)
SIGN IN
a. Pasien datang cek kelengkapan data pasien
b. Bantu memindahkan pasien dari brancard ke meja operasi
c. Menulis identitas pasien dibuku register
d. Pasang plat arde di tungkai kaki sebelah kiri

21
e. Tim anestesi melakukan Pembiusan dg GA
f. Setelah pembiusan selesai perawat sirkuler memasang folley kateter no
16 mengatur posisi pasien mencuci area operasi dengan microshield
(jika ada bulu pada area op di cukur dahulu) keringkan dengan duk steril
g. Instrumentator melakukan Surgical scrub, Gowning, Gloving
h. Operator dan asisten melakukan surgical scrub, instrumentator
membantu gowning dan gloving
i. Memberikan desinfeksi klem dan larutan desinfektan betadine 10% /
povidone iodine 10% untuk desinfeksi lapangan operasi kepada
operator / asisten
j. Melakukan Drapping :
 Berikan U-pad steril dibawah kaki sebelah kanan,pasang duk besar
diatasnya
 Pasang duk besar diatas duk besar pertama. Pasang duk kecil buat
segitiga pada paha fixasi dg towel klem
 Pasang duk besar pada bagian atas fixasi dg towel klem
k. Dekatkan meja mayo dan meja instrument, pasang alat cauter, selang
suction ikat dengan kasa lalu fixasi dengan towel klem. Pasang canul
suction cek fungsi couter dan suction
TIME OUT
a. Berikan HV Mess 1 ( mess no. 22) kepada operator untuk insisi
b. Berikan pincet cirugis pada operator mousquito klem serta kasa kepada
asisten rawat perdarahan dengan cauter
c. Berikan langenback untuk memperlebar area operasi
d. Berikan mess 2 HV Mess no 3 beserta mes no. 10 kepada operator untuk
memperdalam insisi sampai tulang / implant
e. Berikan double langenback untuk memperlebar area operasi
f. Berikan rasparatories untuk expose implant / tulang
g. Berikan screw driver sesuai ukuran untuk melepas screw dan diambil
dengan pean manis sampai semua screw terlepas
h. Berikan kokher untuk mengangkat plate setelah plate terangkat

22
i. Berikan Bone Curettes untuk membersihkan bekas implant dan sisa
calus
j. Berikan larutan NS 0,9 % untuk cuci bekas incisi dengan slaber
SIGN OUT
a. Inventarisasi instrument dan kassa
b. Jahit luka operasi lapis perlapis .Berikan needle holder beserta jarum
dan benang absorbable no. 2/0 (safil/vicril) untuk menjahit fasia, lemak
c. Berikan pean kecil, gunting benang dan kassa kepada asisten
d. Berikan needle holder beserta jarum dan benang non absorbable no.
3/0(premiline/proline) untuk menjahit kulit
e. Berikan kassa basah dan kering untuk membersihkan luka operasi
f. Berikan sofratulle dan kassa kering untuk menutup luka operasi
g. Pasang softband dilanjutkan dengan tensocrepe
h. Bereskan alat-alat (dekontaminasi, pencucian, pembilasan,
pengeringan, pengemasan dan sterilisasi)
3.2 Instrumen Tekhnik Stabilisasi Spine/ Posterior (Pasang Pedicle Road)
1. Pengertian
Suatu instek tehnik menyiapkan instrument untuk suatu tindakan
pembedahan untuk melakukan stabilisasi pada vertebra lumbalis pada
fractur comprese fertebra lumbal I.
2. Tujuan
a. Mengambil langkah-langkah tehnik spine, stabilisasi posterior
b. Memperlancar jalannya oeprasi
c. Dapat mempertahankan kesterilan selama operasi
3. Persiapan
a. Pasien
1) Persetujuan operasi
2) Alat-alat dan obat-obatan
3) Puasa
4) Lavement
b. Alat steril
1) Benang safil no. 1

23
2) Benang safil no. 2/0
3) Benang monosyn no. 3/0
4) Kasa secukupnya
5) Bethadin dalam cucing secukupnya
6) Selang + canule suction
7) Kabel/snur diathermi
8) Alkohol dalam cucing scukupnya
9) Redon drain no. 12
10) Opsite
11) Daryantule
c. Alat non steril
1) Alat tumpua tengkurap
2) Mesin diathermi dan platnya
3) Mesin suction pump
4) Hypafix
d. Basic set
1) Handvast mesz no. 4 2
2) Sponge holding forceps 1
3) Doek klem / towel klem 6/6
4) Khrom pean besar 1
5) Kocher besar 1
6) Pincet chirurgie panjang (ujungnya kecil) 1
7) Pincet chirurgie panjang (ujungnya kecil) 2
8) Metzemboum 1
9) Wound hook gigi tajam 2
10) Gunting benang 1
11) Nald voeder1
e. Basic set orthopedi
1) Spraider tajam / tumpul 1/1
2) Cobra/howman tumpul 2
3) Knabel tang kecil 1
4) Curet 1

24
f. Alat tambahan/khusus untuk spine
1) Stater 1
2) Vaender bengkok / lurus 1/1
3) Tapper 1
4) Piller 1
5) Busi 1
6) Cobs 2
7) Screw driver untuk pengantar pediele screw 1
8) Screw driver untuk mengunci/menguatkan pedicle screw 1
9) Road holder 2
10) Road pusser 2
11) Sprider lamina 1
12) Rounger berbagai ukuran 1/1
13) Pemotong road 2
14) Pengukur road 1
15) T handle1
16) Set screw pedicle (inner, outer, road) 1
17) Bender (pembengkok) 2
4. Prosedur
a. Setelah pasien di intubasi dan posisinya dudah diatur, perawat
instrument mencuci tangan scear fuebringer, kemudian dilanjutkan
dengan memakai jas operasi dan handscoen steril, setelah itu
menyiapkan alat-alat di meja mayo, kemudian memakaikan jas
operasi + handscoen steril kepada aisten + operator.
b. Kemudian memberikan sponge holding forceps betadine dalam cucing
kepada operator untuk mendesinfeksi lapangan operasi, kemudian
berikan alkohol dalam cucing untuk desinfeksi terakhir.
c. Setelah itu memebrikan 2 buah doek kecil kepada operator dan asisten
untuk memulai draping, 4 buah doek kecil dipasang, selanjutnya
berikan 2 buah doek besar untuk dipasang di bawah, kemudian 1 doek
besar lagi untuk dipasang di bagian atas, kemudian untuk menutupi
lagi sisi kiri dan kanan, berikan 2 buah doek kecil lagi, kemudian

25
berikan opsite untuk dipasang diatas doek dan diatas lapangan oeprasi
berikan doek klem 2 buah untuk menjepit doek bagian atas dan bawah.
d. Selesai draping, alat-alat didekatkan, kemudian perawat instrument
menyiapkan senur diatermi + selang suction dan dengan bantuan
perawat instrument untuk menyambungnya ke mesin masing-masing.
Kemudian beritahu operator bahwa instrument sudah siap. Sebelum
inisi dimulai, pakaikan handscoen ke 2 kepada operator dan asisten.
e. Berikan mesz 1 + pinset chirurgie kepada operator, dan berikan khrom
+ kasa kepada asietn untuk merawat perdarahan. Kemudian berikan
mesz 2 untuk insisi fat, selnajutnya berikan senur diathermi kepada
operator untuk insisi dan cutting pada tulang vertebranya terlihat.
f. Berikan wound hook gigi tajam 2 buah kepada asisten untuk
melebarkan are aoperasi, setelah terlihat tulang vertebra, berikan 2
buah sprider tajam untuk mengganti wound hook tadi. Kemudian
untuk menyisihkan ruas-ruas berikan mesz 2 lagi untuk insisi dan
menysiihkan otot-otot diantara ruas tulang, kemudian berikan 3 buah
kasa yang digulung kepaad oepartor untuk menyisihkan dan
membersihkan sisa-sisa darah, ganti sptider yang tajam dengan yang
lebih tumpul untuk membebaskan jarinan lunak atau soft tissue dari
tulang belakang, beri operator smapai nampak facet body.
g. Setelah ke 2 sisi ruas tulang vertebra tampak jelas dan fracturnya
terlihat. Beerikan operator stater lanjut vaender bengkok bila ada
kesulitan dalam memasukkan vaender berikan busi setelah itu
dilanjutkan vaeder lurus, untuk memastikan sudah masuk pedicle atau
belum beri piller kemudian cek dengan menggunakan c-arm.
h. Siapkan pedicle screw yang akan dipergunakan, untuk memasukkan
pedicle srew dibutuhkan alat bantu :
1) Screw driver untuk pedicle screw
2) Screw driver untuk inner (setelah road terpasang)
3) Screw driver untuk outer (setelah road terpasang)
4) T handle

26
i. Beri operator tapper siap pasang pedicle screw sesuai ukuran yang
diinginkan bila sudah masuk kunci dengan screw driver.
j. Setelah semua terpasang mulai mengukur panjang road dengan
menyesuaikan anatomi dari vertebra lumbal. Cara pasang road dibantu
dengan alat road holde dan road pusser. Setelah panjang road diukur
kemudian dipotong dengan alat pemotong road. Coba pasangkan pada
pedicle yang sudah terpasang bila bentuk road masih terlihat kurang
tepat beri bender untuk membengkokkan, bila sudah tepat fiksasi
passer dan paang inner dengan bantuan screw driver (khusus inner)
kemudian fiksasi dengan outer. Beri T handle bila fiksasi dirasa
kurang kuat. Selanjutnya berikan redon drain untuk dipasang setelah
perawat instrument menyiapkan untuk hecting.
k. Setelah selesai memasang drain, berikan nald voeder dan benang safil
no. 1 kepada operator untuk menjahit otot sampai denan fasia,
selanjutnya berikan benang safil 2/0 untuk menjahit fat. Kemudian
terakhir monosnya 3/0 untuk menjahit kulit.
l. Selesai menjahit kulit luka dibersihkan denan kasa yang sudah
dibasahi dengan PZ, selanjutnya dikeringkan dengan kasa, kemudian
ditutp dengan sufratulle dan kasa steril, kemudian difiksasi dengan
hypafix. Setelah itu perawat intsrument merapikan alat-alat, dicuci dan
diset kembali.

27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kuretase adalah membuang jaringan abnormal dari dinding suatu
organ berongga, menggunakan suatu alat yang disebut dengan kuret. Kuret
merupakan suatu alat yang berbentuk seperti sendok panjang dan terbuat
dari logam. Bone grafting adalah prosedur bedah yang menggantikan tulang
yang hilang dengan bahan dari tubuh pasien sendiri, pengganti buatan,
sintetis, atau alami. Pencangkokan tulang dimungkinkan karena jaringan
tulang memiliki kemampuan untuk regenerasi sepenuhnya jika disediakan
ruang di mana ia harus tumbuh. Remove implant merupakan tindakan bedah
yang dilakukan untuk melemaskan alat kontrasepsi implant. Stabilisasi
spine merupakan tindakan operasi pada tulang punggung yang bertujuan
untuk mengatasi nyeri pada tulang punggung. Selain menghilangkan nyeri,
operasi tulang belakang juga bisa mengatasi keluhan yang terjadi pada salah
satu atau kedua lengan atau tungkai, yang disebabkan oleh gangguan saraf
tulang belakang.
4.2 Saran
Sebagai mahasiswa, diharapkan memahami dan dapat menerapkan
teknik instrumentasi kuretase, bone graft, remove implant, dan stabilisasi
spine. Pada pembaca diharapkan mampu memberikan wawasan tentang
kuretase, bone graft, remove implant, dan stabilisasi spine.

28
DAFTAR RUJUKAN

Affandi, Biran, dkk. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kebidanan. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Everett, Suzana. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif.
Jakarta: EGC.
Hidayati, Ratna. 2009. Metode dan Tehnik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Jakarta:
Salemba Medika.
https://id.scribd.com/document/293960802/Bone-Graft
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Suratun, dkk. 2002. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Trans Info Medika.

29

Anda mungkin juga menyukai