Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ORGANISASI MANAJEMEN PERUSAHAAN INDUSTRI

“KEEFEKTIFAN ORGANISASI”

DOSEN :

ANDRI NASUTION, S.T., M.T.

DISUSUN OLEH:
UMMI BALQIS SITOMPUL (180403141)
HALQI RIZKIANSYAH (180403143)
NABILAH AYUNDA PUTRI (180403144)
HASRUL ILHAM RITONGA (180403146)

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Organisasi
Manajemen Perusahaan Industri yang berjudul “Keefektifan Organisasi” ini dengan
lancar.Makalah Keefektifan Perusahaan Industi kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah
Organisasi Manajemen Perusahaan Industri.Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Bapak
Dosen, selaku dosen mata kuliah Organisasi Manajemen Perusahaan Industri yang telah
memberikan pengajaran kepada kami, serta kepada teman-teman yang membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Namun, makalah Keefektifan Organisasi dari kelompok ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
untuk menyempurnakan makalah ini.

Medan, 28 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………....ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang............................................................................................... I-1

1.2.Rumusan Masalah…………………...............................................................I-1

1.3.Tujuan Penulisan Makalah……......................................................................I-1

1.4.Manfaat Penulisan Makalah...........................................................................I-2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Keefektifan Organisasi ................................................................. II-1

2.2. Pentingnya Keefektifan Organisasi ................................................................ II-4

2.3. Komponen-Komponen Efektivitas Organisasi.............................................II-5

2.4. Model-model Mengenai Efektivitas Organisasi............................................. II-6

2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Organisasi………………..II-7

2.6. Kriteria Pengukuran Efektivitas Organisasi ................................................... II-8

2.7. Budaya dan Keefektifan Organisasi………………………………………II-11

BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan………………………………………………………………….III-1

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Organisasi adalah sebuah badan hukum yang didalamnya terdapat sejumlah anggota yang
memiliki visi dan misi yang sama agar terciptanya tujuan bersama, dalam organisasi ada yang
disebut dengan efektivitas organisasi.
Menurut Emitai Etzioni (1982:54) adalah bahwa “efektivitas organisasi dapat dinyatakan
sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran.” Oleh
sebab itu, maka perlu lebih dipahami lagi mengenai efektivitas organisasi, agar dalam organisasi
tercapainya sebuah tujuan yang sudah dirumuskan dalam visi dan misi awal sebuah organisasi.
Mengenai efektivitas organisasi terdapat beberapa kriteria pengukuran berdasarkan model-model
pendekatan yang digunakan.
Menurut Quinn dan Rohrbough (Kasim ,1993) mengusulkan empat model atau perspektif
teoritis mengenai kriteria efektivitas organisasi, yaitu (1) model tujuan rasional (rasional goal
model) , (2) model hubungan manusia (human relations model) , (3) model sistem terbuka (open
system model) dan (4) model proses internal (internal system model).Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas organisasi adalah sebagai berikut: (1) Adanya tujuan yang jelas, (2)
Struktur organisasi. (3) Adanya dukungan atau partisipasi masyarakat, (4) Adanya sistem nilai
yang dianut.
Tercapainya tingkat efektivitas yang tinggi perlu memperhatikan kriteria-kriteria efektivitas
sebagaimana yang dikemukakan oleh Richard M Steers (1985:46) sebagai berikut: (1)
Produktivitas. (2) Kemampuan berlaba. (3) Kesejahteraan pegawai.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada makalah ini :
1. Apa yang dimaksud Efektivitas Organisasi ?
2. Bagaimana Model-Model Mengenai Efektivitas Organisasi?
3. Apa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Organisasi ?
4. Bagaimana Kriteria Pengukuran Efektivitas Organisasi ?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah


Secara ringkas tujuan pembuatan makalah ini dapat drumuskan sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan efektivitas dalam organisasi.
2. Mengetahui dan memahami bagaimana model-model mengenai efektivitas dalam
organisasi.
3. Mengetahui dan memahami faktor-faktor apa saja yang ada dalam efektivitas dalam
organisasi.
4. Mengetahui dan memahami bagaimana kriteria pengukuran efektivitas dalam organisasi.

I-1
1.4. Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara
praktis. Secara teoritis makalah ini sebagai media untuk merangsang pengetahuan mengenai
efektivitas dalam berorganisasi. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan pembelajaran konsep ilmu
keolahragaan khususnya tentang konsep penerapan efektivitas dalam organisasi.
2. Pembaca, sebagai media informasi dalam mengenal dan memahami efektivitas dalam
organisasi secara mendalam.

I-2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Keefektifan Organisasi

Konsep efektivitas sesungguhnya merupakan suatu konsep yang luas, mencakup berbagai
faktor di dalam maupun di luar organisasi. Konsep efektivitas ini oleh para ahli belum ada
keseragaman pandangan, dan hal tersebut dikarenakan sudut pandang yang dilakukan dengan
pendekatan disiplin ilmu yang berbeda, sehingga melahirkan konsep yang berbeda pula di dalam
pengukurannya. Namun demikian, banyak juga ahli dan peneliti yang telah mengungkapkan apa
dan bagaimana mengukur efektivitas itu.

Emitai Etzioni (1982:54) mengemukakan bahwa “efektivitas organisasi dapat dinyatakan


sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran.”
Komaruddin (1994:294) juga mengungkapkan “efektivitas adalah suatu keadaan yang
menunjukan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.”The Liang Gie (2000:24) juga mengemukakan “efektivitas adalah
keadaan atau kemampuan suatu kerja yang dilaksanakan oleh manusia untuk memberikan guna
yang diharapkan.

”Sedangkan menurut pendapat Gibson (1984:28) mengemukakan bahwa “efektivitas


adalah konteks perilaku organisasi merupakan hubungan antar produksi, kualitas, efisiensi,
fleksibilitas, kepuasan, sifat keunggulan dan pengembangan.”

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diketahui bahwa efektivitas merupakan
suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan
suatu organisasi dalam mencapai sasarannya atau dapat dikatakan bahwa efektivitas merupakan
tingkat ketercapaian tujuan dari aktivasi-aktivasi yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan
target yang telah ditetapkan sebelumnya.Gibson (1984:38) mengungkapkan tiga pendekatan
mengenai efektivitas yaitu:

1. Pendekatan Tujuan.
Pendekatan tujuan untuk mendefinisikan dan mengevaluasi efektivitas merupakan
pendekatan tertua dan paling luas digunakan. Menurut pendekatan ini, keberadaan
organisasi dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pendekatan tujuan
menekankan peranan sentral dari pencapaian tujuan sebagai kriteria untuk menilai
efektivitas serta mempunyai pengaruh yang kuat atas pengembangan teori dan praktek
manajemen dan perilaku organisasi, tetapi sulit memahami bagaimana melakukannya.
Alternatif terhadap pendekatan tujuan ini adalah pendekatan teori sistem.

II-1
2. Pendekatan Teori Sistem.
Teori sistem menekankan pada pertahanan elemen dasar masukan-proses-pengeluaran
dan mengadaptasi terhadap lingkungan yang lebih luas yang menopang organisasi. Teori
ini menggambarkan hubungan organisasi terhadap sistem yang lebih besar, dimana
organisasi menjadi bagiannya. Konsep organisasi sebagai suatu sistem yang berkaitan
dengan sistem yang lebih besar memperkenalkan pentingnya umpan balik yang ditujukan
sebagai informasi mencerminkan hasil dari suatu tindakan atau serangkaian tindakan oleh
seseorang, kelompok atau organisasi. Teori sistem juga menekankan pentingnya umpan
balik informasi. Teori sistem dapat disimpulkan:
1) Kriteria efektivitas harus mencerminkan siklus masukan-proses-keluaran, bukan
keluaran yang sederhana, dan
2) Kriteria efektivitas harus mencerminkan hubungan antar organisasi dan lingkungn
yang lebih besar dimana organisasai itu berada.

Jadi:

1) Efektivitas organisasi adalah konsep dengan cakupan luas termasuk sejumlah konsep
komponen.
2) Tugas manajerial adalah menjaga keseimbangan optimal antara komponen dan bagiannya

3. Pendekatan Multiple Constituency.


Pendekatan ini adalah perspepktif yang menekankan pentingnya hubungan relatif di
antara kepentingan kelompok dan individual dalam hubungan relatif diantara kepentingan
kelompok dan individual dalam suatu organisasi. Dengan pendekatan ini memungkinkan
pentingnya hubungan relatif diantara kepentingan kelompok dan individual dalam suatu
organisasi. Dengan pendekatan ini memungkinkan mengkombinasikan tujuan dan
pendekatan sistem guna memperoleh pendekatan yang lebih tepat bagi efektivitas
organisasi.
Robbins (1994:54) mengungkapkan juga mengenai pendekatan dalam efektivitas
organisasi:
a) Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment approach). Pendekatan ini
memandang bahwa keefektifan organisasi dapat dilihat dari pencapaian tujuannya
(ends) daripada caranya (means). Kriteria pendekatan yang populer digunakan
adalah memaksimalkan laba, memenangkan persaingan dan lain sebaginya.
Metode manajemen yang terkait dengan pendekatan ini dekenal dengan
Manajemen By Objectives (MBO) yaiutu falsafah manajemen yang menilai
keefektifan organisasi dan anggotanya dengan cara menilai seberapa jauh mereka
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

II-2
b) Pendekatan sistem. Pendekatan ini menekankan bahwa untuk meningkatkan
kelangsungan hidup organisasi, maka perlu diperhatikan adalah sumber daya
manusianya, mempertahankan diri secara internal dan memperbaiki struktur
organisasi dan pemanfaatan teknologi agar dapat berintegrasi dengan lingkungan
yang darinya organisasi tersebut memerlukan dukungan terus menerus bagi
kelangsungan hidupnya.
c) Pendekatan konstituensi-strategis. Pendekatan ini menekankan pada pemenuhan
tuntutan konstituensi itu di dalam lingkungan yang darinya orang tersebut
memerlukan dukungan yang terus menerus bagi kelangsungan hidupnya.

4. Pendekatan nilai-nilai bersaing.


Pendekatan ini mencoba mempersatukan ke tiga pendekatan diatas, masing-masing
didasarkan atas suatu kelompok nilai. Masing-masing didasarkan atas suatu kelompok
nilai. Masing-masing nilai selanjutnya lebih disukai berdasarkan daur hidup di mana
organisasi itu berada.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa pendekatan tujuan didasarkan pada
pandangan organisasi diciptakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dalam teori sistem,
organisasi dipandang sebagai suatu unsur dari sejumlah unsur yang saling berhubungan antara
satu dengan yang lain.Sedangkan pendekatan Multiple Constituency merupakan pendekatan
yang menggabungkan pendekatan tujuan dengan pendekatan sistem sehingga diperoleh satu
pendekatan yang lebih tepat bagi tercapainya efektifitas organisasi. Sedangkan untuk pendekatan
nilai-nilai bersaing merupakan pendekatan yang menyatukan ketiga pendekatan yang telah
dikemukakan di atas yang disesuaikan dengan nilai suatu kelompok.

Efektivitas organisasi tercapai apabila secara keseluruhan tujuan organisasi terealisasi.


Banyak study yang telah di lakukan oleh para pakar ilmu pengetahuan mengenai efektivitas
organisasi. Good man dan penning ( Kasim,1993 ) mengatakan bahwa efektivitas organisasi
merupakan tema pokok dalam sebagian penelitian yang memakai organisasi secara keseluruhan
sebagai unit analisis. Indra wijaya (1989) mengemukakan bahwa telah banyak teori dan ukuran
yang dapat digunakan untuk menilai efektivitas organisasi, mulai dari teori yang sederhana
sampai yang cukup kompleks.

Teori yang sederhana berpendapat bahwa efektivitas organisasi sama dengan prestasi
organisasi secara keseluruhan. Menurut pandangan ini, efektivitas organisasi dapat diukur
berdasarkan seberapa besar keuntungan yang diperolehnya. Pandangan yang juga penting untuk
diperhatikan adalah teori yang menghubungkan pengertian efektivitas organisasi dengan tingkat
kepuasan para anggota nya. Menurut pandangan ini, suatu organisasi dikatakan efektif bila para
anggota nya merasa puas.Selanjutnya pandangan yang lebih komprehensip menganai efektivitas
organisasi melilhat dari berbagai macam ukuran.

II-3
Pandangan ini berpendapat bahwa susunan organisasi memang merupakan suatu hal yang
penting, tetapi dalam susunan tersebut perlu diberikan kebebasan bertindak, sehingga
memungkinkan para anggota dan organisasi secara keseluruhan dapat lebih menyesuaikan diri
dengan tuntunan perubahan. Dengan demikian pengertian efektivitas organisasi mengalami
sedikit penggeseran, yaitu selain berkaitan dengan aspek intern organisasi juga berhubungan
dengan aspek luar organisasi, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan
keadaan sekeliling.

2.2. Pentingnya Keefektifan Organisasi

Organisasi dibentuk karena punya tujuan. Dengan tujuan maka organisasi menjadi
dinamis. Dalam kedinamisannya para manajer dan para analis organisasi berupaya untuk
membuat organisasinya lebih efektif.

Harjito (1995:p.16) mengemukakan bahwa organisasi selalu berusaha untuk mempu


mempertahankan keberadaannya (existence) dan berusaha untuk mengembangkan diri (develop).
Untuk dapat mempertahankan hal tersebut, sebagai kunci keberhasilan organisasi adalah
keefektifan.Apabila suatu organisasi dirasakan tidak efektif, maka secepatnya organisasi tersebut
harus segera dibenahi. Jadi kata kunci pengertian ini ialah kata efektif karena pada akhirnya
keberhasilan manajer dan organisasi diukur dengan konsep keefektifan itu. Dan banyak sekali
kejadian suatu organisasi sudah dibentuk, tetapi tujuan-tujuan yang sudah ditentukan itu tidak
tercapai (tidak efektif) yang akhirnya gulung tikar sehingga perlu dilakukan perubahan dan
pengembangan organisasi yang lebih efektif.

Sudah dikemukakan bahwa keefektifan organisasi yaitu berkenaan dengan atribut yang
diinginkan dalam usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Karena itu, studi
tentang organisasi pada hakikatnya memberikan jawaban atas pertanyaan apa yang membuat
organisasi menjadi efektif? Jawabnya adalah struktur organisasi yang tepat, penerapan prinsip-
prinsip organisasi yang benar, penggunaan teknologi dan budaya organisasi yang mendukung
sehingga terselenggara suatu bentuk kerjasama dengan sebaik-baiknya dan tujuan dapat tercapai
secara efisien dan efektif. Dan apabila suatu orgnisasi tidak efektif lagi, maka perlu dilakukan
perubahan dan pembinaan yang lebih baik.

Kemudian dalam segi implementasi organisasi, keefektifan memberi informasi mengenai


tingkat keberhasilan yang dapat digunakan untuk membuat kebijakan membangun sebuah model
dinamisasi organisasi yang meningkat daya tahannya dan sekaligus meningkat kemampuannya
untuk berkembang.

II-4
Jadi dengan konsep keefektifan, mengakibatkan organisasi terbuka menerima sumbangan
dari berbagai disiplin ilmu-ilmu lain untuk menambah hasanah teori organisasi yang mungkin
sangat berharga dan sangat diperlukan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup
orgnisasi. Dari segi penerapan konsep keefektifan memberi penilaian tingkat keberhasilan dan
sejumlah hambatan yang dapat dijadikan patokan analisis untuk mencarikan langkah-langkah
pasti bagi keberhasilan organisasi. Para manajer dapat membuat kebijakan, dan mencari strategi
politis dalam mentranspormasikan input menjadi out-put yang maksimal. Setiap kegiatan
diarahkan pada tercapainya tujuan yang dikehendaki dan penyelesaian pekerjaan yang tepat
waktu sehingga metode kerja dapat disusun secara sistimatis, penggunaan sarana yang lengkap,
tenaga kerja yang cukup dan pada akhirnya organisasi memiliki kelangsungan hidup untuk
tumbuh berkembang terus baik secara jangka pendek mapun jangka panjang.

2.3.Komponen-Komponen Efektivitas Organisasi

Efektifitas organisasi memiliki tiga komponen, yaitu:

1. Efektifitas Individu (Individual Effectiveness)


Seberapa jauh tiap individu yang ada di organisasi mempengaruhi efektifitas organisasi
secara keseluruhan, terdiri dari: (a) Ability, (b) Skill, (c) Knowledge, (d) Attitude, (e)
Motivation, (f) Stress
2. Efektifitas Kelompok (Groups Effectiveness)
Efektifitas organisasi dipengaruhi oleh kelompok-kelompok yang ada di organisasi yang
bersangkutan, yaitu oleh: (a) Cohesiveness, (b)Leadership, (c) Structure, (d) Status, (e)
Roles, (f) Norms
3. Efektifitas Organisasi (Organizational Effectiveness)
Efektifitas organisasi ditentukan oleh organisasi secara umum, meliputi sebagai berikut:
(a) Environment, (b) Technology, (c) Strategic choices, (d) Structure, (e) Processes, (f)
Culture

Organisasi akan berjalan terarah jika memiliki tujuan yang jelas. Adanya tujuan akan
memberikan motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Selanjutnya tujuan
organisasi mencakup beberapa fungsi diantaranya yaitu memberikan pengarahan dengan cara
menggambarkan keadaan yang akan datang yang senantiasa dikejar dan diwujudkan oleh
organisasi. Selama ini untuk menilai apakah organisasi itu efektif atau tidak, secara keseluruhan
ditentukan oleh apakah tujuan organisasi itu tercapai atau tidak. Akan tetapi, dalam kenyataan
akan sangatlah sulit untuk meilhat atau mempersamakan efektivitas organisasi dengan tingkat
keberhasilan dengan pencapaian tujuan. Hal ini disebabkan selain karena selalu ada penyesuaian
dengan target yang akan dicapai, juga dalam proses pencapaiannya sering kali ada tekanan dari
keadaan sekeliling. Kenyataan tersebut selanjutnya menyebabkan jarang sekali target dapat
dicapai secara keseluruhan.

II-5
Suatu organisasi tidak memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
organisasi, akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuannya tetapi apabila suatu perusahaan
memperhatikan faktor-faktor tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dapat lebih mudah tercapai
hal itu dikarenakan efektivitas akan selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Tercapainya
tingkat efektivitas yang tinggi perlu memperhatikan kriteria-kriteri efektivitas sebagaimana yang
dikemukakan oleh Richard M.Steers (1985:46) sebagai berikut: (1) Produktivitas. (2)
Kemampuan berlaba. (3) Kesejahteraan pegawai. Secara lebih operasional, Emitai Atzoni yang
dikutip oleh Indrawijaya (1989:227) mengemukakan “efektivitas organisasi akan tercapai apabila
organisasi tersebut memenuhi kriteria mampu beradaptasi, berintegrasi, memiliki motivasi, dan
melaksanakan produksi dengan baik”.

2.4. Model-Model Mengenai Efektivitas Organisasi

Menganai efektivitas organisasi terdapat beberapa kriteria pengukuran berdasarkan model-


model pendekatan yang digunakan. Quinn dan Rohrbough (Kasim ,1993) mengusulkan empat
model atau perspektif teoritis mengenai kriteria efektivitas organisasi, yaitu (1) model tujuan
rasional (rasional goal model) , (2) model hubungn manusia (human relations model) , (3) model
sistem terbuka (open system model) dan (4) model proses internal (internal system model).

1. Model tujuan rasional menekankan kepada perumusan tujuan, perencanaan, evaluasi, dan
produktivitas. Kelebihan model tujuan rasional dalam mengevaluasi efektivitas organisasi
adalah karena penilaian keberhasilan organisasi dilakukan atas dasar keinginan
organisasi, bukan berdasarkan penilaian atas dasar kriteria pribadi (value judgment) si
penilai. Di lain pihak, pendekatan yang berdasarkan tujuan ini dilakukan obyektivitasnya,
karena kenyataan sebagian besar organisasi mempunyai tujuan-tujuan yang saling
bertentengan, dan tujuan resmi (formal) biasanya tidak jelas.
2. Model hubungan manusia lebih menekankan pada moral karyawan, kepemimpinan,
pengembangan sumber daya manusia dan aspek peranan informal dari perilaku organisasi
. kekuatan model ini yang utama adalah bahwa anggota organisasi diperlakukan sebagai
manusia. Tidak semata-mata sebagai salah satu faktor produksi. Tapi model ini juga
mempunyai kelemahan. Robeyy (1982) menyatakan bahwa model ini cenderung
mengabaikan perspektip makro ( organisasi secara keseluruhan ) dan hampir sepenuhnya
memfokuskan pada aspek manusia. Perrow (1979) meragukan kebenaran model ini
karena hanya ada sedikit bukti empiris untuk mendukung teori-teori hubungan manusia.
3. Model sistem terbuka memfokuskan pada hubungan antara organisasi dengan
lingkunganya secara teoritis, model ini lebih komprehensif daripada model-model lainya,
sebab organisasi dianggap sebagai suatu yang dinamis dalam kerangka lingkungan yang
lebih luas. Di lain pihak, pendekatan yang komprehensif tersebut tidak mungkin
direalisasikan dalam studi ynag sebenarnya karena kompleksnya model dan hubungan
antara elemen-elemenya. Kelemahan lain adalah pandangan yang mengasumsikan bahwa
organisasi dianggap bersifat reaktif semata-mata dalam hubungannya dengan lingkungan

II-6
4. Model proses internal , memusatkan perhatianya pada proses pengolahan informasi dan
pembuatan keputusan dalam organisasi . kekuatan model ini adalah karena
pengevaluasian efektivitas organisasi lebih berdasarkan proses daripada pengevaluasian
berdasarkan tujuan akhir ( steers ,1977 ) di lain pihak, model ini juga mempunyai
kelemahan. Habeerstron (1965) mengatakan bahwa model proses internal mempunyai
kesulitan dalam mengidentifikasikan , mengkur, dan melaporkan proses-proses internal
organisasi. Scott (1977) mengingatkan bahwa penekanan pada proses internal mungkin
bisa menjurus pada penggantian tujuan dengan cara ( alat ), tetapi tidak bisa keluar dari
kesulitan dalam memilah kriteria keberhasilan, apakah “tujuan akhir yang diiginkan” atau
“proses yang diinginkan”.

2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Organisasi


Berdasarkan pendekatan-pendekatan dalam efektivitas organisasi yang telah dikemukakan
sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
organisasi adalah sebagai berikut: (1) Adanya tujuan yang jelas, (2) Struktur organisasi. (3)
Adanya dukungan atau partisipasi masyarakat, (4) Adanya sistem nilai yang dianut.
Organisasi akan berjalan terarah jika memiliki tujuan yang jelas. Adanya tujuan akan
memberikan motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Selanjutnya tujuan
organisasi mencakup beberapa fungsi diantaranya yaitu memberikan pengarahan dengan cara
menggambarkan keadaan yang akan datang yang senantiasa dikejar dan diwujudkan oleh
organisasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi harus mendapat perhatian yang serius apabila
ingin mewujudkan suatu efektivitas.
Di bawah ini penulis menguraikan empat faktor yang mempengaruhi efektivitas, yang
dikemukakan oleh Richard M Steers (1985:8):
1. Karakteristik Organisasi adalah hubungan yang sifatnya relatif tetap seperti susunan
sumber daya manusia yang terdapat dalam organisasi. Struktur merupakan cara yang unik
menempatkan manusia dalam rangka menciptakan sebuah organisasi. Dalam struktur,
manusia ditempatkan sebagai bagian dari suatu hubungan yang relatif tetap yang akan
menentukan pola interaksi dan tingkah laku yang berorientasi pada tugas.
2. Karakteristik Lingkungan, mencakup dua aspek. Aspek pertama adalah lingkungan
ekstern yaitu lingkungan yang berada di luar batas organisasi dan sangat berpengaruh
terhadap organisasi, terutama dalam pembuatan keputusan dan pengambilan tindakan.
Aspek kedua adalah lingkungan intern yang dikenal sebagai iklim organisasi yaitu
lingkungan yang secara keseluruhan dalam lingkungan organisasi.
3. Karakteristik Pekerja merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap efektivitas. Di
dalam diri setiap individu akan ditemukan banyak perbedaan, akan tetapi kesadaran
individu akan perbedaan itu sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Jadi
apabila suatu rganisasi menginginkan keberhasilan, organisasi tersebut harus dapat
mengintegrasikan tujuan individu dengan tujuan organisasi.

II-7
4. Karakteristik Manajemen adalah strategi dan mekanisme kerja yang dirancang untuk
mengkondisikan semua hal yang di dalam organisasi sehingga efektivitas tercapai.
Kebijakan dan praktek manajemen merupakan alat bagi pimpinan untuk mengarahkan
setiap kegiatan guna mencapai tujuan organisasi. Dalam melaksanakan kebijakan dan
praktek manajemen harus memperhatikan manusia, tidak hanya mementingkan strategi
dan mekanisme kerja saja. Mekanisme ini meliputi penyusunan tujuan strategis,
pencarian dan pemanfaatan atas sumber daya, penciptaan lingkungan prestasi, proses
komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan keputusan, serta adaptasi terhadap
perubahan lingkungan inovasi organisasi.
Menurut pendapat di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa:
1) organisasi terdiri atas berbagai unsur yang saling berkaitan, jika salah satu unsur
memiliki kinerja yang buruk, maka akan mempengaruhi kinerja organisasi secara
keseluruhan
2) Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang baik dengan lingkungan
3) Kelangsungan hidup organsiasi membutuhkan pergantian sumber daya secara terus
menerus. Suatu perusahaan tidak memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas organisasi, akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuannya tetapi apabila
suatu perusahaan memperhatikan faktor-faktor tersebut maka tujuan yang ingin dicapai
dapat lebih mudah tercapai hal itu dikarenakan efektivitas akan selalu dipengaruhi oleh
faktor-faktor tersebut.
2.6. Kriteria Pengukuran Efektivitas Organisasi
Tercapainya tingkat efektivitas yang tinggi perlu memperhatikan kriteria-kriteria
efektivitas sebagaimana yang dikemukakan oleh Richard M Steers (1985:46) sebagai berikut: (1)
Produktivitas. (2) Kemampuan berlaba. (3) Kesejahteraan pegawai
Secara lebih operasional, Emitai Atzoni yang dikutip oleh Indrawijaya (1989:227)
mengemukakan “efektivitas organisasi akan tercapai apabila organisasi tersebut memenuhi
kriteria mampu beradaptasi, berintegrasi, memiliki motivasi, dan melaksanakan produksi dengan
baik”.
Gibson (1984:32-34) berpendapat bahwa kriteria efektivitas meliputi:
1. Kriteria efektivitas jangka pendek: Produksi, Efisiensi, Kepuasan.
2. Kriteria efektivitas jangka menengah: Persaingan, dan Pengembangan
3. Kriteria efektivitas jangka panjang
4. Kelangsungan hidup
Sondang P Siagian (2000:32) mengungkapkan beberapa hal yang menjadi kriteria dalam
pengukuran efektivitas:
Efektivitas dapat diukur dari berbagai hal, yaitu: kejelasan tujuan yang hendak dicapai,
kejelasan strategi pencapaian tujuan, proses analisa dan perumusan kebijakan yang mantap,
perencanaan yang matang, penyusunan program yang tepat, tersedianya sarana dan prasarana
kerja, pelaksanaan yang efektif dan efisien, sistem pengawasan dan pengendalian yang mendidik.
Charles R. Milton (Muhyadi, 1989:p.281), mengemukakan bahwa kriteria keefektifan
organisasi dapat dilihat dari berbagai segi sehinga diperoleh berbagai versi keefektifan.

II-8
1) Dari segi lingkup pengukurannya dikenal adanya keefektifan makro dan mikro;
2) Dari segi jumlah variabel yang digunakan dalam pengukuran dikenal adanya efektivitas
model variabel tunggal dan jamak;
3) Dari segi waktu pengukurannya dikenal adanya keefektifan statis dan dinamis
Dari segi tingkat generalisasinya dikenal adanya keefektifan terbatas dan umum.
Kriteria makro (macro) ialah pengukuran keefektifan dari sudut yang luas, misalnya
keuntungan organisasi atau pencapaian tujuan akhir organi-sasi; sedangkan kriteria mikro
(micro) ialah pengukuran keefektifan dengan menitikberatkan pada salah satu aspek yang
sempit, misalnya penampilan anggota atau tingkat ketidakhadiran karyawan.

Pengukuran keefektifan organisasi dengan kriteria tunggal ialah cara melihat kefektifan
organisasi dengan hanya menggunakan satu variabel saja. Cara ini lazim disebut dengan
pengukuran univariasi (univariate). Banyak pilihan jenis variabel yang digunakan dalam teknik
yang pertama ini misalnya produktivitas diukur dengan data tentang output (produk akhir yang
dihasilkan), kepuasan kerja diukur dengan daftar pertanyaan yang diisi oleh para karyawan,
keuntungan organisasi dilihat dari data berupa angka-angka yang diperoleh dari bagian
pembukuan. Variabel-variabel tersebut digunakan secara terpisah, artinya tidak dilihat
hubungannya satu sama lain. Teknik ini relatif mudah dilaksanakan. Oleh karena itulah para
peneliti umumnya menggunakan teknik ini untuk melihat keefektifan suatu organisasi.

Pengukuran dengan kriteria jamak (multivariate) ialah cara melihat keefektifan organisasi
dengan menggunakan sebuah model yang mencakup beberapa variabel, di mana hubungan antara
berbagai variabel tersebut ikut diperhitungkan. Teknik ini lebih sulit tetapi lebih cermat
dibandingkan pengukuran dengan variabel tungal. (Model pengukuran dengan variabel tunggal
dan jamak dijelaskan lebih lanjut pada bagian lain dari bab ini).

Selanjutnya dikemukakan versi pengukuran keefektifan dilihat dari segi statis dan dinamis,
juga teknik umum dan teknik khusus. Pengukuran secara statis ialah melihat keefektifan
organisasi dengan mendasarkan diri pada aktivitas yang sudah dilakukan. Jadi melihat kembali
berbagai kegiatan yang telah dilakukan organisasi dan dari situ dinilai apakah organisasi yang
bersangkutan termasuk dalam kategori efektif atau tidak. Pengukuran dengan teknik ini relatif
mudah dilaksanakan, tetapi tidak banyak manfaat yang dapat diperoleh darinya. Oleh karena itu
orang berusaha menggunakan teknik lain, yaitu melihat ke depan. Caranya ialah dengan melihat
organisasi dalam pengertian yang dinamis. Dari karakteristik dinamika organisasi orang berusaha
mengukur keefeektifan organisasi di waktu yang akan datang. Jadi fokusnya terletak pada
kegiatan yang dilakukan organisasi di masa mendatang.

Pengukuran keefektifan organisasi dengan teknik umum dan teknik khusus. Teknik umum,
di mana keefektifan organisasi diukur dengan kriteria yang dapat diterapkan pada semua jenis
organisasi. Model yang digunakan dalam teknik ini sangat umum, sementara itu dalam
kenyataannya setiap jenis organisasi memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri khusus. Oleh karena itulah
maka pengukuran keefektifan organisasi dengan teknik umum tidak banyak bermanfaat bagi
organisasi karena pengukuran dan analisisnya terlampau dangkal, sehingga digunakan teknik
pengukuran secara khusus.
II-9
Teknik pengukuran keefektifan organisasi dengan kriteria lebih khusus sesuai dengan
karakteristik organisasi yang bersangkutan. Hasil diperoleh dengan cara ini tidak dapat
diterapkan pada organisasi lain (kecuali pada organisasi yang memiliki sifat karakteristik yang
sama dengan organisasi yang dinilai), Tetapi bagi organisasi yang bersangkutan hasil tersebut
mempunyai arti yang sangat besar.

Masih dalam uraian pengukuran keefektifan organisasi, Gibson dkk. (1993:p.32), dan
Manahan P. Tampubolon (2004:p.77), mengemukakan ada lima aspek kriteria keefektifan
organisasi, yaitu:1) produksi, 2) efisiensi, 3) kepuasan, 4) kemampuan adaptasi, dan 5)
pengembangan organisasi

1) Produksi (production)
Yang dimaksud dengan produksi yaitu kemampuan organisasi menghasilkan jumlah dan
mutu produk (output) yang sesuai dengan permintaan lingkungan. Dalam bentuknya yang nyata,
produk tersebut dapat berupa barang yang dihasilkan (oleh sebuah pabrik), laba/keuntungan
(oleh pedagang), pelayanan yang diberikan kepada nasabah (oleh sebuah bank), pasien yang
sembuh (oleh sebuah rumah sakit), mahasiswa yang lulus (oleh sebuah perguruan tinggi), dan
sebagainya. Ukuran ini berhubungan langsung dengan keluaran yang dikonsumsi oleh
pelanggang organisasi

2) Efisiensi (efficiency)
Konsep efisiensi didefinisikan sebagai angka perbandingan (ratio) antara keluaran dan
masukan. Dalam sebuah organisasi masukan diubah menjadi keluaran melalui proses
transformasi (siklus: masukan-proses-keluaran). Dalam bentuknya yang nyata, efisiensi dapat
dilihat misalnya dari besarnya biaya dan waktu yang diperlukan untuk proses produksi per unit,
besarnya biaya dan waktu yang diperlukan untuk proses produksi per unit produk, besarnya
biaya dan waktu yang diperlukan setiap siswa sampai dengan lulus, dan sebagainya.

3) Kepuasan (Satisfaction)
Kepuasan sebagai kriteria efectivitas menunjuk kepada keberhasilan organisasi memenuhi
kebutuhan yang dirasakan oleh para anggota dan juga kepuasan bagi para pemakai barang atau
jasa yang dihasilkan. Organisasi adalah sistem sosial yang beranggotakan orang-orang. Setiap
anggota berkeinginan dapat memenuhi sebagian kebutuhan hidup yang dirasakannya, misalnya
kebutuhan akan materi (uang), prestise, dan hubungan sosial, melalui keterlibatannya dalam
organisasi. Tingkat terpenuhi-tidaknya kebutuhan anggota dapat dilihat dari moral kerja dan
sikap yang ditunjukkan terhadap organisasi. Oleh karena itu tingkat kepuasan dapat diukur antara
lain dari besar kecilnya tingkat kemangkiran, tingkat ketidakhadiran, tingkat keluar masuk
organisasi, dan semangat kerja yang ditunjukkan anggota.

4) Adaptasi (adaptiveness)
Kemampuan adaptasi íalah kesanggupan organisasi melakukan perubahan sesuai dengan
tuntutan keadaan. Penyebab dilakukannya perubahan dapat berasal dari luar (lingkungan) dan
dapat pula dari dalam organisasi yang bersangkutan. Dibandingkan dengan kriteria terdahulu
(produksi, efisiensi, dan kepuasan), konsep adaptasi lebih bersifat abstrak.

II-10
Di samping itu adaptasi lebih merupakan kegiatan antara.Kondisi organisasi yang tidak
produktif atau tidak efisien, atau tingkat kepuasan yang rendah, bisa jadi merupakan pertanda
bahwa tindakan adaptasi perlu dilakukan.Karena adaptasi pada dasarnya merupakan respon
terhadap situasi yang dihadapi, maka kegiatan tersebut baru nampak setelah situasinya menuntut
untuk itu. Oleh karena itu kadang-kadang agak sulit mengukur tingkat kemampuan adaptasi
sebuah organisasi. Kriteria ini baru dapat digunakan apabila organisasi telah benar-benar
menghadapi situasi yang menuntut penyesuaian. Semakin tingi frekuensi tingkat ketidakpastian
situasi yang menuntut tindakan penyesuaian, semakin mudah melihat kemampuan organisasi
dalam melakukan adaptasi. Dan jika dalam menghadapi situasi yang menuntut berbagai macam
penyesuaian tersebut ternyata organisasi tanggap dan mampu melakukannya dengan baik
sehingga organissi yang bersangkutan survive atau mungkin bahkan berkembang, maka
disimpulkan bahwa kemampuan adaptasinya tinggi. Dengan kata lain, organisasi yang
bersangkutan cukup efektif ditinjau dari kriteria kemampuan adaptasinya

5) Perkembangan (developmen).
Pengembangan organisasi adalah kriteria yang menunjukkan kepada kemampuan
organisasi untuk memandang jauh ke depan dan melakukan investasi dalam rangka
mempertahankan hidup dan mengembangkan usaha organisasi. Kriteria pengembangan lebih
menekankan pada upaya organisasi dalam jangka panjang.

Untuk mencapai tingkat keefektifan yang tinggi dalam arti pengembangan organisasi, bisa
jadi sejumlah kriteria yang lain berkurang keefektifannya. Sebagai contoh kita ambil sebuah
kasus pada perusahaan televisi hitam putih, pada awal keberadaannya sangat efektif tetapi dalam
perkembangannya dengan adanya ciptaan televisi berwarna yang mengakibatkan animo
masyarakat lebih banyak menyukainya ketimbang televisi hitam putih, sehingga televisi hitam
putih dianggap tidak efektif lagi.

2.7.Budaya dan Efektivitas Organisasi


Budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis terhadap kesuksesan suatu
organisasi, misalnya untuk membangun kinerja ekonomi dan kinerja organisasionalnya dalam
jangka panjang sebagai sarana bagi anggota organisasi untuk memenuhi kebutuhan serta
mencapai tujuannya. Sejauh mana budaya mempengaruhi efektifitas organisasi dapat diketahui
dengan melihat kuat atau lemahnya budaya organisasi tersebut.
Robbins (1996) mengemukakan bahwa organisasi dengan budaya yang lemah, individu
di dalamnya tidak memiliki kesiapan akan terjadinya sebuah perubahan. Mereka lebih menyukai
nilai-nilai, baik nilai-nilai individu maupun nilai-nilai kelompok yang selama ini telah dimiliki.
Mereka juga lebih menyukai cara kerja yang selama ini telah mereka lakukan dan menolak
adanya perubahan, terutama perubahan yang menuntut kemampuan dan ketrampilan baru untuk
memenuhi tuntutan dan kewajiban yang diharapkan.
Apabila komponen dalam organisasi tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan,
maka hal ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan organisasi. Selanjutnya
berdampak pada efektivitas organisasi itu sendiri.

II-11
Di sisi lain, adanya nilai inti (core value) dari organisasi yang dianut dengan kuat, diatur
dengan baik, dan dirasakan secara meluas merupakan cirri dari budaya organisasi yang kuat.
Semakin banyak anggota organisasi yang menerima nilai-nilai inti (core values), memahami dan
menyetujui jajaran tingkat kepentingannya, dan tingginya komitmen tehadap organisasi, maka
semakin kuat budaya tersebut. Dengan adanya budaya organisasi yang kuat dan sehat di setiap
perusahaan akan berdampak positif di perusahaan tersebut. Manfaat besarnya adanya budaya
organisasi adalah dimana anggotanya atau karyawan dapat terfokuskan dan tercurahkan segala
perhatian pada system nilai-nilai yang ada dan berlaku di dalam organisasi. Nilai dan keyakinan
tersebut akan diwujudkan menjadi perilaku keseharian mereka dalam bekerja, sehingga akan
menjadi kinerja individual. Hal ini telah dinyatakan sebelumnya oleh Robbins (2005) budaya
organisasi yang kuat sangat diperlukan untuk memastikan bahwa semua orang yang berada di
dalam organisasi diarahkan kesuatu pandangan arah yang sama. Selain itu Luthans (2006)
melihat budaya organisasi memberikan arah dan memperkuat standar perilaku untuk
mengendalikan pelaku organisasi agar melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang telah disepakati
bersama.Dengan adanya budaya organisasi kuat dan sehat dapat difungsikan sebagi tuntutan
yang mengikat para karyawan karena diformulasikan secara formal ke dalam berbagai peraturan
dan ketentuan perusahaan. Dengan demikian budaya organisasi akan menciptakan peningkatan
produktifitas, dan kinerja.
Budaya organisasi yang kuat dapat mempengaruhi efektivitas organisasi, karena untuk
mencapai efektivitas maka dibutuhkan budaya organisasi, strategi, lingkungan, dan teknologi
yang sesuai. Budaya organisasi lebih kuat apabila terdapat kecocokan budaya (culture fit) dengan
variabel-variabel penting lainnya, meliputi: strategi, lingkungan, dan teknologi (Robbins, 1990).
Kanungo dan Jaeger (Smith, dkk: 2001) juga mengemukakan bahwa kecocokan budaya
(culture fit) menentukan efektivitas organisasi. Budaya yang dimaksud di sini mencakup:
lingkungan fisik dan sosio-politik, yang meliputi konteks ekologi, sosialisasi, hukum, dan sistem
politik yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan perusahaan yang mencakup karakteristik
pasar, kepemilikan (ownership), sifat industri, dan sebagainya. Hal ini mempengaruhi budaya
kerja dalam organisasi, yang diterapkan pada sejumlah kegiatan HRM (human resource
management), yang antara lain meliputi: desain pekerjaan, pengawasan, dan prosedur pemberian
reward.
Budaya yang kuat juga akan meningkatkan perilaku yang konsisten dari anggota
organisasi. Oleh karena itu, budaya dapat dijadikan sebagai sarana yang kuat untuk mengontrol
dan dapat bertindak sebagai sebuah substitusi bagi formalisasi. Semakin kuat budaya suatu
organisasi maka semakin lemah atau rendah formalisasi yang berlaku di oraganisasi tersebut.
Kebutuhan manajemen untuk mengembangkan peraturan dan kebijakan formal sebagai pedoman
perilaku kerja anggota organisasi makin kurang. Pedoman tersebut akan dipahami dan diterima
oleh anggota organisasi apabila mereka menerima budaya organisasi tersebut.

II-12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Pengertian keefektifan organisasi yaitu berkenaan dengan atribut yang diinginkan dalam
usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisasi.
2. Konsep keefektifan itu sendiri dapat dipandang dari tiga perspektif: yaitu: 1) keefektifan
individu, 2) keefektifan kelompok, 3) keefektifan organisasi.
3. Pentingnya keefektifan yaitu: 1) Dari segi teori organisasi lebih terbuka menerima
sumbangan dari berbagai disiplin ilmu lain sehingga perspektif studi akan lebih
berkembang 2) Dari segi implementasi organisasi akan berkembang lebih dinamis, para
manajer memiliki kepastian dalam mengambil kebijakan dan langah-langkah strategis
untuk mengendalikan organisasinya, penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu, metode
kerja akan tersusun secara sistematis, penggunaan sarana secara maksimal dengan tenaga
kerja yang cukup. Akhirnya organisasi akan berkembang terus baik secara jangka pendek
mapun jangka panjang.
4. Aspek yang dapat digunakan sebagai kriteria untuk mengukur keefektifan organisasi
adalah: 1) Produktivitas, 2) Efisiensi, 3) Kepuasan, 5) Kemampuan adaptasi, dan 5)
Pengembangan organisasi.
5. Dalam melihat keefektifan organisasi, ada lima pendekatan yang dapat digunakan, yaitu:
1) pendekatan tujuan, 2) pendekatan teori sistem. 3) pendekatan sasaran, 4) pendekatan
proses, dan 5) pendekatan sumber
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan organisasi yaitu: 1) karakteristik
organisasi, 2) karakteristik lingkungan, 3) faktor kerja, dan 4) faktor kebijakan dan
praktik manajemen.

III-1

Anda mungkin juga menyukai