Anda di halaman 1dari 109

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis membahas tentang latar belakang, rumusan masalah

dan tujuan penulisan

1. LATAR BELAKANG

Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan mycobacterium

tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat diserang olehnya,

tapi yang paling banyak adalah paru-paru (IPD, FK, UI). Tuberculosis

paru merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah utama

kesehatan masyarakat. Sebagian besar penderita TB paru diketahui

mengalami kekurangan gizi sehingga ini dapat berakibat buruk.

Penderita TB paru yang kurang gizi akan mengakibatkan produksi

antibodi dan limfosit terhambat sehingga proses penyembuhan

terhambat pula. Sebaliknya, sebagai penyakit infeksi, TB paru bisa

mempengaruhi status gizi penderita karena proses perjalanan

penyakitnya yang mempengaruhi daya tahan tubuh.

Berdasarkan Global Report WHO pada tahun 2010 jumlah penderita

TB paru di dunia sebanyak 14,4 juta kasus. Pervalensi penderita TB

paru di Indonesia sebesar 102 per 100.000 penduduk atau sekitar

236.029 kasus TB paru BTA positif. Berdasarkan hasil rekapitulasi

laporan TB paru Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat pada

1
2

tahun 2010 tercatat TB paru dengan BTA positif sebanyak 4.634 kasus

dengan angka kesakitan 105 per 100.000 penduduk.

Tuberkulosis paru dan malnutrisi sering ditemukan secara bersamaan.

Infeksi Tuberkulosis paru menimbulkan penurunan berat badan dan

penyusutan tubuh, hal ini disebabkan karena menurun atau hilangnya

nafsu makan. Masalah gizi menjadi penting karena perbaikan gizi

merupakan salah satu upaya untuk memutus penularan dan

pemberantasan TB paru.

2. RUMUSAN MASALAH

a. Apa definisi TB paru?

b. Mengapa seseorang bisa sampai terkena penyakit TB paru?

c. Bagaimana tanda dan gejala penyakit TB paru ?

d. Bagaimana cara penanggulangan / Pencegahan TB paru?

e. Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TB paru?

3. TUJUAN

a. Tujuan umum

Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien

dengan TB paru

b. Tujuan khusus

 Untuk mengetahui penyakit TB paru

2
3

 Untuk mengetahui etiologi penyakit TB paru

 Untuk mengetahui cara penularan TB paru

 Untuk mengetahui gejala – gejala TB paru

 Untuk mengetahui cara penanggulangan / pencegahan TB paru

 Untuk mengetahui cara pengobatan kepada penderita TB paru

3
4

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini terdiri dari 2 bagian yaitu :

I. Konsep dasar yang menjelaskan tentang pengertian, etiologi,

manifestasi klinis, klasifikasi, pathogenesis, patofisiologi, komplikasi,

penatalaksanaan, dan pemeriksaan penunjang.

II. Konsep keperawatan yang menjelaskan tentang pengkajian, diagnosa,

dan intervensi keperawatan

I. KONSEP DASAR

A. Pengertian

Tubercolosis paru adalah penyakit infksi yang disebabkan oleh

mycobacterium tubercolosis dengan gejala yang bervariasi.

(Mansjoer,2008)

Tubercolosis paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh bakteri mycobacterium tubercolosis yang dapat

menyerang berbagai organ , terutama paru-paru. Penyakit ini bila

tidak diobati atau tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi

berbahaya hingga kematian. (Kemenkes, 2015)

Tuberkulosis paru (TBC) adalah penyakit menular granulomatosa

kronik yang telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu dan paling

4
5

sering disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.

Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru, 85% dari

seluruh kasus tuberkulosis adalah tuberkulosis paru, sisanya (15%)

menyerang organ tubuh lain mulai dari kulit, tulang, organ-organ

dalam seperti ginjal, usus, otak dan lainnya (Ichsan, 2008).

B. Etiologi

Kuman penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Basil

ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar

matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikrobakteria penyebab

tuberkulosis, yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada

dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosa, dan bila diminum

dapat menyebabkan tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di

bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita tuberkulosis

terbuka. Orang yang rentan dapat terinfeksi tuberkulosis bila menghirup

bercak ini. Perjalanan tuberkulosis setelah infeksi melalui udara (Jong,

2005).

C. Manifestasi Klinis

Menurut Alsagaff dan Mukty (2006) tanda dan gejala tuberculosis dibagi

atas 2 (dua) golongan yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik.

5
6

a. Gejala Sistemik adalah:

1) Panas Badan

Panas badan merupakan gejala pertama dari tuberkulosis paru,

sering kali panas badan sedikit meningkat pada siang maupun

sore hari. Panas badan meningkat atau menjadi lebih tinggi bila

proses berkembang menjadi progresif sehingga penderita

merasakan badannya hangat atau muka terasa panas.

2) Menggigil

Menggigil dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat,

tetapi tidak diikuti pengeluaran panas dengan kecepatan yang

sama atau dapat terjadi sebagai suatu reaksi umum yang lebih

hebat.

3) Keringat Malam

Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk

penyakit tuberkulosis paru. Keringat malam umumnya baru

timbul bila proses telah lanjut, kecuali pada orang-orang dengan

vasomotor labil, keringat malam dapat timbul lebih dini.

Nausea, takikardi dan sakit kepala timbul bila ada panas.

4) Malaise

Karena tuberkulosis bersifat radang menahun, maka dapat

terjadi rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan

6
7

berkurang, badan makin kurus, sakit kepala, mudah lelah dan

pada wanita kadang-kadang dapat terjadi gangguan menstruasi.

b. Gejala Respiratorik

1) Batuk

Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan

bronchus. Batuk mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronchus,

selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronchus, batuk

akan menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna untuk

membuang produk-produk ekskresi peradangan. Dahak dapat

bersifat mukoid atau purulen.

2) Sekret

Suatu bahan yang keluar dari paru sifatnya mukoid dan keluar

dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi

mukopurulen/kuning atau kuning hujau sampai purulen dan

kemudian berubah menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan

dan perlunakan

3) Batuk

Suatu kondisi yang terjadi karena adanya iritasi pada bronchus

dan berguna untuk membuang produk-produk ekskresi

peradangan.

7
8

4) Nyeri Dada

Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan yang terdapat di

pleura terkena, gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik.

5) Ronchi

suatu bunyi tambahan yang terdengar gaduh terutama terdengar

selama ekspirasi disertai adanya sekret.

D. Klasifikasi Tuberkulosis

Klasifikasi di Indonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologis,

dan makro biologis :

1. Tuberkulosis paru.

2. Bekas tuberkulosis paru.

3. Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam :

a. Tuberkulosis tersangka yang terobati : sputum BTA (-), tetapi

tanda-tanda lain (+).

b. Tuberkulosis tersangka yang tidak diobati: sputum BTA (-) dan

tanda-tanda lain juga meragukan.

Klasifikasi menurut WHO (1991) tuberkulosis dibagi dalam 4 kategori

yaitu:

1) Kategori 1 ditujukan terhadap :

a. Kasus batu dengan sputum (+).

b. Kasus baru dengan bentuk tuberkulosis berat.

8
9

2) Kategori 2 ditujukan terhadap :

a. Kasus kambuh.

b. Kasus gagal dengan sputum BTA (+).

3) Kategori 3 ditujukan terhadap :

a. Kasus BTA (-) dengan kelainan paru yang luas.

b. Kasus tuberkulosis ekstra paru selain dari yang disebut

dalam kategori 1.

4) Kategori 4 ditujukan terhadap: tuberkulosis kronik (Sudoyo

Aru,dkk, 2009).

E. Patogenesis

Menurut Jong (2005) fase-fase tuberkulosis dibagi menjadi 4 fase, yaitu:

a. Fase Pertama

Pertama adalah fase tuberkulosis primer. Setelah masuk ke paru,

basil berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi pertahanan

tubuh. Fase ini disebut afek primer. Basil kemudian masuk ke

kelenjar limfe di hilus paru dan menyebabkan limfadenitis

regionalis. Reaksi yang khas adalah terjadinya granuloma sel

epiteloid dan nekrosis pengejuan di lesi primer dan di kelenjar

limfe hilus. Afek primer ini limfadenitis regional ini disebut

kompleks primer yang bisa mengalami resolusi dan sembuh tanpa

meninggalkan cacat atau membentuk fibrosis.

9
10

b. Fase Kedua

Dalam fase ini mengalami komplikasi berupa penyebaran milier -

milier melalui pembuluh darah dan penyebaran melalui bronkus.

Penyebaran milier menyebabkan tuberkulosis di seluruh paru-paru,

tulang, dan meningen. Infeksi ini dapat berkembang terus, dapat

juga mengalami resolusi dengan pembentukan jaringan parut.

c. Fase Ketiga

Fase ketiga ini disebut fase laten. Dimana fase dengan kuman yang

tidur. Basil yang tidur ini bisa terdapat di tulang panjang, vertebra,

tuba fallopii, otak, kelenjar limfa hilus dan leher serta ginjal.

Kuman ini tetap bisa tidur selama bertahun-tahun, bahkan seumur

hidup (infeksi laten).

d. Fase Keempat

Dapat terjadi di paru atau di luar paru. Dalam perjalanan

selanjutnya, proses ini dapat sembuh tanpa cacat, sembuh dengan

meninggalkan fibrosis.

F. PATOFISIOLOGI

Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan, infeksi

tuberculosis terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet yang

mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang

10
11

terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai permukaan alveolis biasanya

diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung tertahan di saluran hidung

atau cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.

Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau

paru-paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan

reaksi peradangan, leukosit polimortonuklear pada tempat tersebut dan

memfagosit namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-

hari pertama masa leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang

akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.

Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak

ada sisa yang tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri

terus difagosit atau berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar

melalui gestasi bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi

menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel

tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit, nekrosis bagian sentral

lesi yang memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju-lesi

nekrosis kaseora dan jaringan granulasi disekitarnya terdiri dari sel

epiteloid dan fibrosis menimbulkan respon berbeda, jaringan granulasi

menjadi lebih fibrasi membentuk jaringan parut akhirnya akan

membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-

paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan terserangnya kelenjar

getah bening regional dari lesi primer dinamakan komplet ghon dengan

11
12

mengalami pengapuran. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah

nekrosis adalah pencairan dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus

dengan menimbulkan kapiler materi tuberkel yang dilepaskan dari

dinding kavitis akan masuk ke dalam percabangan keobronkial. Proses

ini dapat terulang kembali di bagian lain dari paru-paru atau basil dapat

terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitis untuk kecil

dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dengan meninggalkan

jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus rongga.

Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga tidak dapat mengalir melalui

saluran penghubung, sehingga kavitasi penuh dengan bahan perkijuan

dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat

tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi

hubungan dengan bronkus dan menjadi limpal peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.

Organisme atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran

darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi

pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai

penyebaran limfo hematogen yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran

ini terjadi apabila focus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga

banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke

organ-organ tubuh (Price & Wilson,2005)

12
13

G. Komplikasi

Menurut Suriadi (2006) komplikasi yang mungkin timbul pada penderita

tuberkulosis dapat berupa:

a. Meningitis.

b. Spondilitis.

c. Pleuritis.

d. Bronkopneumoni.

e. Atelektasi.

H. Penatalaksanaan

a. Pencegahan

1) Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu

yang bergaul erat dengan penderita tuberkulosis paru BTA (+).

2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap

kelompok kelompok populasi tertentu misalnya: karyawan

rumah sakit, siswa-siswi pesantren.

3) Vaksinasi BCG.

4) Kemofolaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama

6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi

populasi bakteri yang masih sedikit.

13
14

5) Komunikasi, informasi dan edukasi tentang penyakit

tuberkulosis kepada masyarakat (Muttaqin, 2008).

b. Pengobatan

Tujuan pengobatan penderita tuberkulosis adalah menyembuhkan

penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan,

menurunkan tingkat penularan. Adapun prinsip pengobatan dengan

strategi DOTS adalah pengobatan yang diberikan dengan kombinasi

dari beberapa jenis obat dalam jumlah cukup dan dosis yang tepat

selama 6 sampai dengan 8 bulan. Untuk menjamin kepatuhan

penderita menelan obat, perlu mendapat pengawasan secara

langsung oleh seorang pengawas menelan obat/ PMO (Yohannes,

2008).

Pengobatan penderita tuberkulosis terdiri atas dua tahap/ fase.

Pertama adalah tahap intensif (tahap awal) terdiri dari: Isoniasid (H),

Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), dan Etambutol (E) dan mendapat

pengawasan langsung oleh PMO untuk mencegah terjadinya

kekebalan tubuh terhadap semua Obat Anti Tuberkulosis (OAT),

terutama pengobatan Rifampisin. Kemudian dilanjutkan dengan fase

kedua yaitu fase/ tahap lanjutan obat yang diberikan terdiri dari:

Isoniasid, Rifampisin, yang diberikan tiga kali dalam satu minggu

selama empat bulan. Tahap lanjutan pentung untuk membunuh

14
15

kuman sehingga mencegah terjadinya kekambuhan (Yohannes,

2008).

Dalam pembarian obat ada beberapa macam cara pengobatan :

1) Pengobatan untuk penderita aktif selama 6 bulan, dilakukan dua

tahap yaitu:

a. Tahap awal : obat diminum tiap hari,lama pengobatan 2

atau 3 bulan tergantung berat ringannya penyakit.

b. Obat lanjutan : diminum 3 kali seminggu lama pengobatan

4 atau 5 bulan tergantung berat ringannya penyakit.

2) Pengobatan untuk penderita kambuhan atau gagal pada

pengobatan pertama yang dilakukan selama 8 bulan, yaitu:

a. Obat diminum setiap hari selama 3 bulan

b. Suntikan Streptomicyn setiap hari selama 2 bulan

c. Obat diminum 3 kali seminggu selama 5 bulan (Depkes RI,

2005).

H. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Alsagaff dan Mukty (2006) pemeriksaan penunjang pada

pemeriksaan tuberkulosis sebagai berikut :

15
16

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan dahak

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis,

menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi

penularan. Pemeriksaan dahak dilakukan tiga kali yaitu : dahak

sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu berkunjung hari

kedua. Diagnosis tuberkulosis paru pada remaja dan dewasa

ditegakkan dengan ditemukannya kuman tuberkulosis (BTA).

Pada program tuberkulosis nasional, penemuan BTA melalui

pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.

2) Pemeriksaan Darah

Laju endap darah sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju

endap darah yang normal tidak dapat mengesampingkan proses

tuberkulosis aktif. Jumlah lekosit dapat normal atau sedikit

meningkat pada proses yang aktif. Dan pada penyakit

tuberkulosis berat sering disertai dengan anemia derajat sedang,

bersifat normositik dan sering disebabkan defisiensi besi.

3) Uji Tuberkulin

Uji tuberkulin merupakan pemeriksaan guna menunjukkan

reaksi imunitas seluler yang timbul setelah 4 - 6 minggu

penderita mengalami infeksi pertama dengan basil tuberkulosis.

Banyak cara yang dipakai, tapi yang paling sering adalah cara

16
17

dari Mantoux. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada

1/2 bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan

intracutan (di dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan

48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari

pembengkakan (indurasi) yang terjadi.

a. Pembengkakan (indurasi): diameter > 5 mm, uji mantoux

negatif.

b. Pembengkakan (indurasi): diameter 5-10 mm, uji mantoux

meragukan.

c. Pembengkakan (indurasi): diameter > 10 mm, uji mantoux

positif.

b. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi

sebagai berikut:

1) Hanya 1 dan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada

kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk

mendukung diagnosis tuberkulosis paru BTA positif.

2) Ketiga spasimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3

spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya

BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian

antibiotika non OAT (non fluoroquinolon).

17
18

3) Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas

berat yang memerlukan penanganan khusus (seperti:

pneumotoraks,pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi

pleural) dan pasien yang mengalami hemaptisis berat.

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu cara untuk memperoleh data dan

informasi pasien yang kemudian mengidentifikasi masalah-masalah

pasien. Adapun hal-hal yang dikaji dalam pemberian asuhan

keperawatan pada pasien tuberculosis paru adalah identitas pasien

(nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat,

nomor register, status, tanggal masuk dan diagnose medis), identutas

penanggung jawab (nama. Umur, agama, suku bangsa,pendidikan,

pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien), riwayat kesehatan

pasien meliputi keluhan utama pasien , riwayat penyakit sekarang,

riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga.

Pengkajian juga berdasarkan 11 pola fungsi Gordon yang meliputi

pola persepsi – manajemen kesehatan, pola nutrisi – metabolik, pola

eliminasi, pola aktivitas – latihan, pola istirahat – tidur, pola persepsi

18
19

dan kognitif, pola persepsi dan konsep diri, pola peran dan hubungan,

seksualitas, pola koping terhadap stress, pola nilai dan kepercayaan.

Pemeriksaan fisik yang menjadi fokus pemeriksaan pada pasien

tuberculosis paru meliputi :

a. Keadaan umum yang meliputi keadaan pasien, kesadaran,

tanda-tanda vital, tinggi badan dan berat badan pasien.

b. Kepala dan leher

Kepala dan leher klien tampak bersih, tidak terdapat luka atau

lesi, tidak ada gangguan fungsi pergerakan ditandai klien dapat

menoleh ke kiri, kanan, atas, bawah, pada trakhea tidak

mengalami pergeseran, klien mengatakan kadang merasakan

sakit kepala.

c. Mata

Meliputi kebersihan mata baik, konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak ikterik, tidak ada perdarahan dan peradangan, klien tidak

menggunakan alat bantu penglihatan.

d. Hidung

Kebersihan hidung baik, tidak ada pembengkakkan, tidak ada

peradangan, fungsi penciuman baik di tandai dengan klien

mampu membedakan bau alcohol dengan betadin, tidak ada

mukus/sekret.

19
20

e. Telinga

Kebersihan telinga baik, struktur telinga simetris, tidak ada

perdarahan dan peradangan, fungsi pendengaran baik ditandai

dengan klien mampu mendengar pembicaraan perawat dengan

baik, tidak ada serumen atau cairan yang keluar dari telinga.

f. Mulut

Kebersihan mulut baik, fungsi pengecapan baik di tandai

dengan klien mampu membedakan rasa masakan, tidak ada

perdarahan dan peradangan, fungsi bicara baik klien mampu

berkomunikasi secara verbal dengan orang lain secara baik,

mukosa bibir lembab.

g. Dada (Pernapasan dan Sirkulasi)

Inspeksi : Kebersihan dada bersih, tidak terdapat

lesi/luka, gerakan dada asimetris (gerakan

dada kanan tertinggal dibandingkan gerakan

dada kiri), fkekuensi napas cepat dan dangkal,

klien nampak sesak napas dan sering batuk

berdahak, klien terlihat bernapas

menggunakan otot bantu pernapasan.

Palpasi : Saat dilakukan taktil dan vokal Fremitus

getarannya tidak simetris (pada

dadakiri teraba lebih keras dada

20
21

pada dada sebelah kanan yang tidak teraba)

saat dipalpasi tidak terdapat nyeri tekan.

Perkusi : Pada Perkusi dada terdapat bunyi redup pada

dada kanan atas dan pada dada kiri bunyi

terdengar resonan/sonor.

Auskultasi : Terdapat bunyi napas tambahan ronkhi pada

dada kanan atas dan bunyi napas vesikuler

pada dada kiri.

h. Abdomen

Inspeksi : Kebersihan abdomen nampak bersih, tidak

terdapat lesi atau luka, tidak terdapat

benjolan atau massa,

Auskultasi : Peristaltik Usus 16x/menit.

Perkusi : Tympani

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan tidak

terdapat massa

j. Ekstermitas Atas dan Bawah

1. Ekstermitas Atas

Kebersihan baik, ekstermitas atas lengkap, tidak ada luka

atau lesi, tidak ada fraktur, tidak ada gangguan fungsi

pergerakan, tidak ada nyeri, terpasang infus RL 12 tpm pada

lengan kiri, kekuatan otot.

21
22

2. Ekstermitas bawah

Kebersihan baik, ekstermitas bawah lengkap, tidak ada

luka, tidak ada gangguan fungsi pergerakan, tidak ada

kontraktur otot, tidak ada nyeri dan keluhan lainnya,

kekuatan otot.

i. Genetalia

Kebersihan genetalia terjaga, klien mengatakan tidak ada ada

keluhan seperti gatal pada genetalia, tidak terdapat

pembesaran skrotum, klien tidak menggunakan kateter.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada tuberculosis paru :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

penumpukan secret

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan

membran alveolar.

3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sekresi

mukopurulen

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual, muntah, anoreksia.

5. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan

batuk.

22
23

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat

oksigenasi untuk aktivitas.

7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,

Keterbatasan kognitif, tidak lengkapnya informasi yang ada.

8. Resiko tinggi infeksi terhadap penyebaran berhubungan dengan

pertahan primer adekuat, kerusakan jaringan penakanan proses

inflamasi, malnutrisi

23
24

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI (NIC)

(NOC)

1. Ketidakefektifan bersihan jalan NOC : NIC :

nafas  Respiratory status : Ventilation  Airway suction

Definisi : Ketidakmampuan  Respiratory status : Airway patency - Pastikan kebutuhan oral / tracheal

untuk membersihkan sekresi atau  Aspiration Control suctioning

obstruksi dari saluran pernafasan Kriteria Hasil : - Auskultasi suara nafas sebelum dan

untuk mempertahankan - Mendemonstrasikan batuk efektif sesudah suctioning.

kebersihan jalan nafas. dan suara nafas yang bersih, tidak ada - Informasikan pada klien dan keluarga

Batasan Karakteristik : sianosis dan dyspnaeu (mampu tentang suctioning

mengeluarkan sputum, mampu

24
25

 Dispneu, Penurunan suara bernafas dengan mudah, tidak ada - Minta klien nafas dalam sebelum

nafas pursed lips) suction dilakukan.

 Orthopneu - Menunjukkan jalan nafas yang paten - Berikan O2 dengan menggunakan

 Cyanosis (klien tidak merasa tercekik, irama nasal untuk memfasilitasi suksion

 Kelainan suara nafas (rales, nafas, frekuensi pernafasan dalam nasotrakeal

wheezing) rentang normal, tidak ada suara nafas - Gunakan alat yang steril sitiap

 Kesulitan berbicara abnormal) melakukan tindakan

 Batuk, tidak efekotif atau - Mampu mengidentifikasikan dan - Anjurkan pasien untuk istirahat dan

tidak ada mencegah factor yang dapat napas dalam setelah kateter

 Mata melebar menghambat jalan nafas dikeluarkan dari nasotrakeal

- Produksi sputum - Monitor status oksigen pasien

- Gelisah - Ajarkan keluarga bagaimana cara

melakukan suction

25
26

- Perubahan frekuensi dan - Hentikan suction dan berikan oksigen

irama nafas apabila pasien menunjukkan

Faktor-faktor yang berhubungan: bradikardi, peningkatan saturasi O2,

 Lingkungan : merokok, dll

menghirup asap rokok,  Airway Management

perokok pasif-POK, infeksi - Buka jalan nafas, guanakan teknik

 Fisiologis : disfungsi chin lift atau jaw thrust bila perlu

neuromuskular, hiperplasia - Posisikan pasien untuk

dinding bronkus, alergi jalan memaksimalkan ventilasi

nafas, asma. - Identifikasi pasien perlunya

 Obstruksi jalan nafas : spasme pemasangan alat jalan nafas

jalan nafas, sekresi tertahan, buatan

banyaknya mukus, adanya - Pasang mayo bila perlu

26
27

jalan nafas buatan, sekresi - Lakukan fisioterapi dada jika perlu

bronkus, adanya eksudat di - Keluarkan sekret dengan batuk

alveolus, adanya benda asing atau suction

di jalan nafas. - Auskultasi suara nafas, catat

adanya suara tambahan

- Lakukan suction pada mayo

- Berikan bronkodilator bila perlu

- Berikan pelembab udara Kassa

basah NaCl Lembab

- Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.

- Monitor respirasi dan status O2

27
28

2. Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :

berhubungan dengan kerusakan  Respiratory Status : Gas exchange Airway Management

membran alveolar.  Respiratory Status : ventilation  Buka jalan nafas, guanakan teknik

Definisi : Kelebihan atau  Vital Sign Status chin lift atau jaw thrust bila perlu

kekurangan dalam oksigenasi dan Kriteria Hasil :  Posisikan pasien untuk

atau pengeluaran karbondioksida  Mendemonstrasikan peningkatan memaksimalkan ventilasi

di dalam membran kapiler alveoli ventilasi dan oksigenasi yang adekuat  Identifikasi pasien perlunya

Batasan karakteristik :  Memelihara kebersihan paru paru pemasangan alat jalan nafas buatan

o Gangguan penglihatan dan bebas dari tanda tanda distress  Pasang mayo bila perlu

o Penurunan CO2 pernafasan  Lakukan fisioterapi dada jika perlu

o Takikardi  Mendemonstrasikan batuk efektif  Keluarkan sekret dengan batuk atau

o Hiperkapnia dan suara nafas yang bersih, tidak ada suction

o Keletihan sianosis dan dyspneu (mampu

28
29

o somnolen mengeluarkan sputum, mampu  Auskultasi suara nafas, catat adanya

o Iritabilitas bernafas dengan mudah, tidak ada suara tambahan

o Hypoxia pursed lips)  Lakukan suction pada mayo

o kebingungan  Tanda tanda vital dalam rentang  Berika bronkodilator bial perlu

o Dyspnoe normal  Barikan pelembab udara

o nasal faring  Atur intake untuk cairan

o AGD Normal mengoptimalkan keseimbangan.

o sianosis  Monitor respirasi dan status O2

o warna kulit abnormal (pucat, Respiratory Monitoring

kehitaman)  Monitor rata – rata, kedalaman, irama

o Hipoksemia dan usaha respirasi

o hiperkarbia  Catat pergerakan dada,amati

o sakit kepala ketika bangun kesimetrisan, penggunaan otot

29
30

o frekuensi dan kedalaman nafas tambahan, retraksi otot

abnormal supraclavicular dan intercostal

Faktor faktor yang berhubungan :  Monitor suara nafas, seperti dengkur

- ketidakseimbangan perfusi  Monitor pola nafas : bradipena,

ventilasi takipenia, kussmaul, hiperventilasi,

- perubahan membran kapiler- cheyne stokes, biot

alveolar  Catat lokasi trakea

 Monitor kelelahan otot diagfragma

(gerakan paradoksis)

 Auskultasi suara nafas, catat area

penurunan / tidak adanya ventilasi

dan suara tambahan

30
31

 Tentukan kebutuhan suction dengan

mengauskultasi crakles dan ronkhi

pada jalan napas utama

 auskultasi suara paru setelah tindakan

untuk mengetahui hasilnya

3. Ketidakefektifan Pola nafas NOC : NIC :

Definisi : inspirasi dan / atau  Respiratory status : ventilation Airway Management

ekspirasi yang tidak menberi  Respiratory status : airway patency  Buka jalan nafas, guanakan teknik

ventilasi yang kuat  Vital sign status chin lift atau jaw thrust bila perlu

Batasan Karakteristik : Kriteria hasil :  Posisikan pasien untuk

 Perubahan kedalaman - Mendemonstrasikan batuk efektif memaksimalkan ventilasi

pernafsan dan suara nafas yang bersih, tidak ada

31
32

 Perubahan erkursi dada sianosis dan dyspnea ( mampu  Identifikasi pasien perlunya

 Mengambil posisi tiga titik mengeluarkan sputum, mampu pemasangan alat jalan nafas buatan

 Bradipnea bernafas dengan mudah, tidak ada  Pasang mayo bila perlu

 Penurunan ventilasi semenit pursed lips)  Lakukan fisioterapi dada jika perlu

 Penurunan kapasitas vital - Menunjukkan jslsn nafas yang paten  Keluarkan sekret dengan batuk atau

 Dispnea ( klien tidak merasa tercekik, irama suction

nafas, frekuensi pernafasan dalam 


 Peningkatan diameter anterior Auskultasi suara nafas, catat adanya
rentang normal, tidak ada suara nafas suara tambahan
posterior
abnormal ) 
 Pernafasan cuping hidung Lakukan suction pada mayo
- Tanda – tanda vital dalam rentang
 Orthopnea  Berikan bronkodilator bila perlu
normal (tekanan darah, nadi,
 Fase ekspirasi memanjang  Berikan pelembab udara
pernafasan )
 Pernafasan bibir  Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.

32
33

 Takipnea  Monitor respirasi dan status O2

 Penggunaan otot akesoris Oxygen therapy

untuk bernafas  Bersihkan mulut, hidung dan secret

Factor yang berhubungan : trakea

 Ansietas  Pertahankan jalan nafas yang paten

 Posisi tubuh  Atur alat oksigenasi

 Deformitas tulang  Monitor aliran oksegen

 Deformitas dinding dada  Pertahankan posisi pasien

 Keletihan  Observasi adanya tanda-tanda

 Hiperventilasi hipoventillasi

 Sindrom hipoventilasi Vital sign monitoring

 Gangguan musculoskeletal  Monitor catat adanya fluktuasi

tekanan darah

33
34

 Kerusakan neurologis  Monitor vital sign saat [ppsien

 Imaturitas neurologis berbaring, duduk atau berdiri

 Disfungsi neuromuskuler  Auskultasi tekanan darah pada kedua

 Obesitas lengan dan bandingkan

 Nyeri  Monito TD, nadi, RR, sebelum dan

 Keletihan otot pernafasan sesudah aktivitas

 Cedera medulla spinalis  Monitor kualitas dari nadi

 Monitor frekuensi dan irama

pernafasan

 Monitor suara paru

 Monitor suhu, warna, dan

kelembaban kulit

 Monitor sianosis perifer

34
35

 Monitor adanya cushing triad

(tekanan nadi yang melebar,

bradikardi, peningkatan sistolik)

 Identifikasi penyebab dari perubahan

vital sign

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : NIC :

dari kebutuhan tubuh  Nutritional Status : food and Fluid Nutrition Management

Definisi : Intake nutrisi tidak Intake  Kaji adanya alergi makanan

cukup untuk keperluan  Nutritional status : nutrient intake  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

metabolisme tubuh.  Weight control menentukan jumlah kalori dan nutrisi

Batasan karakteristik : yang dibutuhkan pasien.

35
36

- Berat badan 20 % atau lebih di Kriteria Hasil :  Anjurkan pasien untuk meningkatkan

bawah ideal - Adanya peningkatan berat badan intake Fe

- Dilaporkan adanya intake sesuai dengan tujuan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan

makanan yang kurang dari - Berat badan ideal sesuai dengan protein dan vitamin C

RDA (Recomended Daily tinggi badan  Berikan substansi gula

Allowance) - Mampu mengidentifikasi  Yakinkan diet yang dimakan

- Membran mukosa dan kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk

konjungtiva pucat - Tidak ada tanda tanda malnutrisi mencegah konstipasi

- Kelemahan otot yang - Menunjukkan peningkatan fungsi  Berikan makanan yang terpilih (sudah

digunakan untuk pengecapan dari menelan dikonsultasikan dengan ahli gizi)

menelan/mengunyah - Tidak terjadi penurunan berat badan  Ajarkan pasien bagaimana membuat

- Luka, inflamasi pada rongga yang berarti catatan makanan harian.

mulut

36
37

- Mudah merasa kenyang, sesaat  Monitor jumlah nutrisi dan

setelah mengunyah makanan kandungan kalori

- Dilaporkan atau fakta adanya  Berikan informasi tentang kebutuhan

kekurangan makanan nutrisi

- Dilaporkan adanya perubahan  Kaji kemampuan pasien untuk

sensasi rasa mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

- Perasaan ketidakmampuan Nutrition Monitoring

untuk mengunyah makanan  BB pasien dalam batas normal

- Miskonsepsi  Monitor adanya penurunan berat

- Kehilangan BB dengan badan

makanan cukup  Monitor tipe dan jumlah aktivitas

- Keengganan untuk makan yang biasa dilakukan

- Kram pada abdomen

37
38

- Tonus otot jelek  Monitor interaksi anak atau orangtua

- Nyeri abdominal dengan atau selama makan

tanpa patologi  Monitor lingkungan selama makan

- Kurang berminat terhadap  Jadwalkan pengobatan dan tindakan

makanan tidak selama jam makan

- Pembuluh darah kapiler mulai  Monitor kulit kering dan perubahan

rapuh pigmentasi

- Diare dan atau steatorrhea  Monitor turgor kulit


- Kehilangan rambut yang cukup  Monitor kekeringan, rambut kusam,
banyak (rontok) dan mudah patah
- Suara usus hiperaktif
 Monitor mual dan muntah
- Kurangnya informasi,
 Monitor kadar albumin, total
missinformasi
protein, Hb, dan kadar Ht

38
39

Faktor-faktor yang berhubungan :  Monitor makanan kesukaan

Ketidakmampuan pemasukan  Monitor pertumbuhan dan

atau mencerna makanan atau perkembangan

mengabsorpsi zat-zat gizi  Monitor pucat, kemerahan, dan

berhubungan dengan faktor kekeringan jaringan konjungtiva

biologis, psikologis atau  Monitor kalori dan intake nuntrisi

ekonomi.  Catat adanya edema, hiperemik,

hipertonik papila lidah dan cavitas

oral.

 Catat jika lidah berwarna magenta,

scarlet

39
40

5. Gangguan pola tidur berhubungan NOC: NIC :

dengan  Anxiety Control Sleep Enhancement

Definisi : gangguan kualitas dan  Comfort Level - Determinasi efek-efek medikasi

kuantitas waktu tidur akibat faktor  Pain Level terhadap pola tidur

eksternal.  Rest : Extent and Pattern - Jelaskan pentingnya tidur yang

Batasan karakteristik :  Sleep : Extent ang Pattern adekuat

- Perubahan pola tidur normal Kriteria Hasil : - Fasilitasi untuk mempertahankan

- Penurunan kemampuan  Jumlah jam tidur dalam batas normal aktivitas sebelum tidur (membaca)

berfungsi  Pola tidur,kualitas dalam batas - Ciptakan lingkungan yang nyaman

- Ketidakpuasan tidur normal - Kolaburasi pemberian obat tidur

- Menyatakan sering terjaga  Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat - Diskusikan dengan pasien dan

- Menyatakan tidak mengalami  Mampu mengidentifikasi hal-hal keluarga tentang tehnik tidur pasien

kesulitan tidur yang meningkatkan tidur

40
41

- Menyatakan tidak merasa - Instruksikan untuk memonitor tidur

cukup istirahat pasien

Faktor yang berhubungan : - Monitor waktu makan dan minum

- Kelembaban lingkungan dengan waktu tidur

sekitar - Monitor/catat kebutuhan tidur pasien

- Suhu lingkungan sekitar setiap hari dan jam

- Tanggung jawab membe

asuhan

- Perubahan pejanan terhadap

cahaya gelap

- Gangguan (mis., untuk tujuan

terapeutik, pemantauan,

pemeriksaan laboratorium)

41
42

- Kurang kontrol tidur

- Kurang privasi, pencahayaan

- Bising, bau gas

- Restrain fisik, tema tidur

- Tidak familier dengan perabot

tidur

42
43

6 Intoleransi Aktivitas NOC : NIC :

. Definisi : Ketidakcukupan energy - Energy conservation Activity therapy

psikologis atau fisiologis untuk - Activity tolerance - Kolaborasikan dengan tenaga

melanjutkan atau menyelesaikan - Self care : ADLs rehabilitasi medic dalam

aktivitas kehidupan sehari-hari Kriteria hasil : merencanakan program terapi yang

yang harus atau yang ingin - Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tepat

dilakukan tanpa disertai peningkatan tekanan - Bantu klien untuk mengidentifikasi

Batasan karakteristik : darafh, nadi dan RR aktivitas yang mampu dilakukan

- Respon tekanan darah - Mampu melakukan aktivitas sehari- - Bantu untuk memilih aktivitas

abnormal tehadap aktivtas hari (ADLs) secara mandiri konsisten yang sesuai dngan

- Respon frekuensi jantung - Tanda-tanda vital normal kemampuan fisik, psikologi dan

abnormal tehadap aktivitas - Energy psikomotor social

- Level kelemahan

43
44

- Perubahan EKG yang - Mampu berpindah dengan atgau - Bantu untuk mengidentifikasi dan

menerminkan aritmia tanpa bantuan alat mendapatkan sumber yang

- Perubahan EKG yang - Status kardiopulmonari adekuat diperlukan untuk aktivitas yang

mencerminkan iskemia - Sirkulasi status baik diinginkan

- Ketidaknyamanan setelah - Status respirasi : pertukaran gas - Bantu untuk mengidentifikasi

beraktivitas dan ventilasi adekuat aktikvitas yang disukai

- Menyatakan merasa letih - Bantu klien utnuk membuat jadwal

- Menyatakan merasa lemah latihan diwaktu luang

Factor yang berhubungan : - Bantu pasien/keluarga untuk

- Tirah baring dan immobilitas mengidentifikasi kekuranga dalam

- Kelemahan umum beraktivitas

- Ketidakseimbangan antara - Sediakan penguatan positif bagiyang

suplai dan kebutuhan oksigen aktif beraktivitas

44
45

- Gaya hidup monoton - Bantu pasien utntuk mengembangkan

motivasi diri dan penguatan.

- Monitor respon fisik, emosi, social,

dan spiritual.

7. Defisiensi Pengetahuan NOC NIC

Definisi : Ketiadaan atau  Knowledge : Disease Process Teaching : Disease Process

defisisensi informasi kognitif  Knowledge : Health Behavior  Berikan penilaian tentang tingkat

yang berkaitan dengan topic Kriteria Hasil : pengetahuan pasien tentang proses

tertentu  Pasien dan keluarga menyatakan penyakit yang spesifik

Batasan Karakteristik : pemahaman tentang penyakit,  Jelaskan patofisiologidari penyakit

 Perilaku Hiperbola kondisi, prognosis, dan program dan bagaimana hal ini berhubungan

 Ketidakakuratan mengikuti pengobatan dengan anatomi dan fisiologi,

perintah dengan cara yang tepat.

45
46

 Ketidakakuratan melakukan tes  Pasien dan keluarga mampu  Gambarkan tanda dan gejala yang

 Perilaku tidak tepat (hysteria, melaksakan prosedur yang dijelaskan biasa muncul pada penyakit, dengan

bermusuhan, agitasi, apatis,) secara benar cara yang tepat

 Pengungkapan masalah  Pasien dan keluarga mampu  Gambarkan proses penyakit,

Factor yang berhubungan menjelaskan kembali apa yang dengan cara yang tepat

 Keterbatasan kognitif dijelaskan perawat/tim kesehatan  Identifikasi kemungkinan

lainnya penyebab, dengan cara yang tepat


 Salah interpretasi informasi
 Sediakan informasi pada pasien
 Kurang pajanan
tentang kondisi, dengan cara yang
 Kurang minat dalam belajar
tepat
 Kurang dapat mengingat
 Hindari jaminan yang kosong
 Tidak familier dengan informasi

46
47

 Sediakan bagi keluarga atau SO

informasi tentang kemajuan pasien

dengan cara yang tepat

 Diskusikan perubahan gaya hidup

yang mungkin diperlukan untuk

mencegah komplikasi dimasa yang

akan datang dan ata proses

pengontrolan penyakit

 Diskusikan pilihan terapi atau

penanganan

 Dukung pasien untuk

mengeksplorasi atau mendapatkan

47
48

second opinion dengan cara yang

tepat atau diindikasikan

 Rujuk pasien pada grup atau agensi

di komunitas local, dengan cara

yang tepat

 Intruksikan pasien mengenal tanda

dan gejala untuk melaporkan pada

pemberi perawatan kesehatan,

dengan cara yang tepat

8. Resiko infeksi NOC : NIC :

 Immune status Infeksion control

 Knowledge : infection control  Bersihkan lingkungan setelah dipakai

 Risk control pasien lain

48
49

Definisi : mengalami peningkatan Kriteria hasil :  Pertahankan tehnik isolasi

resiko terserang organisme  Klien bebas dari tanda dan gejala  Batasi jumlah pengunjung jika perlu

patogenik infeksi  Intruksikan pad pengunjung untuk

Factor resiko :  Mendeskripsikan proses penularan mencuci tangan saat berkunjung dan

 Penyakit kronik penyakit, factor yanga setelah berkunjung meninggalkan

- Diabetes mellitus mempengaruhi serta pasien

- Obesitas penatalaksanaannya  Gunakan sabun antimikroba untuk cuci

 Pengetahuan yang tidak cukup  Menunjukkan kemampuan untuk tangan

untuk menghindari pemajanan mencegah timbulnya infeksi  Cuci tangan setiap sebelumdan

pathogen  Jumlah leukosit dalam batas normal sesudah tindakan keperawatan

 Pertahanan tubuh primer yang  Menunjukkan perilaku hidup sehat  Gunakan baju, sarung tangan sebagai

tidak adekuat alat pelindung

- Gangguan peristalsis

49
50

- Kerusakan intergritas kulit  Pertahankan lingkungan aseptic

(pemasangan kateter intra Selama pemasangn alat

vena, prosedur invasif)  Ganti letak IV perifer dan line central

- Perubahan sekresi pH dan dressing sesuai dengan petunjuk

- Penurunan kerja siliaris umum

- Pecah ketuban dini  Gunakan kateter intermiten untuk

- Pecah ketuban lama menurunksn infeksi kandung kencing

- Merokok  Tingkatkan intake nutjrisi

- Stasis cairan tubuh  Berikan terapi antibiotic bila perlu

- Trauma jaringan (mis., Infection protection

trauma destruksi jaringan)  Monitkor tanda dan gejala infeksi

 Ketidakadekuatan pertahanan sistemik dan local

sekunder  Monitor hitung granulosit, WBC

50
51

- Penurunan haemoglobin  Monitor kerentanan terhadap infeksi

- Imunosupresi  Batasi pengunjung

- Supresi respon inflamasi  Pertahankan teghnik aseptic pada

 Vaksinasi tidak adekuat pasien yang beresiko

 Pemajanan trhadap pathogen  Pertahankan tehnik isolasi jika perlu

lingkungan meningkat  Berikan perawatan kulit pada area

- wabah epiderma

 Prosedur invasive  Inspeksi kulit dan membrane mukosa

 malnutrisi terhadap kemerahan, panas, drainase

 Inspeksi kondisi luka/insisi bedah

 Dorong masukan nutrisi yang cukup

 Dorong isrirahat

51
52

 Instruksikan pasien untuk minum

antibiotic sesuai resep

 Ajarkan psien dan keluarga tanda dan

gejala infeksi

 Ajarkan cara menghindari infeksi

 Laporkan kecurigaan infeksi

 Laporkan kultur positif

52
53

BAB III

Tinjauan Kasus

I. PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan pada hari selasa, 12 september 2017 pada pukul

15.30 WIB di kamar Isolasi ruang Melati RSUD dr. Rubini Mempawah

dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan hasil

laboratorium.

a. Identitas

Pasien Penanggung jawab

Nama Ny. A Tn. K

Umur 49 tahun 50 tahun

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki

Agama Katolik Katolik

Pekerjaan Ibu rumah tangga Swasta

Pendidikan SD SMP

Alamat Menjalin Menjalin

Diagnosa medis Tuberculosis Paru

No. rekam medis 19.14.22

Hubungan dengan Suami

pasien

53
54

b. Riwayat Kesehatan

 Keluhan utama : pasien mengatakan sesak nafas, batuk, lemas,

mual dan muntah.

 Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengatakan ± 1 minggu yang

lalu mengeluh dada sesak dan batuk selama ± 1 bulan berdahak

warna putih kekuningan sulit keluar, kadang berkeringat dingin

pada malam hari. Pasien mengatakan badan lemas, pusing dan

mual.Sebelumnya pasien berobat ke puskesmas dan melakukan

pemeriksaan laboratorium yaitu cek dahak sebanyak 3x dan

hasilnya positif. Kemudian pasien dirujuk ke Rumah Sakit dr.

Rubini pada senin tanggal 11 september 2017 pada pukul 10.00

WIB.

 Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengatakan pernah 1x dirawat

di rumah sakit dengan Gastritis ± 5 tahun yang lalu.

 Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang

menderita penyakit seperti pasien dan juga tidak mempunyai

penyakit keturunan dan penyakit menular.

54
55

c. Pola Fungsi Kesehatan Gordon

1) Pola persepsi dan menajemen kesehatan

 Dalam keluarga pasien apabila ada yang sakit diperiksakan ke

Puskesmas.

 kesadaran compos mentis E4M6V5

 TTV : TD : 120/80 mmHg, RR : 36 x/menit, suhu : 38 ºc, nadi

: 96 x/menit

 Pasien mengeluhkan sesak nafas dan batuk yang terus menerus

sehingga pasien mengalami hambatan dalam melakukan

kegiatan sehari-hari.

2) Pola nutrisi dan metabolik

 Hasil pengukuran : berat badan sebelum sakit 40 kg dan berat

badan selama sakit 32 kg, tinggi badan 145 cm, indeks massa

tubuh 15,23

 Pasien sebelum sakit makan 3x sehari dengan komposisi

nasi, sayur, lauk dan kadang-kadang dengan buah, pasien

makan 1 porsi habis, minum 8-10 gelas ± 1500 cc/ hari dan

selama sakit pasien hanya makan 1/3 porsi, pasien

mengatakan mual dan nafsu makan menurun, minum 4-6

gelas ± 700 cc.

3) Pola eliminasi

55
56

Pasien sebelum sakit BAB 1x /hari dengan konsistensi lunak,

warna kuning dan berbau khas. BAK 6-7x /hari ± 800 cc /hari

dengan warna kuning jernih dan berbau khas, selama sakit pasien

BAB 1x /hari dengan konsistensi lunak, warna kecokelatan dan

berbau khas. BAK 5-6x /hari 750 cc /hari dengan warna kuning

jernih dan berbau khas.

4) Pola aktivitas dan latihan

Sebelum sakit dapat melakukan aktivitasnya sendiri tanpa

bantuan dari orang lain,

selama sakit aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.

5) Pola istirahat dan tidur

Pasien sebelum sakit tidur 7-8 jam /hari dan tidak menggunakan

obat-obatan tidur dan selama sakit pasien mengeluh susah tidur ±

4-5 jam /hari.

6) Pola persepsi dan kognitif

Pasien cemas akan kondisinya karena itu pasien dan keluarga

pergi ke rumah sakit untuk mendapat pengobatan dan penjelasan

tentang sakitnya.

Penglihatan dan pendengaran pasien pada saat ini masih

berfungsi dengan baik, pengecap dan pembau masih normal.

Sensasi raba pada klien tidak mengalami masalah. Pasien dapat

56
57

berbicara dengan cukup jelas. Bahasa sehari-hari klien

menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah (dayak)

7) Pola persepsi dan konsep diri

body image pasien dapat menerima kondisi yang dideritanya

dengan sabar, self ideal pasien ingin cepat sembuh dari sakitnya,

self esteem pasien tidak mengalami gangguan harga diri karena

penyakitnya, role pasien selama sakit tidak dapat melakukan

perannya sebagai ibu rumah tangga, identity pasien paham bahwa

beliau seorang perempuan yang memiliki 1 suami dan 6 orang

anak.

8) Pola peran dan Hubungan

Pasien sebelum sakit dapat berperan baik dilingkungan keluarga

maupun dilingkungan masyarakat, selama sakit pasien tidak

dapat melakukan perannya didalam lingkungan keluarga maupun

dilingkungan masyarakat karena sakitnya.

9) Seksualitas

Pasien tidak mengalami gangguan seksualitas

10) Pola koping terhadap stress

Apabila pasien ada masalah tidak tertutup dan bercerita kepada

keluarga terutama kepada suami kemudian dimusyawarahkan.

11) Pola nilai dan kepercayaan

57
58

pasien beragama katolik, selama sakit pasien tetap berdoa di atas

tempat tidur dengan semampunya.

d. Pemeriksaan fisik

 Keadaan Umum

kesadaran compos mentis E4M6V5

BB : 32 kg, TB : 145 cm

TTV : TD : 120/80 mmHg suhu : 37 ºc

RR : 36 x/menit nadi : 96x/menit

 Pemeriksaan fisik head to toe

- Kepala : bentuk kepala mesochepal, kulit kepala cukup

bersih, leher : tidak ada pembesaran tiroid dan tiak ada

peningkatan JVP.

- Mata : terdapat kantung mata, konjungtiva tidak anemis,

sclera tidak ikterik

- Telinga terlihat dalam keadaan bersih tidak ditemukannya

secret.

- Hidung bentuk simetris, tidak ada secret yang keluar dari

lubang hidung dan terpasang nasal kanul 3 lpm.

- Mulut : mukosa mulut lembab, lidah tidak kotor dan pasien

mengeluh mual

- Jantung :

58
59

inspeksi : Ictus cordis tidak tampak dan tidak ada nyeri dada

palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat

perkusi : Pekak

auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, tidak

ditemukan adanya bunyi mur-mur dan

gallop.

 Paru-paru

Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, terdapat retraksi

dada, nafas dangkal, adanya pelebaran

cuping hidung,

palpasi : fremitus paru kanan dan kiri sama, tidak ada

nyeri tekan,

perkusi : sonor

auskultasi : ronchi

 Abdomen

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi

Auskultasi : peristaltik usus 14 x/ menit

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa

perkusi : tympani.

 Genital

tidak ada kelainan, bersih, terpasang kateter dengan urine

tampung ± 200 cc

59
60

 Ekstremitas

Pada ekstremitas atas tidak ada lesi, tangan kiri pasien

terpasang infus RL 20 tpm dan pada ekstremitas bawah

kedua kaki

pasien dapat bergerak bebas.

e. Pemeriksaan penunjang

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 11 september 2017

sebagai berikut :

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

Hematologi rutin :

Hemoglobin 10,6 gr/dl 14-18

Leukosit 8.600 ribu/dl 4,5-11,0

Eritrosit 3,74 juta/dl 4,10-5,10

Trombosit 214.000 ribu/dl 150-450

Hematokrit 29 % 33-45

M.C.H 30 Pg 27-32

M.C.H.C 35 gr/dl 31-35

M.C.V 78 fl 78

LED 35 mm/jam 0 – 20

60
61

Kimia klinik :

SGOT 36 U/L >37

SGPT 31 U/L >32

Kreatinin 2,7 mg/dl 0.6-1.1

Ureum 32 mg/dl 10 - 40

Rontgen thorak terlampir

f. Program Terapi

Program terapi yang diberikan pada Ny. A yaitu :

 Infus RL 20 tpm

 Omeprazole 1 x 40 mg iv

 Ondancentron 3 x 4 mg iv

 Sucrafat syirup 3 x 10 ml p.o

 Rimfamficin/INH/Parazinamid/ethambutol : 150/75/400/275

( FDC intensive 1 x 2 tablet )

 Streptomycin 1x 500 mg im

 B6 3 x 1 tab p.o

g. Data Focus

1. Data Subyektif :

61
62

 Pasien mengatakan sesak nafas.

 Pasien mengatakan batuk disertai dahak berwarna putih

kekuningan tetapi sulit dikeluarkan.

 Pasien mengatakan badannya lemas.

 Pasien mengatakan nafsu makan menurun.

 Pasien mengatakan merasa mual dan muntah

 Pasien mengatakan makan habis 1/3 porsi.

 Pasien mengatakan selama dirawat pasien memerlukan

bantuan keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas.

 Pasien merasa cemas

 Pasien mengatakan susah tidur ± 4-5 jam sehari dan sering

terjaga di malam hari

 Pasien mengatakan belum mengerti tentang penyakitnya

2. Data obyektif

 Pasien tampak batuk dan sulit mengeluarkan sekret.

 Terdapat retraksi dada.

 Adanya pelebaran cuping hidung.

 Nafas dangkal.

 Suara nafas ronchi.

 Respiratory rate 36 x/ menit.

 Berat badan sebelum sakit 40 kilogram dan berat badan selama

sakit 32 kilogram.

62
63

 Tinggi badan 168 cm.

 Indeks masa tubuh 15.23

 Pasien tampak lemas.

 Aktivitas pasien tampak dibantu

 Pasien tampak bingung dan cemas akan kondisinya

 Hasil BTA positif

 Pasien dirawat di ruang isolasi

63
64

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Analisa Data

No. Data Fokus Etiologi Problem

1. DS : Penumpukan Ketidakefektifan

 Pasien mengatakan sesak nafas sekret bersihan jalan nafas

 Pasien mengatakan batuk disertai dahak berwarna putih

kekuningan tetapi sulit dikeluarkan

DO :

 Pasien tampak batuk dan sulit mengeluarkan sekret

 Terdapat retraksi dada

 Nafas dangkal

 Respiratory rate : 36 x/ menit

 Suara nafas ronchi

64
65

2. DS : Sekresi Pola nafas tidak

 Pasien mengatakan sesak nafas mukopurulen efektif

 Pasien mengatakan batuk disertai dahak berwarna putih

kekuningan tetapi sulit dikeluarkan

 Pasien merasa cemas

DO :

 Pasien tampak sesak

 Adanya pelebaran cuping hidung

 Respiratory rate : 36 x/ menit

 Terdapat retraksi dada

 Nafas dangkal

65
66

3. DS : Anoreksia Ketidakseimbangan

 Pasien mengatakan nafsu makan menurun nutrisi : kurang dari

 Pasien mengatakan mual kebutuhan tubuh

DO :

 Berat badan sebelum sakit 40 kg dan berat badan

selama sakit 32 kg, tinggi badan 145 cm, indeks masa

tubuh 15,23.

4. DS : Sesak nafas dan Gangguan Pola

 Pasien mengatakan sulit untuk tidur ± 4-5 jam sehari batuk menetap Tidur

dan sering terjaga di malam hari

 Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk

66
67

DO :

 Mata tampak merah dan tampak kantung mata

 Pasien tampak lemas

5. DS : Kelemahan fisik Intoleransi

 Pasien mengatakan selama dirawat pasien memerlukan Aktivitas

bantuan keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas

 Pasien mengatakan badannya lemas.

DO :

 Pasien tampak lemas

 Pasien tampak bedrest

 Aktivitas pasien tampak dibantu

67
68

6. DS : Kurang Gangguan rasa

 Pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakit pengetahuan aman : cemas

 Pasien merasa cemas

DO :

 Pasien tampak bingung dan cemas tentang

kondisinya

b. Diagnosa

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi

3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk menetap

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

6. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

68
69

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/tanggal
No.dx NOC NIC Ttd
/jam

1. Selasa NOC : NIC :

12 /09/2017  Respiratory status : Ventilation Airway suction

16.00  Respiratory status : Airway patency  Pastikan kebutuhan oral / tracheal

 Aspiration Control suctioning.

Setelah diberikan tindakan keperawatan  Berikan O2 3 lpm, metode nasal

selama 1 x 24 jam jam klien menunjukkan kanul

perubahan dengan  Anjurkan pasien untuk istirahat dan

napas dalam

69
70

Kriteria Hasil : Airway Management

 Mendemonstrasikan batuk efektif dan  Posisikan pasien untuk

suara nafas yang bersih, tidak ada memaksimalkan ventilasi

sianosis dan dyspneu  Lakukan fisioterapi dada jika perlu

 Menunjukkan jalan nafas yang paten  Keluarkan sekret dengan batuk

(klien tidak merasa tercekik, irama atau suction

nafas, frekuensi pernafasan dalam  Auskultasi suara nafas, catat

rentang normal, tidak ada suara nafas adanya suara tambahan

abnormal)  Monitor respirasi dan status O2

 Mampu mengidentifikasikan dan  Pertahankan hidrasi yang adekuat

mencegah factor yang dapat untuk mengencerkan sekret

menghambat jalan nafas

70
71

 Jelaskan pada pasien dan keluarga

tentang penggunaan peralatan : O2,

Suction, Inhalasi.

2. Selasa NOC : NIC :

12 /09/2017  Respiratory status : Airway patency Airway Management

16.00  Vital sign Status  Posisikan pasien untuk

Setelah diberikan tindakan keperawatan memaksimalkan ventilasi

selama 1 x 24 jam klien menunjukan  Keluarkan sekret dengan batuk .

perubahan dengan  Auskultasi suara nafas, catat adanya

Kriteria Hasil : suara tambahan

 Menunjukkan jalan nafas yang paten  Atur intake untuk cairan

(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, mengoptimalkan keseimbangan.

 Monitor respirasi dan status O2

71
72

frekuensi pernafasan dalam rentang Terapi Oksigen

normal, tidak ada suara nafas abnormal)  Bersihkan mulut, hidung dan secret

 Tanda Tanda vital dalam rentang normal trakea

(tekanan darah, nadi, pernafasan)  Pertahankan jalan nafas yang paten

 Atur peralatan oksigenasi

 Monitor aliran oksigen

 Pertahankan posisi pasien

 Observasi adanya tanda tanda

hipoventilasi

 Monitor adanya kecemasan pasien

terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

72
73

 Monitor vital sign saat berbaring,

duduk dan berdiri

 Monitor frekuensi dan irama

pernapasan

 Monitor pola pernapasan abnormal

 Monitor sianosis perifer

 Identifikasi penyebab dari

perubahan vital sign

3. Selasa NOC : NIC :

12 /09/2017  Nutritional status: Adequacy of nutrient Nutrition management

16.00  Nutritional Status : food and Fluid Intake - Monitor adanya penurunan berat

 Weight Control badan

73
74

Setelah dilakukan tindakan - Monitor mual dan muntah

keperawatan selama 1 x 24 jam nutrisi - Berikan makanan yang

kurang teratasi dengan kriteria hasil : terpilih,sudsh dikonsultasikan

- Peningkatan berat badan sesuai dengan ahli gizi

dengan tujuan - Ajarkan pasien bagaimana

- Mampu mengidentifikasi membuat catatan makanan harian

kebutuhan nutrisi - Monitor jumlah kandungan

- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi nutrisi dan kalori

- Tidak terjadi penurunan berat yang - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

berarti menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan pasien

- Atur posisi semi fowler atau

fowler tinggi selama makan

74
75

- Kelola pemberan anti emetik

- Anjurkan banyak minum

- Pertahankan terapi IV line

4. Selasa NOC : NIC :

12/09/2017 Anxiety Control Sleep Enhancement

16.00  Comfort Level - Determinasi efek-efek medikasi

 Pain Level terhadap pola tidur

 Rest : Extent and Pattern - Jelaskan pentingnya tidur yang

 Sleep : Extent ang Pattern adekuat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Fasilitasi untuk mempertahankan

selama 1 x 24 jam gangguan pola tidur aktivitas sebelum tidur (membaca)

pasien teratasi dengan kriteria hasil: - Ciptakan lingkungan yang nyaman

 Jumlah jam tidur dalam batas normal - Kolaborasi pember ian obat tidur

75
76

 Pola tidur,kualitas dalam batas normal

 Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat

 Mampu mengidentifikasi hal-hal yang

meningkatkan tidur

5. Selasa NOC : NIC :

12 /09/2017  Activity tolerance  Observasi adanya pembatasan klien

16.00  Self care :ADLs dalam melakukan aktivitas

 Energy conservation  Kaji adanya faktor yang

Setelah dilakukan tindakan keperawatan menyebabkan kelelahan

selama 3x24Pasien bertoleransi terhadap  Monitor nutrisi dan sumber energi

aktivitas dengan yang adekuat

 Monitor pola tidur dan lamanya

tidur/istirahat pasien

76
77

Kriteria Hasil :  Bantu pasien untuk

 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa mengembangkan motivasi diri dan

disertai peningkatan tekanan darah, nadi penguatan

dan RR  Monitor respon fisik, emosi, sosial

 Mampu melakukan aktivitas sehari hari dan spiritual

(ADLs) secara mandiri

 Tanda-tanda vital dalam batas normal

 Energy psikomotor

 Level kelemahan

 Mampu berpindah dengan atau tanpa

bantuan alat

 Status pulmonary adekuat

 Sirkulasi status baik

77
78

 Status respirasi : pertukaran gas dan

ventilasi adekuat

6. NOC : NIC :

 Anxienty control Anxiety reduction :

 Coping  Gunakan pendekatan yang

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 menenangkan

x 24 jam diharapkan cemas berkurang dan  Nyatakan dengan jelas harapan

pengetahuan tentang penyakit bertambah terhadap pelaku pasien

dengan kriteria hasil :  Jelaskan semua prosedur dan

 Klien mampu mengidentifikasi dan apa yang dirasakan selalu

mampu mengungkapkan rasa cemas prosedur pengobatan

78
79

 Mengidentifikasi, mengungkapkan dan  Temani pasien untuk

menunjukkan tehnik untuk mengontrol memberikan kemananan dan

cemas mengurangi takut

 Vital sign dalam batas normal  Berikan informasi factual

 Postur tubuh, ekspresi wajar, bahasa mengenai diagnosis, tindakan

tubuh, dan tingkat aktivitas prognosis

menunjukkan berkurangnya kecemasan  Dorong keluarga untuk

menemani pasien

 Dengarkan dengan penuh

perhatian

 Identifikasi tingkat kecemasan

79
80

 Dorong pasien untuk

menngungkapkan perasaan,

ketakutan, persepsi.

 Intruksikan pasien

menggunakan tehnik relaksasi

IV. IMPLEMENTASI

No. Hari/Tanggal/Jam Implementasi Respon TTD

1 Selasa, 12  memberikan O2 3 l/mnt, metode nasal kanul  Pasien kooperatif dan merasa

september 2017  menganjurkan pasien untuk istirahat dan nyaman saat bernafas

15.00 napas dalam  Pasien mengikuti yang diajarkan

80
81

 Memposisikan pasien untuk memaksimalkan  Pasien kooperatif

ventilasi

 Melakukan fisioterapi dada jika perlu  Pasien kooperatif

 Mengeluarkan sekret dengan batuk atau

suction  Pasien masih kesulitan dalam

mengeluarkan sekret

2. Selasa, 12/09/2017 Airway Management

16.00  memposisikan pasien untuk  Pasien mengikuti anjuran

memaksimalkan ventilasi  Pasien masih tampak kesulitan

 mengeluarkan sekret dengan batuk . mengeluarkan secret / dahak

 Memonitor respirasi dan status O2  RR : 30 x/menit

81
82

Terapi Oksigen

 mengatur peralatan oksigenasi  Nasal kanul 3 lpm

 Memonitor aliran oksigen  Pasien tetap pada posis yang

 mempertahankan posisi pasien dianjurkan

 Memonitor adanya kecemasan pasien  Pasien tampak cemas

terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

 Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR  TD : 120/80 mmHg, Nadi : 98

x/mnt, suhu : 371 c, RR : 30 x/mnt

 Memonitor frekuensi dan irama pernapasan  Irama nafas teratur

 Memonitor pola pernapasan abnormal  Pola nafas normal

3. Selasa, 12 /09/2017 Nutrition management


16.00
- Memonitor adanya penurunan berat badan  selama sakit berat badan turun
sebanyak 8kg

82
83

- Memonitor mual dan muntah  pasien masih merasa mual

- memberikan makanan yang terpilih, sudah  pasien mau makan makanan yang

dikonsultasikan dengan ahli gizi disediakan rumah sakit sedikit-

sedikit

- Mengajarkan pasien bagaimana membuat  Pasien kooperatif

catatan makanan harian

- Memonitor jumlah kandungan nutrisi dan  Makanan pasien termonitor oleh ahli

kalori gizi

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk  Ahli gizi datang untuk pengkajian

menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dan mengecek kebutuhan nutrisi

dibutuhkan pasien pasien

- Mengatur posisi semi fowler atau fowler  Pasien tampak dalam posisi semi

tinggi selama makan fowler

83
84

- Mengelola pemberan anti emetik jika perlu  Pemberian anti emetic sesuai dosis

yang ditentukan dan diberikan jika

pasien muntah

- Menganjurkan banyak minum  Pasien mau minum sedikit-sedikit

- Mempertahankan terapi IV line


 IV line terpasang

4. Selasa Sleep enhancement

12/09/2017  Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat  Pasien mengerti

18.00  Ciptakan lingkungan yang nyaman  Keadaan bangsal tenang

 Monitor waktu makan dan minum dengan  Pasien termonitor

waktu tidur

 Kolaborasi pemberian obat tidur  Pasien masih dapat tidur tanpa obat

84
85

5. Selasa Acivity therapy

12/09/2017  Membantu pasien untuk mengidentifikasi  Pasien dapat beraktivitas minimal

17.00 aktivitas yang mampu dilakukan

 Membantu pasien untuk mendapatkan alat  Alat bantu bantu tersedia diruangan

bantuan untuk aktivitas seperti kursi roda

atau krek

 Membantu pasien untuk membuat jadwal  Pasien kooperatif

latihan diwaktu luang

 Monitor respon fisik, emosi, social dan  Pasien masih tampak cemas

spiritual

6. Selasa12/09/2017 Anxiety reduction

18.00  Gunakan pendekatan yang menenangkan  Pasien kooperatif

85
86

 Jelaskan semua prosedur dan apa yang  Pasien kooperatif

dirasakan selama prosdur pengobatan

 Pahami prespektif pasien terhadap situasi  Pasien cemas akan kondisinya

stress

 Temani pasien untuk memberikan  Pasien kooperatif

keamanan dan mengurangi takut

 Identifikasi tingkat kecemasan  Pasien dalam keadaan cemas

namun masih kooperatif

 Membantu pasien mengenal situasi yang  Pasien kooperatif

menimbulkan kecemasan

86
87

No Ttd
Hari/Tanggal/Jam Catatan Perkembangan
DX Perawat

1. Selasa, 12/09/2017 S : - Pasien mengatakan sesak berkurang

18.00 wib - Pasien mengatakan batuknya berkurang

O : RR : 27x/m

Indicator :

 Respiratory status : Airway patency

 Vital sign Status

RR : 27 x/m

A : Masalah pasien belum teratasi

P : - Observasi terjadi kekambuhan

- Pertahankan kondisi pasien sekarang dan lanjutkan

intervensi

87
88

- Memberikan O2 3 lpm, metode nasal kanul

- Menganjurkan pasien untuk istirahat dan napas

dalam

- Memposisikan pasien untuk memaksimalkan

ventilasi

- Melakukan fisioterapi dada jika perlu

2. Selasa, 12/09/2017 S : - Pasien mengatakan sesak berkurang

18.00 wib - Pasien mengatakan batuknya berkurang

- Pasien mengatakan dahaknya sudah bisa di keluarkan

O : - RR 27x permenit

- Retraksi dada berkurang

- cuping hidung tidak melebar

88
89

A : Masalah teratasi sebagian

P : - pertahankan kondisi pasien sekarang dan lanjutkan

intervensi

- Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

- Mengeluarkan sekret dengan batuk

- Memonitor TTV

- Mempetahankan pemberian nasal kanul O2 3 lpm

3. Selasa, 12/09/2017 S : - Pasien mengatakan nafsu makan bertambah

18.00 wib - Pasien mengatakan tidak mual

O : BB bertambah dari 32 kg menjadi 33 kg

A : Masalah teratasi sebagian

P : - Pertahankan kondisi saat ini dan lanjutkan intervensi

89
90

- Memonitor adanya penurunan berat badan

- Memonitor mual dan muntah

- Memberikan makanan yang terpilih,sudah

dikonsultasikan dengan ahli gizi

4. S : - Pasien mengatakan sudah bisa tidur nyenyak di malam

hari

- Pasien mengatakan batuk dan sesak berkurang

O : Tidak terdapat kantung mata dan mata memerah

A : Masalah teratasi sebagian

P : - Pertahankan kondisi saat ini dan lanjutkan intervensi

- Memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas

sebelum tidur (membaca)

- Menciptakan lingkungan yang nyaman

90
91

- Berkolaburasi pemberian obat tidur

5. Selasa, 12/09/2017 S : - Pasien mengatakan belum bisa melakukan banyak

20.00 wib aktivitas

- Pasien mengatakan masih meminta bantuan dari

keluarga dan perawat

O : Pasien tampak bedrest

A : Masalah belum teratasi

P: - Lanjutkan intervensi

- Mengobservasi adanya pembatasan pasien dalam

melakukan aktivitas

- Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

- Memonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

91
92

- Memonitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat

pasien

- Membantu pasien untuk mengembangkan motivasi

diri dan penguatan

6. Selasa, 12 /09/2017 S : - Pasien mengatakan sudah sedikit mengerti tentang

20.00 wib penyakit yang di deritanya

- Pasien Mengatakan Cemas Nya Berkurang

O : pasien tidak tampak bingung

A : Masalah teratasi sebagian

P : - Pertahankan kondisi saat ini dan lanjutkan intervensi

- Menemani pasien untuk memberikan kemananan dan

mengurangi takut

92
93

- Memberikan informasi factual mengenai diagnosis,

tindakan prognosis

- Mendorong keluarga untuk menemani pasien

- Mendengarkan dengan penuh perhatian

93
94

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada Bab ini menguraikan pembahasan asuhan keperawatan pada Ny. A

dengan TB Paru di bangsal penyakit paru ruang isolasi di RSUD dr Rubini

Mempawah. Penulis akan menganalisa antara teori dan kasus nyata yang ada

pada pasien ny. A menggunakan lima tahapan proses keperawatan yaitu:

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Penulis tidak mendapatkan masalah dalam proses pengumpulan data

pada Ny. A hal ini di sebabkan karena kesadaran Ny. A yang compos

mentis, selain itu Ny. A dan keluarganya menerima kehadiran penulis

dan bersifat kooperatif dalam memberikan informasi mengenai riwayat

kesehatan Ny. A.

a. Identitas pasien

Secara teori lingkungan yang kumuh beresiko tinggi terhadap

terjadinya Tuberkulosis paru sedangkan lingkungan dalam tempat

tinggal pasien bersih dan jauh dari pabrik. Kesenjangan ini terjadi

karena faktor predisposisi tuberkulosis paru bukan hanya faktor

94
95

lingkungan tetapi bisa juga karena pasien kontak langsung dengan

penderita tuberkulosis paru tanpa di sadari.

a. Riwayat kesehatan sekarang

1) Keluhan utama masuk rumah sakit

Pasien dengan Tuberkulosis paru sesuai teori masuk

rumah sakit dengan keluhan berupa sesak napas, batuk-

batuk, dan nyeri dada. Akan tetapi pada kasus Ny. A di

mana alasan masuk rumah sakit adalah karena sesak napas

dan batuk-batuk sedangkan nyeri dada tidak di temukan

pada Ny. A.

2) Keluhan saat pengkajian

Secara teori keluhan utama saat di kaji pada pasien TBC

dapat berupa sesak napas batuk dan nyeri dada. Hal ini

hampir sesuai dengan keluhan Ny. A pada saat di kaji

meskipun nyeri dada tidak di rasakan.

b. Riwayat Kesehatan yang lalu

Pada riwayat kesehatan Ny. A terdahulu tidak mempunyai

riwayat penyakit tuberkulosis paru, Ny. A hanya pernah

mengalami gastritis lima tahun yang lalu. Hal ini tidak sesuai

dengan teori yang mana menurut teori pasien dengan

tuberculosis paru biasanya memiliki riwayat penyakit

tubekulosis paru sebelumnya.

95
96

c. Riwayat kesehatan keluarga

Menurut teori tuberkulosis paru dapat di tularkan melalui

droplet infection sedangkan pada semua anggota keluarga yang

tinggal dalam satu rumah tidak ada yang menderita penyakit

tuberculosis paru seperti Ny. A. Hal ini tidak sesuai dengan

teori.

d. Pemeriksaan fisik

Pada teori dengan tuberkulosis paru dapat menyebabkan

dampak terhadap sistem tubuh yang lain. Terhadap sistem

pernapasan akan di temukan pola nafas yang terganggu, nyeri

dada, suara napas terdengar ronchi, penggunaaan otot-otot

pernapasan, frekuensi napas cepat, kemudian sistem

kardiovaskuler akan di temukan penurunan tekanan darah,

pucat, konjungtiva anemia, tacichardi, perubahan jumlah

leukosit. Selanjutnya terhadap sistem gastrointestinal akan di

temukan mual dan anoreksia. Pada sistem perkemihan dapat di

temukan jumlah urin output menurun. Pada sistem

muskuloskletal akan di temukan nyeri sendi dan nyeri pada

tulang. Pada sistem persarafan akan terjadi meningitis akibat

penurunan kesadaran dan pada sistem integumen di temukan

fluktuasi suhu pada malam hari, kulit tampak berkeringat dan

perasaan panas pada kulit. Sedangkan pada kasus Ny. A di

96
97

temukan adanya pola napas yang terganggu, adanya ronchi,

retraksi dada (penggunaan otot-otot pernapasan) meskipun tidak

ditemukan adanya nyeri dada. Pada sistem kardiovaskuler pada

Ny. A tidak di temukan adanya penurunan tekanan darah yaitu

TD 120/80 mmhg, tidak pucat, konjungtiva ananemis, leukosit

8600 ribu/ dl, namun di temukan adanya tacichardi dengan

frekuensi nadi 96x/ menit. Pada sistem gastroentistinal pada Ny.

A di temukan adanya mual dan anoreksia. Pada sistem

perkemihan pada Ny. A ditemukan adanya penurunan urin

output karena intake cairan peroral yg tidak adekuat. Pada

sistem muskuloskeletal pada Ny. A tidak ditemukan adanya

nyeri sendi n nyeri tulang akan tetapi pasien mengeluh badan

terasa lemas. Pada sistem persarafan pada Ny.A tidak ditemukan

meningitis dan penurunan kesadaran karena pasien masih dalam

keadaan compos mentis. Pada sistem integumen pada Ny. A

ditemukan fluktuasi suhu pada malam hari,pasien sering

berkeringat dingin,dan merasa panas pada kulit.

2. Diagnosa Keperawatan

Pada kasus Ny.A ada beberapa diagnosa keperawatan yang tidak muncul

dan ada pula diagnosa keperawatan yang muncul sesuai dengan teori, dan

ada juga diagnosa keperawatan yang tidak sesuai dengan teori. Diagnosa

keperawatan yang tidak muncul pada kasus Ny. A adalah Resiko

97
98

kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan luas

permukaan paru. Diagnosa ini tidak muncul karena pada Ny. A

pengembangan paru kiri dan kanan maksimal dan intervensi dari masalah

ini sudah tercantum pada diagnosa tidak efektifnye bersihan jalan napas.

Kemudian diagnosa kurang pengetahuan berhubungan dengan

keterbatasan kognitif, tidak lengkapnya informasi yang ada,penulis

mengaplikasikannya pada diagnosa keperawatan lain.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny. A tetapi

tidak sesuai dengan teori yaitu gangguan rasa aman cemas berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit,diagnosa ini muncul

karena didapatkan data bahwa Ny. A merasa cemas dan belum mengerti

tentang penyakitnya.

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan tindakan keperawatan yang di susun pada kasus Ny. A

berdasarkan kepada masalah yang di dapatkan dari hasil analisa data,

rencana tersebut disesuaikan dengan keadaan pasien dan keluarganya

serta disusun bedasarkan prioritas. Rencana tindakan keperawatan yang

disusun diprioritaskan untuk mengatasi :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

penumpukan secret dengan rencana tindakan yang berupa kaji ulang

fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan

penggunaan otot pernapasan, catat kemampuan untuk mengeluarkan

98
99

secret atau batuk efektif, karakter, jumlah sputum dan adanya

hemoptisis, atur dan petahankan posisi semi fowler, obsrervasi

pemberian oksigen, monitor status oksigen pasien, lakukan fioterapi

dada,laksanakan program medis untuk pemberian terapi. Kemudian

ada intervensi keperawatan menurut teori yang tidak dilakukan yaitu

intubasi darurat karena akumulasi sekret tidak terjadi dirongga

pleura tetapi sekret terakumulasi di jalan napas. Tindakan suction

juga tidak dilakukan karena penulis mengajarkan tehnik batuk

efektif pada pasien untuk mengeluarkan secret yang terakumulasi

dan pasien mampu melakukannya dengan benar.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi dengan

rencana tindakan yang berupa buka jalan napas, posisikan pasien

untuk memaksimalkan ventilasi dengan posisi semi fowler.

c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan anoreksia dengan rencana tindakan berupa kaji adanya alergi

makanan,kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang

diberikan,monitor adanya penurunan berat badan,monitor tipe dan

jumlah aktivitas yang biasa dilakukan,monitor turgor

kulit,perubahan pigmentasi,kekeringan,rambut kusam dan mudah

patah,monitor adanya pucat,kemerahan dan kekeringan konjungtiva,

monitor interaksi dan lingkungan selama makan,monitor jumlah

nutrisi dan kandungan kalori,monitor kadar albumin, total

99
100

protein,Hb dan kadar Ht, berikan informasi tentang kebutuhan

nutrisi, ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian,

jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan, dan

kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diit pasien. Adapun

intervensi yang ada dalam teori tetapi tidak dilakukan pada pasien

yaitu mencatat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan

cavitas oral, dan mencatat adanya perubahan warna pada lidah

karena pada pasien tidak ditemukan adanya masalah tersebut.

Kemudian untuk memonitor pertumbuhan dan perkembangan juga

tidak dilakukan penulis karena pasien adalah pasien dewasa.

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk

menetap dengan rencana tindakan yaitu kaji adanya efek-efek

medikasi terhadap pola tidur,jelaskan pentingnya tidur yang

adekuat,fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur,dan

ciptakan lingkungan yang nyaman. Adapun intervensi yang ada pada

teori tetapi tidak dilakukan yaitu kolaborasi dalam pemberian obat

tidur.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dengan

rencana tindakan yaitu kaji tanda dan gejala yang menunjukkan

ketidaktoleransian terhadap aktivitas, buat jadwal latihan aktivitas

secara bertahap untuk pasien, berikan support dan libatkan keluarga

dalam program terapi, berikan reinforcemen untuk pencapaian

100
101

aktivitas sesuai program latihan, bantu pasien untuk

mengidentifikasi pilihan akivitas, batasi rangsangan

lingkungan,tentukan faktor penyebab kelelahan dan monitor respon

kardiorespiratory, ajarkan pada pasien dan keluarga tentang tehnik

perawatan diri yang meminimalkan konsumsi O2, bantu pelaksanaan

aktivitas fisik secara teratur, anjurkan pasien untuk makan dan

istrirahat yang cukup, tingkatkan pelaksanaan ROM pasif sesuai

indikasi,dan kolaborasi dengan ahli fisioterapi.

f. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang penyakit dengan rencana tindakan yaitu

identifikasi tingkat kecemasan, bantu pasien untuk mengnal sirtuasi

yang mmenimbulkan kecemasan, dororng pasien utnuk

mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi, intruksikan pasien

menggunakan tehnik relaksasi, berikan obat untuk mengurangi

kecemasan.

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang

telah dibuat,namun tidak mendapat hambatan dalam pelaksanaan

keperawatan karena faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan adalah

kooperatifnya pasien, kerjasama keluarga selama implementasi,

ketersediaannya sarana dan prasarana yang lengkap dari rumah sakit.

5. Evaluasi Keperawatan

101
102

Pada tahap evaluasi, penulis melakukan evaluasi secara formatif dan

sumatif. Evaluasi formatif dilakukan setiap selesai memberikan tindakan

keperawatan. Hasil dari evaluasi formatif menunjukkan bahwa semua

tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dapat mengurangi

atau mengatasi masalah pasien saat ini, sedangkan untuk evaluasi

sumatif, penulis melakukan pada hari terakhir setelah melakukan asuhan

keperawatan pada Ny.A. Pada evaluasi sumatif hari terakhir ditemukan

bahwa diagnosa keperawatan pada Ny. A dapat terselesaikan semuanya

dengan baik, hal ini disebabkan karena pasien dan keluarga sangat

kooperatif, kerja sama dengan perawat ruangan yang baik, dan kerja

sama dengan tenaga kesehatan yang lain, sehingga pelaksanaan asuhan

keperawatan hampir seluruhnya berjalan sesuai dengan rencana dan

tujuan .

Adapun data yang diperoleh dari evalusi terakhir adalah :

a. Pasien mengatakan batuk dan sesak nafas berkurang

b. Pasien mengatakan mual berkurang dan nafsu makan mulai

bertambah

c. Pasien mengatakan sudah dapat tidur nyenyak dan tidak sering

terbangun pada malam hari

d. Pasien mengatakan lemas berkurang dan sudah dapat melakukan

aktivitas dengan bantuan minimal

102
103

e. Pasien mengatakan cemas berkurang karena sudah mengerti tentang

penyakitnya dan program pengobatan tuberkulosis paru yang

dijalani

f. Pasien mengatakan sudah mengetahui tentang pencegahan dan

penyebaran penyakitnya

103
104

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis membahas mengenai kesimpulan dari rangkaian asuhan

keperawatan pada NY. A di ruang Melati RSUD dr. Rubini mempawah dan

saran mengenai penulisan makalah ini.

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny. A dengan

gangguan sistem pernapasan akibat Tuberkulosis Paru di Ruang Melati

RSUD dr . Rubini Mempawah penulis dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pada tahap pengkajian pada Ny. A dengan tuberkulosis paru keadaan

di dalam keluarga tidak ada yang menderita tuberkulosis paru dan

Ny. A juga tidak ada memiliki riwayat tuberkulosis paru sebelumnya

akan tetapi hanya memiliki riwayat penyakit gastritis 5 tahun yang

lalu. Pada pemeriksaan fisik terdapat kesenjangan antara teori dan

kasus di lapangan hal ini kemungkinan penyebabnya adalah respon

dari setiap individu yang unik dan jenis tuberkulosis paru yang

terjadi.

2. Diagnosa Keperawatan

104
105

Dari hasil analisa data masalah keperrawatan yang terjadi pada Ny.

A adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

penumpukan secret, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

hiperventilasi, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan anoreksia, gangguan pola tidur berhubungan

dengan sesak nafas dan batuk menetap, intoleransi aktifitas

berhubungan dengan kelemahan fisik, gangguan rasa aman cemas

berhubungan dengankurang pengetahuan tentang penyakit, resiko

tinggi infeksi terhadap penyebaran berhunungan dengan pertahanan

primer inadekuat dan malnutrisi.

3. Perencanaan

Pada perencanaan sesuai dengan diagnosa yang muncul, maka fokus

intervensi di arahkan untuk mengatasi gangguan ketidakefektifan

bersihan jalan nafas, pola nafas tidak efektif, ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan gangguan pola tidur, intoleransi

aktifitas, gangguan rasa aman cemas dan resiko tinggi terhdap

penyebaran. pada tahap ini penulis tidak mendapatkan hambatan

yang berarti karena berbagai faktor yang mendukumg yaitu keluarga

yang kooperatif dan banyaknya literatur yang dapat penulis gunakan.

105
106

4. Pelaksanaan

Seluruh tindakan keperawatan dapat di lakukan sesuai rencana yang

telah di susun dan penulis tidak mendapatkan hambatan yang berarti

dalam pelaksanaannya.

5. Evaluasi

Pada tahap evaluasi sebagian besar diagnosa keperawatan dapat

teratasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah di tentukan serta

sesuai dengan rencana dan tujuan akan tetapi dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan ini ada diagnosa yang belum teratasi secara

tuntas yaitu gangguan pemenuhan keutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, hal ini terjadi sifat kuman

dan efektifitas dari pengobatan TB paru dapat mempengaruhi sistem

gastroentestinal sehingga klien masih merasa mual.

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny. A engan TB

paru di ruang melati RSUD dr. Rubini mempawah, penulis dapat

memberikan saran sebagai berikut :

a. Sebaiknya pada saat melakukan pengkajian pasien dengan TB paru,

perawat dalam mendapatkan data dari pasien menggunakan tehnik

komunikasi yang terbuka, bekerja sama dengan keluarga pasien dan

106
107

memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia guna manedapatakan

data yang subjektif terus-menerus.

b. Sebaiknya petugas selalu mendokumentasikan tindkan yang di

berikan kepada pasien sebagai aspek legal tanggung jawab dan

tanggung gugat perawat.

107
108

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood dan Mukti, Abdul. 2006. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.

Surabaya : Airlangga University Press.

Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan

Media Aesculapius FKUI.

Depkes RI, 2005 dikutip Mutia, Anik. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan

Tentang Tuberkulosis dengan Kepatuhan Minum Obat di Puskesmas

Banyuanyar Surakarta. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PKU

Muhammadiyah : Surakarta

Jong, Wim dan Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.

KEMENKES RI, 2015. Temukan Obati sampai Sembuh. Pusat Data dan

Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar, Asuhan Keperawatan Klien Dengan

Gangguan Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan

berdasarkan diagnose medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta :

MediAction

Padilla. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha

Medika

108
109

Potter, Patricia. 2006. Buku Ajar Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktek.

Edisi 4. Jakarta : EGC.

Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.

Jakarta : ECG.

Sudoyo, Aru, dkk. 2009. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & NANDA. Edisi Revisi jilid 2. Jakarta : EGC.

Suriadi, 2006. Penyakit Tuberkulosis. Jakarta : Media Aesculapius.

WHO, 2006 dikutip Andita, Nomi. 2010. Hubungan Kinerja Pengawas Minum

Obat (PMO) dengan Kesembuhan Pasien TB Paru Kasus Baru Strategi

DOTS. Skripsi. Fakuktas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

109

Anda mungkin juga menyukai