Laporan Molal Parsial
Laporan Molal Parsial
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti mengenal adanya materi, baik materi
hidup maupun yang tidak hidup. Materi yang ada disekitar kita jarang sekali
ditemukan dalam bentuk murni, melainkan berasal dari campuran dua zat atau lebih.
suatu zat tersebut, kita perlu mengenal sifat-sifat parsialnya. Salah satu sifat parsial
yang ada yakni sifat molal parsial yang lebih mudah digambarkan dengan volume
molal parsial yaitu kontribusi pada volume dari satu komponen dalam sampel
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari air ataupun zat-zat kimia
yang lain. Setiap zat tersebut pasti memliki volume. Volume molal parsial biasanya
mencampurkan suatu zat tertentu dengan zat lain dalam temperatur tertentu, kita juga
Volume molal parsial adalah salah satu sifat dari suatu. Volume molal parsial
yang didefinisikan sebagai penambahan volume yang terjadi bila 1 mol komponen i
molal suatu larutan, dalam hal ini larutan natrium klorida.Dalam analisa ini, volume
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari metode
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan volume molal parsial
larutan natrium klorida sebagai fungsi konsentrasi dengan mengukur densitas larutan
Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan volume molal parsial larutan
natrium klorida dengan menghitung densitas larutan natrium klorida dengan variasi
TINJAUAN PUSTAKA
sifat molar parsial berhubungan dengan sifat ekstensif. Nilai molar parsial saling
berhubungan satu sama lain sebagai nilai total. Karena S1 , V1 , dan H1 adalah sifat
intensif yang memiliki nilai yang sama dimanapun di dalam sistem yang berada
penting tentang adanya interaksi zat terlarut dan zat pelarut serta strukturr zat terlarut
dalam larutan. Selain itu, volume molar parsial mempunyai kualitas penting dalam
analisis efek tekanan pada reaksi kimia. Baru-baru ini perkembangan teori molekul
volume molar parsial terutama model teori interaksi referensi cairan molekul dan
berat suatu zat dengan suatu metode gravimetri. Akurasinya sama dengan metode
gravimetri. Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri zat yang akan dianalisis
dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari
buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak di ketahui kemudian
dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi
samping. Selain itu, jika reagen penitrasi yang diberikan berlebih, maka harus dapat
diketahui dengan suatu indikator. Volume pada jumlah reagen yang ditambahkan
tepat sama dengan yang diperlukan untuk bereaksi sempurna (Khopkar, 1990).
Konsentrasi hasil reaksi jauh lebih besar daripada konsentrasi pereaksi, dalam
berada sebagai molekul pereaksi ataupun molekul hasil reaksi. Sifat intrinsik adalah
sifat materi yang tidak bergantung pada ukuran dan jumlah materi. Meskipun tak
hanya ada satu ungkapan umum yang ternyata konstan pada suatu temperatur tertentu
untuk suatu reaksi yang berada dalam kesetimbangan. Untuk reaksi umum dalam
larutan air, ungkapan ini disebut dengan tetapan kesetimbangan. Pada reaksi
Glew telah mendiskusikan dengan para ahli, bahwa dalam beberapa tahun
terakhir terdapat interaksi yang cukup besar dalam zat terlarut-pelarut encer yang
terlarut dalam bentuk klaster dalam sistem air etilena-glikol (Puri, dkk., 2002).
(15,5 oC) kemungkinan merupakan hasil dari reaksi yang tidak sempurna. Densitas
pagardengan kadar ester 99,6 % memiliki densitas sebesar 0,879 pada suhu 15 °C.
Densitas metil ester yang dihasilkan berkisar 0,846-0,884 g/cm3. Hasil analisis uji
sidik ragam menunjukkan tidak ada faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap
perubahan densitas. Densitas paling kecil adalah hasil perlakuan B1C1 pada proses
dua tahap (0,846 g/cm3), sedangkan yang paling besar pada perlakuan B2C2 pada
perlakuan satu tahap (0,884 g/cm3). Proses dua tahap secara teoritis dapat
meningkatkan pembentukan metil ester namun memiliki resiko oksidasi yang lebih
besar. Proses satu tahap menghasilkan respon viskositas dan densitas sedikit lebih
tinggi namun bilangan asamnya rendah. Proses satu tahap dipilih sebagai perlakuan
terbaik dikombinasikan dengan suhu 30 °C dan nisbah mol metanol 5:1 atau B1C3
Menggunakan data densitas (ρ) dan kecepatan suara (u), volume molal jelas,
k = [{1000 (ks-ko)}/mρo] + ks v
komprebilitas isentropik larutan dan pelarut yang dapat berhubungan dengan densitas
(ρ) dari larutan dan kecepatan suara (u) sesuai dengan adanya hubungan diantara
dapat dinyatakan sebagai fungsi sederhana dari muatan dan jari-jari kristal.
Hubungan ini menunjukkan bahwa, seperti halnya entropi dengan situasi yang sama
mungkin ada ion yang lebih kompleks (Couture dan Laidler, 1957).
Rasio mol dan konsentrasi molal m1 memiliki variasi yang sering digunakan
pada larutan. Pelarut menjadi komponen 1, dengan massa molar M1. Molalitas
komponen i adalah jumah mol i per satuan massa (kg) pelarut. Karena massa pelarut
adalah n1m1, maka jumlah mol zat terlarut per kilogram pelarut:
m1 =n1/n1M1 = ri/M1
Molalitas adalah rasio mol dikalikan dengan konstanta, 1/M1. Rasio mol dan
parsial contohnya garam dalam larutan. Metode yang berbeda secara internal sering
tidak disetujui dengan baik oleh para ahli. Secara umum diasumsikan bahwa ion
negatif tidak terhidrasi, misalnya Li+, 6; Na+, 4; K+, 2; Rb+, 1 (Castellan, 1983).
Molalitas (m) adalah jumlah mol zat terlarut per satuan massa pelarut
sedangkan molaritas (M) adalah jumlah mol zat terlarut per satuan volume. Jumlah
tersebut diukur dari segi molalitas zat terlarut. Volume larutan akan mengalami
massa pelarut
jumlah mol zat terlarut adalah sama dengan mol zat terlarut dibagi dengan massa
Molalitas adalah mol zat terlarut per kilogram pelarut (mol.kg-1). Molalitas
molar dan molalitas adalah dalam hal volume larutan. Molalitas didefinisikan sebagai
massa pelarut. Perbedaan yang perlu diingat adalah bahwa konsentrasi molar
bervariasi. Untuk larutan encer dalam air, nilai-nilai numerik dari molaritas dan
1 kg ,untuk larutan air terkonsentrasi dan untuk semua larutan dengan kerapatan yang
Sifat ekstensif adalah sifat materi yang bergantung pada jumlah dan ukuran
materi.Massa, tekanan, dan volume adalah contoh sifat ekstensif.Sifat materi intensif
adalah sifat materi yang tidak bergantung pada jumlah dan ukuran materi, contohnya
Kenaikan entropi lebih besar pada suhu yang lebih rendah, entropi Joule per
Kelvin (J.K-1). Entropi adalah materi yang ukurannya luas. Jika entropi berhubungan
dengan entropi molar yaitu materi intensif, maka akan menjadi Joule Kelvin per mol
komposisi campuran cairan atau padatan terlarut dalam cairan yaitu konsentrasi
molar yang digunakan ketika perlu mengetahui jumlah zat terlarut dalam sampel
volume yang diketahui dari solusi, fraksi mol, dan molalitas yang digunakan ketika
perlu mengetahui jumlah relatif dari zat terlarut dan molekul pelarut dalam sampel
Dapat diantisipasi bahwa potensi kimia suatu materi harus meningkat dengan
adanya konsentrasi karena semakin tinggi konsentrasi, maka semakin besar potensi
kimianya. Diterapkan strategi untuk mengubah persamaan yang bekerja untuk gas
kepersamaan yang bekerja untuk cairan. Berikut ini, digunakan J untuk menunjukkan
zat pada umumnya, A untuk menunjukkan pelarut, dan b suatu zat terlarut. Di sinilah
Energi dan kapasitas panas memiliki sistem yang luas. Kapasitas panas
merupakan kapasitas per mol (C). Materi intensif adalah jumlah materi yang sudah
diketahui. Jika kapasitas panas dari sistem adalah konstan, maka dapat dihitung
digunakan, terutama jika adanya perubahan suhu yang (ΔT) tidak terlalu besar.
Selama rentang waktu yang singkat dari suhu kapasitas panas dan dari zat yang tidak
METODE PERCOBAAN
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah pipet tetes, bulb, pipet
volume 50 mL, piknometer 25 mL, gelas kimia 250 mL dan 600 mL, labu semprot,
batang pengaduk, labu ukur 100 mL, termometer 100 oC, dan neraca analitik.
0,75 M; 0,375 M dan 0,1875 M. Piknometer kosong yang bersih dan kering
ditutup rapat, dan bagian luarnya dikeringkan dengan menggunakan tissue roll, lalu
ditimbang kembali dan bobotnya dicatat. Suhu akuades diukur dan dicatat. Isi
piknometer diganti dengan larutan NaCl mulai dari konsentrasi rendah yaitu
dicatat bobotnya. Setiap pengantian larutan, piknometer harus dibilas beberapa kali
Takuades = 28,3 ˚C
Tabel Pengamatan
4.2 Perhitungan
Tabel Perhitungan
W We
d d0
Wo We
27,0739
d1 0,996147 g/cm 3
25,0013
26,0489
d2 0,996147 g/cm 3
25,0013
25,5206
d3 0,996147 g/cm 3
25,0013
25,2587
d4 0,996147 g/cm 3
25,0013
25,1245
d5 0,996147 g/cm 3
25,00163
1
m
d BM
M 1000
1
m1
1,0787 58,5
3 1000
3,3212 mmol/g
1
m2
1,0379 58,5
1,5 1000
1,5788 mmol/g
1
m3
1,0168 58,5
0,75 1000
0,7709 mmol/g
1
m4
1,0064 58,5
0,375 1000
0,3809 mmol/g
1
m5
1,0011 58,5
0,1875 1000
0,1894 mmol/g
1 1000 W Wo
BM
d m Wo We
1 1000 2,0726
φ1 58,5 31,0923 cm 3 / mol
1,0787 3,3212 25,0013
1 1000 1,0476
φ2 58,5 30,7927 cm 3 / mol
1,0379 1,5788 25,0013
1 1000 0,5190
φ3 58,5 31,0349 cm 3 / mol
1,0168 0,7709 25,0013
1 1000 0,2574
φ4 58,5 31,2706 cm 3 / mol
1,0064 0,3809 25,0014
1 1000 0,1231
φ5 58,5 32,4467 cm 3 / mol
1,0011 0,1904 25,0013
Φ regresi
NaCl (M) m (mmol/g) √m (x) Φ (cm3/mol)
(mmol/g)
Grafik Hubungan Ф Vs √m
33
33
y = -0,7405x + 32,0693
Ф (cm3/mol)
32 R² = 0,3983
32
31
31
0 0.5 1 1.5 2
√m
y = ax + b
y = -0,7405x + 32,0693
∆y 31,7470 - 30,7198
Slope = a = tan α = = = -0,7405 cm3/mol
∆x 0,4352-1,8224
Pada percobaan ini, larutan yang digunakan adalah larutan NaCl 3 M yang
labu ukur 100 mL, lalu ditambahkan akuades hingga batas tanda labu lalu
besar penambahan volume larutan yang terjadi pada berbagai variasi konsentrasi
kering dan bersih ditimbang dalam keadaan kosong. Kemudian, piknometer diisi
dengan akuades dan ditimbang kembali. Sebelum ditimbang, bagian luar piknometer
harus dikeringkan agar pada saat penimbangan bobot akuades tidak dipengaruhi oleh
akuades dibagian luar piknometer. Suhu akuades kemudian diukur dan dicatat. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui densitas air dengan tepat. Setelah akuades ditimbang,
isi piknometer diganti dengan larutan NaCl dimulai dengan konsentrasi paling kecil
ke konsentrasi paling besar dengan urutan 0,1875 M; 0,375 M; 0,75 M; 1,5 M dan
3 M. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan kesalahan pada saat penentuan densitas
larutan NaCl karena semakin pekat suatu larutan maka semakin besar densitas
larutan tersebut. Setiap penggantian larutan, piknometer harus dibilas dengan larutan
yang akan dipergunakan. Pembilasan dilakukan agar tidak terdapat zat lain pada saat
1,0787 g/cm3; 1,0379 g/cm3; 1,0168 g/cm3; 1,0064 g/cm3 dan 1,0011 g/cm3. Setelah
nilai densitas diperoleh, maka molalitas dan volume molal parsial larutan NaCl dapat
larutan NaCl dengan konsentrasi NaCl 3 M; 1,5 M; 0,75 M; 0,375 M dan 0,1875 M
berturut-turut 3,3212 mmol/g; 1,5788 mmol/g; 0,7709 mmol/g; 0,3809 mmol/g dan
0,1894 mmol/g. Nilai volume molal parsial berdasarkan hasil pengolahan data untuk
larutan NaCl dengan konsentrasi NaCl 3 M; 1,5 M; 0,75 M; 0,375 M dan 0,1875 M
semakin kecil pula konsentrasi larutan tersebut dalam molal. Tetapi hal tersebut tidak
berlaku pada volume molal parsialnya. Karena seperti yang dapat diamati pada grafik,
nilainya tidak beraturan, maka perlu dilakukan regresi. Adapun nilai volume molal
kesalahan dalam proses praktikum seperti kesalahan pada saat proses pengenceran
sehingga konsentrasi larutan tidak tepat, ataupun kesalahan pada saat menimbang
piknometer.
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
agar setiap meja praktikan memiliki tempat pembuangan untuk mencuci alat
laboratorium.
bersahabat dengan praktikan, sehingga praktikan juga merasa senang dan harus
Barbosa, E.F.G., dan Lamprela, I.M.S., 1985, Partial Molal Volume of Amines in
Benzene Spesific Interactions, Can. J. Chemistry (online), 64 (1986), 387-393,
(http://nrcresearchpress.com, diakses pada tanggal 18 Maret 2014 pukul 21.45
WITA).
Brady, J.E., 1999, Kimia Universitas Asan dan Struktur, Edisi Kelima, Jilid Pertama,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Buzatu, D., Buzatu, F.D., dan Sartorio, R., 2008, Partial Molar Volumes and
Diffusion Coefficients for Ternary System Water-Chloroform-Acetic Acid at
25 oC for Different Choices of Solvent, U.P.B. Sci. Bull Series A (online), 40
(4), 103-110, (http://scientificbulletin.upb.ro, diakses pada tanggal 18 Maret
2014 pukul 22.20 WITA).
Chen, C.T., Emmet, R.T., dan Millero, F.J., 1977, The Apparent Molal Volumes of
Aqueous Solution of NaCl, KCl, MgCl2, Na2SO4, dan MgSO4 from 0 to 1000
Bars at 0,25 dan 50 oC, Journal of Chemical and Engineering Data (online),
22 (2), 201-206, (http://mgac.nsysu.edu.tw, diakses pada tanggal 18 Maret 2014
pukul 22.10 WITA).
Dogra, S.K., dan Dogra, S., 1990, Kimia Fisik dan Soal-Soal, UI-Press, Jakarta.
Millero, F.J., 1970, The Apparent and Partial Molal Volume of Aqueous Sodium
Chloride Solutions at Various Temperatures,The Journal of Principal
Chemistry(online),74 (8), 356-362, (http://southalabama.edu, diakses pada
tanggal 18 Maret 2014 pukul 21.20 WITA).
Petrucci, R.H, 1999, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Edisi Keempat,
Erlangga, Jakarta.
Sumangat, D., dan Hidayat T., 2008, Karakteristik Metil Ester Minyak Jarak Pagar
Hasil Proses Transferifikasi Satu dan Dua Tahap, J. Pascapanen (online), 3
(2), 18-26, (http://pascapanen.litbang.deptan.go.id, diakses pada tanggal 18
Maret 2014 pukul 22.05 WITA).
Taba, P., Kasim, A.H., dan Zakir, M., 2014, Penuntun Praktikum Kimia Fisika,
Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.
LEMBAR PENGESAHAN
Asisten Praktikan
NaCl 3M
Data
Lampiran 2. Foto Percobaan
Gambar 1. Piknometer
Tabel Data
x (√m ) y (φ (cm3/mol)) x2 xy
a
yx 2 x xy
n x 2 x
2
(156,6372)(6,16951545) (5,0093)(156,0233014)
5(6,16951545) (5,0093) 2
966,3756254 781,5675237
30,84757725 25,09308649
32,0693
5(156,0233014) (5,0093)(156,0233014)
5(6,16951545) (5,00923) 2
780,616507 781,5675237
30,84757725 25,09308649
0,9510167
0,7405
5,75449076
y= bx + a = -0,7405x + 32,0693
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA
PERCOBAAN VI
PENENTUAN VOLUME MOLAL PARSIAL