Anda di halaman 1dari 18

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa LAPSUS

Fakultas Kedokteran Oktober 2016


Universitas Hasanuddin

SIKLOTIMIA
(F34.0)

Disusun oleh:
David C Haurissa
C111 12 142

Pembimbing :
dr. A. Tenri Padad

Supervisor :
Dr.dr.Saidah Syamsuddin, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : David C Haurissa


NIM : C11112142
Judul Laporan Kasus : Siklotimia (F34.0)
Judul Referat : Disfungsi Seksual
Telah Menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar, Oktober 2016

Mengetahui

Supervisor Pembimbing

Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ dr. A. Tenri Padad


LAPORAN KASUS
SIKLOTIMIA (F34.0)

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Usia : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kendari, Sulawesi Tenggara

LAPORAN PSIKIATRIK
Diperoleh dari catatan medis dan autoanamnesis.
Dilakukan pada:
Hari, tanggal : Senin, 10 Oktober 2016
Tempat : Poli Jiwa RS Wahidin Sudirohusodo

I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama
Sedih
B. Riwayat Gangguan sekarang
Pasien merasa sedih kurang lebih sejak tahun 2011. Sedih bermula
ketika kedua orang tua meninggal dunia. Pasien sering merasa sedih
hingga menangis ketika pasien mendengar atau melihat seseorang yang
bercerita tentang orang tua pasien yang telah meninggal. Sedih bertambah
ketika anak perempuan pasien yang berkuliah di Makassar diusir dari
rumah pamannya dimana pamannya adalah adik bungsu dari pasien
sendiri. Hal tersebut terjadi pada tahun 2013. Peristiwa tersebut terjadi
pada malam hari ketika anak pasien ingin meminta izin untuk mengikuti
kegiatan pelantikan PMI. Anak pasien yang diusir dari rumah melaporkan
peristiwa ini kepada orang tuanya yang sedang berada di Sulawesi
Tenggara. Menurut istri pasien, pada tahun 2015 sikap pasien mulai
berubah. Pasien menjadi lebih mudah marah dan cepat tersinggung. Pada
bulan Juli tahun 2016 pasien mengeluh adanya rasa pahit pada mulut. Hal
ini diperberat ketika pasien merasa haus. Pada waktu yang bersamaan
pasien merencanakan syukuran wisuda anak perempuannya yang
rencananya akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 mendatang.
Pasien merasa dilemma apakah dia harus mengundang adik bungsunya
tersebut atau tidak.
Pasien masih aktif bekerja, pasien kadang merasa lelah tapi tidak
terus menerus. Konsentrasi pasien menurun oleh karena pasien terkadang
hanya tidur 3 jam saja karena pasien sangat semangat dalam bekerja.
Harga diri dan kepercayaan diri pasien baik. Tidak ada gagasan tentang
rasa bersalah, tidak ada pandangan akan masa depan yang suram, tidak ada
riwayat ingin bunuh diri. Nafsu makan baik, pasien merasa tidur tidak
terganggu walaupun hanya tidur ± 3 jam.
Tidak ada hendaya alam bidang sosial, pekerjaan, dan dalam waktu
senggang. Faktor stressor psikososial pasien adalah hubungan pasien
dengan adik bungsunya.
Riwayat keluarga dengan gejala yang sama tidak ada. Riwayat
berobat ke dokter jiwa tidak ada. Pasien menyangkal adanya infeksi,
trauma dan kejang sebelumnya.Serta pasien menyangkal adanya
penggunaan obat-obatan terlarang, merokok serta menggunakan alkohol.

C. Riwayat Kehidupan Pribadi


Pasien lahir pada tanggal 31 Juli 1959 di rumah dan dibantu oleh
dukun, pasien lahir normal, cukup bulan. Pada saat dikandungan ibu
pasien dalam keadaan sehat Pasien mendapat ASI. Pasien cepat tangkap,
berprestasi, pertumbuhan dan perkembangan prenatal dan perinatal baik.
Pada masa kanak awal, perkembangan pasien seperti berjalan,
berbicara, perkembangan bahasa dan perkembangan motorik berlangsung
baik. Pasien sering bermain dengan teman seusianya. Tiadak ada masalah
perilaku yang menonjol. Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya.
Pasien tinggal bersama orang tua, cukup ,mendapatkan perhatian
dan kasih saying. Pada masa kanak pertengahan, hubungan pasien dengan
saudaranya baik. Pada usia 6 tahun pasien masuk sekolah dasar. Selama
melakukan pendidikan di sekolah dasar, pasien termasuk siswa yang rajin
dan disiplin. Hubungan pasien dengan teman-temannya baik.
Pada masa kanak akhir dan remaja, pasien dapat mengikuti
pelajaran di sekolah dengan baik. Pasien melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada usia 12 tahun. Pasien termasuk
siswa yang rajin dan disiplin. Kemudian pasien melanjutkan ke Sekolah
Menengah Atas (SMA) pada usia 15 tahun. Pada watu SMA, pasien
merupakan siswa yang rajin dan berprestasi. Lalu pasien melanjutkan
sekolah ke jenjang perguruan tinggi (S1) pada usia 18 tahun. Pasien mudah
bergaul dan memiliki banyak teman.
Pada masa dewasa, setelah lulus dari jenjang perguruan tinggi (S1),
pasien bekerja sebagai guru di salah satu Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Pasien menikah saat ia berusia 30 tahun dan memiliki seorang
anak perempuan. Pasien beragama islam dan menjalankan ibadah agama
dengan cukup baik. Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum. Pasien
dikenal sebagai orang yang biasa saja dan memiliki cukup banyak teman.
D. Riwayat Kehidupan Keluarga

 Pasien merupakan anak ke 2 dari 8 bersaudara


(♀,♂,♀,♂,♀,♀,♀,♂)
 Hubungan dengan anggota keluarga baik.
 Pasien telah menikah, dan memiliki 1 anak (♀).
 Pasien tinggal bersama istri dan anaknya.
 Tidak ada riwayat keluhan yang sama dalam keluarga pasien.

E. Situasi Sekarang
Saat ini pasien tinggal bersama istri dan anaknya. Hubungan dengan
keluarga saat ini dalam keadaan baik.

F. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien merasa dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan.

II. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
a) Penampilan: Tampak seorang laki-laki memakai baju kemeja berwarna
biru, celana panjang kain berwarna hitam, perawakan sedang, wajah sesuai
umur, perawatan diri baik.
b) Kesadaran: Baik
c) Perilaku dan aktivitas psikomotor: Tenang
d) Pembicaraan: Spontan, lancar, intonasi biasa
e) Sikap terhadap pemeriksa: Kooperatif

B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati dan Perhatian


a) Mood: Sedih
b) Afek: Ekspresi: Hipotimia
Keserasian: Appropriate
c) Empati: Dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan: Sesuai dengan
tingkat pendidikan.
2. Daya konsentrasi: Baik
3. Orientasi
- Waktu : Baik
- Tempat : Baik
- Orang : Baik
4. Daya ingat:
- Jangka Panjang : Baik
- Jangka Pendek : Baik
- Jangka Segera : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Beternak sapi
7. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak di temukan
2. Ilusi : Tidak ditemukan
3. Depersonalisasi : Tidak ditemukan
4. Derealisasi : Tidak ditemukan
E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas : Relevan, Koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran
a. Pre-okupasi : Tidak ada
b. Gangguan isi pikiran : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls
Baik
G. Daya Nilai
- Norma sosial : Baik
- Uji daya nilai : Baik
- Penilaian realitas : Baik
H. Tilikan (Insight)
Derajat VI: pasien menyadari sepenuhnya tentang dirinya disertai motivasi
untuk mencapai perbaikan
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


1. Status Internus :
Kesadaran komposmentis (GCS E4M6V5), tekanan darah 200/130 mmHg,
Nadi 84 kali/menit, Pernapasan 22 kali/menit, suhu 36,2oC. Konjungtiva tidak
anemis, skelera tidak ikterus, jantung paru abdomen dalam batas normal,
ekstermitas atas bawah tidak ada kelainan.
2. Status Neurologis
Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), kernig’s sign (-), pupil bulat
isokor 2,5 mm / 2,5 mm, refleks cahaya (+/+), fungsi motorik dan sensorik
keempat ekstremitas dalam batas normal. Tidak ditemukan refleks patologis.

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang pasien umur 57 tahun datang ke Poli Jiwa RSWS. Keluhan
utama pasien merasa sedih yang dialami sejak tahun 2011. Sedih bermula
ketika kedua orang tua meninggal dunia. Pasien sering merasa sedih hingga
menangis ketika pasien mendengar atau melihat seseorang yang bercerita
tentang orang tua pasien. Sedih bertambah ketika pada tahun 2013 anak
perempuan pasien yang berkuliah di Makassar diusir dari rumah pamannya.
Peristiwa tersebut terjadi pada malam hari ketika anak pasien ingin meminta
izin untuk mengikuti kegiatan pelantikan PMI. Kemudian anak pasien
melaporkan peristiwa ini kepada orang tuanya yang sedang berada di
Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2015 sikap pasien mulai berubah. Pasien
menjadi lebih mudah marah dan cepat tersinggung. Pada bulan Juli tahun
2016 pasien mengeluh adanya rasa pahit pada mulut. Hal ini diperberat ketika
pasien merasa haus. Pada waktu yang bersamaan pasien merencanakan
syukuran wisuda anaknya. Pasien merasa dilemma apakah dia harus
mengundang adik bungsunya tersebut atau tidak.
Dari pemeriksaan status mental, Tampak seorang laki-laki memakai
baju kemeja berwarna biru, celana panjang kain berwarna hitam, perawakan
sedang, wajah sesuai umur, perawatan diri baik. Kesadaran baik dan aktifitas
psikomotor tenang. Pembicaraan spontan, lancar, intonasi biasa dan sikap
terhadap pemeriksa kooperatif. Mood sedih, afek hipotimia, empati dapat
dirabarasakan. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai
dengan tingkat pendidikan. Daya konsentrasi, orientasi, daya ingat, pikiran
abstrak baik serta kemampuan menolong diri baik. Tidak didapatkan
gangguan persepsi berupa, halusinasi, ilusi, depersonalisasi, derealisasi. Arus
pikiran produktivitas cukup, kontinuitas relevan dan koheren, hendaya
berbahasa tidak ada. Isi pikiran pre-okupasi tidak ada. Gangguan isi pikir,
pengendalian impuls tidak terganggu. Norma sosial, uji daya nilai, penilaian
realitas tidak terganggu. Tilikan derajat VI, pasien menyadari sepenuhnya
tentang dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan. Taraf dapat
dipercaya.
V. FURMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental, ditemukan
adanya gejala klinis berupa sedih. Keadaan ini menyebabkan pasien dan
keluarga merasa terganggu (distress), sehingga sulit melakukan aktivitas
seperti biasa (diability) oleh karena dapat digolongkan sebagai Gangguan
jiwa. Karena tidak ada hendaya dalam menilai realita, sehingga pasien
digolongkan dengan Gangguan Jiwa Non Psikotik. Berdasarkan hasil
pemeriksaan status internus dan pemeriksaan neuro tidak ditemukan kelainan
organik sehingga dapat dikategorikan Gangguan Jiwa Non Organik.
Pasien merasa sedih dari tahun 2011 terutama apabila mengingat
peristiwa-peristiwa yang sangat tidak ia sukai, tetapi kadangkala apabila
pasien melupakan hal tersebut, pasien menjadi sangat bersemangat dalam
bekerja hingga tidur pasien berkurang tapi hal tersebut tidak membuat pasien
terganggu, maka berdasarkan PPGDJ III termasuk dalam Ganguan Suasana
Perasaan (Mood [Afektif]) Menetap (F34). Gangguan suasana perasaan
pada pasien ini menyebabkan pasien merasa sedih dan bila pasien melupakan
sedihnya maka pasien dapat kembali bersemangat lagi untuk melakukan
aktivitas, sehingga dapat didiagnosis menjadi Siklotimia (F34.0). Dari
informasi didapatkan pasien merupakan orang yang aktif dan mudah bergaul,
kepribadian pasien tidak tergolong kepribadian khas pada PPDGJ III (F60.9).
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Siklotimia (F34.0)
Axis II
kepribadian pasien tidak tergolong kepribadian khas (F60.9)
Axis III
Tidak ada diagnosa
Axis IV
Stressor psikososial pasien adalah hubungan pasien dengan saudaranya
Axis V
GAF Scale 90-81 (Berupa gejala minimal, tidak ada disabilitas)

VII. DAFTAR PROBLEM


 Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, namun diduga
terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka dari itu pasien
memerlukan farmakoterapi
 Psikologik
Ditemukan adanya gangguan afektif (mood)
 Sosial
Tidak ditemukan

VIII. RENCANA TERAPI


- Psikofarmakoterapi :
 R/ Fluoxetine 20 mg (0-0-1)
- Psikoterapi Supportif :
 Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa
lega.
 Konseling : memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien
sehingga dapat membantu pasien dalam memahami penyakitnya dan
bagaimana cara menghadapinya dan menganjurkan untuk berobat
teratur.
 Sugestif : menanam kepercayaan dan meyakinkan bahwa gejalanya
akan hilang dengan meningkatkan motivasi diri pasien.
 Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien
dan orang-orang disekitarnya sehingga mereka dapat memberikan
dukungan moral dan menciptakan lingkungan yang kondusif agar
dapat membantu proses penyembuhan.

IX. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
 Faktor pendukung:
- Pasien datang sendiri untuk berobat dan ingin sembuh
- Dukungan dari keluarga yang baik untuk kesembuhan pasien
- Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
 Faktor penghambat:
- Stressor masih berlangsung

X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya, menilai
efektivitas terapi serta kemungkinan terjadinya efek samping yang tidak di
inginkan
XI. DISKUSI
Siklotimia (F34.0):
Gangguan penyesuaian didefinisikan sebagai gejala-gejala emosional atau
perilaku yang bermakna secara klinis dan terjadi sebagai respons terhadap
satu atau lebih stresor yang nyata. Menurut Buku Ajar Psikiatri FKUI, gejala-
gejala timbul dalam 3 bulan terjadinya stresor dan menghilang dalam waktu 6
bulan setelah tidak ada stresor. Gangguan ini dapat dijumpai pada semua
usia. Gangguan penyesuaian diperkirakan tidak akan terjadi tanpa adanya
stresor. Walaupun adanya stresor merupakan komponen esensial dari
gangguan penyesuaian, namun stres adalah salah satu dari banyak faktor yang
menentukan berkembangnya, jenis dan luasnya psikopatologi.Seperti pada
kebanyakan gangguan jiwa, penyebab gangguan penyesuaian tidak
diketahui.Gangguan penyesuaian dipengaruuhi oleh tiga faktor, yaitu faktor
genetik, faktor biologik dan faktor psikososial.Kriteria diagnosisnya dapat
menggunakan DSM-V dan Pedoman Diagnostik PPDGJ-III.Karakteristik dari
gangguan penyesuaian adalah suatu perubahan penting dalam kehidupan,
yang menimbulkan situasi tidak nyaman yang berkelanjutan.

Diagnosis:
Diagnosis menurut DSM-V
Kriteria Diagnostik 301,13 (F34.0)
A. Gejala minimal 2 tahun (minimal 1 tahun pada anak-anak dan remaja),
periode dengan gejala hipomania yang tidak memenuhi kriteria untuk
hypomanik, gejala depresi yang tidak memenuhi kriteria untuk episode
depresi mayor.
B. Selama 2 tahun, (1 tahun pada anak-anak dan remaja), gejala depresi telah
hadir setidaknya setengah dari periode diatas dan individu mengalami
episode tanpa gejala selama tidak lebih dari 2 bulan pada periode tersebut.
C. Tidak memenuhi kriteria untuk depresi, manik, atau episode hypomania.
D. Gejala dalam Kriteria A tidak bisa dijelaskan sebagai gangguan skizoafektif,
skizofrenia, gangguan schizophreniform, gangguan delusi, atau lainnya yang
ditentukan atau tidak ditentukan
E. Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis lain (misalnya,
hipertiroidisme).
F. Gejala menyebabkan penderitaan atau gangguan klinis yang signifikan dalam
sosial, pekerjaan.
Pada pasien ini menunjukkan bahwa pasien mengalami gangguan
penyesuaian yang ditandai dengan adanya krisis kehidupan dimana 2 bulan
yang lalu istrinya kembali sulit tidur meskipun sudah minum obat dan
menjadi uring-uringan setelah sebelumnya membaik dengan pengobatan dari
psikiater swasta. Hal ini menyebabkan pasien cemas dan sulit tidur sehingga
terjadi penurunan minat dalam menjalani aktivitas sebari-hari.Dari uraian
diatas, dapat disimpulkan pasien mengalami Gangguan Penyesuaian Reaksi
Campuran Anxietas dan Depresi (F43-22).
Diferensial diagnosis dari siklotimia menurut DSM-V antara lain adalah :

- Bipolar dan gangguan yang dihubungkan karena kondisi medis lain


dan gangguan depresi karena kondisi medis lain.
- Bipolar yang diinduksi zat/pengobatan dan depresi yang diinduksi oleh
zat/pengobatan.
- Bipolar I dengan siklus yang cepat, dan Bipolar II dengan siklus yang
cepat.
- Gangguan kepribadian borderline.

Pasien diberikan alprazolam 0,5mg, karena alprazolam efektif untuk


mengatasi manifestasi yang terjadi pada pasien ini yaitu cemas, “onset of
action” lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti depresi.Alprazolam
adalah suatu golongan bezodiazepin yang mempunyai resiko terapeutik lebih
tinggi dan lebih kurang menimbilkan addiksi dengan toksitas yang rendah,
dibandingkan dengan mepromabate atau phenobarbital.Golongan
benzodiazepine merupakan drug of choice dari semua obat yang mempunyai
efek anti anxietas disebabkan spesifitas dan keamanannya.
Gejala anxietas disebabkan oleh hiperaktivitas dari sistem limbik pada
sistem saraf pusat yang terdiri dari neuron dopaminergik, noradrenergik, dan
serotoninergik yang tidak dapat dikendalikan oleh neuron GABA-nergik
sebagai neurotransmitter penghambat.Neuron GABA-nergik tidak dapat
mengendalikan aktivitas neurotransmitter tersebut karena hilangnya neuron
GABA-nergik. Obat anti anxietas seperti benzodiazepine beraksi dengan
reseptornya dan akan menguatkan aksi neuron GABA-nergik sebagai
neurotransmitter penghambat sehingga hiperaktivitas sistem neuron
dopaminergik, noradrenergik, dan serotoninergik akan mereda. Pasien juga
diberikan Fluoxetine 10 mg yang diminum setiap pagi untuk memperbaiki
mood pasien sehingga pasien lebih bersemangat dalam menjalani
hari.Fluoxetine merupakan anti depresan golongan Selective Serotonin
Reuptake Inhibitor (SSRI). Diberikan pada pasien ini, mengingat efek
samping minimal dan usia pasien yang menjelang lanjut (usia pasien 60
tahun).
Prognosis pada pasien ini adalah bonam karena faktor stressor
psikososialnya jelas, dan mendapat dukungan dari keluarga serta pasien
memiliki keinginan untuk sembuh dan faktor penghambat yang minimal.
XII. DAFTAR PUSTAKA
- Elvira Sylvia D., Hadisukanto Gitayanti. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke-2.
Jakarta: FKUI; 2015
- Harold I Kaplan, Benjamin J Sadock, Jack A Grebb, 2015. Synopsis of
Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry 11th Edtion. New York.
- Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III.Jakarta : PT. Nuh Raya: 2001.
- American Psychiatric Association. Diagnosis and Statistical Manual of Mental
Disorder, 5th ed, Washington, DC; American Psychiatric Association, 2013,
p139-141.
AUTOANAMNESIS
Keterangan :
DM : Pemeriksa (Dokter muda)
P : Penderita
DM : ‘Selamat pagi pak’
P : ‘Pagi dok.’
DM : ‘Saya dokter muda Nurul, boleh tanya-tanya tentang keluhan ta?’
P : ‘Boleh dok, silahkan.’
DM : ‘Boleh tahu namanya siapa?’
P : ‘bapak samiruddin’
DM : “Umur bapakberapa sekarang?’
P : ’57 tahun.’
DM : ‘bapak tinggal dimana skarang?’
P : ‘di kendari, tapi disini tinggal di Jl.perintis kemerdekaan IV’
DM : ‘Tinggal dengan siapa disana?’
P : ‘Saya tinggal dengan keluarga dok’
DM : ‘Apa Pendidikan terakhirnya bapak?’
P : ‘S1dok’
DM : ‘Pekerjaan nya apa skarang?’
P : ‘PNS dok’
DM : ’oh iye pak, jadi Apa keluhan ta, sampai datang ki ke poli jiwa?’
P : ’Begini dok, saya rasa sedih’
DM : ’Sejak kapan begitu pak?’
P : ’lama mi dok dari tahun 2011 meninggal orang tuaku dok, setiap dengar
orang cerita
tentang orang tua langsung langsung keluar air mataku dok.’
DM : ‘Sampai sekarang masih sedih?’
P :‘Pernah juga dok waktu tahun 2013, pada saat itu anak perempuan saya
diusir dari rumah pamannya yang merupakan adik bungsu saya sendiri
dok. Pada tahun 2016 saya rencana mau buat syukuran untuk syukuran
wisuda anak perempuan saya dok, saya berpikir apakah saya mengundang
adik saya atau tidak? Saat itu saya rasa mulutku ini pahit dok’
DM : ‘tabe pak, itu di usirnya karena apa?’
P : ‘karena keluar tidak minta izin.’
DM :‘kalau rasa haus, pahit atau tidak?’
P :‘Pahit dok’
DM : ‘kalau kita minum air bagaimana?’
P : ‘sudah terasa nyaman’
DM : ‘kalau kita sedih mana pahit dengan tidak sedih?’
P :‘Kalau saya sedih hanya air mata ji yang keluar, kalau pahit saya punya
air liur ini’
DM :‘kenapa bapak pikiran tentang mau undang adiknya bapak? Dilihat dari
ekpresi bapak ketika mengangkat topik itu bapak jadi sedih.’
P : ‘Itu dok, karena sampai sekarang adik saya tidak pernah minta maaf dok’
DM : ‘selain itu ada lagi kita rasa?’
P : ‘iya dok, ini badanku kayak loyo dan gemetar dok’
DM : ‘Bagaimana pak ada lagi masalah sama orang?’
P : ‘Tidak ada ji dok’
DM : ‘ada keluarga ta kayak begitu?’
P :‘tidak ada ji dok.’
DM : ‘tidak susah ji ki tidur pak?’
P : ‘tidak jidok. Bagus ji tidurku tapi kadang-kadang cuma 3 jam ji iya
karena dating
lagi semangat ku kerja tapi itu tidak bikin terganggu jka
DM : ‘ada lagi kita keluhkan yang lain pak?’
P : ‘tidak ada ji dok’
DM :‘oh iya kalau begitu pak, cukup pertanyaan dari saya. Jangan ki lupa
minum obat ta dengan teratur’
P : ’oh iya dok, Terima kasih’
DM : ’Iyaa pak, sama-sama’

Anda mungkin juga menyukai