Lapsus Siklotimia
Lapsus Siklotimia
SIKLOTIMIA
(F34.0)
Disusun oleh:
David C Haurissa
C111 12 142
Pembimbing :
dr. A. Tenri Padad
Supervisor :
Dr.dr.Saidah Syamsuddin, Sp.KJ
Mengetahui
Supervisor Pembimbing
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Usia : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kendari, Sulawesi Tenggara
LAPORAN PSIKIATRIK
Diperoleh dari catatan medis dan autoanamnesis.
Dilakukan pada:
Hari, tanggal : Senin, 10 Oktober 2016
Tempat : Poli Jiwa RS Wahidin Sudirohusodo
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama
Sedih
B. Riwayat Gangguan sekarang
Pasien merasa sedih kurang lebih sejak tahun 2011. Sedih bermula
ketika kedua orang tua meninggal dunia. Pasien sering merasa sedih
hingga menangis ketika pasien mendengar atau melihat seseorang yang
bercerita tentang orang tua pasien yang telah meninggal. Sedih bertambah
ketika anak perempuan pasien yang berkuliah di Makassar diusir dari
rumah pamannya dimana pamannya adalah adik bungsu dari pasien
sendiri. Hal tersebut terjadi pada tahun 2013. Peristiwa tersebut terjadi
pada malam hari ketika anak pasien ingin meminta izin untuk mengikuti
kegiatan pelantikan PMI. Anak pasien yang diusir dari rumah melaporkan
peristiwa ini kepada orang tuanya yang sedang berada di Sulawesi
Tenggara. Menurut istri pasien, pada tahun 2015 sikap pasien mulai
berubah. Pasien menjadi lebih mudah marah dan cepat tersinggung. Pada
bulan Juli tahun 2016 pasien mengeluh adanya rasa pahit pada mulut. Hal
ini diperberat ketika pasien merasa haus. Pada waktu yang bersamaan
pasien merencanakan syukuran wisuda anak perempuannya yang
rencananya akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 mendatang.
Pasien merasa dilemma apakah dia harus mengundang adik bungsunya
tersebut atau tidak.
Pasien masih aktif bekerja, pasien kadang merasa lelah tapi tidak
terus menerus. Konsentrasi pasien menurun oleh karena pasien terkadang
hanya tidur 3 jam saja karena pasien sangat semangat dalam bekerja.
Harga diri dan kepercayaan diri pasien baik. Tidak ada gagasan tentang
rasa bersalah, tidak ada pandangan akan masa depan yang suram, tidak ada
riwayat ingin bunuh diri. Nafsu makan baik, pasien merasa tidur tidak
terganggu walaupun hanya tidur ± 3 jam.
Tidak ada hendaya alam bidang sosial, pekerjaan, dan dalam waktu
senggang. Faktor stressor psikososial pasien adalah hubungan pasien
dengan adik bungsunya.
Riwayat keluarga dengan gejala yang sama tidak ada. Riwayat
berobat ke dokter jiwa tidak ada. Pasien menyangkal adanya infeksi,
trauma dan kejang sebelumnya.Serta pasien menyangkal adanya
penggunaan obat-obatan terlarang, merokok serta menggunakan alkohol.
E. Situasi Sekarang
Saat ini pasien tinggal bersama istri dan anaknya. Hubungan dengan
keluarga saat ini dalam keadaan baik.
IX. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
Faktor pendukung:
- Pasien datang sendiri untuk berobat dan ingin sembuh
- Dukungan dari keluarga yang baik untuk kesembuhan pasien
- Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
Faktor penghambat:
- Stressor masih berlangsung
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya, menilai
efektivitas terapi serta kemungkinan terjadinya efek samping yang tidak di
inginkan
XI. DISKUSI
Siklotimia (F34.0):
Gangguan penyesuaian didefinisikan sebagai gejala-gejala emosional atau
perilaku yang bermakna secara klinis dan terjadi sebagai respons terhadap
satu atau lebih stresor yang nyata. Menurut Buku Ajar Psikiatri FKUI, gejala-
gejala timbul dalam 3 bulan terjadinya stresor dan menghilang dalam waktu 6
bulan setelah tidak ada stresor. Gangguan ini dapat dijumpai pada semua
usia. Gangguan penyesuaian diperkirakan tidak akan terjadi tanpa adanya
stresor. Walaupun adanya stresor merupakan komponen esensial dari
gangguan penyesuaian, namun stres adalah salah satu dari banyak faktor yang
menentukan berkembangnya, jenis dan luasnya psikopatologi.Seperti pada
kebanyakan gangguan jiwa, penyebab gangguan penyesuaian tidak
diketahui.Gangguan penyesuaian dipengaruuhi oleh tiga faktor, yaitu faktor
genetik, faktor biologik dan faktor psikososial.Kriteria diagnosisnya dapat
menggunakan DSM-V dan Pedoman Diagnostik PPDGJ-III.Karakteristik dari
gangguan penyesuaian adalah suatu perubahan penting dalam kehidupan,
yang menimbulkan situasi tidak nyaman yang berkelanjutan.
Diagnosis:
Diagnosis menurut DSM-V
Kriteria Diagnostik 301,13 (F34.0)
A. Gejala minimal 2 tahun (minimal 1 tahun pada anak-anak dan remaja),
periode dengan gejala hipomania yang tidak memenuhi kriteria untuk
hypomanik, gejala depresi yang tidak memenuhi kriteria untuk episode
depresi mayor.
B. Selama 2 tahun, (1 tahun pada anak-anak dan remaja), gejala depresi telah
hadir setidaknya setengah dari periode diatas dan individu mengalami
episode tanpa gejala selama tidak lebih dari 2 bulan pada periode tersebut.
C. Tidak memenuhi kriteria untuk depresi, manik, atau episode hypomania.
D. Gejala dalam Kriteria A tidak bisa dijelaskan sebagai gangguan skizoafektif,
skizofrenia, gangguan schizophreniform, gangguan delusi, atau lainnya yang
ditentukan atau tidak ditentukan
E. Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis lain (misalnya,
hipertiroidisme).
F. Gejala menyebabkan penderitaan atau gangguan klinis yang signifikan dalam
sosial, pekerjaan.
Pada pasien ini menunjukkan bahwa pasien mengalami gangguan
penyesuaian yang ditandai dengan adanya krisis kehidupan dimana 2 bulan
yang lalu istrinya kembali sulit tidur meskipun sudah minum obat dan
menjadi uring-uringan setelah sebelumnya membaik dengan pengobatan dari
psikiater swasta. Hal ini menyebabkan pasien cemas dan sulit tidur sehingga
terjadi penurunan minat dalam menjalani aktivitas sebari-hari.Dari uraian
diatas, dapat disimpulkan pasien mengalami Gangguan Penyesuaian Reaksi
Campuran Anxietas dan Depresi (F43-22).
Diferensial diagnosis dari siklotimia menurut DSM-V antara lain adalah :