L. vannamei
Penyusun
Teguh Winarno
Ipung Hari Purwanto
Ipung Hari Purwanto
L. vannamei berpotensi besar untuk
dibudidayakan :
Pertumbuhan cepat
Lebih toleran/tahan terhadap
perubahan lingkungan
Dianggap lebih resisten terhadap
penyakit dibanding jenis udang putih
lainnya
Mayoritas pasar Amerika lebih
menyukai udang putih
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
SEBARAN GEOGRAFIS
L. vannamei merupakan spesies asli pantai Pasifik.
P
Penyebaran
b :
Mexico, Amerika Tengah
Peru, Amerika Selatan
Karakteristik perairan :
konstan/tetap sepanjang tahun, diatas 220C
(kisaran suhu optimum
optimum L. vannamei).
L vannamei)
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
TAKSONOMI
Phylum :: Arthropoda
Arthropoda
Class : Crustacea
Order : Decapoda
Family : Penaeidae
Genus : Penaeus
Sub genus
Sub genus : Litopenaeus
: Litopenaeus
Species : L. vannamei
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
• Ordo decapoda = ordo
ordo dari lobster,
lobster,
kepiting, dan jenis‐jenis udang lainnya.
•Genus Penaeus dengan ciri khas jumlah
gigi rostrum 2 di
rostrum 2 di bag.
bag bawah dan 8 8‐9
9 di
di
bag. atas
•Sub genus Litopenaeus, karena
thelicum pada udang betina terbuka
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Udang dewasa (matang seksual) memijah di laut lepas
(kedalaman 70 m), suhu air 260C – 280C.
LL. vannamei
vannamei mampu beradaptasi di lingkungan dengan
salinitas sangat rendah (mendekati 0 ppt), sering disebut
udang air tawar (fresh water shrimp).
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
FISIOLOGY
¾ (omnivorous scavenger) atau pemakan detritus.
¾ Dari hasil penelitian terhadap usus udang
D i h il liti t h d d
menunjukkan bahwa udang ini adalah karnivora yang
memakan krustacea kecil, amphipoda dan polychaeta.
k k t k il hi d d l h t
¾ nocturnal
¾ L. vannamei membutuhkan makanan dengan
kandungan protein sekitar 35%, lebih kecil jika
dibandingkan udang‐udang Asia seperti Penaeus
monodon dan Penaeus japonicus yang membutuhkan
pakan dengan kandungan protein hingga 45%.
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
MAKANAN &KEBIASAAN
MAKAN
9Termasuk “omnivorous scavengers“
(memakan semua jenis bangkai).
9Produk alami di tambak (algae, bakteri)
(algae bakteri)
sumber nutrisi yang sangat berperan dalam
pertumbuhan udang yang dibudidayakan
secara intensif.
9Nocturnal.
9Pada fase subadult L. vannamei berperilaku
sembunyi dan menggali‐gali substrat
sepanjang hari.
9Sebuah penelitian ada waktu tertentu dalam
satu hari udang makan dengan sangat cepat
(hanya satu kali sehari).
kali sehari)
9Pakan dengan kandungan tepung cumi
dapat mempercepat pertumbuhan udang L.
vannamei
vannamei.
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Tumbuh sgt cepat mencapai, naik 3 gr/minggu pd. kepadatan
tinggi (100 ekor/m2).
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
MORFOLOGY & ANATOMI
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
kepala dan bagian badan Bagian kepala menyatu dengan bagian
kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian
dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5
ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. agian badan
ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan
dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap‐tiap ruas (segmen)
mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas‐
ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar
dan satu telson yang berbentuk runcing.
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Bagian Kepala
Bagian Kepala
Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau Carapace. Bagian depan
meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala
atau rostrum. Bagian kepala lainnya adalah :
1. Sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan.
2. Mulut terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula)
yang kuat.
3. Sepasang sungut besar atau antena.
4. Dua pasang sungut kecil atau antennula.
5. Sepasang sirip kepala (Scophocerit).
Sepasang sirip kepala (Scophocerit).
6. Sepasang alat pembantu rahang (Maxilliped).
7. Lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan pertama, kedua dan
et ga be cap t ya g d a a a c e a.
ketiga bercapit yang dinamakan chela.
8. Pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang.
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Bagian Badan dan Perut (Abdomen)
Bagian badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama
g p ,y g
lainnya dihubungkan oleh selaput tipis. Ada lima pasang
kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas pertama
sampai dengan ruas kelima sedangkan pada ruas
sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas
keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk
menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas
terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya
yang disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati
adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang
adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang
terletak pada ujung ruas keenam.
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
MOLTING (GANTI KULIT)
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Semua golongan arthropoda
g g p
¾Molting secara periodik
¾Molting secara periodik
¾Pertumbuhan diskontinyu dan secara berkala.
¾ Ketika molting, tubuh menyerap air dan bertambah
besar, kemudian terjadi pengerasan kulit.
¾ Setelah kulit luarnya keras, ukuran tubuh udang tetap
sampai pada siklus molting berikutnya.
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Proses molting merupakan suatu rangkaian proses yang sangat
kompleks yang dimulai beberapa hari atau bahkan beberapa
minggu sebelumnya. Pada dasarnya setiap jaringan terlibat dalam
persiapan nt k molting ang akan datang ait
persiapan untuk molting yang akan datang, yaitu :
a. C
Cadangan lemak dalam jaringan hepatopankreas dimobilisasi.
d l kd l j i h t k di bili i
b. Pembelahan sel meningkat.
c. Diproduksi mRNA yang baru, diikuti oleh sintesis senyawa
Di d k i RNA b diik i l h i i
protein baru.
d Terjadi perubahan tingkah‐laku.
d. Terjadi perubahan tingkah laku
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
P t b h
Pertumbuhan udang
d Proses yang rumit ini melibatkan
P it i i lib tk
kordinasi sistem hormonal dalam
Molting tubuh udang.
•Frekuensi Sikl
Siklus molting berlangsung melalui
li b l l l i
beberapa tahapan. Pada beberapa
•lingkungan dan makanan.
spesies, masing‐masing mempunyai
•hypoxia tahapan dan definisi sendiri sendiri
tahapan dan definisi sendiri‐sendiri.
• Frekuensi molting menurun Pada udang ada 5 tahapan, yaitu:
seiring dengan makin besarnya A. Postmolt
ukuran udang. B. Intermolt
C. Early Premolt
D. Late Premolt
E. Ecdysis
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
A. Postmolt
Postmolt adalah tahapan beberapa saat setelah proses eksuviasi
Postmolt adalah tahapan beberapa saat setelah proses eksuviasi
(penanggalan eksoskeleton yang lama). Pada tahapan ini terjadi
pengembangan eksoskeleton yang disebabkan oleh meningkatnya volume
hemolymph akibat terserapnya air ke dalam tubuh Air terserap melalui
hemolymph akibat terserapnya air ke dalam tubuh. Air terserap melalui
epidermis, insang dan usus. Setelah beberapa jam atau hari (tergantung pada
panjangnya siklus molting), eksoskeleton yang baru akan mengeras.
Dalam kondisi post molt, udang sangat rentan terhadap serangan udang‐
udang lainnya, karena disamping kondisinya masih sangat lemah, kulit luarnya
belum mengeras, udang pada saat molting mengeluarkan cairan molting yang
mengandung asam amino, enzim dan senyawa organik hasil dekomposisi
parsial eksoskeleton yang baunya sangat merangsang nafsu makan udang. Hal
parsial eksoskeleton yang baunya sangat merangsang nafsu makan udang. Hal
tersebut bisa membangkitkan sifat kanibalisme udang yang sehat.
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
B. Intermolt
Pada tahapan ini, eksoskeleton menjadi semakin keras karena adanya
deposisi mineral dan protein Eksoskeleton (cangkang) udang relatif lebih tipis
deposisi mineral dan protein. Eksoskeleton (cangkang) udang relatif lebih tipis
dan lunak dibandingkan dengan kepiting dan lobster.
y
C. Early Premolt
Pada tahapan early premolt (premolt awal) mulai terbentuk epicuticle baru di
bawah lapisan endocuticle. Tahapan premolt dimulai dengan suatu
p
peningkatan konsentrasi hormon molting dalam hemolymph (darah).
g g y p ( )
D. Late Premolt
Pada tahapan premolt akhir terbentuk lagi lapisan exocuticle baru di bawah
lapisan epicuticle baru yang terbentuk pada tahapan early premolt.
E. Ecdysis
P d
Pada tahapan premolt akhir terbentuk lagi lapisan exocuticle baru di bawah
h l khi b kl il i i l b di b h
lapisan epicuticle baru yang terbentuk pada tahapan early premolt. Kemudian
diikuti dengan pemisahan cangkang lama dengan cangkang yang baru
terbentuk. Eksoskeleton (cangkang) lama akan terserap sebagian dan
cadangan energi dimobilisasi dari hepatopankreas.
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
MOLTING PROCESS
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Pertumbuhan dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yaitu : frekuensi molting (waktu antar
molting) dan kenaikan angka pertumbuhan (Angka pertumbuhan setiap kali molting).
Kondisi lingkungan dan makanan merupakan factor utama yang mempengaruhi
d l k d k k f h
frekuensi molting. Sebagai contoh, suhu yang tinggi dapat meningkatkan frekuensi
molting. Penyerapan oksigen oleh udang kurang efisien selama molting, akibatnya
selama proses ini beberapa udang mengalami kematian akibat hypoxia
l i ib b d l ik ti kib t h i atau
t
kekurangan oksigen dalam tubuh.
Sering juga secara nyata molting merupakan proses yang mencerminkan tingkat stres
pada udang, sehingga para aquaculturist
d d hi l i dituntut untuk tanggap terhadap
di k h d
perubahan‐perubahan yang terjadi (khususnya penurunan) pada frekuensi molting.
Selama proses molting berlangsung, terjadi pemecahan kutikula antara karapas
dengan intercalary sclerite dimana pada bagian cephalothorax dan anterior
dengan intercalary sclerite, dimana pada bagian cephalothorax dan anterior
appendages tertarik atau meregang.
Karapas baru, yang tumbuh pada saat pertama setelah molting sangat lunak dan
makin lama makin mengeras menyesuaikan ukuran tubuh udang.
ki l ki ik k t b h d
Frekuensi molting pada L. vannamei menurun seiring dengan makin besarnya ukuran
udang. Pada stadium larva terjadi molting setiap 30‐40 jam pada suhu 280 C.
S d k j
Sedangkan juvenile dengan MBW 1‐5 gram mengalami molting setiap 4‐6 hari,
il d MBW 1 5 l i li i 4 6h i
selanjutnya pada MBW 15 gram periode molting terjadi sekitar 2 minggu sekali.
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG
Materi Budidaya : BIOLOGI UDANG