Anda di halaman 1dari 29

KOMPONEN PRA-SYARAT KONTROL GERAKAN

Muscle Control 1
Muscle tone
Posture  Postural Control  Motor Skill  Functional Movement
Sensory system (Righting Reflex & Equilibrium Rx)

Normal Development 1
0 – 3 bln : midline & symmetry
3 – 5 bln : Mass movement : extension & abd
5 – 6 bln : extension & add
7 – 8 bln : rotasi
9 – 10 bln : merangkak resiprokal
10 – 12 bln : jalan

Tahapan perkembangan : Head – trunk dynamic stability dulu  baru pelvis – leg movement

Physiological Reflex 1,2


 Muncul sebelum head control  menyerupai posisi saat di dlm kandungan  Memberikan
rasa aman / stabilitas emosional
 Bantu bayi ke midline  memudahkan bayi utk bernafaas (nasal breathing), menghisap,
menelan (oromotor) & visual (mengembangkan pergerakan mata)
 Memposisikan head & trunk pd alignment yg baik
 Mengembangkan muscle balance terhadap kelompok otot extensor
 Elongasi otot2 punggung
 Mengembangkan core stability pada bagian tubuh proximal:
o Menurunkan rib cage  shg jarak antara rib cage & pelvis menyempit

Peran Reflex Primitive : 2


 Rooting Reflex  head control (menoleh)
 Neck Righting  basis utk perkembangan koneksi head – trunk  berkontribusi terhadap
alignment utk makan, menelan, bernafas
 Reflex berdiri, jalan  pengalaman sensorimotor awal berjalan

Prasyarat Kontrol Gerak dan Postur : 3


 Tonus otot optimal
 Mampu melakukan righting reflex, equilibrium reaction, protective reaction
 Mampu mengintegrasikan refelx primitive
 Mampu melakukan gerakan melawan gravitasi
 Mengkoordinasikan dan mengombinasikan gerakan  menjadi gerakan fungsional
A. GROSS MOTOR
Komponen Head Control (mulai muncul bulan ke 2) : 1,2
 Stabilitas dinamik leher :
o Good neck muscle development
o Input vestibular :
 VOR – Vestibulo Oculo Reflex :
 membuat mata terfiksasi pada sebuah target kepada kepala bergerak
 Membuat mata ke mid line
 Koordinasi kepala - mata
 Vestibulo – colli reflex (utk pergerakan leher)
 Optokonetik  tracking terhadap benda yg bergerak
 Vestibulospinal reflex
 Good connection head – trunk (body righting reflex)
 Stabilisasi Base of Support Proximal : shoulder (propiosepsi – weight bearing dari shoulder
ke elbow)
 Tonus postural
 Stabilitas proximal (spine, rib cage, scapular, trunk, abdomen, pelvis)
 Posterior tilt of pelvis & flexion of leg  facilitate neck elongation
 Pergerakan lengan
 Bentuk, besar kepala  jika hidrosefalus  sulit head control

Stabilitas dinamik leher sbg Fulcrum diperlukan utk : 2


 Bernafas - berbicara
 Swallowing
 Vision  eye hand coordination
 Fungsi auditorik
 (bersama stabilitas trunk proximal)  Correct alignment & arah shoulder girdle muscle 
utk Scapula - Upper ext movement
o Jika poor trunk proximal development  kompensasinya : leher ambil alih fungsi
stabilitasi dgn melakukan chin tuck
 Fasilitasi Face muscle activation
 Active trunk flexion & posterior pelvic tilt  utk bawa kaki ke mulut
 Rotasi trunk (weight transfer )  utk rolling
 Hand to mouth play
 Scapular adduksi + ekstensi punggung + anterior pelvic tilt

Fungsi midline position  menjaga fokus saat melakukan suatu kegiatan


Hand to mouth Midline  basis utk :
 Eye – Hand coordination
 Fore arm support
 Hand support & protective extension
Komponen pergerakan lengan 1
 Head control
 Visual dan auditorik
 Rib cage, otot punggung atas, scapula
 Otot abdomen dan punggung bawah
 Pelvis dan leg

Extensi leher / angkat kepala saat prone : 2


 Prone on elbow :
o Triangle position dgn fulcrum pd abdomen
 Abdomen mengalami elongasi & sbg weight bearing  development
proximal dynamic stability
o Weight bearing pd elbow  awalnya skapula tidak bergerak  secara bertahap arah
gerakan berubah dari proximal ke distal  skapula add + internal rotasi  Basis utk
extensi punggung
o Dengan base of support yg memberikan stabilitas  ini jadi dasar utk perubahan arah
gerakan otot (mobility)
o Stability + mobility  develop body scheme
 Penurunan pelvis & ekstensi leg  mengubah gerakan dari proximal ke distal

Vision
 Saat supine : leher chin tuck  control mindline
 Saat prone : arm support + weight bearing pd elbow fasilitasi Binocular
Vision (depth & distance)
Memotivasi utk explore
Komponen Postural Trunk Control 2 ( Pengaturan posisi tubuh utk stabilisasi & orientasi)
 Mass movement as a unit  memperkuat koneksi kepala – tubuh
 Sensory input : 1
o Mempengaruhi arah dan pemilihan gerakan, misal :
 Input taktil pada punggung bayi saat menyentuh lantai  memberikan rasa
stabilitas posisi
 Visual : melihat mainan  memotivasi anak untuk bergerak menuju mainan
 Bentuk dan ukuran mainan  menentukan tipe grasp tangan, sudut serta
arah pergerakan tangan untuk meraih mainan tersebut

 Sensory input (visual, auditorik, taktil vestibular)  body scheme terbentuk  anak belajar
ttg bagian tubuh mereka dan hubungannya dgn lingkungan  mengembangkan postural
control  membuat good alignment & movement

 Head control & Proximal stability (otot abdomen & punggung bawah)

 Interaksi neck – pelvis :


o Posterior tilt dari pelvis  memungkinkan fleksi leg :
 Fasilitasi neck elongation
 Fasilitasi kicking :
 Kicking bantu ko – aktivasi dari trunk  bantu proximal dynamic
stability

Kicking utk bantu perkembangan : 2


 Persendian acetabulum – femoral head, otot2 hip
 Develop proximal muscle dynamic stability
 Koordinasi gerak pelvis – core muscle

Komponen Pelvis proximal dynamic stability : 2


 Mampu utk angkat kedua ltungkai utk membawa kedua kaki nya ke mulut
 Kicking
 Kontraksi core muscle ( transversus abdominis , oblique, rectus abdominis) & hip – thigh
muscle
 Semuanya itu utk memungkin selective movement of hip, knee, ankle

Mengangkat badan saat prone :


 Weight transfer  meningkatkan proximal dynamic stability  Memfasilitasi trunk
extension & ko-aktivasi flexor
Lengan bisa digunakan untuk : 2
 Raise in space  meraih benda
 Weight bearing saat prone
 Semua ini menjadi cikal bakal :
o Protective extension
o Transisi mandiri dari supine  sitting
o Standing with arm support

Komponen Rolling / Berguling 2


 Proximal dynamic stability  memberikan mobilitas pada pelvis  mengembangkan
gerakan selektif pada Leg ( 1 tungkai extensi, 1 tungkai lain fleksi)

Saat hand support berkembang


Trunk ekstensor berkembang CoG naik  mulai merayap sec simetris  belajar weight
Proximal dynamic stability tercapai transfer

Setelah belajar weight transfer  mulai ada selective arm movement  dgn koneksi trunk dan pelvis
yang baik  anak mulai belajar pakai leg

Hand support berkembang


Proximal dynamic stability anak mulai belajar dari supine  sitting
Memungkinkan axial rotation tapi karena insufiensi koneksi pelvis – leg
Maka terjadi :
 Insufisiensi trunk extensi
 Sit on sacrum
 Leg tidak bisa midline
 Leg tidak stabilitasi bisa stabilisasi pelvis

Akhirnya duduk dgn arm support

Komponen utk Duduk 1,2


 Dynamic stable trunk, pelvis, leg  mengembangkan pergerakan dari hip dan leg  sehingga
anak dapat duduk dgn berbagai posisi
 Proximal trunk, abdomen muscle , quadricep, hamstring, gluteus menstabilisasi pelvis
 Ankle memandu pergerakan pelvis dan menstabilisasi pelvis
Usia 7 – 9 bulan
Setelah ada Reflex Landau  Reflex Landau akan di counter balance dgn :
 Axial rotation
 Merayap
 Merangkak

Komponen utk merayap & merangkak 2


 Proximal dynamic stability
 Integrasi dari perubahan dinamik stabilitas dan mobilitas dengan Dynamic diagnonal
stability & mobility  mengembangkan pola gerakan resiprokal dari lengan dan tungkai

Komponen untuk berdiri 2


 Landau Reflex = anti gravity extension (usia 5 -6 bln)
o Membuat midline alignment & koneksi dari head – trunk – pelvis – leg 
mengembangkan axis postural control / trunk dynamic stability
o Mengembangkan pergerakan extensor saat di lantai
 Penting untuk perkembangan bagian proximal
 Koordinasi otot2 anti gravitasi
 Pergerakan terhadap BOS (Base of Support)
 Posisi Quadruped  Stabilitas bagian tubuh distal dan mobilisasi bagian tubuh proximal
 Proximal dynamic stability (head, trunk, pelvis control)
 Maintain axis of the whole body – axial rotation
 Active dynamic pelvis & leg movement
o Dynamic pelvis movement – Extensi
o Pelvis bridging
o Leg forward movement
 Active ankle dorsoflexion movement ketika tungkai mulai weight bearing
 Weight bearing pada BOS yg kecil (kedua kaki)  butuh pergerakan ankle dan jari2 kaki utk
mempertahankan balance pada BOS yg kecil

Masalah yang dihadapi anak ketika belajar berdiri : 2


 CoG yg lebih tinggi Membuat anak melakukan
 Insufficient anti gravity muscle strength Mass movement dlm bentuk
“Tip Toe Gait”
Komponen pergerakan ankle 2
 Posterior tilt pelvis yg full ROM
 Posisi Quadruped
 Rocking movement ke depan dan belakang

Ketika anak normal belajar untuk berdiri, anak menggunakan mass movement (strong hip adduction,
hip internal rotation dan plantar fleksi ankle) untuk dapat extensi melawan gravitasi. Tp ketika anak
sudah bisa melakukan ankle dorsofleksi maka hip adduction & hip internal rotation akan berkurang
dan ankle dorsofleksi ini akan mengaktifkan gluteus, quadriceps & hamstring
Komponen Standing Up (dari duduk ke berdiri) 1
 Distal stability
 Foot dan ankle mengaktifkan pergerakan pelvis dan trunk
 Leg muscle move to distal  memandu kontrol pelvis (anterior dan posterior tilt)
 Symmetrical standing
 Otot yg bekerja : Tibialis anterior, Rhomboid (angkat scapula), trapezius (utk tegak),
quadriceps

Komponen Berjalan : 1,2


 Midline alignment head – trunk – pelvis – leg
 Postural control (weight shifting,
 Gerakan seletif dari knee dan ankle
 Pelvis bridging :
o Weight bearing pd kedua kaki
o Foot control terhadap pergerakan pelvis (distal / kaki stabil , proximal / pelvis
bergerak)
o Saat kaki push down  pelvis extensi

B. OROMOTOR – RESPIRASI - SPEECH

Komponen Breathing : 2,3


 Kepala harus midline Menurunkan rib cage  greater lung volume
 Proximal dynamic stability (shg jarak rib cage & pelvis menyempit)

o Pengaturan tekanan intra torakal utk bernafas dimulai dari pita suara – rongga thorax
– diafragma – rongga abdomen – pelvic floor

Komponen Oral Feeding 1


 Kesadaran otot2 wajah  body perception melalui stimulasi sensorik & explorasi bagian
tubuh, benda2 di lingkungan dengan mulut
 Aktivitas anti gravitasi
 Functional oral sensori motor
 Menghisap – menelan  tekanan negatif
 Koordinasi antara bernafas dan menelan
 Propulsi oral utk mendorong bolus ke faring
 Pembukaan Upper Esofageal Sfingter
 Tongue base – faringeal wall propulsion  membawa makanan ke esofagus
 Adequate health (terutama fgs paru dan GIT)
 Integrasi CNS
 Tonus muskuloskeletal
Aspek penting dalam pembelajaran feeding skill : 1
 Sensasi dan feedback sensorik
 Perkembangan gross dan fine motor
 Cara makanan diberikan
 Perkembangan kognitif dan perilaku makan
 Critical period (ada periode kritis pembelajaran)

Interaksi Proses Makan 1


 Faktor anak :
o Struktur anatomi & fungsi fisiologis
o Perkembangan psikomotor
o Perilaku, status nutrisi
o Status kesehatan
 Keterampilan makan
 Faktor orang tua
 Faktor lain : budaya, jenis makanan

Stimulus yang diberikan akan menimbulkan respon oromotor yg spesifik 1


 Visual
 Auditif
 Oral : tekstur, suhu, viskositas, rasa, ukuran makanan

Agar respon terhadap stimulus dapat optimal diperlukan: 1


 Kepekaan yg adekuat terhadap stimulus
 Mampu me-registarasi input sensorik
 Mampu memodulasi input yg masuk
 Mampu menginterpretasikan inpu sensorik

Perkembangan keterampilan makan 1


Reflex oral  gerak volunter (fase oral)  keterampilan makan
(pematangan reflex oral 3 – 6 bln)

Reflex oral pada bayi : 1


 Suck swallow 4 bln
 Rooting 4 bulan
 Bite
 Muntah
Tahapan Proses Makan 1
Usia (bulan Makanan Tahapan
0–6 Cair ASI
4–6 Makanan halus Pengenalan sendok
5–7 Cair, halus, biskuit Bibir atas menyapu sendok
Muncul reflex mengunyah
Pengenalan gelas
8 -12 Makanan lunak / tim Gerakan mendorong makanan
ke gigi
12 – 18 Makanan setengah padat, Lidah bergerak ke 2 sisi mulut
cincang
Mengunyah dgn gerakan
rahang berputar
Menggigit gelas

Spoon Feeding butuh : 1


 Postural control
 Jaw grading (posisi setengah terbuka dan menutup perlahan dgn gerakan yg terkendali dan
bertahap)
 Lip closure
 Retraksi lidah

Chewing butuh : 1
 Lateralisasi lidah
 Jaw strength, stability, alignment
 Retraksi lidah

Komponen berbicara : 1
 Stabilisasi Postural (neck, shoulder, trunk)  baru bisa stabilisasi jaw
 Fungsi jaw :
o Disosiasi otot jaw dari otot lain (gerakan jaw yg selektif)
 Head from body
 Jaw from head
 Lips – eyes – jaw – face
 Tongue from jaw
o Grading movement = controlled segmentation movement  gerakan yg halus
o Fixing :
 Pola gerakan abnormal (kompensasi) yg muncul krn kurangnya stabilisasi
dan grading  fixing ini hambat mobilitas jaw
 Kesadaran
 Placement
 Strength / muscle memory
 Produksi
 Respirasi
 Fonasi
 Resonansi
 Artikulasi

C. FINE MOTOR
Komponen pergerakan mata 1
 Fleksi leher  stabilisasi leher
 Eye hand coordination

Komponen Hand Function 1


 Head, neck, eyes
o Midline head control  shg mampu rotasi kepala
o Extensi spine
o Penurunan rib cage
o Menggunakan lengan utk fasilitasi dan support trunk control
o Head dan trunk control  fasilitasi lokalisasi visual & tracking pergerakan benda
o Mata memandu pergerakan
 Thoracic spine, rib cage, upper extermity
o Lengan mendorong permukaan lantai  meningkatkan extensi thorakal , aktivasi otot
obliqus abdominis  menurunkan rib cage
o Peningkatan aktivasi shoulder complex & trunk  fasilitasi weight shifting pada
lengan utk side lying
o Peningkatan trunk utk postural control  sehingga penggunan lengan hanya utk
membantu berpindah (transisional support)  lengan menjadi bebas utk meraih,
menggenggam dan memanipulasi mainan
o Bentuk dan mobilitas skapula mempengaruhi pergerakan skapula
o Fleksi Extremitas atas dibarengi extensi dari spine dan anterior opening / posterior
closing dari rib cage
 Lower trunk
o Peningkatan kontrol otot pada rib cage terhadap pelvis  memberikan stabilitas pada
pusat massa (center of mass)
o Aktivasi otot abdomen dan deep trunk extensor
o Posisi lumbal berubah dari fleksi  menjadi extensi  fasilitasi hip extensi
o Kombinasi fleksi – ekstensi – rotasi trunk
 Pelvic girdle & Lower extremities
o Ext bawah harus stabil utk menopang pergerakan tubuh
o Wide base of support stabilisasi tubuh bagian atas  akan menyempit ketika aktivitas
meningkat
o Kontrol trunk pada saat fleksi, extensi, rotasi  fasilitasi narrow base of support
o Penggunaan pelvic girdle & leg secara bergantian sbg dynamic base of support &
mobility
3 Functional Zones of Hand : 1
 Jempol memberi arti pada jari2 lainnya
 Jari telunjuk dan tengah = high mobility
 Jari manis & kelingking = static

Komponen Prehension (Power grip dan Precision) 1


 Visual (menoleh / melihat ke arah obyek)
 Reach, grasp
 Manipulasi
 Release
 Koordinasi bimanual

Perkembangan fungsi tangan : 1


 Dari medial ke lateral
 Dari whole grasp  ulnar palmar grasp (medial)  Palmar grasp (lateral)  radial palmar
grasp  raking grasp  pincer grasp
 Fase Primitive :
o Stimulus taktil pada tangan  respon : fleksi lengan dan tangan
o Sentuhan ringan pd punggung tangan  extensi jari bilateral (respon bilateral)
o Mouth to hand
o Swipping : melihat, meraih, kontak non prehension, mid range control fleksi –
ekstensi
o Symetrical  asimetrikal  symetrical posturing
 Symetrical = menempatkan beban pd finger fleksor (grasp) & wrist (open
hand)
 Asymetrical = fasilitasi weight shift dari sisi radial  ulnar
 Fase Transisional (tangan bergerak menjauh dari tubuh dan memegang obyek)
o Hand to mouth
o Scratch & rake (menggaruk) : Peningkatan finger extensi  persiapan utk gerakan
release & isolasi gerakan jari dari telapak tangan
o Crude grasp : grasp between finger & palm
o Object to mouth
o Reach & pat (menepuk) : fasilitasi extensi
o Palmar grasp
o Mouthing manipulation
o Index probing : mempersiapkan sisi radial tangan utk precisi
o Supinasi
o Instinctive grasp : stimulus taktil mengorientasikan tangan utk menggenggam
 Fase Mature :
o Visual orientation  utk adjust arah pergerakan tangan
o Inferior pinch : tangan menumpu pada permukaan utk stabilisasi, jempol bergerak ke
lateral utk kontak dgn jari telunjuk
o Superior pinch : jempol rotasi utk bertemu dgn jari telunjuk
o Prehension : jempol dan jari2 membentuk huruf O
o Manipulative prehension
o Release

D. CEREBRAL PALSY
Cerebral Palsy = gangguan kontrol postural dan gerakan karena : 3
 Hilangnya kontrol gerakan selektif
 Tonus otot abnormal
 Gerakan bergantung pada / menggunakan pola reflex primitif
 Imbalance otot agonis dan antagonis
 Kurangnya reaksi equilibrium

Gangguan Fungsi pada CP : 3


 Fungsi mobilisasi
 Komunikasi
 Feeding
 Kardiorespi
 Pemrosesan sensori dan persepsi
 ADL

Komponen Breathing : 2,3


 Kepala harus midline Menurunkan rib cage  greater lung volume
 Proximal dynamic stability (shg jarak rib cage & pelvis menyempit)

o Pengaturan tekanan intra torakal utk bernafas dimulai dari pita suara – rongga thorax
– diafragma – rongga abdomen – pelvic floor

Masalah breathing pada CP: 3


 Kelemahan otot pernapasan & gangguan koordinasi otot pernapasan inspirasi dan ekspirasi
 Kurangnya kontrol motorik :
o Kurangnya kontrol postural
o Tonus otot nasofaringeal yg buruk  obstruksi upper airway
o Gangguan penutupan glottis dan kemampuan meningkatkan intra thorakal  batuk
inefektif
 Inefisien gerakan laring saat produksi suara
 Aspirasi berulang krn GERD
 Gangguan paru restriktif
 Imobilisasi  ggn kognitif
 Deformitas spinal
Penyebab Drooling pada CP : 3
 Ggn menelan
 Ggn struktur oral
 Ggn pada gigi
 Masalah kontrol postural
 Obstruksi nasal
 Kurangnya kesadaran sensori intra oral

Key point pada Bobath (NDT) 1


 Kepala dan trunk
 Bahu dan lengan
 Pelvis dan tungkai
 Posisi prone
 Posisi supine
 Posisi duduk
 Posisi quadruped
 Posisi berdiri dan berjalan

Perkembangan Konsep Bobath 1


 Tahun 1950-an : RIP (Reflex Inhibiting Posture)
o Tujuan mengurangi hipertonus dgnc cara :
 Menghambat pola tonik reflex
 Melawan pola abnormal ini sampai spastisitas dpt dikurangi
o Meniru pola gerakan pada tahap perkembangan anak normal : head control – rolling –
sitting – 4 foot kneeling – berdiri – berjalan
o Dilakukan pasif oleh terapis  anak diharapkan meniru

 Tahun 1960-an : Reflex Inhibiting Pattern


o Berdasarkan konsep stretch reflex
o Menurunkan tonus dan mencegah peningkatan tonus dgn inhibisi, fasilitasi, stimulasi

 Tahun 1990-an : Tone Influencing Pattern (TIP)


o Konsep ini berdasarkan :
 Hipertonus terjadi krn kelainan pada :
 Aktivitas neural
 Komponen visco – elastis otot

o Lebih menekankan pada performa fungsional


o Tujuan : anak keluar dari pola abnormalnya
o Memahami bahwa pergerakan mempengaruhi tonus dan postur
o Memahami komponen dari pergerakan yg abnormal
o Melakukan gerakan yg berbeda dari pola yg abnormal  anak keluar dari pola
abnormalnya
o Cara TIP bekerja :
 Komponen Neural :
 Memberi pengalaman baru  sensory feedback baru

 Komponen Non – Neural


 Biomekanik :
o Memberikan alignment yg benar
o Memposisikan otot pada panjang yg optimum utk aktivitas
 Pola koordinasi normal :
o Dilakukan pada posisi antara fleksi maksimum dan extensi
maximum  shg lbh fungsional
o Pola ini menjadi dasar postur dan gerak
 Terapis secara bertahap mengurangi kontrolnya pada postur dan gerakan anak
 memacu anak utk mengontrol postur dan gerakannya sendiri
 Terapi langsung mengacu pada aktivitas ADL

Dari WS Bobath Update


Masalah pada CP Spastik Diplegia Prinsip Terapi
 Inactive trunk  Neck elongation
 Poor neck axis  Head control with arm movement
 Poor proximal dynamic stability  Connection of proximal & body parts
 Poor connection trunk – pelvis – leg  Fasilitasi aktivitas proximal
 Poor midline orientation  Mobilisasi scapula, spine, pelvis
 Heavy arms  Fasilitasi dynamic trunk activity
 Poor selective movement  Fasilitasi aktivitas Upper Extremity
 Visual Problem (Eye hand coordination)
 Poor body awareness  Dynamic pelvic mobility
 Poor perception, cognitive, attention  Selective movement
 Ankle mobility

Masalah pada CP Spastik Quadriplegia Prinsip Terapi


 Poor head control :  Fasilitasi head control
o Leher pendek  Fasilitasi head dan body righting
o Ggn oromotor  Arm support utk stabilisasi trunk
o Ggn visual  Tingkatkan proximal stability
 Poor dynamic trunk stability  Tingkatkan mobilitas trunk : mobilisasi
 Fungsi tangan buruk spine, shoulder, pelvis
 Eye – hand coordination buruk  Fasilitasi arm movement
 Imobilitas pada trunk : stiffness pada  Fasilitasi eye hand coordination
spine, shoulder, pelvis
 Hipertonus pada seluruh tubuh saat
bergerak aktif
Masalah pada CP Spastik Hemiplegia Prinsip Terapi
 Asimetri muskuloskeletal  Variasi informasi sensori
 Input sensorik terbatas pada 1 sisi  Ubah arah informasi visual dan auditori
 Ada reaksi asosiasi dan gerakan asosiasi  Buat stabilitas yg simetris
 Pergeseran orientasi midline  Perbaiki body scheme
 Poor body scheme  Tingkatkan gerakan pd sisi yg lemah
 Lack of movement  Tingkatkan selective movement pd sisi
 Poor body perception lemah

Masalah pada CP Ataxia Prinsip Terapi


 Instabilitas postural karena  Fasilitasi tonus postural
o Tonus postural rendah tp masih  Pertahanan kontrol postural
ada gerakan anti gravitasi  Grading movement
o Kurang ko-kontraksi  Fasilitasi adaptasi aktif terhadap
 Mass movement (pola gerakan imatur) gerakan
– kurang gerakan selektif  Perbaiki kualitas gerakan dgn :
 Kesulitan koordinasi utk grading / o Placing
memperhalus gerakan o Grading
 Gangguan inervasi resiprokal : o Modulation of force
o Intention tremor o Timing
o Truncal sway o Direction
o Kepala terus menerus  Pengaturan reaksi balance
mengangguk  Fasilitasi selective movement dan
o Dismetria indepedensi antara trunk & ekstremitas
o Nistagmus  Meningkatkan axial rotation
o Gerakan tersentak2
 Ggn reaksi keseimbangan  sulit
beradaptasi dgn perubahan CoG
 Masalah fungsi tangan
 Masalah visual krn ggn selective
movement kepala - mata
 Masalah bicara & artikulasi krn ggn
postural, koordinasi
 Masalah perseptual : kedalaman
(dismetria)
 Spastisitas ringan otot fleksor
Masalah pada CP Hipotonia Prinsip Terapi
 Ggn postural control dan laxity  ggn  Support pada seluruh tubuh dan sendi
alignment  Pada anak dgn low arousal :
 Ambang rangsang dan ambang o Tingkatkan motivasi
stimulasi tinggi o Perbaiki pola nafas
 Kurang ko-kontraksi leher – trunk o Perbaiki fungsi mengisap dan
 Ggn respirasi – feeding menelan
 Emosi datar – pasif o Perbaiki head control
o Upayakan ko-kontraksi
 Pada anak dgn none arousal :
o Perbaiki pola nafas
o Upayakan bola mata di midline
o Buka sensory channel

Dari Cerebral Pasly Treatment ideas : from the normal development :


Contoh Kasus CP Spastik Diplegia
CP Spastik Diplegia dapat duduk
Asesmen Postur: 2
 Hiperextensi leher = poor neck / head control  menyebabkan gangguan visual ~ anak
melihat dgn melirik ke bawah dan hanya menggunakan 1 mata
 Punggun kifosis = poor trunk control  sitting balance terganggu  anak menggunakan arm
support utk jaga sitting balance
 Duduk pada sakrum , terjadi karena :
o Poor trunk dan pelvis control
o Extremitas bawah yg spastis
 Ankle spastis plantar fleksi  menyebabkan tidak bisa selective movement dari pelvis dan
tungkai  jadi nya mass movement saat berdiri (hip adduksi, hip internal rotasi, ankle plantar
fleksi utk bisa extensi melawan gravitasi)

CP Diplegi Spastik yang dapat berjalan

Asesmen Postur :
 Trunk hiper extensi  krn kelemahan fleksor
 Neck – Tunk – Pelvis di luar midline karena
o poor connection antara neck – trunk – pelvis ec :
 Poor stability dari neck & trunk
 Leg Hiper tonus
 Pelvis asimetri
 Leg : alignment tidak adekuat
Pertimbangan penting :
 Prioritas terapi
 Urutan aktivitas
Misal :
 Utk mencapai good arm support  kita harus siapkan dan mobilisasi shoulder girdle dulu
(termasuk skapula) dan meningkatkan stabilitas dinamik leher
 Utk mencapai stabilitas dinamik proximal saat duduk dan berdiri  kita harus mobilisasi
spine, pelvis dan hip joint

Penanganan Poor Head Control


Salah 1 masalah prematuritas adalah poor dynamic stability dari leher yg disebabkan :
 Periode gestasi (kehamilan) yang lebih pendek
 Kurangnya pengalaman postur fleksi selama di dalam kandungan
o Postur fleksi selama kandungan  menyebabkan leher fleksi dan mengalami elongasi
o Pergerakan fleksor mass movement di dalam kandungan memfasilitasi perkembangan
otot leher

Poor dynamic stability dari leher menyebabkan :


 Tidak adanya axis utk pergerakan kepala dan shoulder girdle  less movement arm dan
pulling arm with flexion of the head ke 1 sisi atau extensi kepala  ini mengubah arah otot
lengan  shg anak menggerakkan lengannya bersama2 (“heavy arms”)
 Mengganggu sistem vestibular dan visual
o Kurangnya axis midline  anak tidak dapat melihat benda dgn 2 mata  anak hanya
melihat dgn 1 mata  menyebabkan poor dynamic stability of the proximal part of
body
 Gangguan breathing dan menelan

Penanganan poor head control :


 Supine :
o Elongasi leher pada berbagai arah dgn :
 Fleksi leher + Posterior pelvic tilt + fleksi tungkai + minta anak melihat
mainan dgn 2 mata di depan, di samping
 Lalu minta anak utk menahan kepala pada posisi tsb beberapa waktu
 Minta anak juga utk menutup mulut (dpt dibantu oleh terapis) dan menelan
saliva
 Side Lying :
o Posisikan Fleksi leher + Posterior pelvic tilt + fleksi tungkai
o Lalu extensikan leher / pelvis - tungkai
o Lalu minta anak fleksikan leher dan atau pelvis tungksi  memfasilitasi chin tuck 
menguatkan koneksi seluruh tubuh saat fleksi
o Minta anak juga utk menutup mulut (dpt dibantu oleh terapis) dan menelan saliva
o Melihat mainan dgn 2 mata  fasilitasi dynamic stability dari leher  sbg axis
postural control
o Ketika menstabilkan leher  tuntun gerakan disosiatif 1 lengan dari kepala
Penanganan Arm Movement
Tujuan :
o Fasilitasi arm support dan grasping  utk memberikan stabilisasi leher saat side lying
Penanganan arm movement :
o Mobilisasi shoulder girdle & gerakkan skapula ke belakang
o Tahan biceps dan triceps lalu lakukan elongasi pd kedua otot  membentuk alignment lengan
dan tangan yg baik
o Extensi elbow pada posisi supinasi lalu extensikan wrist dan jari2
o Tekan kepala glenoid dgn external rotasi saat shoulder flexi saat anak berpegangan pada bar /
walker
o Lalu terapis melakukan fleksi dan extensi shoulder dgn pergerakan skapula
o Ketika anak berpegangan pada bar / walker  minta anak utk menoleh ke arah yang
berlawanan  fasilitasi gerakan disosiasi kepala dan lengan
o Lalu pandu anak utk extensi shoulder utk mengubah posisi dari supine ke duduk
o Lalu minta anak utk berpegangan pd bar / walker saat duduk

Penanganan Poor Connection antara kepala dan trunk


Tanda terdapat koneksi yg buruk antara kepala dan trunk :
 Anak tidak dapat menginisasi gerakan fleksi leher
 Komponen fleksor trunk tidak aktif
 Untuk berubah dari posisi supine ke sitting harus dari supine  prone  quadruped  duduk
atau w – sitting
 Saat berdiri dan berjalan :
o Kepala extensi
o Trunk lateral bending

Penanganan :
 Fasilitasi koneksi kepala – leher – trunkus – pelvis – leg dlm posisi fleksi  agar anak dpt
menginisasi gerakan dgn menggunakan komponen fleksor
 Side lying :
o Kepala dan tungkai full fleksi + posterior tilt pelvis
o Lalu extensikan leher  minta anak fleksikan
o Extensikan tungkai  minta anak fleksikan
o Semuanya ini memfasilitasi chin tuck utk memperkuat koneksi seluruh tubuh saat
dalam posisi fleksi
 Sitting position :
o Duduk pd posisi recline / bersandar pd terapis  lalu minta anak fleksikan leher
o Fasilitasi koneksi leher dan pelvis :
 Minta anak memajukan tubuhnya / bergerak ke depan (posterior pelvic tilt)
 Anak bersandar pada paha terapis  terapis menahan bagian depan tubuh
anak  kepala dijatuhkan ke belakang  minta anak utk fleksikan leher (dpt
dibantu terapis)  utk melatih aktivitas fleksor dan extensor shg anak dapat
bergerak ke upright position secara mandiri
 Dengan kepala fleksi  minta anak utk menggerakkan tubuhnya ke depan dan
belakang
Aktivasi Stabilitas Dinamik Proximal
Utk melakukan aktivasi trunk butuh ada koneksi antara bagian tubuh proximal dgn pelvis
Dasar terapi :
 Ketika tungkai kanan fleksi  bagian proximal tubuh sisi kanan memungkin posterior tilt
pelvis
 Proximal tubuh sisi kiri akan menstabilisasi pelvis dan mempertahankan tungkai kanan di
midline
Asses bagian proximal tubuh mana yang tidak aktif ketika tungkai bergerak, misal :
 Leher
 Jika proximal tubuh sisi kiri lemah  maka tungkai kanan tidak akan midline  ketika
tungkai kanan difleksikan  terlalu banyak abduksi
Cara Aktivasi stabilitas dinamik proximal :
 Supine :
o Posisi Tungkai extensi :
 Pelvis  rotasikan ke 1 sisi lalu minta anak gerakkan ke midline kembali
 Secara bertahap berikan tahanan
 Asses apakah setelah dilatih  anak mampu fleksi hip dan tungkai tetap di
midline

o Posisi tungkai cross hook lying (menyilang lalu dikaitkan ke tungkai sebelahnya)
 Setelah tungkai atas di hook lying ke tungkai sebelahnya  rotasikan pelvis
dan minta anak mengembalikan ke midline
 Secara bertahap berikan tahanan

 Side Lying
o Tujuan :
 Fasilitasi berguling dari side lying  prone
 Menimbulkan stabilisasi bagian proximal pada 1 sisi, fleksi tungkai atas dan
ankle dorsofleksi
o Cara latih :
 Side lying dgn ke 2 tungkai extensi  memundahkan handling, kontrol
pelvis dan menguatkan tungkai
 Asses apakah anak bisa berguling dan kembali ke midline. Perhatikan bagian
proximal tubuh yang tidak aktif dan apakah alignment nya baik
 Terapis memegang ke 2 sisi pelvis dan memobilisasi pelvis
 Terapis melakukan elongasi sisi lateral dari bagian tubuh proximal  lalu
minta anak berguling ke arah prone
 Lakukan berulang kali hingga anak mempelajari gerakan pelvis
 Secara bertahap berikan tahanan
 Asses apakah setelah dilatih  anak mampu fleksi hip dan tungkai tetap di
midline
 Lanjutkan tahapan latihan ke Latihan utk fasilitasi berguling
Fasilitasi Berguling
Anak CP Spastic Diplegic biasanya berguling hanya dgn menggunakan lengan tanpa pergerakan
tungkai. Mereka tidak dapat melakukan gerakan terpisah (1 tungkai fleksi dan tungkai lainnya extensi)
 karena poor connection movement antara bagian proximal dgn tungkai (terutama ankle) & poor
proximal dynamic stability
Syarat lain : elongasi lower trunk

Contoh normal :
Ketika ketika bagian proksimal stabil  pelvis & tungkai dpt digerakkan, contoh ketika mau fleksi
tungkai ke trunk, diperlukan :
 Posterior tilt pelvis + hip fleksi > 900 + ankle dorsofleksi
 Gerak disosiatif dari masing2 tungkai :
o 1 tungkai fleksi  tungkai lain extensi
o Geraka disosiatif ini hanya dimungkinkan jika bagian proximal tubuh dan tungkai
dari sisi yg 1 memberikan stabilitas shg tungkai sisi yg lain dpt bergerak

Terapis harus memfasilitasi aktivasi proximal dynamic stability , gerakan ankle & toe  utk
menggerakan tungkai :
 Posisi duduk : minta anak utk melihat & menggerakkan ankle & toe
 Supine :
o 1 sisi : pelvis Hip full fleksi + posterior tilt  utk memudahkan tungkai sisi yg lain
fleksi & ankle dorsofleksi
 Side lying :
o Tungkai satu yg dipegang dlm posisi fleksi
o Terapis minta pasien fleksikan tungkai yg lain  lalu secara bertahap terapis
memberikan tahanan pd ankle dorsofleksi  utk fasilitasi koneksi seluruh tubuh (dgn
aktivasi proximal dynamic stability dan pergerakan tungkai secara bersamaan)
 Setelah langkah2 penguatan di atas baru minta anak utk berguling
Fasilitasi Duduk
Komponen duduk :
o Head & trunk control (trunk extension dgn upright pelvis)
o Arm & leg movement

Anak suka utk duduk karena :


o Membuat anak berada pada posisi lebih tinggi  sehingga dapat melihat sekeliling
o Membebaskan tangan utk bermain dengan benda
Duduk merupakan komponen prasyarat utk berdiri dan berjalan
Duduk membuat anak utk melatih komponen bergerak pada posisi vertikal melawan gravitasi
Base of Support saat duduk = pelvis
Ada koneksi juga antara trunk dan pergerakan ankle

Anak CP Spastik diplegik ketika didudukkan di lantai akan duduk dgn posisi w – asimetri atau flexed
long sitting – sitting pada sacrum karena :
o Poor neck dan proximal dynamic stability
o Hipertonusitas dari tungkai yang tidak simetris
o Mermaid Leg  anak cenderung menggerakan kedua tungkainya bersamaan krn imobilisasi
pelvis dan kontraktur otot
Duduk pada sacrum menyebabkan :
o Tungkai pada posisi extensi
o Tidak dapat duduk dgn pelvis yg tegak
o Tidak dapat menggerakkan ankle
o Tidak mampu mengoreksi posisi extensi kepala, trunk dan heavy arms
Untuk memperbaiki postur duduk pertimbangkan :
o Neck & proximal dynamic stability
o Asimetric proximal dynamic muscle activity
o Imobilisasi pelvis
o Mengubah sudut hip saat duduk
o Buat base of support yg baik dengan :
o Aktivasi gluteus maximus  utk koaktivasi dgn otot trunk extensor , mengubah arah
dan alignment otot
o Dynamic ankle movement  shg dapat memunculkan gerakan selektif pada tungkai

Penanganan utk fasilitasi duduk :


o Mobilisasi spine, pelvis, sendi ankle dan otot tungkai  persiapan paling pertama sebelum
melatih duduk
o Gunakan AFO saat latihan duduk utk memposisikan ankle dorsofleksi > 900  sehingga pelvis
dapat dpt berada pada sudut yang tepat saat duduk
o Biasanya terdapat atrofi gluteus maximus  terdapat celah antara bokong dgn tempat duduk
 sehingga anak duduk pada sacrum dan berada pada posisi asimetri saat duduk  jadi terapis
harus tempatkan gulungan handuk pada celah tersebut shg memperbaiki perbedaan ketinggian
antara kedua sisi pelvis
o Pola asimetri saat duduk krn hip adduksi & internal rotasi  ubah postur asimetri ini dgn
melakukan weight transfer (menggerakkan pelvis ke 1 sisi) sementara anak duduk bermain dgn
mainan
o Dynamic Base of Support yg baik dengan :
o Ubah sudut hip  shg posisi pelvis tepat pada kursi  shg BOS lebar dan dpt
digerakkan
o Terapis menahan bagian bawah dari 1 sisi pelvis dan dgn tangan lain menstabilisasi
pelvis  lalu mobilisasi 1 sisi pelvis utk merelease thightness dari otot dan tendon
o Asses lokasi kepala femur apakah ada di dalam acetabulum  gerakkan trochanter mayor ke
arah abduksi dan external rotasi utk memperbaiki alignment sendi & posisi pelvis saat duduk
o Berikan stimulasi taktil berupa tekanan pada hip joint  memberikan informasi sensori dan
menstimulasi – mengaktivasi otot gluteus maximus utk mengaktivasi proximal dynamic
stability

Penanganan Ankle movement


Dorsofleksi ankle sangat penting karena :
o Indikasi koneksi seluruh tubuh
o Ankle dorsofleksi muncul ketika tungkai bergerak
o Awalnya tungkai bergerak belum di midline
o Setelah proximal dynamic stability tercapai  tungkai mulai bergerak di midline
o Membantu fasilitasi bagian proximal tubuh utk mempertahankan sitting balance

Pergerakan ankle dorsofleksi pada anak CP Spastic Diplegi = buruk krn spastisitas  ini menyebabkan
kelemahan, gangguan alignment dan gerakan ankle joint dan jari2 kaki
Posisi paling baik utk melatih pergerakan ankle dorsofleksi = posisi duduk  memfasilitasi pergerakan
ankle dgn trunk dan pelvis

Tujuan latihan ankle movement  anak dapat melakukan akle dorsofleksi dan menempatkan pelvis
pada posisi tegak  ada koneksi antara kepala hingga kaki  good head and trunk control
Penanganan ankle movement :
o Mobilisasi spine dan pelvis utk duduk
o Tempatkan anak duduk agak ke arah belakang utk mengextensikan tungkai dan ankle plantar
fleksi (posisi duduk pd sakrum)
o Terapis mensupport trunk dan pelvis  lalu minta anak bergerak ke depan ke posisi tegak 
sehingga pelvis extensi dan ankle dapat melakukan ankle dorsofleksi
o Fasilitasi juga extensi jari2 kaki saat ankle dorsofleksi
Berdiri dari Duduk
Komponen berdiri :
o Axis yg baik dari kepala hingga kaki
o Weight bearing pada kaki  membantu mengembangkan kemampuan berjalan
o Weight transfer ke 1 sisi ketika akan meraih benda
o Ankle alignment dan toe movement  kunci utk balance
o Good hand support – visual grasp

Gerakan normal utk berdiri dari duduk :


o Yang bekerja pertama kali adl komponen fleksor dari proximal dynamic stability  anak
melakukan fleksi trunkus & posterior pelvic tilt
o Kedua tungkai fleksi dan ankle dorsofleksi
o Memindahkan weight bearing pd kaki
o Extensi tungkai

Pada anak CP Spastic Diplegi  kurangnya proximal dynamic stability  anak berdiri dgn
memfleksikan tungkai dan hiper extensi trunk
Utk mengaktifkan proximal dynamic stability  terapis harus memobilisasi ankle dan leg
Penanganan :
o Fasilitasi dynamic neck axis ketika anak mulai melakukan fleksi trunkus
o Terapis dapat memegang kepala anak dan meminta anak utk melihat target dgn ke 2
mata
o Terapis dapat meminta anak utk memegang walker sehingga lbh stabil

Berjalan
Komponen berjalan :
o Komponen berdiri :
o Axis yg baik dari kepala hingga kaki
o Weight bearing pada kaki
o Weight transfer ke 1 sisi ketika akan meraih benda
o Axial rotation  ketika melangkah ke depan
o Koneksi whole body
o Ankle alignment dan toe movement  kunci utk balance
o Good hand support – visual grasp

Pertimbangan terapi :
o Spastisitas
o Good axis dari kepala hingga kaki
o Koneksi whole body
o Ankle alignment dan toe movement  kunci utk balance
o Good hand support – visual grasp
Ada 2 grup anak CP Spastic Diplegi :
o Tidak bisa berdiri karena poor arm and hand support
o Bisa berdiri dan jalan tapi dengan kepala, trunk,pelvis bergoyang dan kedua tungkai tertarik ke
midline
Kelompok 1 Anak CP Spastic Diplegic yg tidak bisa berdiri krn poor arm dan hand support :
o Persiapkan komponen dasar utk berdiri :
o Neck dynamic stability  mempengaruhi shoulder girdle, skapula & gerakan lengan
o Vision – vestibular :
 Vestibular yg buruk  posisi kedua mata buruk  poor visual perception
o Good arm & hand support  extensi  utk self standing
o Mobilisasi spine & pelvis
o proximal dynamic stability  utk mengembangkan koneksi dari kepala ke kaki
o Tangani strong tilting dari pelvis krn spastisitas  krn menyebabkan head dan trunk
extensi
o Good alignment leg
o Dynamic ankle joint  AFO

o Dorong anak utk berdiri dgn berpegangan pada walker atau bar
o Jangan gunakan passive standing ketika anak belum bisa menopang tubuhnya sendiri dgn
lengan dan tangannya sendiri  anak akan takut utk berdiri

o Utk aktivasi proximal dynamic stability saat berdiri dgn walker / meja :
o Terapis dapat bantu stabilisasi
o Rotasikan pelvis ke sisi yg perlu dikuatkan
o Minta anak utk gerakkan kembali ke midline
o Secara bertahap berikan tahanan

Kelompok 2 Anak CP Spastic Diplegic bisa berdiri dan berjalan tetapi goyang
Gambaran umum :
o Hiper extensi kepala dan trunk karena :
o Poor counter balance dari fleksor
o Poor alignment dan movement dari ankle
o Kepala trunk pelvis tidak midline (Leher dan trunk biasa lateral bending ke arah weight bearing
 jadinya sway / goyang saat berjalan) karena :
o Poor neck & trunk dynamic stability
o Spastisitas tungkai
o Sehingga CoG bergerak ke depan yg mengakibatkan :
 leher, arm, trunk hiper extensi utk mencegah jatuh ke depan
 weight bearing jatuh di sisi medial kaki (jempol)  sulit utk toe off dan
menjaga balance
o Asimetri pelvis karena :
o Distribusi spastisitas yg berbeda  menarik pelvis ke belakang dan hip menjadi
adduksi dan internal rotasi, poor alignment dan movement dr ankle
o Anak tidak mampu mengunci lutut :
o Krn tidak ada rotasi pada 20 derajat terakhir menjelang extensi lutut  yg disebabkan
oleh malalignment femur – tibia
o Ketika anak berusaha extensi lutut  anak melakukannya dgn hip adduksi & internal
rotasi serta ankle plantar fleksi  shg otot2 lain spt gluteus maximus, quadriceps ,
hamstring, gastroc soleus , tibialis anterior dan otot2 kaki tidak dapat diaktifkan
 Gluteus maximus yg fungsinya stabilisasi pelvis, extensi hip & knee  tidak
aktif
o Sehingga ketika berjalan :
 pelvis tertarik ke belakang krn spastisitas dan poor proximal dynamic stability
 Knee joint hiper extensi
 Menarik ankle dan jari2 kaki ke arah dalam  weight bearing pd sisi medial
kaki  menyebabkan malalignment ankle, imobiliasi tulang metatarsal,
jempol  mengganggu standing balance
o Pemendekan kontraktur otot sekitar hip joint (gluteus maximus, quadriceps, hamstring) 
mnyebabkan thightness pd hip joint  menyebabkan imobilisasi kedua tungkai dan kedua
tungkai selalu bergerak bersamaan dlm ROM yg kecil  kurangnya gerak disosiasi kedua
tungkai
Penanganan :
o Perbaiki koneksi whole body dan alignment spine, pelvis, leg, ankle
o Mobilisasi ankle dorsofleksi  gunakan AFO (perbaiki plantarfleksi, eversi  memberikan
base of support yg lebih baik)
o Mobilisasi hip joint (pegang trochanter mayor dan lakukan external rotasi) sementara otot2
tungkai lain distabilisasi
o Lalu fleksikan hip 900 , elongasi medial hamstring, rotasi kepala femur  utk release otot &
ligamen
o Minta anak utk extensi hip utk aktifkan gluteus maximus / terapis dpt juga memberi tekanan pd
otot gluteus maximus
o Mobilisasi kedua tungkai utk fasilitasi gerakan disosiasi kedua tungkai
o Latih anak utk extensi lutut
o Latih anak utk pelvic bridging  melatih ankle mengontrol gerakan pelvis, mengaktivasi
gluteus maximus dan quadriceps tanpa mengaktivasi hip adduktor
o Setelah itu latih anak berdiri dgn walker
o Adjust whole body alignment
o Pegang 1 tungkai  tarik hingga extensi penuh dan satu garis dgn pelvis
o Lalu minta anak extensikan tungkai lainnya
o Jika anak tidak mampu extensi lutut saat berdiri itu dikarenakan :
o Ankle yg stiff dan asimetri  menyebabkan pelvis tertarik ke belakang dan
menyebabkan gluteus maximus dan quadriceps tidak dapat berkontraksi
o Terapis harus membuat alignment pelvis dan leg yg baik dgn aktivasi proximal
dynamic stability, mobilisasi ankle dan jari2 kaki
o Jika anak berjalan dgn posisi hiper extensi kepala trunk dan lateral bending ke sisi weight
bearing / sway - bergoyang :
o Terapis melakukan adjustment postur dari kepala hingga ankle
o Lalu minta anak extensikan lutut
o Jika anak berjalan dgn crouch posture (fleksi kepala, trunk, tungkai) :
o Extensikan bagian proximal tubuh dgn postural control walker (reverse walker)
o Jika anak berjalan dgn leher lateral fleksi ke 1 sisi :
o Terapis stabilkan leher sbg axis tubuh
o Lalu fasilitasi rotasi trunkus dlm axis midline
o Ketika terapis fasilitasi rotasi trunkus dan pelvis  fasilitasi 1 tungkai utk melangkah
ke depan
o Fasilitasi pemanjangan dan rotasi otot leher  fasilitasi perkembangan axis kepala
o Lalu minta anak melihat sebuah benda dgn ke 2 mata  membantu good head control
pada midline
o Lakukan fasilitasi pemanjangan dan rotasi trunkus dgn cara yg sama sambil meminta
anak melihat sebuah benda dgn ke 2 mata
o Ketika berdiri, minta anak melihat benda yg terdapat di sisi kanan atau kiri  memandu
weight transfer  sambil dibantu oleh terapis utk adjust postur, memastikan ada
elongasi pd sisi yg weight bearing dan fasilitasi melangkah
o Jika anak berjalan dgn hiper extensi :
o Terapis menekan sternum
o Tungkai terapis mendorong pelvis ke midline
o Aktivasi gerakan fleksor dari bagian tubuh proximal

Gerakan Selektif Tungkai


Pada anak CP Spastik Diplegi ada kesulitan melakukan gerakan selektif tungkai, biasanya :
o Fleksi hip diikuti adduksi hip
o Fleksi lutut diikuti ankle plantar fleksi
Penanganan : proximal dynamic stability & ankle movement

Anak CP Spastik Quadriplegia


Pertimbangan terapi :
o Poor arousal level (kesadaran)
o Vital function :
o Visual
o Auditorik penting utk fasilitasi head control
o Menghisap
o Menelan
o Bernafas

Meningkatkan tingkat arousal anak


Tingkat arousal menentukan kemampuan anak utk menerima input sensorik
Utk mengaktivasi dan mempertahankan tingkat arousal  lakukan aktivasi otot wajah dgn :
o slow smooth mobilization otot wajah
o gerakan simultan otot dahi dgn otot mata  fasilitasi pergerakan bola mata dan kesadaran

Vestibulo – Ocular – Reflex


o Kepala, mata dan trunk biasa berpaling sisi tubuh yg tonus posturalnya lebih tinggi  asimetri
o Otot wajah, jaw, lidah  retraksi

Utk perbaiki fungsi vestibular  kepala dan 2 mata harus midline  ini akan perbaiki head control
Penanganan : terapis bawa kepala, trunk, lengan ke midline

Ubah Pola Gerak


o Anak dgn gangguan otak berat  Total extensor pattern
o Distribusi spastisitas yg asimetri  tubuh akan berpaling ke sisi yg tonusnya lebih tinggi
o Penanganan :
o Posisi prone :
 Mobilisasi otot hip joint (adductor & internal rotator) shg :
 pelvis jadi mobile
 Spastisitas sekitar hip berkurang
 Tungkai dpt bergerak
 Mobilisasi spine utk extremitas atas dan bawah
o Side lying :
 Elongasi 1 sisi utk stabilisasi  sisi lain utk mobilisasi (terutama shoulder
girdle dan scapula)
o Posisi duduk dgn kepala dan lengan di meja
 Terapis mobilisasi pelvis ke anterior tilt  meningkatkan fleksi tungkai &
pergerakan trunkus menjadi lebih depan dari pelvis
 Terapis menarik pelvis utk memposisikan pelvis pada sudut duduk yg tepat
 Mobilisasi 1 sisi pelvis  weight transfer  memberikan otak informasi tg
base of support yg luas dan mobilisasi pelvis
 Jika anak memiliki kognitif yg baik  fasilitasi head control dgn
menggunakan mainan
 Jika kognitif nya buruk  gunakan head righting reactin dan body righting
reflex utk fasilitasi head control
 Fasilitasi juga pola nafas dan mobilisasi iga

o Tingkatkan arm support  fasilitasi head control (prone on elbow) dan memberikan
rasa aman
o Dorong anak utk mengisap jari2 nya sendiri  meningkatkan motivasi dan head
control, body scheme, eye hand coordination
 Eye hand coordination  utk meraih, fore arm dan hand support

Perbaiki pola nafas


 Anak dgn gangguan otak berat :
o pola nafas terbalik saat inspirasi : iga tidak mengembang, sternum collapse
 terjadi karena imobilitas iga dan spine
 Immature diaphragma breathing krn pergerakan diafragma juga terganggu oleh
imobilitas iga dan spine  tarikan paling kuat pada procc xyphoid (krn paling
fleksibel)  shg strenum collaps saat inspirasi
o Iga terangkat, asimetri dan berputar ke 1 sisi  limitasi pergerakan
o Jaw thrust & retraction  open mouth posture  halangi deep breathing
o Hiper extensi leher akan menyebabkan :
 stretch bagian anterior
 Retraksi laring & lidah
 Airway terbuka  sulit memunculkan reflekx batuk
Penanganan :
 Mobilisasi spine dan iga
 Side lying :
o Stabilisasi kepala dan iga bawah
o Mobilisasi iga
o Kurangi jaw thrust & hiper extensi leher, tutup mulut  membantu nasal breathing
o Jika ada sputum  fasilitasi reflex batuk

DAFTAR PUSTAKA
1. Wahyuni L, Jun Sun Hong. WS Bobath Update on Assessment Treatment of CP Children.

2. Hong SJ. Cerebral palsy treatment ideas : from the normal development.

3. Wahyuni L. Palsi Serebral. Meet the expert; 2019.

Anda mungkin juga menyukai