Muscle Control 1
Muscle tone
Posture Postural Control Motor Skill Functional Movement
Sensory system (Righting Reflex & Equilibrium Rx)
Normal Development 1
0 – 3 bln : midline & symmetry
3 – 5 bln : Mass movement : extension & abd
5 – 6 bln : extension & add
7 – 8 bln : rotasi
9 – 10 bln : merangkak resiprokal
10 – 12 bln : jalan
Tahapan perkembangan : Head – trunk dynamic stability dulu baru pelvis – leg movement
Vision
Saat supine : leher chin tuck control mindline
Saat prone : arm support + weight bearing pd elbow fasilitasi Binocular
Vision (depth & distance)
Memotivasi utk explore
Komponen Postural Trunk Control 2 ( Pengaturan posisi tubuh utk stabilisasi & orientasi)
Mass movement as a unit memperkuat koneksi kepala – tubuh
Sensory input : 1
o Mempengaruhi arah dan pemilihan gerakan, misal :
Input taktil pada punggung bayi saat menyentuh lantai memberikan rasa
stabilitas posisi
Visual : melihat mainan memotivasi anak untuk bergerak menuju mainan
Bentuk dan ukuran mainan menentukan tipe grasp tangan, sudut serta
arah pergerakan tangan untuk meraih mainan tersebut
Sensory input (visual, auditorik, taktil vestibular) body scheme terbentuk anak belajar
ttg bagian tubuh mereka dan hubungannya dgn lingkungan mengembangkan postural
control membuat good alignment & movement
Head control & Proximal stability (otot abdomen & punggung bawah)
Setelah belajar weight transfer mulai ada selective arm movement dgn koneksi trunk dan pelvis
yang baik anak mulai belajar pakai leg
Ketika anak normal belajar untuk berdiri, anak menggunakan mass movement (strong hip adduction,
hip internal rotation dan plantar fleksi ankle) untuk dapat extensi melawan gravitasi. Tp ketika anak
sudah bisa melakukan ankle dorsofleksi maka hip adduction & hip internal rotation akan berkurang
dan ankle dorsofleksi ini akan mengaktifkan gluteus, quadriceps & hamstring
Komponen Standing Up (dari duduk ke berdiri) 1
Distal stability
Foot dan ankle mengaktifkan pergerakan pelvis dan trunk
Leg muscle move to distal memandu kontrol pelvis (anterior dan posterior tilt)
Symmetrical standing
Otot yg bekerja : Tibialis anterior, Rhomboid (angkat scapula), trapezius (utk tegak),
quadriceps
o Pengaturan tekanan intra torakal utk bernafas dimulai dari pita suara – rongga thorax
– diafragma – rongga abdomen – pelvic floor
Chewing butuh : 1
Lateralisasi lidah
Jaw strength, stability, alignment
Retraksi lidah
Komponen berbicara : 1
Stabilisasi Postural (neck, shoulder, trunk) baru bisa stabilisasi jaw
Fungsi jaw :
o Disosiasi otot jaw dari otot lain (gerakan jaw yg selektif)
Head from body
Jaw from head
Lips – eyes – jaw – face
Tongue from jaw
o Grading movement = controlled segmentation movement gerakan yg halus
o Fixing :
Pola gerakan abnormal (kompensasi) yg muncul krn kurangnya stabilisasi
dan grading fixing ini hambat mobilitas jaw
Kesadaran
Placement
Strength / muscle memory
Produksi
Respirasi
Fonasi
Resonansi
Artikulasi
C. FINE MOTOR
Komponen pergerakan mata 1
Fleksi leher stabilisasi leher
Eye hand coordination
D. CEREBRAL PALSY
Cerebral Palsy = gangguan kontrol postural dan gerakan karena : 3
Hilangnya kontrol gerakan selektif
Tonus otot abnormal
Gerakan bergantung pada / menggunakan pola reflex primitif
Imbalance otot agonis dan antagonis
Kurangnya reaksi equilibrium
o Pengaturan tekanan intra torakal utk bernafas dimulai dari pita suara – rongga thorax
– diafragma – rongga abdomen – pelvic floor
Asesmen Postur :
Trunk hiper extensi krn kelemahan fleksor
Neck – Tunk – Pelvis di luar midline karena
o poor connection antara neck – trunk – pelvis ec :
Poor stability dari neck & trunk
Leg Hiper tonus
Pelvis asimetri
Leg : alignment tidak adekuat
Pertimbangan penting :
Prioritas terapi
Urutan aktivitas
Misal :
Utk mencapai good arm support kita harus siapkan dan mobilisasi shoulder girdle dulu
(termasuk skapula) dan meningkatkan stabilitas dinamik leher
Utk mencapai stabilitas dinamik proximal saat duduk dan berdiri kita harus mobilisasi
spine, pelvis dan hip joint
Penanganan :
Fasilitasi koneksi kepala – leher – trunkus – pelvis – leg dlm posisi fleksi agar anak dpt
menginisasi gerakan dgn menggunakan komponen fleksor
Side lying :
o Kepala dan tungkai full fleksi + posterior tilt pelvis
o Lalu extensikan leher minta anak fleksikan
o Extensikan tungkai minta anak fleksikan
o Semuanya ini memfasilitasi chin tuck utk memperkuat koneksi seluruh tubuh saat
dalam posisi fleksi
Sitting position :
o Duduk pd posisi recline / bersandar pd terapis lalu minta anak fleksikan leher
o Fasilitasi koneksi leher dan pelvis :
Minta anak memajukan tubuhnya / bergerak ke depan (posterior pelvic tilt)
Anak bersandar pada paha terapis terapis menahan bagian depan tubuh
anak kepala dijatuhkan ke belakang minta anak utk fleksikan leher (dpt
dibantu terapis) utk melatih aktivitas fleksor dan extensor shg anak dapat
bergerak ke upright position secara mandiri
Dengan kepala fleksi minta anak utk menggerakkan tubuhnya ke depan dan
belakang
Aktivasi Stabilitas Dinamik Proximal
Utk melakukan aktivasi trunk butuh ada koneksi antara bagian tubuh proximal dgn pelvis
Dasar terapi :
Ketika tungkai kanan fleksi bagian proximal tubuh sisi kanan memungkin posterior tilt
pelvis
Proximal tubuh sisi kiri akan menstabilisasi pelvis dan mempertahankan tungkai kanan di
midline
Asses bagian proximal tubuh mana yang tidak aktif ketika tungkai bergerak, misal :
Leher
Jika proximal tubuh sisi kiri lemah maka tungkai kanan tidak akan midline ketika
tungkai kanan difleksikan terlalu banyak abduksi
Cara Aktivasi stabilitas dinamik proximal :
Supine :
o Posisi Tungkai extensi :
Pelvis rotasikan ke 1 sisi lalu minta anak gerakkan ke midline kembali
Secara bertahap berikan tahanan
Asses apakah setelah dilatih anak mampu fleksi hip dan tungkai tetap di
midline
o Posisi tungkai cross hook lying (menyilang lalu dikaitkan ke tungkai sebelahnya)
Setelah tungkai atas di hook lying ke tungkai sebelahnya rotasikan pelvis
dan minta anak mengembalikan ke midline
Secara bertahap berikan tahanan
Side Lying
o Tujuan :
Fasilitasi berguling dari side lying prone
Menimbulkan stabilisasi bagian proximal pada 1 sisi, fleksi tungkai atas dan
ankle dorsofleksi
o Cara latih :
Side lying dgn ke 2 tungkai extensi memundahkan handling, kontrol
pelvis dan menguatkan tungkai
Asses apakah anak bisa berguling dan kembali ke midline. Perhatikan bagian
proximal tubuh yang tidak aktif dan apakah alignment nya baik
Terapis memegang ke 2 sisi pelvis dan memobilisasi pelvis
Terapis melakukan elongasi sisi lateral dari bagian tubuh proximal lalu
minta anak berguling ke arah prone
Lakukan berulang kali hingga anak mempelajari gerakan pelvis
Secara bertahap berikan tahanan
Asses apakah setelah dilatih anak mampu fleksi hip dan tungkai tetap di
midline
Lanjutkan tahapan latihan ke Latihan utk fasilitasi berguling
Fasilitasi Berguling
Anak CP Spastic Diplegic biasanya berguling hanya dgn menggunakan lengan tanpa pergerakan
tungkai. Mereka tidak dapat melakukan gerakan terpisah (1 tungkai fleksi dan tungkai lainnya extensi)
karena poor connection movement antara bagian proximal dgn tungkai (terutama ankle) & poor
proximal dynamic stability
Syarat lain : elongasi lower trunk
Contoh normal :
Ketika ketika bagian proksimal stabil pelvis & tungkai dpt digerakkan, contoh ketika mau fleksi
tungkai ke trunk, diperlukan :
Posterior tilt pelvis + hip fleksi > 900 + ankle dorsofleksi
Gerak disosiatif dari masing2 tungkai :
o 1 tungkai fleksi tungkai lain extensi
o Geraka disosiatif ini hanya dimungkinkan jika bagian proximal tubuh dan tungkai
dari sisi yg 1 memberikan stabilitas shg tungkai sisi yg lain dpt bergerak
Terapis harus memfasilitasi aktivasi proximal dynamic stability , gerakan ankle & toe utk
menggerakan tungkai :
Posisi duduk : minta anak utk melihat & menggerakkan ankle & toe
Supine :
o 1 sisi : pelvis Hip full fleksi + posterior tilt utk memudahkan tungkai sisi yg lain
fleksi & ankle dorsofleksi
Side lying :
o Tungkai satu yg dipegang dlm posisi fleksi
o Terapis minta pasien fleksikan tungkai yg lain lalu secara bertahap terapis
memberikan tahanan pd ankle dorsofleksi utk fasilitasi koneksi seluruh tubuh (dgn
aktivasi proximal dynamic stability dan pergerakan tungkai secara bersamaan)
Setelah langkah2 penguatan di atas baru minta anak utk berguling
Fasilitasi Duduk
Komponen duduk :
o Head & trunk control (trunk extension dgn upright pelvis)
o Arm & leg movement
Anak CP Spastik diplegik ketika didudukkan di lantai akan duduk dgn posisi w – asimetri atau flexed
long sitting – sitting pada sacrum karena :
o Poor neck dan proximal dynamic stability
o Hipertonusitas dari tungkai yang tidak simetris
o Mermaid Leg anak cenderung menggerakan kedua tungkainya bersamaan krn imobilisasi
pelvis dan kontraktur otot
Duduk pada sacrum menyebabkan :
o Tungkai pada posisi extensi
o Tidak dapat duduk dgn pelvis yg tegak
o Tidak dapat menggerakkan ankle
o Tidak mampu mengoreksi posisi extensi kepala, trunk dan heavy arms
Untuk memperbaiki postur duduk pertimbangkan :
o Neck & proximal dynamic stability
o Asimetric proximal dynamic muscle activity
o Imobilisasi pelvis
o Mengubah sudut hip saat duduk
o Buat base of support yg baik dengan :
o Aktivasi gluteus maximus utk koaktivasi dgn otot trunk extensor , mengubah arah
dan alignment otot
o Dynamic ankle movement shg dapat memunculkan gerakan selektif pada tungkai
Pergerakan ankle dorsofleksi pada anak CP Spastic Diplegi = buruk krn spastisitas ini menyebabkan
kelemahan, gangguan alignment dan gerakan ankle joint dan jari2 kaki
Posisi paling baik utk melatih pergerakan ankle dorsofleksi = posisi duduk memfasilitasi pergerakan
ankle dgn trunk dan pelvis
Tujuan latihan ankle movement anak dapat melakukan akle dorsofleksi dan menempatkan pelvis
pada posisi tegak ada koneksi antara kepala hingga kaki good head and trunk control
Penanganan ankle movement :
o Mobilisasi spine dan pelvis utk duduk
o Tempatkan anak duduk agak ke arah belakang utk mengextensikan tungkai dan ankle plantar
fleksi (posisi duduk pd sakrum)
o Terapis mensupport trunk dan pelvis lalu minta anak bergerak ke depan ke posisi tegak
sehingga pelvis extensi dan ankle dapat melakukan ankle dorsofleksi
o Fasilitasi juga extensi jari2 kaki saat ankle dorsofleksi
Berdiri dari Duduk
Komponen berdiri :
o Axis yg baik dari kepala hingga kaki
o Weight bearing pada kaki membantu mengembangkan kemampuan berjalan
o Weight transfer ke 1 sisi ketika akan meraih benda
o Ankle alignment dan toe movement kunci utk balance
o Good hand support – visual grasp
Pada anak CP Spastic Diplegi kurangnya proximal dynamic stability anak berdiri dgn
memfleksikan tungkai dan hiper extensi trunk
Utk mengaktifkan proximal dynamic stability terapis harus memobilisasi ankle dan leg
Penanganan :
o Fasilitasi dynamic neck axis ketika anak mulai melakukan fleksi trunkus
o Terapis dapat memegang kepala anak dan meminta anak utk melihat target dgn ke 2
mata
o Terapis dapat meminta anak utk memegang walker sehingga lbh stabil
Berjalan
Komponen berjalan :
o Komponen berdiri :
o Axis yg baik dari kepala hingga kaki
o Weight bearing pada kaki
o Weight transfer ke 1 sisi ketika akan meraih benda
o Axial rotation ketika melangkah ke depan
o Koneksi whole body
o Ankle alignment dan toe movement kunci utk balance
o Good hand support – visual grasp
Pertimbangan terapi :
o Spastisitas
o Good axis dari kepala hingga kaki
o Koneksi whole body
o Ankle alignment dan toe movement kunci utk balance
o Good hand support – visual grasp
Ada 2 grup anak CP Spastic Diplegi :
o Tidak bisa berdiri karena poor arm and hand support
o Bisa berdiri dan jalan tapi dengan kepala, trunk,pelvis bergoyang dan kedua tungkai tertarik ke
midline
Kelompok 1 Anak CP Spastic Diplegic yg tidak bisa berdiri krn poor arm dan hand support :
o Persiapkan komponen dasar utk berdiri :
o Neck dynamic stability mempengaruhi shoulder girdle, skapula & gerakan lengan
o Vision – vestibular :
Vestibular yg buruk posisi kedua mata buruk poor visual perception
o Good arm & hand support extensi utk self standing
o Mobilisasi spine & pelvis
o proximal dynamic stability utk mengembangkan koneksi dari kepala ke kaki
o Tangani strong tilting dari pelvis krn spastisitas krn menyebabkan head dan trunk
extensi
o Good alignment leg
o Dynamic ankle joint AFO
o Dorong anak utk berdiri dgn berpegangan pada walker atau bar
o Jangan gunakan passive standing ketika anak belum bisa menopang tubuhnya sendiri dgn
lengan dan tangannya sendiri anak akan takut utk berdiri
o Utk aktivasi proximal dynamic stability saat berdiri dgn walker / meja :
o Terapis dapat bantu stabilisasi
o Rotasikan pelvis ke sisi yg perlu dikuatkan
o Minta anak utk gerakkan kembali ke midline
o Secara bertahap berikan tahanan
Kelompok 2 Anak CP Spastic Diplegic bisa berdiri dan berjalan tetapi goyang
Gambaran umum :
o Hiper extensi kepala dan trunk karena :
o Poor counter balance dari fleksor
o Poor alignment dan movement dari ankle
o Kepala trunk pelvis tidak midline (Leher dan trunk biasa lateral bending ke arah weight bearing
jadinya sway / goyang saat berjalan) karena :
o Poor neck & trunk dynamic stability
o Spastisitas tungkai
o Sehingga CoG bergerak ke depan yg mengakibatkan :
leher, arm, trunk hiper extensi utk mencegah jatuh ke depan
weight bearing jatuh di sisi medial kaki (jempol) sulit utk toe off dan
menjaga balance
o Asimetri pelvis karena :
o Distribusi spastisitas yg berbeda menarik pelvis ke belakang dan hip menjadi
adduksi dan internal rotasi, poor alignment dan movement dr ankle
o Anak tidak mampu mengunci lutut :
o Krn tidak ada rotasi pada 20 derajat terakhir menjelang extensi lutut yg disebabkan
oleh malalignment femur – tibia
o Ketika anak berusaha extensi lutut anak melakukannya dgn hip adduksi & internal
rotasi serta ankle plantar fleksi shg otot2 lain spt gluteus maximus, quadriceps ,
hamstring, gastroc soleus , tibialis anterior dan otot2 kaki tidak dapat diaktifkan
Gluteus maximus yg fungsinya stabilisasi pelvis, extensi hip & knee tidak
aktif
o Sehingga ketika berjalan :
pelvis tertarik ke belakang krn spastisitas dan poor proximal dynamic stability
Knee joint hiper extensi
Menarik ankle dan jari2 kaki ke arah dalam weight bearing pd sisi medial
kaki menyebabkan malalignment ankle, imobiliasi tulang metatarsal,
jempol mengganggu standing balance
o Pemendekan kontraktur otot sekitar hip joint (gluteus maximus, quadriceps, hamstring)
mnyebabkan thightness pd hip joint menyebabkan imobilisasi kedua tungkai dan kedua
tungkai selalu bergerak bersamaan dlm ROM yg kecil kurangnya gerak disosiasi kedua
tungkai
Penanganan :
o Perbaiki koneksi whole body dan alignment spine, pelvis, leg, ankle
o Mobilisasi ankle dorsofleksi gunakan AFO (perbaiki plantarfleksi, eversi memberikan
base of support yg lebih baik)
o Mobilisasi hip joint (pegang trochanter mayor dan lakukan external rotasi) sementara otot2
tungkai lain distabilisasi
o Lalu fleksikan hip 900 , elongasi medial hamstring, rotasi kepala femur utk release otot &
ligamen
o Minta anak utk extensi hip utk aktifkan gluteus maximus / terapis dpt juga memberi tekanan pd
otot gluteus maximus
o Mobilisasi kedua tungkai utk fasilitasi gerakan disosiasi kedua tungkai
o Latih anak utk extensi lutut
o Latih anak utk pelvic bridging melatih ankle mengontrol gerakan pelvis, mengaktivasi
gluteus maximus dan quadriceps tanpa mengaktivasi hip adduktor
o Setelah itu latih anak berdiri dgn walker
o Adjust whole body alignment
o Pegang 1 tungkai tarik hingga extensi penuh dan satu garis dgn pelvis
o Lalu minta anak extensikan tungkai lainnya
o Jika anak tidak mampu extensi lutut saat berdiri itu dikarenakan :
o Ankle yg stiff dan asimetri menyebabkan pelvis tertarik ke belakang dan
menyebabkan gluteus maximus dan quadriceps tidak dapat berkontraksi
o Terapis harus membuat alignment pelvis dan leg yg baik dgn aktivasi proximal
dynamic stability, mobilisasi ankle dan jari2 kaki
o Jika anak berjalan dgn posisi hiper extensi kepala trunk dan lateral bending ke sisi weight
bearing / sway - bergoyang :
o Terapis melakukan adjustment postur dari kepala hingga ankle
o Lalu minta anak extensikan lutut
o Jika anak berjalan dgn crouch posture (fleksi kepala, trunk, tungkai) :
o Extensikan bagian proximal tubuh dgn postural control walker (reverse walker)
o Jika anak berjalan dgn leher lateral fleksi ke 1 sisi :
o Terapis stabilkan leher sbg axis tubuh
o Lalu fasilitasi rotasi trunkus dlm axis midline
o Ketika terapis fasilitasi rotasi trunkus dan pelvis fasilitasi 1 tungkai utk melangkah
ke depan
o Fasilitasi pemanjangan dan rotasi otot leher fasilitasi perkembangan axis kepala
o Lalu minta anak melihat sebuah benda dgn ke 2 mata membantu good head control
pada midline
o Lakukan fasilitasi pemanjangan dan rotasi trunkus dgn cara yg sama sambil meminta
anak melihat sebuah benda dgn ke 2 mata
o Ketika berdiri, minta anak melihat benda yg terdapat di sisi kanan atau kiri memandu
weight transfer sambil dibantu oleh terapis utk adjust postur, memastikan ada
elongasi pd sisi yg weight bearing dan fasilitasi melangkah
o Jika anak berjalan dgn hiper extensi :
o Terapis menekan sternum
o Tungkai terapis mendorong pelvis ke midline
o Aktivasi gerakan fleksor dari bagian tubuh proximal
Utk perbaiki fungsi vestibular kepala dan 2 mata harus midline ini akan perbaiki head control
Penanganan : terapis bawa kepala, trunk, lengan ke midline
o Tingkatkan arm support fasilitasi head control (prone on elbow) dan memberikan
rasa aman
o Dorong anak utk mengisap jari2 nya sendiri meningkatkan motivasi dan head
control, body scheme, eye hand coordination
Eye hand coordination utk meraih, fore arm dan hand support
DAFTAR PUSTAKA
1. Wahyuni L, Jun Sun Hong. WS Bobath Update on Assessment Treatment of CP Children.
2. Hong SJ. Cerebral palsy treatment ideas : from the normal development.