Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN

TITRASI HEPARIN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. LOEKMONO HADI KUDUS

TAHUN 2019
BAB I
DEFINISI

1. PENGERTIAN
Suatu proses pemberian / atau mengedarkan suatu antikoagulan ke
dalam sirkulasi diluar tubuh maupun didalam tubuh (sirkulasi ekstrakorporeal
dan sistemi) pada waktu proses hemodialysis.

2. JENIS-JENIS PEMERIKSAAN CLOTTING TIME


a. Lee white clotting time
b. Whoole blood partial thromboplastine time (WBPTT)
c. Whoole blood activated clotting time (WBACT)
d. activated plasma partial tromboplastine time (APPTT)

Anti koagulan (sodium heparinate atau heparin dan low molegulaer


weight heparin) mutlak diperlukan untuk mencegah bekuan darah pada
sirkulasi ekstrakorporeal.
Dosis awal (dosis permulaan) = 50 iu-100 iu/ kg BB, diberikan pada waktu
melakukan punksiatau pada persiapan kateter akses vaskuler. Cara lain
diberikan pada awal HD/ pada inisiasi HD yaitu pada permulaan darah
dialirkan ke dalam sirkulasi ekstrakorporeal dengan bolus IV, di injeksikan
melalui injeksi port yang ada pada ABL (Artery Blood Line).
Dosis selanjutnya adalah dosis pemeliharaan.

3. HEPARINISASI MENURUT CARA PEREDARANNYA


a. Heprinisasi biasa atau rutin
Heparin bebas beredar (aktif) dikedua sirkulasi tubuh maupun
sirkulasi di luar tubuh (ekstrakorporeal). Pada pemberian dosis
pemeliharaan secara continuous dosis heparin diberikan saat HD
dimulai (start HD), pada pemberian heparin dosis pemeliharaan secara
intermitten 1 jam pertama dosis heparin belum diberikan, baru pada
jam ke 2 dan seterusnya diberikan setiap jam tetapi pada jam terakhir
heparin tidk diberikan.
b. Heparinisasi minimal/ ketat
Diberikan pada pasien dengan resiko perdarahan ringsn-
sedang. eparin yang beredar atau aktif didalam sirkulsasi tubuh
maupun di dalam sirkulasi ekstrakorporeal sangat minim untuk itu
observasi ketat harus dilakukan karena kemungkinan dapat terjadi
clotting pada sirkulasi ekstrakorporeal
BAB II
RUANG LINGKUP

A. RUANG LINGKUP
Panduan ini diterapkan kepada
1. Pelayanan kepada pasien yang akn menjalani terapi
hemodialysis di instalasi hemodialisa RSUD dr. Loekmono Hadi
Kudus
2. Tindakan heparinisasi ini dilakukan oleh petugas yang
berkompeten yaitu perawat dialysis dari hasil kolaborasi
dengan DPJP
B. TUJUAN
Mencegah terjadinya pembekuan darah (chloting) didalam sirkulasi
extracorporeal (dialiser, AVBL, jarum punksi/ kateter akses vaskuler.
BAB III
TATA LAKSANA

Anti koagulan (sodium heparinate atau dan low molegular weigth


heparin) mutlak diperlukan selama sesi hemodialysis untuk mencegah
bekuan darah pada sirkulasi ekstrakorporeal. dosis awal (dosis permulaan)=
50 iu – 100 iu/ kg BB. diberikan pada waktu melakukan punksi atau pada
persiapan kateter akses vaskuler.
Cara pemberian heparin :
a. Periksa masa pembekuan sebelum hemodialiss
b. Sebaiknya menggunakan cara heparine pump yang sudah tersedia
pada mesin
c. Berikan dosis awal 500 iu melaui venous line
d. Melalui heparine pump diberikan 600-1000 iu/jam
e. Heparine pump diatur sesuai kebutuhan
f. heparin pump diteruskan secara maintenance selama 3 jam pertama
lalu pump di stop.
Prosedur Tindakan :
Persiapan alat
 Heparin
 Nacl 0,9 %
 Spuit 1cc
 Spuit 20 cc
Persiapan pasien
 Anamnesis riwayat perdarahan
 Cek bertahap
 identitas pasien
 jenis tindakan yang akan dilakukan
 Pasien diberitahu tindakan yang akn dilakukan
 Observasi kondisi pasien dan keluhan pasien terutama mengenai
perdarahan
Cara pemberian
 bilas sirkuit dialysis dengan NaCl 0,9 % yang telah dicampur
denganheparin 3000-5000 iu
 Bilas dan keluarkan cairan tersebut diatas (jangan dimasukkan ke
tubuh pasien )
 Bilas sirkulasi dialysis tiap 30 menit-1jam dengan NaCl 0,9 %
sebanyak 50-100 ml untuk mencegah terjadinya clottingpada jalur
arteri
 Naikkan laju ultrafiltrasi untuk mengeluarkan Nacl ekstra
 Perhatikan dialiser dan awasi tekanan vena dengan hati2 untuk
mendeteksi tanda-tanda awal pembekuan darah.
 Bila terjadi tanda-tanda pembekuan darah hindari untuk pemberian
tranfusi.
BAB IV
DOKUMENTASI

Prosedur tindakan hemodialysis (lembar CPPT dan Assesmen ulang dan


monitoring)

REFERENSI
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam pembuatan panduan priming
soacking di rumah sakit diperlukan peraturan peundang-undangan pendukung
sebagai legal aspect. Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan
adalah sebai berikut :
1. Undang-undang no 44 tahun 2019 tentang rumah sakit
2. Undang-undang no 36 tahun 2019 tentang kesehatan

DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
dr. LOEKMONO HADI KUDUS

dr. ABDUL AZIZ ACHYAR, M.Kes

Anda mungkin juga menyukai