02 Buku Informasi
02 Buku Informasi
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu menerapkan Keselamatan
& Kesehatan Kerja di tempat Kerja
B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Menerapkan
Keselamatan Kerja Kesehatan Kerja (K3) ini guna memfasilitasi peserta sehingga
pada akhir diklat diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
2. Melaksanakan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
3. Melakukan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam kondisi
berbahaya / darurat
4. Memelihara peralatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
BAB II
MENJELASKAN TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) atau yang lebih
dikenal dengan istilah K3, pada dunia usaha harus diterapkan dengan baik
pada semua tenaga kerja yang berada di dalam lingkup pekerjaan tersebut.
Tempat kerja didefinisikan sebagai tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau sering
dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya (UU No.1/1970).
Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Permenaker. No.05/1996).
Gambar 1. Lokasi budidaya ikan air tawar, ada pekerja dan ada sumber bahaya
Sementara itu berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05 tahun 1996,
ada penekanan untuk setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja
sebanyak seratus (100) orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya
yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran
dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan SMK3.
Kegiatan usaha budidaya ikan air tawar merupakan salah satu sektor dunia
usaha yang menggunakan banyak tenaga kerja untuk memenuhi target
produksinya. Tempat kerjanya adalah suatu ruangan atau lapangan, tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau sering
dimasuki tempat kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber-sumber bahaya yang berasal dari kondisi lingkungan dan peralatan
produksi yang dipergunakannya.
Dalam dunia perikanan budidaya ada tiga fase yang dapat dijadikan segmen
usaha yaitu pembenihan, pendederan dan pembesaran. Usaha pembenihan
adalah usaha dalam budidaya ikan yang outputnya adalah benih ikan. Usaha
pendederan adalah usaha dalam budidaya ikan yang outputnya ukuran ikan
sebelum ditebarkan ke unit pembesaran atau ukuran sebelum konsumsi.
Sedangkan usaha pembesaran adalah usaha dalam budidaya ikan yang
outputnya adalah ikan berukuran konsumsi.
Metode produksi secara ekstensif adalah suatu metode budidaya yang sangat
membutuhkan areal budidaya yang luas dengan sumber pakan yang digunakan
dalam budidaya adalah pakan alami. Pakan alami ini dibuat di dalam wadah
budidaya dimana ikan tersebut dipelihara. Dalam metode produksi ini hasil
yang diperoleh membutuhkan waktu relatif lebih lama.
Metode produksi secara semi intensif adalah suatu metode budidaya yang
membutuhkan areal budidaya yang luas dengan sumber pakan yang digunakan
dalam budidaya adalah pakan alami ditambah dengan pakan tambahan.
Kesehatan dan keselamatan kerja pada setiap metode budidaya ikan ini sangat
berbeda karena sangat berbeda terkait peralatan-peralatan produksi yang
digunakannya untuk mencapai target usaha budidaya ikan air tawar.
Peralatan yang harus disediakan dalam kegiatan budidaya ikan air tawar antara
lain adalah ; (1) Peralatan pemberian pakan, (2) Peralatan pengukuran kualitas
air, (3) Peralatan pencegahan hama dan penyakit ikan, (4) Peralatan
pengolahan lahan budidaya, (5) Peralatan pembenihan ikan secara buatan, (6)
Peralatan panen dan (7) Peralatan listrik.
Seperti yang telah diuraikan di atas, peralatan produksi yang akan disiapkan
dalam membudidayakan ikan sangat bergantung kepada metode budidaya
yang telah ditetapkan. Peralatan yang digunakan dalam budidaya ikan secara
ekstensif adalah peralatan yang sangat sederhana.
Peralatan yang harus disiapkan dalam metode produksi secara ekstensif antara
lain adalah cangkul yang berfungsi untuk mengolah tanah dasar kolam,
timbangan yang berfungsi untuk menimbang berbagai macam bahan yang
dibutuhkan dalam budidaya seperti pupuk, kapur,dan pakan. Peralatan lainnya
adalah golok atau parang, seser halus dan kasar yang digunakan untuk
mengambil benih atau ikan dari kolam pemeliharaan dan juga dapat digunakan
untuk membuang kotoran yang terdapat didalam kolam. Selain itu biasanya
petani ikan tradisional menggunakan kecrik untuk menangkap ikan. Penerapan
kesehatan dan keselamatan kerja pada kegiatan budidaya ikan dengan metode
ekstensif atau tradisional ini biasanya kecelakaan kerja diakibatkan oleh
kecerobohan orang yang bekerja.
Peralatan yang harus disediakan dalam budidaya ikan secara semi intensif dan
intensif harus lengkap seperti di bawah ini ;
Setelah peralatan yang akan digunakan dalam budidaya ikan tersedia langkah
selanjutnya sebelum digunakan adalah mengecek kesiapan peralatan tersebut.
Selang air digunakan untuk memasukkan air bersih dari tempat penampungan
air ke dalam wadah budidaya. Peralatan ini digunakan juga untuk
mengeluarkan kotoran dan air pada saat dilakukan pemeliharaan. Dengan
menggunakan selang air akan memudahkan dalam melakukan penyiapan
wadah sebelum digunakan untuk budidaya. Peralatan lainnya yang diperlukan
dalam membudidayakan ikan adalah timbangan, timbangan yang digunakan
boleh berbagai macam bentuk dan skala digitalnya, karena fungsi utama alat
ini untuk menimbang bahan yang akan digunakan dalam budidaya ikan . Ikan
Alat yang digunakan adalah seser, timbangan, ember, baskom yang berfungsi
untuk menghitung pertumbuhan ikan yang dibudidayakan di dalam wadah
pemeliharaan. Selain itu diperlukan juga seser atau saringan halus pada saat
akan melakukan pemanenan ikan. ikan yang telah dipanen tersebut
dimasukkan ke dalam ember plastik untuk memudahkan dalam pengangkutan
dan digunakan juga hapa untuk menampung ikan sebelum dijual. Setelah
berbagai macam peralatan yang digunakan dalam membudidayakan ikan
diidentifikasi dan dijelaskan fungsi dan cara kerjanya , langkah selanjutnya
adalah melakukan pembersihan atau perawatan sesuai dengan jenis
peralatannya. Peralatan yang sudah dibersihkan dari segala benda yang dapat
menurunkan kualitas pekerjaan dapat langsung digunakan sesuai dengan
prosedur. Dengan melakukan pengecekan pada semua peralatan yang akan
digunakan untuk budidaya ikan maka telah dilakukan pencegahan terhadap
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kelalaian atau
kecerobohan dalam bekerja yang dapat membuat orang yang bekerja cedera.
Kesehatan tempat bekerja pada dunia usaha budidaya ikan pada umumnya di
ruang terbuka sehingga kebutuhan oksigen untuk para pekerja diluar ruangan
tercukupi dan kondisi lingkungan budidaya ikan yang berair mengakibatkan
kondisi kelembaban ruang budidaya sangat lembab.
Oleh karena itu dalam melakukan kegiatan budidaya ikan para pekerja harus
selalu menggunakan pakaian kerja sesuai dengan peraturan perusahaan dan
jangan menggunakan pakaian kerja yang basah. Pemakaian baju kerja yang
basah dapat mengganggu kesehatan para pekerja oleh karena itu pada para
pekerja yang bekerja berhubungan langsung dengan air yang akan membasahi
pakaian kerja sebaiknya menggunakan pakaian kerja yang terlindung dari air.
Atau dapat juga pada saat bekerja yang berhubungan dengan air
menggunakan pakaian kerja yang khusus dan jika sudah selesai dengan
pekerjaan bisa menggunakan pakaian yang lain sehingga kesehatan para
pekerja tetap terjamin. Penggunaan pakaian kerja yang basah dapat
mengakibatkan kesehatan para pekerja terganggu (Misal; masuk angin atau
kedinginan). Oleh karena itu harus dipikirkan pakaian kerja yang tepat bagi
para pekerja yang bermain dengan air sebagai media hidup ikan yang
dipeliharanya.
1. Beban listrik terlalu besar untuk satu stop kontak sehingga dapat
menimbulkan pemanasan yang dapat membakar kulit kabel.
2. Sistem kabling yang tidak memenuhi persyaratan standar
3. Kesalahan menyambungkan peralatan pada sumber listrik yang jauh lebih
tinggi dari voltase yang seharusnya
4. Adanya tikus-tikus yang mengerat kabel sehingga dapat menimbulkan
hubungan pendek atau kebakaran.
Kesehatan dan keselamatan kerja pada usaha budidaya ikan yang mempunyai
gudang bahan-bahan kimia harus diperhatikan tentang proses
penyimpanannya. Penyimpanan bahan kimia yang salah dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh kecerobohan manusia atau kondisi
lingkungan penyimpanan. Oleh karena itu dalam menyimpan bahan kimia harus
diperhatikan beberapa faktor yang akan mempengaruhi bahan kimia selama
penyimpanan di gudang antara lain adalah :
sangat mudah menyerap uap air dari udara, juga dapat terjadi reaksi
hidrasi eksotermis yang akan menimbulkan pemanasan ruangan. Kontrol
terhadap kelembaban ruang penyimpanan penting dilakukan untuk
mencegah kerugian-kerugianyang tidak diinginkan. Ada beberapa alat
pengukur kelembaban yang dapat digunakan seperti higrometer,
termohigrometer atau thermometer bola basah dan bola kering.
3. Interaksi dengan wadah, bahan kimia tertentu dapat berinteraksi dengan
kemasan atau wadah sehingga dapat merusak wadah sampai akhirnya
menyebabkan kebocoran. Kebocoran bahan kimia terutama yang
berbahaya dapat menimbulkan kecelakaan seperti ledakan, kebakaran dan
melukai tubuh. Misalnya, wadah yang terbuat dari bahan besi/logam,
sebaiknya tidak digunakan untuk menyimpan bahan kimia yang bersifat
korosif karena akan terjadi peristiwa karatan/korosif sehingga akan
merusak wadah.
4. Interaksi antar bahan kimia, selama penyimpanan bahan kimia dapat
berinteraksi dengan bahan kimia lainnya. Interaksi ini dapat mengakibatkan
perubahan karakteristik bahan kimia tersebut, misalnya interaksi antara
bahan kimia yang bersifat oksidator dengan bahan kimia yang mudah
terbakar dapat menimbulkan terjadinya kebakaran, sehingga dalam
penyimpanannya harus terpisah. Penggunaan bahan-bahan kimia biasanya
dilakukan pada usaha budidaya ikan yang intensif dan melakukan kegiatan
pengukuran kualitas air, kesehatan ikan dengan bahan-bahan kimia. Oleh
karena itu harus diperhatikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja
para pekerja yang bertanggungjawab pada unit tersebut.
Sumber bahaya yang teridentifikasi dalam kegiatan Budidaya Ikan Air Tawar
bertujuan untuk menentukan tingkat resiko yang merupakan tolak ukur
kemungkinan terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja serta kesiapan
perlengkapan dan peralatan K3. Identifikasi sumber bahaya ini dilakukan
dengan mempertimbangkan :
1. Kondisi dan kejadian yang menimbulkan potensi bahaya
2. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.
Kondisi dan kejadian yang menimbulkan potensi bahaya dalam budidaya ikan
air tawar antara lain terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan; luka,
pendarahan, patah tulang, pingsan dan bisa berakhir dengan kematian apabila
tidak dilakukan segera pertolongan pertama pada kecelakaan.
Semua jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang teridentifikasi harus
disusun prosedur menghadapinya dalam bentuk prosedur menghadapi kondisi
darurat atau bencana berupa mempersiapkan peralatan dan perlengkapan K3
antara lain:
1. Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai
mendapatkan pertolongan medik
2. Peralatan pemadam kebakaran (Terutama alat pemadam api ringan/ APAR).
3. Proses perawatan lanjutan.
Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian
terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tindakan
pengendalian, dimana perusahaan harus merencanakan manajemen dan
pengendalian kegiatan-kegiatan, produk jasa yang dapat menimbulkan risiko
kecelakaan kerja yang tinggi.
Unsur penunjang K3 terbagi 2 (dua) yaitu unsur material dan non material.
Unsur-unsur yang bersifat material antara lain Alat Pelindung Diri (APD)
sedangkan yang bersifat non material adalah; buku petunjuk penggunaan alat,
rambu-rambu dan isyarat bahaya, himbauan-himbauan dan tersedianya
petugas keamanan dilingkungan kerja.
Pekerja yang sedang bertugas di lokasi budidaya ikan air tawar diharuskan
menggunakan alat pelindung diri berupa pakaian kerja anti air (supaya
badannya tidak basah), sepatu boot anti slip (supaya tidak tergelincir) serta jas
hujan jika kondisi sedang hujan (badan tidak terkena air langsung). Kegiatan
teknis ini sebagai upaya mengantisipasi kecelakaan (kaki menginjak benda
tajam berbahaya atau terjatuh) dan penyakit akibat kerja (masuk angin dlsb).
BAB III
MELAKSANAKAN PROSEDUR KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3)
Prosedur kerja yang lengkap dan benar akan dapat mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, sehingga akan menjamin keefektifan dan efisiensi dalam suatu
pekerjaan. Oleh karena itu para pekerja dimanapun dan jenis pekerjaan apapun
wajib mentaati prosedur kerja yang ditetapkan baik oleh perusahaan maupun SOP
yang berlaku secara umum (Ada otoritas yang menstandarkan).
Resiko kerja akan ada disetiap pekerjaan, hanya dibedakan besar kecil resiko
ditentukan oleh jenis pekerjaan, besar pekerjaan, pekerja yang terlibat, fasilitas
alat pelindung diri (APD) dan kompetensi pekerja.
Tujuan dibuatnya SOP adalah untuk menjelaskan perincian atau standar yang
telah ditetapkan mengenai aktivitas pekerjaan yang berulang-ulang yang
dilaksanakan dalam sebuah organisasi atau perusahaan.
BAB IV
MELAKUKAN TINDAKAN KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) DALAM
KONDISI BERBAHAYA/ DARURAT
Pendarahan Dalam :
Terjadi di dalam rongga tubuh ; darah keluar melalui hidung, telinga, mulut,
dan lubang-lubang pelepasan;
Penyebabnya; pecahnya pembuluh darah, benturan hebat, robeknya
pembuluh darah oleh ujung tulang yang patah
2) Pendarahan Dalam
Cara pertolongannya yaitu :
Usahakan mencegah terjadinya shock
Beri banyak minum sebagai ganti cairan darah yang keluar
Kalau sarana dan keadaan memungkinkan pasang infus
Hubungi dokter terdekat atau usahakan secepatnya dibawa ke rumah
sakit.
Tubuh manusia didominasi oleh tulang dan daging, sehingga resiko patah tulang
bisa terjadi dimana saja. Dari mulai retak sampai patah tulang jari, tangan, kaki,
dada, kepala atau hanya keluarnya tulang dari persendian yang ada pada tubuh
korban.
Ini bisa diakibatkan oleh benturan, jatuh atau tergencet oleh mesin-mesin yang
bergerak di atas kapal
Gambar 15. Pertolongan pertama untuk patah tulang jari (Shryock, 1991)
Biasanya tidak banyak yang bisa kita lakukan terhadap korban yang mengalami
patah tulang selain :
1. Mengurangi luka akibat gesekan tulang yang patah
2. Mengurangi rasa sakit bagi korban
3. Menenangkan korban supaya terhindar dari shock dan,
Mengurangi atau mencegah luka tambahan pada korban patah tulang dilakukan
dengan memberikan penanganan berupa pemasangan spalek, bidai, torniquite
atau apa saja yang bisa menyangga bagian tubuh yang mengalami patah tulang.
Pembalut kepala mencegah pergerakan tulang jika ada yang retak, menekan
pendarahan serta menjaga agar luka tidak kotor sampai korban mendapat
pertolongan yang lebih jauh dari tim medis di rumah sakit.
Untuk setiap wilayah patah tulang pemasangan penyangga menyesuaikan
dengan kondisi yang ada, yang intinya mengurangi pergerakan tulang yang
patah supaya tidak terus bergeser sehingga menimbulkan luka akibat gesekan
tulang yang patah dengan kulit.
Penanganan Keracunan
1) Keracunan Makanan dan Minuman
Karena makanan dimasukan ke dalam saluran pencernaan, lapisan lendir di dalam
tubuh sangat cepat menghisap. Secara alamiah beberapa jenis dedaunan, akar
dan buah mengandung unsur racun. Makanan yang ditulari kuman, dan tidak
tersimpan dalam alat pendingin, atau makanan kaleng yang tidak dimasak dengan
baik sehingga mengandung spora kuman.
Semuanya menyebabkan keracunan. Selain itu dikarenakan hal lain dengan
tertelannya racun dari zat kimia seperti deterjen, racun serangga ataupun zat lain
yang akan ditolak oleh tubuh.
Reaksi yang muncul secara umum untuk keracunan dari makanan / minuman /
tertelannya zat berbahaya antara lain :
1. sakit perut
2. Muntah
3. Mencret
4. Menjurus pada shock
5. Menggelepar
6. Tidak sadarkan diri, bahkan ada yang langsung meninggal dunia.
Binatang berbisa / beracun yang sering ada di lokasi budidaya ikan air tawar
antara lain: Ular berbagai jenis, Kutu, Kalajengking dan Laba-Laba. Binatang-
binatang selain ular muncul pada lokasi-lokasi yang lemban misalnya di bawah
jaring atau di bawah terpal kapal yang tak terpakai.
4. Cara pengikatan, kekencangannya masih bisa dimasuki oleh jari kita pada
ikatan tersebut.
5. Bekas gigitan ditoreh dengan pisau yang steril untuk mempercepat
pengeluaran racun.
6. Mulut si penolong (Si penghisap) sudah dipastikan tidak memiliki luka yang
bisa membahayakan jiwa si penolong sendiri.
Gambar 18. Proses penyedotan racun dari luka korban (Shryock, 1991)
4) Memindahkan korban
Bila kondisi sudah aman, kemudian korban sudah diidentifikasi sumber sakitnya,
sebaiknya korban dipindahkan ketempat yang lebih aman. Ini membantu juga
pada kestabilan emosional dan psikologis korban.
Gambar 19. Sebuah contoh pemindahan korban yang benar (Shryock, 1991)
5) Pemadaman Kebakaran
Resiko yang dapat ditimbulkan dari kebakaran akan menyebabkan kerugian baik
materi maupun nyawa anda. Pencegahan yang harus dilakukan meliputi dilarang
merokok, dilarang membawa/menggunakan korek api, dilarang menggunakan
kalkulator yang tidak flame proof, dilarang memindahkan atau mempermainkan
alat pemadam kebakaran kecuali kepserluan kebakaran/pengecekan.
Bila sendiri, segera padamkan api dengan alat pemadam terdekat. Bila mungkin
beritahu orang lain dulu baru memadamkan api. Bila berdua atau lebih seorang
membunyikan alarm yang lainnya memadamkan.
1. Selamatkan material atau dokumen.
2. Ingat ! keselamatan diri.
3. Bila ada korban celaka, lakukan P3K sesuai prosedur
4. Segera hubungi dinas kebakaran apabila tidak dapat menanggulangi
kebakaran sebutkan identitas, nama lokasi, kondisi dan korban
5. Ikuti prosedur darurat dan evakuasi
yang terlibat. Sebagai pihak yang ditunjuk oleh unsur manajemen, maka tim K3
menjadi tim yang memiliki otoritas untuk melakukan pengendalian tanggap
darurat di perusahaan budidaya ikan air tawar ini.
BAB V
MEMELIHARA PERALATAN KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3)
Nomor telepon yang harus dimiliki oleh team penanganan darurat adalah :
1) Dinas pemadam kebakaran
2) Rumah sakit / puskesmas
3) Dokter praktek terdekat
4) Kantor polisi terdekat
5) Dlsb
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Referensi
a. Universitas Indonesia. 2006. Keselamatan dan keselamatan kerja. Penerbit UI
Press. Jakarta.
b. Cahaya,AB. 2010. Keselamatan kerja bahan kimia di Industri. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
c. Daryanto & Imam Mahir. 2001. Keselamatan Kerja Bengkel Otomotif. Bumi
Aksara. Jakarta.
B. Referensi Lainnya
a. Focus. 2002. Basic Safety Training (Elementary First Aid).Focus Training,
Recruitment & Placement Center. Jakarta.
b. Shryock, H. 1991. Penuntun Perawatan & Pengobatan Modern. Indonesia
Publishing House. Bandung.
A. Daftar Peralatan/Mesin
B. Daftar Bahan
DAFTAR PENYUSUN
1. Widyasiwara
1. Dr. R. Diyan Krisdiana, A.Pi., M.Si
2. Asesor