Anda di halaman 1dari 6

Penatalaksanaan Intoksikasi Alkohol

Secara Umum
Kasus intoksikasi alkohol, semakin sering dijumpai di Indonesia
sejak marak minuman keras (miras) oplosan. Dahulu intoksikasi
alkohol identik dengan orang kaya yang hobi "mabuk-mabukan".
Harga alkohol yang mahal memang menjadi alasan mengapa kasus
ini dulu hanya terbatas pada "orang kaya" saja.

Namun, pergeseran sosial budaya membuat budaya "mabuk-


mabukan" juga mulai dilakukan oleh masyarakat dengan
penghasilan rendah. Untuk mengatasi harga minuman
alkohol yang mahal, akhirnya marak miras oplosan,
campuran alkohol dan metanol dengan perbandingan yang
bervariasi. Semakin sedikit kadar alkohol, semakin murah,
namun sekaligus semakin "mematikan".

Dokter di Faskes primer dan Instalasi Gawat Darurat harus


mewaspadai betul trend ini. Penatalaksanaan intoksikasi
alkohol secara umum sebaiknya dikuasai. Sehingga jika suatu
saat menemui kasus tersebut, pasien dapat diterapi dengan
adekuat. Artikel dibawah ini kami ringkas dari buku EIMED
Kegawatdaruratan PAPDI. Bagi sejawat yang berminat
membaca lebih lanjut, dapat merujuk pada buku EIMED
Kegawatdaruratan PAPDI.

Penyebab Intoksikasi Alhkohol


Alkohol adalah kelompok cairan organik yang memiliki gugus
(OH) dalam struktur kimianya. Alkohol dapat dibagi menjadi
beberapa golongan berdasar panjangnya rantai karbon dalam
tiap struktur dasarnya. Methanol (methyl-alcohol), Ethanol
(ethyl-alcohol), Propanol (propyl-alcohol), Butanol (Butyl-
alcohol). Etanol merupakan golongan alkohol yang paling
populer, dan "resmi" diperdagangkan sebagai minuman keras
di Indonesia.

Data SEARO menunjukkan bahwa konsumsi minuman


alkohol di Indonesia rata-rata 0,1 L/tahun per orang. Di
Negara maju konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan
kecelakaan lalu lintas, namun di negara berkembang seperti
Indonesia konsumsi alkohol lebih sering diberitakan kasus
intoksikasi (terutama metanol). Di Amerika Serikat,
konsumsi alkohol diduga "bertanggungjawab" terhadap
15.000 kematian karena kecelakaan lalu lintas setiap tahun.

Patofisiologi Intoksikasi Alkohol


Alkohol dapat larut sempurna dalam air, dan dapat masuk ke
dalam hampir semua sel, kecuali adiposit, & bersifat toksik
pada semua jenis sel. Metabolisme alkohol menghasilkan
aldehid, yang juga bersifat larut dalam air dan sangat toksik.
Alkohol dan aldehid menyebabkan gangguan pada hampir
semua proses biokimia dalam tubuh.

Penyebab kematian pada intoksikasi alkohol akut adalah


depresi napas, aspirasi, hipotensi dan depresi kardiovaskular.
Semua jenis alkohol dapat menyebabkan intoksikasi bila
diminum dalam julah yang cukup banyak, namun yang paling
sering menyebabkan intoksikasi adalah isopropanol ethylene
glycol dan metanol.

Intoksikasi alkohol sering bermanifestasi sebagai depresi


glutamat yang merupakan suatu neurotransmiter eksitator
susunan saraf pusat, dan alkohol juga meningkatkan aktivitas
inhibisi dari Gama amino butric (GABA) dan glisin. Alkohol
juga mempengaruhi fosforilasi protein yang berperan dalam
fungsi signaling sel melalui kanal yang diatur oleh ligand.
Efek utama keracunan alkohol adalah depresi susunan saraf
pusat. Gejala yang timbul sangat tergantung pada kadar
alkohol dalam darah (BAC = Blood alcohol concentration). Pada
kadar alkohol darah > 300 mg/dl, risiko depresi napas dan
henti jantung meningkat. Kematian dapat terjadi pada kadar
alkohol > 500mg/dl.
Setelah ingesti peroral, metanol, etanol dan etilen glikol
diserap secara cepat oleh mukosa saluran cerna dan mecapai
kadar puncak dalam plasma setelah 30-60 menit. Selanjutnya
akan mengalami metabolisme di hepar dan kemudian
dieksresi terutama melalui ginjal.

Oksidasi alkohol terjadi di hepar dengan bantuan enzim


alkohol dehidrogenase (ADH), yang merupakan titik kunci
dari metabolsime alkohol. Metanol akan dimetabolisme
menjadi formaldehid yang oleh enzim fornmaldehid
dehidrogenase menjadi formic acid, yang akan diubah
menjadi CO2 dan H2O yang tergantung oleh konsentrasi
tetrahidrofolat.

Proses metabolisme ini sangat mudah menjadi jenuh dan


menyebabkan akumulasi formic acid di dalam darah. Etilen
glikol di ubah menjadi glikoaldehid dan etanol diubah
menjadi asetaldehid. Glikoaldehid kemudian diubah menjadi
asam glikolik yang selanjutnya oleh enzim ALDH diubah
menjadi L-lactic acid dan d-lactic acid.

L-lactic acid kemudian diubah menjadi methylglyoxal, yang


kemudian masuk ke dalam jalur glukoneogenesis, sedangkan
D-laktat akan dimetabolisme menjadi piruvat dan CO2. Aston
biasanya dieksresi lewat ginjal. Asetaldehid akan
dimetabolisme oleh ALDH menjadi asam astat yang
kemudian diubah menjadi asetil koenzim A, yang aka masuk
dalam siklus asam sitrat.

Sebagian besar golongan alkohol akan diekresi lewat ginjal,


etilen glikol sebesar 20%, etanol sebesar 2-5% dan metanol
sebesar 2%, sedangan 3% metanol dieksresi lewat paru.
Prinsip Umum Penatalaksanaan
Intoksikasi Alkohol
Penatalaksanaan dasar intoksikasi alkohol secara umum
dapat dilihat pada di atas. Alkohol diabsorbsi secara cepat
melalui saluran cerna, karena itu kumbah lambung, induksi
emesis atau karbon aktif sangat bermanfaat dan harus
diberikan segera 30-60 menit setelah minum.

Pemberian Etanol atau Fomepizol untuk meningkatkan


metabolisme alkohol merupakan bahan yang tak terpisahkan
dari terapi intoksikasi alkohol. Etanol memiliki affinitas
terhadap enzim alkohol dehidrogenase (ADH) 10-20 kali
lebih kuat dibanding golongan alkohol yang lain, pada
konsentrasi 100 mg/dl, etanol menginhibisi secara lengkap
enzim ADH.
Femopizole (4-metilprazol) memiliki affinitas terhadap ADH
500-1000 kali lebih besar dibandingkan etanol, dan dapat
menginhibisi ADH secara komplit dengan konsentrasi yang
lebih rendah.

Semua golongan alkohol memiliki berat molekul yang rendah


dan memiliki affinitas yang lemah terhadap protein, dengan
volume distribusi yang rendah sehingga dapat dieliminasi
secara efektif dengan dialisa.

Dialisa juga dapat membuang berbagai anion organik seperti


format, glikolat & glikoksalat. Hemodialis intermiten
merupakan cara yang paling efektif untuk menurunkan kadar
alkohol darah dan eliminasi onion organik, walaupun
hemodialisis kontinua juga dapat digunakan.

Sedangkan cara peritoneal dialisis jarang sekali digunakan


karena rendahnya kliren alkohol dan onion organik.
Efektifitas hemodialisis dalam eliminasi alkohol dapat
dimonitor melalui pengukuran kadar alkohol darah, monitor
osmolalitas dapat digunakan.

Kadar serum format dan glikolat juga dapat digunakan untuk


monitor respon terapi intoksikasi alkohol, tetapi bila tidak
tersedia, penghitungan anion gap juga dapat digunakan
untuk menilai respon terapi dan estimasi kadar metabolit
toksis yang masih berada dalam darah.

Koreksi asidosis metabolik pada kasus intoksikasi alkohol


direkomendasikn oleh beberapa ahli. Pemberian larutan basa
diduga dapat meningkatkan ekskresi format dan glikolat.
Pemberian larutan basa selama dialisa lebih disarankan,
karena akan meminimalisir komplikasi akibat pemberian
larutan basa.
Asam folat akan meningkatkan metabolisme format,
sedangkan piridoksin atau tiamin akan meningkatkan
konversi glioksilat menjadi glisin.

Pada dasarnya, tugas seorang dokter umum adalah


melakukan tatalaksana gawat darurat dalam 30 menit
pertama: kumbah lambung, induksi emesis dan karbon aktif.
Detail teknik melakukan upaya eliminasi dapat sejawat
pelajari dalam buku EIMED Kegawatdaruratan PAPDI.

Setelah upaya eleminasi kadar alkohol toksik dilakukan dan


klinis pasien stabil, sejawat dapat melakukan rujukan ke
dokter spesialis penyakit dalam (Sp.PD) atau fasilitas
kesehatan dengan sarana-prasarana yang lebih lengkap.
Jangan lupa melakukan informed consent dan edukasi
kepada keluarga pasien tentang prognosis yang kurang baik
dan resiko kematian yang cukup tinggi.

Anda mungkin juga menyukai