REVIEW BUKU
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Teknik Bangunan
yang diampu oleh Bapak Dr. Sudjani, M.Pd.
Oleh:
A. Biografi Penulis
\
BAB III
SINOPSIS BUKU
3.1 Sinopsis
BAB I
EVALUASI PENDIDIKAN
BAB II
PERANAN EVALUASI PENDIDIKAN
BAB III
PERSYARATAN VALIDASI INSTRUMEN EVALUASI
BAB V
PEMANFAATAN MODEL-MODEL EVALUASI
Model evaluasi muncul karena adanya usaha eksplanasi secara kontinu yang
diturunkan dari perkembangan pengukuran dan keinginan manusia untuk berusaha
menerapkan prinsip-prinsip evaluasi pada cakupan yang lebih abstrak termasuk pada
bidang ilmu pendidikan, perilaku, dan seni.
Tugas evaluator dalam kaitannya dengan data matrix countenance adalah
menentukan masukan untuk tujuan kolom pada tiga tingkatan, yaitu baris awal
(antecedent), transaksi (transaction), dan hasil (outcomes).
Untuk melakukan evaluasi dengan model bebas tujuan, evaluator perlu
menghasilkan dua item informasi, yaitu penilaian tentang pengaruh nyata (actual
effects) dan penilaian tentang profil kebutuhan yang hendak dinilai.
Model bebas tujuan merupakan titik perkembangan evaluasi program, dimana
objek yang dievaluasi tidak perlu terkait dengan tujuan dari objek atau subjek tersebut.
Akan tetapi, langsung kepada implikasi keberadaan program.
Munculnya beberapa model menunjukkan bahwa pada bidang evaluasi terjadi
pertumbuhan yang dinamis sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Semula
pendekatan evaluasi hanya terbatas pada pendekatan ilmiah dan selebihnya
menyatakan diluar model pendekatan itu tidak diakui, karena kurang bisa diterima
secara logika. Eksplanasi yang semula susah dipahami, memunculkan model evaluasi
responsif atau evaluasi alamiah dan populer juga disebut sebagai evaluasi naturalistik
dengan manusia atau evaluator sebagai instrumen.
BAB VI
PENYIAPAN TUJUAN INSTRUKSIONAL
Metode dan materi pengajaran akan menjadi lebih tepat dan efektif ketika seorang
guru telah merencanakan tujuan instruksional terlebih dahulu. Pencapaian tujuan dan
materi yang hendak disajikan kepada para siswa perlu direncanakan. Perencanaan itu
penting untuk mengatasi anggapan bahwa siapapun yang bisa bercerita, mendengar,
dan melihat pasti bisa mengajar. Tujuan pengajaran yang direncanakan lebih dahulu
oleh guru pada umumnya akan meyakinkan guru pada ketepatan tujuan.
Evaluasi bersama dapat diartikan sebagai dua orang atau lebih melakukan evaluasi
terhadap subjek atau objek yang dievaluasi dengan tujuan yang telah ditetapkan secara
bersama. Kerjasama dalam evaluasi dapat dimulai sejak menentukan tujuan hingga
pada proses menentukan nilai akhir evaluasi.
BAB VIII
TES ESAI
Salah satu kelebihan tes esai dalam evaluasi pendidikan adalah bahwa tes esai
merupakan tes yang memiliki kemampuan dalam menginterpretasi data melalui
jawaban yang diberikan oleh para siswa
Pertanyaan esai pada umumnya memberikan cara untuk mengetes penerapan asas
ilmu pengetahuan. Penguasaan asas pengetahuan memberikan dasar-dasar yang
diperlukan peserta didik ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
BAB IX
MENGONSTRUKSI TES OBJEKTIF JENIS ISIAN
Tes jawaban singkat dan tes melengkapi merupakan tes esai yang sangat
sederhana. Tes-tes ini kurang cocok untuk tes dengan sasaran pengetahuan yang
memiliki tingkatan domain lebih tinggi, seperti sintesis, aplikasi, dan evaluasi pada
ranah kognitif.
Tes jawaban singkat dan tes melengkapi dapat mentes batasan atau definisi
pengetahuan yang sering digunakan oleh para guru pendidikan umum maupun
kejuruan.
Pada kondisi tertentu, tes asosiasi juga dapat dipresentasikan dalam bentuk lain,
yaitu dengan tes penampilan yang menggunakan metode demonstrasi.
BAB X
MENGONSTRUKSI TES PILIHAN GANDA
Dengan tes pilihan, objektivitas dapat dibangun lebih baik. Kelebihan utama dari
tes pilihan adalah tes tersebut dapat mendeteksi para siswa apakah sudah menguasai
materi pembelajaran yang telah diberikan selama ini oleh guru atau belum.
Seorang evaluator harus memerhatikan beberapa aturan yang perlu dipenuhi.
Aturan ini pada prinsipnya dapat dipergunakan untuk mengonstruksi item betul-salah,
baik yang reguler maupun yang telah dimodifikasi.
Item tes menjodohkan sering juga disebut matching test item. Item tes
menjodohkan ini juga termasuk dalam kelompok objektif. Bentuk fisik item tes
menjodohkan terdiri dari dua kolom yang sejajar.
Item tes menjodohkan, jika disusun secara cermat mampu mengukur pengetahuan
batasan atau terminologi. Disamping itu, item tes menjodohkan dapat mencakup
tingkat pengetahuan yang sama dengan jawaban bebas maupun item tes melengkapi.
Item tes pilihan ganda juga dipergunakan untuk mengevaluasi aplikasi
pengetahuan hasil belajar yang telah diberikan kepada siswa selama satu semester.
BAB XI
ANALISIS ITEM
Dalam mengevaliasi item, minimal ada dua aspek utama yang perlu
dipertimbangkan oleh seorang evaluator, yaitu sebagai berikut:
1. Tingkat kesulitan
Tingkat kesulitan item pada umumnya ditunjukkan dengan presentase siswa yang
memperoleh jawaban item benar.
Adapun formula tingkat kesulitannya yaitu sebagai berikut:
𝑅
Item kesulitan = 𝑥 100%
𝑇
Keterangan:
R : Jumlah siswa yang menjawab item benar
T : Total siswa
2. Indeks Pembeda (IP)
Menurut Barnard (1999) indeks pembeda adalah angka yang memberikan
informasi tentang pembeda secara individual, termasuk membedakan antara siswa
yang pencapaiannya tinggi dengan siswa yang pencapaiannya rendah dalam suatu tes
pencapaian hasil belajar.
BAB XIII
ALAT UKUR NONTES
Beberapa alat ukur yang hendak diuraikan pada bab ini adalah termasuk alat ukur
nontes, seperti skala rating, bentuk laporan, dan sosiometri. Alat ukur nontes ini sangat
berguna, terutama pada evaluasi hasil pembelajaran yang berkaitan erat dengan kualitas
pribadi, dan keterampilan yang hanya tepat dievaluasi melalui penampilan sebagai efek
penguasaan dominan keterampilan. Alat ukur nontes ini juga tepat untuk menilai,
bukan saja kegiatan yang berkaitan erat dengan proses belajar mengajar, tetapi juga
banyak dipakai dalam kegiatan di luar kelas, seperti kegiatan penelitian atau bentuk
proyek lain yang dilakukan dalam kaitannya dengan menajemen lembaga pendidikan.
Alat ukur nontes dengan model rating dikatakan menggunkan tipe ranking, jika alat
ukur rating tersebut mengukur karakteristik siswa yang diasosiasikan dalam grup
tunggal atau dirating dengan membandingkan satu siswa dengan siswa lain dalam
kelompoknya.
Pada alat ukur rating dengan jenis ranking, para guru sebagai evaluator mengatur
nama siswa secara berurutan, dengan mempertimbangkan status atau posisi siswa
dalam karakter spesifik yang diperlukan, misalnya tertinggi, rerata, dan terendah.
Hampir semua alat evaluasi rating, pada umumnya digunakan untuk melengkapi
alat eksplorasi data dengan menggunakan pendekatan observasi, dimana untuk
mencapai tujuan tersebut, seorang guru atau evaluator perlu melakukan pengamatan
secara intensif. Alat evaluasi rating dengan menggunakan model observasi dapat
digunakan untuk memperoleh informasi yang relevan, yang dilakukan baik oleh guru
maupun siswa.
BAB XIV
TEKNIK SOSIOMETRI
Sosiogram merupakan alat atau media yang secara teknik menunjukkan gambaran
seorang siswa yang bekerja atau berhubungan dengan siapa saja, teman dalam satu grup
atau kelas. Teknik sosiogram digunakan oleh seorang guru untuk mendaptkan beberapa
informasi penting tentang keadaan seorang siswa dalam kegiatannya yang
berhubungan dengan siswa lain di kelas atau di sekolah.
Skala jarak sosial mempunyai perbedaan, apabila dibanding dengan sosiogram.
Perbedaaan tersebut terutama dalam hal reaksi yang dicapai untuk setiap individu
dalam kelas. Pada umumnya, skala jarak sosial terdiri atas dua bagian penting yang
dipadukan dalam bentuk tabel. Kedua bagian itu, yaitu daftar pernyataan yang di-
matching atau dipadukan dengan bagian kedua, yaitu nama-nama anggota kelas.
Teknik lain juga sering digunakan guru untuk mengevaluasi adaptasi siswa dalam
kelompok siswa lainnya adalah teknik sensitivitas sosial (TSS). Tujuan penggunaan
teknik sensitivitas sosial adalah untuk membantu siswa agar memiliki perasaan lebih
sensitive terhadap interaksi sosial maupun isu-isu penting yang menjadi bagian utama
di bidang pendidikan. Implikasi dari teknik sensitivitas sosial ini penting, terutama
dalam hal kemanfaatannya menjadi bagian integral dari semua bidang ilmu, termasuk
pendidikan kejuruan.
BAB XV
PENENTUAN NILAI ATAU GRADE
Nilai akhir atau grade, walaupun secara faktual tidak mencerminkan adanya
peningkatan pembelajaran dan pengajaran seperti tersebut diatas, keberadaaan dan
penggunaannya masih relevan sampai sekarang. Grade atau skor diberikan sebagai
symbol yang mempresentsikan hasil belajar seorang siswa. Di samping itu, grade juga
merupakan symbol yang merefleksikan komunikasai evaluasi sumatif yang diberikan
guru sebagai media komunikasi dan laporan kepada orang tua, kepada sekolah, dan
apra stakeholder yang berkepentinan.
Penentuan grade dengan penilaian skor dari suatu hasil evaluasi pada prinsipnya
hamper sama. Jika penentuan grade biasanya dilakukan setelah beberapa kali evaluasi,
maka skor penilaian merupakan hasil yang dicapai siswa hanya untuk satu kali evaluasi
saja. Jika kemudian, skor penilaian didokumentasikan dan digabungkan dengan skor
evaluasi yang lain sehingga dapat digunakan ntuk menentukan grade pada akhir
semester atau kuartal.
Nilai grade mempunyai arti yang bervariasi sesuai dengan fungsi dan perannya
terhadap para pelaku yang berkepentingan. Bagi siswa, nilai menunjukkkan pencpaian
hasil belajar siswa. Oleh karena itu, para siswa perlu mengetahui sistem grade dengan
baik agar mereka tetap termotivasi untuk belajar secara kontinu. Sedangkan bagi para
guru, grade mempunyai makna yang bervariasi dengan melihat skor pencapaian hasil
belajar, seorang guru akan dapat menebak dan mengatakan kamu tidak belajar ya dalam
ulangan yang lalu. Sebaliknya, seorang guru akan tersenyum dan memuji siswa untuk
belajar terus karena melihat skor hasil belajar yang menunjukkan keberhasilan dalam
ulangan.
Salah satu fokus yang harus selalu diperhatikan dalam pnentuan grade adalah
bagaimana penilaian yang diberikan mampu memberikan peluang diketahuinya
perbedaan potensi di antara individual siswa. Untuk mencapai hal itu, penilaian kertas
dan pena saja belum cukup. Hal ini dikarenakan penilaian menggunakan kertas dan
pena lebih menekankan pada aspek kognitif daripada aspek lainnya.
BAB 16
EVALUASI DIAGNOSTIK DAN REMEDI
Batasan remedi khususnya remedi dalam kelas, menurut Good (1973) merupakan
pengelompokan siswa, khusus yang dipilih yang memerlukan pengajaran lebih pada
mata pelajaran tertentu daripada siswa dalam kelas biasa.
Remedi tidak lain adalah termasuk kegiatan pengajaran yang tepat diterapkan,
hanya ketika kesulitan dasar para siswa telah diketahui. Kegiatan remedi merupakan
tindakan korektif yang diberikan kepada siswa setelah evaluasi diagnostik dilakukan.
Pertanyaan yang perlu diperhatikan oleh para guru setelah mengetahui dan
memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah
pertanyaan yang menyangkut faktor penyebab apakah yang sering menjadikan
kegagalan dalam belajar? Beberapa faktor penyebabnya, yaitu faktor internal pribadi
siswa, lingkungan pribadi, dan mungkin gabungan dari keduanya, juga faktor eksternal
yang berkaitan erat dengan siswa.
BAB IV
ISI REVIEW BUKU