Anda di halaman 1dari 21

1

6. DASAR-DASAR ANATOMI
TUMBUHAN

Pendahuluan
Jika kita mengamati pohon palem raksasa yang begitu tinggi, tentu kita akan
terkesima, dengan cara bagaimana air dan garam-garam tanah dapat berpindah dari
akar ke daunnya yang letaknya sangat tinggi? Begitu juga dengan hasil fotosisntesis,
bagaimana caranya bisa disalurkan ke arah bawah menuju ke batang dan akarnya?
Lalu, dari bagian mana kita harus memulai mempelajari tumbuh-tumbuhan supaya
mudah memahaminya?
Pembagian tubuh tumbuhan menjadi sejumlah organ yang dibagi-bagi lagi
menurut sel dan jaringan penyusunnya, merupakan cara yang mudah untuk
mempelajarinya, sebab pembagian itu memperlihatkan spesialisasi struktur dan fungsii
semua bagian tumbuhan. Namun, kajian tentang berbagai bagian itu hendaknya tidak
mengaburkan kenyataan bahwa tumbuhan adalah satu kesatuan yang utuh.
Berbagai jaringan tumbuhan ditata dalam pola tertentu. Kelompok jaringan
terorganisasi ini menjadikan organ-organ pada tumbuhan. Akar, batang, dan daun
merupakan organ utama pada tumbuhan tingkat tinggi. Fungsi yang sesuai bergantung
pada penataan yang sesuai dari jaringan yang membentuknya.
Organ-organ tumbuhan (akar, batang, daun, dan bunga), memiliki struktur yang
disesuaikan dengan fungsinya. Akar, berfungsi untuk melekat, menyerap air dan garam
tanah, dan menyimpan cadangan makanan. Batang, memperkuat daun, dan
memindahkan air, garam tanah dan hasil fotosintesis. Daun merupakan organ utama
bagi fotosintesis. Bunga merupakan organ pembiakan secara seksual.
Dalam memahami tentang tumbuhan, mahasiswa tidak hanya diharapkan
memiliki pemahaman yang parsial, misalnya organ per organ, tetapi juga harus bersifat
integral, karena terbentuknya salah satu organ disebabkan bekerjanya sistem organ
secara keseluruhan. Contoh, buah tidak akan terbentuk jika tumbuhan tidak mempunyai
sistem akar, demikian juga halnya dengan organ-organ yang lain, kesemuanya, saling
mendukung. Salah satu organ tumbuhan tidak berfungsi, dapat dipastikan bahwa
pertumbuhan dan perkembangana tumbuhan tersebut tidak akan normal.
Untuk dapat memberikan pemahaman yang utuh kepada mahasiswa tentang
anatomi tumbuhan, penyajiannya harus sistematis; yaitu menggunakan pendekatan
hierakis struktural dan memperhatikan proses pembentukannya, yaitu dimulai dari organ
yang letaknya paling bawah: akar – batang – daun – bunga – buah – biji.
Penyajian materi diharapkan secara utuh dan sistematis, serta pemberian contoh
diusahakan menggunakan specimen-spesimen yang berbasis lokal. Dengan pemberian
2

materi secara utuh dan sistematis, mahasiswa akan menyadari bahwa tumbuhan itu
harus dipahami secara utuh, karena merupakan suatu sistem, tidak ada organ yang
berdiri sendiri, tetapi saling kait. Artinya, jika salah satu organ tidak berfungsi,
pembentukan organ yang lain juga akan terganggu.
Dalam bab ini, kita akan mempelajari struktur dan organisasi tumbuhan
berbunga, yang merupakan tumbuhan paling kompleks, dan paling baru berevolusi,
serta memiliki penyebaran paling luas. Setelah menyelesaikan pertemuan ini mahasiswa
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian anatomi tumbuhan
2. Mendeskripsikan sistem jaringan tumbuhan
3. Mendeskripsikan struktur jaringan akar
4. Mendeskripsikan struktur jaringan batang
5. Mendeskripsikan struktur jaringan daun
6. Mendeskripsikan struktur jaringan bunga
7. Mendeskripsikan struktur jaringan buah
8. Mendeskripsikan struktur jaringan biji

Rencana Pelaksanaan Perkuliahan


Identitas
Waktu : 2 x 50 menit
Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu memahami struktur dan fungsi organ dalam
pada tumbuh-tumbuhan

Kompetensi dasar

Mampu mendeskripsikan struktur anatomi dan fungsi organ-organ utama (nutrisi dan
reproduksi) pada tumbuh-tumbuhan.

Indikator
Mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian anatomi tumbuhan
2. Mendeskripsikan sistem jaringan tumbuhan
0 Mendeskripsikan struktur jaringan akar
3

1 Mendeskripsikan struktur jaringan batang


2 Mendeskripsikan struktur jaringan daun
3 Mendeskripsikan struktur jaringan bunga
4 Mendeskripsikan struktur jaringan buah
5 Mendeskripsikan struktur jaringan biji

Materi Pokok
1. Pengertian anatomi tumbuhan
2. Sistem Jaringan Tumbuhan
3. Struktur Jaringan Akar
0 Struktur Jaringan Batang
1 Struktur Jaringan Daun
2 Struktur Jaringan Bunga
3 Struktur Jaringan Buah
4 Struktur Jaringan Biji

Metode Perkuliahan
Metode yang digunakan dalam perkuliahan ini adalah:
1. Pendekatan secara Cooperatif Learning dan Kontekstual
2. Strategi yaitu pembelajaran berbasis kinerja yang diimplementasikan dalam kerja
kelompok
3. Metode/Teknik yaitu tanya jawab, diskusi kelompok, penugasan, refleksi

Langkah-langkah Perkuliahan

Wakt Langkah Perkuliahan Metode Bahan


u
5’ Kegiatan Awal
1. Penayangan dengan VCD tentang gambar Presentasi Slide
salah satu tumbuhan yang pohonnya tinggi Powerpoint 6
2. Brainstorming dengan mahasiswa Diskusi Slide
berdasarkan hasil tayangan gambar tersebut Powerpoint 6
5’ 3. Dosen menjelaskan tujuan perkuliahan pada Presentasi
pertemuan kali ini
80’ Kegiatan Inti
1. Mahasiswa dibagi menjadi 7 kelompok; Diskusi
setiap kelompok mendapat topik yang kelompok
berbeda.
4

- Kelompok 1 mengamati spesimen Diskusi LKM 6


penyusun jaringan dermal, jaringan kelompok
pembuluh dan jaringan dasar
- Kelompok 2 mengamati spesimen Diskusi LKM 6
akar, kelompok
- Kelompok 3 mengamati spesimen Diskusi LKM 6
batang, kelompok
- Kelompok 4 mengamati spesimen Diskusi LKM 6
daun, kelompok
- Kelompok 5 mengamati spesimen Diskusi LKM 6
bunga, kelompok
- Kelompok 6 mengamati spesimen Diskusi LKM 6
buah, kelompok
- Kelompok 7 mengamati spesimen Diskusi LKM 6
biji, kelompok
0 Setiap kelompok melakukan pengamatan Diskusi LKM 6 dan
(mengidentifikasi dan menggambar bagian- kelompok Uraian materi
bagian spesimen yang diamatinya).
1 Hasil pengamatan selanjutnya Presentasi Uraian materi
dipresentasikan, kelompok yang lain
menanggapi
2 Tanya jawab dengan kelompok yang lain Tanya Uraian materi
jawab
3 Penguatan oleh dosen Presentasi Slide
Powerpoint 6
4 Dosen memberikan kesempatan kepada Tanya Slide
mahasiswa untuk mendiskusikan hal-hal jawab Powerpoint 6
yang terkait dengan materi berdasarkan
hasil penguatan oleh dosen
11. Dosen menyelesaikan materi perkuliahan Uraian materi
15 Kegiatan Akhir
10’ 0 Mahasiswa melakukan refleksi dari hasil
diskusi
5’ 2. Di akhir perkuliahan dosen menugaskan Penugasan Buku Paket,
mahasiswa untuk menelusuri materi dari internet
sumber lain, misalnya internet, hasil
resumenya dikumpulkan minggu depan.

Media Perkuliahan
0 Caset dan video pembelajaran
1 Slide Power Point (Terlampir)
2 Handout Mahasiswa
5

3 Lembar Kerja Mahasiswa


4 .Alat dan bahan praktikum

Penilaian

Penilaian yang dilakukan adalah performance assessment

6.3.1. Pengantar
Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam memahami materi, perlu
dilakukan penilaian. Penilaian dilakukan dalam dua tahap, yaitu tes unjuk kerja, dan
tes tulis yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal UTS dan UAS
1. Tes unjuk kerja LKM dilakukan setelah mahasiswa menyelesaikan LKM.
2. Tes Tulis mencakup materi pengertian anatomi tumbuhan, sistem jaringan pada
tumbuhan, bagian-bagian dan fungsi jaringan penyusun organ akar, bagian-bagian
dan fungsi jaringan penyusun organ batang, bagian-bagian dan fungsi jaringan
penyusun organ daun, bagian-bagian dan fungsi jaringan penyusun organ bunga,
bagian-bagian dan fungsi jaringan penyusun organ buah, dan bagian-bagian dan
fungsi jaringan penyusun organ biji
6.3.2. Instrumen
Instrumen penilaian meliputi LKM (nilai praktikum dan responsi) dan lembar tes
tulis.
Materi soal untuk penilaian dengan tes tulis:
1. Uraiakan pengertian anatomi tumbuhan
2. Uraikan sistem jaringan pada tumbuhan
3. Uraikan bagian-bagian dan fungsi jaringan penyusun organ akar
4. Uraikan bagian-bagian dan fungsi jaringan penyusun organ batang
5. Uraikan bagian-bagian dan fungsi jaringan penyusun organ daun
6. Uraikan bagian-bagian dan fungsi jaringan penyusun organ bunga
7. Uraikan bagian-bagian dan fungsi jaringan penyusun organ buah
8. Uraikan bagian-bagian dan fungsi jaringan penyusun organ biji

Lembar Kerja Mahasiswa 6


Dasar-dasar Anatomi Tumbuhan
6

Pengantar
Setiap organ tanaman sudah mengalami diferensiasi, sehingga memiliki bentuk dan
fungsi yang berbeda. Pada prinsipnya, bentuk mengakomodasi fungsi, dengan istilah
lain bahwa bentuk mencerminkan fungsi.
Tujuan
Dalam kegiatan ini, mahasiswa mengidentifikasi struktur jaringan pada organ dalam
tumbuh-tumbuhan
Alat dan Bahan
1. Caset dan video pembelajaran tentang Anatomi Tumbuhan
2. Alat dan bahan praktikum
3. Alat tulis menulis
Langkah Kerja
1. Mahasiswa membentuk kelompok sesuai dengan jumlah topik yang akan dibahas.
2. Setiap kelompok melakukan identifikasi bagian-bagian dari spesimen yang diamatinya
3. Hasil identifikasi kelompok selanjutnya dimasukkan dalam tabel berikut:

Tabel 6.1. Hasil Pengamatan Karakteristik Anatomi Organ Tumbuhan

Nama Jenis jaringan Ciri-ciri


No. Letaknya Fungsinya
organ penyusunnya jaringannya
1. a. a.
b. b.
c. c.
2. a. a. a.
b. b. b.
c. c. c.

4. Selanjutnya, diskusikan hasil identifikasi bersama kelompok saudara untuk


mendapatkan simpulan.
5. Langkah berikutnya, presentasikan simpulan kelompok saudara di hadapan
kelompok yang lain untuk mendapatkan tanggapan
6. Refleksikan hasil pengamatan saudara bersama-sama dengan kelompok yang lain.

Pertanyaan Diskusi
0 Uraikan sistem jaringan pada tumbuhan
1 Apakah sama fungsi epidermis yang terdapat pada akar, batang, dan daun?
2 Apa perbedaan bentuk dan fungsi xylem dengan floem
3 Uraikan bagian-bagian dan fungsi jaringan penyusun organ akar
4 Uraikan bagian-bagian dan fungsi jaringan penyusun organ batang
7

5 Uraikan bagian-bagian dan fungsi jaringan penyusun organ daun


6 Uraikan bagian-bagian dan fungsi jaringan penyusun organ bunga
7 Uraikan bagian-bagian dan fungsi jaringan penyusun organ buah
8 Uraikan bagian-bagian dan fungsi jaringan penyusun organ biji
8

Uraian Materi 6
Dasar-dasar Anatomi Tumbuhan
6.1.Pengertian Anatomi Tumbuhan
Anatomi tumbuhan adalah kajian tentang letak dan fungsi organ dalam pada
tumbuh-tumbuhan (Estiti, 1995). Sutrian (2004) menyatakan bahwa anatomi tumbuhan
mengkaji tentang susunan dan bentuk-bentuk bagian dalam organ-organ tumbuhan
Berdasarkan definisi di atas, tampak bahwa anatomi tumbuhan tidak hanya mengkaji
tentang letak dan fungsi tumbuhan, tetapi juga mengkaji tentang susunan dan bentuk-
bentuk organ dalam tumbuh-tumbuhan.

6.2.Sistem Jaringan pada Tumbuhan


Unit terkecil tumbuhan adalah sel, kumpulan sel disebut jaringan. Jaringan yang
terdiri atas sel-sel yang sama bentuk dan fungsinya disebut jaringan sederhana;
sedangkan jaringan yang terdiri atas lebih dari satu macam sel namun asalnya sama
disebut jaringan kompleks atau jaringan majemuk (Estiti, 1995).
Dalam tahun 1875, Sachs membagi jaringan dalam tiga sistem, yakni sistem
dermal, sistem jaringan pembuluh, dan sistem jaringan dasar . Sistem dermal
terdiri atas epidermis, yang merupakan pelindung pertama (primer) untuk bagian luar
tubuh tumbuhan, dan periderm, yang menggantikan epidermis pada tumbuhan yang
mengalami pertumbuhan sekunder. Sistem jaringan pembuluh, terdiri atas xylem,
yang mengangkut air dan garam tanah, dan floem, yang mengangkut hasil fotosintesis.
Sistem jaringan dasar merupakan jaringan yang membentuk dasar bagi tumbuhan
namun sekaligus juga menunjukkan spesialisasi. Jaringan dasar utama adalah
parenkim dengan semua variasinya; kolenkim, yakni jaringan berdinding tebal dan
selnya tetap hidup; dan sklerenkim, yakni jaringan pengokoh utama dengan dinding
tebal, keras dan seringkali terlignifikasi (berkayu) dengan sel yang biasanya mati (Estiti,
1995).

6.2.1. Sistem Dermal


1. Epidermis
Bentuknya beragam, namun kebanyakan berbentuk lempengan; lapisan luarnya
terdiri atas kutikula dan mengalami kutinisasi. Fungsinya adalah pelindung mekanis dan
berperan dalam membatasi transpirasi dan pertukaran udara (Estiti, 1995).
Sifat-sifat jaringan epidermis menurut Djumhana dkk (2006) diantaranya adalah:
9

3. Pada daun, mengalami modifikasi menjadi mulut daun, trikoma; sedangkan pada
batang mengalami modifikasi menjadi lentisel untuk pertukaran gas
4. Pada akar, bermodifikasi menjadi bulu-bulu akar untuk menyerap air
5. Tidak berklorofil, kecuali pada mulut daun dan daun paku-pakuan
6. Selnya berbentuk kubus, berinti dan tidak mempunyai rongga antar sel
7. Sebagai jaringan pelindung, kebanyakan dilapisi kutikula (lapisan lilin)

2. Periderm
Periderm terdiri atas jaringan gabus (felem), kambium gabus (felogen), dan
feloderm (sel hidup yang dibentuk oleh felogen ke arah dalam). Felem teriri atas sel
berbentuk lempeng, tersusun rapat, dan dindingnya mengandung suberin (zat gabus).
Felogen dibentuk secara sekunder, terletak dalam jaringan yang telah dewasa di bawah
epidermis atau di dalam epidermis. Felogen ke arah luar membentuk felem, dan ke arah
dalam membentuk felem, dan terdiri atas sel hidup (Estiti, 1995; Djumhana dkk, 2006).

6.2.2. Sistem Jaringan Pembuluh

1. Xylem
Berdasarkan struktur dan fungsi, xylem merupakan jaringan yang kompleks,
berasosiasi dengan floem membentuk jaringan yang bersinambungan di seluruh tubuh
tumbuhan. Xylem teridri atas beberapa jenis sel dan berfungsi dalam pengangkutan air,
penyimpanan makanan, dan penyokong (Estiti, 1995).
Xylem tersusun atas trakeid dan trakea. Trakeid terdiri atas sel yang agak
memanjang, dalam irisan melintang, terlihat persegi dengan dinding ujung yang
meruncing, sel-selnya akan mati setelah dewasa, dan hanya sel yang berlignin yang
tetap tinggal. Air dapat bergerak secara lateral diantara dinding selnya karena adanya
pit , yaitu lekukan tempat tidak terbentuknya dinding sekunder. Trakea berasal dari
trakeid, ujungnya banyak memiliki pori untuk masuknya air dan zat hara, komponennya
lebih pendek dan lebih lebar dari trakeid, berlignin dan dindingnya mengalami penebalan
berupa gelang, cincin dan berpilin. Setelah dewasa trakea dan trakeid berbentuk bulat
panjang, terdiri atas lignin, dan tidak mengandung kloroplas (Mader, 1987; Djumhana
dkk, 2006). Pada tumbuhan paku-pakuan dan tusam, xylem hanya mengandung trakeid
(Kimball, 1992).

2. Floem
Floem merupakan unsur pembuluh tapis, yang masing-masing memiliki suatu sel
pengiring, Dinamakan pembuluh tapis, karena dinding ujung selnya berlubang,
Sel pengiring/pendukung mempunyai nuklues, sehingga dapat mengambil alih
pengendalian umum sel-sel pembuluh tapis (Kimbal, 1992), dengan adanya nucleus
10

tersebut memungkinkan sel pengiring membelah diri sehingga dapat mengawal dan
mengawetkan kehidupan di kedua sel (Mader, 1987), sel pengiring terdiri atas serat dan
sklereida (Estiti, 1995). Floem berfungsi sebagai pengangkut hasil fotosintesis (terutama
karbohidrat, hormon, dan sedikit asam amino), menyimpan cadangan makanan, dan
sebagai pendukung (Estiti, 1995; Djumhana, 2006).

Gambar : Anatomi sel xylem dan sel floem (Mader, 1987)

6.2.3. Sistem Jaringan Dasar


1. Parenkim
Parenkim merupakan sel hidup, bentuknya bersegi banyak, ataupun berbentuk
bintang; terdapat pada korteks akar, batang, dan mesofil daun; fungsinya antara lain
dalam fotosintesis, penyimpanan bahan, dan penyembuhan luka (Estiti, 1995).
Jenis-jenis sel parenkim dapat dibedakan menurut bentuk, dan fungsinya.
Berdasarkan bentuknya, sel parenkim dibagi menjadi 3, yaitu parenkim palisade,
merupakan penyusun mesofil daun, bentuk selnya panjang, mengandung banyak
kloroplas; parenkim sponsa (bunga karang), sebagai penyusun mesofil daun, ruang
antar selnya relative besar, dengan susunan sel yang tidak teratur; parenkim lipatan,
dinding selnya melipat ke arah dalam dan mengandung kloroplas, misalnya pada mesofil
daun padi, dan daun pinus. Berdasarkan fungsinya, parenkim dibagi menjadi 5, yaitu:
parenkim asimilasi, di dalam sel-selnya terdapat kloroplas untuk berfotosintesis, terdapat
pada mesofil daun, dan pada batang yang berwarna hijau; parenkim pengangkut,
terdapat pada batang dengan sel berbentuk memanjang menurut arah angkut;
parenkim air, terdapat pada tumbuhan xerofit, epifit, sebagai bentuk adaptasi terhadap
kondisi musim kering, tidak mengandung kloroplas, vokuola besar dan mengandung
sedikit plasma, kadang berlendir seperti pada Aloe vera; parenkim penimbun, terdapat
dalam bagian tubuh tanaman, misal pada empulur batang, umbi, dan akar; parenkim
udara, ruang antar selnya besar, sel berbentuk bulat atau bintang, misal pada daun
Canna (Djumhana dkk, 2006).
11

2. Kolenkim
Bentuknya berkisar antara bentuk prisma sampai memanjang, dengan
penebalan dinding sel yang tidak merata, umumnya terjadi di susut-sudut sel; terdapat
di dekat permukaan korteks pada akar, batang, tangkai daun, dan sepanjang tulang
daun besar pada helaian daun; fungsinya adalah sebagai penunjang
mekanis/penyokong organ tumbuhan yang muda. (Kimball, 1992, Estiti, 1995).
Berdasarkan penebalan pada dinding sel, kolenkim dibedakan menjadi 4, yaitu:
kolenkim sudut (angular), pada irisan melintangnya terlihat adanya penebalan di sudut-
sudut sel; kolenkim tubular, penebalannya merata di dinding sel, sehingga ruang sel
terlihat seperti tabung; kolenkim lempeng (lamellar), penebalan dindingnya sejajar
permukaan organ; kolenkim lakunar, penebalannya terdapat di bagian dinding sel yang
menghadap rongga antar sel (Djumhana dkk, 2006).
3. Sklerenkim
Dinding selnya tebal, sekunder dan seringkali berlignin, pada saat dewasa protoplasnya
bisa hilang; membentuk kumpulan sel yang berkesinambungan ataupun terdapat
tersendiri di antara sel-sel lain. Sel-selnya berongga dan bukan sel hidup, serta memiliki
dinding yang sangat kuat. Fungsinya adalah sebagai penyokong bagian tumbuhan yang
telah dewasa (Mader, 1987; Estiti, 1995). Sklerenkim dibedakan menjadi 2 kelompok,
yaitu serabut dan sel batu (sklereid). Serabut terdiri atas sel-sel yang panjang dan
sempit, berujung runcing, sel-selnya berkumpul menjadi sebuah jalur panjang. Pada
saat masih muda dan tumbuh aktif, ujung dindingnya saling merapat dan terlihat runcing.
Sklereid, berasal dari jaringan parenkim dengan penebalan dinding yang terlihat
berlapis-lapis, bentuknya sangat bervariasi dari isodiametrik sampai tidak beraturan
(Djumhana dkk, 2006). Sel-sel skelerinkim terdapat dalam batang, tulang daun, dan
berperan penting sebagai penutup luar pada buah dan biji yang keras (Kimball, 1992).

6.4.3.3. Struktur Jaringan Akar


Dalam irisan membujur, akar memiliki bagian sebagai berikut: (a) Tudung akar (Kaliptra),
berfungsi sebagai pelindung berbagai meristem dan melumasi akar untuk mengurangi
gesekan antara ujung akar dan butiran tanah pada saat menembus tanah; (b) daerah
meristem, terdapat di sebelah dalam tudung akar yang selalu membelah, tujuannya
adalah untuk memperbanyak sel dan mengganti sel-sel yang rusak; (c) daerah
pemanjangan (elongation zone), sel-sel baru yang terbentuk dari meristem membesar
dan mengakibatkan akar tumbuh memanjang; (d) daerah penyerapan, tumbuh rambut-
rambut akar, yang merupakan modifikasi dari sel-sel epidermis akar muda; (e) daerah
diferensiasi, merupakan tempat sel-sel menjadi matang, terlihat adanya perbedaan
jaringan penyusun akarnya. Dalam irisan melintang, akar memiliki bagian sebagai
berikut: (a) epidermis, merupakan terluar dari akar, selnya rapat dan tidak memiliki ruang
12

antar sel, fungsinya untuk menyerap air dan membentuk rambut akar (trikoblas); (b)
korteks, berada di sebelah dalam epidermis, terdiri dari sel parenkim berdinding tipis
dengan rongga antar sel untuk pertukaran zat; (c) endodermis, terdiri atas sel yang
saling berhubungan berbentuk silinder, memisahkan parenkim korteks dengan silinder
pusat/stele dan berkas pengangkut di dalamnya; (d) stele/silinder pusat, bagian paling
dalam dari akar, terdiri atas jaringan: perisikel/perikambium, berkas pembuluh angkut
dan empulur (Djumhana dkk, 2006).

.
Gambar 6.5. Sistem Jaringan Akar (Mader, 1987)

6.4.3.4. Struktur Jaringan Batang


Batang memiliki bagian buku tempat daun melekat dan bagian ruas yang
merupakan bagian di antara dua buku. Pertumbuhan meristem apical antara batang
dykotilidoneae dan batang monotylidoneae memiliki perbedaan yang khas. Struktur
batang Dykotylidoneae bervariasi, berasal dari meristem apical yang terus menerus
membelah, sehingga batang dapat tumbuh memanjang, kemudian tumbuh
berdiferensiasi menjadi jaringan primer. Jaringan primer tersebut meliputi bakal daun,
tunas ketiak, epidermis, korteks, ikatan pembuluh, dan empulur (Djumhana dkk,
2006).
Epidermis biasanya terdiri atas satu lapisan sel yang memiliki mulut daun
(stomata) dan rambut (trikomata). Sel epidermis termasuk sel hidup dan mampu
bermitosis, berfungsi untuk memperluas permukaan apabila terjadi tekanan dari dalam
13

akibat pertumbuhan sekunder (Estiti, 1995). Dinding sel epidermis tidak mudah ditembus
air dan berfungsi melindungi batang/jaringan di bagian dalamnya (Djumhana dkk, 2006).
Korteks adalah daerah di antara epidermis dan sel silinder pembuluh paling luar,
biasanya terdiri atas parenkim yang dapat berisi kloroplas, di tepi luar sering terdapat
kolenkim dan sklerinkim. Batas antara korteks dan daerah jaringan pembuluh sering tak
jelas karena tidak ada endodermis. Pada batang muda jarak (Ricinus communis),
misalnya, lapisan sel korteks terdalam dapat berisi pati dan disebut seludang pati.
Namun, beberapa dycotiledoneae membentuk pita caspary pada lapisan korteks paling
dalam, dan pada beberapa tumbuhan paku menunjukkan endodermis yang jelas (Estiti,
2006).
Stele adalah bagian terdalam organ batang tumbuhan, terdiri atas jaringan: (a)
berkas pengangkut, pada tanaman dycotylidoneae terdiri atas xylem dan floem yang
tersusun dalam ikatan pembuluh, karena letaknya berdekatan; (b) empulur, terdiri atas
jaringan parenkim, dengan ruang antar sel yang jelas, bagian luarnya terdiri atas sel
yang kecil dan rapat, biasanya berisi kelenjar minyak, kristal, dan lain-lain; (c)
perikambium, disebut juga sebagai perisikel, merupakan jaringan yang melingkari
pembuluh angkut, bagian dalamnya berbatasan dengan floem primer dan bagian
luarnya dibatasi oleh endodermis atau dengan korteks; (d) jari-jari empulur, terdiri atas
sedertan sel seperti pita radier, mulai dari empulur sampai floem, dalam selnya terdapat
kristal butir amilum (Djumhana dkk, 2006).
Struktur batang Monocotyledoneae memiliki meristem apical yang kecil, yang
akan berkembang menjadi bakal daun, tunas ketiak, dan epidermis. Jika pada
Gymnospermae dan Dycotyledoneae, letak ikatan pembuluh berada dalam lingkaran, ,
sedangkan pada Monocotyledoneae letaknya tersebar/terpisah-pisah berbentuk
kolateral, atau dalam dua lingkaran, tidak ditemukan kambium (kolateral tertutup,
sehingga tidak terjadi pertumbuhan sekunder (Estiti, 1995; Djumhana dkk, 2006).

Gambar 6.6. Anatomi Batang Tumbuhan (http://www.iel.ipb.ac.id, 14 Januari 2008)


14

Gambar 6.7. Struktur Anatomi Batang Tumbuhan (http://www.iel.ipb.ac.id, 14-01- 2008)


6.4.3.5. Struktur Jaringan Daun
Dalam irisan melintang, daun terdiri atas (a) jaringan epidermis, tidak berklorofil,
terdapat di permukaan dan bawah helaian daun, susunan selnya rapat/kompak sehingga
tidak mempunyai rongga antar sel, mengalami modifikasi menjadi mulut daun (stomata),
trikomata, dan kelenjar minyak; (b) jaringan mesofil, merupakan bagian utama daun,
banyak mengandung kloroplas dan ruang antarsel, dapat bersifat homogen atau terbagi
menjadi jaringan tiang (palisade) dengan ciri khas selnya memanjang tegak lurus
terhadap permukaan helaian daun, susunannya lebih rapat, namun sisi panjang selnya
terpisah sehingga udara dalam ruang antarsel tetap dapat mencapai sisi panjang, dan
jaringan bunga karang (spons) yang memiliki ruang antarsel lebih luas; (c) jaringan
pembuluh angkut, tersebar dalam tulang daun dan seluruh helaian daun, xylem terletak
di bagian atas menghadap ke jaringan palisade yang berupa rongga udara besar
15

berdinding tebal, sedangkan floem terdiri atas sekelompok sel, dan terletak di sebelah
bawah xylem, dan (d) jaringan sekresi, berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
proses sekresi atau pengeluaran senyawa dari daun tumbuh-tumbuhan.

Gambar 6.8. Struktur Jaringan Daun (http://www.iel.ipb.ac.id, 14 Januari 2008)

6.4.3.6. Struktur Jaringan Bunga

Bunga terdiri atas bagian yang steril dan bagian yang fertil (reproduktif). Bagian steril
meliputi sejumlah helai daun kelopak (sepal), kumpulannya disebut kaliks, dan sejumlah
helai daun mahkota (petal), kumpulannya disebut korola. Kaliks dan korola, bersama-
sama disebut perhiasan bunga (periant). Jika periant tidak terbagi menjadi kaliks dan
korola, setiap helaiannya disebut tepal. Bagian reproduktif adalah benang sari atau
stamen (mikrosporofil) dan daun buah atau karpel (megasporofil). Keseluruhan stamen
disebut andresium dan keseluruhan karpel disebut ginesium (Estiti, 1995).
16

Gambar: Anatomi Bunga (Mader, 1987)

6.4.3.7. Struktur Jaringan Buah


Buah merupakan organ tanaman yang mengandung biji, biasanya berasal dari alat
pembiakan betina, namun ada juga bagain-bagian bunga yang ikut serta menyusun
buah. Kulit buah sebelum masak tidak mengalami perubahan yang berarti. Pada proses
pendewasaan buah, banyak terjadi perubahan, ada jaringan yang tertekan, dan ada
jaringan yang meluas. Kulit buah yang telah masak dapat dibedakan menjadi 3 bagian
utama, yaitu: (a) eksokarp, merupakan kulit terluar atau disebut juga epikarp; (b)
mesokarp, bagian yang terdapat di tengah, umumnya tebal, terutama pada buah
berdaging, misalnya papaya, ataupun berbentuk serabut, misalnya pada kelapa; dan (c)
endocarp, merupakan kulit terdalam, biasanya sangat keras karena mengandung sel-sel
batu, misalnya pada kelapa (Estiti, 1995; Djumhana, 2006).

Epicarp

Mesokarp Biji

Endokarp
17

Endokarp
Mesokarp

Epikarp

a. Buah kelapa b. Buah jeruk

Gambar 6.9. Irisan melintang: a. buah kelapa, dan


b. buah jeruk (www.nccpg.com: 09-07-2008)

6.4.3.8. Struktur Jaringan Biji

Struktur biji yang masak terdiri atas 3 bagian, yaitu: (a) embrio, berasal zygot (hasil
penyatuan gamet jantan dengan sel telur), merupakan sporofit muda yang tidak segera
melanjutkan pertumbuhannya, tetapi memasuki masa istirahat (dorman), dikelilingi oleh
cadangan makanan untuk menunjang pertumbuhannya sampai mampu berfotosintesis;
(b) endosperm, dibentuk oleh hasil penyatuan inti sel jantan dengan inti sel sentral,
berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan; (c) kulit biji (integument), berasal
dari dinding bakal biji, berfungsi untuk melindungi embrio dan bagian-bagian biji yang
ada di dalamnya.
18

Gambar 6.8. Struktur Biji Tumbuhan: a. Biji tumbuhan monokotil, dan


b. Biji tumbuhan dikotil (Mader, 1987)

6.4.3.9. Rangkuman
Jaringan tumbuhan dibagi ke dalam tiga sistem, yakni (a) sistem dermal, yang
terdiri atas epidermis, berfungsi sebagai pelindung pertama (primer) untuk bagian luar
tubuh tumbuhan, dan periderm, yang menggantikan epidermis pada tumbuhan yang
mengalami pertumbuhan sekunder; (b) sistem jaringan pembuluh, terdiri atas xylem,
yang mengangkut air dan garam tanah, dan floem, yang mengangkut hasil fotosintesis;
dan (c) sistem jaringan dasar, terdiri atas parenkim dengan semua variasinya;
kolenkim, yakni jaringan berdinding tebal dan selnya tetap hidup; dan sklerenkim,
yakni jaringan pengokoh utama dengan dinding tebal, keras dan seringkali terlignifikasi
(berkayu) dengan sel yang biasanya mati.
Struktur jaringan akar menurut arah membujur adalah sebagai berikut: (a)
Tudung akar (Kaliptra), berfungsi sebagai pelindung ujung akar pada saat menembus
tanah; (b) daerah meristem, fungsinya adalah untuk memperbanyak sel dan mengganti
sel-sel yang rusak; (c) daerah pemanjangan (elongation zone), sebagai daerah
pemanjangan akar; (d) daerah penyerapan, tempat tumbuh rambut-rambut akar, (e)
daerah diferensiasi, sebagai tempat tpematangan sel. Dalam irisan melintang, akar
memiliki bagian sebagai berikut: (a) epidermis, fungsinya untuk menyerap air dan
membentuk rambut akar (trikoblas); (b) korteks, terdiri atas sel parenkim berdinding tipis
dengan rongga antar sel untuk pertukaran zat; (c) endodermis, memisahkan parenkim
korteks dengan silinder pusat/stele dan berkas pengangkut di dalamnya; (d)
stele/silinder pusat,
Pertumbuhan meristem apical antara batang Dykotyilidoneae dan batang
Monotylidoneae memiliki perbedaan yang khas. Struktur batang Dykotyilidoneae
bervariasi, berasal dari meristem apical yang terus menerus membelah, sehingga
batang dapat tumbuh memanjang, kemudian tumbuh berdiferensiasi menjadi jaringan
primer, yang terdiri atas bakal daun, tunas ketiak, epidermis, korteks, ikatan
pembuluh, dan empulur. Struktur batang Monocotyledoneae memiliki meristem apical
yang kecil, yang akan berkembang menjadi bakal daun, tunas ketiak, dan epidermis.
Jika pada Gymnospermae dan Dycotyledoneae, letak ikatan pembuluh berada dalam
lingkaran, pada Monocotyledoneae letaknya tersebar/terpisah-pisah berbentuk kolateral.
Dalam irisan melintang, daun terdiri atas (a) jaringan epidermis, (b) jaringan
mesofil, dapat bersifat homogen atau terbagi menjadi jaringan tiang (palisade) dengan
ciri khas selnya memanjang tegak lurus terhadap permukaan helaian daun, dan jaringan
bunga karang (spons) yang memiliki ruang antarsel lebih luas; (c) jaringan pembuluh
angkut, terdiri atas xylem terletak di bagian atas menghadap ke jaringan palisade,
sedangkan floem terletak di sebelah bawah xylem, dan (d) jaringan sekresi, berfungsi
sebagai tempat berlangsungnya proses sekresi atau pengeluaran senyawa dari daun
tumbuh-tumbuhan.
19

Bunga terdiri atas bagian yang steril dan bagian yang fertil. Bagian steril meliputi
sejumlah helai daun kelopak (sepal), kumpulannya disebut kaliks, dan sejumlah helai
daun mahkota (petal), kumpulannya disebut korola. Kaliks dan korola, bersama-sama
disebut perhiasan bunga (periant). Bagian reproduktif adalah benang sari atau stamen
(mikrosporofil) dan daun buah atau karpel (megasporofil). Keseluruhan stamen disebut
andresium dan keseluruhan karpel disebut ginesium.
Kulit buah yang telah masak dapat dibedakan menjadi 3 bagian utama, yaitu: (a)
eksokarp, merupakan kulit terluar atau disebut juga epikarp; (b) mesokarp, bagian yang
terdapat di tengah, umumnya tebal, terutama pada buah berdaging, ataupun berbentuk
serabut, dan (c) endocarp, merupakan kulit terdalam, biasanya sangat keras karena
mengandung sel-sel batu,
Struktur biji yang masak terdiri atas 3 bagian, yaitu: (a) embrio, merupakan
sporofit muda; (b) endosperm, dibentuk oleh hasil penyatuan inti sel jantan dengan inti
sel sentral, berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan; (c) kulit biji (integument),
berasal dari dinding bakal biji, berfungsi untuk melindungi embrio dan bagian-bagian biji
yang ada di dalamnya.
20

Media

Jenis media
Caset dan video pembelajaran
2. Slide Power Point (Terlampir)
3. Handout Mahasiswa
4. Lembar Kerja Mahasiswa
5. Alat dan bahan praktikum

Petunjuk Penggunaan Media

6.6. Daftar Pustaka

Djumhana, N., Wuryastuti, S., Hendrawati, Y. dan Peristiwati, 2006. Konsep Dasar
Biologi untuk SD . Bandung: UPI Press.

Estiti, B. H. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji . Bandung: Penerbit ITB

http://www.iel.ipb.ac.id, 14 Januari 2008)

Kimball, J.W. 1983. Biology . Addison-Wesley Publishing Company Inc. Alih Bahasa
Sutarmi, S.T. dan Sugiri, N. 1992. Jakarta: Erlangga.

Mader, S.S, 1987. Biology: Evolution, Diversity and the Environtment . Iowa:
Wm.C.Brown Publisher. Alih Bahasa Indonesia (Purnomo, B.S.) 1995. Penerbit
Kucica.

Sutrian, Y. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan . Jakarta: Rineka Cipta


21

Anda mungkin juga menyukai