Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN PENULISAN JOURNAL REVIEW

KriteriaJurnal
1. Jurnal yang dipilih adalah jurnal berbahasa Indonesia atau berbahasa Inggris
yang memuat topik tentang Entamoeba histolytica.
2. Jurnal dapat berupa prosiding hasil seminar nasional atau internasional dalam
bentuk elektronik yang memuat topik tentang Entamoeba histolytica.
3. Jumlah jurnal/prosiding yang dijadikan referensi minimal 10 unit dan tidak ada
batasan tahun terbit.

Sistematika Penulisan Journal Review


Sistematika penulisan Review Journal adalah sebagaiberikut :
1. Cover
Format cover harus seragam baik ukuran huruf maupun tata letaknya.
2. Kata Pengantar (1 halaman)
3. Daftar Isi (1 halaman)
4. Abstrak
Abstrak memuat gambaran umum secara keseluruhan dari tulisan tentang topik
terpilih
5. Pendahuluan (1 – 2 halaman)
Pendahuluan memuat latar belakang tentang pentingnya pembahasan topik
terpilih yaitu Entamoeba histolytica.
6. Pembahasan (3 – 5 halaman)
a. Menjelaskan habitat, siklus hidup dan mekanisme penularan
b. Membahas manifestasi klinis Entamoeba histolytica pada amebiasis intestinal
dan ekstraintestinal
c. Membahas perbedaan antara Entamoeba histolytica dengan parasit penyebab
amebiasis lainnya
d. Membahas pencegahan penyakit yang disebabkan oleh Entamoeba
histolytica.
7. Simpulan (1 – 2 halaman)
8. Daftar Pustaka
Penulisan daftar pustaka menganut pada APA Style (American Psychological
Association). Panduannya dapat diakses di: http://psikologi.uin-
malang.ac.id/wp-content/uploads/2014/09/Penulisan-Kutipan-Versi-APA-
Indonesia.pdf
Pedoman Teknik Penulisan
1. Laporan ditulis dalam kertas A4, margin 4 kanan, 4 atas, 3 kiri, 3 bawah, huruf
Times New Roman 12 dan spasi 1,5.
2. Jarak antara judul bab dengan body bab 1,5 spasi x 3
3. Judul bab, sub-bab, sub bab menggunakan penomoran 1.1., 1. 2 dst.
4. Penulisan rataan kanan sejajar dengan nomor judul sub bab (tidak ada menjorok)
5. Spasi baris judul sub bab adalah 18 pt atas dan 6 pt bawah.
6. Spasi baris judul sub-sub bab dan seterusnya adalah 12 pt atas dan 6 pt bawah.
7. Nomor halaman menggunakan hurup arab di samping kanan atas kecuali
halaman judul bab di bawah tengah
Peringatan!!
“Jika ditemukan plagiat dari tulisan yang tersedia secara online, maka tulisan
anda tidak akan mendapat penilaian”
Artikel

TUGAS

JOURNAL REVIEW
(Entamoeba histolytica)

“Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Parasitologi”

Dosen pembimbing:
Iswadi, S.Pd, M.Si

Disusun oleh:

Muhammad Dean
1606103010061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2018/2019
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas parasitologi dalam bentuk Artikel. Salawat dan salam marilah
kita sanjung sajikan ke pangkuan baginda Rasulullah SAW. Yang telah membawa
umat manusia ke alam yang terang benderang sebagaimana yang kita rasakan saat
sekarang ini. Pada kesempatan ini, kami telah menyelesaikan Artikel “Entamoeba
histolytica.”.

Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah


parasitologi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam proses belajar
mengajar. Apabila terdapat kesalahan dalam menyusun Artikel ini, penulis
mengharapkan kritik dan usul-usul pembangun guna perbaikan dan penyempurnaan
Artikel ini.

Demikianlah, semoga Artikel ini dapat menjadikan acuan dalam kehidupan


dan sebagai pembelajaran lebih baik ke depan serta bermanfaat bagi penulis sendiri
maupun pembaca.

Darussalam, 5 November 2018

Penulis
1

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1


Daftar Isi .................................................................................................................. 1
Abstrak .................................................................................................................... 2
BAB I....................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN...................................................................................................... 5
2.1 HABITAT, SIKLUS HIDUP DAN MEKANISME PENULARAN ............. 5
2.1.1 Habitat ..................................................................................................... 5
2.1.2 Siklus Hidup ............................................................................................ 5
2.1.3 Mekanisme Penularan Habitat ................................................................ 7
2.2 MANIFESTASI KLINIS ENTAMOEBA HISTOLYTICA PADA
AMEBIASIS INTESTINAL DAN EKSTRAINTESTINAL .............................. 8
2.2.1 Entamoeba histolytica Pada Amebiasis Intestinal .................................. 8
2.2.2. Amoebiasis Kolon Akut ......................................................................... 9
2.2.3. Amoebiasis Kolon Menahun .................................................................. 9
2.2.3.1 Entamoeba histolytica Pada Amebiasis Ekstraintestinal ................... 10
2.3. PERBEDAAN ANTARA ENTAMOEBA HISTOLYTICA DENGAN
PARASIT PENYEBAB AMEBIASIS LAINNYA ........................................... 11
2.3.1 Secara Morfologi ................................................................................... 11
2.3.2 Secara Patologi dan Gejala klinis .......................................................... 13
2.4 PENCEGAHAN PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH
ENTAMOEBA HISTOLYTICA. ...................................................................... 15
Simpulan ................................................................................................................ 15
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 17
2

Entamoeba histolytica

Muhammad Dean

Muhammaddean.bio16@fkip.unsyiah.ac.id

Abstrak

Entamoeba histolytica adalah parasit enterik yang berkoloni lumen usus manusia
dan memiliki kapasitas untuk menyerang epitel. Amoeba ini memiliki bentuk
trofozoit dan kista. Merupakan suatu parasit yang sering ditemukan didaerah
caecum juga didaerah rektrosigmoid. Parasit ini mengalami fase pre dan meta
dalam daur hidupnya yaitu trophozoit, precyste , cyste , metacyste, metacyste
trophozoit. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa usus amuba dalam
penularannya terjadi dikarenakan mengkonsumsi rnakanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh adanya protozoa. Entamoeba histolytica pada amebiasis terdiri
atas dua jenis yaitu amoebiasis intestinal dan amoebiasis ekstraintestinal.
Amoebiasis terdiri dari Amoebiasis kolon akut (Gejala klinis yang biasa ditemukan
adalah nyeri perut dan diare yang dapat berupa tinja cair, tinja berlendir atau tinja
berdarah) dan Amoebiasis kolon menahun (Amoebiasis kolon menahun
mempunyai gejala yang tidak begitu jelas. Biasanya terdapat gejala usus yang
ringan, antara lain rasa tidak enak diperut, diare yang diselingi obstipasi). Cara
pencegahan penyakit yang disebabkan Entamoeba histolytica diantaranya yaitu
tidak makan makanan mentah, minum air yang sudah dimasak, menjaga kebersihan,
tidak boleh buang air kecil/besar sembarangan tempat.

Kata Kunci : Amoebiasis, Parasit, Protozoa.


3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi protozoa usus masih menjadi masalah kesehatan di beberapa negara


di dunia, dibuktikan dengan prevalensinya yang masih tinggi dan tersebar luas di
daearah tropik dan subtropik. Umumnya infeksi ini terjadi pada wilayah dengan
tingkat sosio-ekonomi yang rendah dan ditunjang dengan hygiene sanitasi
penduduknya yang buruk (Anorital et al., 2010).()
Spesies yang tergolong protozoa intestinal dan terutama yang dapat
menimbulkan infeksi saluran pencernaan pada manusia yaitu, dari kelas
Rhizopoda adalah Entamoeba histolytica, kelas Mastigophora adalah Giardia
lamblia dan kelas Sporozoa adalah Blastocystis hominis. Jenis protozoa yang
sering menjadi penyebab diare adalah Entamoeba histolytica ( Soedarto, 2011).

Terdapat juga jenis protozoa intestinal lain seperti, Entamoeba coli,


Endolimax nana dari kelas Rhizopoda, Balantidium coli dari kelas Ciliata, dan
Isospora belli, Cryptosporidium parvum serta Cyclospora cayetanesis dari kelas
Sporozoa (Soedarto, 2011; Sutanto et al., 2008).

Entamoeba histolytica adalah parasit enterik yang berkoloni lumen usus manusia
dan memiliki kapasitas untuk menyerang epitel. Meskipun 90% dari infeksi
amebic adalah asimtomatik dan self-limiting, ada sekitar 50 juta kasus infeksi
invasif setiap tahun. WHO memperkirakan amoebiasis (infeksi oleh E. histolytica)
merupakan penyebab paling umum kematian akibat infeksi parasit setelah malaria
dan schistosomiasis. (Haque.2003)

Menurut WHO, Entamoeba histolytica berada di peringkat ketiga sebagai penyebab


kematian di antara parasit dengan 100.000 kematian diperkirakan setiap tahun [1].
Sekitar 50 juta orang di seluruh dunia menderita infeksi amoeba invasif setiap tahun
dan sekitar 40.000 sampai 100.000 kematian setiap tahunnya. Tingkat kasus
kematian global dilaporkan 2% pada orang dewasa dan 26% pada anak-anak.
(WHO. 1997).

Morbiditas dan mortalitas parasit ini terutama terlihat di negara berkembang.


Penelanan makanan yang terkontaminasi atau air yang mengandung kista menular
menyebabkan ekskresi di usus. Setiap kista menghasilkan delapan trofozoit motil,
yang menjajah usus besar inang. Dalam kasus-kasus di mana infeksi tidak
4

membatasi diri, disentri amebik dan pembentukan abses hati dapat terjadi.
(Tanyuksel & Petri, 2003).

Proses invasi dan pembentukan abses hati tidak memiliki keuntungan nyata untuk
Entamoeba histolytica [3]. Pertanyaan logis kemudian mengapa organ-isme ini
berevolusi menjadi patogen dan bukan komensal seperti sepupu noninvasifnya,
Entamoeba dispar, Satu teori Entamoeba histolytica asal virulensi adalah kebetulan
evolusi. Sel inang mungkin memiliki pola pengenalan yang mirip dengan bakteri
enterik yang telah diidentifikasi oleh parasit untuk diidentifikasi. Entamoeba
histolytica telah terbukti sel-sel fagositosis preferen-tially dilapisi dengan collectin,
lektin tipe-C yang terlibat dalam pengakuan ligan yang umum untuk kedua bakteri
dan sel apoptosis [4]. ( Ghosh.1997)
Efektif pembajakan sistem host sendiri bawaan kekebalan tubuh untuk
meningkatkan fagositosis mungkin telah menyebabkan fenotip invasif. Dalam
dukungan lebih lanjut dari teori ini, Ghosh dan Samuelson [3] telah menunjukkan
bahwa beberapa protein pensinyalan yang diperlukan untuk Entamoeba histolytica
virulensijuga digunakan untuk membunuh dan fagositosis bakteri. Penjelasan lain
yang tampaknya masuk akal adalah Entamoeba histolytica fenotipe invasifmuncul
sebagai respons terhadap inang mekanisme pertahanan [5]. (Teixeira.2008)

Diarahkan apoptosis dan fagositosis berikutnya dapat berfungsi untuk membatasi


tuan inflamasi mech-anisms dengan menekan nekrosis dan kekebalan Th1-jenis
berikutnya [6]. Protein sistein yang diketahui dapat menurunkan matriks
ekstraseluler inang juga melindungi Entamoeba histolytica dari pelengkap, IgA
sekretori, dan IgG serum [7-9].(

Sementara dasar evolusioner di balik kejahatan adalah tidak pasti, mekanisme di


balik virulensi perlahan-lahan menjadi lebih jelas. Invasi oleh Entamoeba
histolytica adalah sangat berkorelasi dengan kapasitas parasit untuk membunuh dan
sel inang phagocy-tose [10-13]. ()

Dengan mempelajari Entamoeba histolytica diharapkan kita mampu


menekan terjadinya penularan infeksi Entamoeba histolytica.
5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HABITAT, SIKLUS HIDUP DAN MEKANISME PENULARAN


2.1.1 Habitat
Entamoeba histolytica adalah suatu parasit yang sering ditemukan di daerah
caecum juga di daerah rektrosigmoid. Seperti pada usus besar manusia, primata
tingkat tinggi tertentu, dan beberapa binatang jinak rumahan dan komensal.
Sebagian besar kasus asimptomatik kecuali pada manusia atau di antara binatang
yang hidup dalam keadaan tertekan atau dalam keadaan yang tidak alamiah
(misalnya primata di kebun binatang).

2.1.2 Siklus Hidup

Siklus hidup dimulai dari manusia menelan makanan/minuman yang


terkontaminasi oleh parasit tersebut, di lambung parasit tersebut tercerna, tinggal
bentuk kista yang berinti empat (kista masak) yang tahan terhadap asam lambung
masuk ke usus. Disini karena pengaruh enzym usus yang bersifat netral dan sedikit
6

alkalis, dinding kista mulai melunak, ketika kista mencapai bagian bawah ileum
atau caecum terjadi excystasi menjadi empat amoebulae.
Amoebulae tersebut bergerak aktif, menginvasi jaringan dan membuat lesi
di usus besar kemudian tumbuh menjadi trophozoit dan mengadakan multiplikasi
disitu, proses ini terutama terjadi di caecum dan sigmoidorectal yang menjadi
tempat habitatnya. Dalam pertumbuhannya amoeba ini mengeluarkan enzym
proteolytic yang melisiskan jaringan disekitarnya kemudian jaringan yang mati
tersebut diabsorpsi dan dijadikan makanan oleh amoeba tersebut. Amoeba yang
menginvasi jaringan menjalar dari jaringan yang mati ke jaringan yang sehat,
dengan jalan ini amoeba dapat memperluas dan memperdalam lesi yang
ditimbulkannya, kemudian menyebar melalui cara percontinuitatum, hematogen
ataupun lymphogen mengadakan metastase ke organ-organ lain dan menimbulkan
amoebiasis di organ-organ tersebut.
Metastase tersering adalah di hepar terutama lewat hematogen. Setelah
beberapa waktu oleh karena beberapa keadaan, kekuatan invasi dari parasit
menurun juga dengan meningkatnya pertahanan dan toleransi dari host maka lesi
mulai mengadakan perbaikan. Untuk meneruskan kelangsungan hidupnya mereka
lalu mengadakan encystasi, membentuk kista yang mula-mula berinti satu,
membelah menjadi dua, akhirnya menjadi berinti empat kemudian dikeluarkan
bersama-sama tinja untuk membuat siklus hidup baru bila kista tersebut tertelan
oleh manusia.
Parasit ini mengalami fase pre dan meta dalam daur hidupnya yaitu:
Trophozoit — Precyste — Cyste — Metacyste—– Metacyste Trophozoit.
Trophozoit yang mengandung beberapa nukleus (uni nucleate trophozoit)
kadang tinggal di bagian bawah usus halus, tetapi lebih sering berada di colon dan
rectum dari orang atau monyet serta melekat pada mukosa. Hewan mamalia lain
seperti anjing dan kucing juga dapat terinfeksi. Trophozoit yang motil berukuran
18-30 um bersifat monopodial (satu pseudopodia besar).
Cytoplasma yang terdiri dari endoplasma dan ektoplasma, berisi vakuola
makanan termasuk erytrocyt, leucocyte, sel epithel dari hospes dan bakteria. Di
dalam usus trophozoit membelah diri secara asexual. Trophozoit menyusup masuk
7

ke dalam mukosa usus besar di antara sel epithel sambil mensekresi enzim
proteolytik.
Di dalam dinding usus tersebut trophozoit terbawa aliran darah menuju hati,
paru, otak dan organ lain. Hati adalah organ yang paling sering diserang selain usus.
Di dalam hati trophozoit memakan sel parenkim hati sehingga menyebabkan
kerusakan hati. Invasi amoeba selain dalam jaringan usus disebut amoebiasis
sekunder atau ekstra intestinal. Trophozoit dalam intestinal akan berubah bentuk
menjadi precystic. Bentuknya akan mengecil dan berbentuk spheric dengan ukuran
3,5-20 um. Bentuk cyste yang matang mengandung kromatoid untuk menyimpan
unsur nutrisi glycogen yang digunakan sebagai sumber energi. Cyste ini adalah
bentuk inaktif yang akan keluar melalui feses.
Cyste sangat tahan terhadap bahan kimia tertentu. Cyste dalam air akan
bertahan sampai 1 bulan, sedangkan dalam feses yang mengering dapat bertahan
sampai 12 hari. Bila air minum atau makanan terkontaminasi oleh cyste E.
histolytica, cyste akan masuk melalui saluran pencernaan menuju ileum dan terjadi
excystasi, dinding cyste robek dan keluar amoeba “multinucleus metacystic” yang
langsung membelah diri menjadi 8 uninucleat trophozoit muda disebut
“amoebulae”.
Amoebulae bergerak ke usus besar, makan dan tumbuh dan membelah diri
asexual. Multiplikasi (perbanyakan diri) dari spesies ini terjadi dua kali dalam masa
hidupnya yaitu: membelah diri dengan “binary fission” dalam usus pada fase
trophozoit dan pembelahan nukleus yang diikuti dengan cytokinesis dalam cyste
pada fase metacystic.
2.1.3 Mekanisme Penularan Habitat

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa usus amuba dalam


penularannya terjadi dikarenakan mengkonsumsi rnakanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh adanya protozoa. Kontaminasasi dapat terjadi dikarena- kan
sistem pembuangan air kotor dan tinja tidak dikelola dengan baik sehingga dapat
mencemari makanan dan minuman.
8

Selain itu perilaku tidak mencuci tangan dengan menggunakan sabun


setelah buang air besar dan penanganan makanan yang belum memenuhi aspek
sanitasi makanan menyebabkan mikroorganisme penyebab diare leluasa
menginfeksi host (manusia).

2.2 MANIFESTASI KLINIS ENTAMOEBA HISTOLYTICA PADA


AMEBIASIS INTESTINAL DAN EKSTRAINTESTINAL
2.2.1 Entamoeba histolytica Pada Amebiasis Intestinal
Amoebiasis intestinal atau disebut juga sebagai amoebiasis primer terjadi
pertama di daerah caecum, appendix, kolon ascenden dan berkembang ke kolon
lainnya. Bila sejumlah parasit ini menyerang mukosa akan menimbulkan ulkus
(borok), yang mempercepat kerusakan mukosa. Lapisan muskularis usus biasanya
lebih tahan.
Biasanya lesi aka nterhenti di daerah membran basal dari muskularis mukosa
dan kemudian terjadi erosi lateral dan berkembang menjadi nekrosis. Jaringan
tersebut akan cepat sembuh bila parasit tersebut dihancurkan (mati). Pada lesi awal
biasanya tidak terjadi komplikasi dengan bakteri. Pada lesi yang lama (kronis) akan
diikuti infeksi sekunder oleh bakteri dan dapat merusak muskularis mukosa,
infiltrasi ke sub-mukosa dan bahkan berpenetrasi ke lapisan muskularis dan serosa.
Amoebiasis intestinal bergantung pada resistensi hospesnya sendiri, virulrnsi
dari strain amoeba, kondisi dari lumen usus atau dinding usus, yaitu keadaan flora
usus, infek/tidaknya dinding usus, kondisi makanan, apabila makanan banyak
mengandung karbohidrat, maka amoeba tersebut lebih patogen.
Ameboma adalah sebuah fokus nodular dari radang proliferatif atau
menyerupai tumor yang berisi jaringan granulasi yang berasal dari kolon kadang
berkembang pada amoebiasis yang kronis, biasanya pada dinding dari kolon dengan
lokasi tersering terdapat dalam sekum, tapi bisa pada semua tempat di kolon dan
rektum. Pada pemeriksaan barium enema, ameboma dapat berupa lesi polipoid,
dapat dikelirukan dengan karsinoma kolon. Adanya ulkus pada mukosa usus dapat
diketahui dengan sigmoidoskopi pada 25% kasus. Ulkus tersebar, terpisah satu
9

sama lain oleh mukosa usus yang normal, ukurannya bervariasi dari 2-3 mm sampai
2-3 cm.
Amoebiasis intestinal terdiri atas 2, yaitu:
2.2.2. Amoebiasis Kolon Akut
Gejala klinis yang biasa ditemukan adalah nyeri perut dan diare yang dapat
berupa tinja cair, tinja berlendir atau tinja berdarah. Frekuensi diare dapat mencapai
10 x perhari. Demam dapat ditemukan pada sepertiga penderita. Pasien terkadang
tidak nafsu makan sehingga berat badannya dapat menurun. Pada stadium akut
ditinja dapat ditemukan darah, dengan sedikit leukosit serta stadium trofozoit
E.histolytica.
Diare yang disebabkan E.histolytica secara klinis susah dibedakan dengan
diare yang disebabkan bakteri (Shigella, Salmonella, Escherichia coli,
Campylobacter) yang sering ditemukan di daerah tropik. Selain itu juga harsu
dibedakan dengan non infectious diare seperti ischemic colitis, inflammatory bowel
disease, diverculitis, karena pada amoebiasis intestinalis penderita biasanya tidak
demam.
2.2.3. Amoebiasis Kolon Menahun
Amoebiasis kolon menahun mempunyai gejala yang tidak begitu jelas.
Biasanya terdapat gejala usus yang ringan, antara lain rasa tidak enak diperut, diare
yang diselingi obstipasi (sembelit). Gejala tersebut dapat diikuti oleh reaktivasi
gejala akut secara periodik. Dasar penyakit ialah radang usus besar dengan ulkus
menggaung, disebut juga kolitis ulserosa amebik.
Pada pemeriksaan tinja segar, stadium trofozoit E.histolytica sulit
ditemukan, karena sebagian besar parasit sudah masuk ke jaringan usus. Karena itu
dilakukan uji serologi untuk menemukan zat anti amoeba atau antigen E.histolytica.
Sensitivitas uji serologi zat mencapai 75%, sedangkan deteksi antigen mencapai
90% untuk mendiagnosis amoebiasis menahun. Pemeriksaan biopsi kolon hasilnya
sangat bervariasi, dapat ditemukan penebalan mukosa yang non-spesifik tanpa atau
dengan ulkus, ulserasi fokal dengan atau tanpa E.histolytica, ulkus klasik yang
berebntuk seperti botol (flaskshaped appeareance), nekrosis dan perforasi dinding
usus.
10

Predileksi terutama di daerah apendiks atau sekum, jarang sekali ditemukan


di sigmoid. Komplikasi amoebiasis intestinal dapat berupa acute necrotizing colitis,
toxic megacolon, ameboma, amoebiasis kutis dan ulkus perianal yang dapat
membentuk fistula. Penderita dengan acute necrotizing colitis sangat jarang
ditemukan tetapi angka kematin mencapai 50%. Penderita terlihat sakit berat,
demam, diare dengan lendir dan darah, nyeri perut dengan tanda iritasi peritoneum.
Bila terjadi perforasi usus atau pemberian anti amoeba tidak memperlihatkan hasil,
lakukan tindakan bedah.
Toxic megacolon juga sangat jarang ditemukan, biasanya berhubungan
dengan penggunaan kortikosteroid. Penderita memerlukan tindakan bedah, karena
biasanya pemberian anti amoeba saja tidak memperlihatkan perbaikan. Ameboma
berasal dari pembentukan jaringan granulasi kolon yang berbentuk seperti cincin
(annnuler), dapat tunggal atau multipel. Biasanya ditemukan di sekum atau kolon
asenden. Gambaran histologi menunjukkan jaringan kolagen dan fibroblas dengan
tanda peradangan menahun disertai granulasi. Ameboma ini menyerupai karsinoma
kolon. Amoebiasis kolon bila tidak diobatiakan menjalar keluar dari usus dan
menyebabkan amoebiasis ekstra-intestinal. Hal ini dapat terjadi secara hematogen
(melalui aliran darah), atau perkontinuitatum (secara langsung). Cara hematogen
terjadi bila amoeba telah masuk submukosa kemudian ke kapiler darah, dibawah
oleh aliran darah melalui vena porta ke hati dan menimbulkan abses hati.
2.2.3.1 Entamoeba histolytica Pada Amebiasis Ekstraintestinal
Abses hati merupakan manifestasi ekstra-intestinal yang paling sering
ditemukan. Sebagian besar penderita memperlihatkan gejala dalam waktu yang
relatif singkat (2-4 minggu). Penderita memperlihatkan gejala demam, batuk dan
nyeri perut kuadran kanan atas. Bila permukaan diafragma hati terinfeksi, maka
pada penderita dapat ternjadi nyeri pleura kanan atau nyeri yang menjalar sampai
bahu kanan. Pada 10%-35% penderita dapat ditemukan gangguan gastrointestinal
berupa mual, muntah, kejang otot perut, perut kembung, diare, dan konstipasi. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan hepatomegali.
Pada fase sub-akut dapat ditemukan penurunan berat badan, demam dan
nyeri abdomen yang difus. Abses hati lebih banyak ditemukan pada orang dewasa
11

dibandingkan anak – anak. Kebanyakan abses terbentuk di lobus kanan hati,


biasanya soliter. Abses berisi nanah yang berwarnah coklat.
Pada pemeriksaan tinja, E.histolytica hanya ditemukan pada sebagian kecil
penderita abses hati. Dapat ditemukan leukositosis dan peningkatan serum alkali
fostafase pada pemeriksaan darah. Komplikasi abses hati dapat berupa penjalaran
secara langsung ke pleura dan/atau perikardium, abses otak dan amoebiasis
urogenitalis. Cara perkontinuinatum terjadi bila abses hati tidak diobati sehingga
abses pecah. Amoeba yang keluar dapat menembus diafragma, masuk ke rongga
pleura dan paru, menimbulkan abses paru.
Abses hati dapat juga pecah ke dalam rongga perut dan menyebabkan
peritonitis atau pecah ke dalam dinding perut, menembus dinding perut samapi ke
kulit dan menimbulkan amoebiasis kulit dinding perut. Amoebiasis rektum bila
tidak diobati dapat menyebar ke kulit di sekitar anus menyebabkan amoebiasis
perianal, dapat juga menyebar ke perineum, menyebabkan amoebiasis perineal atau
ke vagina menyebabkan amoebiasis vagina. Di kulit dan vagina amoeba ini
menimbulkan ulkus.

2.3. PERBEDAAN ANTARA ENTAMOEBA HISTOLYTICA DENGAN


PARASIT PENYEBAB AMEBIASIS LAINNYA

2.3.1 Secara Morfologi


2.3.1.1 Entamoeba histolyca
Amoeba ini memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoitnya memiliki ciri-ciri
morfologi :

1. Ukuran 10-60 mikron


2. Sitoplasma bergranuar dan mengandung eritrosit, yang merupkan
penanda penting untuk diagnosisnya.
3. Terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai dengan karyosom padat
yang terletak di tengah inti, serta kromatin yang tersebar di pinggiran
inti.
12

4. Bergerak progesif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar disebut


pseudopodia.

Kista E. histolytica memiliki cirri-ciri morfologi sebagai berikut :

1. Bentuk memadat mendekati bulat, ukuran 10-20 mikron


2. Kista matang memiliki 4 buah entamoeba.
3. Tidak dijumpai lagi eritrosit dalam sitoplasma
4. Kista yang belum matang memiliki glikogen berbentuk seperti cerutu,
namun biasanya menghilang setelah terbentuk kista matang.

Dalam peralihan bentuk trofozoit menjadi kista, ektoplasma dan di dalam


sitoplasma tidak dijumpai lagi eritrosit. Bentuk ini dikenal dengan istilah
minuta. Bentuk minuta dari E. histolytica sangat mirip dengan bentuk
trofozoit dari E. coli.

2.3.2. Entamoeba coli


Bergerak dan menangkap mangsa dengan menggunakan kaki semu (ada dua
macam yaitu lobodia dan filopodia). Hidup bebas di dalam air laut dan tawar.
Berkembangbiak dengan cara membelah biner. - Bentuk selalu berubah-ubah,
Habitat di air tawar, Inti sel berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan yang
berlangsung dalam sel, Mempunyai vakuola makanan dan vakuola kontraktil
Reproduksi dengan pembelahan biner. E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista.
Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut :

1. Bentuk ameboid, ukuran 15-50 mikron


2. Sitoplasma mengandung banyak vakuola yang berisi bakteri, jamur dan
debris (tanpa eritrosit)
3. Nukleus dengan karyosom sentral dan kromatin mengelilingi pinggirannya
4. Pseudopodia kurang lebar, sehingga tidak progresif dalam bergerak

Dengan morfologi demikian, maka trofozoit E. coli sangat mirip dengan


prekista dari E.histolytica. Kista E.coli memiliki ciri-ciri berikut:
13

1. Bentuk membulat dengan ukuran 10-35 mikron


2. Kista batang berisi 8-16 inti
3. Cromatoidal bodies berupa batang-batang langsing yang
menyerupai jarum

Bentuk kista E. coli

Bentuk trrofozoit Entamaoeba coli

2.3.2 Secara Patologi dan Gejala klinis


2.3.2.1 Entamoeba histolytica
,Gejala-gejala klinik dari amoebiasis tergantung daripada lokalisasi dan
beratnya infeksi. Penyakit disentri yang ditimbulkannya hanya dijumpai pada
sebagian kecil penderita tanpa gejala dan tanpa disadari merupakan sumber infeksi
14

yang penting yang kita kenal sebagai "carrier", terutama didaerah dingin, yang
dapat mengeluarkan berjuta-juta kista sehari. Penderita amoebiasis intestinalis
sering dijumpai tanpa gejala atau adanya perasaan tidak enak diperut yang samar-
samar, dengan adanya konstipasi, lemah dan neurastenia.
Infeksi menahun dengan gejala subklinis dan terkadang dengan eksaserbasi
kadang-kadang menimbulkan terjadinya kolon yang "irritable" sakit perut berupa
kolik yang tidak teratur. Amoebiasis yang akut mempunyai masa tunas 1-14
minggu. Dengan adanya
Sindrom disentri berupa diare yang berdarah dengan mukus atau lendir yang
disertai dengan perasaan sakit perut dan tenesmusani yang juga sering disertai
dengan adanya demam.
Amoebiasis yang menahun dengan serangan disentri berulang terdapat nyeri
tekan setempat pada abdomen dan terkadang disertai pembesaran hati. Penyakit
menahun yang melemahkan ini mengakibatkan menurunnya berat badan.
Amoebiasis ekstra intestinalis memberikan gejala sangat tergantung kepada lokasi
absesnya. Yang paling sering dijumpai adalah amoebiasis hati disebabkan
metastasis dari mukosa usus melalui aliran sistem portal. Sering dijumpai pada
orang-orang dewasa muda dan lebih sering pada pria daripada wanita dengan gejala
berupa demam berulang, kadang-kadang disertai menggigil, icterus ringan, bagian
kanan diafragma sedikit meninggi, sering ada rasa sakit sekali pada bahu kanan dan
hepatomegali.
Abses ini dapat meluas ke paru-paru disertai batuk dan nyeri tekan
intercostal, pleural effusion dengan demam disertai dengan menggigil. Pada
pemeriksaan darah dijumpai lekositosis kadang-kadang amoebiasis hati sudah lama
diderita tanpa tanda-tanda dan gejalanya khas yang sukar didiagnosa. Infeksi
amoeba di otak menunjukkan berbagai tanda dan gejala seperti abses atau tumor
otak. Sayang sekali infeksi seperti ini baru didiagnosa pada autopsi otak.
Amoebiasis ekstra intestinalis ini dapat juga dijumpai di penis, vulva, perineum,
kulit setentang hati atau kulit setentang colon atau di tempat lain dengan tanda-
tanda suatu ulkus dengan pinggirnya yang tegas, sangat sakit dan mudah berdarah.
15

2.3.2.2 Entamoeba coli


Infeksi E.coli bersifat asimtomatis dan non pathogen. Namun Parasit E. coli
sering dijumpai bersamaan dengan infeksi E. hystolytica pada penderita amobiasis.

2.4 PENCEGAHAN PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH


ENTAMOEBA HISTOLYTICA.
4.1 Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan
daging ikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
4.2 Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
4.3 Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan
menjelang makan atau sesudah buang air besar.
4.4 Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan
tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar
tidak mencemari sumber air.
4.5 Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan
pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi
parasit dan mengobatinya dengan obat cacing.
4.6 Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat
ke rumah sakit.
4.7 Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama
sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur
cacing akan secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya
diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan, maka sebaiknya secara teratur
memeriksa dan mengobatinya.

Simpulan
Entamoeba histolytica adalah parasit enterik yang berkoloni lumen usus
manusia dan memiliki kapasitas untuk menyerang epitel. Amoeba ini memiliki
bentuk trofozoit dan kista. Merupakan suatu parasit yang sering ditemukan didaerah
caecum juga didaerah rektrosigmoid. Parasit ini mengalami fase pre dan meta
dalam daur hidupnya yaitu trophozoit, precyste , cyste , metacyste, metacyste
trophozoit. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa usus amuba dalam
16

penularannya terjadi dikarenakan mengkonsumsi rnakanan atau minuman yang


terkontaminasi oleh adanya protozoa. Entamoeba histolytica pada amebiasis terdiri
atas dua jenis yaitu amoebiasis intestinal dan amoebiasis ekstraintestinal.
Amoebiasis terdiri dari Amoebiasis kolon akut (Gejala klinis yang biasa ditemukan
adalah nyeri perut dan diare yang dapat berupa tinja cair, tinja berlendir atau tinja
berdarah) dan Amoebiasis kolon menahun (Amoebiasis kolon menahun
mempunyai gejala yang tidak begitu jelas. Biasanya terdapat gejala usus yang
ringan, antara lain rasa tidak enak diperut, diare yang diselingi obstipasi). Cara
pencegahan penyakit yang disebabkan Entamoeba histolytica diantaranya yaitu
tidak makan makanan mentah, minum air yang sudah dimasak, menjaga kebersihan,
tidak boleh buang air kecil/besar sembarangan tempat.
17

Daftar Pustaka

[1] “WHO/PAHO/UNESCO. A consultation with experts on amoebiasis.


Mexico City, Mexico 28-29 January, 1997,” Epidemiological Bulletin, vol. 18,
tidak. 1, pp. 13–14, 1997.

[2] R. Haque, CD Huston, M. Hughes, E. Houpt, and WA Petri Jr.,


“Amebiasis,” New England Journal of Medicine, vol. 348, no. 16, pp. 1565–1573,
2003.

[3] SK Ghosh and J. Samuelson, “Involvement of p21(racA), phosphoinositide


3-kinase, and vacuolar ATPase in phagocy-tosis of bacteria and erythrocytes by
Entamoeba histolytica: suggestive evidence for coincidental evolution of amebic
invasiveness,” Infection and Immunity, vol. 65, tidak. 10, pp. 4243–4249, 1997.

[4] JE Teixeira, BT Heron, and CD Huston, “C1q- and collectin-dependent


phagocytosis of apoptotic host cells by the intestinal protozoan Entamoeba
histolytica,” Journal of Infectious Diseases, vol. 198, tidak. 7, pp. 1062–1070, 2008.

[5] R. Campos-Rodr´ıguezp and A. Jarillo-Luna, “The pathogenicity of


Entamoeba histolytica is related to the capacity of evading innate immunity,”
Parasite Immunology, vol. 27, tidak. 1-2, pp. 1–8, 2005.

[6] SM Becker, KN Cho, X. Guo et al., “Epithelial cell apop-tosis facilitates


Entamoeba histolytica infection in the gut,”Journal of Parasitology Research 7
American Journal of Pathology, vol. 176, no. 3, pp. 1316–1322, 2010.

[7] SL Reed, JA Ember, DS Herdman, RG DiScipio, T.E. Hugli, and I.


Gigli, “The extracellular neutral cysteine proteinase of Entamoeba histolytica
degrades anaphylatoxins C3a and C5a,” Journal of Immunology, vol. 155, no. 1,
pp. 266–274, 1995.

[8] BL Kelsall and JI Ravdin, “Degradation of human IgA by Entamoeba


histolytica,” Journal of Infectious Diseases, vol. 168, tidak. 5, pp. 1319–1322, 1993.

[9] VQ Tran, DS Herdman, BE Torian, and SL Reed, “The neutral cysteine


proteinase of Entamoeba histolytica degrades IgG and prevents its binding,”
Journal of Infectious Diseases, vol. 177, tidak. 2, pp. 508–511, 1998.

[10] A. Martinez-Palomo, A. Gonzalez-Robles, and B. Chavez, “Structural bases


of the cytolytic mechanisms of Entamoeba histolytica,” Journal of Protozoology,
vol. 32, tidak. 1, pp. 166– 175, 1985.
18

Soedarto. (2011).Buku ajar Parasitologi kedokteran. Jakarta: Sagung Seto.

Sutanto, Inge et al.( 2008). Parasitologi Kedokteran. Edisi Keempat. Jakarta : Balai
Penerbit FK UI.

Tanyuksel M, Petri WA.(2003) Laboratory diagnosis of amebiasis.Journal of


Clinical Microbiolology Reviews, 16(4):713-29.

Fotedar R, Stark D, Beebe N, Marriott D, Ellis J, Harkness J.(2007) Laboratory


diagnostic techniques for Entamoeba histolytica. Clinical Microbiology
reviews. 511-532.

Gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W. (2006) Protozoologi dalam parasitologi


kedokteran. Ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.hlm.109-20.

Que x, Reed SL.(2000) Cysteine proteinase and the pathogenesis of amebiasis.


Clinical Microbiology Reviews.13(2):196-206

Wordemann M, Polman K, Heredia LTM, Diaz RJ, Madurga AC, Fernandez FAN,
et al.(2006) Prevatlence and risk factors of intestinal parasites in Cuban
children. Tropical Medicine and Internasional Health.2(12):1813-20.

Becker, SM. Cho, KN. Guo, X. et al., (2010). Epithelial cell apop-tosis facilitates
Entamoeba histolytica infection in the gut,”Journal of Parasitology Research
7 American Journal of Pathology, 176, 1316–1322.

Campos-Rodr´ıguezp, R. and Jarillo-Luna, A. (2005). The pathogenicity of


Entamoeba histolytica is related to the capacity of evading innate immunity,”
Parasite Immunology. 27, 1–8.

Ghosh, SK. and Samuelson, J. (1997). Involvement of p21(racA), phosphoinositide


3-kinase, and vacuolar ATPase in phagocy-tosis of bacteria and erythrocytes
by Entamoeba histolytica: suggestive evidence for coincidental evolution of
amebic invasiveness. Journal of Infection and Immunity, 65, 4243–4249.

Haque, R. CD Huston, M. Hughes, E. Houpt, and WA Petri Jr. (2003).


“Amebiasis,” New England Journal of Medicine, 348, pp. 1565–1573.

Kelsall, BL. and Ravdin, JI. (1993). Degradation of human IgA by Entamoeba
histolytica, Journal of Infectious Diseases. 168, 1319–1322.

Martinez-Palomo, A. Gonzalez-Robles, A. and Chavez, B. (1985). Structural bases


of the cytolytic mechanisms of Entamoeba histolytica,” Journal of
Protozoology. 32, 166 – 175.
19

Reed, SL . Ember, JA . Herdman, DS . DiScipio, RG . Hugli, T.E. and Gigli, I.


(1995). The extracellular neutral cysteine proteinase of Entamoeba histolytica
degrades anaphylatoxins C3a and C5a. Journal of Immunology. 155, 266–
274.

Teixeira, JE. BT Heron, and CD Huston, (2008) C1q- and collectin-dependent


phagocytosis of apoptotic host cells by the intestinal protozoan Entamoeba
histolytica, Journal of Infectious Diseases, 198, 7, 1062–1070.

Tran, VQ. Herdman, DS . Torian, BE. and Reed, SL. (1998). The neutral cysteine
proteinase of Entamoeba histolytica degrades IgG and prevents its binding.
Journal of Infectious Diseases, 177, 508–511.

WHO/PAHO/UNESCO. (1997), January 28-29). A consultation with experts on


amoebiasis. Mexico City,” Epidemiological Bulletin, 13–14.

Anda mungkin juga menyukai