KB 4 Panen Dan Pasca Panen Tanaman Pangan Dan Perkebunan PDF
KB 4 Panen Dan Pasca Panen Tanaman Pangan Dan Perkebunan PDF
Pokok-Pokok Materi
1. Panen
2. Pasca panen
Uraian Materi
Gambar 2. Kriteria Panen Buah Kelapa Sawit (Sumber: Budidaya Kelapa Sawit)
Fraksi panen ini sangat penting untuk menilai rendemen minyak dan
kadar asam lemak bebas (ALB). Semakin tinggi fraksi matang panen rendemen
minyak semakin tinggi, tetapi mutu minyak semakin jelek karena naiknya kadar
ALB yang tinggi.
Tabel 1. Fraksi matang panen pada tanaman kelapa sawit
Fraksi Panen Kriteria Matang Buah Derajat
Kematangan
00 Tidak ada buah membrondol, buah Sangat Mentah
berwarna hitam pekat
0 1-12,5% buah luar membrondol, buah Mentah Kurang
berwarna hitam kemerahan
1 12,5-25% buah luar membrondol, buah matang
berwarna kemerahan
2 25-50% buah luar membrondol, buah Matang
berwarna merah mengkilat
3 50-75% buah luar membrondol, buah Matang
berwarna orange
4 75-100% buah luar membrondol, buah Lewat Matang
berwarna dominan orange
5 Buah bagian dalam ikut membrondol Lewat Matang
Sumber: Same, M (2016)
Hubungan antara fraksi, rendemen, dan mutu minyak sawit dapat dilihat
pada Tabel ….
Tabel 2. Hubungan fraksi matang panen, rendemen minyak, dan ALB
Fraksi Matang Rendemen Minyak Kadar ALB
Panen
0 16,0 1,6
1 21,4 1,7
2 22,1 1,8
3 22,2 2,1
4 22,2 2,6
5 22,9 3,8
Sumber: Same, M (2016)
Pemotongan buah merupakan kegiatan utama di perkebunan kelapa sawit
karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui
penjualan minyak (Crude palm oil=CPO) dan inti kelapa sawit (kernel) atau minyak
kernel (Palm kernel oil=PKO). Dengan demikian pengelolaan panen meliputi
pengambilan buah dari pokok pada tingkat kematangan yang sesuai dan
mengantarkannya ke pabrik sebanyak-banyaknya dengan cara dan waktu yang
tepat (rotasi dan transport) tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman.
Dalam kegiatan panen untuk mencapai hasil yang optimal seperti yang
telah dikemukakan, maka perlu dijelaskan tentang beberapa kegiatan, yaitu
persiapan panen, kreteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, dan sarana
panen.
b. Persiapan panen
Persiapan panen yang akurat akan memperlancar pelaksanaan panen
sehingga dapat menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen
semin imal mungkin. Persiapan panen meliputi kebutuhan tenaga kerja,
peralatan, pengangkutan, dan kerapatan panen, serta sarana panen. Persiapan
tenaga meliputi jumlah tenaga kerja dan ketrampilannya. Kebutuhan tenaga kerja
bergantung pada keadaan topografi , kerapatan panen dan umur tanaman.
Secara umum tenaga panen berkisar antara 0,08-0,09 HK/ha.
Kebutuhan alat pengangkut disesuaikan dengan produksi dan jarak tempuh dari
kebun ke pabrik. Peralatan panen yang digunakan adalah chisel (dodos),
kampak, dan egrek. Sara panen meliputi jalan panen/jalan pikul, tangga panen,
dan TPH.
Sarana panen, seperti jalan pikul dibuat setiap dua barisan tanaman
dengan lebar 1 m, sedangkan TPH dibuat secra bertahap. Pada tahap awal dibuat
satu TPH untuk 3 jalan pikul (6 baris tanaman), kemudian satu TPH untuk 2 jalan
pikul, dan satu TPH untuk setiap jalan pikul. Ukuran TPH 3 m x 2 m.
Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen
dengan panen berikutnya pada ancak panen yang sama. Rotasi panen yang
sesuai dengan perkembangan buah adalah 7 hari. Secara umum panen tandan
buah kelapa sawit dilakukan 5 hari seminggu (Senin-Jumat) disebut sistim panen
5/7. Rotasi panen tergantung kerapatan buah dan kapasitas pemanen sehingga
apabila produksi tinggi hari panen ditambah
d. Kerapatan Panen
Kerapatan panen adalah jumlah pohon yang dapat dipanen (jumlah tandan
matang panen) dari suatu luasan tertentu. Angka kerapatan panen (AKP) dipakai
untuk memprediksi produksi, kebutuhan tenaga panen, kebutuhan truk, dan
pengolahan TBS pada esok harinya. Kegunaan perhitungan kerapatan panen
adalah untuk memprediksi produksi tanaman, menetapkan angka kerapatan panen
(AKP), dan jumlah pemanen.
Perhitungan perkiraan produksi (P) adalah hasil perkalian antara jumlah
pohon (JP), AKP (tandan) dan rerata berat tandan (RBT) atau
P = AKP x RBT x JP,
dimana:
AKP = jumlah tandan matang panen : jumlah pohon yang diamati
Jumlah pemanen = perkiraan produksi : prestasi
pemanen. Sistem perhitungan kerapatan panen terdiri
atas 2 yaitu:
Sistem terpusat yakni pohon contoh ditetapkan pada dua baris tanaman di
tengah blok, baris tanaman di pinggir jalan atau batas blok tidak dipakai.
Sistem menyebar yakni pohon contoh ditetapkan secara sistematis dengan
selang baris dan pohon contoh tergantung jumlah pohon yang a kan diamati.
e. Cara panen
Tugas pemanen adalah mengamati buah matang panen di pohon,
memotong tandan buah matang panen, dan mengutip brondolan serta membawa
TBS ke TPH. Tandan buah dipotong tandas (mepet) dengan menggunakan chisel
(untuk umur tanaman yang akan dipanen 3-5 tahun), kampak (6-8 tahun), atau
egrek (>8 tahun). Tangkai bekas potongan pada TBS dibuang dengan
membentuk potongan seperti huruf V, sehingga tidak ada tangkai tandan yang
terbawa ke pabrik.
Jika jumlah pelepah kurang dari standar pelepah yang harus
dipertahankan tidak dilakukan pemotongan pelepah, tetapi jika jumlah pelepah
lebih dari standar (48-56) pelepah yang menyangga buah tersebut di potong.
Pelepah yang ditunas dipoptong menjadi 2-3 bagian dan diletakkan di gawangan
mati. Buah diangkut ke TPH dan disusun membentuk baris (5-10/baris) dengan
tangkai menghadap ke atas, serta diberi tanda kode pemanen.pada bekas
potongan tangkai. Hindari perlukaan pada TBS sehingga dapat meningkatkan
kadar ALB. Secara umum persentase ALB setelah dipotong 0,2-0,7% dan
setelah jatuh ke tanah dapat meningkat menjadi 0,9-1,0% setiap 24 jam.
Berondolan yang ada di piringan pohon dan ketiak pelepah dikutip dan
diangkut ke TPH dengan menggunakan karung. Brondolan ditumpuk di sebelah
tumpukan tandan dan diberi alas. Tandan dan brondolan harus bersih dari pasir,
sampah, tangkai tandan dan kotoran lainnya. Tandan kosong jangan dibawa ke
pabrik, tinggal kan di lapangan (gawangan mati).
f. Kapasitas panen
Kapasitas panen bergantung pada produksi tanaman per hektar yang
dihubung-kan dengan umur tanaman (tinggi), topografi, kerapatan pohon, dan
premi yang dise-diakan serta musim panen (puncak/kecil). Berdasarkan umur
dan produksi tanaman, maka dapat diberikan standar kapasitas pemanen yang
disebut basis borong (BB) atau prestasi normal (PN). Secara umum basis borong
dapat dilihat pada Tabel…..
Tabel ….. Kapasitas dan Basis Borong Pemanen
Produksi TBS (ton/ha/thn) Kapasitas kerja/hari BB /PN (kg)
<2,5 400 (kg/HK) -
3,0-6,0 500 250
6,0-12,0 600 300
12,0-18,0 700 350
18,0-22,0 800 400
22,0-25,0 900 400
>25,0 900 450
Sumber: Same, M (2016)
g. Premi Panen
Pembuatan dan penetapan sistem premi panen harus didasarkan pada
biaya panen per kg TBS sesuai anggaran tahun berjalan dan sistem premi
sebelumnya . Besaran premi panen diusahakan tetap sesuai dengan anggaran,
tetapi tetap menarik bagi pemanen. Memberikan penghargaan berupa uang atas
kelebihan prestasi kerjanya, dalam bentuk harga TBS per kg dari TBS kelebihan
BB yang disebut nilai prestasi mutu (NPM) dan nilai premi kerajinan (NPK). Bagi
pemanen yang prestasi kerjanya tidak memenuhi standar diberi sangsi.
Pemeriksaaan hasil panen di lakukan di lapangan dan di TPH.
Pemeriksaan di lapangan meliputi: tandan matang tidak dipanen, tandan dipanen
tidak dikumpul, brondolan tertinggal di piringan pohon/jalan pikul, buah tertinggal
di pelepah, tebasan dan rumpukan pelepah. Pemeriksaan di TPH meliputi:
tandan afkir, tandan mentah, huruf V, susunan tandan, kebersihan tandan dan
brondolan. Pemeriksaan mengguna kan sampel yang diambil pada setiap 2 jalan
pikul per ancak panen , sedangkan pada TPH diambil sampel sebanyak 10-20
tandan/pemanen. Pemeriksaan dilakukan oleh mandor panen, mandor I, kerani,
dan asisten.
Pengukuran lilit batang merupakan cara yang dianggap paling tepat untuk
menentukan matang sadap. Pohon karet siap sadap adalah pohon yang sudah
memiliki tinggi satu meter dari batas pertautan okulasi atau dari permukaan tanah
untuk tanaman asal biji dan memiliki lingkar batang atau lilit batang 45 cm.
Kebun karet mulai disadap bila 55% pohonnya sudah menunjukkan matang
sadap. Jika belum mencapai 55%, maka sebaiknya penyadapan ditunda.
Penyadapan yang dilakukansebelum mencapai persentase tersebut akan
mengurangi produksi lateks dan akan mempengaruhi pertumbuhan pohon karet.
Kebun yang dipelihara dengan baik biasanya memiliki 60-70% jumlah tanaman
berumur 5-6 tahun yang berlilit batang 45 cm.
b. Pelaksanaan Penyadapan
Kulit karet yang akan disadap harus dibersihkan terlebih
dahulu agar pengotoran pada lateks dapat dicegah sedini mungkin. Dalam
pelaksanaan penyadapan ada hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu ketebalan
irisan, kedalaman irisan, waktu pelaksanaan, dan pemulihan kulit bidang sadap.
3) Waktu Penyadapan
Lateks bisa mengalir keluar dari pembuluh lateks akibat adanya turgor.
Turgor adalah tekanan pada dinding sel oleh isi sel. Banyak sedikitnya isi sel
berpengaruh pada besar kecilnya tekanan pada dinding sel. Semakin banyak isi
sel, semakin besar pula tekanan pada dinding sel. Tekanan yang besar akan
memperbanyak lateks yang keluar dari pembuluh lateks. Oleh sebab itu,
penyadapan dianjurkan dimulai saat turgor masih tinggi, yaitu saat belum terjadi
pengurangan isi sel melalui penguapan oleh daun atau pada saat matahari belum
tinggi. Penyadapan hendaknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 5.00-6.00
pagi. Sedangkan pengumpulan lateksnya dilakukan antara pukul 8.00-10.00.
e. Sistem Eksploitasi
Sistem eksploitasi tanaman karet adalah sistem pengambilan lateks yang
mengikuti aturan-aturan tertentu dengan tujuan memperoleh produksi tinggi,
secara ekonomis menguntungkan, dan berkesinambungan dengan
memperhatikan kesehatan tanaman. Saat ini dikenal dua sistem eksploitasi, yaitu
konvensional dan stimulasi Sistem eksploitasi konvensional merupakan sistem
sadap biasa tanpa perangsang (stimulan), sedangkan sistem eksploitasi
stimulasi merupakan sistem sadap kombinasi dengan menggunakan
perangsang. Selain kedua sistem sadap tersebut, ada pula sistem sadap lain
yang disebut sistem sadap usuk atau sistem sadap mikro. Sistem ini merupakan
sistem tusukan pada jalur kulit yang telah diberi perangsang.
f. Sistem Eksploitasi Konvensional
Sistem ini paling luas penggunaannya, baik oleh perkebunan besar
maupun perkebunan rakyat. Sistem ini memiliki kelebihan, antara lain tidak
tergantung pada perangsang dan sesuai dengan keadaan tanaman walaupun
kurang baik pertumbuhannya. Sedangkan kelemahannya adalah kulit bidang
sadap akan cepat habis, kemungkinan kerusakan kulit bidang sadap lebih besar,
tenaga kerja yang dibutuhkan lebih banyak, dan sangat sulit meningkatkan
produksi jika diinginkan. Jangka waktu yang digunakan untuk sistem eksploitasi
konvensional adalah 30 tahun.
Pada satu tahun terdapat puncak panen satu atau dua kali yang terjadi 5-
6 bulan setelah perubahan musim. Pada beberapa negara ada yang panen
sepanjang musim.
Buah hasil pemetikan dipisahkan antara yang baik dan yang jelek. Buah
yang jelek berupa buah yang kelewat masak, yang terserang hama
penyakit, buah muda atau buah yang lewat masak. Frekuensi pemanenan
ditentukan oleh jumlah buah yang masak pada satu periode pemanenan.
Jumlah minimum fermentasi adalah 100 kg buah segar. Petani biasanya
memanen 5-6 kali pada musim puncak panen dengan interval satu minggu.
c. Fermentasi
1) Fermentasi dilakukan untuk memperoleh biji kakao kering yang bermutu baik
dan memiliki aroma serta cita rasa khas coklat. Cita rasa khas coklat
ditentukan oleh fermentasi dan penyangraian. Biji yang kurang fermentasi
ditandai dengan warna ungu, bertekstur pejal, rasanya pahit dan sepat,
sedang yang berlebihan fermentasi akan mudah pecah, berwarna coklat
seperti coklat tua, cita rasa coklat kurang dan berbau apek.
2) Fermentasi dapat dilakukan dalam kotak, dalam tumpukan maupun dalam
keranjang. Kotak dibuat dari kayu dengan lubang didasarnya untuk
membuang cairan fermentasi atau keluar masuknya udara. Biji ditutup dengan
daun pisang atau karung goni untuk mempertahankan panas. Selanju tnya
diaduk setiap hari atau dua hari selama waktu 6-8 hari. Kotak yang
kedalamannya 42 cm cukup diaduk sekali saja selama 2 hari. Tingkat
keasamannya lebih rendah dibandingkan lebih dari 42 cm. Fermentasi tidak
boleh lebih dari 7 hari. Setelah difermentasi biji kakao segera dikeringkan.
f. Sortasi
Sortasi ditujukan untuk memisahkan biji kakao dari kotoran yang melekat
dan mengelompokkan biji berdasarkan:
Kenampakan fisik dan ukuran biji
Biji kakao yang telah 5 hari kering disortasi
Proses sortasi dilakukan secara manual
a. Panen
Waktu pemanenan atau pemetikakn hasil buah kelapa berbeda-beda,
tergantung dari varietas kelapa, faktor tanah, iklim serta baik buruknya
pemeliharaan. Pada umumnya tanaman kelapa varietas genjah mulai
menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun. Untuk varietas dalam, kelapa mulai
menghasilkan buah pada umur 6-8 tahun. Masa puncak produksi kelapa juga
berbeda-beda. Unruk kelapa dalam masa puncak produksinya pada umur antara
15-20 tahun. Setelah berumur 20 tahun produksinya berangsur turun dan setelah
berumur 40 tahun produksinya merosot. Sedang kelapa genjah/hibrida, masa
produksi puncak antara umur 10-18 tahun.
Setelah berumur 18 tahun produksi mulai berangsur turun dan merosot
setalah umur 30 tahun. Saat pemungutan hasil, selain ditentukan oleh beberapa
factor di atas (varietas kelapa, tanah dan lain-lain), juga masih ditentukan oleh
kegunaannya, misalnya untuk keperluan minuman.
Buah kelapa tua (masak) ditandai dengan:
Penampakan sabut mulai mengering
Tempurung sudah berwarna hitam
Air kelapa mulai berkurang,bila dikocok berbunyi
Berat buah menurun (rata-rata perbuah berat kelapa genjah tinggal 1,5 kg dan
kelapa dalam 2 kg).
Pembentukan putih lembaga sempurna (padat) dan jika tidak dipetik buah
yang masak akan jatuh dengan sendirinya.
Kebaikan buah masak adalah kadar kopra dan kadar minyaknya maksimal,
kualitas kopra dan kualitas minyaknya tinggi. Demikian pula kugunaannya sangat
banyak, baik sebagai bahan konsumsi maupun industry.
Pemetikan buah kelapa tidak dilakukan setiap hari, sebab akan labih
banyak memerlukan pengawasan dan penghamburan baiya. Oleh karena itu,
untuk menghemat biaya dan waktu dilakukan suatu pergiliran pemetikan,
umumnya berkisar 1-2 bulan. Di daerah dengan jumlah tenaga kerja banyak dan
ongkos yang murah dapat melakukan pemanenan 1 bulan sekali. Sedangkan
daerah dengan tenaga kerja sedikit dan upah yang tinggi dapat melakukan panen
2 bulan sekali. Jika rotasi pemanenan dilakukan lebih dari 2 bulan, kemungkinan
besar sudah banyak buah kelapa yang jatuh ke tanah dan pembersihan tajuk akan
terlambat. Sebaliknya jika rotasi pemetikan dilakukan kurang dari satu bulan,
efisiensi tenaga kerja berkurang karena buah kelapa yang benar-benar masak
baru sedikit.
Frekuensi panen dapat dilakukan sebulan sekali dengan menunggu jatuhnya buah
kelapa yang telah masak, tetapi umumnya panenan dilakukan terhadap 2 bahkan
3 tandan sekaligus.
Waktu panen dapat dilakukan pagi hari sampai sore hari asal keadaan
lingkuangan mendukung misalnya cuaca tidak hujan. Cara panen buah kelapa di
berbagai daerah dan berbagai negara berbeda-beda sesuai dengan adat,
kebiasaan dan kondisi masing-masing tempat, misalnya buah kelapa dibiarkan
jatuh, kekurangan, yaitu buah yang jatuh sudah lewat masak, sehingga tidak
sesuai untuk bahan baku kopra atau bahan baku kelapa parutan kelapa kering
(desiccated coconut). Cara dipanjat, dilakukan pada musim kemarau saja. Alat
yang digunakan adalah sabit atau parang. Keuntungan yaitu dengan memanjat
pohon kelapa, dapat dipilih buah kelapa yang siap panen (criteria panen) sekaligus
dilakukan pembersihan mahkota daun, dapat memilih buah kelapa siap panen
dengan kemampuan rata-rata 25 pohon per-orang. Sedangkan kelemahannya
adalah merusak pohon, karena harus membuat tataran untuk berpijak. Namun,
pemotongan dilakukan untuk membangun langkah-langkah dalam bagasi di
negara-negara tertentu untuk memudahkan memanjat pohon membuat kurang
cocok untuk tujuan kayu dan patah tulang berfungsi sebagai pintu masuk untuk
hama.
Cara panen dengan galah menggunakan bambu yang disambung dan
ujungnya dipasang pisau tajam berbentuk pengait. Kemampuan pemetikan rata-
rata 100 pohon/orang/hari. Pemanenan menggunakan tiang bambu umumnya
lebih cepat, lebih efisien, kurang membosankan, dan kurang berbahaya bila
dibandingkan dengan memanjat. Dengan tiang bambu,
Gambar 14. Cara Pemetikan Buah kelapa dengan Menggunakan Galah Bambu
(Sumber: jaringansusah.blogspot.com)
b. Pasca Panen
2) Penyimpanan
Buah kelapa disimpan dengan cara buah ditumpuk dengan tinggi tumpukan
maksimal 1 meter, tumpukan berbentuk piramidal dan longgar serta tumpukan
dalam gudang diamati secara rutin. Selanjutnya, syarat-syarat gudang
penyimpanan adalah udara segar dan kering, tidak kebocoran dan kehujanan,
tidak langsung kena sinar matahari, dan suhu udara dalam gudang 25-27 derajat
C.
4) Penanganan Lain
Ekstraksi Minyak
Minyak kelapa dapat diperoleh secara langsung dengan ekstraksi kopra.
Cara tradisional yang banyak dipakai yaitu dengan pemanasan santan kelapa.
Minyak kelapa juga dapat diperoleh dengan mengekstrasi kopra.
Kelapa Parut Kering (Desiccated coconut)
Kelapa parut kering diperoleh dengan mengeringkan kelapa parutan
sampai kadar air 3,5% dan kadar minyak tidak kurang dari 68 %.
Santan
Santan adalah cairan berwarna putih yang diperoleh dari pengepresan atau
pemerasan daging kelapa segar dengan atau tanpa penambahan air. Santan
diperoleh dengan melakukan pemerasan terhadap kelapa parutan. Santan tidak
dapat disimpan lama. Oleh karena itu diperlukan pengemasan santan untuk
mencegah rusaknya santan yaitu dengan pengalengan ataupun pengeringan
santan.
Kopra
Kopra terbuat dari daging kelapa dengan cara menurunkan kadar airnya.
untuk: (1) pengawetan, cara ini akan mencegah tumbuhnya jamur, serangga, dan
bakteri yang dapat memakan daging dan merusak minyak kelapa; (2) mengurangi
berat, sehingga mengurangi biaya pengangkutan dan penanganan; (3)
mengkonsentrasikan minyak, kadar minyak dalam kopra sekitar 65-68%. Cara
pembuatan kopra yaitu dengan pengeringan daging buah dengan sinar matahari
(penjemuran langsung atau efek rumah kaca) atau dengan alat pengering. Untuk
jelasnya dapat dilihat dilaman
http://insidewinme.blogspot.co.id/2007/11/budidaya-kelapa.html.
Gambar 17. Proses pembuatan Kopra Buah Kelapa (Sumber: Hallo Riau)
a. Panen
Ciri-ciri buah kopi yang telah matang bisa dilihat dari warna kulitnya. Buah
kopi yang paling baik untuk dipanen adalah yang telah matang penuh, berwarna
merah. Namun karena berbagai alasan, para petani sering memanen buah yang
masih berwarna kuning bahkan hijau. Setiap tingkat kematangan menghasilkan
karakteristik kopi yang berlainan. Berikut ini karakteristik buah kopi dilihat dari
tingkat kematangannya:
Warna hijau dan hijau kekuningan. Warna ini menandakan kondisi buah kopi
masih muda. Apabila dipetik bijinya berwarna pucat keputihan dan keriput.
Aroma dan postur (body) yang dihasilkan masih sangat lemah. Buah seperti
ini tidak disarankan untuk tidak dipetik.
Warna kuning kemerahan, menunjukkan sudah mulai matang. Aroma dan
posturnya mulai terasa mantap. Bijinya berwarna keabu-abuan. Buah seperti
ini sudah boleh untuk dipetik.
Warna merah penuh, menunjukkan buah telah matang sempurna. Aroma dan
citarasanya telah terbentuk dengan mantap. Keadaan buah seperti ini
merupakan kondisi paling baik untuk dipetik.
Warna merah tua, menandakan buah sudah kelewat matang. Bijinya
berwarna coklat dan kehitaman. Aroma dan posturnya mulai menurun,
terkadang mengeluarkan citarasa seperti bau tanah (earthy). Buah seperti ini
harus sudah dipetik.
Selain warna kulit, untuk menentukan kematangan buah kopi bisa diketahui
dari kandungan senyawa gula yang terdapat pada daging buah. Kopi yang telah
matang memiliki kandungan senyawa gula relatif tinggi pada daging buahnya.
Pada buah yang telah matang, daging buah lunak dan berlendir serta terasa
manis.
Pada tanaman kopi arabika, buah kopi yang telah matang cenderung
mudah rontok. Apabila dibiarkan jatuh ke tanah, buah tersebut akan menyerap
bau-bauan di atas tanah yang bisa menurunkan mutu kopi. Sehingga dianjurkan
untuk segera memetik buah kopi arabika begitu terlihat berwarna merah penuh.
Buah kopi tidak dipanen serentak, proses pemetikan dilakukan secara bertahap.
Berikut ini beberapa cara pemetikan buah kopi:
Pemetikan selektif. Pemetikan dilakukan hanya pada buah yang telah
berwarna merah penuh atau telah matang sempurna. Sisanya dibiarkan untuk
pemetikan selanjutnya.
Pemetikan setengah selektif. Pemetikan dilakukan pada semua buah dalam
satu dompol. Syaratnya dalam dompolan tersebut terdapat buah yang telah
berwarna merah penuh.
Pemetikan serentak atau petik racutan. Pemetikan dilakukan terhadap semua
buah kopi dari semua dompolan, termasuk yang berwarna hijau dipetik habis.
Biasanya pemetikan seperti ini dilakukan diakhir musim panen.
Lelesan. Pemanenan dengan cara memungut buah kopi yang gugur
berjatuhan di tanah karena sudah kelewat matang.
Untuk menjaga produktivitas tanaman kopi, pemetikan harus dilakukan
dengan cara yang benar. Cabut buah secara vertikal agar tidak merusak tangkai
buah, sehingga akan tumbuh kembali buah pada tangkai tersebut. Memetik buah
kopi dengan cara merampas tidak dianjurkan karena bisa merusak tangkai.
Untukjelasnya dapat dilihat pada laman ini https://alamtani.com/buah-kopi/. Atau
http://tanimedia.blogspot.co.id/2013/01/panen-buah-kopi.html
Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik
buah yang telah masak. Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna
kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning
ketika setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi
kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe).
Buah kopi yang masak mempunyai daging buah lunak dan berlendir serta
mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga rasanya manis.
Sedangkan kandungan lendir pada buah yang terlalu masak cenderung berkurang
karena sebagian senyawa gula dan pektin sudah terurai secara alami akibat
proses respirasi.
c. Proses Pengolahan
2) Fermentasi
Proses fermentasi umumnya hanya dilakukan untuk pengolahan kopi
Arabika. Tujuan proses ini adalah untuk menghilangkan lapisan lendir yang tersisa
di permukaan kulit tanduk biji kopi setelah proses pengupasan. Pada kopi Arabika,
fermentasi juga bertujuan untuk mengurangi rasa pahit. Prinsip fermentasi adalah
peruraian senyawa-senyawa yang terkandung di dalam lapisan lendir oleh mikroba
alami dan dibantu dengan oksigen dari udara. Proses fermentasi dapat dilakukan
secara basah (merendam biji kopi di dalam genangan air) dan secara kering (tanpa
rendaman air).
Akhir fermentasi ditandai dengan mengelupasnya lapisan lendir yang
menyelimuti kulit tanduk. Lama fermentasi bervariasi tergantung pada jenis kopi,
suhu dan kelembaban lingkungan serta ketebalan tumpukan biji kopi di dalam bak.
Tingkat kesempurnaan fermentasi jika lendir tidak lengket, maka fermentasi
diperkirakan sudah selesai. Umumnya, waktu fermentasi biji kopi Arabika berkisar
antara 12 sampai 36 jam tergantung permintaan konsumen, sedang waktu
fermentasi kopi Robusta lebih pendek.
3) Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan sisa lendir hasil fermentasi yang
masih menempel di kulit tanduk. Untuk kapasitas kecil, pencucian dapat dikerjakan
secara manual di dalam bak atau ember, sedang untuk kapasitas besar perlu
dibantu dengan mesin.
5) Sortasi
Biji kopi yang sudah berbentuk seperti beras harus disortasi secara fisik
atas dasar ukuran dan cacat bijinya. Kotoran-kotoran non kopi seperti serpihan
daun, kayu atau kulit kopi, harus juga dipisahkan. Sortasi ukuran dilakukan dengan
ayakan mekanis tipe silinder berputar atau tipe getar.Mesin sortasi mempunyai tiga
saringan dengan ukuran lubang 5,50; 6,50 dan 7,50 mm. Biji hasil sortasi atas
dasar kelompok ukuran kemudian dikemas di dalam karung goni.
Gambar 23. Sortasi Buah dan Biji Kopi (Sumber:
https://www.google.com/search)
6) Penggudangan
Penggudangan bertujuan untuk menyimpan biji kopi beras yang telah
disortasi dalam kondisi yang aman sebelum di pasarkan ke konsumen. Beberapa
faktor penting pada penyimpanan biji kopi adalah kadar air, kelembaban relatif
udara dan kebersihan gudang. Kadar air biji kopi pada kelembaban relatif udara
70% adalah 12%. Kadar air biji kopi akan naik selama disimpan di dalam gudang
yang lembab [kelembaban relatif udara > 95%]. Untuk itu, gudang penyimpanan
biji kopi di daerah tropis sebaiknya dilengkapi dengan sistem penyinaran dan
sirkulasi udara dalam jumlah yang cukup.
Karung-karung ditumpuk dengan rapi di atas papan kayu agar tidak
langsung bersinggungan dengan permukaan lantai. Tumpukan karung dekat
dinding dijaga 10 – 20 cm dari dinding gudang. Serapan air dari udara, permukaan
lantai dan dinding akan memberi peluang serangan jamur dan merupakan
penyebab penurunan mutu yang serius. Jamur merupakan cacat mutu yang tidak
dapat diterima oleh konsumen karena menyangkut rasa dan kesehatan termasuk
beberapa jenis jamur penghasil okhratoksin. Sanitasi atau kebersihan yang kurang
baik menyebabkan hama gudang seperti serangga atau tikus akan cepat
berkembang dan pada akhirnya akan merusak biji kopi sebagai makanan.Untuk
jelasnya dapat dilihat pada laman berikut.
http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/664-pengolahan-
pascapanen-kopi
Gambar 24. Penggudangan Biji Kopi (Sumber: mesin pengolahan kopi dan kakao
- Blogspot)
Rangkuman
Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon hingga pengangkutan
ke pabrik. Pelaksanaan panen adalah prioritas yang sangat tinggi pada suatu
perkebunan. Hal ini penting karena kehilangan atau kerusakan buah akan
berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan. Kriteria matang
panen ditentukan dengan melihat perubahan warna dan buah yang
membrondol dari tandan.
Persiapan panen yang akurat akan memperlancar pelaksanaan panen
sehingga dapat menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen
seminimal mungkin. Persiapan panen meliputi kebutuhan tenaga kerja, peralatan,
pengangkutan, dan kerapatan panen, serta sarana panen
Penentuan sistim ancak panen bergantung pada keadaan topografi lahan
dan ketersedian tenaga kerja. Sistem ancak panen terdiri atas dua sistim yaitu
ancak tetap dan ancak giring. Sistem ancak tetap adalah setiap pemanen diberi
ancak panen yang sama dengan luasan tertentu dan harus selesai pada hari
tertentu. Kelebihan sistim ini buah matang tidak tertinggal di pohon dan brondolan
dikutip kerena pemanen bertanggung jawab terhadap ancaknya dan mudah
dikontrol kualitasnya. Sedangkan kelemahannya adalah buah terlambat sampai di
TPH sehingga akan terlambat juga sampai di pabrik
Sistem ancak giring adalah setiap pemanen diberi ancak per baris
tanaman dan digiring bersama-sama. Kelebihan sistim ini pelaksanaan panen
lebih cepat dan buah cepat sampai di TPH sehingga buah cepat sampai di pabrik.
Sedangkan kekurangan sistim ini adalah pemanen akan memilih buah yang mudah
dipanen sehingga ada buah dan brondolan yang tertingga, pemanen memotong
buah tanpa memotong pelepah, dan pengontrolan kualitas lebih sulit.
Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari
pengusahaan tanaman karet. Tujuannya adalah membuka pembuluh lateks pada
kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang
bila takaran cairan lateks pada kulit berkurang. Kulit karet dengan tinggi 260 cm
dari permukaan tanah merupakan modal petani karet untuk memperoleh
pendapatan selama kurun waktu sekitar 30 tahun. Oleh sebab itu, penyadapan
harus dilakukan dengan hati -hati agar tidak merusak kulit tersebut. Jika terjadi
kesalahan dalam penyadapan maka produksi lateks akan berkurang.