Anda di halaman 1dari 35

Kegiatan Pembelajaran 4: Panen dan Pasca Panen Tanaman Perkebunan

Capaian Kegiatan Belajar


Mahasiswa dapat melakukan proses panen dan pasca panen pada tanaman
perkebunan

Sub Capaian Kegiatan Belajar

1. Mahasiswa dapat melakukan panen pada tanaman perkebunan


2. Mahasiswa dapat melakukan kegiatan pasca panen pada tanaman
perkebunan

Pokok-Pokok Materi

1. Panen
2. Pasca panen

Uraian Materi

1. Panen dan Pasca Panen Kelapa Sawit


Pelaksanaan panen adalah prioritas yang sangat tinggi pada suatu
perkebunan. Hal ini penting karena kehilangan atau kerusakan buah akan
berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan. Pelaksanaan panen yang
teratur dan bersih meng-hasilkan minyak dan kernel dengan fraksi yang besar,
serta menjaga mutu dengan tingkat asam lemak bebas (ALB) yang rendah. Jadi
secara umum pengelolaan panen adalah bagaimana menentukan waktu panen
yang tepat untuk mendapatkan kandung-an minyak yang tinggi dengan kadar
ALB yang rendah sesuai dengan standar yaitu < 3,5%.
Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon hingga pengangkutan
ke pabrik. Untuk mengetahui apakah suatu areal tertentu sudah mencapai produksi
optimum atau belum diperlukan data pembanding dari suatu areal/blok yang dipeli-
hara secara opttimal. Sistem ini kenal dengan istilah Praktik manajemen terbaik
(PMT) yang akan memberikan data produksi dari blok tanaman yang dipelihara
secara optimal. Video proses panen kelapa sawit yang baik dapat dilihat pada
Video 1 (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=fk1A3KMPydE)
Gambar 1. Kegiatan panen Kelapa Sawit (Sumber:
moripalmharvesterindonesia.blogspot.com)

a. Kriteria Matang Panen


Kriteria matang panen ditentukan dengan melihat perubahan warna dan
buah yang membrondol dari tandan. Proses perubahan warna pada tandan buah
adalah dari kehitaman/ungu menjadi orange. Krteteria berdasarkan buah yang
membrondol adalah 2 brondolan/kg tandan untuk tandan buah yang beratnya > 10
kg, dan 1 brondolan/kg tandan untuk tandan buah yang beratnya < 10 kg. Mutu
buah panen ditentukan berdasarkan fraksi matang panen yang terdiri atas 7 kelas.

Gambar 2. Kriteria Panen Buah Kelapa Sawit (Sumber: Budidaya Kelapa Sawit)

Fraksi panen ini sangat penting untuk menilai rendemen minyak dan
kadar asam lemak bebas (ALB). Semakin tinggi fraksi matang panen rendemen
minyak semakin tinggi, tetapi mutu minyak semakin jelek karena naiknya kadar
ALB yang tinggi.
Tabel 1. Fraksi matang panen pada tanaman kelapa sawit
Fraksi Panen Kriteria Matang Buah Derajat
Kematangan
00 Tidak ada buah membrondol, buah Sangat Mentah
berwarna hitam pekat
0 1-12,5% buah luar membrondol, buah Mentah Kurang
berwarna hitam kemerahan
1 12,5-25% buah luar membrondol, buah matang
berwarna kemerahan
2 25-50% buah luar membrondol, buah Matang
berwarna merah mengkilat
3 50-75% buah luar membrondol, buah Matang
berwarna orange
4 75-100% buah luar membrondol, buah Lewat Matang
berwarna dominan orange
5 Buah bagian dalam ikut membrondol Lewat Matang
Sumber: Same, M (2016)
Hubungan antara fraksi, rendemen, dan mutu minyak sawit dapat dilihat
pada Tabel ….
Tabel 2. Hubungan fraksi matang panen, rendemen minyak, dan ALB
Fraksi Matang Rendemen Minyak Kadar ALB
Panen
0 16,0 1,6
1 21,4 1,7
2 22,1 1,8
3 22,2 2,1
4 22,2 2,6
5 22,9 3,8
Sumber: Same, M (2016)
Pemotongan buah merupakan kegiatan utama di perkebunan kelapa sawit
karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui
penjualan minyak (Crude palm oil=CPO) dan inti kelapa sawit (kernel) atau minyak
kernel (Palm kernel oil=PKO). Dengan demikian pengelolaan panen meliputi
pengambilan buah dari pokok pada tingkat kematangan yang sesuai dan
mengantarkannya ke pabrik sebanyak-banyaknya dengan cara dan waktu yang
tepat (rotasi dan transport) tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman.
Dalam kegiatan panen untuk mencapai hasil yang optimal seperti yang
telah dikemukakan, maka perlu dijelaskan tentang beberapa kegiatan, yaitu
persiapan panen, kreteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, dan sarana
panen.

b. Persiapan panen
Persiapan panen yang akurat akan memperlancar pelaksanaan panen
sehingga dapat menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen
semin imal mungkin. Persiapan panen meliputi kebutuhan tenaga kerja,
peralatan, pengangkutan, dan kerapatan panen, serta sarana panen. Persiapan
tenaga meliputi jumlah tenaga kerja dan ketrampilannya. Kebutuhan tenaga kerja
bergantung pada keadaan topografi , kerapatan panen dan umur tanaman.
Secara umum tenaga panen berkisar antara 0,08-0,09 HK/ha.
Kebutuhan alat pengangkut disesuaikan dengan produksi dan jarak tempuh dari
kebun ke pabrik. Peralatan panen yang digunakan adalah chisel (dodos),
kampak, dan egrek. Sara panen meliputi jalan panen/jalan pikul, tangga panen,
dan TPH.

Gambar 3. Beberapa Alat Pengangkut Panen Kelapa Sawit (Sumber:


https://www.google.com/search)

Sarana panen, seperti jalan pikul dibuat setiap dua barisan tanaman
dengan lebar 1 m, sedangkan TPH dibuat secra bertahap. Pada tahap awal dibuat
satu TPH untuk 3 jalan pikul (6 baris tanaman), kemudian satu TPH untuk 2 jalan
pikul, dan satu TPH untuk setiap jalan pikul. Ukuran TPH 3 m x 2 m.
Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen
dengan panen berikutnya pada ancak panen yang sama. Rotasi panen yang
sesuai dengan perkembangan buah adalah 7 hari. Secara umum panen tandan
buah kelapa sawit dilakukan 5 hari seminggu (Senin-Jumat) disebut sistim panen
5/7. Rotasi panen tergantung kerapatan buah dan kapasitas pemanen sehingga
apabila produksi tinggi hari panen ditambah

c. Sistem Ancak Panen


Penentuan sistim ancak panen bergantung pada keadaan topografi lahan
dan ketersedian tenaga kerja. Sistem ancak panen terdiri atas dua sistim yaitu
ancak tetap dan ancak giring. Sistem ancak tetap adalah setiap pemanen diberi
ancak panen yang sama dengan luasan tertentu dan harus selesai pada hari
tertentu. Kelebihan sistim ini buah matang tidak tertinggal di pohon dan brondolan
dikutip kerena pemanen bertanggung jawab terhadap ancaknya dan mudah
dikontrol kualitasnya. Sedangkan kelemahannya adalah buah terlambat sampai di
TPH sehingga akan terlambat juga sampai di pabrik
Sistem ancak giring adalah setiap pemanen diberi ancak per baris
tanaman dan digiring bersama-sama. Kelebihan sistim ini pelaksanaan panen
lebih cepat dan buah cepat sampai di TPH sehingga buah cepat sampai di pabrik.
Sedangkan kekurangan sistim ini adalah pemanen akan memilih buah yang mudah
dipanen sehingga ada buah dan brondolan yang tertingga, pemanen memotong
buah tanpa memotong pelepah, dan pengontrolan kualitas lebih sulit.
Saat pemanenan, nomor ancak (pancang panen) harus selalu terpasang di
jalan pikul (pasar tikus) yang akan diancaknya. Hal ini perlu untuk memudahkan
pengontrolan oleh asisten, mandor-I, maupun mandor panen. Pemotongan buah
biasanya diikuti pemotongan pelepah di bawah tandan buah, yaitu untuk tanaman
tua dibolehkan memotong semua pelepah yang menyangga tandan buah, tetapi
pada tanaman muda pemotongan buah harus dilakukan tanpa pemotongan
pelepah.

d. Kerapatan Panen
Kerapatan panen adalah jumlah pohon yang dapat dipanen (jumlah tandan
matang panen) dari suatu luasan tertentu. Angka kerapatan panen (AKP) dipakai
untuk memprediksi produksi, kebutuhan tenaga panen, kebutuhan truk, dan
pengolahan TBS pada esok harinya. Kegunaan perhitungan kerapatan panen
adalah untuk memprediksi produksi tanaman, menetapkan angka kerapatan panen
(AKP), dan jumlah pemanen.
Perhitungan perkiraan produksi (P) adalah hasil perkalian antara jumlah
pohon (JP), AKP (tandan) dan rerata berat tandan (RBT) atau
P = AKP x RBT x JP,
dimana:
AKP = jumlah tandan matang panen : jumlah pohon yang diamati
Jumlah pemanen = perkiraan produksi : prestasi
pemanen. Sistem perhitungan kerapatan panen terdiri
atas 2 yaitu:
 Sistem terpusat yakni pohon contoh ditetapkan pada dua baris tanaman di
tengah blok, baris tanaman di pinggir jalan atau batas blok tidak dipakai.
 Sistem menyebar yakni pohon contoh ditetapkan secara sistematis dengan
selang baris dan pohon contoh tergantung jumlah pohon yang a kan diamati.

e. Cara panen
Tugas pemanen adalah mengamati buah matang panen di pohon,
memotong tandan buah matang panen, dan mengutip brondolan serta membawa
TBS ke TPH. Tandan buah dipotong tandas (mepet) dengan menggunakan chisel
(untuk umur tanaman yang akan dipanen 3-5 tahun), kampak (6-8 tahun), atau
egrek (>8 tahun). Tangkai bekas potongan pada TBS dibuang dengan
membentuk potongan seperti huruf V, sehingga tidak ada tangkai tandan yang
terbawa ke pabrik.
Jika jumlah pelepah kurang dari standar pelepah yang harus
dipertahankan tidak dilakukan pemotongan pelepah, tetapi jika jumlah pelepah
lebih dari standar (48-56) pelepah yang menyangga buah tersebut di potong.
Pelepah yang ditunas dipoptong menjadi 2-3 bagian dan diletakkan di gawangan
mati. Buah diangkut ke TPH dan disusun membentuk baris (5-10/baris) dengan
tangkai menghadap ke atas, serta diberi tanda kode pemanen.pada bekas
potongan tangkai. Hindari perlukaan pada TBS sehingga dapat meningkatkan
kadar ALB. Secara umum persentase ALB setelah dipotong 0,2-0,7% dan
setelah jatuh ke tanah dapat meningkat menjadi 0,9-1,0% setiap 24 jam.
Berondolan yang ada di piringan pohon dan ketiak pelepah dikutip dan
diangkut ke TPH dengan menggunakan karung. Brondolan ditumpuk di sebelah
tumpukan tandan dan diberi alas. Tandan dan brondolan harus bersih dari pasir,
sampah, tangkai tandan dan kotoran lainnya. Tandan kosong jangan dibawa ke
pabrik, tinggal kan di lapangan (gawangan mati).

f. Kapasitas panen
Kapasitas panen bergantung pada produksi tanaman per hektar yang
dihubung-kan dengan umur tanaman (tinggi), topografi, kerapatan pohon, dan
premi yang dise-diakan serta musim panen (puncak/kecil). Berdasarkan umur
dan produksi tanaman, maka dapat diberikan standar kapasitas pemanen yang
disebut basis borong (BB) atau prestasi normal (PN). Secara umum basis borong
dapat dilihat pada Tabel…..
Tabel ….. Kapasitas dan Basis Borong Pemanen
Produksi TBS (ton/ha/thn) Kapasitas kerja/hari BB /PN (kg)
<2,5 400 (kg/HK) -
3,0-6,0 500 250
6,0-12,0 600 300
12,0-18,0 700 350
18,0-22,0 800 400
22,0-25,0 900 400
>25,0 900 450
Sumber: Same, M (2016)

g. Premi Panen
Pembuatan dan penetapan sistem premi panen harus didasarkan pada
biaya panen per kg TBS sesuai anggaran tahun berjalan dan sistem premi
sebelumnya . Besaran premi panen diusahakan tetap sesuai dengan anggaran,
tetapi tetap menarik bagi pemanen. Memberikan penghargaan berupa uang atas
kelebihan prestasi kerjanya, dalam bentuk harga TBS per kg dari TBS kelebihan
BB yang disebut nilai prestasi mutu (NPM) dan nilai premi kerajinan (NPK). Bagi
pemanen yang prestasi kerjanya tidak memenuhi standar diberi sangsi.
Pemeriksaaan hasil panen di lakukan di lapangan dan di TPH.
Pemeriksaan di lapangan meliputi: tandan matang tidak dipanen, tandan dipanen
tidak dikumpul, brondolan tertinggal di piringan pohon/jalan pikul, buah tertinggal
di pelepah, tebasan dan rumpukan pelepah. Pemeriksaan di TPH meliputi:
tandan afkir, tandan mentah, huruf V, susunan tandan, kebersihan tandan dan
brondolan. Pemeriksaan mengguna kan sampel yang diambil pada setiap 2 jalan
pikul per ancak panen , sedangkan pada TPH diambil sampel sebanyak 10-20
tandan/pemanen. Pemeriksaan dilakukan oleh mandor panen, mandor I, kerani,
dan asisten.

Gambar 4. Pemeriksaan panen kelapa Sawit (Sumber:


tutorialkelapasawit.blogspot.com)

Pencatatan jumlah tandan buah di TPH dilakukan bersama-sama dengan


krani panen dan mandor panen, kemudian dilaporkan kepada mandor I,
selanjutnya kepada asisten untuk permintaan pengangkutan kepada seksi
transport. Pencatatan dan pelaporan meliputi jumlah tandan/TPH, TPH (jumlah dan
nomor), dan nomor blok , sehingga dapat diketahui kebutuhan truk. Buah diangkut
ke pabrik ,diperiksa dan ditimbang. Hasilnya dilaporkan ke afdeling bersangkutan.
Buah yang telah dipanen harus terangkut ke pabrik pada hari itu juga (jangan
meninggalkan buah di kebun).

Gambar 5. Pemeriksaan hasil Panen Kelapa Sawit (Sumber: Budidaya Kelapa


Sawit)
2. Panen dan Pasca Panen Karet
Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan
tanaman karet. Tujuannya adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon
agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang bila takaran
cairan lateks pada kulit berkurang. Kulit karet dengan tinggi 260 cm dari
permukaan tanah merupakan modal petani karet untuk memperoleh pendapatan
selama kurun waktu sekitar 30 tahun. Oleh sebab itu, penyadapan harus dilakukan
dengan hati -hati agar tidak merusak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam
penyadapan maka produksi lateks akan berkurang.
Video proses panen karet yang baik dapat dilihat pada Video 2 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=mPZfUcRmPqQ) dan Video 3 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=4pxe8BiyYDo)

Gambar 6. Panyadapan Tanaman Karet (Sumebr: Riaupos.co)

Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti


aturan tertentu agar diperoleh produksi yang tinggi, menguntungkan, serta
berkesinambungan dengan tetap memperhati-kan faktor kesehatan tanaman.
Beberapa aturan yang perlu diperhatikan dalam penyadapan adalah sebagai
berikut:

a. Penentuan Matang Sadap


Sebelum dilakukan penyadapan harus diketahui kesiapan atau
kematangan pohon karet yang akan disadap. Cara menentukan kesiapan atau
kematangannya adalah dengan melihat umur dan mengukur lilit batangnya. Kebun
karet yang memiliki tingkat pertumbuhan normal siap disadap pada umur lima
tahun dengan masa produksi selama 25-35 tahun. Namun, hal ini dianggap
tidak tepat karena adanya faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, tetapi tidak tampak dan tidak bisa dikontrol oleh manusia.
Seandainya memungkinkan, pohon karet yang masih berumur di bawah lima
tahun pun sudah bisa disadap. Akan tetapi, hampir semua tanaman rata -rata
bisa disadap di atas umur lima tahun.
Melihat kekurangan seperti yang diuraikan di atas, maka penentuan
matang sadap dengan memperhatikan umur tanaman hanya dijadikan sebagai
dasar, bukan sebagai patokan mutlak. Artinya, umur menjadi dasar untuk melihat
kematangan pohon dengan cara lainnya, yaitu mengukur lilit batang.

Gambar 7. Penentuan Matang sadap Tanaman Karet dengan Mengukur Lilit


Batang (Sumber: bukatan.blogspot.com)

Pengukuran lilit batang merupakan cara yang dianggap paling tepat untuk
menentukan matang sadap. Pohon karet siap sadap adalah pohon yang sudah
memiliki tinggi satu meter dari batas pertautan okulasi atau dari permukaan tanah
untuk tanaman asal biji dan memiliki lingkar batang atau lilit batang 45 cm.
Kebun karet mulai disadap bila 55% pohonnya sudah menunjukkan matang
sadap. Jika belum mencapai 55%, maka sebaiknya penyadapan ditunda.
Penyadapan yang dilakukansebelum mencapai persentase tersebut akan
mengurangi produksi lateks dan akan mempengaruhi pertumbuhan pohon karet.
Kebun yang dipelihara dengan baik biasanya memiliki 60-70% jumlah tanaman
berumur 5-6 tahun yang berlilit batang 45 cm.

b. Pelaksanaan Penyadapan
Kulit karet yang akan disadap harus dibersihkan terlebih
dahulu agar pengotoran pada lateks dapat dicegah sedini mungkin. Dalam
pelaksanaan penyadapan ada hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu ketebalan
irisan, kedalaman irisan, waktu pelaksanaan, dan pemulihan kulit bidang sadap.

1) Ketebalan Irisan Sadap


Lateks akan mengalir keluar jika kulit batang diiris. Aliran lateks ini semula
cepat, tetapi lambat laun akan menjadi lambat dan akhirnya berhenti sama sekali.
Lateks berhenti mengalir karena pembuluhnya tersumbat oleh lateks yang
mengering. Jenis klon berpengaruh pada cepat lambatnya penyumbatan pada
pembuluh lateks. Untuk mengalirkan lateks kembali, pembuluh lateks harus
dibuka dengan cara mengiris kulit pohon karet. Pengirisan kulit tidak perlu tebal.
Pemborosan dalam pengirisan kulit berarti akan mempercepat habisnya kulit
batang karet yang produktif sehingga masa produksinya menjadi singkat.
Tebal irisan yang dianjurkan adalah 1,5-2 mm. Konsumsi kulit per bulan
atau pertahun ditentukan oleh rumus sadap yang digunakan. Contoh rumus
sadap: S/2, d/2, 100%; S/l, d/4, 100%; atau S/2, d/3, 67%. Arti dari rumus tersebut
adalah S/2 berarti penyadapan setengah lingkaran batang pohon, d/2 artinya
pohon disadap 2 hari sekaii, dan 100% artinya intensitas sadapan. Bila disadap
setiap 2 hari sekali maka kulit karet yang terpakai 2,5 cm/bulan atau 10
cm/kuartal atau 30 cm/tahun. Jika disadap 3 hari sekali, maka kulit karet yang
terpakai adalah 2 cm/bulan atau 8 cm/kuartal atau 24 cm/tahun.
Agar lebih mudah dikontrol maka pada bidang sadap atau kulit pohon
karet biasanya diberi tanda-tanda pembatas untuk melakukan pengirisan. Tanda-
tanda ini biasanya dibuat untuk konsumsi per kuartal atau per 2 bulan dengan
jumlah tanda 2-3 buah.

2) Kedalaman Irisan Sadap


Jika tebal irisan berpengaruh pada banyaknya kulit yang dikonsumsi pada
saat penyadapan, maka tebalnya irisan sangat berpengaruh pada jumlah berkas
pembuluh lateks yang terpotong. Semakin dalam irisannya, semakin banyak
berkas pembuluh lateks yang terpotong. Ketebalan kulit hingga 7 mm dari lapisan
kambium memiliki pembuluh lateks terbanyak. Oleh sebab itu, sebaiknya
penyadapan dilakukan sedalam mungkin, tetapi jangan sampai menyentuh
lapisan kambiumnya. Kedalaman irisan yang dianjurkan adalah 1-1,5 mm dari
lapisan kambium. Bagian ini harus disisakan untuk menutupi lapisan kambium.
Jika dalam penyadapan lapisan kambium tersentuh maka kulit pulihan akan rusak
dan nantinya berpengaruh pada produksi lateks.
Pada sadapan berat atau sadapan mati, kedalaman sadapan harus kurang
dari 1 mm sisa kulit. Penyadapan yang terlalu dangkal menyebabkan b
erkurangnya berkas pembuluh lateks yang terpotong, terutama bagian dalam
yang merupakan bagian yang paling banyak mengandung pembuluh lateks.
Dengan berkurangnya pembuluh lateks yang teriris maka jumlah lateks yang
keluar semakin sedikit.
Untuk mengetahui apakah lapisan kambium sudah terlalu dekat, biasanya
penyadap menggunakan quadri atau sigmat. Ujung yang tajam dari alat ini
ditusukkan pada sisa kulit batang. Bila jarum quadri atau sigmat telah masuk
semuanya ke dalam sisa kulit batang dan masih terasa l unak maka kulit sisa yang
menutupi kambium masih lebih dari 1,5 mm. Bila terasa keras maka kulit sisanya
sekitar 1,5 mm. Pengukuran kedalaman irisan sadap sangat besar pengaruhnya
terhadap kelanjutan produksi dari pohon karet yang bersangkutan.

3) Waktu Penyadapan
Lateks bisa mengalir keluar dari pembuluh lateks akibat adanya turgor.
Turgor adalah tekanan pada dinding sel oleh isi sel. Banyak sedikitnya isi sel
berpengaruh pada besar kecilnya tekanan pada dinding sel. Semakin banyak isi
sel, semakin besar pula tekanan pada dinding sel. Tekanan yang besar akan
memperbanyak lateks yang keluar dari pembuluh lateks. Oleh sebab itu,
penyadapan dianjurkan dimulai saat turgor masih tinggi, yaitu saat belum terjadi
pengurangan isi sel melalui penguapan oleh daun atau pada saat matahari belum
tinggi. Penyadapan hendaknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 5.00-6.00
pagi. Sedangkan pengumpulan lateksnya dilakukan antara pukul 8.00-10.00.

c. Pemulihan Kulit Bidang Sadap


Pemulihan kulit pada bidang sadap perlu diperhatikan. Salah dalam
penentuan rumus sadap dan penyadapan yang terlalu tebal atau dalam akan
menyebabkan pemulihan kulit bidang sadap tidak normal. Hal ini akan
berpengaruh pada produksi ataupun kesehatan tanaman. Bila semua kegiatan
pendahuluan dilakukan d engan baik dan memenuhi syarat maka kulit akan pulih
setelah enam tahun. Dalam praktik, kulit pulihan bisa disadap kembali setelah
sembilan tahun untuk kulit pulihan pertama dan setelah delapan tahun untuk kulit
pulihan kedua. Penentuan layak tidaknya kuli t pulihan untuk disadap kembali
ditentukan oleh tebal kulit pulihan, minimum sudah mencapai 7 mm.

d. Frekuensi dan Intensitas Sadapan


Frekuensi sadapan merupakan selang waktu penyadapan dengan satuan
waktu dalam hari (d), minggu (w), bulan (m), dan tahun (y). Satuan ini tergantung
pada sistem penyadapannya. Bila penyadapan dilakukan terus- menerus setiap
hari maka penyadapan tersebut ditandai dengan d/1. Sedangkan bila dilakukan
dengan selang dua hari maka waktunya ditandai dengan d/2, demikian seterusnya.
Pada sadapan berkala atau secara periodik, lamanya penyadapan ditandai
dengan bilangan yang dibagi, sedangkan lamanya putaran atau rotasi sampai kulit
disadap kembali ditandai dengan bilangan pembagi. Sebagai contoh: 3 w/9 berarti
disadap selama 3 minggu dalam waktu 9 minggu atau masa istirahatnya 6
minggu. Pada sadapan yang berpindah tempat, kulit batang disadap pada dua
bidang sadap yang berbeda dengan cara bergantian menurut selang waktu
tertentu. Tanda dari sistem ini adalah perkalian dua faktor yang ditulis di antara
tanda kurung. Kedua faktor itu adalah jumlah bidang sadap yang terpakai dan
nilai bagi dari lamanya penyadapan. Sedangkan angka pembaginya adalah
lamanya rotasi sadapan.
Perlu diperhatikan bahwa intensitas sadap 400%, disebut intensitas
penyadapan berat atau sadapan mati. Pohon yang baru saja disadap biasanya
intensitas sadapnya sebesar 67% dan baru bisa mencapai 100% pada tahun
ketiga.

e. Sistem Eksploitasi
Sistem eksploitasi tanaman karet adalah sistem pengambilan lateks yang
mengikuti aturan-aturan tertentu dengan tujuan memperoleh produksi tinggi,
secara ekonomis menguntungkan, dan berkesinambungan dengan
memperhatikan kesehatan tanaman. Saat ini dikenal dua sistem eksploitasi, yaitu
konvensional dan stimulasi Sistem eksploitasi konvensional merupakan sistem
sadap biasa tanpa perangsang (stimulan), sedangkan sistem eksploitasi
stimulasi merupakan sistem sadap kombinasi dengan menggunakan
perangsang. Selain kedua sistem sadap tersebut, ada pula sistem sadap lain
yang disebut sistem sadap usuk atau sistem sadap mikro. Sistem ini merupakan
sistem tusukan pada jalur kulit yang telah diberi perangsang.
f. Sistem Eksploitasi Konvensional
Sistem ini paling luas penggunaannya, baik oleh perkebunan besar
maupun perkebunan rakyat. Sistem ini memiliki kelebihan, antara lain tidak
tergantung pada perangsang dan sesuai dengan keadaan tanaman walaupun
kurang baik pertumbuhannya. Sedangkan kelemahannya adalah kulit bidang
sadap akan cepat habis, kemungkinan kerusakan kulit bidang sadap lebih besar,
tenaga kerja yang dibutuhkan lebih banyak, dan sangat sulit meningkatkan
produksi jika diinginkan. Jangka waktu yang digunakan untuk sistem eksploitasi
konvensional adalah 30 tahun.

g. Sistem Eksploitasi Stimulasi


Pelaksanaan sistem ini lebih berat dibanding sistem konvensional. Tidak
semua klon karet bisa disebut baik jika disadap dengan sistem stimulan. Di antara
banyak klon karet yang ada, masih ada yang tidak dapat memberi respons yang
baik terhadap rangsangan. Sebagai patokan, jika kadar karet kering lateks
lebih kecil dari 30%, maka responsnya terhadap rangsangan tidak baik.
Pemberian rangsangan dengan maksud meningkatkan produksi dapat dilakukan
pada pohon karet yang telah berumur lebih dari 15 tahun. Jika menggunakan
sistem sadap intensitas rendah (S/2, d/4, 50% atau S/2, d/3, 67%) penggunaan
rangsangan bisa dimulai pada tanaman yang berumur 10 tahun
Pemberian rangsangan tanpa menurunkan intensitas sadapan akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama tanaman muda. Oleh karena itu,
pemberian rangsangan pada tanaman muda tidak dianjurkan. Bahan perangsang
lateks yang biasa dipakai adalah yang berbahan aktif ethephon dengan merek
dagang Ethrel, ELS, dan Cepha.
Pemberian rangsangan pada pohon karet ada tiga cara. Masing-masing
sebagai berikut:
1) Untuk sadap bawah, bahan perangsang dioleskan tepat di bawah irisan
sadapan. Sedangkan untuk sa dap atas, bahan perangsang dioleskan tepat
di atas irisan sadapan. Sebelum dioles dengan perangsang, kulit pohon perlu
dikerok terlebih dahulu.
2) Bahan perangsang dioleskan pada alur sadapan.
3) Bahan perangsang dioleskan pada bidang sadap, yaitu pada lapisan kulit
yang tersisa di atas kambium. Cara ini biasanya dilakukan pada tanaman
yang akan diremajakan sekitar 5 tahun kemudian.
Berdasarkan ketiga cara di atas, yang umum dilakukan oleh para
penyadap adalah cara pertama. Jangka waktu pemberian rangsangan pada alur
sadapan adalah dua minggu sekali atau sebulan sekali. Sedangkan pada kulit
atau bidang sadap, rangsangan diberikan setiap bulan atau dua bulan sekali. Cara
dan frekuensi pemberian rangsangan dapat mempengaruhi jumlah perangsang
yang akan diberikan. Sebagai contoh, pada pemberian dua bulan sekali, jumlah
perangsang yang dibutuhkan adalah 1,5-2 g. Jumlah bahan aktif setiap kali
pemberian rangsangan dapat dihitung dengan rumus: (berat perangsang x %
formulasi x 1.000 mg), misalnya: dalam 2 g Ethrel dengan formulasi 5%
terdapat: (2 x 5/100 x 1.000) = 1.000 mg bahan aktif.
Bahan perangsang yang diperlukan pada sistem alur sebanyak 0,5-1g
setiap kali pengolesan. Dengan memperhatikan frekuensi pemberian bahan
perangsang dan rumus sadap, maka lebar jalur atau bidang yang bisa diolesi
dapat ditentukan. Bila pemberian setiap bulan sekali dengan rumus sadap
S/2, d/2, maka lebar bidang pengolesan adalah 15 x 1-1,5 mm = 15-22,5 mm.
Sedangkan bila pemberiannya setiap dua bulan sekali dengan rumus sadap yang
sama, maka lebar bidang pengolesannya adalah 30 x 1-1,5 mm = 30-45 mm.
Perlu diperhatikan bahwa setiap batas kulit yang diolesi harus diberi tanda.
Walaupun kelihatannya pemberian rangsangan ini sangat mudah, tetapi
hal-hal yang perlu diperhatikan didalam pemberian rangsangan sebagai berikut:
 Jangan menggunakan intensitas sadapan lebih dari 100% pada setiap kali
akan menggunakan bahan perangsang.
 Jangan menggunakan bahan perangsang pada saat terjadi gugur daun dan
pembentukan daun baru, atau pada pertengahan musim hujan.
 Jangan menggunakan bahan perangsang pada tanaman karet yang kerdil,
tanaman dengan pertumbuhan yang kurang baik, atau pada pemulihan kulit
yang kurang baik.
 Pemupukan dilakukan lengkap dengan dosis kalium (K) yang lebih banyak
dari biasanya (tanpa perangsang) pada waktu 4-6 bulan sebelum
distimulasi. Selama pelaksanaan stimulasi jangka panjang, pemupukan
dilakukan lebih baik agar tanaman mampu mempertahankan atau meningkat-
kan produksinya.
 Pemberian bahan perangsang hanya dianjurkan pada tanaman berumur di
atas 15 tahun atau pada kulit pulihan.
 Jangan melakukan stimulasi terus-menerus selama masa produksi sebab
akan menurunkan produksi dan tanaman menjadi lemah. Stimulasi dilakukan
selama 6 tahun saat produksi karet masih maksimal.

3. Panen dan Pasca Panen Kakao


Video proses panen dan pasca panen kakao yang baik dapat dilihat pada
Video 4 (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=JFq1nYfVrps) dan Video 5
(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kJLV0_1xfkA)

a. Pemetikan dan Sortasi Buah


 Buah kakao dipetik apabila sudah cukup masak, yakni ditandai dengan
adanya perubahan warna kulit buah. Buah ketika mentah berwarna hijau
akan berubah menjadi kuning pada waktu masak, sedangkan yang
berwarna merah akan berubah menjadi jingga pada waktu masak.

Gambar 8. Kakao Siap Panen (Sumber: https://www.google.com/search)

 Pada satu tahun terdapat puncak panen satu atau dua kali yang terjadi 5-
6 bulan setelah perubahan musim. Pada beberapa negara ada yang panen
sepanjang musim.
 Buah hasil pemetikan dipisahkan antara yang baik dan yang jelek. Buah
yang jelek berupa buah yang kelewat masak, yang terserang hama
penyakit, buah muda atau buah yang lewat masak. Frekuensi pemanenan
ditentukan oleh jumlah buah yang masak pada satu periode pemanenan.
Jumlah minimum fermentasi adalah 100 kg buah segar. Petani biasanya
memanen 5-6 kali pada musim puncak panen dengan interval satu minggu.

b. Pemeraman dan Pemecahan Buah


1) Pemeraman dilakukan selama 5-12 hari tergantung kondisi setempat dan
pematangan buah, dengan cara:
 Mengatur tempat agar cukup bersih dan terbuka
 Menggunakan wadah pemeraman seperti keranjang atau karung goni
 Memberi alas pada permukaan tanah dan menutup permukaan tumpukan
buah dengan daun -daun kering. Cara ini menurunkan jumlah biji kakao
rusak dari 15% menjadi 5%.
2) Pemecahan buah dapat dilakukan dengan pemukul kayu, pemukul berpisau
atau hanya dengan pisau apabila sudah berpengalaman. Selama
pemecahan dilakukan sortasi buah dan biji basah. Buah yang masih mentah,
yang diserang hama tikus atau yang busuk sebaiknya dipisahkan.

Gambar 9. Pemecahan Buah Kakao (Sumber: agrikultural.com)

3) Penyimpanan buah sebelum fermentasi hal yang baik dilakukan. Di Malaysia


penyimpanan dan penghamparan buah sebelum fermentasi akan
menghasilkan biji akao yang bercita rasa coklat lebih baik.
4) Kadar kulit buah berkisar 61.0-86.4% dengan rata-rata 74.3%. dan kadar biji
segar 39.0%-13.6% dengan rata- rata 25.7%.
5) Setelah pemecahan buah, biji superior dan inferior dimasukkan kedalam
karung plastik dan ditimbang untuk menentukan jumlah hasil pemanenan. Di
pabrik, biji ditimbang ulang untuk melihat bobot penyusutannya. Pemeriksaan
mutu dilakukan sebelum difermentasi.

c. Fermentasi
1) Fermentasi dilakukan untuk memperoleh biji kakao kering yang bermutu baik
dan memiliki aroma serta cita rasa khas coklat. Cita rasa khas coklat
ditentukan oleh fermentasi dan penyangraian. Biji yang kurang fermentasi
ditandai dengan warna ungu, bertekstur pejal, rasanya pahit dan sepat,
sedang yang berlebihan fermentasi akan mudah pecah, berwarna coklat
seperti coklat tua, cita rasa coklat kurang dan berbau apek.
2) Fermentasi dapat dilakukan dalam kotak, dalam tumpukan maupun dalam
keranjang. Kotak dibuat dari kayu dengan lubang didasarnya untuk
membuang cairan fermentasi atau keluar masuknya udara. Biji ditutup dengan
daun pisang atau karung goni untuk mempertahankan panas. Selanju tnya
diaduk setiap hari atau dua hari selama waktu 6-8 hari. Kotak yang
kedalamannya 42 cm cukup diaduk sekali saja selama 2 hari. Tingkat
keasamannya lebih rendah dibandingkan lebih dari 42 cm. Fermentasi tidak
boleh lebih dari 7 hari. Setelah difermentasi biji kakao segera dikeringkan.

Gambar 10. Fermentasi Biji Kakao Dengan Kotak (Sumber:


terushidup.wordpress.com)

3) Fermentasi tumpukan dilakukan dengan cara menimbun atau menumpuk biji


kakao segar di atas daun pisang hingga membentuk kerucut. Permukaan
atas ditutup daun pisang atau lainnya yang memungkinkan udara masuk,
kemudian ditindih dengan potongan kayu. Pada metode ini, fermentasi
dilakukan selama 6 hari dengan pengadukan dua kali. Fermentasi harus
dilakukan ditempat teduh agar terlindung dari hujan dan cahaya matahari
langsung.
4) Fermentasi dalam keranjang dilakukan didalam keranjang bambu atau rotan
yang telah dilapisi daun pisang dengan kapasitas lebih dari 20 kg. Permukaan
biji ditutup daun pisang atau karung. Pengadukan dilakukan setelah 2 hari
fermentasi. Caranya dipindahkan ke keranjang lain atau ditempat yang sama
kemudian ditutup kembali. Lama fermentasi tidak boleh lebih dari 7 hari.

d. Perendaman dan Pencucian


1) Pencucian dilakukan setelah fermentasi untuk mengurangi pulp yang melekat
pada biji. Biji direndam selama 3 jam untuk meningkatkan jumlah biji bulat
dan penampilan menarik. Kadar kulit biji yang dikehendaki maksimum 12%,
yang melebihi 12 % akan dikenai potongan harga.
2) Saat ini telah dihasilkan mesin cuci kakao berkapasitas 2 ton biji segar/jam.
Pencucian dimulai pukul 03.00 dan diakhiri pukul 10.00 sehingga kapasitas
per hari adalah 14 ton.

Gambar 11. Alat Cuci Biji Kakao (Sumber: Mesin Produksi)

e. Pengeringan dan Tempering


1) Tujuan utama pengeringan adalah mengurangi kadar air biji dari 60%
menjadi 6-7% sehingga aman selama pengangkutan dan pengapalan.
Pengeringan tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat. Pengeringan
dilakukan dengan penjemuran, memakai alat pengering atau keduanya.

Gambar 12. Penjemuran Biji Kakao (Sumber: Wikiwand)


2) Penjemuran cara yang paling baik dan murah. Kapasitas per m2 lantai
adalah 15 kg. Biji kakao dapat kering setelah 7-10 hari. Selama penjemuran
hamparan biji perlu dibalikkan 1-2 jam sekali. Selama penjemuran biji dirawat
dengan membuang serpihan kulit buah, plasenta, material asing dan biji yang
cacat.
3) Pada daerah yang curah hujannya agak tinggi dan produksi biji kakao banyak,
penjemuran saja tidak cukup tapi diperlukan pengering mekanis. Pengolahan
konvensional yang masih ditetapkan adalah penjemuran 1 hari dan
pengeringan mesin selama 24 jam efektif, yaitu flat bed dryer yang
o
dioperasikan suhu lebih dari 60 C.
4) Tempering adalah proses penyesuaian suhu pada biji dengan suhu udara
sekitarnya setelah dikeringkan, agar biji tidak mengalami kerusakan fisik
pada tahap berikutnya. Biasanya ditempat gudang timbun sementara

kapasitasnya 330 kg biji kakao kering/m2. Sortasi kemudian dilakukan lagi


setelah 5 hari dan dilakukan pengemasan.

f. Sortasi
Sortasi ditujukan untuk memisahkan biji kakao dari kotoran yang melekat
dan mengelompokkan biji berdasarkan:
 Kenampakan fisik dan ukuran biji
 Biji kakao yang telah 5 hari kering disortasi
 Proses sortasi dilakukan secara manual

Gambar 13. Sortasi Biji Kakao (Sumber: Puslitbang Perkebunan - Kementerian


Pertanian)

g. Pengemasan dan Penyimpanan


1) Biji kakao kering dan bersih dikemas dalam karung bersih dan disimpan
dalam gudang.
2) Penyimpanan dan pengelolaan biji kakao kering dilkakukan mengikuti
Standar Prosedur Operasional (SPO) penanganan biji kakao di kesportir,
SPO fumigasi kakao di gudang, dan SPO fumigasi kakao di container.

4. Panen dan Pasca Panen Tanaman Kelapa


Video proses panen tanaman kelapa dapat dilihat pada Video 6 (Sumber
https://www.youtube.com/watch?v=A8kpa1yEBnQ)

a. Panen
Waktu pemanenan atau pemetikakn hasil buah kelapa berbeda-beda,
tergantung dari varietas kelapa, faktor tanah, iklim serta baik buruknya
pemeliharaan. Pada umumnya tanaman kelapa varietas genjah mulai
menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun. Untuk varietas dalam, kelapa mulai
menghasilkan buah pada umur 6-8 tahun. Masa puncak produksi kelapa juga
berbeda-beda. Unruk kelapa dalam masa puncak produksinya pada umur antara
15-20 tahun. Setelah berumur 20 tahun produksinya berangsur turun dan setelah
berumur 40 tahun produksinya merosot. Sedang kelapa genjah/hibrida, masa
produksi puncak antara umur 10-18 tahun.
Setelah berumur 18 tahun produksi mulai berangsur turun dan merosot
setalah umur 30 tahun. Saat pemungutan hasil, selain ditentukan oleh beberapa
factor di atas (varietas kelapa, tanah dan lain-lain), juga masih ditentukan oleh
kegunaannya, misalnya untuk keperluan minuman.
Buah kelapa tua (masak) ditandai dengan:
 Penampakan sabut mulai mengering
 Tempurung sudah berwarna hitam
 Air kelapa mulai berkurang,bila dikocok berbunyi
 Berat buah menurun (rata-rata perbuah berat kelapa genjah tinggal 1,5 kg dan
kelapa dalam 2 kg).
 Pembentukan putih lembaga sempurna (padat) dan jika tidak dipetik buah
yang masak akan jatuh dengan sendirinya.
Kebaikan buah masak adalah kadar kopra dan kadar minyaknya maksimal,
kualitas kopra dan kualitas minyaknya tinggi. Demikian pula kugunaannya sangat
banyak, baik sebagai bahan konsumsi maupun industry.
Pemetikan buah kelapa tidak dilakukan setiap hari, sebab akan labih
banyak memerlukan pengawasan dan penghamburan baiya. Oleh karena itu,
untuk menghemat biaya dan waktu dilakukan suatu pergiliran pemetikan,
umumnya berkisar 1-2 bulan. Di daerah dengan jumlah tenaga kerja banyak dan
ongkos yang murah dapat melakukan pemanenan 1 bulan sekali. Sedangkan
daerah dengan tenaga kerja sedikit dan upah yang tinggi dapat melakukan panen
2 bulan sekali. Jika rotasi pemanenan dilakukan lebih dari 2 bulan, kemungkinan
besar sudah banyak buah kelapa yang jatuh ke tanah dan pembersihan tajuk akan
terlambat. Sebaliknya jika rotasi pemetikan dilakukan kurang dari satu bulan,
efisiensi tenaga kerja berkurang karena buah kelapa yang benar-benar masak
baru sedikit.
Frekuensi panen dapat dilakukan sebulan sekali dengan menunggu jatuhnya buah
kelapa yang telah masak, tetapi umumnya panenan dilakukan terhadap 2 bahkan
3 tandan sekaligus.
Waktu panen dapat dilakukan pagi hari sampai sore hari asal keadaan
lingkuangan mendukung misalnya cuaca tidak hujan. Cara panen buah kelapa di
berbagai daerah dan berbagai negara berbeda-beda sesuai dengan adat,
kebiasaan dan kondisi masing-masing tempat, misalnya buah kelapa dibiarkan
jatuh, kekurangan, yaitu buah yang jatuh sudah lewat masak, sehingga tidak
sesuai untuk bahan baku kopra atau bahan baku kelapa parutan kelapa kering
(desiccated coconut). Cara dipanjat, dilakukan pada musim kemarau saja. Alat
yang digunakan adalah sabit atau parang. Keuntungan yaitu dengan memanjat
pohon kelapa, dapat dipilih buah kelapa yang siap panen (criteria panen) sekaligus
dilakukan pembersihan mahkota daun, dapat memilih buah kelapa siap panen
dengan kemampuan rata-rata 25 pohon per-orang. Sedangkan kelemahannya
adalah merusak pohon, karena harus membuat tataran untuk berpijak. Namun,
pemotongan dilakukan untuk membangun langkah-langkah dalam bagasi di
negara-negara tertentu untuk memudahkan memanjat pohon membuat kurang
cocok untuk tujuan kayu dan patah tulang berfungsi sebagai pintu masuk untuk
hama.
Cara panen dengan galah menggunakan bambu yang disambung dan
ujungnya dipasang pisau tajam berbentuk pengait. Kemampuan pemetikan rata-
rata 100 pohon/orang/hari. Pemanenan menggunakan tiang bambu umumnya
lebih cepat, lebih efisien, kurang membosankan, dan kurang berbahaya bila
dibandingkan dengan memanjat. Dengan tiang bambu,

Gambar 14. Cara Pemetikan Buah kelapa dengan Menggunakan Galah Bambu
(Sumber: jaringansusah.blogspot.com)

Selain tenaga manusia, pemetikan dapat menggunakan bantuan binatang


(kera/beruk). Di beberapa daerah di Pulau Sumatera, sering kali pemetikan
dilakukan oleh kera (beruk). Kecepatan pemetikan oleh beruk 400 butir sehari
dengan masa istirahat 1 jam, tetapi beruk tidak dapat membersihkan mahkota
daun dan selektivitasnya kurang. Metode ini adalah hanya dipraktekkan di
Thailand, Malaysia dan Indonesia. Pemanenan kelapa dengan menggunakan
monyet terlatih dianggap efisien dan efektif biaya terutama di daerah di mana
tenaga kerja menjadi langka (http://indrawidiy.blogspot.co.id/2014/02/kriteria-
panen-dan-pasca-panen-tanaman.html).
Gambar 15. Panen Buah kelapa dengan tenaga Hewan (Kera) (Sumber:
youtube.com)

Pemungutan hasil tanaman kelapa harus memperhatikan langkah-langkah


berikut ini:
1) Langkah 1
Tunggu pohon kelapa untuk mulai menghasilkan buah. Pohon kelapa
dalam kondisi yang ideal biasanya tidak mulai memproduksi kelapa sampai
mereka antara empat dan enam tahun. pohon kelapa yang tumbuh dalam kondisi
yang buruk, cuaca kurang baik, atau dalam tanah dengan tanah liat tinggi dan
konsentrasi pasir tidak dapat menghasilkan buah kelapa selama bertahun-tahun
15 atau 20 setelah ditanam.
2) Langkah 2
Melacak siklus hidup kelapa dan menurut Organisasi Pangan dan
Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa, kelapa, dibutuhkan sekitar 12 bulan dari
saat pertama kali diproduksi siap untuk panen.
3) Langkah 3
Periksa warna sekam kelapa masing-masing. Kelapa dengan sepenuhnya
atau sebagian besar sekam cokelat siap dipanen dan dapat dipetik langsung dari
pohon atau dari tanah jika mereka telah jatuh.
4) Langkah 4
Semua panen kelapa matang dari pohon kelapa atau dari tanah setiap 40
hari untuk pohon yang sering memproduksi kelapa, dan sampai 90 hari jika pohon
kelapa memproduksi kurang.
5) Langkah 5
Pilih metode pemanenan. Di India, kelapa dikeluarkan dari pohon dengan
bantuan perangkat tiang grips pohon untuk memungkinkan pekerja untuk mendaki
aman. Di Thailand, Malaysia dan Indonesia, monyet terlatih digunakan untuk
menjalankan sampai pohon dan drop semua kelapa yang siap untuk dipanen. Jika
tidak, kelapa biasanya dibiarkan jatuh dari pohon saat mereka siap untuk dipanen
dan kemudian dikumpulkan dari tanah.

b. Pasca Panen

1) Penyortiran dan Penggolongan


Sortasi buah dan perhitungan buah dilakukan setiap blok kebun setelah
selesai panen pada akhir bulan. Buah yang disortir adalah kosong tidak berair,
bunyi tidak nyaring bila diguncang, rusak/lika kena hama, busuk dan kecil juga
terhadap kelapa butiran pecah, berkecambah atau kelapa kurang masak, lalu
disimpan dalam bin penyimpanan yang beraerasi baik.

2) Penyimpanan
Buah kelapa disimpan dengan cara buah ditumpuk dengan tinggi tumpukan
maksimal 1 meter, tumpukan berbentuk piramidal dan longgar serta tumpukan
dalam gudang diamati secara rutin. Selanjutnya, syarat-syarat gudang
penyimpanan adalah udara segar dan kering, tidak kebocoran dan kehujanan,
tidak langsung kena sinar matahari, dan suhu udara dalam gudang 25-27 derajat
C.

3) Pengemasan dan Pengangkutan


Buah kelapa apabila akan dijual terlebih dulu di kupas kulit luarnya dan
dibungkus dalam karung goni atau karung sintetis. Pengangkutan dapat dilakukan
dengan truk, kapal laut atau alat angkut yang sesuai.

4) Penanganan Lain
 Ekstraksi Minyak
Minyak kelapa dapat diperoleh secara langsung dengan ekstraksi kopra.
Cara tradisional yang banyak dipakai yaitu dengan pemanasan santan kelapa.
Minyak kelapa juga dapat diperoleh dengan mengekstrasi kopra.
 Kelapa Parut Kering (Desiccated coconut)
Kelapa parut kering diperoleh dengan mengeringkan kelapa parutan
sampai kadar air 3,5% dan kadar minyak tidak kurang dari 68 %.
 Santan
Santan adalah cairan berwarna putih yang diperoleh dari pengepresan atau
pemerasan daging kelapa segar dengan atau tanpa penambahan air. Santan
diperoleh dengan melakukan pemerasan terhadap kelapa parutan. Santan tidak
dapat disimpan lama. Oleh karena itu diperlukan pengemasan santan untuk
mencegah rusaknya santan yaitu dengan pengalengan ataupun pengeringan
santan.

Gambar 16. Santan buah kelapa (Sumber: tokomesinparutkelapa -


WordPress.com)

 Kopra
Kopra terbuat dari daging kelapa dengan cara menurunkan kadar airnya.
untuk: (1) pengawetan, cara ini akan mencegah tumbuhnya jamur, serangga, dan
bakteri yang dapat memakan daging dan merusak minyak kelapa; (2) mengurangi
berat, sehingga mengurangi biaya pengangkutan dan penanganan; (3)
mengkonsentrasikan minyak, kadar minyak dalam kopra sekitar 65-68%. Cara
pembuatan kopra yaitu dengan pengeringan daging buah dengan sinar matahari
(penjemuran langsung atau efek rumah kaca) atau dengan alat pengering. Untuk
jelasnya dapat dilihat dilaman
http://insidewinme.blogspot.co.id/2007/11/budidaya-kelapa.html.
Gambar 17. Proses pembuatan Kopra Buah Kelapa (Sumber: Hallo Riau)

5. Panen dan Pasca Panen Tanaman Kopi


Video proses panen dan pasca panen tanaman kopi dilihat pada Video 7
(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=mAeDFpFXKIo) dan Video 8
(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=lYSzswpd2zg)

a. Panen
Ciri-ciri buah kopi yang telah matang bisa dilihat dari warna kulitnya. Buah
kopi yang paling baik untuk dipanen adalah yang telah matang penuh, berwarna
merah. Namun karena berbagai alasan, para petani sering memanen buah yang
masih berwarna kuning bahkan hijau. Setiap tingkat kematangan menghasilkan
karakteristik kopi yang berlainan. Berikut ini karakteristik buah kopi dilihat dari
tingkat kematangannya:
 Warna hijau dan hijau kekuningan. Warna ini menandakan kondisi buah kopi
masih muda. Apabila dipetik bijinya berwarna pucat keputihan dan keriput.
Aroma dan postur (body) yang dihasilkan masih sangat lemah. Buah seperti
ini tidak disarankan untuk tidak dipetik.
 Warna kuning kemerahan, menunjukkan sudah mulai matang. Aroma dan
posturnya mulai terasa mantap. Bijinya berwarna keabu-abuan. Buah seperti
ini sudah boleh untuk dipetik.
 Warna merah penuh, menunjukkan buah telah matang sempurna. Aroma dan
citarasanya telah terbentuk dengan mantap. Keadaan buah seperti ini
merupakan kondisi paling baik untuk dipetik.
 Warna merah tua, menandakan buah sudah kelewat matang. Bijinya
berwarna coklat dan kehitaman. Aroma dan posturnya mulai menurun,
terkadang mengeluarkan citarasa seperti bau tanah (earthy). Buah seperti ini
harus sudah dipetik.
Selain warna kulit, untuk menentukan kematangan buah kopi bisa diketahui
dari kandungan senyawa gula yang terdapat pada daging buah. Kopi yang telah
matang memiliki kandungan senyawa gula relatif tinggi pada daging buahnya.
Pada buah yang telah matang, daging buah lunak dan berlendir serta terasa
manis.
Pada tanaman kopi arabika, buah kopi yang telah matang cenderung
mudah rontok. Apabila dibiarkan jatuh ke tanah, buah tersebut akan menyerap
bau-bauan di atas tanah yang bisa menurunkan mutu kopi. Sehingga dianjurkan
untuk segera memetik buah kopi arabika begitu terlihat berwarna merah penuh.
Buah kopi tidak dipanen serentak, proses pemetikan dilakukan secara bertahap.
Berikut ini beberapa cara pemetikan buah kopi:
 Pemetikan selektif. Pemetikan dilakukan hanya pada buah yang telah
berwarna merah penuh atau telah matang sempurna. Sisanya dibiarkan untuk
pemetikan selanjutnya.
 Pemetikan setengah selektif. Pemetikan dilakukan pada semua buah dalam
satu dompol. Syaratnya dalam dompolan tersebut terdapat buah yang telah
berwarna merah penuh.
 Pemetikan serentak atau petik racutan. Pemetikan dilakukan terhadap semua
buah kopi dari semua dompolan, termasuk yang berwarna hijau dipetik habis.
Biasanya pemetikan seperti ini dilakukan diakhir musim panen.
 Lelesan. Pemanenan dengan cara memungut buah kopi yang gugur
berjatuhan di tanah karena sudah kelewat matang.
Untuk menjaga produktivitas tanaman kopi, pemetikan harus dilakukan
dengan cara yang benar. Cabut buah secara vertikal agar tidak merusak tangkai
buah, sehingga akan tumbuh kembali buah pada tangkai tersebut. Memetik buah
kopi dengan cara merampas tidak dianjurkan karena bisa merusak tangkai.
Untukjelasnya dapat dilihat pada laman ini https://alamtani.com/buah-kopi/. Atau
http://tanimedia.blogspot.co.id/2013/01/panen-buah-kopi.html
Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik
buah yang telah masak. Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna
kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning
ketika setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi
kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe).

Gambar 18. Panen Buah Kopi (Sumber: paratokohlampung.blogspot.com)

Buah kopi yang masak mempunyai daging buah lunak dan berlendir serta
mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga rasanya manis.
Sedangkan kandungan lendir pada buah yang terlalu masak cenderung berkurang
karena sebagian senyawa gula dan pektin sudah terurai secara alami akibat
proses respirasi.

b. Proses Sortasi Awal


Buah kopi masak hasil panen disortasi secara teliti untuk memisahkan
buah yang superior (masak, bernas dan seragam) dari buah inferior (cacat, hitam,
pecah, berlubang dan terserang hama/penyakit) Kotoran seperti daun, ranting,
tanah dan kerikil harus dibuang karena benda-benda tersebut dapat merusak
mesin pengupas. Cara sortasi ini dilakukan langsung di kebun sesudah panen
selesai.
Buah kopi segar hasil sortasi sebaiknya langsung diolah untuk
mendapatkan hasil yang optimal, baik dari segi mutu (terutama citarasa) maupun
kemudahan proses berikutnya. Buah kopi yang tersimpan di dalam karung plastik
atau sak selama lebih dari 36 jam akan menyebabkan pra-fermentasi sehingga
aroma dan citarasa biji kopi menjadi kurang baik dan berbau busuk. Demikian juga,
penampilan fisik bijinya juga menjadi agak kusam.

c. Proses Pengolahan

1) Pengupasan Kulit Buah


Pengupasan kulit buah menggunakan mesin pengupas [pulper] tipe
silinder. Kinerja mesin pengupas sangat tergantung pada kemasakan buah,
keseragaman ukuran buah, jumlah air proses dan celah [gap] antara rotor dan
stator. Mesin akan berfungsi dengan baik jika buah yang dikupas sudah cukup
masak karena kulit dan daging buahnya lunak dan mudah terkelupas. Sebaliknya,
buah muda relatif sulit dikupas. Buah kopi Robusta relatif lebih sulit dikupas dari
pada kopi Arabika karena kulit buahnya lebih keras dan kandungan lendirnya lebih
sedikit. Untuk mendapatkan hasil kupasan yang sama, proses pengupasan kopi
Robusta harus dilakukan berulang dengan jumlah air yang lebih banyak.

Gambar 19. Pengupasan kulit Kopi (Sumber: Rumah Kopi Ranin)

2) Fermentasi
Proses fermentasi umumnya hanya dilakukan untuk pengolahan kopi
Arabika. Tujuan proses ini adalah untuk menghilangkan lapisan lendir yang tersisa
di permukaan kulit tanduk biji kopi setelah proses pengupasan. Pada kopi Arabika,
fermentasi juga bertujuan untuk mengurangi rasa pahit. Prinsip fermentasi adalah
peruraian senyawa-senyawa yang terkandung di dalam lapisan lendir oleh mikroba
alami dan dibantu dengan oksigen dari udara. Proses fermentasi dapat dilakukan
secara basah (merendam biji kopi di dalam genangan air) dan secara kering (tanpa
rendaman air).
Akhir fermentasi ditandai dengan mengelupasnya lapisan lendir yang
menyelimuti kulit tanduk. Lama fermentasi bervariasi tergantung pada jenis kopi,
suhu dan kelembaban lingkungan serta ketebalan tumpukan biji kopi di dalam bak.
Tingkat kesempurnaan fermentasi jika lendir tidak lengket, maka fermentasi
diperkirakan sudah selesai. Umumnya, waktu fermentasi biji kopi Arabika berkisar
antara 12 sampai 36 jam tergantung permintaan konsumen, sedang waktu
fermentasi kopi Robusta lebih pendek.

Gambar 20. Frementasi Buah Kopi (Sumber: Anim Agro Technology)

3) Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan sisa lendir hasil fermentasi yang
masih menempel di kulit tanduk. Untuk kapasitas kecil, pencucian dapat dikerjakan
secara manual di dalam bak atau ember, sedang untuk kapasitas besar perlu
dibantu dengan mesin.

Gambar 21. Pencucian Buah Kopi (Sumber: BisnisUKM)


4) Pengeringan
Proses pengeringan untuk mengurangi kandungan air dalam biji kopi yang
semula 60-65% sampai 12%. Pada kadar ini, biji kopi relatif aman untuk dikemas
dalam karung dan disimpan di dalam gudang pada kondisi lingkungan tropis.
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan cara penjemuran. Penjemuran
merupakan cara yang paling mudah dan murah untuk pengeringan biji kopi. Jika
cuaca memungkinkan, proses pengeringan sebaiknya dipilih dengan cara
penjemuran penuh ini akan memberikan hasil yang baik jika sinar matahari
dimanfaatkan secara maksimal, lantai jemur di buat dari bahan yang menyerap
panas (semen), tebal tumpukan biji kopi dilantai jemur harus optimal, pembalikan
yang cukup, buah kopi yang dikeringkan secara alami banyak mengandung
kotoran seperti kerikil dll dan kotoran ini harus dihilangkan.

Gambar 22. Pengeringan Buah Kopi (Sumber: https://www.google.com/search)

5) Sortasi
Biji kopi yang sudah berbentuk seperti beras harus disortasi secara fisik
atas dasar ukuran dan cacat bijinya. Kotoran-kotoran non kopi seperti serpihan
daun, kayu atau kulit kopi, harus juga dipisahkan. Sortasi ukuran dilakukan dengan
ayakan mekanis tipe silinder berputar atau tipe getar.Mesin sortasi mempunyai tiga
saringan dengan ukuran lubang 5,50; 6,50 dan 7,50 mm. Biji hasil sortasi atas
dasar kelompok ukuran kemudian dikemas di dalam karung goni.
Gambar 23. Sortasi Buah dan Biji Kopi (Sumber:
https://www.google.com/search)

6) Penggudangan
Penggudangan bertujuan untuk menyimpan biji kopi beras yang telah
disortasi dalam kondisi yang aman sebelum di pasarkan ke konsumen. Beberapa
faktor penting pada penyimpanan biji kopi adalah kadar air, kelembaban relatif
udara dan kebersihan gudang. Kadar air biji kopi pada kelembaban relatif udara
70% adalah 12%. Kadar air biji kopi akan naik selama disimpan di dalam gudang
yang lembab [kelembaban relatif udara > 95%]. Untuk itu, gudang penyimpanan
biji kopi di daerah tropis sebaiknya dilengkapi dengan sistem penyinaran dan
sirkulasi udara dalam jumlah yang cukup.
Karung-karung ditumpuk dengan rapi di atas papan kayu agar tidak
langsung bersinggungan dengan permukaan lantai. Tumpukan karung dekat
dinding dijaga 10 – 20 cm dari dinding gudang. Serapan air dari udara, permukaan
lantai dan dinding akan memberi peluang serangan jamur dan merupakan
penyebab penurunan mutu yang serius. Jamur merupakan cacat mutu yang tidak
dapat diterima oleh konsumen karena menyangkut rasa dan kesehatan termasuk
beberapa jenis jamur penghasil okhratoksin. Sanitasi atau kebersihan yang kurang
baik menyebabkan hama gudang seperti serangga atau tikus akan cepat
berkembang dan pada akhirnya akan merusak biji kopi sebagai makanan.Untuk
jelasnya dapat dilihat pada laman berikut.
http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/664-pengolahan-
pascapanen-kopi
Gambar 24. Penggudangan Biji Kopi (Sumber: mesin pengolahan kopi dan kakao
- Blogspot)
Rangkuman
Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon hingga pengangkutan
ke pabrik. Pelaksanaan panen adalah prioritas yang sangat tinggi pada suatu
perkebunan. Hal ini penting karena kehilangan atau kerusakan buah akan
berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan. Kriteria matang
panen ditentukan dengan melihat perubahan warna dan buah yang
membrondol dari tandan.
Persiapan panen yang akurat akan memperlancar pelaksanaan panen
sehingga dapat menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen
seminimal mungkin. Persiapan panen meliputi kebutuhan tenaga kerja, peralatan,
pengangkutan, dan kerapatan panen, serta sarana panen
Penentuan sistim ancak panen bergantung pada keadaan topografi lahan
dan ketersedian tenaga kerja. Sistem ancak panen terdiri atas dua sistim yaitu
ancak tetap dan ancak giring. Sistem ancak tetap adalah setiap pemanen diberi
ancak panen yang sama dengan luasan tertentu dan harus selesai pada hari
tertentu. Kelebihan sistim ini buah matang tidak tertinggal di pohon dan brondolan
dikutip kerena pemanen bertanggung jawab terhadap ancaknya dan mudah
dikontrol kualitasnya. Sedangkan kelemahannya adalah buah terlambat sampai di
TPH sehingga akan terlambat juga sampai di pabrik
Sistem ancak giring adalah setiap pemanen diberi ancak per baris
tanaman dan digiring bersama-sama. Kelebihan sistim ini pelaksanaan panen
lebih cepat dan buah cepat sampai di TPH sehingga buah cepat sampai di pabrik.
Sedangkan kekurangan sistim ini adalah pemanen akan memilih buah yang mudah
dipanen sehingga ada buah dan brondolan yang tertingga, pemanen memotong
buah tanpa memotong pelepah, dan pengontrolan kualitas lebih sulit.
Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari
pengusahaan tanaman karet. Tujuannya adalah membuka pembuluh lateks pada
kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang
bila takaran cairan lateks pada kulit berkurang. Kulit karet dengan tinggi 260 cm
dari permukaan tanah merupakan modal petani karet untuk memperoleh
pendapatan selama kurun waktu sekitar 30 tahun. Oleh sebab itu, penyadapan
harus dilakukan dengan hati -hati agar tidak merusak kulit tersebut. Jika terjadi
kesalahan dalam penyadapan maka produksi lateks akan berkurang.

Anda mungkin juga menyukai