Edi Safri
Guru Besar Hadis dan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin
IAIN Imam Bonjol Padang
ﻓﻘﻪ اﳊﺪﻳﺚ ﻋﻠﻢ ﻣﻦ ﻋﻠﻮم اﳊﺪﻳﺚ اﻟﺬى ﳓﺘﺎج اﻟﻴﻪ ﻟﻔﻬﻢ ﻣﻌﺎﱏ اﻻﺣﺎدﻳﺚ اﻟﻨﺒﻮﻳﺔ ﻓﻬﻤﺎ
وﻫﺬا اﻟﻌﻠﻢ ﻣﻬﻤﺎ ﺟﺪّا ﻟﺘﺠﻨﺐ اﻷﺧﻄﺎء ﰲ اﻟﻔﻬﻢ ﳍﺎ ﻣﻦ ﻧﺎﺣﻴﺔ وﰲ ﻣﻮاﺟﻬﺔ.ﺻﺤﻴﺤﺎ
وﻫﻨﺎك اﳌﻨﺎﻫﺞ اﳋﺎﺻﺔ ﰲ.
واﻟﺜﺎﻧﻴﺔ، اﳌﻨﻬﺞ اﻟﺬى ﻗﺎم ﻋﻠﻰ اﺳﺎس اﻟﻔﻬﻢ ﻟﻼﺷﺎرات اﻟﻘﺮآﻧﻴﺔ: ﻓﻬﻢ اﻻﺣﺎدﻳﺚ اﻻوﱃ
واﻟﺜﺎﻟﺜﺔ اﳌﻨﻬﺞ ﰲ ﻓﻬﻢ اﻻﺣﺎدﻳﺚ اﳌﺘﻨﻮﻋﺔ ﰲ،اﳌﻨﻬﺞ ﰲ ﻓﻬﻢ اﻻﺣﺎدﻳﺚ اﳌﺨﺘﻠﻔﺔ ﻇﺎﻫﺮا
ﻓﻔﻰ ﻫﺬا اﳌﻨﻬﺞ ﺳﻌﻰ اﻟﺒﺎﺣﺚ ﻟﻔﻬﻢ. ﻣﻨﻬﺞ اﻟﻔﻬﻢ اﳌﻌﻨﻮى ﻟﻼﺣﺎدﻳﺚ: واﻟﺮاﺑﻌﺔ،اﻟﻌﺒﺎدة
اﳊﺪﻳﺚ ﺑﺎﻟﻨﻈﺮ اﱃ ﻟﺐّ اﳌﺴﺄﻟﺔ او اﻟﺪراﺳﺔ اﻟﻴﻪ دراﺳﺔ ﻓﻠﺴﻔﻴﺔ او اﳌﻼﺣﻈﺔ إﱃ اﻣﻜﺎﻧﻴﺔ
.وﺟﻮد اﳌﻌﺎﱏ اﻷﺧﺮى اﶈﺘﻤﻠﺔ ﻓﻴﻪ
، اﻻﺣﺎدﻳﺚ اﻟﻤﺨﺘﻠﻔﺔ، اﻻﺷﺎرات اﻟﻘﺮآﻧﻴﺔ، ﻓﻘﻪ اﻟﺤﺪﻳﺚ، اﻟﻤﻨﻬﺞ: اﻟﻤﻔﺮدات
اﻻﺣﺎدﻳﺚ اﻟﻤﺘﻨﻮﻋﺔ ﻓﻲ اﻟﻌﺒﺎدة
1
2 JURNAL ULUNNUHA, Volume 3, Nomor 1, Maret 2014, hlm. 1-10
pemahaman yang keliru dan tersalah harus jeli memperhatikan mana yang
bahkan kadangkala saling berten- merupakan tujuan (maqashid) yang
tangan yang cenderung membingung- tidak akan berubah dan dan mana
kan masyarakat. yang merupakan sarana untuk
mencapai tujuan (wasilah) dalam
PROBLEMATIKA suatu hadis. Selain itu, hadis sebagai
PEMAHAMAN HADIS / SUNNAH sumber ajaran agama sampai ke akhir
Pada prinsipnya hadis atau zaman maka maknanya juga harus
sunnah harus dipahami sesuai makna dikembangkan seiring dengan per-
zhahir atau makna mutabadir-nya, kembangan dan kemajuan masya-
yakni makna yang cepat ditangkap rakat. Oleh karena itu untuk dapat
atau makna yang umum dikenal dan memahami hadis dengan baik, tepat
dipahami dari suatu lafaz atau kalimat dan benar perlu diperhatikan metode-
bila diucapkan. Seperti hadis Rasul metode pemahaman hadis yang
ketika beliau menjelaskan hukum air diwariskan para ulama
laut ketika ditanya sahabat, di mana
beliau menjawab: METODE PEMAHAMAN
HADIS/SUNNAH
رواﻩ اﳉـﻤﺎﻋﺔ. ﻫﻮ اﻟﻄﻬﻮر ﻣـﺎؤﻩ و اﳊـﻞ ﻣـﻴـﺘـﺘـﻪ 1. Memahami Hadis Berdasarkan
Laut itu suci airnya dan halal Isyarat al-Quran
bangkainya.( 3Muhammad ibn Ismail Hadis sesuai fungsi utamanya sebagai
al-Kahlaniy al-Shan’aniy, tth.:14-15) penjelas (mubayyin) bagi al-Quran
maka hadis tidak boleh menyalahi al-
Dari hadis di atas dapat Quran, dengan arti bahwa makna
dipahami bahwa air laut itu suci lagi yang dipahami dari suatu hadis tidak
mensucikan dan bangkai (ikan) yang boleh berbenturan atau menyalahi,
hidup didalamnya halal meskipun apalagi bertentangan dengan apa
didapat sudah dalam keadaan mati yang sudah ditetapkan oleh ayat al-
(selama layak dikonsumsi) tanpa Quran. Akan tetapi persoalannya
harus disembelih dahulu. tidaklah sesederhana itu karena di
Itulah makna zhahir atau kalangan ulama terdapat perbedaan
makna mutabadir yang dipahami dari pandangan dalam memahami makna
hadis di atas, dan tidak ada persoalan “menyalahi al-Quran” (mukhalif li al-
dengan makna yang dipahami Quran) tersebut dalam kaitannya
tersebut. Akan tetapi problemanya dengan kewenangan hadis untuk men-
ialah bahwa ternyata tidak selamanya takhshish-kan ayat al-Quran. Misal
makna zhahir suatu hadis dapat hadis berikut:
diperpegangi karena adakalanya
makna zhahir tersebut tampak
ﻋﻦ اﻟﱪأ اﺑﻦ ﻋﺎذب و اﰉ ﻫـﺮﻳـﺮ ة رﺿﻰ اﷲ
menyalahi zhahir al-Quran, atau : ﻋﻨﻬﻤﺎ ان اﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ ﻗﺎ ل
bertentangan dengan hadis lain اﳌـﺴﻠﻢ ﻳﺬﺑـﺢ ﻋـﻠﻰ اﺳـﻢ اﻟﻠـﻪ ﺳـﻤﻰ او ﻟـﻢ
(mukhtalif), atau tidak sejalan dengan
prinsip-prinsip pokok ajaran agama. . ﻳـﺴـﻢ
Atau dalam matan hadis terdapat Hadis dari al-Barra’ ibn al-‘Azib dan
kata-kata gharib yang memiliki Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW.
makna tersendiri. Demikian pula Bersabda, “Orang muslim menyem-
4 JURNAL ULUNNUHA, Volume 3, Nomor 1, Maret 2014, hlm. 1-10
sesudah shalat Subuh. Lalu, Shalat dua rakaat apa pula ini ya
apakah semua shalat sunat Qays?, Aku jelaskan bahwa aku
terlarang mengerjakannya pada tadi tidak sempat mengerjakan
dua waktu tersebut?. Dalam shalat sunat fajar dua rakaat
masalah ini ada hadis lain terkait sebelum Subuh. Rasul hanya diam
yang membantu kita dalam saja mendengar penjelasanku.
memahaminya: Hadis riwayat al-Syafi’iy.
Hadis Umm Salamah yang Shalat sunat dua rakaat
menceritakan bahwa suatu ketika sesudah shalat Zuhur dan shalat
Rasulullah pulang setelah Ashar, sunat fajar adalah salat sunat
lantas beliau langsung salat dua muakkad yang dipentingkan oleh
rakaat. Melihat hal itu Umm Rasulullah. Dengan dua hadis
Salamah heran dan berkata, “Ya terakhir dapat dipahami bahwa
Rasulallah, engkau shalat dua larangan shalat sesudah shalat
rakaat yang tak pernah aku melihat Ashar dan sesudah shalat Subuh
sebelumnya?. Rasul menjawab: hanyalah untuk salat-salat sunat
yang ghayru muakkad. Meskipun
اﱏ ﻛﻨﺖ أﺻﻠﻰ رﻛﻌﺘﲔ ﺑﻌـﺪاﻟﻈـﻬـﺮ و أﻧﻪ demikian, ulama hanya
ﻗـﺪم ﻋﻠﻰ وﻓـﺪ ﺑﲎ ﲤـﻴﻢ أو ﺻـﺪﻗﺔ ﻓﺸﻐﻠﻮﱏ membolehkan hal itu bagi orang-
رواﻩ اﻟـﺸﺎﻓﻌﻰ. ﻓﻬـﻤﺎ ﻫﺘﺎن اﻟﺮﻛﻌﺘﺎن،ﻋﻨـﻬﺎ orang yang memang telah
membiasakan mengerjakan shalat-
Sesungguhnya aku sebelum ini shalat sunat muakkad tersebut
senantiasa mengerjakan shalat sehingga bila suatu ketika tidak
sunat dua rakaat sesudah shalat sempat melaksanakan di
Zuhur. Tapi tadi aku disibukkan waktunya, boleh ia bayarkan
oleh urusan Bani Tamim dan setelah shalat ‘Ashar (untuk
urusan shadaqah sehingga tidak rawatib ba’da zuhur) dan setelah
sempat melakukannya. Shalat dua subuh (untuk salat sunat fajar).
rakaat ini adalah shalat sunat dua
rakaat sesudah Zohor (yang tidak d. Dengan pendekatan takwil, tarjih
sempat dikerjakan pada dan nasakh.
waktunya). Selanjutnya (bilamana
cara-cara di atas tidak dapat
Hadis Qays, yang
dilakukan) penyelesaian hadis-
mengerjakan shalat sunat dua
hadis mukhtalif dapat dilakukan
rakaat sesudah shalat Subuh yang
dengan pendekatan takwil, yakni
disaksikan oleh Rasulullah.
dengan menakwilkan salah satu di
Selesai ia mengerjakan shalat
antara dua hadis yang tampak
Rasulullah bertanya:
bertentangan tersebut dari makna
ﻣﺎ ﻫـﺘﺎن اﻟﺮﻛﻌـﺘـﺎن ﻳﺎ ﻗـﻴﺲ ؟ ﻓـﻘـﻠـﺖ اﱏ ﱂ zhahir kepada makna lain yang
ﻓﺴﻜـﺖ ﻋﲎ،اﻛـﻦ ﺻﻠﻴـﺖ رﻛﻌﱵ اﻟﻔﺠـﺮ lebih sejalan dengan hadis yang
lainnya dengan catatan makna
رواﻩ. رﺳـﻮ ل اﻟﻠـﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠـﻪ ﻋﻠﻴـﻪ وﺳﻠـﻢ yang ditakwilkan harus masih
اﻟـﺸﺎﻓﻌﻰ memiliki benang merah dengan
makna zhahir atau makna asalnya.
8 JURNAL ULUNNUHA, Volume 3, Nomor 1, Maret 2014, hlm. 1-10
Apabila tidak mungkin pula saja yang dipilih oleh seseorang untuk
dengan cara takwil dalam rangka diamalkannya maka hal itu boleh dan
menemukan pengompromian ibadahnya sah. Hanya saja kita
maknanya, maka selanjutnya dituntut untuk mengutamakan mana
diterapkan lah pendekatan tarjih yang lebih afdhal untuk dipilih dan
atau nasakh. Sebagaimana diamalkan. Untuk itu pertim-
diketahui dengan pendekatan bangannya adalah dengan memilih
tarjih maka hadis yang dipandang mana di antaranya yang lebih banyak
lebih kuat (rajih) lah yang dipakai atau yang lebih sering diamalkan
sementara yang lemah (marjuh) Rasulullah dan shahabat karena
tidak diamalkan. Atau, bilamana Rasululah dan sahabat biasanya
ada indikasi telah terjadi nasakh, mengamalkan ibadah dalam
maka diselesaikan dengan bentuknya yang utama, kecuali dalam
pendekatan nasakh, yakni dengan hal-hal tertentu.
mengamalkan hadis yang datang
4. Pemahaman hadis substantif
kemudian (nasikh) dan
filosofis
meninggalkan hadis yang datang Ini adalah bentuk pemahaman
lebih dahulu (mansukh). hadis yang bertujuan untuk lebih
mengembangkan makna yang
3. Memahami Hadis-Hadis dikandung hadis. Dengan metode ini
tanawwu’ al-‘Ibadah si pengkaji tidak mencukupkan
Hadis-hadis tanawwu’ al- makna zhahir hadis akan tetapi lebih
‘ibadah ialah hadis-hadis yang jauh ingin menemukan makna yang
menerangkan praktek ibadah tertentu lebih substansial (mendasar) dengan
yang dilakukan atau diajarkan melakukan pembahasan secara
Rasulullah, akan tetapi antara yang filosofis. Dengan menemukan makna
satu dengan yang lain terdapat hadis yang substansial tersebut,
perbedaan versi sehingga selanjutnya maknanya dapat
menggambarkan adanya keberagaman
dikembangkan sesuai cakupan makna
ajaran dalam pelaksanan ibadah yang dijangkaunya. Contoh hadis:
tersebut. Perbedaan atau keberagaman
dimaksud adakalanya menyangkut ﲰﻌﺖ: ﻋﻦ أﰉ ﺑـﻜﺮة رﺿﻰ اﻟﻠـﻪ ﻋﻨـﻪ ﻗﺎل
tatacara pelaksanaan seperti riwayat- ﻻ: ر ﺳـﻮل اﻟﻠـﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠـﻪ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠـﻢ ﻳﻘﻮل
riwayat yang menggambarkan perihal
mengangkat tangan ketika takbiratul ﻣﺘﻔﻖ.ﳛـﻜـﻢ اﺣـﺪﻛـﻢ ﺑﲔ اﺛﻨـﲔ وﻫﻮ ﻏﻀـﺒﺎن
ihram. Adakalanya pula menyangkut ﻋﻠﻴـﻪ
bacaan yang dibaca seperti
beragamnya do’a iftitah, atau Hadis dari Abu Bakrah ra., ia
beragamnya jenis bacaan tasyahhud berkata, Aku dengar Rasulullah
yang boleh dibaca. SAW., bersabda, “Janganlah
seseorang kamu menghukum /
Menanggapi hadis-hadis memutus perkara di antara dua orang
tanawwu’ al-‘ibadah ini, yang yang bersengketa sedang ia dalam
pertama sekali harus diperhatikan keadaan marah. Hadis muttafaq
adalah keshahihan hadis-hadis ‘alaih.
tersebut. Apabila semuanya sama-
sama shahih maka itu berarti mana
Edi Safri, Metode Memahami Sunnah 9
REFERENSI
Muhammad ibn Ismail al-Kahlaniy
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Ushul
al-Shan’aniy, Subul al-Salam,
al-Hadits, ‘Ulumuh wa
Dahlan, Bandung, tth., jilid I,
Mushthalahuh, Dar al-Fikr,
Beirut, 1981 Rif’at Fawziy ‘Abdul Muthalib,
Tawtsiq al-Sunnah fiy al-
Abu Yaser al-Hasan al-‘Ilmiy, Fiqh
Qarn al-Tsaniy al-Hijriy
al-Sunnah al-Nabawiyah
Ususuh wa Ittijahatuh,
Dirayat wa Tanzila, Disertasi
Maktabah al-Khanijiy, Mesir,
Doktor, Al-Azhar, 1994
cet. I, 1981
(naskah tidak diterbitkan