Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA GERIATRI

Disusun Oleh :

ANGELIN NATASYA TANCARO


Nim :16010006

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

HUSADA MANDIRI POSO

T.A 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur patut kita naikan kepda Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya
saya dapat meneylesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini saya menyadari banyak kekurangan baik dalam teknis
penulisan maupun materi yang saya susun. Mengingat kemampuan saya yang masih
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
dari dosen dan rekan-rekan sekalian sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan
makalah ini.

Poso, 13 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi .............................................................................................. 3
B. Teori Konsep Penuaan ...................................................................... 3
C. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia ....................................... 5
D. Penyakit Pada Alat Pencernaan Dan Pengobatannya........................ 7
E. Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan ........................ 9
F. Perubahan Fisik Pada Lansia Pada Sistem Pencernaan .................... 12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

A. Pengkajian ......................................................................................... 13
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................... 19
C. Intervensi Keperawatan ..................................................................... 19
D. Penetalaksanaan ................................................................................ 20
E. Evaluasi ............................................................................................. 20

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 21
B. Saran .................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stress lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan
sistem tubuh itu bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan
berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses
menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada
usia sekitar 60 tahun.
Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan
yang maksimal. Setelah itu tumbuh mulai menyusut dikarenakan
berkurangnya jumlah sel-sel yang adadidalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh
juga akan menglami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang
dikatakan proses penuaan. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu
proses memghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normal sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh
akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai
penyakit degenerative.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan
motilitas usus, hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya dapat timbul diare pula. Diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi lansia?
2. Penyakit apa saja yang berhubungan dengan pencernaan pada lansia?
3. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
pencernaan?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengehui definisi lansia
2. Untuk mengehui Penyakit apa saja yang berhubungan dengan pencernaan
pada lansia
3. Untuk mengehui konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan
gangguan pencernaan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Gerontik berasal dari kata gerontology dan geriatric. Gerontologi adalah
cabang ilmu yang membahas atau menangani tentang proses penuaan dan
masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut. Sedangkan geriatric
berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang
berlanjut usia. Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan
professional yang didasarkan ilmu dan kiat/tekhnik keperawatan gerontik yang
berbentuk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang komprehensif, ditujukan
pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga,
kelompok dan komunitas/masyarakat. Menurut undang-undang no.13/th 1998
bab i pasal 1 ayat 2 seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan
yang maksimal. Setelah itu tumbuh mulai menyusut dikarenakan
berkurangnya jumlah sel-sel yang adadidalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh
juga akan menglami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang
dikatakan proses penuaan. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu
proses memghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normal sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh
akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai
penyakit degenerative
.
B. Teori-Teori Proses Penuaan
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu biologi, teori
psikologi teori social, dan teori spiritual.
1. Teori biologis ; Teori biologis mencangkup teori genetic dan mutasi,
immunology slow theory, teori stress, teori radikal bebas, dan teori rantai
silang.
2. Teori psikologi ; Pada usia lanjut proses penuaan terjadi secara alamiah
seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat
dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang
efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan intelegensi
dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia konsep diri
yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan

3
mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya.
Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi kemampuan
kognitif memori dan belajar pada usia lanjut memnyebabkan mereka sulit
untuk diphami dan berinteraksi persepsi merupakan kemampuan
interpretasi pada ligkungan dengan adanya punurunan fungsi system
sensori, maka akan terjadi pula penurunan kemapuan untuk menerima,
memproses, dan merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi /
reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada. Kemapuan kognitif dapat
dikaitkan dengan penurunan fisiologis organ otak namun untuk fungsi-
fungsi positif yang dapat dikaji ternyata mempunyai fungsi lebih tinggi
seperti simpanan informasi usia lanjut, kemampuan member alasan secara
abstrak dan melakukan penghitungan. Memori adalah kemampuan daya
ingat lansia terhadap suatu kejadian / peristiwa baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
3. Teori social ; Ada beberapa teori social yang bekaitan dengan proses
penuaan, yaitu teori interaksi social (social exchange teori ), teori
penarikan diri (disengagement teori), teori aktivitas (aktivi teori), teori
kesinambungan (continuity), teori perkembangan (defelopmen teori), dan
teori stratifikasi usia (agestratifikation).
4. Teori spiritual ; Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada
pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi
individutentang arti kehidupan.
Fowler juga meyakini bahwa kepercayaan/demensia spiritual adalah suatu
kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan seseorang. Fowler
menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan dan
cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan
adalah suatu fenomena timbale balik , yaitu suatu hubungan aktif antara
seseorang dengan orang lain dalam menanamkan keyakinan, cinta kasih,
dan harapan. Fowler meyakinkan bahwa perkembangan kepercayaan
antara orang dan lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-
nilai dan pengetahuan. Fowler juga berpendapat bahwa perkembangan
spiritual pada lansia berada pada tahap penjelaskan pada prinsipp cinta dan
keadilan.

4
C. Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
1. Perubahan Fisik
a. Sel
1) Lebih sedikit jumlahnya
2) Lebih besar ukurannya
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler
b. Sistem persyarafan
1) Hubungan persyarafan menurun
2) Lambat dalam merespon dan beraksi khususnya dengan stress
3) Mengecilnya syaraf panca indra
c. Sistem pendengaran
1) Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga, terutama bunyi
atau suara-suara yang tinggi, suara yang tidak jelas dan sulit
mengerti kata-kata.
2) Membrane timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
3) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin.
d. Sistem penglihatan
1) Spingter pupil timbul skerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
4) Daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat
dalam cahaya gelap.
5) Hilangnya daya akomodasi
6) Menurunnya lapang pandang.
7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
e. System kardiovaskuler
1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah : kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur ke duduk bias menyebabkan tekanan darah menurun menjadi
65 mmhg---mengakibatkan pusing mendadak.
4) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya retensi
dari pembuluh darah perifer.
f. System respirasi
1) Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
2) Menurunnya aktifitas dari silia.

5
3) Paru-paru kehilngan elastisitas, kapasitas residu meningkat, napas
lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dan
kedalaman bernapas menurun
4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
5) O2 pada arteri menjadi 75 mmhg
6) Co2 pada arteri tidak berganti
7) Kemampuan untuk batuk berkurang
g. System gastrointestinal
Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disesase yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun
1) Indera pengecap menurun. Adanya iritasi yang kronis dari selaput
lender, atrofi indera pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saari
saraf pengecap di lidah terutama rasa manis, rasa asin, rasa asam,
dan rasa pahit.
2) Esophagus melbar
3) Lambung. Rasa lapar menurun(sensitivitas lapar menurun), asam
lambung menurun, waktu pengosongan menurun.
4) Peristaltic melemah dan biasanya timbul konstipasi.
5) Fungsi absorpsi melemah. Ø Hati/lever. Makin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan berkurangnya aliran darah.
h. System genitor urinaria
1) Ginjal : mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, penyaringan diglomerulus menurun sampai
50%.
2) Vesika urinary : otot menjadi lemah, kapsitas menurun sampai 200
ml atau menyebabkan frekuensi berkemih meningkat. Vesika
urinary susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
menyebabkan retensi urin.
3) Pembesaran prostate 75% dialami oleh pria usia 65 tahun
4) Atropi vulva
5) Vagina, selaput lender menjadi kering, elastisitas jaringan menurun
juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi kurang.
6) Daya seksual : orang-orang yang makin menua masih juga
membutuhkannya. Tidak ada batasan umur tertentu dimana fungsi
seksual cenderung menurun secara bertahap setiap tahun, tetapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai
tua

6
i. System endokrin
1. Produksi dari hampir semua hormone menurun
2. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
3. Menurnnya aktifitas tiroid
4. Menurunnya produksi aldosteron
5. Menurunnya sekresi hormone kelamin.
j. System integument
1. Kulit mengkerut akibat kehilangan jaringan lemak
2. Kulit kpala dan rambut menipis berwarna kelabu
3. Rambut dalam hidung dan telinga menebal
4. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularisasi kuku jari menjadi keras dan rapuh
5. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
6. Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.
k. System muskuloskletal
1. Tulang kehilngan density(cairan) dan makin rapuh
2. Kifosis
3. Pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbats
4. Discus invertebralis menipis dan menjadi pendek
5. Persendian membesar dan menjadi kaku
6. Tendon mengkerut dan mengalami sceloris
7. Atrofi serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi lamban,
otot kram dan menjadi tremor

D. Penyakit Pada Alat Pencernaan Dan Pengobatannya


1. Sembelit (Konstipasi)
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala
mengalami pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat
menyebabkan kesakitan pada penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan
oleh pola makan, hormon, akibat samping obat-obatan (Aluminium
hidroksida (dalam antasid yang dijual bebas), Garam bismuth, Garam
besi, Antikolinergik, Obat darah tinggi (anti-hipertensi), Golongan
narkotik, Beberapa obat penenang dan obat tidur), dan juga karena
kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan karena defekasi yang
tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit dikeluarkan.
2. Mencret (Diare)
Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus
sehingga gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara
sempurna. Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang
disebabkan bakteri atau salah makan. Pengobatannya Untuk cara

7
mengobati Diare adalah dengan Perawatan yang terpenting untuk
mengobati diare adalah memastikan kecukupan asupan cairan dan garam
(elektrolit). Untuk gejala ringan sampai sedang, Anda bisa menggunakan
obat-obatan ringan yang dapat mengurangi diare bahkan dapat
menjadi Cara Mengobati Diare. Pada kasus yang parah dan pada anak-
anak, wanita hamil, dan orang tua (lansia) yang bisa berbahaya bila
kehilangan banyak cairan, pemberian infus mungkin diperlukan. Bila
penyebabnya adalah keracunan makanan, dokter mungkin perlu
memberikan obat-obatan untuk membunuh patogen yang berada di usus
dan mencegah kerusakan mukosa lebih lanjut. Obat antispasmodik dapat
membantu mengurangi nyeri kolik abdomen dan salah satu Cara
Mengobati Diare.
3. Wasir atau hemoroid.
Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di
dalam anyaman pembuluh darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar
menetes setelah buang air besar (BAB). Biasanya tanpa disertai rasa nyeri
dan gatal di anus. Pencegahannya adalah perlu diet tinggi serat dengan
makan sayur sayuran dan buah-buahan yang bertujuan membuat volume
tinjanya besar, tetapi lembek, sehingga saat BAB, karena tidak perlu
mengejan dapat merangsang wasir.
Untuk Mengatasi, Mengobati & Menyembuhkan Wasir / Ambeyen /
Hemoroid. Untuk menghilangkan wasir secara total sebaiknya anda
menjalankan beberapa tips menyembuhkan wasir serta melakukan
konsultasi dengan dokter.
a. Jalankan pola hidup sehat
b. Olah raga secara teratur
c. Makan makanan berserat
d. Hindari terlalu banyak duduk atau nongkrong di wc / toilet
e. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll
f. Jangan melakukan aktivitas hubungan seks yang tidak wajar
g. Minum air yang cukup
h. Jangan menahan kencing dan berak
i. Jangan suka menggosok dan menggaruk dubur berlebihan
j. Jangan mengejan / mengeden / ngeden berlebihan
k. Jika tidak ingin pup / bab jangan dipaksa
l. Duduk berendam pada air yang hangat
m. Minum obat sesuai anjuran dokter
4. Kanker usus
Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian
di seluruh dunia. Penelitian sebelumnya dengan menggunakan binatang

8
sebagai percobaan, kandungan kalsium yang banyak terdapat pada susu
mampu melindungi usus dari serangan kanker. Studi pada manusia juga
menunjukan keseluruhan jumlah kalsium yang dikonsumsi sangat positif
dakam mengurangi tingkat dari resiko kanker susu ini. Setiap kenaikan
1.000 miligram kalsium sehari atau lebih akan mempu mengurangi 15%
resiko dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria. Konsumsi susu
dan kalsium bisa mengurangi resiko terkena kanker usus. Keju dan
yoghurt juga merupakan hasil olahan dari susu. Pengobatan Kanker
Usus. Empat jenis utama pengobatan untuk kanker kolorektal adalah
Pembedahan, Radioterapi, Kemoterapi, Target terapi Pembedahan
biasanya merupakan pengobatan utama untuk kanker usus stadium awal.
5. Kanker Lambung
Tumor jinak di lambung agaknya tidak menimbulkan gejala atau masalah
medis. Tetapi kadang-kadang, beberapa mengalami perdarahan atau
berkembang menjadi kanker. Sekitar 99% kanker lambung adalah
adenokarsinoma. Kanker lambung lainnya adalah leiomiosarkoma (kanker
otot polos) dan limfoma. Kanker lambung lebih sering terjadi pada usia
lanjut. Kurang dari 25 % kanker tertentu terjadi pada orang di bawah usia
50 tahun. Di Cina, Jepang, Cili dan Iceland, kanker lambung sering sekali
ditemukan. Di AS, lebih sering terjadi pada orang miskin, orang kulit
hitam dan orang yang tinggal di utara. Dan merupakan penyebab kematian
no 7, yang terjadi pada sekitar 8 dari setiap 100.000 orang. Faktor
makanan tertentu diperkirakan berperan dalam pertumbuhan kanker
lambung. Faktor-faktor ini meliputi asupan garam yang tinggi, asupan
karbohidrat yang tinggi, asupan bahan pengawet (nitrat) yang tinggi, dan
asupan sayuran hijau dan buah yang kurang.

E. Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan


Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari
endoskop (tabungserat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan
untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh), rontgen, ultrasonografi (USG),
perunut radioaktif, dan pemeriksaan kimiawi.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan
diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada
sistem pencernaan. Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus
dikosongkan terlebih dahulu. Ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-
12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak
memerlukan persiapan khusus. Langkah pertama dalam mendiagnosis
kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan
fisik. Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar

9
sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara
pasti. Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa
mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya
1. Pemeriksaan Kerongkongan
a. Pemeriksaan barium. Penderita menelan barium dan perjalanannya
melewati kerongkongan dipantau melalui Fluoroskopi (teknik rontgen
berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau
difilmkan). Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan
kelainan Anatomi kerongkongan (misalnya penyumbatan atau ulkus).
Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau kaset
video. Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang
dilapisi oleh barium, sehingga bisa ditentukan lokasi penyumbatan
atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal
b. Manometri. Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah
tabung dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam
kerongkongan. Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter
bisa menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong
makanan secara normal atau tidak.
c. Pengukuran pH kerongkongan. Mengukur keasaman kerongkongan
bisa dilakukan pada saat manometri. Pemeriksaan ini digunakan untuk
menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.
d. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan). Pada pemeriksaan
ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui
sebuah selang nasogastrik.Pemeriksaan ini digunakan untuk
menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi kerongkongan
oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya
peradangan kerongkongan (esofagitis).
e. Intubasi. Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang
lentur melalui Hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus
halus. Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun
pengobatan. Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak
menimbulkan nyeri. Ukuran selang yang digunakan bervariasi,
tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk
diagnosik atau pengobatan).
2. Rontgen
a. Foto polos perut. Foto polos perut merupakan foto rontgen standar
untuk perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari
penderita. Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu
penyumbatan, kelumpuhan saluran pencernaan, pola udara Abnormal
di dalam rongga perut, pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa)

10
b. Pemeriksaan barium.Setelah penderita menelan barium, maka barium
akan tampak putih pada foto rontgen dan membatasi saluran
pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan,
lambung dan usus halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal
menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises
kerongkongan.Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu
untuk menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah
fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam saluran
pencernaan. Proses ini juga bisa direkam. Dengan mengamati
perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat
menilai fungsi kerongkongan dan lambung, kontraksi kerongkongan
dan lambung, penyumbatan dalam saluran pencernaan. Barium juga
dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian
bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya
polip, tumor atau kelainan struktur lainnya. Prosedur ini bisa
menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak
nyaman. Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada
akhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih
seperti kapur. Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang
karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa
diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.
3. Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan
mengambil cairannya.Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran
pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa
terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau
usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa. Parasentesis digunakan
untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk
membuang cairan yang berlebihan.
4. USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari
organ-organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai
organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah
abnormal di dalamnya. USG juga dapat menunjukkan adanya
cairan. Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan
saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan
penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar. USG
merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki
resiko. Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan
mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan

11
menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada
layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.

F. Perubahan Fisik Pada Lansia Pada Sistem Pencernaan


Perubahan yang terjadi pada system pencernaan lansia adalah :
1. Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
2. Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf
pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
3. Esofagus melebar.
4. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
5. Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6. Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
7. Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik,
psikologis, social dan spiritual, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap
secara menyeluruh menyangkut aspek tersebut.
1. Biologis
Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan
lansia dikaji dengan menanyakan tentang:
a. Pandangan lansia tentang kesehatannya
b. Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
c. Kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan, pendengaran
d. Kebiasaan lansia merawat diri sendiri
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar / kecil
f. Kebiasaan gerak badan / olahraga
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
h. Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum
obat
i. Masalah-masalah seksual yang dirasakan
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan, ketok
dan dengar untuk mengetahui perubahan system tubuh, antara lain :
system integument, muskuloskletal, respirasi, kardiovaskuler, perkemihan,
persyarafan, dan fungsi sensoris misalnya : penglihatan, pendengaran,
pengecapan dan penciuman.
3. Psikologis
Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan lansia
untuk melihat fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses berfikir, dan
juga perlu dikaji alam perasaan, orientasi terhadap realitas dan
kemampuan lansia dalam penyelesaian masalahnya.
Perubahan yang umum terjadi antara lain : daya ingat yang menurun.
Proses fikir yang lambat dan adanya perasaan sedih serta merasa kurang
diperhatikan. Hal-hal yang perlu dikaji pada lansia meliputi :
a. Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
b. Apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan
c. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan

13
d. Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak
e. Bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami
f. Apakah mudah untuk menyesuaikan diri
g. Apakah lansia sering mengalami kegagalan
h. Apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll
4. Sosial – ekonomi
Penilaian sosial dilihat dari bagaimana lansia membina keakraban dengan
teman sebaya maupun dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan
lansia dalam organisasi social. Status ekonomi juga turut mempengaruhi
yaitu dari penghasilan yang mereka peroleh.
Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan social ekonomi, hal inipun
terkait dengan harga dirinya. Lansia yang mempunyai penghasilan tentu
merasa dirinya berharga karena masih mampu menghasilkan sesuatu untuk
dirinya sendiri dan orang lain. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
a. Apa saja kesibukan lansia
b. Dari mana saja sumber keuangannya
c. Dengan siapa ia tinggal
d. Kegiatan organisasi social apa yang diikuti lansia
e. Bagaimana pandangan lansia berhubungan dengan orang lain diluar
rumah
f. Siapa saja yang biasa mengunjunginya
g. Seberapa besar ketergantungannya
h. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yg
ada
5. Spiritual
Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang dimiliki manusia
dan sejauhmana keyakinan tersebut dapat menjalankan ibadahnya dengan
baik, keyakinan tersebut benar-benar diresapi dalam kehidupan sehari-hari
ia akan lebih mudah menyesuaikan diri terhadap proses penuaan. yang
perlu dikaji pada lansia :
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya penyantunan anak yatim atau fakir miskin dan
lain-lain
c. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan berdoa
jika menghadapi masalah
d. Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal

14
6. Fisik / biologi
a. gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemasukan makanan yang tidak adekuat
b. gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran /
penglihatan
c. kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan minat dalam
merawat diri
d. resiko cedera fisik : jatuh berhubungan dengan penyesuaian terhadap
penurunan fungsi tubuh tidak adekuat
e. perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang tidak
efektif
f. gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri
g. gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas
atau adanya sekret pada jalan napas
h. gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi dan lain-
lain
7. Psikologis - sosial
a. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak
mampu
b. Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga
c. Depresi berhubungan dengan isolasi sosial
d. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak
e. Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengungkapkan perasaan secara tepat
f. Cemas berhubungan dengan sumber keuangan terbatas.
8. Spiritual
a. Reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal
pasangan
b. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan
ketidaksiapan menghadapi kematian
c. Marah terhadap tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami
d. Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan ibadah secara tepat.

15
B. Perencanaan
Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan
dengan tujuan agar lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat
baik yang melakukan perawatan di rumah maupun dipanti dapat membantu
lansia, sehingga dapat berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan dan kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak tergantung
pada orang lain.
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan
kebutuhan dasar antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Meningkatnya keamanan dan keselamatan
3. Memelihara kebersihan diri
4. Memelihara keseimbangan istirahat / tidur
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif

C. Tindakan keperawatan :
1. Pemenuhan Kebutuhan Nutris
Peran pemenuhan gizi pada lansia adalah untuk mempertahankan
kesehatan dan kebugaran dan memperlambat timbulnya penyakit
degeneratif seperti kerapuhan tulang (osteoporosis) dan penyakit yang
terjadi pada lansia sehingga dapat menjamin hari tua yang sehat dan tetap
aktif. Gangguan nutrisi pada lansia dapat disebabkan oleh factor fisik,
psikologi dan sosial. Penurunan alat penciuman dan pengecapan,
pengunyahan kurang sempurna dan rasa kurang nyaman saat makan
karena gigi geligi kurang lengkap, rasa penuh diperut dan sukar buang air
besar karena melemahnya otot lambung dan usus akan menyebabkan nafsu
makan lansia kurang. Perubahan peran karena tugas-tugas perkembangan
pada lansia menyebabkan timbulnya kecemasan dan putus asa, dapat
menyebabkan lansia menolak makan atau makan berlebihan. Seringkali
keluarga / lingkungan sangat melindungi lansia, tidak memberi
kesempatan untuk menentukan keinginan lansia, hal inipun menyebabkan
ia menolak makan atau makan berlebihan
Masalah gizi yang sering timbul pada lansia adalah :
a. Gizi berlebihan ;Kebiasaan makan banyak waktu muda sukar dirubah.
Apabila pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya
aktivitas dapat menyebabkan berat badan berlebihan. Kegemukan
merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit
jantung, penyempitan pembuluh darah, kencing manis, tekanan darah
tinggi dan sebagainya.

16
b. Gizi berkurang: Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Bila
pemenuhan protein pun berkurang dapat menyebabkan banyak
kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki misalnya : rambut cepat
rontok, daya tahan terhadap penyakit organ tubuh yang vital. Gizi
kurang dapat disebabkan oleh masalah sosial ekonomi gangguan
penyakit, serta ketidaktahuan keluarga akan makanan bergizidan
kebiasaan makanan yang salah dari usia mudah.
c. Kekurangan vitamin : Disebabkan karena kekurangan konsumsi
buahdan sayuran dalam makanannya. Apalagi bila hal ini ditambah
dengan kekurangan protein dalam makanan.
d. Kelebihan vitamin : Sering usia lanjut mencoba bermacam-macam
vitamin tanpa resep dokter, yang sebenarnya tidak mereka perlukan.
Dosis yang berlebihan dari vitamin ini akan terbuang tanpa guna dan
mempertinggi biaya.
2. Meningkatkan keamanan & keselamatan lansia
Kecelakaaan sering terjadi pada lansia antara lain: jatuh, kecelakaan lalu
lintas dan kebakaran. Hal ini berkaitan dengan proses penuaan dimana
fleksibilitas dari kaki mulai berkurang, ditandai dengan timbulnya masalah
mobilisasi akibat nyeri, pada sendi-sendi. Situasi tersebut menyebabkan
usila tidak mampu menyanggah tubuhnya dengan baik.Selain itu
penurunan fungsi pengindaraan dan pendengaran menyebabkan lansia
tidak dapat mengamati situasi sekitarnya,sehingga sering terjadi bahaya
kecelakaan lalu lintas dan luka baker. Selanjutnya, kecelakaan / jatuh
dapat puola akibat lingkungan yang tidak tepat untuk lansia, misalnya
pencahayaan yang kurang, lantai yang licin atau tidak rata, tangga yang
tidak diberi tanda pengaman, kursi atau tempat tidur yang mudah
bergerak.Untuk mencegah resiko kecelakaan diatas, beberapa tindakan
yang harus dilakukan antara lain:
a. Klien / lansia
1) biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan
keselamatan.
2) latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
3) biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur
4) jika klien mengalami masalah fisik, misalnya rematik, gangguan
persyarafan, latih klien untuk berjalan dan latih klien menggunakan
alat bantu berjalan
5) bantu klien berjalan ke kamar mandi, terutama untuk lansia yang
menggunakan obat penenang atau diuretika
6) menggunakian kacamata jika berjalan atau melakukan sesuatu

17
7) usahakan ada yang menemani jika bepergian.
b. Lingkungan
1) tempatkan klien diruangan khusus dekat ke kantor sehingga mudah
di observasi apabila lansia dirawat diruang perawatan lansia
2) letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya
3) gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi
4) letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lansia mudah
menempatkan alat-alat yang selalu digunakan
5) upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah
6) kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lansia yang
menggunakan
7) pasang pegangan dikamar mandi
8) hindari lampu yang redup dan menyilaukan
9) sebaiknya gunakan lampu 70 atau 100 watt
10) jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan klie lansia untuk
memejamkan mata sesaat
11) gunakan sandal atau sepatu yang beralas karet
c. Memelihara kebersihan diri
Akibat proses penuaan, sebagian lansia mengalami kemunduran /
motivasi untuk melakukan perawatan diri secara teratur. Kadang kala
kurangnya perawatan diri pada lansia akibat penurunan daya ingat,
sehingga tidak dapat melakukan upaya kebersihan diri secara tepat dan
teratur. Hal ini juga berkaitan dengan kebiasaan lansia pada usia muda.
Jika usila tersebut pada saat mudanya orangnya rapi, tentu ia akan
tetap melakukan aktivitas perawatan diri dengan baik, perawatan diri
yang kurang dapat pula akibat dari kelemahan atau ketidakmampuan
fisik lansia. Akibat dari proses penuaan kelenjar keringat berkurang
seringkali kulit lansia bersisik dan kering. Upaya yang dilakukan untuk
kebersihan diri antara lain:
1) mengingatkan atau membantu lansia untuk melakukan upaya
kebersihan diri misalnya, cuci rambut, sikat gigi, ganti pakaian, dll.
2) menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang
mengandung miyak atau berikan skin lotion
3) mengingatkan / membantu lansia untuk membersihkan lubang
telinga, mata, dan gunting kuku
d. Memelihara keseimbangan istrahat dan tidur
Pada umunya lansia mengalami gangguan tidur, upaya yang dapat
dilakukan antara lain:
1) menyediakan tempat atau waktu tidur yang nyaman
2) mengatur lingkungan yang cukup, pentilasi bebas dari bau-bauan

18
3) melatih lansia melakukan latihan fisik ringan untuk melancarkan
sirkulasi darah dan melenturkan otot-otot. Latihan fisik ini dapat
dilakukan sesuai hobby, misalnya berkebun, berjalan santai, dll.
4) memberikan minuman hangat sebelum tidur misalnya, susu hangat.
e. Meningkatkan hubungan interpersonal
Masalah yang umum ditemukan pada lansia yaitu daya ingat yang
menurun, pikun, depresi, lekas marah dan mudah tersinggung, curiga.
Hal ini disebabkan karena hubungan inter personal yang tidak adikuat.
Upaya yang dilakukan antara lain:
1) berkomunikasi dengan manusia dengan kontak mata
2) memberikan stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan
yang akan dilakukan
3) menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia
4) memberikan lansia kesempatan untuk mengekspresikan / terhadap
respon verbal dan non verbal lansia
5) melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan
kemampuan lansia
6) menghargai pendapat lansia

D. Diagnosa keperawatan:
Resiko terjadi cedera fisik: jatuh berhubungan dengan penurunan fungsi
penglihatan dan pandangan.
1. Tujuan jangka panjang:
Lansia dapat memelihara kemanan dan keselamatan dan tidak terjadi
trauma fisik
2. Tujuan jangka pendek: setelah tindakan keperawatan, lansia dapat:
a. Mengidentifikasi hal-hal yang mungkin terjadi akibat penglihatan
berkurang
b. Melakukan aktivitas sehari-hari tanpa trauma fisik
E. Intervensi keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Jelaskan penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan
3. Jelaskan kebutuhan, keamanan, dan keselamatan akibat penurunan fungsi
tubuh
4. Ciptakan lingkungan atau ruangan yang cukup penerangan, lantai tidak
licin dan basah
5. Hindari lantai kamar mandi dan wc yang licin dan beri pegangan dan
pasang bel
6. Dekatkan barang-barang keperluannya seperti: kacamata, sikat gigi, alat
cukur, dll.

19
7. Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara penggunaannya bila perlu
bantuan
8. Perhatian khusus pada lansia yang baru dapat jalan belum siap mobilisasi
atau lansia dengan lingkungan baru
9. Ajarkan cara menggunakan alat bantu, pindah / turun dari tempat tidur,
bangun pada malam hari untuk bak
10. Jelaskan efek samping dari obat dan cara-cara minum obat. Ulangi dan
perkuat instruksi dengan instruksi tulisan.
11. Libatkan keluarga dalam perawatan lansia
12. Ulangi penjelasan-penjelasan bila diperlukan dengan kata-kata sederhana
dan spesifik

F. Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun dengan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, perlahan-lahan dan sabar,
ulangi penjelasan yang belum dimengerti.

G. Evaluasi
Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan perlu dikaji respon verbal
dan non verbal lansia / keluarga terhadap tindakan keperawatan yang
dilakukan dengan mengacu pada tujuan. Hasil pengkajian digunakan untuk
menyusun rencana tindak lanjut keperawatan.
Selain asuhan keperawatan individu pada lansia, dapat dilakukan asuhan
keperawatan keluarga lansia, yang ditujukan untuk asuhan keperawatan
keluarga di rumah.

20
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut mekanisme
dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan motilitas usus,
hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
timbul diare pula. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat).

B. Saran
Dalam penulisan masih terdapat banyak kekurangan dan kata-kata yang
kurang dipahami oleh karena itu kritik yang membangu dari pembaca sangat
diperlukan untuk lebih menyempurnakan makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo R.B, Martono H, (2000), Buku Ajar Geriatri, Edisi 2, Balai penerbit
FKUI, Jakarta

Price SA, Lorraine M, (1995), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit, Buku 1, Edisi IV, EGC, Jakarta

Mansjoer a,dkk,(1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Media


Euskulapius FKUI, Jakarta

Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8,
EGC, Jakarta

FKUI, (2000), Kumpulan Makalah Pelatihan Askep Keluarga, Jakarta

Capernito L.J, (2000), Rencana Askep dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2,


EGC, Jakarta

Engram B, (2000), Rencana askep medikal bedah, Edisi !, EGC, Jakarta

Tuker SM et al, (1992),Standard Perawatan Pasien, Vol 2, Edisi V, EGC, Jakarta

Suparman dkk, (1990), Ilmu Penyakit Dalam , Jilid 2, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta

Buku ajar geriatri. Jakarta : balai penerbit fkui gallo, joseph.1998.

Buku saku gerontologi. Jakarta : egc nugroho, wahjudi.2000.

Keperawatan gerontik.jakarta : egc potter & perry.2005.

Buku ajar fundamental keperawatan. Edisi 4.jakarta :egc a.h. markum, 1991,

Buku ajar kesehatan anak, jilid i, penerbit fkui ngastiyah, 997, perawatan anak
sakit, egc, jakarta

Price & wilson 1995, patofisologi-konsep klinis proses-proses penyakit, buku 1,


ed.4, egc, Jakarta

Soetjiningsih 1998, tumbuh kembang anak, egc, jakarta soeparman & waspadji,
1990, ilmu penyakit dalam, jilid i, ed. Ke-3, bp fkui, jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai