Anda di halaman 1dari 44

STRATEGI KOMUNIKASI JABAR SABER HOAKS DALAM

MENGHADAPI BERITA BOHONG DI JAWA BARAT


(Studi Kasus Pada Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Jawa
Barat)

COMMUNICATION STRATEGI OF JABAR SABER HOAKS ON


ENCOUNTERING HOAXES IN WEST JAVA
Case Study on Communication and Information Officials in West Java
Province

Oleh :
Rita Puspita Sari
152050189

USULAN PENELITIAN

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

STRATEGI KOMUNIKASI TIM JABAR SABER HOAKS DALAM


MENGHADAPI BERITA BOHONG DI JAWA BARAT

Studi Kasus Pada Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Jawa


Barat

Oleh :
Rita Puspita sari
152050189

USULAN PENELITIAN
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal

Seperti tertera dibawah ini

Bandung, Februari 2019

Pembimbing,

Dr. H. Deden Ramdhan M.Si. CICP., DBA


KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat

ALLAH SWT, berkat Rahmat dan Hidayah-Nya yang telah meridhoi segala jalan

dan upaya peneliti dapat menyelesaikan Usulan Penelitian yang berjudul

“STRATEGI KOMUNIKASI TIM JABAR SABER HOAKS DALAM

MENGHADAPI BERITA BOHONG DI JAWA BARAT” Program Studi Ilmu

Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung

dengan lancar dan penuh rasa syukur.

Dalam menyusun Usulan Penelitian ini peneliti menyadari bahwa masih

banyak kekurangan-kekurangannya, hal ini disebabkan karena keterbatasan

kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki. Namun atas izin ALLAH SWT

juga berkat usaha, do’a, semangat, bantuan dan bimbingan serta dukungan yang

diterima peneliti secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak,

akhirnya peneliti dapat melaksanakan dan membuat Usulan Penelitian ini.

Berkat usaha, do’a, semangat, bantuan dan bimbingan serta dukungan yang

diterima peneliti secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak,

akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Usulan Penelitian ini. Peneliti mengucapkan

terimakasih kepada Orang tua peneliti dan saudara-saudara peneliti. Kepada teman

baik peneliti M. Kurnia Affandy dan teman seangkatan peneliti yang tidak bisa

disebutkan satu persatu.


Dosen pembimbing peneliti yang terhormat Bapak Dr. H Deden Ramdhan

M,Si, CICP., DBA yang telah banyak memberikan saran dan bimbingannya dalam

penulisan Usulan Penelitian ini serta dosen lainnya yang telah membantu peneliti.

Bandung, Febuari 2019

Peneliti
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Penelitian ........................................................................................

1.2 Identifikasi Masalah .....................................................................................

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................

1.3.1 Tujuan Penelitian .............................................................................

1.3.2 Kegunaan Penelitian ........................................................................

1.3.3 Kegunaan Teoritis ............................................................................

1.3.4 Kegunaan Praktis .............................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Literatur ............................................................................................

2.1.1 Review Penelitian Sejenis ................................................................

2.2 Kerangka Konseptual ...................................................................................

2.2.1 Komunikasi .......................................................................................

2.2.2 Komunikasi Persuasif ......................................................................

2.2.2.1 Fungsi Komunikasi Persuasif .......................................................

2.2.2.2 Teknik-Teknik Komunikasi Persuasif .........................................


2.2.3 Strategi Komunikasi ........................................................................

2.2.3.1 Strategi Komunikasi Dalam Penyusunan Pesan .........................

2.2.3.2 Strategi Komunikasi Dalam Menetapkan Komunikator ...........

2.2.3.3 Strategi Kmunikasi Dalam Penentuan Physical Context............

2.2.3.4 Strategi Komunikasi Dalam Pencapaian Efek ............................

2.3 Kerangka Teoritis .........................................................................................

2.4 Kerangka Pemikiran .....................................................................................

BAB III SUBJEK, OBJEK. DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian ...........................................................................................

3.2 Objek Penelitian ............................................................................................

3.3 Metodologi Penelitian ...................................................................................

3.3.1 Jenis Penelitian .................................................................................

3.3.2 Paradigma Penelitian .......................................................................

3.3.3 Prosedur Pengumpulan Data ..........................................................

3.3.4 Rancangan Analisis Data .................................................................

3.3.5 Kredibilitas dan Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian ..............

3.3.6 Membuka Akses dan Menjalin Hubungan dengan Subjek

Penelitian ...........................................................................................

3.3.7 Lokasi Penelitian ..............................................................................

3.3.8 Jadwal Penelitian..............................................................................


DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konteks Penelitian

Berita bohong atau hoax sangat banyak beredar di Indonesia saat ini.

Biasanya seorang yang menyebarkan berita hoax secara sadar melakukan suatu

kebohongan dan menyebarkan informasi yang tidak benar. Hal ini bertujuan

menggiring opini dan kemudian membentuk persepsi terhadap suatu informasi.

Kata atau istilah hoax muncul pertama kali di kalangan netter Amerika. Kata

hoax didasarkan pada sebuah judul film the hoax. The Hoax adalah sebuah film

drama Amerika yang terbit pada tahun 2006 dan disutradarai oleh Lasse Hallström.

Skenario ditulis oleh William Wheeler, film ini dibuat berdasarkan buku dengan

judul yang sama oleh Clifford Irving dan berfokus pada autobiografi Irving.

Teknologi yang berkembang pesat saat ini membuat berita hoax semakin

mudah disebarkan, dan masyarakat tidak menelaah terlebih dahulu berita atau

informasi yang diterima nya. Pada dasarnya, hoax sebagai sesuatu yang merugikan

memang terletak pada perilaku para pembuat, pengamat, dan penyebar hoax. Bukan

hanya terletak pada berita hoax itu sendiri. Apalah arti berita palsu apabila tak ada

yang memperhatikan. Seburuk apa pun berita hoax, kalau tidak ada peminatnya,

maka hoax akan redam dengan sendirinya. Namun sebaliknya, seremeh


apapun hoax, apabila terus dibagikan, dipublikasikan, dan diulang terus menerus,

maka akan tampak sebagai kebenaran.

Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi

Jawa Barat terdapat beberapa bentuk dan saluran penyebaran berita hoax yang

sering diterima yaitu bentuk tulisan sebanyak 62%, gambar 37.50%, video 0.40%,

dengan saluran penyebaran berita hoax yaitu social media 92.40%, aplikasi chatting

62.80%, situs web 34.90%, televisi 8.70%, media cetak 5%, email 3.10%, dan radio

1.20%. Adapun jenis berita hoax yang sering diterima atau disebarkan berupa:

sosial politik 91.80%, sara 88.60%, kesehatan 41.20%, makanan dan minuman

32.60%, penipuan keuangan 24.50%, informasi dan tekhnologi 23.70%, berita duka

18.80%, candaan 17.60%, bencana alam 10.30%, dan lalu lintas 4%. Selanjutnya

dampak hoax berdasarkan data Diskominfo Provinsi Jawa Barat hampir seluruh

masyarakat menyatakan terganggu dengan adanya berita hoax yaitu sebesar 84.5%,

dengan adanya berita hoax juga dapat mengganggu kerukunan masyarakat yaitu

jawaban yang sangat setuju sebesar 78.90%, dan 70.20% hoax dapat menghambat

pembangunan.

Kurangnya kewaspadaan masyarakat memicu meluasnya berita hoax,

masyarakat yang lalai menjadi sasaran oknum untuk mendukung menyebarluaskan

berita hoax. Sekarang berita hoax tidak lagi bersumber dari surat kabar, melainkan

kini media sosial adalah sumber utama berita hoax, karena hampir 70% informasi

yang didapatkan masyarakat dari media sosial. Berita hoax bisa memicu konflik
yaitu perseteruan antar kelompok dan golongan, bisa mengakibatkan kerugian

moril pihak-pihak tertentu, adanya berita hoax mengancam kerukunan kita semua.

Dampak yang ditimbulkan dari hoax ini yaitu dapat mengacaukan

masyarakat, tidak hanya di dunia maya melainkan di kehidupan nyata sehari-hari.

Banyak kasus yang terjadi akibat hoax, karena banyak oknum yang memang

sengaja memanfaatkan hoax sebagai senjata perang, terlebih seperti tahun politik

saat ini. Hoax adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca atau pendengar

untuk mempercayai sesuatu, padahal seseorang yang menyebar berita tersebut

menyadari bahwa berita tersebut adalah palsu. Berita hoax banyak tersebar di

berbagai media, baik media cetak, maupun media online. Bahkan beberapa media

online mainstream pun banyak mengangkat berita-berita hoax untuk dijadikan

informasi bagi khalayak. Dengan banyaknya berita hoax yang beredar tentu

menimbulkan dampak yang negative bagi masyarakat. Berbagai pihak mencoba

secara terus menerus menanggulagi sebaran hoax termasuk pemerintah. Pada akhir

tahun 2018 gubernur Jawa Barat bapak Ridwan Kamil telah membentuk Jabar

Saber Hoaks, yang dinaungi atau ditanggung jawabkan oleh Dinas Komunikasi dan

Informasi Provinsi Jawa Barat bekerjasamandengan Bapeda Jawa Barat.

Pembentukan Jabar Saber Hoaks ini bertujuan agar bisa mengurangi penyebaran

berita hoax yang ada di Jawa Barat.

Jabar Saber Hoaks berfungsi untuk membasmi berita-berita bohong dan

hoaks yang beredar di Jawa Barat. Jabar Saber Hoaks sebagai kanal pengaduan

masyarakat terhadap berita-berita yang beredar di masyarakat, sebagai tolak ukur


antisipasi hoaks sekaligus media edukasi bagi seluruh warga Jabar dalam

pendidikan literasi digital. Dengan begitu masyarakat akan mendapat informasi

positif dan diharapkan Jawa Barat akan bersih atau terbebas dari berita hoax. Untuk

melindungi masyarakat dari berita yang tidak benar atau hoax, Jabar Saber Hoaks

melakukan strategi komunikasi untuk mengurangi berita hoax di Jawa Barat.

Pada dasarnya, dalam berkomunikasi kita wajib menggunakan etika

komunikasi dengan baik dan benar. Begitupun dalam hal menyebarkan informasi,

harus sesuai dengan fakta, tidak dilebih-lebihkan, tidak dikurangi dan tidak di

putarbalikan dari fakta yang sebenarnya. Komunikasi adalah hal yang sangat

penting bagi kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian yang terpenting

dalam penyampaian pesan untuk mencapai sebuah tujuan. Sehingga, dalam sebuah

komunikasi dibutuhkan sebuah strategi dalam membangun komunikasi yang efektif

dan efisien .

Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common), istilah

komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin yaitu communication

yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Shanon dan Weaver (1949),

menyatakan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang

memopengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan terbatas pada

bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan

tekhnologi. Komunikasi bisa dilakukan oleh orang perorang, kelompok, organisasi,

dan khalayak luas. Setiap komunikator mempunyai strategi cara sendiri untuk

menyapaikan pesan kepada komunikan. Keberhasilan kegiatan komunikasi secara


efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi yang baik, efek, dan

proses komunikasi, bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif.

Strategi adalah proses penentuan rencana dalam penyusunan suatu cara atau

upaya bagaimana suatu tujuan dapat dicapai. Sedangkan komunikasi adalah proses

penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan syarat I’m Ok and

You are Ok. Strategi komunikasi merupakan satu hal yang sangat penting dalam

menentukan pesan-pesan yang ditentukan kepada khalayak. Dalam strategi tersebut

banyak hal yang harus di perhatikan baik dalam bentuk hambatan luar maupun

dalam baik dalam segi situasi maupun kondisi serta keadaan keadaan lainnya yang

berpotensi mempengaruhi proses penyampaian dalam strategi komunikasi. Strategi

komunikasi merupakan suatu hal yang harus diperhatikan karena dalam sebuah

strategi komunikasi hasil yang keluar adalah suatu bentuk opini yang akan

terkonstruksi di dalam benak masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini sebuah strategi

komunikasi secara langsung akan berdampak juga pada proses pembentukan opini

pada masyarakat. Sehingga diketahui bahwa penyampaian pesan dalam sebuah

komunikasi harus disampaikan dengan strategi komunikasi yang benar. Strategi

komunikasi sudah seharusnya dilakukan dalam setiap ruang lingkup, salah satunya

dalam kegiatan praktisi pemerintah di Jawa Barat.

Strategi komunikasi harus juga meramalkan efek komunikasi yang

diharapkan, yaitu berupa penyebaran informasi, melakukan persuasi, dan

melaksanakan intruksi. Dari efek yang diharapkan tersebut, dapat ditetapkan

bagaimana cara berkomunikasi dengan tatap muka dipergunakan apabila kita


mengaharapkan efek perubahan tingkah laku dari komunikan karena sifatnya lebih

persuasif. Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian akan

menjanjikan suksesnya komunikasi, setelah perhatian muncul kemudian diikuti

dengan upaya menumbuhkan minat yang merupakan tingkatan lebih tinggi dari

perhatian. Minat merupakan titik pangkal untuk tumbuhnya hasrat. Seharusnya

seorang komunikator harus pandai membawa hasrat tersebut menjadi suatu

keputusan komunikan untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan oleh

komunikator.

Strategi komunikasi merupakan paduan kegiatan-kegiatan komunikasi yang

dijalankan jelas target yang ingin dicapai dan alokasi sumber daya untuk

mencapainya. Strategi komunikasi menjadi acuan bahan evaluasi kegiatan

sebelumnya sehingga strategi kedepannya menjadi lebih baik. Strategi komunikasi

merupakan dokumen perencanaan. Gagal membuat strategi komunikasi berarti

merencanakan kegagalan komunikasi. Sedangkan komunikasi adalah proses

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dimana

komunikasi melibatkan sejumlah orang dengan tujuan untuk mengubah sikap,

pendapat, atau prilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui

media. Sehingga, dapat disimpilkan bahwa strategi komunikasi merupakan

langkah-langkah yang dilakukan dalam proses penyampaian pernyataan dari

komunikator kepada komunikan dengan maksud mencapai tujuan.


1.2 Identifikasi Masalah

a. Bagaimana strategi komunikasi dalam penyusunan pesan Tim Siber Hoaks

dalam menghadapi berita bohong di Jawa Barat.

b. Bagaimana strategi komunikasi dalam menetapkan komunikator Tim Siber

Hoaks dalam menghadapi berita bohong di Jawa Barat.

c. Bagaimana strategi komunikasi dalam menentukan Physical context Tim

Siber Hoaks dalam menghadapi berita bohong di Jawa Barat.

d. Bagaimana strategi komunikasi dalam pencapaian efek Tim Siber Hoaks


dalam menghadapi berita bohong di Jawa Barat.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai syarat dalam menyelesaikan program strata

satu (S1) konsentrasi Hubungan Masyarakat, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas

Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Pasundan Bandung.

1.3.1 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui strategi komunikasi dalam penyusunan pesan Tim

Siber Hoaks dalam menghadapi berita bohong di Jawa Barat.

b. Untuk mengetahui strategi komunikasi dalam menetapkan komunikator

Tim Siber Hoaks dalam menghadapi berita bohong di Jawa Barat.

c. Untuk mengetahui strategi komunikasi dalam menentukan Physical

context Tim Siber Hoaks dalam menghadapi berita bohong di Jawa

Barat.
d. Untuk mengetahui strategi komunikasi dalam pencapaian efek Tim

Siber Hoaks dalam menghadapi berita bohong di Jawa Barat.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca

lainnya. Dapat memberikan mafaat bagi pengembangan suatu ilmu. Berkaitan

dengan judul penelitian, maka penelitian ini menjadi kegunaan teoritis dan

kegunaan praktis, yang secara umum mampu memberikan manfaat bagi

pengembangan Ilmu Komunikasi khususnya pada bidang Public Relations.

1.3.2.1 Kegunaan Teoritis

a. Sebagai pengembangan Ilmu Komunikasi, dan bidang kajian Public

Relations.

b. Hasil dari penelitian ini menjadi pengetahuan baru mengenai strategi

komunikasi tim cyber hoax Jawa Barat dalam menghadapi berita bohong.

c. Hasil penelitian ini diharapkan juga bisa melengkapi kepustakaan dalam

bidang public relations

d. Menjadi bahan referensi dan informasi bagi pihak yang membutuhkan

khususnya akademisi dan praktisi Public Relations.


1.3.2.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan saran mengenai

Strategi Komunikasi yang merupakan kegiatan untuk menghadapi adanya berita

bohong. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai

kegiatan yang dilakukan oleh Tim Cyber Hoax Jawa Barat dalam menghadapi

bohong di Jawa Barat. Penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan evaluasi bagi

pelaksanaan kegiatan kedepannya.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Literatur

1.2.1 Review Penelitian Sejenis

Untuk penyusunan penelitian ini, peneliti m engambil berbagai sumber sebagai

referensi. Referensi dari buku, jurnal hingga internet. Peneliti juga menemukan

beberapa acuan dari peneliti-peneliti terdahulu sebagai perbandingan dengan

penelitian ini. Berikut adalah beberapa penelitian sejenis yang sesuai dengan

masalah yang akan diteliti:

a. Ainun Nurrahmawati Indah Lestari tahun 2018 Universitas Pasundan

Bandung melakukan penelitian yang berjudul “Strategi Komunikasi

Komunitas Bandung Berdaya Dalam Pengembangan Kewirausahaan”.

Metode yang digunakan kualitatif deskriftif dengan menggunakan teori

strategi komunikasi. Hasil dari penelitian ini yaitu strategi komunikasi yang

dilakukan komunitas bandung berdaya telah dirancang dengan baik, dan

komunitas bisa mencapai tujuannya dalam pengembangan kewirausahaan

b. Sandra Alliyusufi tahun 2013 Universitas Pasundan Bandung melakukan

penelitian yang berjudul “Strategi Komunikasi BNN Mengenai

Penyalahgunaan Narkotika Di Mahasiswa”. Metode yang digunakan

deskriftif kualitatif dengan menggunakan teori strategi komunikasi.


Mengetahui strategi komunikasi BNN terthadap mahasiswa tentang

penyalahgunaan narkoba dengan berbagai cara termasuk sosialisasi dan

melakukan seminar.

Tabel 2.1

Review Penelitian Sejenis

No Nama dan Judul Teori Metode Hasil


Penelitian Penelitian Penelitian

1. Ainun Nurrahmawati Strategi Metode Strategi


Indah Lestari Komunikasi penelitian komunikasi yang
(Arifin) kualitatif dilakukan
“Strategi Komunikasi dengan komunitas bandung
Komunitas Bandung pendekatan berdaya telah
Berdaya Dalam studi kasus dirancang dengan
Pengembangan baik, dan
Kewirausahaan” komunitas bisa
mencapai
tujuannya dalam
pengembangan
kewirausahaan,
Deskriftif
2. Sandra Alliyusufi Strategi Kualitatif Mengetahui
Komunikasi strategi komunikasi
“Strategi Komunikasi (Arifin) BNN terthadap
BNN Mengenai mahasiswa tentang
Penyalahgunaan penyalahgunaan
Narkotika Di narkoba dengan
Mahasiswa” berbagai cara
termasuk
sosialisasi dan
melakukan
seminar.
Modifikasi peneliti (2019)
2.2 Kerangka Konseptual

2.1.1 Komunikasi

Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communication

dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Arti communis di sini adalah

sama dalam arti kata sama makna yaitu sama makna mengenai suatu hal. Kesamaan

makna dalam proses komunikasi merupakan faktor penting karena dengan adanya

kesamaan makna antara komunikan dan komunikator maka komunikasi dapat

berlangsung dan saling memahami.

Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian tersebut, jelas bahwa

komunikasi melibatkan sejumlah orang dimana seseorang menyatakan sesuatu

kepada orang lain. Komunikasi yang dimaksudkan di sini adalah komunikasi

manusia atau dalam bahasa asing human communication yang sering pula disebut

komunikasi sosial atau social communication. Komunikasi manusia sebagai

singkatan dari komunikasi antar manusia dinamakan komunikasi sosial atau

komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia-manusia yang

bermasyarakat komunikasi dapat terjadi. Masyarakat terbentuk dari paling sedikit

dua orang yang saling berhubungan dengan komunikasi sebagai penjalinnya.

Komunikasi adalah suatu kebutuhan pokok bagi setiap manusia.

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial dapat mengisyaratkan

bahwa komunikasi itu sangat penting untuk membangun konsep

dalam diri, untuk mengaktualisasikan diri, untuk kelangsungan


hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, dan terhindar dari

ketegangan dan tekanan antara lain dengan melalui komunikasi yang

menghibur, dan juga untuk memupuk hubungan luas dengan orang

lain (Deddy Mulyana, 2004, h.41).

Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau beberapa kelompok,

organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar

terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Pada umumnya komunikasi

dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

Apabila tidak ada bahasa verbal yang dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih

dapat dilakukan dengan menggunakan gerak – gerik badan, menunjukan sikap

tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu, seperti ini

lah cara yang disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.

Istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi,

yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi

menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara

sama. Komunikasi dapat dilakukan secara langsung maupun menggunakan media.

Contoh komunikasi langsung tanpa media adalah percakapan tatap muka, pidato

tatap muka dan lain-lain sedangkan contoh komunikasi menggunakan media adalah

berbicara melalui telepon, mendengarkan berita lewat radio atau televisi dan lain-

lain.

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis

untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta


pembentukan pendapat dan sikap. Definisi Hovland ini menunjukan bahwa yang

dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi,

melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik

(public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan

peranan yang amat penting.

2.1.2 Komunikasi Persuasif

Persuasif, atau dalam bahasa inggris persuasion, berasal dari istilah bahasa

latin persuasion yang secara harfiah berarti ajakan, bujukan, imbauan, dan lain-lain

yang sifatnya halus dan luwes (Effendy, 1998, h.67).

Komunikasi persuasif merupakan proses penyampaian pesan yang

bertujuan untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain agar mengikuti apa yang

diinginkan oleh komunikator. Komunikasi persuasif sebagai suatu proses, yakni

proses mempengaruhi sikap, pendapat dan prilaku orang lain, baik secara verbal

maupun nonverbal. Proses itu sendiri adalah setiap gejala atau fenomena yang

menunjukkan suatu perubahan yang terus menerus dalam konteks waktu, setiap

pelaksanaan atau perlakuan secara terus menerus. Komunikasi dilakukan karena

adanya suatu tujuan, tujuan komunikasi persuasif adalah untuk mempengaruhi

sikap, pendapat, dan prilaku komunikan. Ada beberapa definisi yang dikemukakan

oleh para ahli:

Komunikasi persuasif adalah proses penyampaian pesan oleh

seseorang kepada orang lain agar berubah sikapnya, opininya dan

tingkah lakunya dengan kesadaran sendiri (Effendy, 2009, h.81).


Persuasif adalah proses komunikatif untuk mengubah kepercayaan,

sikap perhatian, atau prilaku baik secara dasar maupun tidak

dengan menggunakan kata-kata dan pesan non verbal (Soemirat,

Satari dan Suryana, 1999, h.26).

Komunikasi persuasif merupakan kajian khusus ilmu komunikasi yang

menekankan aspek tujuan. Tujuan komunikasi persuasif sebagaimana menurut

(cangara, 2011, h.93) menjelaskan ada dua macam tujuan dalam penggunaan

komunikasi persuasif, yaitu untuk merubah sikap atau kepercayaan komunikan

serta untuk merangsang tindakan. Guna mencapai tujuan tersebut seorang persuader

atau komunikator tentunya harus memiliki peran yang nantinya akan

mempengaruhi pesan. Peran tersebut meliputi kepercayaan (credibility), credibility

merupakan seperangkat persepsi mengenai kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh

persuader sehingga diterima atau diikuti oleh sasaran persuasifnya.

Ada beberapa unsur dalam komunikasi persuasif diantaranya adalah

persuader, persuade, persepsi dan pesan persuasif.

2.1.2.1 Fungsi Komunikasi Persuasif

Menurut Soemirat, Satari dan Suryana, dalam buku komunikasi persuasif

(1999, h.32-33), menyatakan bahwa diketahui ada tiga fungsi utama komunikasi

persuasif yaitu:

1) Control function yaitu control pengawasan yang menggunakan

komunikasi persuasive untuk mengkontruksi pesan dan membangun

citra diri agar dapat mempengaruhi orang lain. Melalui komunikasi


persuasive kita bisa memanfaatkannya untuk berbagai kepentingan baik

kepentingan organisasi dan masyarakat.

2) Consumer protection function yaitu fungsi perlindungan konsumen

merupakan salah satu fungsi komunikasi persuasif melalui pengkajian

komunikasi persuasif yang akan membua kita lebih cermat dalam

menyaring pesan-pesan persuasif yang banyak berkeliaran di sekitar

kita.

3) Knowledge function, yaitu komunikasi persuasif berfungsi sebagai ilmu

pengetahuan yang mana enggan mempelajari komunikasi persuasif, kita

akan memperoleh wawasan tentang peranan persuasi dalam masyarakat

dan dinamika psikologi persuasi.

2.1.2.2 Teknik-Teknik Komunikasi Persuasif

Pelaksanaan teknik komunikasi persuasive antara lain sebagai berikut:

1) Teknik asosiasi, teknik ini adalah penyajian pesan komunikasi dengan cara

menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang menarik

perhatian khalayak.

2) Teknik integrasi, teknik yang berdasarkan kemampuan komunikator untuk

menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan.

3) Teknik ganjaran, disebut juga pay-off technique merupakan kegiatan untuk

mempengaruhi orang lain dengan cara mengiming-iming hal yang

mengntungkan atau menjanjikan harapan.


4) Teknik tataan, menyusun pesan komunikasi sedemikian rupa, sehingga enak di

dengar atau dibaca serta termotivasi untuk melakukan sebagaimana disarankan

oleh pesan tersebut.

5) Teknik red-herring seni seorang komunikator untuk meraih kemenangan

dalam perdebatan dengan mengelakkan argumentasi yang lemah untuk

kemudian dialihkan sedikit demi sedikit ke aspek yang dikuasainya guna

dijadikan senjata ampuh dalam menyerang lawan.

Pelaksanaan komunikasi persuasif juga dapat menggunakan sebuah formula

yang disebut dengan AIDDA. AIDDA merupakan singkatan dari attention

(perhatian), interest (minat), desire (hasrat), decision (keputusan), dan action

(tindakan). Formula ini menjelaskan bahwa untuk menghasilkan suatu tindakan

harus dimulai dengan mencuri perhatian terlebih dahulu (Effendy, 2008, h.22-25).

2.1.3 Strategi Komunikasi

Kata strategi bersal dari bahasa yunani klasik yaitu “strategos”, yang

artinya kepala komandan militer dan merupakan gabungan dari dua kata, yakni

“stratos” yang berarti militer dan “ago” yang berarti untuk memimpin.

(Philosopheryn Jurnal, 2013, para 2).

Strategi merupakan hal penting bagi kelangsungan hidup dari suatu

perusahaan untuk mencapai sasaran atau tujuan yang efektif dan efisien, perusahaan

harus bisa menghadapi setiap masalah-masalah atau hambatan yang dating dari

dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan, dalam pengembangannya konsep strategi harus terus memiliki

perkembangan dan setiap orang mempunyai pendapat atau definisi yang berbeda

mengenai strategi. Strategi dalam suatu dunia organisasi baik pemerintah maupun

swasta sangatlah dibutuhkan untuk pencapaian visi dan misi yang sudah diterapkan

oleh organisasi, maupun untuk pencapaian sasaran atau tujuan, baik tujuan jangka

pendek maupun jangka panjang.

Komunikasi memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan

perubahan masyarakat dan perubahan sosial. Dalam hal ini ide-ide baru, gagasan

baru, teknologi baru disebarkan dan dianjurkan penerimaannya dan penggunaannya

kepada masyarakat, melalui proses komunikasi. Dalam proses komunikasi seperti

inilah yang disebut dengan komunikasi pembaharuan yang sangat memerlukan

perencanaan dan perumusan strategi. Strategi komunikasi harus meramalkan efek

komunikasi yang diharapkan, yaitu berupa, menyebarkan informasi, melakukan

persuasi, melaksanakan intruksi.

Strategi komunikasi adalah perencanaan dan manajemen untuk

mencapai suatu tujuan, tetapi kenyataan lain untuk mencapai tujuan

tersebut, strategi bukan hanya berfungsi seperti peta jalan yang

hanya menunjukkan arah yang akan dituju saja, untuk itu strategi

harus dapat menunjukkan teknik operasionalnya yang harus

dilakukan. Dengan maksud bahwa pendekatan bisa berbeda-beda

sewaktu-waktu tergantung pada keadaan dan kondisi yang sedang

dihadapi (Arifin, 1994, h.10)


Strategi komunikasi terkait elemen komunikasi mulai dari komunikator,

pesan, saluran, penerima, dan pengaruh, dan strategi komunikasi merupakan

kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi yang dirancang untuk

mencapai tujuan. Suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang

tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan

strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga harus

memperhitungkan kondisi khalayak.

Aspek-aspek strategi komunikasi adalah sebagai berikut:

1) Strategi penyusunan pesan

2) Strategi menetapkan komunikator

3) Strategi penentuan Physical context

4) Strategi pencapaian efek (Arifin, 1994, h.51)

2.1.2.3 Strategi Komunikasi dalam Penyusunan Pesan

Pesan merupakan unsur komunikasi yang mempunyai kedudukan yang

sentral dan tidak dapat diabaikan. Pesan yang dikomunikasikan diharapkan

mempunyai respon yang positif untuk menunjukkan bahwa komunikasi itu efektif.

Penyusunan pesan yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam

mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah mampu membangkitkan

perhatian. Dengan pengamatan yang mendalam bahwa sesuatu yang menarik

perhatian itu terdapat pada intensitas dan pokok persoalannya. Suatu pesan hanya

akan menarik perhatian selama ia memberikan harapan atau hal yang ada dan kuat

relevansinya dengan persoalan kebutuhan itu sendiri.


Pesan adalah segala sesuatu yang disampaikan oleh seseorang dalam bentuk

symbol yang dipersepsi dan diterima oleh khalayak dalam serangkaian makna.

Untuk mengelola dan menyusun pesan yang efektif perlu memperhatikan beberapa

hal, yaitu menguasai terlebih dahulu pesan yang akan disampaikan, mempu

mengemukakan argumentasi secara logis, memiliki kemampuan untuk membuat

intonasi bahasa, memiliki kemampuan membubuhi pesan berupa humor untuk

menarik perhatian dan mengurangi rasa bosan pendengar. Dan komunikator harus

mengetahui pesan yang akan disampaikan baik bersifat informative, persuasive atau

bersifat edukatif .

Strategi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penyusunan sebuah

pesan dalam komunikasi. Strategi penting dalam menentukan bagian-bagian yang

seharusnya menjadi pokok-pokok informasi yang akan disampaikan. Strategi

penyusunan pesan juga merupakan hal yang penting dalam menyampaikan sebuah

pesan. Strategi tersebut memudahkan kita untuk menentukan komponen yang

seharusnya menjadi bagian sebuah pesan.

Perumusan dan strategi penyampaian pesan merupakan suatu kegiatan

penting yang menentukan. Pesan yang disampaikan harus tepat, ibarat kita

membidik dan menembak maka peluru yang keluar haruslah sesuai dengan sasaran.

Untuk dapat menyampaikan dan menciptakan pesan yang dapat diterima oleh

sasaran dari komunikasi. Maka isi pesan harus sesuai dengan kerangka referensi

(Frame of Reference) dan kerangka pengalaman (field of experience) merupakan

kerangka psikis yang menyangkut pandangan, pedoman, dan perasaan dari

komunikan yang bersangkutan.


2.1.2.4 Strategi Komunikasi dalam Menetapkan Komunikator

Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang menyampaikan

pesannya kepada orang lain. Unsur yang paling dominan dalam keseluruhan proses

komunikasi untuk mencapai efektivitas adalah komunikator, yaitu mereka yang

menyusun dan melontarkan pesan atau pernyataan umum kepada khalayak.

Komunikator punya peran dalam menentukan efektif tidaknya pesan yang

disampaikan.

Komunikator menjadi sumber dan kendali semua aktivitas komunikasi.

Kecakapan utama yang harus dimiliki oleh seorang komunikator adalah

kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien. Mampu menjaga agar pesan-

pesan yang disampaikan dapat dimengerti dengan jelas. Komunikator harus

memahami kebuthan komunikan. Komunikator harus mampu memberikan pesan

yang sesuai dengan keinginan komunikan agar bisa berhasil.

Dalam memilih komunikator, kredibilitas merupakan faktor utama untuk

mempengaruhi komunikan. Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang

kelebihan yang dimiliki seorang komunikator sehingga bisa diterima oleh target

sasaran.

Kredibilitas seorang komunikator dapat diperoleh dari

kompetensi (competence), sikap (attitude), tujuan (intention),

kepribadian (personality) dan dinamika (dynamism)

(Mccroskey,1996, h. )
Seorang komunikator dalam melakukan komunikasi diantaranya

harus memiliki kredibilitas, dimana yang merupakan komponen-

komponen dari kredibilitas tersebut adalah keahlian dan

kepercayaan. Keahlian ialah kesan yang dibentuk komunikan

tentang komunikator dalam hubungan dengan topik yang

dibicarakan. Komunikator yang dinilai tinggi pada keahlian

dianggap sebagai cerdas, mampu, ahli, tahu banyak,

berpengalaman, terlatih. Kepercayaan adalah kesan komunikator

yang berkaitan dengan wataknya. Apakah komunikator jujur,

tulus, bermoral, adil, sopan dan etis atau ia dinilaisebaliknya

(Rakhmat, 2001, h.260).

Faktor lain yang harus dimiliki oleh seorang komunikator adalah daya tarik,

karena simpati tumbuh karena adanya daya tarik yang ditampilkan seseorang. Daya

tarik pada umumnya disebabkan karena penampilan, cara bicara, sopan santun,

murah senyum, dan postur tubuh. Seorang komunikator harus dapat memahami

dimensi psikologis komunikan. Status komunikator dan komunikan berada dalam

kondisi yang berbeda. Namun antara keduanya merupakan unsur yang memiliki

daya tarik menarik karena kepentingan yang melekat pada dua unsur tersebut.

2.1.2.5 Strategi Komunikasi dalam Penentuan Physical Context

Physical Context berkaitan dengan tempat atau lokasi (place) serta waktu

(time). Penetapan tempat dan waktu memiliki pengaruh yang besar dalam

kesuksesan komunikasi. Pemeliharaan tempat dan waktu yang tidak tepat akan
membuat efek yang diinginkan susah untuk dicapai, bahkan mungkin akan merusak

komunikasi secara keseluruhan. Penetapan lokasi yang tepat pada pelaksanaan

komunikasi berimplikasi pada kemungkinan terjadinya penciptaan efek yang

diinginkan.

Physical context menjelaskan mengenai bagaimana komunikasi

berlangsung dalam sebuah kegiatan penyampaian pesan. Physical context

menjelaskan bagaimana lingkungan mempengaruhi sebuah pesan atau informasi

yang akan disampaikan oleh komunikator.

2.1.2.6 Strategi Pencapaian Efek

Efek adalah salah satu elemen komunikasi yang menentukan hasil akhir

berhasil atau tidaknya komunikasi. Bentuk nyata efek dalam komunikasi adalah

perubahan prilaku atau sikap atau pendapat khalayak, dari pesam yang disampaikan

oleh komunikator. Efek hanya bisa dilihat pada waktu tertentu dan pada fenomena

sosial. Terjadi pada individu-individu dan akhirnya terjadi pada sikap masyarakat.

Efek dari komunikasi juga dapat diketahui dari pergeseran pandangan atau

perhatian, atau sikapnya terhadap masalah yang sedang menjadi perhatian.

Efek sesungguhnya bisa dilihat dari: personal opinion, public

opinion, dan majority opinion. Personal opinion adalah sikap dan

pendapat seseorang terhadap sesuatu masalah tertentu, public

opinion adalah penilaian sosial mengenai sesuatu hal yang penting

dan berarti atas dasar pertukaran pikiran yang dilakukan individu

secara sadar dan rasional, majority opinion adalah pendapat sebagian

terbesar dari public atau masyarakat ( Widjaja, 2000, h.68).


Efek mempunyai pengaruh yang berbeda beda setiap individu atau perorangan,

dan efek mempunyai pemgaruh yang berbeda juga terhadap tiap tingkatan dan juga

tiap waktu. Sebagaimana suatu ide yang menyentuh dan merangsang individu dapat

diterima atau ditolak sesuai dengan tingkatan efek tersebut.

Pada tingkat pengetahuan (knowledge), efek bisa terjadi dalam

bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Perubahan

pendapat itu sendiri terjadi bila terdapat perubahan penilaian

terhadap suatu objek karena adanya informasi yang lebih baru.

Perubahan sikap (attitude) adalah adanya perubahan internal pada

diri seseorang yang diorganisir dalam bentuk prinsip, sebagai hasil

evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu objek baik yang

terdapat didalam maupun diluar dirinya. Sementara perubahan

prilaku ialah perubahan yang terjadi dalam bentuk tindakan. Antara

perubahan sikap dan prilaku terdapat hubungan yang erat, sebab

perubahan prilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap

(Cangara, 2002, h.165).

Bagi sebagian orang mungkin saja akan cepat terlihat efek dari komunikasi.

Tapi sebagian dari orang lain mungkin akan membuntukan waktu yang sangat lama

untuk mengetahui hasil akhir atau efek dari komunikasi yang disampaikannya,

butuh waktu yang lama dan komunikasi yang berulang-ulang agar tervapai efek

komunikasi yang diinginkan.

2.2. Kerangka Teoritis


Penelitian ini menggunakan teori persuasi, istilah persuasi diambil dari istilah

bahasa inggris persuasion yang juga berasal dari bahasa latin “persuasio” persuasi

mengandung bujukan, merayu, meyakinkan dan lain sebagainya. Secara umum

persuasi dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengubah sikap melalui

penggunaan pesan berfokus terutama pada karakteristik komunikator dan

pendengar. Sehingga komunikasi persuasi lebih jelas nya merupakan komunikasi

yang berusaha untuk mengubah penerima melalui penggunaan pesan yang

dilakukan pengirim.

Salah satu tujuan utama PR adalah meyakinkan publik-publik yang menjadi

sasaran organisasinya untuk mengadopsi sikap, opini atau prilaku tertentu. Persuasi

bukan hanya mencoba memanfaatkan kepentingan publik untuk organisasi,

melainkan juga memberi alasan kepada orang-orang mengapa mereka harus

mengadopsi sikap, opini, dan prilaku yang diinginkan oleh komunikator.

Seni persuasi sudah berlangsung ribuan tahun. Aristoteles mengemukakan tiga

aspek dasar persuasi, yakni ethos (source credibility), logos (logical appeals), dan

pathos (emotinal appeals). Ethos memfokuskan pada kredibilitas sumber dalam

penyampaian sebuah pesan. Kredibilitas sumber secara langsung berpengaruh pada

effectiveness appeal (daya tarik). Logos merujuk pada appeals berdasarkan alasan

yang logis. Argumen-argumen ini biasanya terdiri dari fakta-fakta dan gambaran-

gambaran. Pathos merujuk pada argumen yang didasarkan pada emosi,

membangkitkan perasaan-perasaan, seperti rasa takut, salah, amarah, humor atau


haru. Komunikator menggunakan appeals untuk membangkitkan motif

sekelompok orang agar berpikir dan bertindak tentang sesuatu.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan pemetaan (mid maping) yang dibuat dalam

penelitian untuk menggambarkan alur piker peneliti. Berdasarkan tujuan penelitian

ini yaitu untuk mengetahui strategi komunikasi Jabar Saber Hoaks dalam

menghadapi berita bohong di Jawa Barat.

Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2
STRATEGI KOMUNIKASI JABAR SABER HOAKS DALAM
MENGHADAPI BERITA BOHONG DI JAWA BARAT

STRATEGI KOMUNIKASI TEORI PERSUASI


- STRATEGI PENYUSUNAN PESAN - ETHOS ( SOURCE CREDIBILITY)
- STRATEGI MENETAPKAN KOMUNIKATOR - LOGOS (LOGICAL APPEALS)
- STRATEGI PENENTUAN PHYSICAL CONTEXT - PATHOS (EMOTIONAL APPEALS)
- STRATEGI PENCAPAIAN EFEK

MASYARAKAT JAWA BARAT


Gambar 2.2

STRATEGI KOMUNIKASI JABAR SABER HOAKS DALAM


MENGHADAPI BERITA BOHONG DI JAWA BARAT

TEORI PERSUASI
(XXXXX)

STRATEGI KOMUNIKASI

STRATEGI STRATEGI STRATEGI STRATEGI


PENYUSUNAN MENETAPKAN PENENTUAN PENCAPAIAN EFEK
PESAN KOMUNIKATOR PHYSICAL CONTEXT
BAB III

SUBJEK, OBJEK, DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Sujek Penelitian

Subjek penelitian adalah seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin

diperoleh keterangan. Subjek dala penelitian ini adalah JSH (Jabar Saber Hoaks)

pada Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Jawa Barat.

JSH adalah tim yang dibentuk oleh gubernur Jawa Barat pada akhir tahun

2018, dibentuknya tim Jabar Saber Hoaks ini bertujuan untuk mengatasi masalah

hoax yang ada di Jawa Barat.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang ingin diketahui atau diteliti dari subjek

penelitian. Objek dari penelitian ini adalah Strategi Komunikasi Jabar Sabe Hoaks

dalam menghadapi berita bohong di Jawa Barat.

3.3 Metodologi Penelitian

3.3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif yang

menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa.

Sementara itu “penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan

sedalam-dalamnya” (Kriyantono dalamTunshoring, 2006, h.73) dan lebih


mementingkan makna dan tidak ditentukan oleh kuantitas. Data yang sudah

diperoleh berwujud kata-kata dalam kalimat atau gambar yang mempunyai arti dari

sekedar angka dan jumlah. Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa kata-

kata, gambar dan bukan angka-angka.

3.3.2 Paradigma Penelitian

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia

nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Paradigma menunjukkan apa yang penting, abash, dan masuk akal. Paradigma juga

bersifat normative. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah

paradigma konstruktivis

3.3.3 Prosedur Pengumpulan Data

Guna mendapatkan data sebagai bahan penelitian, diperlukan data yang

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya serta relevan dengan permasalahan

yang ada. Pengumpulan data merupakan langkah yang strategis dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui

teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang detetapkan. Pada penelitian ini telah menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data yaitu:

1) Observasi

Sebagai metode ilmiah observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi


merupakan upaya pengamatan yang dilakukan oleh pelaksana penelitian kualitatif

untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi dengan menggunakan

alat bantu atau tidak (Basrowi dan Suwandi, 2008, h.99). Pengamatan, pengawasan

terhadap perbuatan (kegiatan,keadaan) orang lain, perbuatan mengamati dengan

penuh untuk melihat dunia sebagaimana yang dilihat dari subjek penelitian.

Pengamatan yang memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan

dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data.

2) Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara

mengajukan daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap informan.

Menurut rusadi Ruslan (2003, h.23), ada dua cara dalam melakukan wawancara,

pertama yaitu dengan wawancara langsung secara tatap muka antara peneliti

sebagai pihak yang memberikan pertanyaan dengan informan yang memberikan

jawaban berupa data untuk proses penelitian. Kedua adalah melalui telepon yang

tidak mengharuskan kedua belah pihak untuk saling melakukan tatap muka.

Pada tahap pengumpulan data ini, peneliti sudah menentukan informan

sebagai sumber informasi terkait dengan berita hoax yang ada di Jawa Barat, yaitu

tim Jabar Saber Hoaks (JSH) pada Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Jawa

Barat. Penentuan informan ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam

menggali informasi. Karena informan yang telah ditentukan termasuk kedalam

kategori yang mampu memberikan informasi tentang topik penelitian yang sudah

saya tentukan.
3) Studi Pustaka

Tahap pengumpulan data melalui studi kepustakaan berguna dalam mencari

referensi mengenai penelitian. Tahap ini dilakukan untuk mencari data atau

informasi perusahaan yang berkaitan dengan apa yang diteliti melalui membaca

jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan publikasi yang tersedia (Rusadi

Ruslan, 2003, h.31). Dalam melakukan studi kepustakaan, peneliti telah mengambil

bahan dari buku-buku yang sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian,

publikasi-publikasi yang menambah data.

4) Studi Dokumentasi

Menurut Basrowi dan Suwandi, (2008, h.158) “Metode dokumentasi adalah

suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari data yang sudah ada atau

tersedia”. Dokumentasi bertujuan untuk memperkuat gambaran lapangan bagi

peneliti. Dokumentasi dapat menjadi bukti otentik tentang keabsahan penelitian

yang dilakukan. Dokumentasi dapat berupa foto ataupun video dilapangan, laporan

kegiatan, buku, surat kabar, dan data lain yang terkait dengan Strategi Komunikasi

Jabar Saber Hoaks dalam menghadapi berita bohong yang ada di Jawa Barat.

3.3.4 Rancangan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan analisis model Miles & Huberman dalam buku Metode
Penelitian Kualitatif (Moleong, 2002, h.287), dimana dijelaskan mengenai tahapan-

tahapan dalam menganalisis data, yaitu sebagai berikut:

1) Pengumpulan Data

Yaitu tahap pengumpulan data yang didapatkan peneliti melalui cara observasi,

wawancara, studi pustaka dan studi dokumentasi.

2) Reduksi data (Reduction)

Reduksi data yaitu proses penyeleksian, penggolongan, perangkuman dan

pemilihan semua data atau informasi dari lapangan yang telah diperoleh dari hasil

proses wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi terkait dengan judul

penelitian. Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang

terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi,

dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting. Data hasil

dari pemilihan ini akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil

pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai

tambahan atas data sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.

3) Penyajian Data

Setelah mereduksi data langkah selanjutnya yaitu penyajian data. Ada berbagai

bentuk teknik penyajian data dalam penelitian kualitatif, seperti bentuk table,

grafik, dan sejenisnya. Penyajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah

penelitian yang dijadikan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga yang tersaji

adalah pemaparan mengenai kondisi yang menjelaskan serta menunjukkan

permasalahan yang ada. Penyajian data dilkukan untuk memudahkan dalam


membaca dan menarik kesimpulan, sehingga penelitian ini mampu menjadi

referensi untuk penelitian selanjutnya.

4) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu tahapan penting yang harus dilakukan oleh

peneliti, karena pada tahap ini peneliti melakukan interpretasi secukupnya terhadap

data yang telah disusun untuk menjawab rumusan masalah sebagai hasil

kesimpulan.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada

tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.3.5 Kredibilitas dan Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian

Sebuah penelitian harus mengandung nilai terpercaya dan peneliti harus

mampu mempertanggung jawabkan penelitian tersebut dan meyakinkan kepada

khalayak tentang kebenaran dari hasil penelitiannya.

Pada penelitian kualitatif, ukuran tepat, sesuai dan konsisten suatu

rancangan, metode dan hasilnya bergantung pada integritas kredibilitas peneliti

yang ditentukan oleh pemahamannya akan penelitian kualitatif, latar belakang

pendidikan dan pengalaman serta mentalitas kejujuran peneliti.


Pertanggung jawaban penelitian kualitatif berada pada cara-cara

memperoleh kepercayaan suatu penelitian yang mana penelitian itu dilaksanakan

dengan penerapan metode yang tepat dan prosedur yang konsisten dan hasilnya

memberikan manfaat kepada pengembangan ilmu dan praktik terbaik.

3.3.6 Membuka Akses dan Menjalin Hubungan Dengan Subjek Penelitian

Sebelum melakukan pengajuan judul kepada dosen pembimbing, peneliti

terlebih dahulu mendatangi kantor Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Jawa

Barat untuk mensurvei atau melakukan permohonan penelitian, karena peneliti

ingin melakukan penelitian tentang hoax jadi subjek yang diambil yaitu tim Jabar

Saber Hoaks.

Kemudian peneliti mencari dan memastikan apakah informan bersedia

untuk diwawancarai atau tidak. Selanjutnya peneliti menjelaskan tentang apa yang

akan dianalisis untuk memenuhi data laporan. Setelah informan menyetujui untuk

ikut terlibat dalam penelitian maka yaitu siap untuk di wawancarai, maka peneliti

dan informan menentukan waktu dan jadwal yang akan dilakukan untuk

wawancara.

3.3.7 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertempat di kantor Dinas

Komunikasi dan Informasi Provinsi Jawa Barat jalan No.55, Lb. Silliwangi,

coblong, Kota Bandung, Jawa Barat.

3.3.8 Jadwal Penelitian


Jadwal penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Waktu
NO Nama Kegiatan
Januari februari Maret April

1. Penjajagan 20 11

2. Penyusunan Usulan Penelitian 15 10

3. Seminar Usulan Penelitian 11

4. Pengumpulan Data

5. Analisis Data

6. Penyusunan Laporan
DAFTAR PUSTAKA

Philosopheryn Jurnal. (2013). Komunikasi Politik. Diperoleh melalui

philosopheryn.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai