Anda di halaman 1dari 20

Pokok Pembahasan :

1. Prinsip – Prinsip Pengungkapan

2. Catatan Atas Laporan Keuangan

3. Pengungkapan Transaksi atau Kejadian Khusus

4. Laporan Interim

5. Pelaporan Peramalan dan Proyeksi Keuangan

PEMBAHASAN

1. PRINSIP – PRINSIP PENGUNGKAPAN

Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure principle) atau prinsip keterbukaan adalah
menyajikan semua informasi dalam laporan keuangan yang dapat memengaruhi pemahaman
pembaca. Penafsiran atas prinsip ini sangat subyektif dan berpotensi menyebabkan terlalu
banyak informasi yang disajikan. Oleh karena itu, prinsip materialitas digunakan agar hanya
mengungkapkan informasi tentang peristiwa yang mungkin berdampak material terhadap
posisi atau hasil keuangan entitas.

Pengungkapan dapat mencakup hal-hal yang belum dapat dihitung secara tepat, seperti
sengketa pajak dengan Pemerintah atau litigasi dengan pihak lain. Pengungkapan penuh juga
berarti bahwa kita harus selalu melaporkan kebijakan akuntansi yang ada, serta perubahan
atas kebijakan tersebut (misalnya, perubahan metode penilaian aset atau metode
depresiasi), transaksi non-moneter yang terjadi, hubungan dengan pihak afiliasi bisnis yang
memiliki volume transaksi signifikan, jumlah aset diagunkan, jumlah kerugian material yang
disebabkan oleh biaya yang lebih rendah dari nilai pasar, uraian tentang kewajiban
penghentian pengoperasian aset, fakta dan keadaan yang menyebabkan penurunan goodwill,
dll.

Skinner menarik perhatian pada beberapa masalah yang sebaiknya menjadi subjek
dari pengungkapan penuh:

1. Rincian dari kebijakan dan motode akuntansi, terutama ketika penilaian


dibutuhkan dalam penerapan metode akuntansi, ketika metode tersebut bersifat
khusus bagi entitas pelaporan tersebut, atau ketika metode akuntansi alternatif
dapat digunakan,
2. Informasi tambahan untuk membantu dalam analisis investasi atau untuk
mengindifikasikan hak dari berbagai pihak yang memiliki klaim atas entitas
pelaporan,
3. Perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan akuntansi atau metode
penerapannya dan dampak dari perubahan semacam itu,
4. Aktiva, kewajiban,biaya dan pendapatan yang dihasilkan dari transaksi dengan
pihak-pihak yang memiliki kepentingan pengendalian atau dengan direktur atau
pejabat yang memiliki hubungan istimewa dengan entitas pelaporan tersebut,
5. Aktiva, kewajiban, dan kewajiban kontinjen,
6. Transaksi keuangan atau non operasi lainnya yang terjadi setelah tanggal neraca
yang memiliki dampak material terhadap posisi keuangan entitas tersebut
sebagaimana diindikasikan dalam laporan akhir tahun.

 Prinsip konservatisme

Prinsip konservatisme (conservatism principle) adalah suatu prinsip


pengecualian atau modifikasi dalam hal bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai
batasan terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan andal.Prinsip
konservatisme mengharuskan bahwa bahwa akuntan menampilkan sikap pesimistis
secara umum ketika memilih teknik akuntansi untuk pelaporan keuangan.
Konservatisme adalah nilai yang dijunjung tinggi di masa lalu dibandingkan di masa
ini. Nilai tersebut mengarah pada provinsi atau kewajiban atau keduanya yang arbitrer
dan tidak konsisten.

Konservatisme saat dipandang lebih sebagai pengguna telah mengurangi


ketergantungan pada konservatisme. Konservatisme saat ini lebih dipandang sebagai
pedoman untuk diikuti dalam situasi luar biasa, dan bukan sebagai aturan umum
untuk diterapkan secara kaku dalam semua situasi.

 Prinsip materialitas

Prinsip materialitas ( materiality principle) adalah suatu prinsip pengecualian


atau modifikasi. Prinsip tersebut menganggap bahwa transaksi dan memiliki kejadian
dampak ekonomi yang tidak signifikan dapat ditangani dengan sangat cepat, tanpa
memperdulikan apakah hal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum atau tidak. Materialitas berfungsi sebagai pedoman implicit bagi akuntan
dalam hal apa yang sebaiknya diungkapkan dalam laporan keuangan, sehingga
memungkinkan akuntan tersebut untuk memutuskan apa yang tidak penting atau apa
yang tidak jadi masalah berdasarkan biaya pencatatan, akurasi laporan keuangan, dan
relevansi bagi pengguna.

Pedoman atau kriteria yang akan digunakan dalam menentukan materialitas


sangat dibutuhkan.dua kriteria yang telah direkomendasikan adalah : Pendekatan
ukuran (size approach), mengaitkan ukuran dari transaksi ke variable relevan lainnya
dan Pendekatan kriteria prubahan ( change criterion approach), mengevaluasi dampak
dari suatu transaksi terhadap tren atau oerubahan antar periode akuntansi.

Faktor-faktor lain termasuk yang dinyatakan dibawah ini harus


dipertimbangkan dalam membuat keputusan mengenai materialitas. Hakikat dari
transaksi tersebut,apakah transaksi itu adalah:

1. Suatu faktor yang masuk dalam penentuan laba bersih;


2. Tidak biasa atau luar biasa;
3. Kentijen terhadap suatu kejadian atau kondisi;
4. Dapat ditetapkan berdasarkan pada fakta dan situasi sekarang’
5. Diharuskan oleh undang-undang atau peraturan.

Jumlah dari transaksi itu sendiri,dalam hubungannya dengan:

1. Laporan keuangan secara keseluruhan;


2. Total dari akun dimana transaksi tersebut merupakan,atau sebaiknya
merupakan,bagiannya;
3. Transaksi-transaksi yang berhubungan;
4. Jumlah terkait pada tahun sebelumnya atau jumlah yang diperkirakan di tahun-
tahun mendatang.

 Prinsip Keseragaman dan komparabilitas

Tujuan yang diinginkan adalah untuk mencapai komparabilitas laporan


keuangan dengan mengurangi keragaman yang diciptakan oleh penggunaan prosedur
akuntansi yang berbeda oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda. Dukungan utama
untuk Keseragaman (uniformity) adalah klaim bahwa hal itu akan:

1. Mengurangi keragaman penggunaan prosedur akuntansi dan ketidakcukupan


praktik-praktik akuntansi;
2. Memungkinkan perbandingan yang berarti atas laporan keuangan dari
perusahaan yang berbeda;
3. Memperbaiki kepercayaan pengguna dalam laporan keuangan;
4. Mengarah pada intervensi dan peraturan pemerintah mengenai praktik
akuntansi.

Dukungan utama untuk fleksibilitas (flexibility) adalah klaim bahwa:

1. Penggunaan prosedur akuntansi yang seragam untuk mencerminkan transaksi


yang sama yang terjadi dalam banyak kasus memiliki risiko menyembunyikan
perbedaan yang penting antar kasus;
2. Komparabilitas adalah suatu cita-cita yang bersifat utopia; “ hal tersebut tidak
dapat dicapai dengan mengadopsi aturan-aturan tetap yang tidak cukup
mempertimbangkan situasi factual yang berbeda”
3. “perbedaan dalam situasi” atau : variable situasi” membutuhkan perlakuan
yang berbeda,sehingga pelaporan eprusahaan dapat menanggapi situasi
dimana transaksi dan kejadian terjadi.

Kedua prinsip tersebut gagal karenaposisi ekstrem mereka terhadap masalah


pelaporan keuangan.

 Ketetapan waktu dari laba dan konservatisme akuntansi

Ketetapan waktu dari laba akuntansi (timelines of accounting earnings) telah


didefinisikan sebagai sejauh mana laba akuntansi periode sekarang memasukkan laba
ekonomi periode sekarang. Sementara laba ekonomi ( economic income) dan laba
akuntansi ( accounting income) yang dijumlahkan selama umur dari perusahaan
adalah identik,keduanya berbeda dalam jangka pendek.

 Kebenaran Dalam Akuntansi

Kurangnya keprihatinan akan kebenaran dalam akuntansi selalu menjadi


masalah utama dalam literature akuntansi.MacNeal bersikap terlalu keras terhadap
akuntansi, dengan adanya kemungkinan dan kemustahilan akan kebenaran dalam
akuntansi. Dengan menunjukkan bahwa ide mengenai kebenaran dalam akuntansi
paling baik merupakan suatu ide normatif yang memiliki sedikit kemungkinan untuk
diterapkan dalam akuntansi.

 Pemikiran mengenai kebenaran dalam filosofi


Kebenaran berkaitan dengan pelaporan dari kejadian atau terdapatnya kondisi
masalah. Perbedaan dapat dibuat antara kebenaran dan kepalsuan proposisi
serta keyakinan orang mengenai keduanya. Kebenaran dapat dinyatakan
secara berbeda:

 Hal itu dapat berupa kebenaran sebagai kesesuaian ketika proposisi


tersebut adalah benar jika sesuai fakta,
 Hal itu dapat berupa kebenaran sebagai koherensi ketika proposisi
tersebut adalah benar karena koheren dengan proposisi lain.
 Hal itu dapat berupa kebenaran sebagai apa yang berlaku,
mengimplikasikan bahwa proporsi yang benar adalah yang berlaku.

 Kemungkinan akan kebenaran dalam akuntansi


1. Kebenaran sebagai netralitas

Untuk dapat melaporkan kebenaran, akuntansi perlu


menghindari dimasukkannya bias. Untuk menghindari dimasukkannya
bias dalam pengetahuan,gambaran dan komunikasi fakta,akuntan
diharapkan bersikap netral.Karakteristik penting dari informasi yang
disediakan adalah bebas dari bias atau netral. Netralitas (Neutrality)
dianggap sebagai karaktertik kualitatif penting dari informasi
akuntansi.

2. Kebenaran sebagai objektivitas

Untuk memnetapkan akurasi dari atribut-atribut yang


diukur,akuntan telah mengandalkan prinsip objektivitas sebagai suatu
cara untuk membenarkan prosedur pilihan mereka. Tetapi objektivitas
(objectivity) telah memperoleh paling tidak 4 arti yang tidak mungkin:
(1) pengukuran yang impersonal atau berada diluar pikiran dari orang
yang melakukan pengukuran, (2) pengukuran yang didasarkan pada
bukti dapat diverifikasi, (3) pengukuran berdasarkan suatu kesepakatan
dari para ahli yang memiliki kualifikasi, dan (4) kecilnya penyebaran
statistik dari pengukuran atribut ketika dilakukan oleh pengukur yang
berbeda.

3. Kebenaran,Objektivitas dan keandalan


Keandalan mengacu pada kualitas yangmemungkinkan
pengguna data untuk mengandalkannya dengan penuh keyakinan
sebagai perwakilan dari apa yang diwakili oleh data tersebut. Dengan
demikian keandalan informasi tergantung pada tingkat kejujuran dalam
penyajian suatu kejadian. Keandalan = Objektivitas + Bias

4. Kebenaran, Objektivitas dan kekerasan

Bagian ini adalah perbandingan antara berbagai kelompok


akuntan yang berbeda. Hubungan tersebut adalah antara objektivitas
dengan tingkat kekerasan (hardness).Objektivitas dalam kasus ini
adalah tingkat kesepakatan yang tinggi antara beragam kelompok
akuntan,dalam pengertian bahwa kelompok akuntan berbeda, dengan
adanya netralitas mereka dalam hal kepentingan mereka atas hasil
pengukuran tersebut. Tetapi tingkat kekerasan mengasumsikan
lingkungan kompetitif yang sedemikian rupa sehingga insentif yang
berbeda dapat mendorong kelompok akuntan yang berbeda untuk
menghasilkan kelompok ukuran yang berbeda.

5. Kebenaran dan peran Akuntansi

Jenis kebenaran yang disampaikan dalam praktik dan wacana


akuntansi dapat bersifat kontinjem terhadap peran yang sebenarnya
diaminkan oleh akuntansi dalam organisasi. Tentu dsaja terdapat peran
tradisional sebagai alat bantu yang berguna bagi pengambilan
keputusan yang rasional dengan pandangan untuk mengukur yang
efisiensi dan efektivitas organnisasional. Literature memberikan
perbedaan antara peran informasi akuntansi akuntansi yang rill atau
actual secara tradisional dan yang didukung secara nontradisional yang
menyarankan jenis kebenaran yang berbeda yang disampaikan oleh
informasi akuntansi.

6. Mustahilnya kebenaran dalam akuntansi

Kebenaran dalam akuntansi mengimplikasikan kebutuhan untuk


menghindari kerahasiaan. Kerahasiaan (secrecy) adalah tindakan
menutupi fakta atau menahan informasi mengenai hal tersebut atau
bukti mengenai hal tersebut agar tidak sampai ke public yang
berkepentingan yang dapat memperoleh manfaat dari mengetahui hal
tersebut.pertimbangan moral bertentangan dengan kerahasiaan. Telah
dinyatakan dengan jelas bahwa kebenaran dalam akuntansi adalah cita-
cita yang mustahil; cita-cita tersebut tidaklah dapat dicapai. Kebenaran
itu ada apabila didekati dengan kriteria seperti
netralitas,objektivitas,keandalan dan atau kekerasan serta beradaptasi
dengan peran akuntansi yang berbeda dan scenario dimana
kemustahilan kebenaran terdapat dalam kasus yang melibatkan
pengukuran,alokasi biaya dan lain-lain.aturan yang dibuat oleh manusia
dalam akuntansi tergantung pada proses penilaian baik bagi
penyusunan maupun penggunaan informasi akuntansi

2. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN


Catatan merupakan alat akuntan untuk merinci atau menjelaskan pos-pos yang disajikan
dalam batang tubuh laporan keuangan. Informasi yang berkaitan dengan pos-pos spesifik dari
laporan keuangan dapat dijelaskan dalam istilah kualitatif, dan data pelengkap yang bersifat
kuantitatif dapat disediakan untuk memperluas informasi dalam laporan keuangan.

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan alat akuntan untuk merinci atau menjelaskan pos-
pos yang disajikan dalam batang tubuh laporan keuangan. Dimana catatan ini berfungsi
sebagai penjelas pada laporan keuangan yang detail dan angka-angkanya tidak bisa
diungkapkan dalam sebuah laporan keuangan. Penyajian dalam catatan ini bisa berupa
penjelasan kualitatif maupun kuantitatif yang bermanfaat untuk memperluas laporan
keuangan yang disajikan. Bagian-Bagian dari Catatan Atas Laporan Keuangan

1. Bagian Pertama; berisi tentang gambaran umum perusahaan yang terdiri dari beberapa
hal seperti riwayat pendirian perusahaan, penawaran umum efek perusahaan, serta
nama anggota direksi dan dewan komisaris dan jumlah karyawan perusahaan.

2. Bagian Kedua; ikhtisar kebijakan akuntansi yang mengungkapkan dasar yang


digunakan untuk mengukur dan menyusun laporan keuangan serta kebijakan
akuntansi terhadap setiap peristiwa dan transaksi penting dalam perusahaan.

3. Bagian Ketiga; mengungkapkan akun-akun dalam laporan keuangan, seperti akun-


akun dalam laporan laba rugi ataupun pada akun-akun pada laporan posisi keuangan,
serta segala informasi penting lainnya yang harus dirincikan tentang akuntasi
perusahaan. Hal ini juga termasuk rekonsiliasi antara prinsip akuntansi di Indonesia
yang berbeda dengan negara lain. Informasi semacam ini diperlukan oleh perusahaan
tertentu yang akan menjalin kerja sama dengan perusahaan asing atau kepentingan
lainnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK),
laporan keuangan perusahaan menjadi lebih transparan serta mudah dipahami oleh orang
awam sekalipun. Tentunya dengan catatan bahwa seluruh isi/ungkapan Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK) ditulis dengan rinci dan detail.

Contoh CALK perusahaan jasa keuangan berikut ini:

Contoh CALK perusahaan dagang keuangan berikut ini:

Contoh CALK perusahaan manufaktur keuangan berikut ini:


3. PENGUNGKAPAN TRANSAKSI ATAU KEJADIAN KHUSUS

Transaksi pihak yang terkait, kesalahan danj ketidakwajaran, serta tindakan melawan
hukum merupakan masalah yang sensitif dan sulit. Akuntan/auditor yang bertanggung jawab
atas pelaporan jenis transaksi ini harus sangat berhati-hati untuk memastikan keseimbangan
antara hak perusahaan pelapor dan kebutuhan pemakai laporan keuangan.

Transaksi pihak yang terkait terjadi apabila suatu perusahaan melakukan transaksi dimana
salah satu pihak yang melakukan transaksi itu mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi
kebijakan pihak lainnya secara signifikan, atau dimana pihak yang tidak terlibat dalam
transaksi mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan kedua pihak yang
melakukan transaksi.

Seorang akuntan diharapkan untuk melaporkan substansi ekonomi dan bukannya format
hukum dari transaksi tersebut serta membuat pengungkapan yang memadai. FASB Statement
No. 57 mengharuskan pengungkapan berikut untuk transaksi pihak terkait yang material :

1. Sifat hubungan pihak yang terlibat.

2. Uraian tentang transaksi untuk setiap periode dimana laporan laba rugi disajikan.

3. Jumlah uang yang terlibat dalam transaksi untuk setiap periode di mana laporan laba rugi
disajikan

4. Jumlah yang terhutang dari atau kepada pihak terkait pada setiap tanggal neraca yang
disajikan

Banyak perusahaan terlibat dalam transaksi pihak terkait. Namun, kesalahan,


ketidakseimbangan, dan aksi illegal adalah kasus luar biasa alih-alih kasus umum dalam
transaksi seperti ini.

Kesalahan (errors) didefinisikan sebagai kesalahan yang tidak disengaja, sedangkan


ketidakwajaran adalah distorsi laporan keuangan yang disengaja. Jika kesalahan ditemukan,
maka laporan keuangan harus dikoreksi.

Tindakan melawan hukum mencakup hal-hal seperti kontribusi politik yang illegal,
praktek suap, pemberian komisi, serta pelanggaran hukum dan peraturan lainnya. Dalam
situasi ini, seorang akuntan/auditor harus mengevaluasi kelayakan pengungkapan dalam
laporan keuangan.

4. LAPORAN INTERIM

 Pendahuluan
Umumnya, laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan bisnis adalah tahun fiskal
penuh. Beberapa perusahaan mengeluarkan laporan keuangan untuk periode akuntansi
interim sebagai bagian dari tahun fiskal. Laporan keuangan interim dikembangkan
berdasarkan pandangan yang menganggap laporan keuangan interim sebagai bagian integral
dengan periode tahunan Pada dasarnya, laporan keuangan interim menyediakan informasi
mengenai kondisi perusahaan kurang dari satu tahun. Laporan tersebut biasanya diterbitkan
setiap tiga bulan dan biasanya berisi informasi kumulatif dari awal tahun sampai dibuatnya
laporan tersebut. Menurut IAI, laporan keuangan interim harus dipandang sebagai bagian
yang integral dari periode tahunan yang dapat disusun baik secara bulanan, kwartalan atau
semesteran dan didalamnya harus mencakup semua komponen laporan keuangan sesuai
standar akuntansi keuangan. Karakteristik kualitatif informasi keuangan adalah tepat
waktu. Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai salah
satu dasar pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari kelambatan pengambilan
keputuasan. Pernyataan ini berlaku untuk perusahaan yang diwajibkan menyajikan laporan
keuangan interim oleh peraturan perundangan yang berlaku, misalnya pasar modal dan lain-
lain. Untuk industri yang telah diatur dalam standar akuntansi keuangan industri yang secara
khusus,misalnya perbankan, maka harus mengikuti standar khusus tersebut

 DEFINISI

 Pengertian Pelaporan Interim


Periode interim merupakan suatu periode yang jangka waktunya kurang dari satu
tahun keuangan penuh. Interim diadaptasi dari bahasa inggris yakni, interim yang
didefinisikan sebagai berikut :

Intended to last for only a shortime until something more permanent is found (Oxford
Advanced Learner’s). Mengacu kepada yang terakhir dalam waktu dekat sampai sesuatu
yang permanen ditemukan.
Laporan keuangan interim (interim financial report) adalah suatu laporan keuangan
yang berisi seperangkat pernyataan lengkap atau seperangkat laporan keuangan ringkas untuk
satu periode interim (Ankarath,2012:264). Periodisitas suatu laporan keuangan dapat berupa
kwartalan dan semester.

Pelaporan Interim Menurut PSAK no.3 (2010), tentang laporan keuangan interim
merevisi. Laporan keuangan interim merupakan laporan keuangan yang berisi baik laporan
keuangan lengkap atau laporan keuangan ringkas suatu periode interim. Periode interim
adalah suatu periode laporan keuangan yang lebih pendek dari satu tahun buku penuh. Jika
entitas menerbitkan laporan keuangan ringkas dalam laporan keuangan interimnya, maka
laporan keuangan ringkas tersebut mencakup dalam laporan keuangan tahunan dan catatan
penjelasan. Laporan interim wajib dibuat oleh perusahaan yang terdaftar di badan pengawas
pasar modal seperti Securities Exchange Commision di Amerika Serikat dan Bursa Efek di
Indonesia, hal ini agar semua perusahaan dapat menunjukkan kinerjanya kepada pihak pihak
yang terkait. Pengungkapan dalam laporan keuangan interim mengenal adanya konsep
estimasi dan materialitas.

Adapun unsur yang menyamakan antara pelaporan keuangan interim dengan pelaporan
keuangan tahunan adalah :
 Dasar pengakuan pendapatan.
 Kebijakan akuntansi dasar pelaporan pada periode interim, kecuali jika ada
perubahan dalam standar akuntansi.
 Penyajian penggolongan aset sebagai lancar dan tidak lancar, serta kewajiban
sebagai jangka pendek dan jangka panjang.

PSAK 3 2010 mengatur tentang laporan keuangan interim seperti laporan triwulanan dan
laporan setengah tahunan menggantikan PSAK 3 1994 sebelumnya. Tujuan dari PSAK 3
adalah untuk menetapkan isi minimal laporan keuangan interim serta prinsip-prinsip
pengakuan dan pengukuran yang akan diterapkan dalam laporan keuangan interim.
(Juan,2012:739). Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia telah mensyaratkan semua perusahaan
yang terdaftar untuk menyajikan laporan triwulanan, yang diterbitkan tidak lebih dari satu
bulan setelah akhir tiap triwulan untuk laporan triwulan yang tidak diaudit,dua bulan untuk
laporan yang ditelaah secara terbatas oleh akuntan publik dan tiga bulan untuk triwulan untuk
yang diaudit akuntan publik.
PSAK 3 menetapkan bahwa laporan keuangan interim dapat berisi seperangkat
laporan keuangan lengkap sebagaimana dijelaskan dalam PSAK 1 tentang Penyajian Laporan
Keuangan atau seperangkat laporan keuangan ringkas sebagaimana dijelaskan dalam PSAK
3.

 Sifat Laporan Keuangan Interim


Secara konseptual, laporan keuangan interim menyediakan informasi yang lebih tepat
waktu tetapi kurang lengkap dibandingkan dengan laporan keuangan tahunan. Laporan
interim menunjuk-kan adanya trade-off antara ketepatan waktu dan kehandalan data-data
keuangan karena memerlukan adanya istimasi untuk melakukan review piutang, utang
dagang, persediaan, dan informasi lain-nya yang mendukung pengukuran yang disajikan
dalam laporan keuangan tahunan.

 Laporan Keuangan Interim


- Harus dipandang sebagai bagian yang integral dari periode tahunan.
- Dapat disusun secara bulanan, triwulanan atau periode lain yang kurang dari setahun dan
mencakupi seluruh komponen laporan keuangan sesuai standar akuntansi keuangan.

 Pandangan tentang Laporan Interim Terdapat dua pandangan :


 Pandangan yang menganggap periode interim sebagai dasar periode akuntansi dan
menyimpulkan bahwa hasil operasi tiap periode ditentukan dengan cara yang sama
seperti pada periode tahunan.
 Pandangan yang menganggap periode interim sebagai bagian yang integral dengan
periode tahunan.

 STANDAR PELAPORAN UNTUK LAPORAN LABA RUGI INTERIM


Bentuk laporan keuagan interim sama dengan bentuk laporan laba rugi tahunan.
terdapat beberapa perbedaan dalam pengukuran komponen laba tertentu karena periode
waktu yang lebih pendek.

 Pendapatan
Pendapatan harus diaku dan dilaporkan pada periode diperolehnya dan tidak dapat
ditangguhkan ke periode lain untuk menyajikan arus pendapatan yang lebih stabil.
Laporan keuangan interim memberi gambaran pendapatan dan beban periode interim
tersebut. Laporan keuangan interim tertentu diperbandingkan dengan periode sebelumnya
memberi manfaat yang lebih besar bagi para pemakai laporan dalam contoh kondisi-kondisi
sebagai berikut:

 Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan interim periode


sebelumnya, untuk mengetahui kecenderungan (trend) posisi keuangan dan kinerja 
Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan interim yang sama dalam periode
akuntansi yang lalu, untuk mengetahui kecenderungan berulang (cyclical) musiman
dari kegiatan usaha.
 Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan kumulatif dari
awal tahun buku sampai dengan tanggal laporan keuangan interim untuk mengetahui
kontribusi atau pengaruh periode interim yang dilaporkan pada periode berjalan.
 Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan tahun buku
yang lalu, untuk mendapat gambaran pengaruh dan kinerja interim tersebut terhadap
posisi keuangan, kinerja dan arus kas periode akuntansi yang lalu.

 Harga Pokok Penjuaan dan Persediaan


Harga pokok penjualan umumnya merupakan satu beban paling besar dalam laporan
laba rugi interim. Aturan umumnya adalah Harga pokok penjualan interim dihitung dengan
biaya dan beban teralokasi yang terait langsung sperti perhitungan harga pokok penjualan
tahunan. PSAK 3 memperbolehkan memodifikasi praktis berikut atas aturan umum
tersebut yaitu:

1. Menggunakan estimasi presntase laba kotor


2. Penilaian harga pokok / harga pasar terendah
3. Sistem biaya standar

 Biaya dan beban lain-lain


Untuk periode pelaporan interim, biaya dan beban lain-lain termasuk biaya produksi
dibebankan atas dasar yang sama seperti periode tahunan. Contoh berikut dapat
mengilustraikan kapan pengeluaran dapat ditangguhkan dan dialokasikan ke beberapa
periode
 Berapa perusahaa memfokuskan perbaikan peralatan yang besar dalam satu waktu pad
asatu periode interim. Untuk pelaporan interim, biaya perbaikan itu dapat
ditangguhkan (aset dbayar dimuka).
 Pajak bangunan dapat ditangguhkan pada saat periode interim.
 Biaya iklan yang besar dapat dialokasikan pada periode periode interim yang
menerima manfaatnya dari pada mengakui semata-mata dalam periode interim saat
biaya itu dikeluarkan

 Pajak Penghasilan
Pada akhir tiap periode interim, perusahaan harus membuat taksiran pajak penghasilan
untuk dibebankan pada periode interim. Perhitungan pajak penghasilan periode interim
harus sesuai dengan kebijakan akuntansi tentang pajak penghasilan yang dianut pada akhir
tahun.

 Pos dan transaksi Luar Biasa


 Penghapusan segmen usaha, penggabungan usaha, pos luar biasa,dan kejadian yang
tidak biasa dan tidak sering terjadi harus dibebankan pada periode interim saat
terjadinya dan tidak boleh dibebankan pada periode lain.
 Pos luar biasa harus diungkapkan secara terpisah dan dimasukkan dalam laporan laba
rugi periode interim saat pos luar biasa terjadi. Dalam menentukan materialitas, pos
luar biasa harus dihubungkan langsung dengan estimasi pendapatan tahunan.
 Peristiwa atau kejadian yang tidak biasa dan tidak sering terjadi dan berpengaruh
material terhadap hasil operasi tetapi tidak dapat dikelompokkan dalam pos luar biasa
juga harus dilaporkan dan diungkapkan secara terpisah dalam laporan laba rugi
periode interim.
 Kewajiban kontinjen dan ketidakpastian lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi
kewajaran penyajian data keuangan pada tanggal neraca harus diungkapkan dalam
laporan keuangan interim dengan cara yang sama seperti dalam laporan keuangan
tahunan. Pengungkapan tersebut harus diulang dalam laporan keuangan interim
berikutnya dan dalam laporan keuangan tahunan sampai kewajiban kontinjen itu
terselesaikan.
 Perubahan Akuntansi
 Perubahan akuntansi dalam periode interim yang memerlukan penyesuaian harus
dilaporkan dalam periode interim saat perubahan itu terjadi dengan cara yang sama
seperti yang dilaporkan dalam laporan keuangan tahunan.
 Perusahaan berkewajiban mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan bila
mengetahui akan ada perubahan akuntansi dalam periode laporan keuangan interim
berikutnya.
 Laporan keuangan interim harus menunjukkan perubahan akuntansi; yang terjadi
pada periode interim yang dilaporkan, yang terjadi pada periode interim sebelumnya
dalam tahun buku yang sama,bila berpengaruh material pada periode interim yang
dilaporkan.
 Bila dimungkinkan, perusahaan sebaiknya melakukan perubahan akuntansi dalam
periode interim pertama dari suatu tahun buku. Perubahan akuntansi yang dilakukan
setelah periode interim pertama dalam satu tahun buku cenderung mengaburkan hasil
usaha dan menyulitkan pengungkapan informasi keuangan.
 Dalam menentukan materialitas pelaporan pengaruh kumulatif dari perubahan
akuntansi atau koreksi kesalahan, jumlah yang ada harus dihubungkan dengan
estimasi pendapatan setahun penuh dan kecenderungan laba pada periode interim
berikutnya dalam tahun buku yang sama. Perubahan yang material bila dikaitkan
dengan suatu periode interim tetapi tidak material bila dikaitkan dengan estimasi
pendapatan setahun penuh atau dengan kecenderungan laba harus diungkapkan secara
tersendiri dalam periode interim tersebut.

 Penyajian Laporan Keuangan Interim


 Laporan keuangan interim meliputi neraca, laporan laba rugi dan saldo laba interim,
laporan arus kas dan catatan ataslaporan keuangan. Laporan keuangan interim harus
disajikan secara komparatif dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Perhitungan laba-rugi interim harus mencakup periode sejak awal tahun buku sampai
dengan periode interim terakhir yang dilaporkan (year-to-date).
 Laporan keuangan interim harus menggolongkan aktiva sebagai kelompok lancar dan
tidak lancar, dan kewajiban sebagai kelompok jangka pendek dan jangka panjang
sesuai laporan keuangan tahunan. Khusus untuk perusahaan tertentu seperti bank dan
asuransi yang mempunyai metode khusus dalam penggolongan aktiva, maka
penggolongan aktiva harus dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku.

 Penyajian
 Apabila perusahaan melaporkan ringkasan informasi keuangan pada tanggal laporan
keuangan interim, data berikut merupakan data minimum yang harus dilaporkan:
pendapatan atau penjualan kotor, beban, estimasi pajak penghasilan, pos luar biasa
(termasuk pengaruh terhadap pajak penghasilan yang terkait), pengaruh kumulatif
perubahan akuntansi, perubahan akuntansi dan laba bersih data laba bersih per saham
untuk setiap periode interim yang disajikan; pendapatan dan beban musiman;
perubahan yang penting dalam taksiran pajak penghasilan; pelepasan suatu segmen
usaha, pos luar biasa, transaksi tidak biasa dan tidak sering terjadi; kewajiban
kontinjen; perubahan akuntansi; dan perubahan yang material pada unsur laporan arus
kas.
 Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus diterapkan secara retrospektif dengan
melaporkan jumlah setiap penyesuaian yang terjadi yang berhubungan dengan periode
sebelumnya sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode (retained
earnings), kecuali jika jumlah tersebut tidak dapat ditentukan secara wajar. Informasi
komparatif harus dinyatakan kembali, kecuali jika untuk melaksanakannya dianggap
tidak praktis. Pengaruh perubahan akuntansi terhadap hasil keuangan untuk periode
interim pada periode interim berikutnya harus diungkapkan .
 Laporan keuangan interim terakhir, misalnya triwulan keempat tidak perlu disusun
karena pada dasarnya laporan keuangan tersebut dapat digantikan dengan laporan
keuangan tahunan. Dalam hal laporan keuangan interim triwulan keempat hendak
diterbitkan, maka penerbitannya dilakukan bersamaan dengan penerbitan laporan
keuangan tahunan. Di samping itu, isi dari laporan keuangan interim triwulan keempat
harus merupakan selisih dari laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan interim
sebelumnya tahun yang bersangkutan.

5. PELAPORAN PERAMALAN DAN PROYEKSI KEUANGAN


Dalam tahun-tahun terakhir ini, tuntutan masyarakat investor akan informasi yang lebih
banyak dan baik berfokus pada pengungkapan ekspetasi perusahaan di masa depan.
Pengungkapan tersebut mengambil salah satu dari dua bentuk, yaitu :

- Peramalan Keuangan.
Peramalan keuangan adalah satu set laporan keuangan prospektif yang menyajikan
perkiraan posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas entitas, sesuai dengan pengetahuan
serta keyakinan terbaik dari pihak yang bertanggung jawab atas laporan keuangan
tersebut. Peramalan keuangan didasarkan atas asumsi pihak yang bertanggung jawab
yang mencerminkan kondisi-kondisi yang diyakininya akan terjadi dan arah tindakan
yang diperkirakan akan diambil.
- Proyeksi Keuangan
Proyeksi keuangan adalah laporan-laporan keuangan prospektif yang menyajikan
perkiraan posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas entitas dengan satu atau lebih
asumsi hipotesis, sesuai dengan pengetahuan serta keyakinan terbaik dari pihak yang
bertanggung jawab atas laporan keuangan tersebut. Proyeksi keuangan didasarkan atas
asumsi pihak yang bertanggung jawab yang mencerminkan kondisi-kondisi yang
diyakininya akan terjadi dan arah tindakan yang diperkirakan akan diambil dengan
memandang satu atau lebih asumsi hipotesis.

Perbedaan antara peramalan keuangan dan proyeksi keuangan adalah bahwa peramalan
keuangan mencoba memberikan informasi tentang apa yang diharapkan terjadi, sedangkan
proyeksi keuangan dapat memberikan informasi tentang apa yang mungkin terjadi, walaupun
tidak harus sesuatu yang diharapkan terjadi.

 Argumen-argumen yang mendukung penerbitan peramalan :


1. Keputusan investasi berdasarkan ekspetasi atau harapan di masa depan, karena itu
informasi tentang masa depan memudahkan pengambilan keputusan yang lebih baik
2. Peramalan sudah diedarkan secara informal, tetapi tidak terkendali, seringkali
menyesatkan, dan tidak tersedia secara merata kepada seluruh investor. Situasi yang
membingungkan ini harus dikendalikan
3. Situasinya kini berubah dengan cepat sehingga informasi historis tidak lagi memadai
untuk keperluan prediksi.
 Argumen-argumen yang menolak penerbitan peramalan :
1. Tidak seorangpun yang dapat mengetahui masa depan. Oleh sebab itu meskipun
peramalan memberikan kesan kebenaran tentang masa depan namun tetap terbukti
salah pada akhirnya
2. Organisasi hanya akan berusaha untuk memenuhi peramalan yang telah
diterbitkannya, dan tidak berusaha untuk mencapai hasil terbaik demi kepentingan
pemegang saham
3. Jika peramalan terbukti tidak akurat, maka akan muncul berbagai tuduhan dan
mungkin tindakan hokum
4. Pengungkapan peramalan akan merugikan organisasi karena memberikan informasi
tidak hanya kepada investor, tetapi juga kepada para pesaing (asing dan lokal)

SEC telah mengindikasikan bahwa perusahaan diperbolehkan (tidak diharuskan)


untuk memasukkan peramalan laba dalam pelaporan yang diajukan kepada SEC. untuk
mendorong manajemen mengungkapkan jenis informasi ini, SEC telah menerbitkan peraturan
perlindungan (safe-harbor rule). Peraturan tersebut memberikan perlindungan kepada
perusahaan yang menyajikan peramalan yang salah selama proyeksi tersebut disiapkan atas
dasar yang masuk akal dan diungkapkan dengan maksud yang baik. Akan tetapi, safe harbour
rule tidak bekerja dengan baik dalam prakteknya.

DAFTAR PUSTAKA

Kieso, Donald E., Weygandt, J.J. dan Warfield, T.D. Intermediate Accounting. Edisi IFRS.
Erlangga: Jakarta.
https://www.beecloud.id/apa-yang-dimaksud-dengan-catatan-atas-laporan-keuangan/.
(Diakses pada tanggal 10 November 2019, pukul 15.00 Wita).
Erma Arlita. 2014. ”Pengungkapan Dalam Laporan keuangan”. Terdapat pada
http://ekonomikomiko.blogspot.com/2014/05/pengungkapan-dalam-laporan-
keuangan.html (Diakses pada tanggal 10 November 2019, pukul 15.20 Wita).
Wadiyo S.E. 2019. “Catatan Atas Laporan Keuangan”. Terdapat pada
https://manajemenkeuangan.net/catatan-atas-laporan-keuangan/ (Diakses pada
tanggal 10 November 2019, pukul 15.35 Wita).
Nita. 2017. “Pelaporan Peramalan dan Proyeksi Keuangan”. Terdapat pada
https://www.scribd.com/document/365048303/Pelaporan-Peramalan-Dan-
Proyeksi-Keuangan (Diakses pada tanggal 10 November 2019, pukul 15.55
Wita).

AKUNTANSI KEUANGAN II

RINGKASAN MATERI KULIAH

PENGUNGKAPAN DALAM PELAPORAN KEUANGAN


KELOMPOK 1 :

NI KADEK DWITA DEASRI (1807531012)


I GUSTI AYU NATA DEWI UTARI (1807531024)
NI KADEK WINDA ARIDIYANI (1807531030)

EKA 328 C2

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2019

Anda mungkin juga menyukai