Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Imunohematologi mengandung arti reaksi imunologik yang berkaitan dengan
komponen darah, tetapi dasar imunohematologi mencakup bukan saja imunologi dan
hematologi tetapi juga ilmu-ilmu lain, di antaranya genetika dan biokimia.
Hingga saat ini penerapan utama imunohematologi berkisar sekitar penentuan
golongan darah dan antibodi bukan saja terhadap antigen eritrosit tetapi juga terhadap
antigen leukosit dan trombosit. Bidang ini dianggap penting bagi klinik untuk:
• Menyesuaikan donor dan resipien untuk transfusi maupun transplantasi organ
• Identifikasi dan pencegahan terhadap aloimunisasai wanita hamil oleh antigen
Rhesus,
• Menentukan diagnosis, meramalkan prognosis dan menentukan terapi penyakit
hemolitik bayi baru lahir (Hemolytic Disease of the New born = HDN) akibat
aloantibodi.
• Diagnosis dan pemeriksaan destruksi eritrosit yang disebabkan autoantibodi atau
aloantibodi.
A. Prinsip imunohematologi
1. Antigen eritrosit
Antigen adalah suatu substansi yang bila masuk ke dalam tubuh manusia atau
binatang akan merangsang pembentukan antibodi.
Pada permukaan eritrosit terdapat berbagai jenis glikoprotein dan glikolipid yang
diatur secara genetik. Karena substansi seluler ini merupkan produk gen yang spesifik
dan juga bersifat imunogenik, maka ia mampu merangsang pembentukan aloantibodi
spesifik bila ia dimasukkan kedalam tubuh seseorang yang tidak memiliki substansi
tersebut. Substansi ini dikenal sebagai antigen golongan darah. Gen yang menentukan
golongan darah diturunkan menurut hukum Mendel dan bersifat kodominan.
Hingga sekarang telah diketahui sekitar 500 jenis antigen pada permukaan eritrosi,
walaupun hanya sebagian kecil saja yang telah jelas susunan molekulnya maupun
sifat dan fungsi biologiknya, dan hanya beberapa saja yang mempunyai makna klinis.
Antigen eritrosit juga dapat dijumpai pada permukaan leukosit dan trombosit dan
dalam berbagai cairan maupun jaringan tubuh.
Antigen eritrosit biasanya stabil seumur hidup tetapi pada beberapa keadaan antigen
ini dapat berubah. Beberapa ciri spesifisitas mungkin tidak terbentuk sempurna atau
berubah karena suatu penyakit sehingga seolah-olah eritrosit mendapat antigen semu .
Hal ini antara lain dapat dijumpai pada leukemia.
2. Respons imunologik dan antibodi
Seseorang dapat menunjukkan respons terhadap stimulasi antigen, baik berupa
antigen heterolog, isolog atau autolog.
Bila seseorang untuk pertama kali terpapar pada antigen, terjadi respons imunologik
primer. Respons imunologik primer menyebabkan sel-sel sistem imun berproliferasi
dan berdiferensiasi hingga menjadi sel yang memiliki kompetensi imunologik dan
membentuk kelompok sel yang disebut memory cells yang dapat mengenali antigen
bersangkutan. Respons imun primer biasanya membentuk antibodi kelas IgM dan
pada umumnya berlangsung sebentar. Kontak kedua kali dengan antigen yang sama
akan menimbulkan respons sekunder yang biasanya timbul lebih cepat dan titer
antibodi yang terutama terdiri atas IgG dan biasanya dalam kadar tinggi.
Dapat dijelaskan bahwa Antibodi adalah protein yang dihasilkan secara spesifik oleh
tubuh sebagai jawaban terhadap adanya antigen, maupun secara alamiah tanpa adanya
kontak dengan antigen.
Antibodi mempunyai struktur molekul imunoglobulin (Ig), dan diketahui ada 5
macam Ig yaitu: IgG, IgM, IgA, IgD, IgE.

1.2 Tujuan
Umum:
Untuk lebih mengetahui apa itu imunologi secara dasar.

1.3 Ruang Lingkup


Makalah ini menjadi acuan petugas kesehatan dan semua pihak yang berkepentingan
dalam mengetahui reaksi dari imunohematologi.
BAB II
PENDAHULUAN

A. Imunohematologi

Imunohematologi adalah yang mempelajari serologi, genetik, biokimiawi, dan


molekuler antigen yang berhubungan dengan struktur membran sel-sel darah, selain
itu juga meliputi kandungan dan reaksi darah keseluruhan.

Dalam ilmu yang terintegrasi ini, seorang ahli imunohematologi diharapkan


dapat melakukan berbagai pemeriksaan laboratorium serologi, mengevaluasi dan
menginterpretasi reaksi yang terjadi, serta dapat memilih pemeriksaan lanjutan guna
membantu dalam mempelajari patogenesis, diagnosis, pencegahan, serta manajemen
proses imunologis yang berhubungan dengan transfusi, kehamilan, serta translantasi
organ.

1. Sistem Imun

Sistem imun meruakan kompilasi dari kerjasama yang terintegrasi antar sel,
jaringan, organ, barier mekanik dan molekul - molekul yang disekresikan. Fungsi dari
sistem imun adalah :

 Mencegah masuknya agen infeksi


 Menghilangkan agen infeksi yang berhasil masuk ke dalam tubuh, untuk mencegah
penyakit sistemik.

Sistem imun sering dibedakan menjadi dua kategori, yaitu sistem imun alami
(innate immunity) dan sistem imun didapat (acquired immunity).

1. Imun alami (innate immunity)

bersifat tidak spesifik, yang merupakan pertahanan pertama yang akan


menghalangi masuknya patogen. Imunitas alami ini meliputi : kulit, mukosa, flora
normal, sekret kimia (air mata, saliva), yang akan membentuk lingkungan yang
tidak menyenangkan bagi patogen. Jadi, tantangan utama bagi patogen adalah
"masuk kedalam tubuh host". Dalam respon imun alamiah untuk menghasilkan
respon inflamasi. Respons inflamasi ini ditandai dengan : vasodilatasi, edema dan
migrasi sel - sel fagosit (netrofil) dari pembuluh darah ke tempat infeksi. Respon
imun alamiah tidak mempunyai memori.

2. Imun didapat (acquired immunity)

dalam respons imun adaptif mempunyai kemampuan mengenal patogen,


dan bila terjadi paparan berulang dengan patogen yang sama, respons imun yang
terjadi akan lebih berat. Respons imun adaptif melibatkan limfosit, yang
mempunyai reseptor - reseptor yang mampu membedakan berbagai konfigurasi
molekul patogen.

B. Transfusi Darah

Transfusi darah ialah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran darah
resipien. Darah dan berbagai komponen darah dapat ditransfusikan secara terpisah
sesuai dengan kebutuhan. Darah tersusun dari pelbagai komponen iaitu eritrosit (
redblood cells), trombosit pekat (thrombocyte concentrate), kriopresipitat, dan
plasma segar beku (fresh frozen plasma). Komponen darah yang ditransfusikan
sesuai dengan yang diperlukan akan mengurangi kemungkinan reaksi transfusi,
circulatory overload dan penularan infeksi yang terjadi dibandingkan dengan
transfusi darah lengkap.

1. Komponen-komponen
A. Eritrosit
Eritrosit terdapat dalam bentuk sel darah merah atau darah
lengkap.Fungsi pemberian eritrosit adalah untuk meningkatkan oksigenisasi
jaringan.
Tujuan utama transfusi eritrosit adalah untuk meningkatkan oksigenasi
jaringan yang adekuat terutama pada bayi yang seda ng menjalani perawatan
intensif dan meningkatkan konsentrasi hemoglobin bayi yang mengalami
anemia simptomatik. Anemia simptomatik adalah penderita dengan
kadarhemoglobin yang rendah, mengalami pucat, sesak nafas, takikardia,
malas minum dan penurunan berat badan.
B. Trombosit Pekat
Fungsi transfusi trombosit adalah untuk mengontrol atau mencegah
perdarahan yang berhubungan dengan kekurangan jumlah atau fungsi
trombosit.
Jumlah trombosit pada neonatus adalah berkisar 150.000 -400.000 mL
(Bermawi, 2010). Andrew, dkk (1987) melaporkan hasil penelitiannya bahwa
78% dengan BBLSR dengan trombosit kurang dari 100.000/mL mengalami
perdarahan peri-intra ventrikuler dan hanya 48% pada BBLSR yang non
trombositopenia. Tambahan lagi, perdarahan peri intraventrikuler (PPIH)
derajat 3 dan 4 lebih banyak ditemui pada BBLSR dengan trombositopenia
dibandingkan dengan BBLSR non trombositopenia.Keadaan tersebut yang
menjadi alasan transfusi trombosit dilakukan pada bayi baru lahir yang
mengalami trombositopenia.

Anda mungkin juga menyukai