ANALISIS KASUS KRITIS PADA NY. I Beress
ANALISIS KASUS KRITIS PADA NY. I Beress
I
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Kritis
Dosen Pembimbing:
Santi Sanusi, S.Kep., Ners., M.Kep
Kelompok 5:
Novin Nuraeny Setiawan (032016001)
Nurlena (032016019)
Rizqi Ahmad (032016028)
Restu Fuji Gustiani (032016033)
Muthya Yuniar (032016007)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
E. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 42
F. Pathway ...................................................................................................... 44
A. Kesimpulan ................................................................................................ 48
B. Saran ........................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
CHF ( Congestive Heart Failure) merupakan salah satu masalah
kesehatan dalam system kardiovaskular, yang angka kejadiannya terus
meningkat. Menurut data dari WHO dilaporkan bahwa ada sekitar 3000
warga Amerika menderita CHF. Menurut American HeartAssociation
(AHA ) tahun 2012dilaporkan bahwa ada 5,7 juta penduduk Amerika
Serikat yang menderita gagal jantung( Padila, 2012 ).
Penderita gagal jantung atau CHF di Indonesia pada tahun 2012
menurut data dari Departemen Kesehatan mencapai 14.449 jiwa penderita
yang menjalani rawat inapdi rumah sakit. Pada tahun 2012 di Jawa Tengah
terdapat 520 penderita CHF dan menjalani rawat inap Selain itu, penyakit
yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit adalah
gagal jantung ( readmission ), walaupun pengobatan dengan rawat jalan
telah diberikan secara optimal. Hal serupa juga dibenarkan
olehRubeinstein( 2007) bahwa sekitar 44 % pasien Medicareyang dirawat
dengan diagnosis CHF akan dirawat kembali pada 6 bulan kemudian.
Berdasarkan diagnosis atau gejala, estimasi jumlah penderita
penyakit gagal jantung terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak
96.487 orang (0,3%), sedangkan jumlah penderita paling sedikit
ditemukan di Provinsi Kep. Bangka Belitung, yaitu sebanyak 945 orang
(0,1%).Untuk Jawa Tengah sendiri jumlah penderita gagal jantung
sebanyak 72.268 orang.
Menurut Roveny (2017) program rehabilitasi jantung didalamnya
terdiri dari proses edukasi, latihan, modifikasi faktor resiko dan menjadi
konseling. Program ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien, masalah psikologis pasien akan berkurang, fungsi jantung bisa
optimal (Arovah, 2012). Ketidakpatuhan pasien dapat berakibat buruk
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi sistem kardiovaskular?
2. Bagaimana konsep teoritis congestive heart failure (chf)?
3. Bagaimana analisa kasus pada pasien congestive heart failure (chf)
Ny. I?
4. Seperti apa perjalanan penyakit pada kasus congestive heart failure
(chf) pada Ny.I?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem kardiovaskular
2. Untuk mengetahui konsep teoritis congestive heart failure (chf)?
3. Untuk mengetahui analisa kasus pada pasien congestive heart failure
(chf) Ny. I?
4. Untuk mengetahui perjalanan penyakit pada kasus congestive heart
failure (chf) pada Ny.I?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
cabang. Miokardium paling tebal pada bagian apeks dan paling tipis di
bagian basal. Hal ini menunjukkan beban kerja tiap bilik berperan
dalam memompa darah. Miokardium paling tebal di bagian ventrikel
kiri, yang memiliki beban kerja paling besar.
Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh cincin jaringan fibrosa yang
tidak mengonduksi impuls listrik. Akibatnya, saat aktivitas gelombang
listrik melalui otot atrium, gelombang ini hanya dapat menyebar ke
ventrikel melalui konduksi sistem yang menjembatani cincing fibrosa
dari atrium ke ventrikel.
c. Endokardium
Endokardium melapisi bilik katup jantung. Lapisan ini merupakan
membran yang tampak mengelap, halus, dan tipis yang memungkinkan
aliran darah yang lancar ke dalam jantung. Lapisan ini terdiri atas sel
epitelium gepeng dan berlanjut ke pembuluh darah yang melapisi
endotelium
Jantung dibagi menjadi sisi kiri dan kanan yang dipisahkan oleh
septum. Saat lahir, darah dari satu sisi ke sisi lain tidak dapat langsung
menyebrangi septum. Setiap sisi dipisahkan oleh katup atrioventrikular ke
serambi atas yaitu atrium, dan bilik bawah yaitu ventrikel. Katup
atrioventrikular dibentuk oleh lipatan ganda endokardium yang diperkuat
oleh jaringan fibrosa kecil. Katup atrioventrikular kanan (katup trikuspid)
memiliki tiga pintu (lembar daun katup), sedangkan katup atrioventrikular
kiri (katup mitral) memiliki dua pintu (lembar daun katup). Aliran darah di
jantung adalah satu arah; darah masuk ke jantung via atrium dan melalui
ventrikel dibawahnya.
Katup antara atrium dan ventrikel membuka serta menutup secara
pasif sesuai perubahan tekanan dalam bilik. Katup membuka saat tekanan
dalam atrium lebih besar daripada ventrikel. Saat sistol ventrikular
(kontraksi), tekanan di ventrikel naik melebihi atrium dan katup menutup,
mencegah aliran balik ke jantung.
5
5) Ortopnea
6) Nokturia dan batuk pada malam hari
b. Gagal jantung kanan
1) Distensi vena juguralis
2) Kenaikan berat badan
3) Refleks hepatojugular
4) Asites
5) Hepatomegali
6) Edema dependen
7) Nyeri kuadran atas kanan (KAKa) nyeri abdomen
8) Anoreksia, kembung
9) Nokturia
10) Distensi vena
5. Tipe Gagal Jantung
Gagal jantung dikategorikan menjadi gagal ventrikel kanan, gagal
ventrikel kiri, gagal jantung kedepan atau kebelakang, dan gagal
jantung keluaran tinggi atau rendah.
a. Gagal jantung ventrikel kanan
Diakibatkan oleh peningkatan tekanan vena yang
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ventrikel kanan, edema
perifer, dan kongesti vena.
b. Gagal jantung ventrikel kiri
Terjadi karena peningkatan ventrikel dan atrium kiri yan
menyebabkan akumulasi cairan berlebih didalam ruang alveolar
dan ruang interstitial. Gagal ventrikel kiri dapat menyebabkan
kongesti pulmonal dan gangguan mekanisme pengendalian
pernafasan
c. Gagal jantung kedepan atau kebelakang
Kegagalan kedepan (fourward failure) yaitu masalah
perfusi yang tidak adekuat. Sedangkan kegagalan kebelakang
(backward failure) yaitu berfokus pada ketidakmampuan ventrikel
12
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges (2000) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk menegakkan diagnosa CHF yaitu:
a. Elektro kardiogram (EKG)
Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis,
iskemia, disritmia, takikardi, fibrilasi atrial
b. Scan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan
pergerakan dinding.
c. Sonogram (echocardiogram, echokardiogram doppler)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan
dalam fungsi/struktur katub atau area penurunan
kontraktilitas ventricular.
d. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri
dan stenosis katub atau insufisiensi.
e. Rongent Dada
Dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan
dalam pembuluh darah abnormal.
14
f. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan
fungsi ginjal, terapi diuretik.
g. Oksimetri Nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal
jantung kongestif akut menjadi kronis.
h. Analisa Gas Darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori
ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2
(akhir).
i. Pemeriksaan Tiroid
Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas
tiroid sebagai pre pencetus gagal jantung kongestif
8. Komplikasi
Menurut Smeltzer (2002), komplikasi dari CHF adalah :
a. Edema pulmoner akut
b. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
c. Perikarditis: Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
d. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi
sistem renin-angiotensin-aldosteron.
e. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel
darah merah.
9. Tindakan Keperawatan
Tindakan ditujukan pada penyakit pokok, yakni ischemia, kelainan
katup, aritmia. Volume pengeluaran dengan diuretik, oksigen
tambahan, penggunaan medikasi untuk mengurangi beban kerja otot
jantung, peripheral vascular resistance (afterload), dan venous
kembali ke jantung, (preload) semua dapat dipakai. Diet yang
15
alternan.
Berikan oksigen tambahan dengan Meningkatkan sediaan oksigen untuk
kanula nasal/ masker dan obat sesuai kebutuhan miokard untuk melawan
indikasi (kolaborasi) efek hipoksia/iskemia. Banyak obat
dapat digunakan untuk meningkatkan
volume sekuncup, memperbaiki
kontraktilitas dan menurunkan
kongesti.
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
Nama Pasien Ny. I
Tgl. Lahir 12 Januari 1970
Jenis Kelamin Laki – laki √ Perempuan
Pendidikan SD SMP
√ SMA/SMK Diploma
Sarjana Lainnya…………..
Pekerjaan Ibu rumah tangga
No. RM 735430
Alamat Kp. Cipeutang RT 04/09
Tgl/jam masuk ICU 07 Juli 2019 pkl 23.39 WIB
Tanggal Pengkajian 08 Juli 2019 pkl 09.00 WIB
Sumber Data Pasien Keluarga
√ Rekam Medik ……………………
Rujukan Ya Tidak
Bila (ya) dari RS …………………………………………
Puskesmas …………………………………
Dokter praktek …………………………….
Diagnosis CHF
Penanggung jawab Nn. M
Hubungan dengan pasien Anak
21
22
2. Anamnesa
a. Keluhan utama
Sulit dikaji secara verbal karena klien terpasang ETT, dengan tulisan klien
menunjukan bahwa sesak masih dirasakan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Kronologis pasien masuk rumah sakit
Berdasarkan rekam medic, klien mengalami sesak nafas sejak di
rumah dan langsung dibawa oleh keluarga ke rumah sakit
2. Kronologis penanganan saat di UGD/ruangan sebelum masuk ICU
Berdasarkan rekam medic, klien datang ke IGD RS Al-Islam Bandung
tanggal 07 JULI 2019 21:31 WIB. Klien mengeluh sesak nafas selama satu
minggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak disetai nyeri perut kanan, sesak
terutama bila aktivitas, klien juga mudah lelah, terdapat ortopneu, JPV
meningkat, terdapat ronki kedua lapang paru. TD: 103/60 mmHg, N:
110x/menit, RR: 21x/menit S:36,4, SAT O2:97% MAP : 74mmHg
kesadaran compos mentis ( GCS E=4 M=5 V=6). Di IGD klien menerima
infuse NaCl 0,9% 500 cc/hari, furosemide 1 amp IV, ranitidine 1 amp IV,
keterolac 1 amp IV, dan ondansetron 1 amp IV. Selama di IGD klien di
observasi setiap 4 jam. Pukul 23.17 klien mengalami sesak berat hingga
terjadi penurunan kesadaran.
Pukul 23.39 WIB klien masuk ICU dengan kesadaran somnolen-
sopor, DPO TD 108/70 mmHg. N 135 x/menit irama AF, RR 40x/menit,
retraksi ICS dan epigastrik, akral dingin, nadi lemah, diaphoresis, NGT
sambung bag. Dilakukan pemasangan ETT no. 7 kedalaman 22 cm dan
diberikan diazepam 10 mg IV.
3. Riwayat PQRST saat dilakukan pengkajian
Pengkajian pada klien tanggal 08 juli 2019 pukul 09.00 WIB
keadaan umum lemah kesadaran apatis nilai FOUR 12 ( E3 M4 B4 R1).
Klien terpasang NGT dan kateter hari kedua. Tanda tanda vital TD: 90/41
mmHg, N: 128x/menit, RR: 18x/menit, S:36,3, SAT O2:94%. MAP : 57
mmHg. Klien terpasang ventilator hari kedua dengan mode SIMV (PC)
23
SIMV √ SIMV + PS
SIMV(PC)PS, MV : 4.2, PEEP : 5, PIP : 10, RR/SIMV : 8, TV 242, FiO2 : 70%
SaO2 : 94%
Jalan napas √ Bersih Sumbatan …………..
Lidah
Penyebab Sumbatan jatuh Sputum Darah
Edema
Laring Cairan lambung
Cairan Benda asing :
Buih ……………….
Bunyi napas Vesikuler √ Ronchi Stridor
√ Wheezing Pada lateral
Bau napas keton Ya √ Tidak
Irama & kedalaman Dipsneu Kusmaul Cheynestrokes
Ortopneu
Kecepatan Eupneu Bradipn Tachipneu
Apneu
Retraksi dada √ Simetris Asimetri Flial chest
Penggunaan otot bantu pernapasan √ Ya Tidak
Penurunan kontraksi otot pernapasan Ya √ Tidak
Peningkatan diameter anterior posterior Ya √ Tidak
Pernapasan bibir Ya √ Tidak
Pernapasan cuping hidung Ya √ Tidak
Posisi trachea √ Lurus Bergeser
Bila trachea bergeser kearah mana Kiri Kanan
Jejas/lebam dada Kiri Kanan
Luka terbuka dada dengan sucking wound Ya Tidak
Krepitasi Ya Tidak
25
3) Persarafan
FOUR Score : 15 GCS Score : E4 M5 VT = 9
(E4 M4 B4 R1)
Riwayat sincope √ Ya Tidak
Bila (ya) berapa kali 1 Berapa lama sincope 5 menit
Diameter pupil √ Simetris Asimetris
Refleks cahaya √ Dilatasi Midriasis
Nyeri kepala Ya √ Tidak
Merasa berputar Ya √ Tidak
Bila (ya) Muntah Limbung Rasa takut jatuh
Tekanan Intra Cranial (ICP) ….. mmHgTekanan Perfusi Serebral ….. mmHg
Kejang Ya √ Tidak
Frekuensi Kejang ………... Kali Berapa lama setiap kejang …………….
Kaku kuduk Ya √ Tidak
Tanda dolls eyes Ya √ Tidak
Paralisis Ya √ Tidak
Bila (ya) dimana Hemiplegi Paraplegi
Kanan Kiri
Atas Bawah
Refleks √ Mengedip
4) Kardiovaskuler
Gambaran jantung √ Sinus Rithm Bradikardi Takhikardi
Aritmia, bila (ya) tuliskan gambaran aritmia ……..
Rentang Tekanan Darah
Rentang Mean Arterial Pressure
Rentang Cardiac Output (CO) …………… liter/menit ………… liter/menit
Rentang Stroke Volume …………………… cc …………………. cc
110 x/menit
Rentang Frekuensi Nadi 128 x/menit
Amplitudo nadi Lemah √ Kuat
Amplitudo kiri & kanan √ Sama Tidak sama
26
1. Tingkat Kesadaran FOUR 1. Respon mata : Mata 13 (E3 M4 B4 Compos mentis = 15-14
score terbuka dengan R1) Apatis : 12-13
intruksi (4) Delirium = 10-11
2. Respon motorik : jari Somnolen = 7-9
dapat mengepal, dapat Spoor = 6-5
mengangkat ibu jari Coma = 4-3
(4) Sumber : Depkes (2012)
3. Reflex batang otak :
terdapat reflex pupil
dan kornea (4)
4. Respirasi : bernafas
dengan bantuan
Ventilator (1)
31
2. Skala untuk menentukan APACHE 1. Suhu : 96,8-101,2 13 Prediksi tingkat kematian 16,5%
derajat berat penyakit Score 2. MAP : 50-69 mmHg
untuk menentukan laju 3. HR : 70-109bpm
mortilitas pasien 4. RR: 25-34 bpm
5. Oksigenasi : A-a 200 -
349 & FiO2 ≥ 0,5
6. Serum bikarbonat : 22
- 31,9 mEq/l
7. PH arteri : 7,33 - 7,49
8. Serum sodium : 130-
149 mEq/l
9. Serum potassium : 3,5
- 5,4 mEq/l
10. Serum kreatinin : 1,47
- 1,97 mg/dl
11. AKI : tidak
12. Hematokrit : 46,0 -
49,9%
13. WBC : 20,0-39,9
32
X109/L
14. GCS : 15
15. Umur : 49 tahun
16. Inusufiency organ :
tidak
17. Post operatif : tidak
33
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Tanggal
Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan 07/07/19 11/07//19 Satuan
Hematologi
Hemoglobin 12,0-16,0 15,5 13,5 g/dl
Leukosit 4.000-10.000 8.000 7.100 Sel/ul
Hematokrit 37-47 46,9 43,6 %
Trombosit 150.000-450.000 147.000 97.0000 Sel/ul
Kimia klinik
Ureum 14-45 113 Mg/dl
Kreatinin 0,6-1,1 1,5 Mg/dl
CRP kuantitatif <6 8,3 mg/dl
b. Pemeriksaan Diagnostik
Kamis, 11 juli 2019 Thorax photo Kadiomegali dengan edema paru sedikit
berkurang
c. Terapi obat
Cara
NO Nama Obat Dosis Jam Pemberian
Pemberian
1 Prosogan 2x1 vial IV 06-18
2 cefttriaxone 2x1 gr IV 06-18
3 Dexametason 1x1 gr IV 11
34
Cara
NO Nama Obat Dosis Jam Pemberian
Pemberian
4 Dobutamin 11 mcg/kg/ mnt
5 Inpepsa syr 4x15 cc PO 05-11-14-20
6 Furosemide 1x1 tab PO 09
7 concord 1x1/2 tab PO 21
8 Digoxin 1x1/2 tab PO 15
9 sidenafil 2x50mg PO 09-21
10 vometa 2x1 tab PO 08.30-20.30
11 spirola 1x1 tab PO 09
Pasien Tanggal/Jam : 07
awal Juli 2019 Pkl 21.31 Penjelasan
masuk IGD WIB
fungsi ginjal dan menyebabkan retensi garam dan air,
menyebabkan edema. (Honestdocs)
Pasien Tanggal/jam : 08
Masuk Juli 2019 pkl 23.39 Penjelasan
ICU WIB
Somnolen-sopor Somnolen (letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran
dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi
jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
Sedangkan Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti
tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
(halodoc.com)
TD : 108/70 mmHg Otot jantung yang melemah mempengaruhi tekanan darah.
Hal ini dapat menyebabkan gagal jantung dan mengurangi
jumlah darah yang seharusnya dipompa. Penyebab umum
dari melemahnya otot jantung adalah tidak berfungsinya
sebagian besar otot jantung karena serangan jantung. (Isti
2014)
Nadi : 135 x/ menit Hasil dari usaha kompensasi untuk meningkatkan keluaran
jantung. (Joyce M.Black dan Jane Hokanson, 2014)
RR : 40 x/ menit Gagal jantung kongestif sebelah kanan.
Terjadi ketika bilik kanan jantung kesulitan memompa
darah ke paru-paru. Akibatnya, darah kembali ke pembuluh
darah balik (vena), hingga memnyebabkan penumpukan
cairan diperut dan bagian tubuh lain, misalnya kaki
(dr. Kevin Andrian)
Terpasang ventilator Karena pasien mengalami gangguan ventilasi spontan.
& ETT Pemberian ventilator untuk mengurangi beban kerja system
pernapasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
Akral dingin Pada keadaan darurat atau pada kondisi gawat yang dialami
38
Pasien Tanggal/jam : 08
Masuk Juli 2019 pkl 23.39 Penjelasan
ICU WIB
pasien, tubuh akan mengkompensasikan darah fokus pada
organ-organ vital, sehingga pasokan darah di perifer
berkurang. Darah yang membawa panas tubuh juga
mengakibatkan bagian ekstremitas jadi dingin karena
pembuluh darah akan menyempit dan akibatnya menjadi
pucat. (Honestdocs)
Diaporesis Keringat dingin biasanya muncul malam hari (keringat
malam) yang tiba-tiba keluar terkadang berlebihan yang
tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang panas ataupun
aktifitas fisik (olahraga atau latihan) sehingga tubuh terasa
kedinginan termasuk keringat pada telapak tangan, ketiak,
dan kaki. Istilah medis keringat dingin adalah diaforesis.
Keringat dingin merupakan respon tubuh terhadap stres,
yang disebut fight or flight response. (Honestdocs)
Pengkajian Tanggal/jam : 08
pada Juli 2019 pkl 09.00 Penjelasan
pasien WIB
TD : 90/41 mmHg Otot jantung yang melemah mempengaruhi tekanan darah.
Hal ini dapat menyebabkan gagal jantung dan mengurangi
jumlah darah yang seharusnya dipompa. Penyebab umum
dari melemahnya otot jantung adalah tidak berfungsinya
sebagian besar otot jantung karena serangan jantung. (Isti
2014)
Nadi : 128 x/ menit Hasil dari usaha kompensasi untuk meningkatkan keluaran
jantung. (Joyce M.Black dan Jane Hokanson, 2014)
MAP : 57 mmHg Karena pasokan darah yang dipompakan oleh jantung tidak
adekuat, sehingga menyebabkan TD menurun yang
39
Pengkajian Tanggal/jam : 08
pada Juli 2019 pkl 09.00 Penjelasan
pasien WIB
menimbulkan tekanan arteri rata-rata juga ikut menurun
karena kegegelan jantung dalam memenuhi kebutuhan
suplai darah bagi tubuh dan jantung itu sendiri.
Pengkajian Tanggal/jam : 08
pada Juli 2019 pkl 09.00 Penjelasan
pasien WIB
Kreatinin Karena terjadi iskemia pada ginjal sehingga ginjal tidak
dapat berkompresi dan kreatinin dibawa dalam aliran
darah. (Alodokter)
CRP kuantitatif Respon fisiologi dari penyakit untuk menurunkan
kontraktilitas otot jantung. (Academia)
D. Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DO : Terlampir Penurunan Curah Jantung
- Takikardi
- JVP
- Keletihan
- TD menurun
90/41 mmHg
- CRT 6 detik
- MAP : 57 mmHg
DS :
- Tidak Terkaji
DO : Terlampir Ketidakefektifan
- Sesak Bersihan Jalan Nafas
- Ortopneu
- Isokor (+2/+2)
- Sianosis
- Ronchi
- ETT
41
DO : Terlampir Ketidakseimbangan
- BMI kurang dari Nutrisi Kurang Dari
normal (17,57) Kebutuhan Tubuh
- Nyeri abdomen
DS :
- Tidak Terkaji
E. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Domain 4. Aktivitas/Istirahat
Kelas 4. Respons
Kardiovaskular/Pulmonal
Kode 00029
Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan Kontraktilitas
Definisi :
Ketidakadekuatan darah yang di pompa oleh jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh.
Domain 11. Keamanan/Perlindungan
Kelas 2. Cedera Fisik
43
Diagnosa Keperawatan
Kode 00031
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas b.d Adanya Jalan Nafas Buatan
Definisi :
Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Domain 3. Eliminasi dan Pertukaran
Kelas 4. Fungsi Respirasi
Kode 00030
Gangguan Pertukaran Gas b.d Perubahan Membran Alveolar-kapiler
Definisi :
Kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada
membran alveolar-kapiler.
Domain 4. Aktivitas/Istirahat
Kelas 4. Respons Kardiovaskular/Pulmonal
Kode 00034
Disfungsi respons Penyapihan Ventilator b.d Ketidaktepatan Kecepatan
Proses Penyapihan
Definisi :
Ketidakmampuan beradaptasi dengan kadar penurunan dukungan ventilator
mekanis yang menghambat dan memperlama proses penyapihan.
Domain 4. Aktivitas/Istirahat
Kelas 2. Aktivitas/Olahraga
Kode 00040
Resiko Disuse Sindrom
Definisi :
Rentan terhadap penyimpangan sistem tubuh akibat inaktivitas
muskuloskeletal yang diprogramkan atau yang tidak dapat dihindari, yang
dapat mengganggu kesehatan.
Domain 2. Nutrisi
44
Diagnosa Keperawatan
Kelas 1. Makan
Kode 00002
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Definisi :
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
F. Pathway
45
arteriosklerosis Genetik (Penyakit Peradangan & Penyakit
bawaan) miokardium Penyakit jantung lain (ex :
stenosis katup semilunar)
Terganggunya aliran
darah Merusak serabut otot
Penurunan fungsi jantung
jantung Pengosongan atrium
terhambat
Suplai O2 ke jantung
menurun
Penurunan preload
Hipoksia jantung
Metabolisme Anaerob
COP Menurun
Angiotensin 1
Kerja jantung lebih keras
Respon sis. saraf Simpatis Pe↑ Katekolamin
Angiotensin 2
Peningkatan HR
Sekresi aldosteron
Ronkhi basah
Congesti visera & jaringan
Kongesti paru (pe↑sekret Aliran darah ke tubuh dan
perifer
/ sputum di jalan nafas otak tidak adekuat
Iritasi mukosa paru
Progres kestabilan
kesehatan pasien ↓
Katabolisme yang tidak Akral teraba dingin Pe ↑ tekanan vena
kuat di jaringan jugularis (JVP)
Intoleransi aktivitas
Disfungsi resiko Pe ↓ Kesadaran
penyapihan Ventilator
Resiko disius syndrome
Somnolen - sopor
Gg. Mika / Miki
Gangguan ventilasi
Dekubitus spontan
Bedrest, imobilisasi
Pe ↓ reflex batuk
Akumulasi sputum
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk
mempertahankan curah jantung yang adekuat guna memenuhi kebutuhan
metabolik dan kebutuhan oksigen pada jaringan meskipun aliran balik
vena adekuat.
Dari kasus diatas didapatkan bahwa pasien mengalami gagal
jantung kanan dan kiri dengan gagal keluaran rendah karena ditandai
dengan peningkatan vena jugularis dan peningkatan tekanan ventrikel dan
atrium kiri yang menyebabkan akumulasi cairan berlebih dalam ruang
alveolar dan insterstitial yang menjadi khasnya pada penyakit itu.
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien yaitu penurunan
curah jantung, ketidakefektifan bersihan jalan nafas, gangguan pertukaran
gas, disfungsi respons penyapihan ventilator, resiko disuse sindrom,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dari masalah-
masalah keperawatan tersebut memiliki intervensi dan tindakan yang
bermacam-macan untuk mempertahankan status kesehatan pasien.
B. Saran
Kami yakin dalam penyusunan makalah dan analisis kasus asuhan
keperawatan kritis ini belum begitu sempurna karena kami dalam tahap
belajar, maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bisa
memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun
sehingga, makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat. Dan apabila ada
kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena kami hanyalah
memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas. Semoga analisis kasus askep
kritis ini dapat pula menambah wawasan bagi mahasiswa lain.
48
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce & Jane Hokanson. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Buku 3. Elseiver : Singapore
http://www.ichrc.org/44-kondisi-yang-disertai-dengan-wheezing [online, 09
November 2019]
https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=penyebab+pasien+mengalami+kesadaran+somnolen [online, 09 November
2019]
https://www.alodokter.com/gagal-jantung [online, 09 November 2019]
https://www.halodoc.com/kenali-lebih-jauh-penurunan-kesadaran-dalam-medis
[online, 09 November 2019]