Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Rinda Kusuma W.(10317001)
2. Disa Dwi Aryanti (10317023)
3. Eka Laila Adhani (10317025)
4. Faza Munadilatus S. (10317029)
5. Gata Anansyah (10317035)
6. Lady Raka Satya W. (10317040)
7. Laucya Prima Ary S. (10317042)
8. Muh. Amir H. (10317045)
9. Putri Wulan Sari (10317054)
2019
A. PENGANTAR
Pembagian Sub DAS sungai brantas, Kota Kediri merupakan bagian dari
Brantas tengah yang mencakup 596 km2. Das Brantas bagian tengah beresiko
mengalami bahaya erosi dan sedimentasi, hal ini disebabkan karena terdapat
banyak reruntuhan lereng, khususnya dengan daerah yang kemiringan
lerengnya curam. Selain itu penambangan pasir yang berlebihan dibagian
tengah sungai Brantas mengakibatkan terjadinya degradasi dasar sungai
(Keputusan Kementrian Pekerjaan Umum, 2010).
Limbah cair dari usaha atau industry makanan pada ummnya terdiri dari
senyawa – senyawa organic yang relative mudah terdegradasi oleh
mikroorganisme. Senyawa organic tersebut harus dikurangi atau dihilangkan
dulu sebelum diterima oleh badan air (baik sungai, danau, dan sebagainya). Hal
ini disebabkan karena lingkungan penerima limbah cair organic ini pada
umumnya sudah tidak mempunyai daya dukung yang memadai untuk
menerima beban pencemaran tersebut. (Prayudi Teguh, dkk)
1. Gambaran Lokasi
Usaha rumah makan atau restaurant belakang ini sangat berkembang pesat
dikota besar seiring banyaknya permintaan oleh masyarakat yang menginginkan
jasa pelayanan makanan yang cepat praktis dan variatif. Semakin banyaknya
usaha rumah makan maka dipastikan air limbah menjadi suatu permasalahan
yang perlu diperhatikan.
2. Pembuangan Limbah
Dari hasil observasi yang kami lakukan di tempat produksi makanan KPB,
limbah padat yang dihasilkan berupa plastik, kardus bekas pengemas daging,
bahan yang terjatuh ketika proses produksi, dan lain sebagainya. Penanganan yang
dilakukan ialah dengan mengumpulkan limbah padat tersebut ke dalam keranjang
sampah.
Sedangkan limbah cair yang dihasilkan berupa sisa-sisa cairan
pada saat proses berlangsung seperti air dari pembersihan bahan baku,
pembersihan peralatan produksi, dan sisa pemasakan atau perebusan
bakso atau mie yang dijual di tempat Makan KPB. Penanganan air
limbah tersebut ialah dengan dibuang ke sungai Brantas melalui pipa
yang ditimbun didalam tanah. Kemudian aliran pipa tersebut mengarah
langsung ke bantaran sungai Brantas.
2. Pembuangan Limbah
Pengelolaan air limbah yang kurang sempurna atau tidak adanya instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) memiliki potensi bahaya, di antaranya warga
yang menggunakan sungai sebagai sarana untuk kegiatan sehari-hari seperti
mencuci dan mandi masih mengeluhkan tentang air sungai yang berbau dan
merasakan gangguan kulit seperti gatal–gatal setelah menggunakan air sungai
tersebut.
Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air. Kajian Model Pengelolaan
DAS Terpadu.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Keputusan Kementrian
Pekerjaan Umum. 2010. Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
Brantas.
Keputusan Kementerian Pekerjaan Umum Nomor 268 Tahun 2010 tentang Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Brantas.
Sumihardi dan Ramlan. 2018. Sanitasi Industri dan K3. PPSMDK Kementerian
Kesehatan Republic Indonesia.
Rahma Rizka. 2015. Penanganan Limbah Industri Pangan (Biskuit dan Bakso).
Fakultas Teknik Universitas Riau.
Prayudi Teguh, dkk. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Makanan Dengan
Bahan Baku Ikan, Udang, Unggas dan Daging.