Anda di halaman 1dari 9

PAPER

ANALISIS LIMBAH USAHA MAKANAN BERKAITAN


DENGAN K3 DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS KOTA
KEDIRI

Untuk Memenuhi Tugas Ekologi Masyarakat Daerah Aliran Sungai

Dosen Pengampu: Ningsih Dewi S., S.KM., M.K.K.K.

Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Rinda Kusuma W.(10317001)
2. Disa Dwi Aryanti (10317023)
3. Eka Laila Adhani (10317025)
4. Faza Munadilatus S. (10317029)
5. Gata Anansyah (10317035)
6. Lady Raka Satya W. (10317040)
7. Laucya Prima Ary S. (10317042)
8. Muh. Amir H. (10317045)
9. Putri Wulan Sari (10317054)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT BHAKTI WIYATA KEDIRI

2019
A. PENGANTAR

Daerah Aliran Sungai termasuk suatu wilayah daratan yang merupakan


satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan. (PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1).

Pembagian Sub DAS sungai brantas, Kota Kediri merupakan bagian dari
Brantas tengah yang mencakup 596 km2. Das Brantas bagian tengah beresiko
mengalami bahaya erosi dan sedimentasi, hal ini disebabkan karena terdapat
banyak reruntuhan lereng, khususnya dengan daerah yang kemiringan
lerengnya curam. Selain itu penambangan pasir yang berlebihan dibagian
tengah sungai Brantas mengakibatkan terjadinya degradasi dasar sungai
(Keputusan Kementrian Pekerjaan Umum, 2010).

Sungai bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai


yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan
ekonomi, yang antara lain diindikasikan dari kuantitas dan kualitas air,
kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta pada
prasarana pengairan seperti sungai, waduk, dan danau (Direktorat Kehutanan,
2003).

Limbah cair dari usaha atau industry makanan pada ummnya terdiri dari
senyawa – senyawa organic yang relative mudah terdegradasi oleh
mikroorganisme. Senyawa organic tersebut harus dikurangi atau dihilangkan
dulu sebelum diterima oleh badan air (baik sungai, danau, dan sebagainya). Hal
ini disebabkan karena lingkungan penerima limbah cair organic ini pada
umumnya sudah tidak mempunyai daya dukung yang memadai untuk
menerima beban pencemaran tersebut. (Prayudi Teguh, dkk)

B. RUMAH PRODUKSI MAKANAN KPB

1. Gambaran Lokasi
Usaha rumah makan atau restaurant belakang ini sangat berkembang pesat
dikota besar seiring banyaknya permintaan oleh masyarakat yang menginginkan
jasa pelayanan makanan yang cepat praktis dan variatif. Semakin banyaknya
usaha rumah makan maka dipastikan air limbah menjadi suatu permasalahan
yang perlu diperhatikan.

Kami melakukan observasi produksi rumah makan KPB yang berada


dekat dengan bantaran sungai Brantas Kota Kediri, yang berada di jalan
Mayjend Sungkono, Semampir, Kecamatan Kota Kediri Jawa Timur (64123).

Dengan bertempat di bantaran sungai maka risiko untuk terkena dampak


dari sungai juga perlu lebih diperhatikan, misalnya jika terjadi luapan air sungai,
maupun keamanan karyawan dan pengunjung di bantaran sungai yang curam.

2. Pembuangan Limbah

Dari hasil observasi yang kami lakukan di tempat produksi makanan KPB,
limbah padat yang dihasilkan berupa plastik, kardus bekas pengemas daging,
bahan yang terjatuh ketika proses produksi, dan lain sebagainya. Penanganan yang
dilakukan ialah dengan mengumpulkan limbah padat tersebut ke dalam keranjang
sampah.
Sedangkan limbah cair yang dihasilkan berupa sisa-sisa cairan
pada saat proses berlangsung seperti air dari pembersihan bahan baku,
pembersihan peralatan produksi, dan sisa pemasakan atau perebusan
bakso atau mie yang dijual di tempat Makan KPB. Penanganan air
limbah tersebut ialah dengan dibuang ke sungai Brantas melalui pipa
yang ditimbun didalam tanah. Kemudian aliran pipa tersebut mengarah
langsung ke bantaran sungai Brantas.

3. Peran Serta Pengelola Rumah Makan

Personal hygiene pada rumah makan tersebut sudah dikatakan cukup


baik dikarenakan untuk karyawan wanita menggunakan penutup kepala
untuk menimalisir terkontaminasinya makanan saat diolah, akan tetapi
untuk karyawan laki-laki masih belum menggunakan penutup kepala.

Untuk standar operasional hygine sanitasi pengelolaan makanan, dari


hasil yang telah kami amati semua karyawan sebelum melakukan
pengolahan mereka mencuci tangan terlebih dahulu, begitu pula setelah
mengolah makanan kemudian untuk karyawan wanita tidak memakai
perhiasan saat mengolah makanan atau minuman,

Untuk pemakaian celemek semua karyawan yang berada di bagian


dapur sudah menggunakan celemek guna untuk menghindari
terkontaminasinya makanan tidak langsung bahkan mereka saat datang
untuk bekerja mereka mengganti pakaian seragam yang telah ditentukan.
Akan tetapi untuk penggunaan masker sebagian karyawan belum memakai
masker hal ini juga dapat memicu penularan droplet dari karyawan tersebut
melalui makanan yang sedang diolah
C. WARUNG KPK (KOPI PINGGIR KALI)
1. Gambaran Lokasi

Warung KPK berlokasi di belakang kampus IIK Bhakti Wiyata Kediri di


Jalan Wahidiyah No. 99. Warung KPK ini menjual berbagai macam
makanan dan minuman, seperti berbagai jenis kopi, baik kopi racik maupun
kopi instan serta aneka jenis gorengan dan mie instan.

2. Pembuangan Limbah

Limbah padat ditampung di


belakang warung dan dibiarkan
menumpuk. Sampah padat
tersebut berupa kemasan
makanan ataupun minuman
instan. Sedangkan, limbah cair
dialirkan melalui pipa yang
mengarah ke sungai Brantas. Limbah cair berupa sisa minuman pengunjung,
limbah pencucian alat makan atau minum dan sisa bahan makanan yang
tidak terpakai.
3. Peran Serta Pengelola Rumah Makan
Penjual tidak menggunakan alat pelindung sesuai SOP pada sanitasi
pengolahan makanan. Seperti, penggunaan sarung tangan, penutup kepala,
masker, celemek dan lain sebagainya.
4. Risiko Keselamatan dan Kesehatan di Lingkungan KPK
Untuk membuang sampah padat di bantaran sungai yang curam akan
membahayakan orang yang membuang sampah karena tidak ada pengaman.
Selain itu juga tidak ada pegangan di sekitarnya yang dapat meminimalisir
risiko jatuh ke bantaran sungai. Pada dasarnya, membuang sampah di
bantaran sungai juga tidak dapat dibenarkan.

D. DAMPAK BAGI LINGKUNGAN SEKITAR DAS

Penduduk di sekitar DAS masih menggunakan Sungai Brantas untuk


mandi dan mencuci baju. Bahkan sungai Brantas merupakan pemasok bahan
baku air terbesar untuk PDAM Kota Surabaya dan Malang. Kawasan
pemukiman sebenarnya tidak terlalu mendominasi tata guna lahan pada DAS
Brantas. Namun karena letaknya sangat dekat dengan sungai maka diduga hal
ini yang menimbulkan pengaruh terhadap penurunan kualitas air. Selain dalam
bentuk zat organik dan anorganik, dari limbah rumah tangga bisa juga
membawa bibit – bibit penyakit yang dapat menular pada hewan dan manusia
sehingga menimbulkan epidemik yang luas di masyarakat.
Limbah sabun cuci piring (limbah domestik) seperti deterjen akan
mengakumulasikan fosfat yang berbaya bagi kesehatan manusia terutama bagi
masyarakat yang menjadikan Air sungai brantas untuk dikonsumsi sebagai air
minum sehari-hari. Dalam jangka panjang, air minum yang telah
terkontaminasi limbah Detergen berpotensi sebagai salah satu penyebab
penyakit kanker (karsinogenik).

Pengelolaan air limbah yang kurang sempurna atau tidak adanya instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) memiliki potensi bahaya, di antaranya warga
yang menggunakan sungai sebagai sarana untuk kegiatan sehari-hari seperti
mencuci dan mandi masih mengeluhkan tentang air sungai yang berbau dan
merasakan gangguan kulit seperti gatal–gatal setelah menggunakan air sungai
tersebut.

Selain itu kandungan N dalam amoniak juga dapat menyebabkan pada


terjadinya syndrome baby blues dan berdampak pada kematian. Nitrogen yang
tertelan mengganggu fungsi haemoglobin.
REFERENSI

Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air. Kajian Model Pengelolaan
DAS Terpadu.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Keputusan Kementrian
Pekerjaan Umum. 2010. Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
Brantas.

Peraturan Pemerintah Nomor 37 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Keputusan Kementerian Pekerjaan Umum Nomor 268 Tahun 2010 tentang Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Brantas.

Sumihardi dan Ramlan. 2018. Sanitasi Industri dan K3. PPSMDK Kementerian
Kesehatan Republic Indonesia.

Syarifudin, A. 2017. Drainase Perkotaan Berwawasan Lingkungan. Yogyakarta:


ANDI.

Rahma Rizka. 2015. Penanganan Limbah Industri Pangan (Biskuit dan Bakso).
Fakultas Teknik Universitas Riau.

Prayudi Teguh, dkk. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Makanan Dengan
Bahan Baku Ikan, Udang, Unggas dan Daging.

Anda mungkin juga menyukai