Anda di halaman 1dari 29

Isu Etik, Agama, Sosial Budaya dan Hukum

pada Medical Record Pasien yang dirujuk

Disusun Oleh
Kelompok Tutorial A3

1710211021 Nursalim
1710211022 Rizkia Ulhaq
1710211051 Lu’lu Luqyana Fatin
1710211064 Amalia Nurlita
1710211083 Rizka Dwi Aulia
1710211097 RR. Ghina Nabila
1710211112 Isnin Galuh P
1710211146 Kalmarisa Zabila A
1710211151 RR. Puspa Buana
1710211152 Refitania Isnaeni H

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah BHP yang
berjudul “Isu Etik, Agama, Sosial Budaya dan Hukum pada Medical Record
Pasien yang dirujuk”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah program BHP yang telah memberikan tugas ini kepada kami, serta
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami mohon maaf apabila di dalam penulisan makalah terdapat
berbagai kesalahan. Kami sadar masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
agar dapat menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Rabu, 7 November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3. Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................... 3
2.1. Rekam Medis ................................................................................... 3
2.1.1. Definisi......................................................................... 3
2.1.2. Aspek dalam Rekam Medis.......................................... 4
2.1.3. Manfaat Rekam Medis.................................................. 5
2.1.4. Tujuan........................................................................... 6
2.1.5. Sistem Informasi Kesehatan......................................... 6
2.2.Sistem Informasi Rumah Sakit ......................................................... 7
2.3. Keterkaitan Sistem Informasi Kesehatan Dengan Rahasia Medis… 11
2.4. Rekam Medis menurut Bioetik......................................................... 15
2.5. Rekam Medis dalam Agama............................................................. 16
2.6.Rekam Medis Sosial Budaya............................................................. 17
BAB III ISU BIOETIK DAN PEMBAHASAN........................................... 19
3.1 ISU BIOETIK.................................................................................... 19
3.2 PEMBAHASAN................................................................................ 19
3.2.1. Menurut Kaidah Dasar Bioetik..................................... 19
3.2.2. Menurut Hukum............................................................ 21
3.2.3. Menurut Agama............................................................ 21
3.2.4. Merurut Sosial Budaya................................................. 22
BAB IV PENUTUP....................................................................................... 22
4.1 Kesimpulan........................................................................................ 24
4.2 Saran.................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah hak setiap manusia karena itu masyarakat berhak
mendapatkan pelayanan yang berkualitas. Dokter merupakan salah satu
komponen utama pemberi pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai
peran penting dalam proses pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, dokter
harus mempunyai standar profesi dan aturan lain yang didasari oleh ilmu
pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi perlindungan kepada
masyarakat. Standar profesi ini dinamakan kode etik kedokteran. Dengan
adanya standar praktek profesi ini dapat dilihat apakah seorang dokter
melakukan malpraktek, kelalaian ataupun bentuk pelanggaran praktek
kedokteran lainnya baik itu pelanggaran yang terkait dengan etika ataupun
pelanggaran terkait dengan masalah hukum.
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
sumpah dan atau janji dokter. Namun dalam penerapannya, masih banyak
dokter yang melanggar kode etik kedokteran diantaranya adalah memalsukan
rekam medis. Memalsukan rekam medis adalah memanipulasi hasil
pemeriksaan pasien agar hasilnya sesuai keinginan dan menguntungkan
pasien. Seorang dokter yang profesional tentu harus bisa mematuhi kode etik
apapun konsekuensinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan rekam medis (medical record)?
2. Apakah tujuan dan manfaat dari rekam medis?
3. Apa hbungan antara sistem informasi kesehatan dengan rahasia medis?
4. Bagaimana tinjauan rekam medis dari segi bioetik, agama, sosial
budaya, dan hukum?
5. Bagaimana jika seorang dokter melanggar kode etik kedokteran seperti
memalsukan rekam medis?

1
1.3 Tujuan
Mengetahui petunjuk-petunjuk yang tertera dalam kode etik
kedokteran, menjungjung tinggi norma luhur dalam menjalankan pekerjaan
dan tidak memberikan keterangan palsu tentang pasien.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Rekam Medis

2.1.1 Definisi

Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam


tentang identitas, anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala
pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan
baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan
gawat darurat. Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak
hanya sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai
suatu sistem penyelenggaraan rekam medis yaitu mulai pencatatan selama
pasien mendapatkan pelayanan medik, dilanjutkan dengan penanganan berkas
rekam medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran
berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman
apabila dari pasien atau untuk keperluan lainnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 269


tahun 2008 tentang Rekam Medis Pasal 1, rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Menurut UU Praktik kedokteran Pasal 46 ayat (1), yang dimaksud


dengan rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien.

Menurut Homan (2002), rekam kesehatan adalah tempat penyimpanan


data dan informasi mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
pasien. Rekam kesahatan mencatat siapa, apa, kapan, dimana, dan bagaimana
perawatan pada pasien.

3
2.1.2 Aspek Rekam Medis

Rekam medis memiliki tujuh aspek, yaitu:

1. Aspek administrasi

Rekam medis mempunyai arti administrasi karena isinya menyangkut


tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab bagi tenaga kesehatan.

2. Aspek medis

Rekam medis mepunyai nilai medis karena catatan tersebut dipakai sebagai
dasar merencanakan pengobatan dan perawatan yang akan diberikan.

3. Aspek hukum

Rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya menyangkut masalah


adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan dalam usaha
mengakkan hukum serta bukti untuk mengakkan keadilan.

4. Aspek keuangan

Rekam medis dapat menjadi bahan untuk menetapkan pembayaran biaya


pelayanan kesehatan.

5. Aspek penelitian

Rekam medis mempunyai nilai penelitian karena mengandung data atau


informasi sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
dibidang kesehatan.

6. Aspek pendidikan

Rekam medis memiliki nilai pendidikan karena menyangkut data informasi


tentang perkembangan kronologis pelayananmedik terhadap pasien yang
dapat dipelajari.

7. Aspek dokumentasi

Rekam medis memiliki nilai dokumentasi karena merupakan sumber yang


harus didokumentasikan yang dipakai sebagai bahan pertanggungjawabn
dan laporan.

4
2.1.3 Manfaat Rekam Medis

Rekam medis memiliki manfaat

1. Pengobatan pasien

Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan


dan menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan
tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien

2. Peningkatan kualitas pelayanan

Membuat rekam medis bagi penyelenggara praktik kedokteran dengan jelas


dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi
tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat.

3. Pendidikan dan penelitian

Rekam medis merupakan informasi perkembangan kronologis penyakit,


pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaatuntuk bahan
informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian dibidang profesi
kedokteran dan kedokteran gigi.

4. Pembiayaan

Berkas rekam medis dapat dijasikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan
pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan
tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.

5. Statistik kesehatan

Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya


untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk
menentukan jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu.

6. Pembuktian masalah hukum, disiplin dan etik

Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat


dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.

5
2.1.4 Tujuan

Tujuan Rekam Medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib


administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Tanpa
didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, maka
tertib administrasi tidak akan berhasil.

Tujuan rekam medik berdasarkan Hatta (1985) terdiri dari beberapa


aspek diantaranya aspek administrasi, legal, finansial, riset, edukasi dan
dokumentasi.

2.1.5 Sistem informasi kesehatan

Sistem Informasi Kesehatan adalah ”integrated effort to collect,


process, report and use health information and knowledge to influence policy-
making, programme action and research” Definisi ini mengandung arti bahwa
kita harus memproses data menjadi informasi yang nantinya diguankan untuk
penyusunan kegiatan atau program dan penelitian.

Terdapat 2 jenis pengumpulan data yaitu INDIVIDUAL BASED dan


COMMUNITY BASED.

 INDIVIDUAL BASED berasal dari kartu atau status rekam medis


yang direkapitulasi. Hasil rekapitulasi ini dapat digunakan untuk
kepentingan institusi dan juga untuk kepentingan masyarakat.
 COMMUNITY BASED berasal dari hasil surveillance atau studi yang
dilakukan di masyarakat. Hasil –hasil tersebut dapat digunakan untuk
kepentingan masyarakat dan juga kepentingan individu. (Diagram 2)

6
2.2 Sistem Informasi Rumah Sakit
Sistem informasi rumah sakit (SIRS) ( bahasa Inggris: Hospital
information systems, HIS) adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan
penyajian data rumah sakit se-Indonesia. Sistem Informasi ini mencakup
semua Rumah Sakit umum maupun khusus, baik yang dikelola secara publik
maupun privat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.SIRS ini merupakan
penyempurnaan dari SIRS Revisi V yang disusun berdasarkan masukan dari
tiap Direktorat dan Sekretariat dilingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan. Hal ini diperlukan agar dapat menunjang pemanfaatan data yang
optimal serta semakin meningkatnya kebutuhan data saat ini dan yang akan
datang.

Dasar Hukum
 Rumah sakit di Indonesia wajib melakukan pencatatan dan pelaporan
tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit sebagaimana
ketentuan dalam pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit .
 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi
Public (KIP) maka tersedianya data dan informasi mutlak dibutuhkan
terutama oleh badan layanan umum seperti rumah sakit.
Dasar Pelaksanaan
 Berdasarkan SK Menkes No. 1410 Revisi V, Tentang Sistem Informasi
Rumah Sakit (Sistem Pelaporan Rumah Sakit) Revisi V, tidak sesuai
lagi dengan perkembangan yang ada sehinnga perlu disesuaikan.
Paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun setelah peraturan ini
diundangkan. Dengan berlakunya peraturan ini, maka keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1410/MENKES/SK/X/2003 Revisi V ,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Agar setiap orang
mengetahui Peraturan ini, Pemerintah mengundangkan Peraturan ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
 Berdasarkan PERMENKES No. 1171 Tahun 2011, Pasal 1 (satu) ayat
1 (satu) Tentang Sistem Informasi Rumah Sakit, yaitu “Setiap rumah
sakit wajib melaksanakan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS).
7
 Berdasarkan kesepakatan dengan Dinas Kesehatan RL (tahunan)
dikirimkan mulai Januari 2012 untuk data tahun 2011 dan RL 5
(bulanan) dikirimkan mulai tahun berjalan.
Aplikasi
SIRS merupakan aplikasi sistem pelaporan rumah sakit kepada
Kementerian Kesehatan yang meliputi :
 Data identitas rumah sakit.
 Data ketenagaan yang bekerja di rumah sakit.
 Data rekapitulasi kegiatan pelayanan kompilasi penyakit/morbiditas
pasien rawat inap.
 Data kompilasi penyakit/morbiditas pasien rawat jalan.
Penerapan
 Untuk dapat menggunakan aplikasi SIRS ONLINE , setiap rumah sakit
wajib melakukan registrasi pada Kementerian Kesehatan.
 Registrasi digunakan untuk pencatatan data dasar rumah sakit pada
Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan Nomor Identitas Rumah
Sakit yang berlaku secara Nasional.
 Registrasi dilakukan secara online pada situs resmi Direktorat Bina
Upaya Kesehatan.
Tujuan
Penyelenggaraan SIRS bertujuan untuk :
 Merumuskan Kebijakan dibidang perumahsakitan
 Menyajikan informasi rumah sakit secara nasional
 Melakukan pemantauan, pengendalian, dan evaluasi penyeleggaraan
rumah sakit secara nasional.

Sifat Pelaporan
Sifat pelaporan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
 Pelaporan yang bersifat terbaru, setiap saat (updated), ditetapkan
berdasarkan kebutuhan informasi untuk pengembangan program dan
kebijakan dalam bidang perumahsakitan.
 Pelaporan yang bersifat periodic dilakukan 2(dua) kali dalam
1(satu)tahun yang terdiri dari laporan tahunan dan rekapitulasi laporan
bulanan (otomatis).
8
Pengisian Laporan
Pengisian laporan SIRS mengacu pada pedoman system informasi rumah sakit
yaitu :
 Direktorat Jenderal Bina Upaya kesehatan bersama Dinas Kesehatan
Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap pelaksanaan SIRS di rumah sakit.
 Pembinaan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan , dilakukan
melalui bimbingan teknis pelaksanaan SIRS kepada rumah sakit dan
Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota.
 Pengawasan pelaksanaan SIRS dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan bersama-sama seluruh DinasKesehatan
Provinsi dan Dinans Kesehatan Kabupaten/Kota.
 Dalam rangka pembinaan dan pengawasan untuk meningkatkan
efektifitas pelaporan SIRS, Direktorat Jenderal dapat memberikan
penghargaan kepada rumah sakit maupun Dinas Kesehatan Provinsi
dan /atau Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota.

Pengembangan
Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah
bertumpu dalam 2 hal penting yaitu “kriteria dan kebijakan pengembangan
SIRS” dan “sasaran pengembangan SIRS” tersebut. Adapun kriteria dan
kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam penyusunan spesifikasi SIRS
adalah sebagai berikut :
1. SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan
Nasional dalam memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat
waktu.
2. SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus
informasi dalam jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.
3. SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses
perencanaan maupun pengambilan keputusan operasional pada
berbagai tingkatan.

9
4. SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya guna dan
hasil guna terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi
rumah sakit yang telah ada maupun yang sedang dikembangkan.
5. SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptasi
terhadap perubahan dan perkembangan dimasa datang.
6. Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu
dengan biaya investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan
hasil dan manfaat yang berarti (rate of return) dalam waktu yang
relative singkat.
7. SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini
mungkin.
8. Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan
masing-masing subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.
9. SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas,
bahkan bagi petugas yang awam sekalipun terhadap teknologi
komputer (user friendly).
10. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal
mungkin perubahan, karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS
di Indonesia, untuk melakukan adaptasi dengan sistem yang baru.
11. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak
yang kuat terhadap pengembangan SIRS.

Sasaran Pengembangan
Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS
tersebut di atas, selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai
penjabaran dari Sasaran Jangka Pendek Pengembangan SIRS, sebagai berikut :
1. Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan
atau pengawasan (auditable) maupun dalam hal pertanggung-jawaban
penggunaan dana (accountable) oleh unit-unit yang ada di lingkungan
rumah sakit.
2. Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah
dilaksanakan, akan tetapi cukup lengkap dan terpadu.

10
3. Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan
dukungan akan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui
dukungan data yang bersifat dinamis.
4. Meningkatkan daya guna dan hasil guna seluruh unit organisasi dengan
menekan pemborosan.
5. Terjaminnya konsistensi data.
6. Orientasi ke masa depan.
7. Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi
yang telah ada maupun sedang dikembangkan, agar dapat terus
dikembangkan dengan mempertimbangkan integrasinya sesuai
Rancangan Global SIRS

Tahapan pengembangan
SIRS merupakan suatu sistem informasi yang, cakupannya luas
(terutama untuk rumah sakit tipe A dan B) dan mempunyai kompleksitas yang
cukup tinggi. Oleh karena itu penerapan sistem yang dirancang harus
dilakukan dengan memilih pentahapan yang sesuai dengan kondisi masing-
masing subsistem, atas dasar kriteria dan prioritas yang ditentukan.
Kesinambungan antara tahapan yang satu dengan tahapan berikutnya harus
tetap terjaga. Secara garis besar tahapan pengembangan SIRS adalah sebagai
berikut :
1. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SIRS.
2. Penyusunan Rancangan Global SIRS.
3. Penyusunan Rancangan Detail/Rinci SIRS.
4. Pembuatan Prototipe, terutama untuk aplikasi yang sangat spesifik.
5. Implementasi, dalam arti pembuatan aplikasi, pemilihan dan
pengadaanperangkat keras maupun perangkat lunak pendukung.
6. Operasionalisasi dan Pemantapan

2.3 Keterkaitan Sistem Informasi Kesehatan Dengan Rahasia Medis


Pengertian Rekam Medis
Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam
tentang identitas, anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala
pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan
11
baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan
gawat darurat.
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya
sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu
sistem penyelenggaraan rekam medis yaitu mulai pencatatan selama pasien
mendapatkan pelayanan medik, dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam
medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas
dari tempat penyimpanan untuk melayani permintaan / peminjaman apabila
dari pasien atau untuk keperluan lainnya.

Tujuan Rekam Medis


Tujuan Rekam Medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib
administrasi dalamrangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Tanpa
didukung suatu sistem pengelolaanrekam medis yang baik dan benar, maka
tertib administrasi tidak akan berhasil.

Kegunaan Rekam Medis


a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga kesehatan
lainnya yang ikut ambil bagian dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus
diberikan kepada seorang pasien.
c. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan
penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung / dirawat di Rumah
sakit.
d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa , penelitian dan evaluasi
terhadap program pelayanan serta kualitas pelayanan, Contoh : Bagi
seorang manajer :
 Berapa banyak pasien yang datang ke sarana kesehatan ? baru dan
lama ?
 Distribusi penyakit pasien yang datang ke sarana kesehatan kita
 Cakupan program yang nantinya di bandingkan dengan target
program

12
e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, sarana kesehatan maupun
tenaga kesehatan yang terlibat.
f. Menyediakan data dan informasi yang diperlukan untuk keperluan
pengembangan program, pendidikan dan penelitian.
g. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan
kesehatan.
h. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan serta bahan
pertanggungjawaban dan laporan.

Kerahasiaan Rekam Medis


Secara umum telah disadari bahwa informasi yang didapat dari rekam
medis sifatnya rahasia Tetapi kalu dianalisa, konsep kerahasiaan ini, akan
ditemui banyak pengecualian Yang menjadi masalah disini ialah : Bagi siapa
rekam medis itu dirahasiakan, dan dalam keadaan bagaimana rekam medis
dirahasiakan Informasi di dalam rekam medis bersifat rahasia karena hal ini
menjelaskan hubungan yang khusus antara pasien dan dokter yang
wajib dilindungi dari pembocoran sesuai dengan kode etik kedokteran dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada dasarnya informasi yamg
bersumber dari rekam medis ada dua kategori :
a. Informasi yang Tidak Mengandung Nilai Kerahasiaan Adalah perihal
identitas (nama, alamat, dan lain-lain) serta informasi lain yang tidak
mengandung nilai medis, lazimnya informasi jenis ini terdapat dalam
lembaran paling depan berkas rekam medis rawat jalan maupun rawat
inap ( Ringkasan riwayat klinik ataupun ringkasan masuk dan keluar
pasien ). Namun sekali lagi perlu diingat bahwa karena diagnosa akhir
pasien mengandung nilai medis maka lembaran tersebut tetap tidak
boleh disiarkan kepada pihak-pihak yang tidak berwenang Walaupun
begitu petugas tenaga bantuan, perawat, petugas rekam medis, maupun
petugas rumah sakit lainnya harus berhati-hati bahwa ada kalanya
identitas pasienpun dianggap perlu disembunyikan dari pemberitaan,
misalnya apabila pasien tersebut adalah seorang tanggungan polisi
(buronan), Hal ini semata-mata dilakukan demi ketenangan si pasien
dan demi tertibnya rumah sakit dari pihak-pihak yang mungkin
bermaksud mengganggu Oleh karena itu dimanapun petugas itu
13
berdinas tetap harus memiliki kewaspadaan yang tinggi agar terhindar
dari kemungkinan tuntutan ke pengadilan.
b. Informasi yang Mengandung Nilai Kerahasiaan Yaitu laporan atau
catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis sebagai hasil
pemeriksaaan, pengobatan, observasi atau wawancara dengan pasien.
Informasi ini tidak boleh disebarluaskan kepada pihak-pihak yang
tidak berwenang, karena menyangkut individu langsung si pasien,
walaupun begitu perlu diketahui pula bahwa pemberitahuan keadaan
sakit di pasien kepada pasien maupun kepada keluarganya oleh orang
rumah sakit selain dokter yang merawat sama sekali tidak
diperkenankan Pemberitahuan kepenyakitan kepada pasien / keluarga
menjadi tanggung jawab dokter pasien, pihak lain tidak memiliki hk
sama sekali.

Pemberian Informasi Rekam Medis


Berbicara tentang pemberian informasi, kadang-kadang membingung-
kan bagi seorang petugas rekam medis karena harus mempertimbangkan
setiap situasi bagi pengungkapan suatu informasi dari rekam medis ini,
permintaan terhadap informasi banyak datang dari pihak ketiga yang akan
membayar biaya : seperti asuransi, perusahaan yang pegawainya mendapatkan
perawatan di rumah sakit, damn lain-lain. Disamping itu pasien dan
keluarganya, dokter dan staf medis, dokter dan rumah sakit lain yang turut
merawat seorang pasien, lembaga pemerintahan dan badan-badan lain juga
sering meminta informasi tersebut. Meskipun kerahasiaan menjadi faktor
terpenting dalam hal pengelolaan rekam medis, akan tetapi harus diingat
bahwa hal tersebut bukanlah faktor satu-satunya yang menjadi dasar
kebijaksanaan dalam pemberian informasi. Hal yang sama pentingnya ialah
dapat selalu menjaga / memelihara hubungan baik dengan msyarakat, oleh 1
karena itu perlu adanya ketentuan-ketentuan yang wajar dan senantiasa dijaga
bahwa hal tersebut tidak merangsang hak peminta informasi untuk
mengajukan tuntutan lebih jauh kepada rumah sakit.
Seorang pasien dapat memberikan persetujuan untuk memeriksa isi
rekam medisnya dengan memberi suatu kuasa. Orang-orang yang membawa
surat kuasa ini harus menunjukkan tanda pengenal (identitas) yang syah
14
kepada pimpinan rumah sakit, sebelum mereka diizinkan meneliti isi rekam
medis yang diminta. Badan-badan pemerintah seringkali meminta informasi
rahasia tentang seorang pasien. Apabila tidak ada undang-undang yang
menetapkan hak satu badan pemerintah, untuk menerima informasi
tentang pasien, mereka hanya dapat memperoleh informasi atas persetujuan
dari pihak yang bersangkutan sebagaimana yang berlaku bagi badan-badan
swasta. Jadi patokan yang perlu dan harus senantiasa dingat oleh petugas
rekam medis adalah : “ Surat persetujuan untuk memberikan informasi yang
ditangani oleh seorang pasien atau pihak yang bertanggung jawab, selalu
diperlukan untuk setiap pemberian informasi dari rekam medis.

2.4 Rekam Medis menurut Bioetik


Sikap ikhlas didasari sikap profesional, akan menegakkan wibawa
dokter dalam menghadapi ataupun melakukan persuasi agar pasien bersikap
kooperatif terhadap tindakan pemeriksaan maupun pengobatan yang diberikan
oleh dokter. Sikap profesional dalam hal ini berarti mempertahankan mutu
tindakan berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan profesional yang
dimilikinya. Sikap ikhlas juga perlu disertai dengan tindakan yang selalu
memperhatikan tata sopan santun dan tata susila yang berlaku di masyarakat
tempat dokter yang bersangkutan berpraktek atau melaksanakan tugas
profesionalnya. Hal ini terutama perlu diperhatikan dalam melakukan
pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasien lawan jenis. Untuk mencegah
terjadinya hal yang tidak diinginkan, maka dalam melakukan pemeriksaan
perlu ada orang ketiga, yakni petugas kesehatan pembantu praktek atau salah
seorang keluarga pasien.
Telah ada kasus "pemerasan" (blackmailing) yang terjadi, bahkan
berakibat fatal bagi dokter. Tindakan pencegahan ini diperlukan untuk
menghindari diri. dari tuduhan melakukan sesuatu yang tidak senonoh.
Tindakan ini sifatnya wajib dalam rangka menghadapi risiko jabatan yang
mungkin timbul dengan akibat fatal dan dapat menurunkan martabat korps
dokter seluruhnya. Meskipun demikian dalam kasus tertentu misalnya
psikoterapi. Orang ketiga dapat menganggu jalannya pemeriksaan dan
pengobatan, bahkan dianggap melangar etik kedokteran, sehingga untuk

15
kasus-kasus psikiatri, tindakan pencegahan sebagaimana disebutkan di atas
tidak diwajibkan.
Keikhlasan dalam memberikan pertolongan kepada pasien
diperlihatkan pula pada intensitas perhatian dokter. Oleh karena itu tidaklah
benar dokter melakukan pemeriksaan sekaligus pada saat yang sama lebih dari
seorang pasien. Hal ini selain mengganggu "privacy" pasien, juga akan
mengurangi ketelitian pemeriksaan. Perhatian terhadap pasien
hendaknya menyeluruh terhadap pribadi seseorang manusia yang selain
mempunyai unsur jasmani ia juga memiliki unsur spiritual, mental dan
sosial(Iingkungan). Pandangan dokter terhadap pasien sebagai manusia
seutuhnya akan membantu menemukan latar belakang kelainan kesehatan
pasien secara lebih tepat. Diagnosa yang tepat akan mengarah pada
penGobatan/tindakan yang tepat pula. Pengobatan dalam hal ini tidak hanya
berorientasi pada pemberian obat (drug) saja, tetapi juga bantuan non fisik
yang diperlukan berdasarkan pengetahuan dokter tentang latar belakang
penyakit sebagaimana telah disebutkan diatas.

2.5 Rekam Medis dalam Agama


Dokter berkewajiban atau wajib menghormati agama dan kepercayaan
pasien serta adat istiadat yang dihormati masyarakat setempat, khususnya yang
tidak bertentangan dengan ketentuan agama, perundang-undangan yang
berlaku dan ketentuan dalam bidang kesehatan.
Aspek dalam hubungan dokter dan pasien seperti kewajiban seorang dokter
untuk menjaga kerahasiaan pasien di era rekam medis. Menjaga kerahasiaan
ini adalah suatu amanah yang diberikan kepada dokter dalam bentuk
kepercayaan pasien untuk memberitahu rahasia yang dimiliki untuk
kepentingan pengobatan. Amanah yang berarti jujur atau dapat dipercaya.
Secara bahasa, amânah (amanah) dapat diterjemahkan yakni sesuatu yang
dipercayakan atau kepercayaan.

Al-Quran menyatakan kata amanah dalam enam ayat. Allah Swt.


berfirman:
‫ض َو ۡٱل ِجبَا ِل فَأَبَ ۡينَ أَن يَ ۡح ِم ۡلنَ َہا َوأ َ ۡشفَ ۡقنَ ِم ۡن َہا َو َح َملَهَا‬
ِ ‫ت َو ۡٱۡل َ ۡر‬ َ َ‫ضنَا ۡٱۡل َ َمانَة‬
َّ ‫علَى ٱل‬
ِ ‫س َمـ َٰوٲ‬ ۡ ‫إِنَّا ع ََر‬
ً۬ ‫وما َجه‬ ً۬ ُ‫س ٰـ ُۖنُ إِنَّهُۥ كَانَ َظل‬
‫ول‬ ُ ِۡ
َ ‫ٱۡلن‬
16
Sesungguhnya Kami telah menyampaikan amanah kepada langit,
bumi, dan gunung-gunung; semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya. Dipikullah amanah itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (QS al-Ahzâb [33]:
72).
Perilaku amanah dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan melalui
kegiatankegiatan sebagai berikut.
1. Menjaga titipan apabila kita dititipi sesuatu dalam hal ini adalah suatu
rahasia dari pasien dalam bentuk apa yang tertulis dalam rekam medis,
harus menjaganya dengan baik.
2. Menjaga rahasia. Apabila kita dipercaya untuk menjaga rahasia, baik
itu rahasia pribadi, rahasia keluarga, rahasia organisasi, atau rahasia
negara, maka kita wajib menjaganya supaya tidak bocor kepada orang
lain.
3. Tidak menyalah gunakan jabatan. Jabatan merupakan amanah yang
wajib dijaga. Apabila kita diberi jabatan apapun bentuknya, maka kita
harus menjaga amanah tersebut. Segala bentuk penyalahgunaan jabatan
untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompok dapat termasuk
perbuatan yang melanggar amanah.
Seorang dokter telah disumpah untuk menjaga segala bentuk kerahasiaan
dari pasien. Jika dokter tersebut menyebarkan rahasia tersebut contohnya
dalam hal ini membuka rekam medis kepada orang yang tidak berkepentingan
maka dokter tersebut telah melanggar sumpah yang di ucapkannya yang secara
tidak langsung telah melanggar syariat agama. Oleh karena itu, rekam medis
pasien harus benar-benar terjaga dan rekam medis hanya melibatkan hubungan
antar dokter dan pasien.

2.6 Rekam medis sosial budaya


Pengobatan ilmiah memiliki keterbatasan terutama jika berhubungan
dengan manusia secara individual, budaya, agama, kebebasan, hak asasi, dan
tanggung jawab. Aspek budaya dan agama yang mungkin mempengaruhi
keputusan yang akan diambil. Sosial budaya merupakan salah satu aspek yang
penting dalam hal rekam medis.

17
Upaya-upaya kesehatan harus bersifat menyeluruh, terpadu,
berkelanjutan, berjenjang, professional, dan bermutu serta tidak bertentangan
dengan norma sosial budaya, moral, dan etika profesi. Perlu menyediakan
pencatatan yang berisi tentang penyakit dan diagnose penyakit pasien disebut
rekam medis.

18
BAB III
ISU BIOETIK DAN PEMBAHASAN

3.1 ISU BIOETIK


JAKARTA, KOMPAS.com — Dokter Michael Chia Cahaya yang
bertugas di ruang instalasi gawat darurat (IGD) Rumah Sakit Medika Permata
Hijau menolak merekayasa data medis pasien atas nama Setya Novanto.
Michael bahkan memilih dipecat ketimbang diintervensi.
Hal itu dikatakan Michael saat bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi Jakarta, Jumat (23/3/2018). Michael bersaksi untuk terdakwa dokter
Bimanesh Sutarjo. "Saya bilang, dokter mau pecat saya tidak apa-apa, saya
bisa cari kerja lagi," ujar Michael saat menirukan ucapannya kepada dokter
Alia yang merupakan atasannya
Menurut Michael, Fredrich Yunadi, pengacara Setya Novanto,
meminta agar dia membuat diagnosis seolah-olah Novanto mengalami luka
akibat kecelakaan. Padahal, saat itu dia belum memeriksa Setya Novanto.
Permintaan untuk merekayasa data medis itu juga disampaikan oleh terdakwa,
yakni dokter Bimanesh Sutarjo. Namun, semua permintaan itu ditolak
Michael. "Saya pikir ini sudah tidak benar, makanya saya minta gantian jaga
IGD," kata Michael.
Menurut Michael, saat itu dokter Alia menyarankan agar dia hanya
menjalankan tugas sesuai aturan. "Dokter Alia bilang, 'Saya enggak minta
kamu bohong, kalau memang dia perlu dirawat, ya, dirawat, kalau enggak, ya,
enggak usah'," kata Michael.

3.2 PEMBAHASAN
3.2.1 Menurut Kaidah Dasar Bioetik
1. Autonomy
Kaidah otonomi ini adalah suatu aturan personal yang bebas dari
intervensi pihak lain. Kaidah ini bertujuan untuk mengontrol
pembatasan yang diberikan oleh orang lain. Kaidah ini akan menjadi
wajib jika pada pelaksanaannya tidak terjadi pelanggaran kaidah
lainnya.

19
Kaidah ini jelas tidak menjadi hak bagi pasien pada kasus ini. Hal ini
disebabkan pada dasarnya kondisi yang dimiliki pasien tidak sesuai
dengan rekam medis yang diharapkan pihak pasien. Ditambah jika
kaidah otonomi (dalam hal ini, permintaan membuat rekam medis
palsu) dilakukan maka akan terjadi pelanggaran kaidah lain, bahkan
sumpah dokter yang telah diikrarkan seorang dokter.
Oleh karena itu, sikap Dokter Michael pada kasus ini sudah benar,
karena mampu bersikap tegas dan mampu memilah mana kaidah
otonomi yang dapat dimiliki pasien dan mana yang tidak.

2. Beneficence
Kaidah ini menuntut seorang dokter harus membantu orang lain dalam
memajukan kepentingan-kepentingan pasien. Namun hal ini tentu
dalam konteks hal yang baik (positif). Membantu pasien dalam
menciptakan kebohongan yang dapat merugikan orang lain bukan
aplikasi dari kaidah dasar bioetik ini.
Pada kasus ini, Dokter Michael telah menerapkan kaidah beneficence,
jika ia berbohong dan membuat suatu pernyataan rekam medis palsu
untuk melindungi pasien (Tersangka; Setya Novanto) maka hal
tersebut justru berkebalikan dengan kaidah ini.

3. Non Maleficence
Prinsip ini merupakan prinsip yang menjaga sikap seorang dokter
untuk tidak melukai orang lain. prinsip ini mampu membimbing
seorang dokter untuk memberikan penanganan yang paling tidak
merugikan bagi pasien. Sama halnya dengan pembahasan kasus pada
dua kaidah sebelumnya, kaidah ini tidak bisa menjadi alasan seorang
dokter bisa berbohong untuk kepentingan pasien yang tidak sesuai
dengan hukum.

4. Justice
Kaidah ini mengemukakan bahwa seorang dokter harus mampu
memberikan penanganan yang sama pada setiap pasien. Tidak

20
17
mendiskriminasi pasien berdasarkan status sosial, agama, apalagi
jabatan politik.
Pada kasus ini Dokter Michael mampu menjaga kaidah ini dengan
memperlakukan pasien (Tersangka; Setya Novanto) sama dengan
pasien lainnya.

3.2.2 Menurut Hukum


Sikap yang dilakukan oleh Dokter Michael pada kasus ini merupakan
sikap yang benar. Dimana sesuai dengan pasal 6 Permenkes no. 269 tahun
2008 yang berbunyi, “Dokter, dokter gigi dan.atau tenaga kesehatan tertentu
bertanggungjawab atas catatan dan/atau dokumen yang dibuat pada rekam
medis.”

Pasal tesebut secara tak langsung menyimpulkan apabila rekam medis


dibuat oleh dokter itu palsu maka dia akan bertanggung jawab atas kepalsuan
data tersebut. Terlebih pada kasus ini pasien merupakan seorang tersangka
akan kasus pidana, maka kedudukan rekam medis saat ini bisa berdiri sebagai
suatu barang bukti sesuai dengan pasal 13 Permenkes no.269 tahun 2008 yang
berbunyi, “Pemanfaatan Rekam medis dapat dipakai sebagai alat bukti dalam
proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan
penegakan etika kedokteran dan kedokteran gigi.”

3.2.3 Menurut Agama


Dalam kasus ini, menurut pandangan Agama Islam yang merupakan
agama mayoritas di Indonesia, perbuatan Dokter Michael telah sesuai dengan
Ayat Al-Qur’an dan hadist.

1. Firman Allah ta’ala :


ِ ‫﴿و ْلت َ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أ ُ َّمةٌ يَدْعُونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُر‬
﴾ َ‫وف َويَ ْن َه ْونَ َع ِن ْال ُم ْنك َِر َوأُولَئِكَ ُه ُم ْال ُم ْف ِلحُون‬ َ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar
merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran : 104)

21
2. Hadits Abu Sa’id Al Khudriy radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
»‫ان‬ ِْ ‫ف‬
ِ ‫اْلي َم‬ ْ َ‫ َوذَلِكَ أ‬،‫ فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه‬،‫سانِ ِه‬
ُ َ‫ضع‬ َ َ‫ فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَبِل‬،ِ‫« َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْنك ًَرا فَ ْليُغَيِ ْرهُ ِبيَ ِده‬
“Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran maka hendaknya ia
merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lisannya,
jika ia tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman.”
(HR. Muslim)

Dalam hal ini, Dokter Michael telah berbuat untuk mencegah


kemunkaran (keburukan) dengan sangat tegas dan hal ini ditujukkan dengan
sikap tidak takut akan ancaman dipecat dari pekerjaannya tersebut. Dan secara
otomatis Dokter tersebut juga telah berbuat kebaikan atas cerminan perilaku
ketegasannya tersebut. Perilaku Dokter Michael ini tidak hanya sesuai dengan
Agama Islam saja, tetapi juga semua Agama yang berlaku di dunia ini, karena
prinsipnya semua agama mendorong umatnya untuk berbuat kebaikan dan
mencegah kejahatan.

3.2.4 Menurut Sosial Budaya


Sebagai makhluk biologi manusia dipelajari dalam ilmu biologi atau
anatomi dan sebagai makhluk sosio budaya manusia dipelajari dalam
anthropologi budaya, yaitu tentang seluruh cara hidup manusia, bagaimana
manusia dengan akal budinya dan struktur fisiknya dapat mengubah
lingkungan berdasarkan pengalamannya.Kebudayanan manusia menganalisis
masalah-masalah hidup sosial-kebudayaan manusia dan memberi wawasan
bahwa hanya
manusialah yang mampu berkebudayaan. Dalam kasus ini, Dokter Michael
Chia Cahaya telah menggunakan akal budinya dengan tepat, beliau menolak
untuk merekayasa data medis pasien atas nama Setya Novianto, beliau telah
bertindak tepat dan mengetahui akan dampak apabila mengerjakan atau
meyetujui data medis pasien tersebut.
Selain itu juga, Dokter Michael Chia Cahaya juga telah menjunjung
tinggi Sumpah Dokter, yaitu dengan point “Saya bersumpah bahwa Saya akan
menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai
dengan martabat pekerjaan saya sebagai Dokter.”
22
19
Dalam kasus ini, Dokter Michael bersikap untuk konsisten akan
sumpahnya tersebut. Dokter Michael menolak dengan tegas akan perbuatan
yang melanggar tersebut. Bahkan Dokter Michael berani untuk berhenti
bekerja di tempat tersebut apabila atasannya masih memaksa untuk
merekayasa data rekam medis pasien tersebut.
Sementara kesan dari atasannya dan Dokter lainnya yang bersangkutan
telah bersikap kurang terpuji dan bertentangan dengan sumpah dokter dan
norma, dimana atasannya tersebut bersikap condong untuk melakukan
rekayasa data rekam medis pasien tersebut.

23
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Rekam Medis merupakan sebuah dokumen yang berisikan tentang
informasi pasien mulai dari identitas, anamnesa, penentuan fisik,
laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang
diberikan kepada pasien dan dijaga kerahasiaannya serta disimpan
dangan baik oleh pihak rumah sakit
2. Dalam pandangan bioetik ada beberapa prinsip/kaidah yang harus di
patuhi oleh dokter antara lain :
a. Otonomi. Dokter harus menuliskan rekam medik sesuai dengan
fakta/ keaadann pasien yang sesungguhnya, tidak boleh dilebih-
lebih kan atau di kurang-kurangkan
b. Beneficence. Dalam segi befeficence, dokter harus membantu
orang lain (pasien) dalam memajukan kepentingan-kepentingan
pasien dengan konteks yang positif dan tidak melanggar kaidah
bioetik lainnya dan peraturan yang berlaku
c. Non maleficence. Dokter tidak boleh merugikan pihak pasien,
termasuk berbohong saat penulisan rekam medis untuk
kepentingan pasien yang tidak sesuai dengan hukum
d. Justice. Dokter tidak boleh membeda-bedakan penanganan satu
pasien dengan pasien lainnya atas dasar status soisial, baik itu
anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa, tindakan
medik hingga penulisan rekam medik
3. Menurut dari segi hukum, Sesuai peraturan yang telah ada bahwa
dokter, dokter gigi, maupun tenaga kesehatan lainnya bertanggung
jawab atas rekam medis yang telah mereka buat, selain itu rekam
medis dapat menjadi alat bukti dalam proses penegakan hukum,
karenanya rekam medis harus ditulis sesuai dengan keaadaan
sesungguhnya
4. Menurut segi Agama, dokter harus menjaga kerahasiaan rekam medik
pasiennya sesuai dengan sumpah dokter yang telah diucapkannya

24
5. Menurut Sosial Budaya, dokter harus mengetahui dampak yang akan
terjadi dari setiap tindakan yang dilakukannya dan sesuai dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakan termasuk dalam penulisan
rekam medik pasien

4.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa kedokteran harus bersikap dan berperilaku
profesional dan dapat menerapkannya karena dengan begitu, segala tindakan
yang kita perbuat akan terlindung dari kesalahan. Hal ini sangat penting untuk
diperhatikan, karena kesalahan kecil yang kita lakukan dapat menjadi besar
dan bertendensi menjadi sebuah malpraktek, dimana malpraktek adalah
sesuatu yang harus dihindari karena memiliki resiko yang besar baik secara
medis maupun hukum. Untuk itu kita juga mesti dibekali pengetahuan tentang
rekam medis, karena tidak lain tidak bukan rekam medis membantu kita untuk
menegakkan keadilan dan sebagai bukti yang dapat dipertanggung jawabkan.

25
23
DAFTAR PUSTAKA

1. AbouZahr1, Carla & Boerma1,Ties . Health information systems: the


foundations of public health in Bulletin of the World Health
Organization August 2005, 83 (8) 7.
2. Departemen Kesehatan RI., Pedoman Sistem Pencatatan Rumah Sakit
(Rekam medis/Medical Record , 1994
3. Gabrillin, Abba, 2018, Dokter IGD Pilih Dipecat Ketimbang Rekayasa
Data Medis Setya Novanto,
https://nasional.kompas.com/read/2018/03/23/12373881/dokter-igd-
pilih-dipecat-ketimbang-rekayasa-data-medis-setya-novanto,
diakses pada tanggal 7 November 2018
4. https://majalahpendidikan.com/amanah-definisi-jenis-jenis-dan-
contohnya/
diakses pada tanggal 7 November 2018
5. INFOKES, VOL. 1 NO. 2 Juli 2010 ISSN : 2086 – 2628
6. Kode etik kedokteran Indonesia dan pelaksanaan kode etik kedokteran
Indonesia.
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/Kode-Etik-Kedokteran.pdf
7. Kuliah ” Medical Record and Health Information System “ , dr. Diah
Poerwanti P., Mkes
8. Majalah Kedokteran Andalas Vol.40, No. 2, September 2017, Hal.111-
121. Judul :Kaidah Dasar Bioetika dalam Pengambilan Keputusan
Klinis yang Etis
9. PANDUAN ETIKA MEDIS World Medical Association Medical
Ethics Manual. Pusat Studi Kedokteran Islam Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
10. Tinjauan hukum terhadap rekam medis sebagai alat bukti. 2014.
http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8309/1/T1_31200700
7_Judul.pdf
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
12. www.kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai