PETUNJUK TEKNIS IKAN NILA Oreochromis Ni PDF
PETUNJUK TEKNIS IKAN NILA Oreochromis Ni PDF
IKAN NILA
Oreochromis niloticus
Email: sulteng_reprog@yahoo.com
Website : www.dkp.sulteg.go.id
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan spesies yang berasal dari kawasan
Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya di Afrika. Bentuk tubuh memanjang, pipi
kesamping dan warna putih kehitaman. Jenis ini merupakan ikan konsumsi air tawar
yang banyak dibudidayakan setelah Ikan Mas (Cyrprinus Carpio) dan telah
dibudidayakan di lebih dari 85 negara. Saat ini, ikan ini telah tersebar ke Negara
beriklim tropis dan subtropics, sedangkan pada wilayah beriklim dingi tidak dapat hidup
dengan baik.
Nila disukai oleh kalangan karena mudah dipelihara, dapat dikonsumsi oleh
segala lapisan serta rasa daging yang enak dan tebal. Tekstur daging Ikan Nila memiliki
ciri tidak ada duri kecil dalam dagingnya. Apabila dipelihara di tambak akan lebih
kenyal, dan rasanya lebih gurih, serta tidak berbau lumpur. Oleh karena itu, Ikan Nila
layak untuk digunakan sebagai bahan baku dalam industry fillet dan bentuk-bentuk
olahan lain. Ekspor Nila dari Indonesia umumnya dalam bentuk frozen fille (600 g) dan
surimi.
Bibit Nila didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Peneliti perikanan
Air Tawar (Balitkanwar) dari Taiwan pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian
dan adaptasi, ikan ini kemudian disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia.
Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktur
Jenderal Perikanan. Pada tahun 1980-1990, Nila Merah diintrodusir masuk dari Taiwan
dan Filipina oleh Perusahaan Aquafarm. Pada tahun 1994, Balitkanwar kembali
mengintroduksi Nila GIFT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) strai G3 dari
Filipina dan Nila Citralada dari Thailand. Secara genetic Nila GIFT telah terbukti
memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi dibandinggkan
dengan jenis ikan Nila lain. Tahun 2000, salah satu perusahaan swasta nasional, CP
Prima mengintrodusir Nila Merah NIFI dan Nila GET dan Filipina tahun 2001. Pada
tahun 2002, BBAT Jambi memasukan Nila JICA dari Jepang dan Nila Merah Citralada
dari Thailand.
Nila dapat memanfaatkan plankton dan perifiton, serta dapat mencerna Blue
Green Algae. Nila umumnya matang kelamin mulai umur 5-6 bulan. Ukuran matang
kelamin berkisar 30-350 g. Rasio betina : jantan berkisat antara (2-5) : 1, keberhasilan
pemijahan berkisar 20-30% per minggu dengan jumlah telur antara 1-4 butir/gram
induk. Kelulushidupan (Survival Rate-SR) dari telur menjadi benih (ukuran < 5 gram)
dapat mencapai 70-90%. SR fingerling menjadi ikan konsumsi berkisar 500-600 g dapat
mencapai 70-98%. Nila menpunyai pertumbuhan cepat, rataan pertumbuhan harian
(Average Daily Growth-ADG) dapat mencapai 4,1 gram/hari.
Pertumbuhan Ikan Nila jantan dan betina dalam satu populasi kan selalu jauh
berbeda, karena Nila jantan 40% lebih cepat dari pada Nila betina. Nila betina, jika
sudah mencapai ukuran 200 g pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang
jantan tetap tumbuh dengan pesat. Hal ini akan menjadi kendala dalam
memproyeksikan produksi. Beberapa waktu lalu, telah ditemukan teknologi proses
jantanisasi; yaitu membuat populasi ikan jantan dan betina maskulin melalui sex-
reversal; dengan cara pemberian hormone 17 Alpa methyltestosteron selama
perkembangan larva sampai umur 17 hari. Saat ini teknologi sex reversal telah
berkembang melalui hibridisasi antarjenis tertentu untuk dapat menghasilkan induk
jantan super dengan kromosom YY; sehingga jika dikawinkan dengan betina kromosom
XX akan menghasilkan anakan jantan XY.
Peluang pasar Ikan Nila cukup besar baik di pasar lokal maupun ekspor.
Kebutuhan pasar dalam negeri untuk ikan nila umumnya berukuran dibawah 500
gram/ekor, dengan harga berkisar antara Rp. 11.000-15.000/kg untuk wilayah Jawa dan
Sumatera , sedangkan untuk wilayah timur Indonesia mencapai Rp. 20.000-30.000/kg.
kebutuhan pasar ekspor umumnya dalam bentuk fillet dengan harga berkisar Rp.
30.000-40.000/kg dengan Negara tujuan ekspor yaitu Amerika Serikat, Eropa, Timur
Tengah, dan Hongkong. Untuk mendapatkan 1 kg fillet Nila, dibutuhkan 3 ekor ikan nila
segar. Oleh karena itu upaya pengembangan usaha budidaya Nila masih terbuka untuk
dikembangkan dalam berbagai skala usaha.
BAB II
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Nila merupakan ikan sungai atau danau yang cocok dipelihara di perairan tawar
yang tenang, kolam dapat berkembang pesat pada perairan payau misalnya tambak.
Kebiasaan makan nila diperairan alami adalah plankton, tumbuhan air yang lunak serta
caing. Benih nila suka mengkonsumsi zooplankton seperti Rotatoria, Copepoda dan
Cladocera; sedangkan termasuk alga yang menempal. Pada perairan umum anakan
nila sering terlihat mencari makan di bagian dangkal. Sedangkan Nila dewasa di tempat
yang lebih dalam. Nila dewasa mampu mengumpulkan makanan berbentuk plankton
dengan bantuan lender (mucus) dalam mulut.
Nila terlihat memulai memijah sejak umur 4 bulan atau panjang badan berkisar
9.5 cm. pembiakan terjadi setiap tahun tanpa adanya musim tertentu dengan interval
waktu kematangan telur sekitar 2 bulan. Induk betina matang kelamin dapat
menghasilkan telur antara 250-1.100 butir. Nila tergolong sebagai Mouth Breeder atau
pengeram dalam mulut. Telur-telur yang telah dubuahi akan menetas dalam jangka 35
hari di dalam mulut induk betina. Nila jantan mempunyai naluri membuat sarang
berbentuk lubang di dasar perairan yang lunak sebelum mengajak pasangannya untuk
memijah. Nila betina mengerami telur di dalam mulutnya dan senantiasa mengasuh
anaknya yang masih lemah. Selama 10-13 hari, larva di asup oleh induk betina. Jika
induk melihat ada ancaman, maka anakan akan dihisap masuk oleh mulut betina, dan
dikeluarkan lagi bila situasi telah aman. Begitu berulang hingga benih berumur kurang
dlebih 2 minggu.
Pembenihan
Pada lokasi calon pembenihan terdapat sumber air yamg memadai secara
teknis, tersedia sepanjang tahun. Setidaknya, pada pemeliharaan benih, debit air yang
dibutuhkan berkisar 0.5 liter/detik. Nila dapat hidup pada suhu 25-30 derajat Celcius; pH
air 6.5-8-5; oksigen terlarut > 4 mg/I dan kedar ammoniak (NH3)< 0.01 mg/I; kecerahan
kolam hingga 50 cm. selain itu ikan Nila juga hidup dalam perairan agaktenang dan
kedalaman yang cukup.
a) Induk
Bobot induk betina sebesar 0.4 kg, sedangkan jantan sebesar 0.4 kg.
perbandingan induk jantan dan betina dikawinkan adalah 1 : 2. Padat penebaran
induk, untuk tiap pasang induk atau 3 ekor ikan, setidaknya disediakan lahan
minimal 4 m2. Perawatan induk dilakukan dengan memberikan makanan
tambahan seperti pellet, dedak, dan ampas tahu. Penambahan pakan alami
dikolam dapat dilakukan dengan cara menggantungkan karung pupuk di bagian
kolam tertentu, dengan terlebih dahulu melubaginya. Cara ini dimaksudkan agar
pembusukan yang berlangsung di dalam karung teidak mengganggu kaulitas air
kolam. Selanh beberapa hari biasanya disekitar karung akan tumbuh plankton.
b) Pakan
Pakan induk Nila adalah pakan buatan dapat berupa pellet dengan kadar protein
28-35% dengan kendungan lemeak tidak lebih dan 3%. Pada pemeliharaan
induk, pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di
dalam pakannya sehinga perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal
dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang diris-iris.
Banyaknya pelat sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa par hari. Agar
diketahui berat bio massa, maka diambil sempel 10 ekor ikan, ditimbang, dan
dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah
seluruh ikan di kolam. Sebagai contoh, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah
ikan 90 ekor maka barat biomassa 220 x 90 = 19.800 garam. Jumlah ransum per
han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Rensum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan
pakan yang banyak mengandung lemak separti bungkil kacang dan bungkil
kelapa tidak baik untuk induk ikan, terlebih jika barang tersebut sudah barbau
tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan
seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.
c) Peralatan
1. Peralatan pemijahan, penetasan dan pemeliharaan larva: pengukuran
kualitas air: thermometer. Peralatan lapangan: ember, baskom, gayung,
selang plastik, saringan, plankton net, serok, timbangan, aerasi dan
instalasinya.
2. Peralatan pendederan: peralatan lapangan: thermometer, ember, baskom,
saringan, serok, lambit, waring, cangkul, hapa penampung benih, timbangan
dll.
Induk jantan akan mulai menggali sarang induk jantan segera memburu induk
betina pelepas telur oleh induk betina, yang dengan cepat dibuahi oleh induk jantan
dengan cara menyemprotkan spermanya. Selesai pemijahan, induk betina menghisap
telur-telur yang telah dibuahi untuk dierami di dalam mulutnya. Induk jantan akan
meninggalkan induk betina, membuat sarang dan kawin lagi.
Anakan yang telah keluar dari mulut induk segera dipanen dan dipisahkan tersendiri
pada bak pemeliharaan larva. Panen benih sudak boleh dilakukan dengan
menggunakan serokan/waring dan ditampung dalam ember/baskom untuk dipindahkan
ke kolam pendederan. Penangkapan sebaiknya dilakukan pada pagi hari di saat benih
biasanya berkumpul di permukaan air. Bila matahari makin tinggi dan suhu air
meningkat biasanya benih akan berada di bagian dasar kolam mencari tempat yang
sejuk. Penangkapan biasanya beberapa kali dan membutuhkan waktu 2 jam. Masa-
masa kritis berkisar 10 hari, karena benih sangat rentan mengalami kematian, sehingga
pemeliharaan harus dilakukan secara hati-hati.
Kualitas air media pemeliharaan anakan diatur pada suhu 25 – 30 0C, keasaman
(pH) 6,5 – 7,5 ketinggian air media 0,6 – 1 m dalam kolam pemeliharaan dengan
kapasitas luasan berkisar 500 m2. Padat tebar larva berkisar 150 ekor per m2 dengan
waktu pemeliharaan 10 hari. Ukuran panen 1 – 3 cm dengan bobot 1 gram.
Pemeliharaan benih dilakukan pada suhu 30 – 32 0C, keasaman (pH) 6,5 – 7,5
ketinggian air media 20 – 30 cm dalam wadah pemeliharaan dengan kapasitas 500 m2.
Ukuran benih tebar 1 – 3 cm, bobot 1 gram dengan padat tebar larva 50 – 75 ekor per
m2. Waktu pemeliharaan 20 hari dengan ukuran panen 3 – 5 cm dan bobot 2,5 gram.
Usaha pembesaran Nila dapat dilakukan pada dataran rendah sampai agak
tinggi sampai dengan 500 m dari permukaan laut (dpl). Sumber air tersedia sepanjang
tahun dengan kualitas air tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia
beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kedalaman air minimal 5 meter dari dasar jaring
pada saat surut terendah, kekuatan arus 20 – 40 cm/detik. Persyaratan kualitas air
untuk pembesaran ikan nila adalah pH air antara 6,5 – 8,6, suhu air berkisar antara 25
– 30 0C. Oksigen terlarut lebih dari 5 mg/l,kadar garam air 0 – 28 ppt, dan Ammoniak
(NH3) kurang dari 0,02 ppm.
1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lembung, tidak
berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor
sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam;
2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3 – 5% untuk
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi;
3. Kualitas air untuk pemeliharaan Ikan Nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak
tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Air yang kaya
plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak
mengandung Diatomae. Tingkat kecerahan air dapat diukur dengan alat yang disebut
piring secchi (secchi disc). Pada kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik
antara 20 – 30 cm;
Fitoplankton yang tumbuh dengan baik ditandai dengan perubahan warna air kolam
menjadi kuning kehijauan. Jika diperhatikan, pada dasar kolam juga mulai banyak
terdapat organisme renik yang berupa kutu air, jentik-jentik serangga, cacing, anak-
anak siput dan sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, ketinggian air kolam diatur
sedalam 75 – 100 cm. Pemupukan susulan harus dilakukan 2 minggu sekali, yaitu
pada saat makanan alami sudah mulai habis.
Pupuk susulan menggunakan pupuk organik sebanyak 500 kg/ha. Pupuk itu dibagi
menjadi empat dan masing-masing dimasukkan ke dalam karung, dua buah di kiri
dan dua buah di sisi kanan aliran air masuk. Dapat pula ditambahkan bebrapa
karung kecil yang diletakkan di sudut-sudut kolam. Urea dan TSP masing-masing
sebanyak 30 kg/ha diletakkan di dalam kantong plastik yang diberi lubang-lubang
kecil agar pupuk dapat larut sedikit demi sedikit. Kantong pupuk tersebut
digantungkan sebatang bambu yang dipancangkan di dasar kolam, posisi terendam
tetapi tidak sampai ke dasar kolam.
1. Pelampung: bahan styrofoam atau drum, bentuk silindris, jumlah pelampung minimal
8 buah/jaring;
2. Tali jangkar: bahan polyetiline (PE), panjang 1,5 kali kedalaman perairan, jumlah 5
utas/jaring, diameter 0.75 inci;
3. Jangkar: bahan besi/blok beton/batu, bentuk segi empat, berat minimal 40 kg/buah,
jumlah 5 buah/jaring;
4. Jaring: bahan polyetiline (PE 210 D/12), ukuran mata jaring 1 inci, warna hijau,
ukuran jaring (7x7x2,5 m3).
5. Luas peruntukan areal pemasangan jaring maksimal 10% dari luas potensi perairan
atau 1% dari luas perairan waktu surut terendah dan jumlah luas jaring maksimal
10% dari luas areal peruntukan pemasangan jaring.
Sebagai upaya sterilisasi, sebelum ditebar, benih direndam dalam larutan Kalium
Pemanganat konsentrasi 4 – 5 ppm selama kurang lebih 15 – 30 menit. Adaptasi suhu
dilakukan agar suhu dilakukan agar suhu pada kemasan ikan sama suhu di KJA
dengan cara merendam wadah kemasan benih ke KJA selama 1 (satu) jam. Penebaran
benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar ikan tidak mengalami stres atau
kematian akibat perbedaan suhu tersebut. Benih yang ditebar berukuran 5 – 8 cm,
berat 30 – 50 gram dengan padat tebar 50 – 70 ekor/m3. Pakan digunakan untuk
pembesaran ikan nila adalah lambit, pembersih jaring, pengukur kualitas air
(termometer, sechsi disk, kertas lakmus), peralatan lapangan (timbangan, hapa, waring,
ember, alat panen, dll), dan sampan.
Panen dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi resiko kematian
ikan. Penanganan panen dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan
segar. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam
keadaan hidup dan segar antara lain: (1) pengangkutan menggunakan air yang bersuhu
rendah sekitar 20 0C; (2) waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari:
(3) jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
BAB IV
ASPEK KEUANGAN
4.1. Pembenihan
Biaya investasi adalah biaya tetap yang dikeluarkan pada saat memulai suatu
usaha. Biaya investasi utama dalam usaha Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Ikan Nila
dapat dikelompokkan seperti tabel berikut.
Harga
per Unit Umur
NO. Komponen Unit Satuan Nilai (Rp.) Penyusutan
(Rp.) Ekonomis
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Ikan Nila dengan 4
unit kolam memerlukan biaya investasi pada tahun ke 0 sebesar Rp. 5.100.000,-
komponen biaya investasi disusutkan selama 1 tahun dan waktu proyek adalah 1 tahun.
Biaya operasional untuk Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Ikan Nila meliputi
pembelian pakan induk, pakan larva/benih, obat-obatan dan vitamin, bahan kimia,
listrik, bahan bakar, panen dan tenaga kerja.
Gambar 6. Pemeliharaan nila pada kolam air deras.
Biaya investasi dan modal kerja usaha pembenihan nila sebesar Rp. 10.027.760,
masing-masing untuk investasi sebesar Rp 5.100.000 dan biaya operasional sebesar
Rp. 4.927.760. Biaya investasi dan modal kerja diperoleh dari kredit dengan jangka
waktu pengembalian selama 1 tahun dan tingkat suku bunga 16%.
Perhitungan hasil diperoleh dari penjualan benih ikan nila dengan harga jual per
ekor Rp. 60,- produksi per periode 105.840 ekor, mempunyai siklus sebanyak 6 kali
maka diperoleh pendapatan sebesar Rp. 6.350.400 per siklus atau Rp. 38.102.400,- per
tahun.
Dengan menggunakan data dan asumsi yang ada, maka dapat diperhitungkan
proyeksi laba-rugi usaha Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Ikan Nila.
Tabel 4. Proyeksi Laba Rugi Usaha Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Ikan Nila
1 Pendapatan 38.102.400
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun ketiga Unit Pembenihan Rakyat (UPR)
Ikan Nila telah mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp 1.831.398,- dengan profit
margin sebesar 5%.
TAHUN
URAIAN
0 1
a. Pendapatan - 38.102.400
b. Dana Sendiri -
Outflow
a. Investasi 5.100.000 -
f. Pajak - -
PV Benefit - 31.739.299
IRR 83,40%
DF 20%
PV Benefit 31.739.299
PV Cost 26.447.056
NPV 5.292.243
4.2 Pembesaran
4.2.1. Komponen Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya tetap yang dikeluarkan pada saat memulai suatu
usaha. Biaya investasi utama dalam usaha Pembesaran Ikan Nila di KJA dapat
dikelompokkan menjadi:
Tabel 6. Perhitungan biaya investasi
Umur
No Kompone uni Satua Harga per Ekonomi Penyusuta
. n t n Unit (Rp.) Nilai (Rp.) s n
36,000,00
1 KJA 3 unit 12,000,000 0 3 12,000,000
Peralatan
2 Produksi 1 paket 350,000 350,000 3 116,667
Jumlah 38,350,00
Biaya 0 12,783,333
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa Pembesaran Ikan Nila di KJA dengan 3 unit KJA
memerlukan biaya investasi pada tahun ke 0 sebesar Rp. 38.350.000,- komponen biaya
investasi disusutkan selama 3 tahun dan waktu usaha adalah 3 tahun
Biaya operasional untuk Pembesaran Ikan Nila di KJA meliputi pembelian benih,
pakan, dan tenaga kerja.
Tabel 7. Komponen Biaya Operasional
per
(Rp) (Rp) Tahun
Tenaga
3 Kerja 1 orang 1,000,000 4,000,000 3 12,000,000
Jumlah
Biaya 52,837,600 158,512,800
Biaya investasi dan modal kerja usaha budidaya nila di KJA sebesar Rp.
91.187.600, masing-masing untuk investasi sebesar Rp 38.350.000 dan biaya
operasional sebesar Rp. 52.837.600. Biaya investasi dan modal kerja diperoleh daro
kredit dengan jangka waktu pengembalian selama 3 tahun dan tingkat suku bunga
16%.
Tahun Ke-
No. Uraian
1
1 Pendapatan 226.800.000
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun pertama Pembesaran Ikan Nila di KJA
telah mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp 50.640.528,- dengan profit margin
sebesar 22,23%.
TAHUN
Uraian
0 1 2 3
b. Dana Sendiri -
e. Nilai Sisa
Outflow
a. Investasi 38,350,000
e. Bunga Kredit
Perbankan 4,863,339 4,863,339 4,863,339
f. Pajak - - -
IRR 54,63%
DF 20%
PV Benefit 477,640,800
PV Cost 425,015,557
NPV 52,625,243
Berdasarkan perhitungan analisa kelayakan usaha diatas pembesaran ikan nila ini
menguntungkan dikarenakan pada discount factor 20% per tahun net B/C ratio sebesar
1,12 (> 1), PBP 1,90 tahun dan NPV sebesar Rp. 52.625.243,- (> 0). Sedangkan nilai
IRR 54,63% (>discount rate) maka usaha ini masih layak dilakukan sampai pada tingkat
suku bunga sebesar 54,63% per tahun. Sedangkan jangka waktu pengembalian
seluruh biaya investasi/PBP (usaha) adalah ±1,90 tahun (tahun (1,9 tahun = enam
siklus). Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu
pengembalian investasi lebih kecil dari periode usaha yaitu 3 tahun
BAB V
PENUTUP
Nila, merupakan komoditas perikanan yang tidak saja dapat tumbuh baik di air
tawar, namun juga air payau dan laut. Sebagai sebuah komoditas perikanan, Nila
mengandung potensi ekonomi luar biasa. Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal
dan menggemari Nila, karena warna dagingnya yang putih bersih,kenyal, dan tebal,
tampak seperti daging ikan kakap merah. Rasa daging Nila, juga dipengaruhi oleh
tempat hidupnya. Nila yang hidup di air tawar, rasa dagingnya cenderung yang tawar,
sehingga mudah diolah menjadi pelbagai menu masakan. Sebaliknya, Nila yang hidup
di air payau atau laut, dagingnya cenderung padat dan rasanya seperti ikan laut.
Setiap tahun permintaan terhadap Nila terus naik, baik dari pembeli luar negeri
maupun lokal. Nila tidak hanya diminati penikmat kuliner lokal, tapi juga dari luar negeri,
terutama Amerika Serikat (AS). Tak heran , peluang pasar ikan ini masih terbuka lebar.
Apalagi sejauh ini pasokan ikan nila masih belum mampu melayani tingginya
permintaan pasar. AS, sebagai contoh, membutuhkan fillet atau potongan daging tanpa
tulang Nila sebanyak 90 juta ton per tahun. Belum lagi permintaan dari sejumlah
Negara lainnya yang jumlahnya juga terbilang besar. Sebaliknya, pasokan Nila masih
jauh di bawah angka kebutuhan itu.
Provinsi Sulawesi Tengah memiliki potensi kolam air tawar sebesar 11.740 Ha
dan perairan danau air tawar meliputi: (1) Danau Poso (32.150 Ha), (2) Danau Lindu
(3.453 Ha), (3) Danau Rano (150 Ha), (4) Danau Tiu (525 Ha), (5) Danau Talaga (750
Ha) dan (6) Danau Wanga (138 Ha) serta danau-danau lain. Selain itu, masih terdapat
potensi berupa rawa dan sungai sebesar 1.639.605 Ha. Oleh sebab itu, Dinas Kelautan
dan Perikanan (DKP) dalam upaya pengembangan ikan air tawar khususnya Nila, telah
melakukan penebaran benih ikan pada perairan umum daratan (PUD) melalui kegiatan
Restocking. Kegiatan tersebut merupakan kalender rutinDKP Provinsi Sulawesi
Tengah. Kegiatan terkait lain adalah pemanfaatan lahan tambak idle, dengan merubah
komoditas menjadi Nila Gesit dengan tujuan: (1) peningkatan stok populasi ikan; (2)
peningkatan gizi masyarakat (PROKSIMAS), dan (3) peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Saat ini, masyarakat telah memulai membudidayakan Nila, baik di kolam, tambak
payau, KJA, maupun perairan umum. Rasa yang enak dan harga yang cenderung
terjangkau menyebabkan permintaan pemenuhan pasar lokal semakin meningkat.
Tingginya permintaan benih dan hasil produksi untuk konsumsi masih belum dapat
dipenuhi oleh para pembenih dan pembudidaya lokal. Potensi pendukung dan
permintaan yang tinggi untuk pasaran lokal, merupakan salah satu peluang usaha
bisnis yang cerah bagi pengembangan Nila di Sulawesi Tengah.
REFERENSI
BAPPENAS RI.
Sugiarto, 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Penerbit CV.Simplex.