Anda di halaman 1dari 19

Makalah Pendek

Mata Kuliah Pembentukan Karakter Terintegrasi A (MPKT A)


Bagian II : Jati Diriku Sebagai Individu dan Bagian dari Masyarakat

Fasilitator :

Dr. Karsono Hardjosaputra S.S., M.Hum.

Kelas MPKT A 13

Kelompok Homegroup 3

Disusun Oleh :
No. Nama Lengkap Nomor Pokok Mahasiswa
1 Harry Farinuddin (1906294615)
2 Maura Sekar Amarati Lastyo (1906368235)
3 Suci Hadiva (1906290415)
4 Dhaifina Iftinan (1906367876)
5 Nanda Sopiyan (1906297693)
6 Said Muhammad Falaah (1906391805)
7 Nabila Aulia (1906293726)

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya


Universitas Indonesia
Tahun Ajaran 2019/2020
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Makalah ini kami susun sebagai bentuk pertanggungjawaban kami sebagai
mahasiswa dalam mengerjakan tugas-tugas dan menunjukkan profesionalitas diri kelompok di
bidang akademik,

Makalah ini adalah makalah pendek yang berjudul “Bagian II : Jati Diriku Sebagai Individu
dan Bagian dari Masyarakat”. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dikarenakan kami masih belajar, maka kesalahan dalam menyusun makalah masih sangat
rentan oleh kami. Kami juga masih memerlukan waktu agar bisa menyusun makalah secara
maksimal tanpa kesalahan-kesalahan fundamentalis . Maka dari itu, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Terakhir, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu dari Mata Kuliah
Pembentukan Karakter Terintegrasi A kelas 13 yang senantiasa dan tidak henti-hentinya
memberikan yang terbaik yaitu bapak Dr. Karsono Hardjosaputra S.S., M.Hum.

Jakarta, 14 Oktober 2019

Kelompok 3 MPKT A

i
Daftar Isi
Kata Pengantar..........................................................................................................................i
BAB I Pendahuluan ..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah.........................................................................................................2
1.4 Manfaat Makalah.......................................................................................................2
BAB II Pembahasan .................................................................................................................3
2.1 Otak dan Kecerdasan .................................................................................................3
2.1.1 Tiga Komponen Otak ..........................................................................................3
2.1.2 Kerja Sama Tiga Serangkai Otak ........................................................................3
2.1.3 Dua Belahan Otak ...............................................................................................5
2.1.4 Jenis-Jenis Kecerdasan........................................................................................6
2.2 Perkembangan Kelompok ..........................................................................................7
2.2.1 Definisi Kelompok................................................................................................7
2.2.2 Tahap Perkembangan Kelompok ........................................................................8
2.3 Manusia sebagai makhluk berkelompok ...................................................................10
2.3.1 Jenis-jenis Kelompok ........................................................................................10
2.4 Tipologi Kepribadian dan Tipologi Temperamen .....................................................11
2.4.1 Tipologi kelompok berdasarkan efektivitasnya ( Johnson 2006).........................11
2.5 Peran Persepsi dan Peran Komunikasi Antar Hubungan Pribadi .............................12
2.5.1 Pengertian Persepsi ...........................................................................................12
2.5.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi.................................................................12
2.5.3 Peran Komunikasi dalam Hubungan Antar Pribadi ..........................................13
2.6 Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Antarpribadi............................................13
2.6.1 Pengertian hambatan ........................................................................................13
2.6.2 Faktor Penyebab Hambatan..............................................................................13
2.6.3 Hambatan yang saling terjadi di dalam masyarakat ..........................................13
BAB III Penutup.....................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................15
3.2 Saran .......................................................................................................................15
Daftar Pustaka........................................................................................................................16

ii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah sebuah makhluk yang memiliki akal pikiran serta nafsu dan juga
memiliki hati nurani yang ada dalam masing-masing manusia tersebut. Umumnya, manusia
memerlukan bantuan manusia lainnya, dan manusia perlu bekerja sama dalam kehidupan
sehari-hari, lebih-lebih kami membahas ini dalam konteks peradaban dan kehidupan sosial
bermasyarakat yang terdiri atas unsur-unsur yang patut dipahami agar kita bisa menjadi
manusia seutuhnya. Manusia yang mengenal dirinya sendiri adalah manusia yang baik dan
mampu membawa kebajikan kepada sesama. Selain itu, tugas wajib kami sebagai
mahasiswa Universitas Indonesia juga meminta kami agar mengerjakan makalah pendek
yang berkaitan dengan hal tersebut.
Kami semua yang ada dalam kelompok ini terdiri dari beberapa program studi yang ada
di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Lucunya, ini adalah kali
pertama kami dalam menghadapi tugas menyusun makalah. Meskipun bertajuk “Makalah
Pendek” sekalipun, rasanya cukup berat memulai suatu tugas ilmiah pertama kali di dunia
perkuliahan. Namun, kami sama-sama gotong royong dan bermusyawarah akan bagaimana
kami menyusun makalah ini. Dengan topik dengan sumber yang untungnya sudah ada pada
masing-masing gawai anggota kelompok, lebih-lebih ada pula yang mencetaknya menjadi
buku yang baku. Maka kami sudah lebih dari siap dalam mengerjakan tugas pembuatan
makalah pendek ini.
Materi yang menjadi bahasan kami serta latar dari makalah pendek ini memang
sederhana, namun tentunya menjadi bahasan yang vital dikarenakan pentingnya kita
sebagai manusia memahami diri kita sendiri, khususnya bagi kami mahasiswa Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya yang tentunya mempelajari manusia, humaniora, dan budaya
sebagai dasar kami dalam melakukan praktik keilmuan baik dalam akademik maupun
dalam bidang nonakademik.
Maka dari itu, kami tertarik dan juga terdorong untuk menyusun makalah pendek yang
menyadur sumber utama dari buku ajar MPKT A milik Universitas Indonesia agar dapat
memenuhi tuntutan tugas, menjawab rasa ingin tahu kami, serta memberikan sumbangsih
dalam bidang akademik dengan menyusun makalah pendek ini. Diharapkan, dengan latar

1
belakang tersebut, kami dapat menyusun makalah pendek ini dengan matang dan dapat
dipertanggungjawabkan isi dan sumbernya.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah pendek kami memiliki beberapa rumusan masalah yang kami sadur dan ambil
inti permasalahannya dengan menilik latar belakang kami dalam menyusun makalah
tersebut. Rumusan masalah tersebut adalah:
1. Bagaimana korelasi antara jati diri manusia dengan otak dan kecerdasannya?
2. Seperti apakah kepribadian dan temperamen manusia?
3. Bagaimana manusia sebagai bagian dari masyarakat dapat hidup berkelompok?
4. Bagaimana cara manusia sebagai makhluk berbudaya dalam menghadapi dinamika
perubahan yang ada di dunia?
1.3 Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai upaya menyelesaikan tugas berupa penjelasan
atas jati diri kita sebagai manusia sebagai individu yang memiliki otak dan kecerdasannya,
serta kepribadian dan temperamennya. Selain itu juga sebagai pemaparan bagaimana
manusia sebagai bagian dari masyarakat yang hidup secara berkelompok, serta bagaimana
manusia sebagai makhluk berkebudayaan yang menghadapi tantangan peradaban dunia.
1.4 Manfaat Makalah
Manfaat dari makalah ini yang paling dasar adalah sebagai bahan bacaan dan referensi
yang fundamental dan dasar bagi orang awam untuk memahami pembahasan akan manusia
dengan serba-serbi yang ada di dalam diri masing-masing. Selain itu, manfaat dari makalah
yang kami buat ini adalah sebagai pedoman bagi manusia untuk bermasyarakat dan
memahami apa dan siapa si manusia tersebut dalam masyarakat itu sendiri.

2
BAB II
Pembahasan
2.1 Otak dan Kecerdasan
2.1.1 Tiga Komponen Otak
1. R-complex (Otak Reptil)
Terdiri atas batang otak dan cerebellum. Berfungsi sebagai pemegang kendali
semua gerakan involunter dari jantung serta menentukan perilaku dalam
menghadapi situasi. Mengendalikan insting dan refleks.
2. Sistem Limbik
Juga disebut paleomammalian. Hanya dimiliki mamalia. Memegang peran
penting dalam emosi dan motivasi serta bertanggung jawab atas motivasi dan
emosi. Mempunyai dua bagian penting sebagai berikut:
 Amigdala : Sebagai reaktor atas persepsi emosi (marah,
takut, sedih, dll) serta agresi pengendali. Amigdala membantu untuk
menyimpan kenangan peristiwa dan emosi sehingga individu mungkin
dapat mengenali kejadian serupa di masa mendatang.
 Hippocampus : Penyimpanan memori jangka panjang dan mengambil
kembali dua tipe spesifik dari memori jangka panjang yaitu Memori
eksplisit, yaitu memori yang terdiri dari fakta dan peristiwa yang secara
sadar dilakukan. Sebagai contoh: Seorang aktor belajar untuk mengingat
dialog dalam pertunjukan dan Hubungan spasial, yaitu tipe memori yang
membantu kita menghubungkan lokasi objek dengan objek referensi lain
secara spesifik. Sebagai contoh: Supir taksi mengingat rute seluruh kota.
 Neocortex : Merupakan lapisan teratas yang mengelilingi
otak mamalia. Mengendalikan keterampilan berpikir tingkat tinggi, nalar,
pembicaraan, dan kecerdasan lainnya. Menentukan hubungan saraf. Pada
manusia, neocortex sebesar 80% ukuran otak, sementara pada mamalia
lainnya hanya 30%-40%.
2.1.2 Kerja Sama Tiga Serangkai Otak
Otak Reptil, Sistem Limbik dan Neocortex adalah bagian-bagian otak yang
tidak terpisahkan. Ketiga serangkai otak ini tidaklah bekerja secara terpisah. Menurut
MacLean (1990), ketiganya bekerja seperti tiga komputer yang saling berkaitan.

3
Otak Reptil berfungsi dalam membangun mekanisme penyelamatan hidup.
Perilaku yang muncul akibat reaksinya adalah refleks pertahanan diri. Pertahanan diri
yang paling sering muncul dalam perilaku tanpa pikir panjang adalah tempur (fight)
atau kabur (flight). Otak Reptil secara rutin bekerja otomatis menjalankan fungsinya
menjaga kelangsungan hidup dan tidak lengah dalam menggerakkan jantung agar
memompa darah ke seluruh tubuh atau menggerakkan sistem pencernaan untuk
mengolah makanan yang dimakan. Perilaku yang merupakan reaksi yang sering muncul
dari Otak Reptil berupa refleks-refleks instingtif tanpa dipikirkan masak-masak atau
bahkan kurang disadari. Setelah keadaan reda, individu baru menyadari betapa konyol
tindakannya. Hal itu terjadi karena apa yang seharusnya dilakukan oleh Neocortex
diambil alih Otak Reptil.

Dalam menghadapi masalah pelik, diharapkan Neocortex yang akan


“memimpin” dan memikirkan cara-cara terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.
Reaksi ini sangat membantu dalam keadaan darurat walaupun dapat pula mencelakai.

Contohnya seorang ibu yang menghadapi perampok bersenjata belati yang


bertubuh tegap. Dapat saja tanpa berpikir, ibu itu melawan (fight) perampok, padahal
ia tidak membawa senjata dan juga tidak memiliki bekal ilmu bela diri. Perilaku ibu
tersebut memang dapat membantu karena dapat saja perampok itu terkejut lalu
melarikan diri (dalam hal ini perampok yang menunjukkan mekanisme pertahanan
“kabur” atau flight), namun dapat juga membahayakan dirinya karena mungkin saja
perampok tidak menunjukkan mekanisme “kabur,” tetapi “tempur”. Dalam kondisi
demikian, tenaga serta kemampuan bertempur perampok itu boleh jadi lebih unggul
daripada kemampuan ibu tersebut.

Neocortex hanya dapat betul-betul berfungsi apabila Sistem Limbik berada


dalam keadaan emosi terkendali. Hal itu terjadi apabila Amygdala menemukan situasi
yang dipersepsi sebagai bahaya dan Sistem Limbik tak dapat membuat individu menjadi
lebih nyaman. Dalam konteks itu, yang lebih sering berperan adalah Otak Reptil dengan
refleks-refleks pertahanan diri tanpa memikirkan secara mendalam bagaimana keadaan
sebenarnya dan tindakan apa yang sebaiknya diambil. Apabila Sistem Limbik dapat
menenangkan dan membuat individu merasa nyaman, Neocortex dapat berperan dengan
segala kecanggihannya untuk memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang

4
sebaiknya tidak dilakukan. Seperti pemegang kunci, Sistem Limbik yang akan
menetapkan “pintu” mana yang akan dibuka: pintu ke arah Otak Reptil atau Neocortex.

Tiga serangkai otak ini bekerja seperti tiga komputer biologis yang saling
berkaitan. Dengan adanya Neocortex, manusia diharapkan lebih banyak menggunakan
kemampuan berpikir tingkat tingginya dan terhindar dari kendali otak reptilnya. Oleh
karena itu, sangat penting bagi Sistem Limbik untuk membuat individu nyaman dan
perlu untuk menjaga agar kesalahan Amygdala dalam menilai situasi dapat segera
disadari. Caranya adalah dengan mengaktifkan Neocortex dalam menilai dan
menyadarkan Sistem Limbik bahwa ada cara yang lebih tepat untuk mengendalikan
keadaan.

Manusia mampu menunda reaksinya dengan mengambil waktu untuk memberi


kesempatan bagi Neocortex untuk berpikir dan menganalisis situasi. Penundaan
tersebut membuat reaksi manusia seringkali terkesan lamban, namun dengan latihan
menganalisis dan berpikir kritis, lama-kelamaan reaksi menjadi lebih cepat. Hal yang
penting diketahui adalah kesadaran mengenai pentingnya menunda reaksi demi
menganalisis situasi dengan lebih cermat. Beberapa cara untuk menenangkan diri
adalah dengan menghirup napas panjang beberapa kali, minum air putih, lalu mulai
berpikir kritis. Semakin sering seseorang menggunakan kemampuan analisis, semakin
cepat seseorang dalam menganalisis lingkungan dan situasi yang dihadapi.
2.1.3 Dua Belahan Otak
Bagian otak yang memiliki dua sisi atau belahan adalah cerebrum atau otak
besar. Kedua belahan cerebrum masih terhubung oleh corpus callosum. Di halaman
berikutnya akan dijelaskan bagaimana dua belahan otak dengan penjelasannya.
1. Otak Kiri
Bersifat sistematis Memegang keterampilan membaca, menghitung
(aritmatika), menulis, berpikir dalam kata-kata, berbahasa secara lisan, dan
analisis.
2. Otak Kanan
Bersifat tidak sistematis. Memegang keterampilan kreatif, memahami
bahasa tubuh, kemampuan spasial, mengenali wajah, memproses karya
seni (contoh: music), dan imaginasi visual.
Bagian tubuh kiri dikendalikan oleh otak kanan dan sebaliknya.

5
2.1.4 Jenis-Jenis Kecerdasan
1. Inteligensi dan IQ
 IQ sebagai pengukuran kecerdasan (intelligence quotient)
 Utamanya merujuk kepada kemampuan analisis kognisi guna
memecahkan masalah dan beradaptasi terhadap tuntutan lingkungan.
 Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
 3 praktik kecerdasan: Analitis, Praktis, Kreatif.
 Jenis-jenis kecerdasan majemuk di dalamnya:
o Linguistik
o Matematik-Logik
o Spasial
o Kinestetik-Jasmani
o Musikal
o Interpersonal
o Intrapersonal
o Naturalistik.
2. Kecerdasan Emosional
 Dianggap sebagai faktor yang lebih menentukan keberhasilan
daripada intelegensi kognisi
 Diperlukan kesadaran, pengendalian, dan penanganan yang efektif
terhadap emosi.
 5 domain kecerdasan emosi:
o Memahami emosi sendiri
o Mengendalikan emosi
o Memotivasi diri sendiri
o Memahami emosi orang lain
o Menangani hubungan dengan orang lain
3. Kecerdasan Spiritual
 Berdasarkan kebutuhan dasar manusia untuk berhubungan dengan
sesuatu yang lebih besar dari dirinya:
o Bagi orang beragama : Tuhan, Dewa-Dewi, dsb.
o Bagi orang tanpa agama : Alam Semesta, Masyarakat,
Kekuatan gaib, dsb.

6
 Merupakan kecerdasan untuk menghadapi, memiliki, serta
memecahkan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku
dalam hidup.
2.2 Perkembangan Kelompok
2.2.1 Definisi Kelompok
Kelompok merupakan bagian penting dalam masyarakat. Sebagai anggota
masyarakat tentu tiap individu memiliki kelompok masing-masing untuk memenuhi
tujuan hidupnya, seperti memenuhi kebutuhan bersosialisasi atau menentukan identitas
diri.

Sebagai komponen yang penting dalam masyarakat, kelompok harus


didefinisikan kembali agar lebih jelas penggunaannya. Banyak ahli yang
mengemukakan pendapatnya mengenai definisi kelompok ini, seperti Sherif & Sherif
(dalam Ahmadi, 2008:87) yang berpendapat bahwa “kelompok merupakan suatu unit
sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi
sosial yang intensif dan teratur, sehingga di antara individu itu sudah terdapat
pembagian tugas, struktur, dan norma-norma tertentu yang khas bagi kelompok itu”.

Soekanto (2006:104) mengemukakan bahwa “Kelompok sosial adalah himpunan


atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan diantara mereka.
Hubungan tersebut bisa berupa hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan
juga adanya kesadaran untuk saling menolong”. Sedangkan menurut Santoso (2006:26)
“kelompok merupakan suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai
kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan
persepsi”.

Ada pula pendapat dari Robbins (2002:107) yaitu “kelompok adalah dua atau
lebih individu yang berinteraksi dan saling bergantung antara satu dengan yang lain,
yang bersama-sama ingin mencapai tujuan tertentu”.
Dari pendapat-pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok
merupakan dua atau lebih individu yang saling berinteraksi, memiliki struktur,
pembagian tugas, dan norma serta tiap individunya memiliki hubungan timbal balik dan
saling mempengaruhi.

7
2.2.2 Tahap Perkembangan Kelompok
Kelompok pada dasarnya memiliki proses pembentukan dan perkembangan hingga
akhirnya bisa terjadi dua kejadian yang berbeda, bubar atau berkembang secara permanen.
Tiap teori yang dikembangkan mengenai tahap perkembangan kelompok ini diakhiri
dengan pembubaran kelompok, namun menurut Bruce W. Tuckman terdapat kelompok
permanen seperti halnya keluarga dimana tidak terdapat pembubaran di dalamnya, yang
ada hanya dinamika atau perubahan di dalam kelompok tersebut.
Terdapat tiga ahli yang mengemukakan pendapat mengenai tahap perkembangan
kelompok. Berikut ahli-ahli dan tahap perkembangan yang dikemukakan :
Tahap Perkembangan Kelompok Menurut Bruce W. Tuckman (Johnson &
Johnson, 2000 dalam Walgito, 2007:18)
1. Forming
Dalam tahap ini anggota baru mulai mempelajari tugas dan saling
berkenalan. Struktur, tujuan, dan kepemimpinan masih tidak jelas dengan
tiap individunya belum terlibat satu sama lain.
2. Storming
Dalam tahap ini muncul konflik, dimana anggota mempertahankan
pendapatnya dan menolak batasan kelompok. Kelompok harus
menentukan solusi untuk melanjutkan kelompok dengan merasa saling
memiliki dan menurunkan ego masing-masing.
3. Norming
Dalam tahap ini sudah terdapat kesepakatan yang jelas dalam kelompok
mengenai tujuan, struktur, dan norma kelompok. Kelompok sudah
menemukan cara komunikasi yang tepat sehingga individu dapat bekerja
sama dan menyatakan pendapat tanpa sungkan.
4. Performing
Dalam tahap ini kelompok telah berfungsi secara penuh dan tiap anggota
memiliki rasa kebersamaan. Untuk kelompok permanen tahap ini adalah
tahap terakhir sebelum dilanjutkan dengan dinamika kelompok tersebut.

5. Adjourning
Dalam tahap ini misi dan tujuan kelompok telah tercapai, sehingga
kelompok tersebut pun bubar.

8
Tahap Perkembangan Kelompok Menurut Johnson dan Johnson (2000, dalam
Walgito, 2007:19)
1. Defining and Structuring Procedure
Dalam tahap ini kelompok baru dimulai. Pemimpin menjelaskan prosedur
dan tujuan kelompok, serta mencoba menciptakan rasa ketergantungan
antar anggota.
2. Conforming to Procedure and Getting Acquainted
Dalam tahap ini anggota masih sangat bergantung pada pemimpinnya.
Pemimpin mengarahkan anggota dengan berpacu kepada prosedur dan
tujuan kelompok.
3. Recognizing Mutually and Building Trust
Dalam tahap ini tiap anggota mulai bergantung dan percaya satu sama
lain. Anggota mulai dengan berani mengutarakan ide dan anggota lain
menunjukkan penerimaan terhadap ide tersebut.
4. Rebelling and Differentiating
Dalam tahap ini mulai terdapat konflik dalam kelompok. Anggota
menentang pemimpin dan prosedur kelompok, sehingga pemimpin harus
bersikap bijaksana saat menghadapi anggotanya.
5. Committing to and Taking Ownership for Goals, Procedure, and Other
Member
Dalam tahap ini kelompok mulai terinternalisasi. Anggota bergantung
satu sama lain dan pengalaman masing-masing, serta berfokus pada
unsur-unsur yang berkaitan di dalam kelompok.
6. Functioning Maturely and Productively
Dalam tahap ini identitas kelompok mulai terbentuk. Anggota bekerja
sama untuk mencapai tujuan sedangkan pemimpin sebagai konsultan
dengan hubungan keduanya mulai berkembang.
7. Terminating
Dalam tahap ini terjadi pembubaran kelompok. Anggota kelompok pergi
untuk mencapai tujuan masing-masing dengan membawa pengalaman
yang didapatnya dari kelompok.

9
Tahap Perkembangan Kelompok Menurut Fisher (Adnan, 2013)
1. Orientation
Dalam tahap ini anggota kelompok baru mulai mengenal. Anggota mulai
saling peduli satu sama lain dan belum saling terbuka.
2. Conflict
Dalam tahap ini terjadi konflik. Anggota kelompok memiliki perbedaan
terkait tujuan dan tugas kelompok, setelah melewati tahap ini kelompok
akan mendapatkan hasil yang lebih baik.
3. Emergence
Dalam tahap ini terjadi perubahan sikap anggota. Tujuan kelompok
menjadi lebih jelas dan anggotanya telah selesai berkonflik.
4. Reinforcement
Dalam tahap ini kelompok menyelesaikan tugas. Secara verbal baik
nonverbal seluruh komponen kelompok menentukan keputusan akhir
kelompok.
2.3 Manusia sebagai makhluk berkelompok
2.3.1 Jenis-jenis Kelompok
1. Keluarga
Merupakan unit terkecil dari masyarakat. Terdapat dua jenis keluarga
yaitu keluarga inti dan keluarga besar. Peran keluarga diantaranya :
 Pendidikan
 Sosial
 Agama
 Rekreatif
2. Pertemanan
Terjadi karena ada keakraban sesama anggota dan timbul karena ada rasa
kasih sayang antar anggota serta terjadi karena ada kedekatan atau pilihan.
Dampak Positif :
 Memberikan peranan sosial yang baru.
 Memberikan pengenalan organisasi sosial yang baru.
 Mendorong perkembangan kebebasan.

10
Dampak Negatif :
 Cenderung menutup diri bagi orang yang bukan anggotanya.
 Anak remaja terkadang mengedepankan kepentingan kelompok teman
sebaya.
 Timbulnya pertentangan dan masalah-masalah antara kelompok
sebaya.
3. Sosial
Merupakan himpunan manusia yang saling berinteraksi. Ada dua sifat
kelompok sosial diantaranya :
 Longgar ; Atas dasar sukarela.
 Ketat ; Melalui proses perekrutan dengan sejumlah persyaratan.
2.4 Tipologi Kepribadian dan Tipologi Temperamen
2.4.1 Tipologi kelompok berdasarkan efektivitasnya ( Johnson 2006)
1. Kelompok Pseudo
Kelompok yang mendapatkan tugas tapi tidak ingin mengerjakan tugas
tersebut (Terpaksa),saling bersaing, dan bekerja sendiri. Contoh:
Salesman.
2. Tradisional
Kelompok yang mendapatkan tugas dan sadar akan tanggung jawab untuk
bekerja sama tapi mereka tahu bahwa mereka dinilai secara individu,
mendapatkan informasi tapi tidak membagikan informasi yang didapat,
dan bekerja sama. Contoh: Kelompok belajar.
3. Kelompok Efektif
 Ada komitmen untuk memaksimalkan keberhasilan dirinya dan
anggotanya.
 Saling bergantung secara positif
 Bersatu untuk tujuan operasional yang jelas
 Dalam pengambilan keputusan dilakukan dengan konstruktif
4. Kinerja Tinggi
 Memenuhi kriteria kelompok efektif dan tingkat komitmennya tinggi
 Tidak hanya percaya tapi juga respek
 Tingkat perkembangan ini jarang terjadi

11
2.5 Peran Persepsi dan Peran Komunikasi Antar Hubungan Pribadi
2.5.1 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah sebuah proses mengorganisasi dan menginterpretasikan
informasi sehingga menjadi berarti (King, 2011). Persepsi dapat juga
diartikan sebagai tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan
informasi sensoris untuk memberikan gambaran dan pemahaman tentang
lingkungan.
2.5.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi
Ada banyak faktor yang mempengaruhi persepsi, baik yang membentuk
maupun yang mendistorsinya. Faktor-faktor tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut.
a) Karakteristik dari individu yang mempersepsi (perceiver) seperti
sikap, motif, minat, pengalaman masa lalu serta ekspektasinya.
b) Karakteristik dari target (objek), misalnya menarik atau tidak,
gerakan, suara, ukuran, dan lain sebagainya.
c) Situasi, yaitu konteks dari lingkungan sekitar yang mempengaruhi
persepsi. Dalam menilai orang lain, kita sering kali menggunakan
jalan pintas. Jalan pintas yang sering diambil ini dapat dipaparkan
sebagai berikut.
1. Persepsi yang selektif : individu menginterpretasi apa yang
dilihatnya secara selektif berdasarkan minat, latar belakang,
pengalaman, dan sikapnya, namun membuang bagian informasi
yang dirasakan mengancam atau dianggap tidak relevan, seperti
menggunakan filter untuk menyaring hanya yang sesuai dengan
harapannya.
2. Proyeksi : mengatribusikan sikap, karakteristik, atau
keterbatasannya sendiri pada orang lain. Orang yang pemalas
dapat berasumsi semua orang juga pemalas.
3. Stereotip : menilai seseorang atau kelompok berdasarkan penilaian
umum, misalnya: orang Batak kasar, Orang Aceh alim, dan Orang
Padang pelit.

12
4. Halo Effect : perasaan positif mengenai sebuah karakteristik pada
individu mempengaruhi penilaiannya mengenai karakteristik yang
lain, misalnya, menilai seseorang yang kelihatannya rapi dan
sopan akan dianggap sebagai orang yang alim.
2.5.3 Peran Komunikasi dalam Hubungan Antar Pribadi
Dalam komunikasi kita dapat mengetahui bagaimana karakteristik orang
tersebut, mulai dari latar belakang, sifat, dan pola pikir. Contoh jika orang
tersebut berbicara dengan tertutup maka kita tahu bahwa orang tersebut
adalah seorang introvert dan akan menganggap (dalam persepsinya) hal-
hal yang mengasyikkan seperti jalan-jalan adalah hal yang tidak
mengasyikkan.

2.6 Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Antarpribadi


2.6.1 Pengertian hambatan
Hambatan dapat diartikan sebagai rintangan atau halangan yang dialami. Dalam
kegiatan komunikasi, kita bisa saja menghadapi berbagai hambatan. Hambatan
tersebut tentu akan mempengaruhi efektivitas proses komunikasi yang kita
lakukan.
2.6.2 Faktor Penyebab Hambatan
1. Komunikator
Faktor penyebab hambatan yang ditimbulkan dari komunikator biasanya
berkaitan dengan hal biologis,, yaitu si komunikator tidak lancar dalam
berbicara, gugup/tidak nyaman sehingga pesan yang disampaikan menjadi
tidak efektif.
2. Media
Hambatan yang dapat terjadi adalah masalah teknologi, seperti telepon,
microphone, internet dll
3. Komunikan
Hambatan adalah pada komunikasi dalam hal biologis juga. Komunikan dapat
saja mengetahui sulit pendengaran atau tuna rungu. Hambatan lain dalam hal
psikologisnya adalah komunikan sulit berkonsentrasi dalam pembicaraan.

13
2.6.3 Hambatan yang saling terjadi di dalam masyarakat
1. Interaksi (Interaction)
Interaksi sosial adalah suatu proses hubungan dinamis dan saling
mempengaruhi antar manusia. Hasil dari interaksi sosial menghasilkan dua
sifat yaitu positif dan negatif. Yang bersifat positif seperti persahabatan,
namun yang menjadi hambatan dan bersifat negatif adalah perselisihan,
perdebatan, bahkan perkelahian.
2. Budaya (Culture)
Kebudayaan dan tindakan kebudayaan adalah segala tindakan yang harus
dilalui dan dibiasakan manusia melalui proses belajar. Dalam kebudayaan
pastinya setiap individu memiliki kebudayaan atau bahasa yang dianutnya
sejak kecil. Misalnya di Indonesia, negara ini sendiri memiliki berbagai ragam
kebudayaan seperti bahasa daerah. Orang yang dari kecil sudah berbahasa
Sunda maka sampai dewasa ia akan biasa memakai Bahasa Sunda untuk
berbicara sehari-hari. Namun, ketika orang Sunda tersebut ditemukan dan
berbicara dengan orang yang sudah biasa berbahasa memakai Bahasa Jawa
maka akan saling kurang mengerti pesan/informasi yang disampaikan
keduanya.
3. Pengalaman (Experience)
Pengalaman adalah sejumlah memori yang dimiliki individu sepanjang
hidupnya. Pengalaman masing-masing individu akan berbeda-beda, bahkan
pasangan anak kembar pun yang dibesarkan bersama di lingkungan keluarga
yang sama pengalamannya juga tidak akan persis sama. Contohnya jika
mahasiswa dari Fakultas Kedokteran akan berbicara dengan mahasiswa
Fakultas Sosial dan Ilmu Politik maka konteks pembicaraan bisa saja kurang
efektif karena kedua mahasiswa tersebut dari fakultas berbeda yang
mempunyai pengalaman belajar yang berbeda pula.

14
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari diskusi yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa jati diri manusia
sebagai individu yang memiliki otak-kecerdasan, kepribadian, dan temperamen; sebagai
bagian dari masyarakat yang hidup secara berkelompok; dan sebagai makhluk
berkebudayaan yang menghadapi tantangan peradaban dunia adalah hal yang sangat
penting dalam kehidupan.
Mengenali jati diri manusia harus memahami hal-hal yang berkaitan tersebut. Dalam
otak dan kecerdasan terdapat tiga komponen otak yang bekerja sama dan dua belahan otak
besar, serta terdapat tiga jenis kecerdasan yang dimiliki manusia. Dalam manusia sebagai
makhluk berkelompok terdapat perkembangan dan jenisnya, serta harus dipahami pula
mengenai peran persepsi, peran komunikasi, dan hambatan-hambatan dalam komunikasi
hubungan antarpribadi.
3.2 Saran
Makalah yang kami selesaikan adalah makalah hasil dari diskusi kami yang kami rasa
memiliki manfaat yang baik sebagai wawasan. Bagi pembaca kami rasa dapat diambil dari
wawasan tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat.
Untuk penelitian lebih lanjut mengenai jati diri manusia sebagai individu, kami
merasa bahwa dapat dilakukan observasi langsung. Jika ingin melakukan suatu kajian
penelitian lebih lanjut dapat pula dilakukan dengan membuat angket atau wawancara
kepada masyarakat sekitar.

15
Daftar Pustaka
 Meliono, Irmayanti, dkk. peny, Buku Ajar MPKTA. Depok : Tim Revisi Universitas
Indonesia, 2017.
 Takwin, Bagus, dkk. Buku Ajar MPKTA. Depok : Universitas Indonesia, 2016.
 Dewi M. 2016. Tahap Perkembangan Kelompok Informal. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang: Semarang
 Awwaliyah, Rizqi. 2013. Komunikasi Interpesonal Remaja Korban Kekerasan dalam
Rumah Tangga : Studi Kasus Remaja Broken Home di Desa Ketegan
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo. Tesis. UIN Sunan Ampel Surabaya.
Surabaya.
 http://digilib.uinsby.ac.id/10509/5/bab%202.pdf (diakses pada 4 Oktober 2019 pukul
09:07 WIB)

16

Anda mungkin juga menyukai