Anda di halaman 1dari 57

NURSING ENTREPRENEUR

KAITAN KONSEP NURSING DENGAN ENTREPRENEUR (NURSEPRENEUR)


1. PENGERTIAN KEPERAWATAN (NURSING)
Salah satu definisi Keperawatan menurut Virginia Henderson : Fungsi unik dari perawat adalah
membantu individu baik sehat maupun sakit dalam melaksanakan kegiatan yang menunjang
kesehatan serta penyembuhan atau membimbing klien agar meninggal dunia dengan
tenang. Segala yang dilakukan perawat adalah untuk membantu meningkatkan dan
menumbuhkan kemauan, kekuatan dan pengetahuan agar tidak bergantung pada bantuan orang
lain.
Kata kunci dari definisi tersebut adalah menumbuhkan kemauan, kekuatan dan pengetahuan agar
tidak bergantung pada bantuan orang lain. Pentingnya kemandirian klien agar klien tersebut tidak
menjadi beban. Klien harus menjadi bagian dari solusi bukan menjadi bagian dari masalah
keluarganya.

Masalah kesehatan muncul salah satunya dari ketidak mandirian klien secara finansial. Sebagai
illustrasi pada saat bimbingan profesi perawatan jiwa masyarakat di suatu wilayah di Bandung,
penulis menemukan kasus sebagai berikut;
Kepala keluarga tinggal di rumah kontrakan 4×4 meter. Mata pencaharian menarik becak.
Kontrakan sudah habis dan harus segera dibayar. Listrik Belum dibayar, rumah bocor,
Persediaan beras di rumah sudah kosong. Anak yang paling kecil menjadi pengamen. Anak
kedua terlibat tawuran dan minuman keras. Klien tersebut mengalami TBC khronis dan muntah
darah. Istrinya menjadi tukang cuci pakaian tetangga, iapun sudah mulai mengeluh batuk dan
sulit tidur.

Bila perawat melakukan asuhan klien di atas, maka tidak ada ilmu yang paling relevan digunakan
perawat selain ilmu tentang perubahan behavior dengan jiwa entreprenueur, karena akar
masalahnya adalah uang dan kepribadian. Bila faktor genetik dan takdir yang menjadi masalah,
maka kuncinya adalah merubah DNA nya dengan metoda re-change your DNA yang digagas
Rhenald Kasali. Mungkinkah DNA dirubah?, menurut Kazuo Murakami, ahli genetika terkemuka
dunia, pemenang max Planck research Award dan Japan Academi Prize dalam diri orang miskin
ada gen kaya yang sedang tidur (dormant) dan perlu dibangkitkan(2). Gen tidur bisa juga dalam
bentuk gen kanker atau gen penyakit lain yang mengancam. Jadi ada dormant posistif yang
menguntungkan dan dormant negatif yang merugikan. Melalui penelitian genetika selama lebih
dari 40 tahun, Murakami menemukan bahwa kita bisa mengkondisikan tombol gen kita meng
”on”-kan gen positif dan meng”off”-kan gen negatif. Stimulusnya bisa dari lingkungan.
Lingkungan paling dekat dengan klien adalah perawat. Perawatlah yang dapat memberi stimulus
agar klien menjadi kaya. Dapat memenuhi kebutuhannya, tidak tergantung pada orang lain. Bukan
rahasia, ada ribuan keluarga yang bernasib sama dengan klien di atas di Indonesia. Kenyataannnya
tidak bisa diselesaikan langsung oleh perawat. Karena perawat bukan dewa atau sinterclas.
Perawat perlu membekali diri agar cerdas secara finansial, menjadi bagian dari solusi dan
bermanfaat untuk orang banyak. Gen dormant klien harus dibangkitkan oleh perawat. Melalui
stimulus berupa dorongan, nasehat, ajakan, berupaya sebagai role model, Stimulasi tersebut akan
efefktif bila perawat sendiri memiliki jiwa entrepreneur dan telah membangkitkan gen tidur dalam
dirinya. Dengan demikian sangat penting menggali wacana ke arah kaitan konsep nursing dengan
entrepreneur (nursepreneur).

Gambar x. Gambar gen diatas menunjukan gen kanker yang dibangunkan


di bawah menunjukan gen dorman
Sebagi ilustrasi tentang keajaiban stimulasi gen dorman ini mungkin bisa dijelaskan dengan
pendekatan ilmu pertanian. Pernahkah Anda mendengar tentang pohon tomat yang setiap
batangnya menghasilkan dua belas ribu buah tomat?. Pohon-pohon ini pernah dipamerkan dalam
Pameran Sains and Technology Tsukuba pada 1985. Banyak orang yang menganggap bahwa
pohon-pohon ini adalah hasil dari bioteknologi, tetapi sesungguhnya mereka dihasilkan dari biji
sebuah varietas tomat biasa yang biasanya hanya akan menghasilkan dua puluh atau tiga puluh
buah tomat. Jika bukan bioteknologi, lalu apa rahasianya?.

Pohon-pohon itu dikembangbiakkan dengan metode hidroponik menggunakan sinar matahari dan
air yang diperkaya dengan nutrisi. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa pohon-pohon tersebut
ditumbuhkan di air dan bukan di tanah. Pada umumnya, tanah sangatlah penting untuk pembiakan
tanaman. Tanaman mengirimkan akarnya ke dalam tanah untuk menyerap nutrisi dan kelembapan
yang diperlukan untuk tumbuh. Tentu saja, tanaman juga memerlukan sinar matahari dan udara,
tetapi tanah selalu dianggap sebagai salah satu aspek terpenting dalam bercocok tanam.

Namun, seorang ahli agronomi, Shigeo Nozawa, beranggapan bahwa hal yang sebaliknyalah yang
benar. Dengan keyakinan bahwa kemampuan sebuah tanaman untuk tumbuh justru dihalangi oleh
kenyataan bahwa akar-akar tanaman tersebut tumbuh di dalam tanah, ia pun menumbuhkan
tanaman di air, untuk melepaskan akar-akar dari kurungannya dan membiarkannya dengan bebas
menyerap pemberian alam. Hal ini dikenal dengan metode hidroponik, dan hasilnya adalah pohon
tomat yang menghasilkan seribu kali Iipat buah daripada pohon konvensional.

Nozawa dapat melihat kehidupan dari sudut pandang pohon tomat. Dari hal ini, kita dapat melihat
bahwa bahkan tomatpun memiliki potensi jauh lebih besar daripada yang dapat kita keluarkan
Murakami (2007). Bayangkan. Jika filosofi Nozawa telah membantu tanaman menyadari potensi
mereka, apakah yang akan terjadi jika kita menerapkan filosofi ini pada manusia?. Walaupun kita
berjuang untuk membangun potensi kita, kita terus terperangkap dalam batasan yang kita terapkan
pada diri sendiri. Jika perawat atau dokter berkata, “Apakah mungkin bapak bisa membayar
pengobatannya?, resep ini mungkin terlalau mahal bagi bapak, obat generic ini mungkin sangat
cocok bagai bapak yang secara ekonomi di bawah rata-rata!”

Batasan yang kita terapkan pada diri sendiri dan klien kita hampir selalu didasari oleh
perbandingan dengan orang lain. Ini adalah sebuah sudut pandang yang sangat sempit. Tetapi, kita
masih yakin bahwa batasan-batasan ini ada, dan kita memandang pengalaman dan pengetahuan
kita sebagai sesuatu yang absolut. Sungguh suatu perspektif yang sangat sempit.
Nozawa menjelaskan bagaimana ia mendapat ide untuk memproduksi tomat raksasa: “Tumbuh-
tumbuhan yang kita lihat di sekitar kita hanya menunjukkan potensi yang terbatas sebagai reaksi
dari kondisi tertentu. Saya mulai meneliti kondisi apa saja yang mencegah mereka menyadari
potensi yang lebih besar. Saya pun mengambil kesimpulan bahwa tanah adalah salah satu dari
hambatan mereka.” Menurut jalan pikiran konvensional, tanah sangatlah penting untuk
pertumbuhan tumbuhan, tetapi Nozawa membalikkan ide ini. Nozawa menyimpulkan bahwa jika
halangan-halangan ini dihilangkan, efisiensi fotosintesis akan lebih baik dan pertumbuhan
tanaman pun akan meningkat. Teorinya itu terbukti dengan peningkatan panen seribu kali lipat
pada pohon-pohon tomatnya.
Manusia pun sama halnya. Jika kita menghilangkan semua hambatan dan menyediakan
Iingkungan yang sesuai, potensi kita untuk berkembang akan tidak terbatas. Jika tomat dapat
mencapai peningkatan potensi seribu kali lipat, maka bukan tidak realistis untuk mengharapkan
peningkatan kemampuan yang lebih besar pada manusia, yang merupakan organisme yang lebih
kompleks. “manusia pasti memiliki potensi yang lebih besar.”
Berapa banyak orang di dunia yang menyalahkan kelemahan mereka, seperti kurang memiliki
keahlian olahraga, atau menyalahkan orangtua mereka. Memang benar bahwa keturunan
memengaruhi karakteristik dan kemampuan setiap individu. Tetapi, walaupun sifat-sifat ini
diwariskan secara genetik, gen kita juga dilengkapi dengan suatu tombol nyala/padam yang dapat
mengubah fungsi gen tersebut. Contohnya, olahraga secara teratur akan menyalakan gen yang
bermanfaat yang berakibat meningkatnya kekuatan otot dan kesehatan, dan pada saat yang sama
juga memadamkan gen yang merugikan.

Lingkungan juga dapat memicu mekanisme nyala/padam ini. Namun, yang lebih luar biasa adalah
kenyataan bahwa mekanisme nyala/padam tersebut dapat dipicu oleh sikap mental. Penelitian di
masa kini menunjukkan bahwa cara berpikir dapat mengaktifkan gen kita. Sebuah eksperimen
yang baru-baru ini dilakukan Kazuo dkk. menemukan bahwa kita dapat menurunkan secara
signifikan tingkat gula darah pada penderita diabetes setelah makan. Selanjutnya ditemukan pula
bahwa gen-gen tertentu dapat teraktivasi oleh perasaan bahagia, dan membuktikan untuk pertama
kali bahwa berpikir positif dapat memicu tombol positif genetic dormant. Dengan mempelajari
bagaimana mengaktifkan gen positif dan menonaktifkan gen negatif kita, terbuka kemungkinan
tak terbatas untuk mengembangkan potensi kemampuan finansial manusia.

Faye Glenn Abdellah, mendefinisikan perawatan sebagai berikut: Perawatan adalah memberikan
pelayanan kepada individu keluarga dan masyarakat yang didasari oleh ilmu seni, sikap dan
kemampuan intelektual serta keterampilan. Perawat berupaya dengan hasrat dan kemampuannya
untuk menolong seseorang yang sakit maupun yang sehat. Abdellah memperhatikan gambaran
perawat melalui intelegensi, kemampuan dan tehnik yang baik dalam memberikan pertolongan
kepada kliennya.
Abdellah mengklasifikasikan 21 tipe masalah keperawatan, yang dirangkum dalam 3 pola :
1. Kebutuhan, fisik, sosial dan emosional pasien
2. Hubungan interpersonal antara perawat dan pasien
3. Unsur biasa dari perawatan pasien yang menyangkut lingkungan fisik.

Fokus penting dari keperawatan menurut Abdellah adalah perawat harus menciptakaan atau
memelihara lingkungan terapeutik. Abdellah juga mengatakan bahwa bila reaksi perawat terhadap
klien bersikap bermusuhan atau negative maka keseluruhan lingkungan klien akan terpengaruh
menjadi menjadi negatif juga.

Suasana emosional perawat akan mempengaruhi suasana emosional klien. Suasana emosional
klien akan mempengaruhi kekebalan tubuhnya. Kekebalan tubuh akan mempengaruhi
penyembuhannya. Suasana emosional perawat dapat terpengaruh oleh kondisi keuangan perawat.
Perawat-perawat yang kurang cerdas secara finansial cenderung lebih emosional, reaktif dan
menyalahkan lingkungan. Ciri-ciri perawat ini adalah kebutuhan dasarnya sendiri belum terpenuhi
secara optimal, tidak punya tabungan, tidak adanya asset yang dimiliki, sering bertengkar tentang
masalah-masalah kecil yang sebenarnya mempertengkarkan gaji, honor, komisi atau sejenisnya.
Akibatnya energinya akan ditransfer pada lingkungan dan pada kliennya. Menurut prof. Arphon
ahli holistic care, setiap perawat memancarkan aura pada lingkungannya. Lingkungan akan
merasakan apakah kehadiran perawat menyebabkan lebih tenang, lebih termotivasi atau makin
cemas. Aura perawat yang buruk biasanya mencerminkan karakter perawat tersebut, dimana secara
psikologis klien tidak tenang berdekatan dengan tipe perawat tersebut. Contoh perawat yang
memiliki aura buruk seperti perawat pemarah, pendendam, otoriter, sombong tidak empati dan
kurang toleran.

Suasana emosional perawat


Aura perawat yang memilki kecerdasan finansial
Mempengaruhi suasana emosional pasien
Mempengaruhi kekebalan tubuh klien
Mempengaruhi proses penyembuhan klien
kebutuhan dasar perawat terpenuhi

Gambar 1. Kaitan ilmu keperawatan dengan entrepereneur yang dilandasai teori model
keperawatan Glen Faye Abdellah. Aura perawat yang memiliki kecerdasan finansial
memberikan efek penyembuhan klien.

Hubungan interpersonal perawat klien dapat mengalami hambatan komunikasi. Perawat yang
memiliki aura buruk biasanya mengalami countertransferencedalam dirinya. Bentuk-
bentuk countertransference adalah: tidak mampu berempati terhadap klien, perasaan tertekan
selama/setelah proses, tidak bijaksana dalam membuat membuat kontrak dengan klien,
terlambat atau terlalu lama, Klien dan perawat dalam “mood” yang kurang baik, Marah dan
tidak sabar karena klien tidak mau berubah, aura perawat dalam memenuhi kebutuhan fisik,
sosial dan emosional klien sangat penting.

Gambar X.
Prof. Arphon dengan perawat Indonesia mentransfer Aura positif pada klien
di Bangkok hospital Thailand.

Marilah kita tinjau Teori Model keperawatan menurut Imogene M. King. Kerangka ini
dikenal sebagai kerangka sistem terbuka. Asumsi yang mendasari kerangaka ini adalah
Pertama, asuhan keperawatan berfokus pada manusia termasuk berbagai hal yang
mempengaruhi kesehatan seseorang. Kedua, tujuan asuhan keperawatan adalah
kesehatan bagi individu, kelompok dan masyarakat. Ketiga, manusia selalu berinteraksi
secara konstan terhadap lingkungan.
Dalam kerangaka konsep ini terdapat 3 sistem yang saling berinteraksi dan saling
berhubungan. Pertama, kepribadian (personal system). Setiap individu mempunyai sistem
kepribadian tertentu. Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh persepsi, konsep diri, pertumbuhan
dan perkembangan, gambaran diri, tempat dan waktu. Kedua, sistim interpersonal. Sistem
interpersonal terbentuk karena hasil interaksi manusia. Konsep ini dapat berupa interaksi,
komunikasi, perjanjian, stress dan peran pendidikan, sistem pekerjaan dan kelompok sebaya.
Menurut king tujuan pemberian asuhan keperawatan dapat tercapai jika perawat dan pasien saling
bekerja sama dalam mengidentifikasi masalah serta menetapkan tujuan bersama yang hendak
dicapai. Faktor utama yang menentukan adalah kepribadian perawat (personality system).

Setiap orang yang diciptakan Tuhan sudah dilengkapi dengan kepribadian (personal
system). Kepribadian itu sebetulnya adalah anugerah Tuhan yang dilengkapi dengan pengaruh
lingkungan yang kita terima atau kita alami pada masa pertumbuhan kita (5). Ada beberapa ahli
yang beranggapan bahwa segalanya telah diprogram dalam genetik. Beberapa ahli lain
menyatakan bahwa faktor belajar dan lingkungan memegang peranan yang sangat menentukan.
Perpaduan kedua faktor itu dinamakan Anna Anastasia, dimana keduanya membentuk kepribadian
perawat yang akan mempengaruhi perilaku pasien.

John L Holland, seorang praktisi yang mempelajari hubungan antara kepribadian dan minat
pekerjaan, mengemukakan bahwa ada enam tipe atau orientasi kepribadian pada manusia.
1. Tipe realistik .
Menyukai pekerjaan yang sifatnya konkret, yang melibatkan kegiatan sistematis, seperti
mengoperasikan mesin, peralatan. Tipe seperti ini tidak hanya membutuhkan keterampilan,
komunikasi, atau hubungan dengan orang lain, tetapi dia memiliki fisik yang kuat. Bidang karier
yang cocok, yaitu perburuhan, pertanian, barber shop, dan konstruski.
2. Tipe
intelektual/investigative .
Menyukai hal-hal yang teoritis dan konseptual, cenderung pemikir daripada pelaku
tindakan, senang menganalis, dan memahami sesuatu. Biasanya menghindari hubungan sosial
yang akrab. Tipe ini cocok bekerja di laboratorium penelitian, seperti peneliti, ilmuwan, ahli
matematika.
3.Tipe sosial. Senang
membantu atau bekerja dengan orang lain. Dia menyenangi kegiatan yang melibatkan kemampuan
berkomunikasi dan ketrampilan berhubungan dengan orang lain, tetapi umumnya kurang dalam
kemampuan mekanikal dan sains. Pekerjaan yang sesuai, yaitu guru/pengajar, konselor, pekerja
sosial, guide, dan bartender.
4. Tipe
konvensional. Menyukai
pekerjaan yang terstruktur atau jelas urutannya, mengolah data dengan aturan tertentu. Pekerjaan
yang sesuai, yaitu sekretaris, teller, filing, serta akuntan.
5. Tipe
usaha/enterprising. Cenderung
mempunyai kemampuan verbal atau komunikasi yang baik dan menggunakannya untuk
memimpin orang lain, mengatur, mengarahkan, dan mempromosikan produk atau gagasan. Tipe
ini sesuai bekerja sebagai sales, politikus, manajer, pengacara atau agensi iklan.
6. Tipe
artistik . Cender
ung ingin mengekspresikan dirinya, tidak menyukai struktur atau aturan, lebih menyukai tugas-
tugas yang memungkinkan dia mengekspresikan diri. Karier yang sesuai, yaitu sebagai musisi,
seniman, dekorator, penari, dan penulis.
Perawat secara empiris cenderung didasarkan pada kepribadian tipe sosial, hal ini terutama
dipengaruhi tokoh keperawatan dunia sejak zamannya Florence Nightingale. Tidak seperti
perawat Indonesia, Florence tidak mengalami mahalnya tarip dasar listrik, tingginya harga BBM
tanpa subsidi, mahalnya pendidikan anak berkualitas, ia juga tidak berdesakan dalam bis kota
sebelum berangkat tugas. Florence betul-betul altruism yang berorientasi sosial dan kemanusiaan
belaka, karena mobil pribadi dan istana ayahnya di Inggris yang mewah cukup untuk menghidupi
ia sampai generasi ke tujuh. Doktrin keperawatan bahwa kita harus bersipat Altruism semata
(hanya berorinetasi kemanusiaan) terus-menerus diajarkan di Akper dan STIKes, karena Florence
dianggap contoh tuladan dalam sejarah Keperawatan, hal ini telah menyebabkan banyaknya
perawat kurang cerdas secra finansial dan kurang dihargai.
Menurut ketua PPNI Jabar dalam sebuah audiensi dengan asisten gubernur Jawa Barat, karena
dilandasi semangat kemanusiaan saja, perawat banyak yang digaji di bawah UMR. Banyaknya
waktu dihabiskan untuk menolong klien yang sakit, di pihak lain perawat meninggalkan anaknya
yang sakit akibat kurang gizi dan kekebalannya lemah, ada yang terkena TBC kelenjar atau terkena
DHF. Di Indonesia perawat digaji rendah per bulan Sementara di Amerika perawat sudah digaji
tinggi dengan hitungan per jam.
Gambar
X. Perjuangan
Florence dalam menumbuhkan jiwa altruism bagi perawat menjadi salah satu faktor pendukung
kurang cerdasnya finansial perawat dan klien
Berdasarkan konsep King yang dilengkapi dengan konsep John L Holland, saat ini dibutuhkan
perawat yang memiliki kepribadian Tipe usaha/enterprising. Perawat tipe ini cenderung
mempunyai kemampuan verbal atau komunikasi yang baik dan menggunakannya untuk
memimpin orang lain, mengatur, mengarahkan, dan mempromosikan produk atau gagasan.
Dengan perawat tipe ini ia akan lebih mandiri secara finansial, klien akan sehat dan terpenuhi
kebutuhan dasarnya.
Untuk melengkapi pengertian keperawatan, maka yang paling esensial dan paling awal
dikemukakan oleh ICN (International Confrencce of Nursing) Sebagai berikut,
Nursing :The uniqe function of the nurse is to assit the individual, sick or well, in the performance
of those activities contributing to health or its recovery (or the peaceful death) that he would
perform unaided if he had the necessary strength, will or knowledge.( Fundamentals of nursing
1983 :5). Another factor that has increased the demand and needed for nursing services is the
greater the fimansial support provided through health insurance programe ( Fundamentals of
nursing 1983 :18).
Dari definsi di atas dikemukakan bahwa aspek ekonomi serta dukungan finansial akan
mempengaruhi tuntutan dalam dunia keperawatan, terutama yang menyangkut asuransi pelayanan
kesehatan. Masalah finansial ini patut digaris bawahi karena dalam paradigma sehat
di Indonesia yang mengarah pada pencegahan agar orang sehat tidak menjadi sakit, justeru telah
menyebabkan makin tingginya anggaran bidang kesehatan. Di samping hal tersebut saat ini
program Askeskin yaitu sebuah asuransi untuk keluarga miskin dan masyarakat tidak mampu
setiap tahun terus meningkat. Sebagai ilustrasi penulis menyampaikan pengalaman selama 10
tahun, bahwa lebih dari 90% pasien-pasien gangguan jiwa yang dirawat di RSJ menggunakan
askeskin atau subsidi dana pemerintah. Ke depan pengertian UU Kes no. 23 yang memfokuskan
ciri sehat klien harus produktif secara sosial dan ekonomi patut terus dikembangkan guna
mencetak klien yang mandiri secara ekonomi.

Gambar
X. Hampir
seluruhnya klien gangguan jiwa di Rumah sakit Jiwa akibat sosial ekonomi
PENGERTIAN ENTREPRENEUR
Entrepreneur sebuah kata yang berasal dari bahasa Perancis yang bermakna seseorang yang
melakukan dan mengoperasikan kegiatan enterprise (perdagangan) atau venture(bisnis) yang
dihubungkan dengan pengambilan resiko. Dalam konteks yang lebih luas entrepreneur
disinonimkan dengan “founder”.

Secara umum entrepreneur selalu dikaitkan dengan bisnis, namun sebenarnya tidak selalu
demikian. Seorang entrepreneur adalah pembuka cakrawala baru atau membentuk pelayanan
jasa/produk dalam market baru, baik itu bersifat profit ataupun non profit. Prof W.Long
menyebutkan istilah dari bahasa jerman “unternehmer”, dan “unternehmergeist” yang memiliki
pengertian semangat untuk gagasan baru yang menguntungkan (spirit of entrepreneurship). (1).
Referensi lainnya menyebutkan bahwa kata “entrepreneur” berasal dari bahasa
Perancis “entreprendre” yang berarti memulai, mengambil inisiatif dan tindakan sejenis. Artinya
dalam konteks dunia usaha, itu berarti memulai sebuah usaha atau bisnis. Kamus Webster
kemudian mendefinisikannya sebagai seseorang yang mengorganisasi, mengelola, dan mengambil
risiko dari suatu bisnis atau perusahaan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
entrepreneur diartikan sebabagai orang yang pandai atau berbakat dalam membuat produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,
memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
Definisi entrepreneur ini terus berkembang dengan bermacam penekanan sejalan dengan
peradaban manusia. Richard Cantillon, misalnya, mendefinisikan entrepreneur sebagai orang
yang mempekerjakan diri sendiri. Mereka adalah orang-orang yang membeli sesuatu pada harga
tertentu dan menjualnya pada harga tak tentu di masa depan. Entrepreneur di sini identik dengan
mereka yang menanggung ketidakpastian (uncertainty) atau risiko. (Bisnis Indonesia, 9 Oktober
2003)
Menurut Rhenald Kasali entrepreneur adalah seseorang yang menyukai perubahan, melakukan
temuan-temuan yang membedakan dirinya dengan orang lain, menciptakan nilai tambah,
memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain, karyanya dibangun berkelanjutan (bukan
ledakan sesaat) dan dilembagakan agar kelak dapat bekerja efektif di tangan orang lain (dalam
Paulus Winarto, 2005).
Seorang entrepreneur adalah pembuka cakrawala baru atau membentuk pelayanan jasa/produk
dalam market baru. Dalam ranah kehidupan sehari-hari dan dalam bahasa yang sederhana
entrepreneur dapat dikenali dengan contoh seorang yang mengubah sesuatu yang tidak berguna,
sampah, rongsokan menjadi sesuatu yang berharga atau mendatangkan manfaat. Dalam hal ini
seseorang itu mempunyai kemampuan berpikir yang kreatif dengan daya kreasi dan membuat
sesuatu yang baru dengan cakap melihat suatu peluang serta berani mengambil risiko atas
tindakannya. Ketika seorang perawat mengambil suatu langkah di tengah orang-orang lain saling
berlomba memperebutkan kesempatan kerja yang sangat sempit, ia justru berpikir melakukan
suatu usaha yang dapat menghasilkan secara ekonomi dan memberi peluang kerja bagi sesamanya,
ia dapat dikatakan sebagai seorang entrepreneur.
Definisi terkini mengenai seorang entrepereneur adalah: Orang yang membentuk ulang atau
mevolusir pola produksi dengan memanfaatkan suatu penemuan atau, sebuah kemungkinan
teknologis yang belum pernah dicoba untuk rnenghasilkan suatu komoditi baru atau memproduksi
suatu bentuk lama dengan cara baru. Beberapa ahli menjelaskan seorang entrepereneur dengan
cara mengajukan beberapa pertanyaan berikut, kemudian dari cara menjawabnya kita bisa melihat
apakah ia seorang entrepereneur atau seperti perawat kebanyakan, pertanyaan adalah sebagai
berikut:
1. Apakah Anda mendambakan keamanan saat orang banyak berkerumun?
2. Apakah Anda bertindak berdasar konsensus dan komite?
3. Apakah Anda mau memberi pengorbanan?
4. Apakah Anda merasa nyaman bekerja 6 atau 7 hari, 60-80 jam seminggu?
5. Apakah Anda mudah dikacaukan saat mengerjakan proyek khusus?
6. Apakah Anda siap untuk melakukan lebih dari yang dilakukan pesaing Anda?
7. Dapatkah Anda membuat keputusan penting?
8. Dapatkah Anda mengendalikan diri saat mereka di sekitar Anda tak lagi mampu?

Who Are the Entrepreneurs?


Despite dreams, wishful thinking, and even plans, few people actually take the step of trying to
start a company. Why is this? Is there a special breed of man which is particularly inclined to
become an entrepreneur? Are there special characteristics or conditions which stimulate
entrepreneurial activities? The basic questions we are asking here are classic one- Are
entrepreneurs born or are they made? If they can be made, what are the ingredients? I have
reached the conclusions that, given a degree of ambition and ability not uncommon to many
individuals, certain kinds of experiences and situational conditions rather than personality or
egoare the major determinants of whether or not an individual becomes an entrepreneur.

Seorang entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan,


mencari, dan memanfaatkan peluang dalam menuju apa yang diinginkan sesuai dengan yang
diidealkan. Perbedaan seorang wiraswastawan dengan seorang Entrepreneur adalah Entrepreneur
cenderung bermain dengan resiko dan tantangan. Artinya. Entrepreneur lebih bermain dengan cara
memanfaatkan peluang-peluang tersebut. Sedangkan wiraswastawan lebih cenderung kepada
seseorang yang memanfaatkan modal yang dimilikinya untuk membuka suatu usaha tertentu.
Seorang Entrepreneur bisa jadi merupakan wiraswastawan, namun wiraswastawan belum tentu
Entrepreneur. Wirausahawan mungkin adalah seorang manajer yang mengelola suatu perusahaan
yang bukan miliknya. Namun Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki sebuah usaha sendiri.
Kecenderungan yang terjadi pada mahasiswa-mahasiswa yang duduk di perguruan
tinggi sekarang adalah kebanyakan dari mereka lebih menginginkan pekerjaan yang
mapan setelah menyelesaikan pendidikannya. Mereka tidak mau mengawali kehidupan setelah
lulus dari perguruan tinggi dengan memulai sebagai Entrepreneur. Kesuksesan seseorang mereka
lihat dari ukuran seberapa makmur kehidupan orang tersebut, berapa besar gaji yang diperolehnya,
apakah ia sudah memiliki mobil mewah atau rumah yang indah. Padahal, sukses tidaknya seorang
Entrepreneur bukan dilihat dari sudut pandang kemakmuran dan kesejahteraan seseorang saja,
namun lebih dinilai dari usaha apa yang telah diperbuat dalam pekerjaannya, baik itu dengan
memulai suatu usaha sendiri atau lewat pekerjaan yang digelutinya.
Pendidikan kewirusahaan yang diberikan di perguruan tinggi sekarang ini cenderung
kepada bagaimana memulai suatu usaha dan mengelola usaha tersebut dengan baik. Padahal
mengacu kepada definisi Entrepreneur yang diberikan sebelumnya, Entrepreneur bukan berarti
harus memiliki suatu usaha. Entrepreneur secara umum adalah orang-orang yang mampu
menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Sehingga yang
menjadi pertanyaan adalah keberadaan kurikulum pendidikan mengenai Entrepreneur ini. Apakah
memang seharusnya mengajarkan bagaimana memulai usaha atau bagaimana menjawab tantangan
dan memanfaatkan peluang usaha ? Kalau yang diberikan adalah bagaimana memulai suatu usaha,
maka kurikulum yang ada telah menjawab pertanyaan tersebut. Tetapi kalau yang diberikan adalah
bagaimana menjawab tantangan dan memanfaatkan peluang usaha, maka akan timbul pertanyaan
lain yang lebih sulit dijawab. Apakah seorang entrepreneur itu dibentuk atau dilahirkan.
Beberapa pakar mengatakan secara umum, jiwa dan kepribadian seseorang itu paling tidak
dipengaruhi oleh. dua hal, yaitu bakat dan lingkungan. Mengingat besarnya proporsi kedua faktor
yang cukup membingungkan yaitu 50%:50%, maka agaknya hal ini perlu dikaji lebih lanjut.
Apalagi dikaitkan dengan dimasukkannya pendidikan Entrepreneur di dalam kurikulum perguruan
tinggi sekarang.
Memang akhir-akhir ini sudah banyak pelatihan-pelatihan yang diadakan baik oleh
pemerintah maupun pihak swasta mengenai Entrepreneur. Bahkan di Amerika Serikat sendiri,
yang banyak melahirkan ahli-ahli dalam bidang bisnis dan Entrepreneur, sudah banyak kursus-
kursus yang memberikan pengetahuan mengenai Entrepreneur. Salah satunya di sekolah bisnis
terkenal Harvard Business School. Salah satu pengajar kreativitas dan kewirausahaan di sekolah
tersebut, John Kao, menganggap pendidikan Entrepreneur ini cukup penting, mengingat kembali
pada besarnya lingkungan yang antara lain adalah pendidikan mempengaruhi bentuk kepribadian
seseorang sebesar 5O%. Dari institusi pendidikan juga telah banyak lahir konsep-konsep mengenai
bagaimana menjadi wirausahawan yang baik.

Para ahli merasa masih ada satu hal yang diperlukan bagi seseorang untuk menjadi
Entrepreneur yang sukses, yaitu motivasi dan disiplin diri. Motivasi dan disiplin diri
mendapatkan proporsi yang besar untuk membentuk seseorang menjadi Entrepreneur sejati, selain
faktor bakat dan faktor lingkungan. Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki bakat
Entrepreneur dapat menjadi seorang wirausahawan sejati. Seseorang yang telah banyak mengikuti
kursus-kursus, pelatihan-pelatihan maupun kuliah yang membahas mengenai cara mengelola suatu
bisnis atau apapun, tetap memerlukan motivasi dan disiplin diri dalam menjalankan usahanya.
Motivasi dan disiplin diri merupakan faktor penting, selain faktor bakat dan lingkungan, dalam
membentuk seseorang menjadi wirausahawan sejati.
Faktor lingkungan ternyata paling penting yang masih dapat dibagi kedalam dua hal, yaitu
pengalaman dan pendidikan. Keduanya sama-sama memberikan kontribusi yang besar dalam
pembentukan jiwa Entrepreneur. Dengan memiliki banyak pengalaman dan mengikuti banyak
pelatihan maupun kursus yang sifatnya pendidikan, maka seseorang barulah lengkap dapat menuju
jalur kesuksesan untuk menjadi seorang wirausahawan sejati.

Prediksi awal menyebutkan bahwa populasi dunia mencapai enam miliar di


akhir 1999 dan pada tahun 2020, angkanya melonjak menjadi delapan miliar,
Apakah pemerintah bisa menyediakan pekerjaan untuk sedemikian banyak
orang? Faktanya, ’privatisasi’ menjadi begitu populer pada dekade lalu,
menunjukkan bahwa mereka ”angkat tangan” dari tugas
menciptakan pekerjaan yang mengerikan itu. Banyaknya lulusan SMA dan
perguruan tinggi telah menambah deretan pengangguran yang angkanya
mendekati 4 juta orang.
Bagaimana dengan populasi perawat di Indonesia ?. Menurut ketua PPNI
Jabar sediktnya 10.000 perawat D-III baru, lulus tiap tahun memperebutkan
lowongan kerja di rumah sakit, dengan penyerapan kurang dari 50%. Fakta
lainnya, berbagai Bank, institusi pendidikan dan perusahaan kesehatan yang
melakukan merger, akuisisi, dan restrukturisasi dalam sektor swasta lebih
sering membuahkan PHK masal. Lalu siapa yang mendapat beban
menciptakan lapangan kerja? beban itu harus dipikul individu-nya sendiri.
Setiap orang, menciptakan sendiri pekerjaannya! Setiap orang, siap atau
tidak, kondisi mendorongnya menjadi Entrepreneur. Mau pilih yang mana:
segera menyiapkan mental dan keteramplan Entrepreneur atau, saatnya
nanti, terpaksa serabutan, mencoba-coba menjadi Entrepreneur setelah
”tersisih” dari posisi ”pegawai negeri”! dan ironisnya lebih dari setengahnya
lulusan perawat menginginkan menjadi pegawai negeri atau pegawai tetap
sebagai motivasi awal masuk keperawatan.
Entrepreneur, yang tidak dikenali seperempat abad lalu, saat ini diajarkan
sebagai mata kuliah di universitas di seluruh dunia. Di Amerika Serikat saja,
ratusan perguruan tinggi mengajarkan itu. Apakah ini benar-benar fenomena
baru? Tidak persis demikian. Kita sebenarnya dilahirkan sebagai
entreperneur. Keberanian, kreativitas, dan inisiatif semuanya adalah sifat
yang dimiliki seseorang sejak lahir. Itu alami, melekat dalam diri Anda!
Tinggal masalahnya, buatlah kemampuan itu muncul dan bekerja optimal!
.Kita sebagai perawat sudah pernah memenangkan persaingan yang paling
akbar di jagat raya ini yaitu 700 juta sel sperma yang bersaing membuahi
ovum. Kitalah pemenangnya. Lalu berkembang menjadi bayi, bayi manapun
di dunia ini, sebelum mereka dibanjiri nilai-nilai dan peraturan masyarakat,
tanpa perlu ikut seminar tentang ”berjalan”, ia belajar berjalan sampai bisa.
Setiap kali si bayi yang belajar berjalan, ia tersandung dan terjatuh kemudian
bangkit lagi. Bayi itu pun belajar berbicara tanpa perlu mengikuti kurus
bahasa. Sayangnya, semua kelebihan itu hilang ketika ia memasuki institusi
yang kita sebut sekolah.
Pertanyaan kami adalah adakah institusi di dunia ini, tempat kita bisa
mempelajari cara menjalankan bisnis kita sendiri?, Saya yakin Anda mulai
menyebut beberapa kursus atau jurusan bisnis dengan nama-nama tetentu
yang ditawarkan oleh universitas atau sebuah lembaga kursus. Terus terang,
itu semua tidak mengajarkan Anda bagaimana menjalankan bisnis untuk diri
Anda sendiri. Mereka hanya mengajarkan Anda bagaimana menjalankan
bisnis untuk orang lain! Kalau Anda mengikuti kursus akuntansi, yang
diajarkan adalah bagaimana Anda menghitung uang orang lain.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah Anda yakini dapat menciptakan
pekerjaan untuk orang banyak. Mengapa harus orang lain? Mengapa harus
mereka, bukan Anda sendiri? Bukankah mereka yang sukses, sudah tak punya
masalah lagi dalam menciptakan lapangan kerja, karena mereka sudah di
sana, sementara Anda, mungkin masih mencari terus bisnis apa yang pas
anda jalankan sendiri.
Pertanyaan terakhir adalah, apakah seorang entrepreneur bisa berkuasa?,
seperti yang disampaikan valentino Dinsi (2004) dalam bukunya ’Jangan mau
seumur Hidup Jadi orang Gajian”, bahwa selama 1000 tahun manusia terus
mengalami pergeseran kekuasaan sebagai berikut :

Tahun 1000
Kekuasaan berada di tangan kaum rohaniwan yang secara
kebetulan adalah beberapa orang yang mampu membaca
dan menulis
Tahun 1455
Penemuan mesin cetak yang memungkinkan
pengetahuan lebih bisa disebarkan kepada lebih banyak
orang. Dengan demikian kekuasaan bergeser dari agama ke
politik
Tahun 1555
Politisi mulai lebih berkuasa dan untuk mempertahankan
kekuasaan itu, birokrasi dibuat
Tahun 1970
Penemuan microchip memungkinkan informasi lebih
tersebar kepada keompok orang yang lebih besar.
Kekuasaan bergeser perlahan dari politik ke ekonomi
Tahun 1995
Ekonomi sekarang begitu penting sehingga menjadi sebab
jatuhnya banyak pimpinan politik (mis.Presiden Soeharto
dari Indonesia, Perdana Menteri Chavalit Yongchaiyudh
dari Thailand) selama masa yang sangat singkat

Tahun 2020
Keseimbangan kekuasaan bergeser perlahan dari birokrasi
menjadi kewirausahaan. (Bill Gates dipilih sebagai orang
paling berkuasa di Inggris)

Telah diramalkan bahwa selama 25 tahun, birokrat akan bersikap defensive, mencari cara untuk
mempertahankan status keamanan yang sudah ada dari standar hidup mereka, sedangkan individu
yang berjiwa Entrepreneur akan bersikap ofensif, mencari cara memperbesar kesempatan mereka,
kemampuan mereka dan kualitas hidup mereka yang meningkat. “Karena perkembangan dinamis
bakat Entrepereneur, Amerika Serikat mampu mewujudkan lebih dari 15 juta pekerjaan dalam
tempo 7 tahun.”

2. PENGERTIAN NURSEPRENEURS
Dalam fundamental of Nursing, Taylor, Lilis dan leMone (1997:11), membahas tentang
expanded career Roles and function of Nurses, meliputi ; clinical Nurse specialist, Nurse
practitioner, Nurse anesthetist, Nurse midwife, Nurse educator, Nurse administrator, Nurse
researcher, Nurse entrepreneur. Nurse entrepreneur is a nurse , usually with an advanve
degree, who may manage a clinic or helath related business, conduct research, provide
education or serve aas an adviser or consultant to institutions, political agencies or business.
(3).

Secara konseptual Nursepreneur termasuk dalam pengembangan karir dari peran dan fungsi
perawat. pengembngan karir tersebut dapat menjadi pengelola klinik atau sarana kesehatan
lainnya. Misalnya manager spa, manager fisioterapi, manager Nursing Center, manager Balai
kesehatan swasta, pemilik massage dan refleksi, meskipun dalam pelaksanaan teknisnya
banyak melibatkan profesi lain sebagai pelaksana, dalam hal ini perawat dapat bertindak
sebagai pemilik modal, penggagas ide, pemilik saham, atau owner yang akan menggaji
karyawannya. Hal seperti ini sudah mulai ada di Indonesia, misalnya Saat pembubaran Konas
jiwa, Penulis peranh berkunjung ke klinik perawat yang mengelola kolam renang, balai
kesehatan sekaligus pemancingan di daerah Soreang. Di Bali perawat memiliki balai
Keperawatan yang dipadukan dengan fisioterapi.

Selain peran tersebut perawat juga dapat melakukan penelitian-penelitian, sebagai contoh
adanya tim riset yang meneliti perawatan luka, cara ganti balutan efektif, kompres modern,
terapi modalitas, tehnik relaksasi dsb. Masalah penelitian direkomendasikan dari Rumah sakit
atau intistusi kesehatan yang membutuhkan solusi. Misalnya kenapa kunjungan ke RS tertentu
sangat rendah, maka perawat manajemen akan melakukan riset yang didanai rumah sakit yang
bersangkutan, termasuk riset kepuasan klien.

Disamping peran-peran di atas perawat dapat juga bergerak dalam bidang pendidikan atau
menyediakan pelatihan-pelatihan atau sebagai konsultan. Misalnya pelatihan baby siter,
pelatihan perawat lansia, perawat anak di rumah atau perawat yang akan mendampingi klien
saat ibadah haji.

Nursepreneur adalah rangkaian dari dua kata kata


yaitu “nurse’ dan “entrepreneur”. Nurse artinya seorang perawat, sedangkan Entrepreneur
sendiri memiliki berbagai pengertian dan sifat, salah satunya yang disampaikan oleh John G.
Burch dalam http:wikipedia.org/wiki/Entrepreneur., Entreprenuer memiliki sifat :
 Berhasrat mencapai prestasi
 Seorang Pekerja keras
 Ingin bekerja untuk dirinya
 Mencapai kualitas
 Berorientasi kepada Reward dan Kesempurnaan
 Optimis
 Berorganisasi
 Berorientasi kepada keuntungan

Seseorang yang berprofesi apapun, asal mampu menerapkan 8 aspek sifat entrepreneur dalam
kehidupan sehari-harinya, maka dapat dikategorikan sebagai entrepreneur, termasuk seorang
perawat. Dengan jiwa Entrepreneur masalah sehari-hari yang dihadapi perawat di ruangan
akan menjadi uang. Karena perawat yang berjiwa entreperneur memilki ciri berorientasi pada
keuntungan. Sebagai contoh masalah menumpuknya botol infus bekas, abocate yang tak
terpakai, sisa makanan pasien, cucian keluarga perawat, penunggu pasien, terpisahnya orang
tua yang sakit dengan anak.

Nursepreneur merupakan istilah baru dalam mempopulerkan entrepreneurship yang dikaitkan


dengan perawat atau dunia keperawatan. Seiring dengan gencarnya program gerakan nasional
kewirausahaan pada masyarakat luas, kalangan kampus adalah salah satu sasarannya. Para
calon intelektual yang tengah dalam studi pada berbagai bidang ilmu berusaha dikenalkan pada
dunia wirausaha. Hal ini merupakan langkah usaha membekali wawasan dan pengetahuan
dasar kepada mereka agar kelak setelah meninggalkan kampus tidak selalu berorientasi pada
keinginan untuk menjadi pegawai atau karyawan, tapi justru menjadi pencipta lapangan
pekerjaan. Di beberapa kampus yang concerndalam program ini bahkan sampai membentuk
satu wadah resmi pusat pelatihan dan riset bisnis yang tidak hanya ditujukan pada mahasiswa
saja tapi untuk masyarakat luas. Khusus untuk para mahasiswa ilmu keperawatan, maka
istilah nursepreneur dipakai untuk mengenalkan dan memberi pengetahuan dasar tentang
kewirausahaan. Hal ini diupayakan sebagai sebuah upaya lompatan pola berpikir
menanggulangi pengangguran melalui dunia pendidikan. Lebih jauh lagi memang ditujukan
agar dapat membentuk jiwa-jiwa wirausaha baru yang dapat berkontribusi bagi kesejahteraan
masyarakat, di samping memiliki soft skill dan keterampilan yang kompeten dalam bidang
profesi keperawatan sesuai dengan disiplin studi yang dijalani.

Disamping hal tersebut ada fenomena menarik seperti apa-apa yang dilakukan oleh perawat
yang tergabung dalam asosiasi perawat Indonesia yang bekerja di malaysia, Saudi Arabia,
Qatar dan Kuwait. Mereka mencoba berorganisasi sebagai ciri Nursepreneur dan memiliki
keberanian untuk hijrah dengan Berorientasi kepada keuntungan berupa besarnya gajih yang
diperoleh, gaji tersebut selanjutnya dijadikan aset yang akan menjadi mesin uang.

Secara konseptual Nursepreneur memiliki ciri sebagai berikut :


1. Pengerahan Diri: Pendisiplinan diri dan secara menyeluruh merasa nyaman bekerja untuk
diri sendiri.
2. Pengasuhan Diri: Antusiasme tak terbatas untuk ide-ide Anda saat tak seorang pun
memilikinya.
3. Orientasi pada Tindakan : Hasrat menyala untuk memujudkan, mengaktualisasikan dan
mengubah ide-ide Anda menjadi kenyataan.
4. Energi Tingkat Tinggi : Mampu bekerja dalam waktu lama secara emosional, mental dan
fisik.
5. Toleransi atas Ketidakmenentuan : Secara psikologis mampu menghadapi resiko
Gambar 1.
Perawat Indonesia yang tergabung dalam
Indonesian national Nurse association in Kuwait (INA-K)
mengikuti pameran international. Sebuah alternatif dan solusi kreatif
bagi perawat untuk membidik pasar luar negeri

Gambar X.
Demonstrasi besar-besaran Perawat di depan gedung DPR-RI
menuntut disyahkannya UU Praktek Keperawatan
Akar masalahnya adalah penghargaan dan kesejahteraan profesi perawat

Gambar X.
Beberapa logo asosiasi bisnis dan entrepreneur dalam bidang keperawatan
di luar negeri yang menandai bangkitnya para pengusaha.
Sementara perawat di Indonesia masih sibuk dengan definisi apa itu perawat professional.

Entrepeneur bagi perawat sebetulnya bisa dipelajari sambil melakukannya (learning by doing),
namun harus diingat bahwa wawasan tentang jenis usaha yang akan dipilih tetap sangat diperlukan
karena jika tanpa hal itu sama dengan menyelam ke dasar laut tanpa tabung gas. Agar konsep
Entrepeneur dapat dipahami lebih jauh dalam kaitannya dengan konsep nursepreneur, akan
dicakup lima ciri entrepeneur unggulan (Paulus Winarto, 2005):
1. Berani mengambil
risiko. Perawat berani memulai
sesuatu yang serba tidak pasti dan penuh risiko. Tentu tidak semua risiko diambil melainkan risiko
yang telah diperhitungkan dengan cermat (calculated risk).
2. Menyukai
tantangan. Segala sesuatu
dilihat sebagi tantangan, bukan masalah. Perubahan yang terus terjadi dan jaman yang terus
berubah menjadi motivasi kemajuan bukan menciutkan nyali seorang perawat entrepreneur
unggulan. Dengan demikian, ia akan terus memacu dirinya untuk maju, mengatasi segala
hambatan.
3. Punya daya tahan yang tinggi. Seorang
entreprenur harus banyak akal, kretaif dan tidak mudah putus asa. Ia harus selalu mampu bangkit
dari kegagalan serta tekun.
4. Punya visi jauh ke depan
Segala yang dilakukan perawat punya tujuan jangka panjang meski dimulai dengan langkah yang
amat kecil. Ia punya target untuk jangka waktu tertentu. Bagaimana tahun berikutnya, 5 tahun lagi,
10 tahun lagi, dan seterusnya. Usahanya bukan letupan-letupan sesaat dan bukan pula karena latah
(ikut–ikutan).
5. Selalu berusaha memberikan yang
terbaik. Perawat entrepreneur akan mengerahkan
semua potensi yang dimilikinya. Jika itu dirasa kurang, maka ia akan merekrut orang-orang yang
lebih berkompeten agar dapat memberikan yang terbaik kepada pelanggannya.

Jadi yang terpenting dari seorang Nursepreneur adalah inovasi dan keberanian untuk mengambil
risiko serta siap bekerja keras mencapai tujuan dengan optimis. Inilah yang membuat entreprenur
selalu tampil dengan gagasan–gagasan baru yang segar, melawan arus pemikiran orang banyak
atau kreatif. Bahkan terkadang dicap gila pada awal kemunculannya karena bertentangan dengan
kebiasaan umum. Tapi, bukankah perahu dapat berlayar dan layang-layang hanya dapat terbang
tinggi jika ia mampu melawan arah arus angin? Tampaknya, begitu pula caranya jika kita ingin
menjadi nursepreneur unggulan. (Paulus Winarto, 2005)
MEMAHAMI KATA “ENTREPRENUER” DALAM KEPERAWATAN
Dalam sebuah weblog karya Nurmartono, salah seorang tokoh keperawatan menyampaikan sebuah
testimoni yaitu Danielle D. Shapiro, RN, BSN, CMSRN, Legal Nurses Chairman – Shapiro
Medical Legal Consulting Las Vegas, NV. Belaiu mengemukakan:

” Saya sangat senang masuk dalam Nurse Entrepreneur Network (NEN) sebuah kelompok
“Nursepreneurs.”. Dia menyatakan kepuasaannya setelah menyelesaikan sebuah teleclass “Get
Clients Now !” sebuah kelas program yang dibuat oleh NEN untuk meningkatkan minat perawat
di Amerika dalam bidang kewirausahaan. Dengan rata-rata gaji pokok U$ 20 – U$ 40/hour (sekitar
Rp. 180.000-Rp. 360.000,-/jam) untuk seorang RN di Amerika Serikat, dengan keahlian dan gelar
Danielle, apa mungkin masih kurang untuknya. Sehingga ada pertanyaan yang lantas bergulir;
Bagaimana mungkin dengan income sedemikian Danielle masih melakukan aktifitas tersebut
?. Entrepreneur dapat merupakan proses aktualisasai diri dimana unsur keberanian dan kecerdasan
seseorang diuji dalam dunia nyata. Kesiapan menanggung resiko dan kesiapan untuk kaya dengan
cepat serta latihan membangun jaringan akan memberikan kepuasan tersendiri. Kata enterpreneur
dalam keperawatan mengandung pengertian suatu soft skill yang dimilki perawat sehingga ia
mampu merubah tantangan dan hambatan menjadi keuntungan.

Perawat adalah sebuah profesi bidang kesehatan yang saat ini memiliki peran terdepan dalam
memberikan tatanan pelayanan kesehatan di Indonesia. Namun tak bisa dipungkiri juga bahwa
kesejahteraan seorang perawat penting sekali, agar pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien dapat berhasil optimal. Di lain pihak perkembangan profesi lain di luar bidang
keperawatan semakin maju semisal kedokteran, kesehatan masyarakat/public health, dsb. karena
mereka terus melakukan transformasi dan lebih cepat memodifikasi makna sebuah “profesi” itu
sendiri.

Ada sebuah harapan baru tentang profesi perawat di Indonesia, yang dapat dikembangkan dalam
upaya alternatif solusi “pengangguran terdidik” perawat Indonesia. Saat ini upaya penempatan
perawat di luar negeri menjadi altenatif utamanya, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
perawat. Namun ada yang sedikit terlupakan dan justru telah banyak dilakukan profesi lain yakni
sebuah kata “entrepreneur”, yang diterapkan secara nyata. Thema ini pernah diangkat dalam salah
satu seminar. Seminar nasional bertajuk “Nursing Entreprenueurship Membangun Jiwa
Entrepreneur Perawat” yang dilaksanakan oleh Forum mahasiswa keperawatan Jabar-Banten
bekerja sama dengan Rifa Corporation di Bandung. Dengan nara sumber prof. Eli Nurachmah dan
pakar bisnis lain. Hal ini dapat menjadi stimulus munculnya budaya pemikiran entreprenur. Ilmu
Entrepreneur sendiri bersipat netral dan dapat menjiwai berbagai disiplin ilmu. Entrepreneur lebih
bersipat soft skill yang merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola hambatan dan
tantangan menjadi peluang yang menguntungkan, baik secara finansial maupun untuk marketing
profesi itu sendiri. Soft skill berupa kemampuan wirausaha menjadi hal yang sangat penting bagi
perawat masa depan dalam tatanan era global yang berfokus pada keunggulan. Singapura, Jepang
dan Taiwan merupakan negera kecil yang miskin sumber daya alam tetapi penduduknya 50%
memiliki jiwa entrepeneur yang tinggi sehinga tumbuh menjadi macan-macan Asia dalam
perekonomian.
Sebagian besar kita telah mengenal di luar negeri nama seperti Bill Gates (Microsoft
Founder), Oprah Winfrey (entertainment), Martha Steward (media, dan kerajinan rumah), dsb.
Atau di Indonesia nama-nama seperti Martha Tilaar, Tantowi Yahya, dsb-nya. Mereka adalah
sebagian kecil saja dari para entrepreneur.
Fenomena entrepreneur muncul berbarengan dengan diterapkannya pasar bebas dalam
bidang keperawatan dan kesehatan. Fenomena lain yang mencuat misalnya alih profesi dokter
menjadi perawat di Filipina. Sekitar 6.000 dokter di Filipina sedang belajar menjadi perawat agar
mereka bisa dapat pekerjaan bergaji tinggi di luar negeri, Jumlah tersebut merupakan peningkatan
dari 2.000 dokter yang belajar menjadi perawat tahun lalu, kata Menkes Francisco Duque. Eksodus
dokter dan perawat tersebut telah menciptakan suatu “situasi yang mengancam” bagi sistem
perawatan kesehatan di filipina sendiri dan suatu satuan tugas telah dibentuk untuk meneliti
dampaknya, Filipina membentuk tim penyusun rancangan undang-undang yang akan mewajibkan
para dokter untuk berpraktik di Filipina selama paling tidak tiga sampai empat tahun sebelum
mereka bisa bekerja di luar negeri.
Suatu studi Universitas Filipina menemukan bahwa antara tahun 2000 hingga 2003, lebih dari
50.000 perawat Filipina pergi ke luar negeri untuk bekerja, katanya.
Seorang dokter yang bekerja di suatu rumah sakit pemerintah di Filipina hanya berpenghasilan
sekitar 25.000 peso (446 dolar AS) sebulan. Seorang dokter dapat berpenghasilan sekitar 8.000
dolar bila bekerja sebagai perawat di luar negeri.
Bahkan para pengacara, akuntan, dan insinyur mendaftarkan diri untuk dilatih sebagai perawat.
Para perawat Filipina dibutuhkan di Eropa, Amerika Serikat, Timur Tengah, dan bahkan negara
yang dekat dengan negara tersebut, yakni Singapura, dan Jepang.
Para pejabat kesehatan telah memperingatkan bahwa negara tersebut menghadapi kekurangan
tenaga medis bila para tenaga profesionalnya di bidang kesehatan terus mencari pekerjaan di luar
negeri

Kiat Menjadi Nursepreneur


Seorang perawat dapat menjadi nurse entrepreneur atau menjadi nurse intrapreneur. Seorang
perawat nurse entrepreneur adalah seorang perawat yang menjalankan wirausaha-nya sendiri atau
dengan beberapa teman dalam bisnis keperawatan. Sebaliknya seorang
perawat intrapreneur adalah seorang perawat yang menjalankan “bisnis” dalam divisi atau bagian
dari satu perusahaan yang telah ada. Menjadi seorang intrapreneur lebih aman, mendapatkan karir,
dan dapat melangkah menjadi entrepreneur. Tentu saja ini berbeda dengan apa yang umumnya
perawat lakukan, dan bukan bekerja di RS yang tentu saja yang secara alamiah bukan tempat
“berbisnis”. (1)
Ketrampilan dan karakter perawat yang diperlukan berbeda sekali, mesti memiliki semangat
wirausaha, memulai sendiri, bertanggung jawab secara keuangan, mencoba hal baru, dan berani.
Anda sebagai perawat juga dituntut memiliki jiwa sales, customer services, budgeting,
forecasting dan manajemen.
Secara mudahnya lebih baik menjadi perawat intrapreneur dulu, sambil bekerja dalam satu institusi
bisnis atau sambil bekerja sebagai perawat, namun memiliki usaha sampingan di bidang
wirausaha. Setelah kita yakin siap, maka bisa langsung terjun dalam entrepreneurship untuk
mengurus bisnis sendiri.

MENJADI EMPLOYER KEMUDIAN INVESTOR


Menurut Robert Kiyosaki tingkatan terendah dalam bekerja menurut penghasilannya adalah
Employer (pekerja), tingkatan kedua adalah owner (pemilk) dan tingkatan ketiga adalah investor
(pemilik modal). Jawaban menarik yang disampaikan oleh para perawat yang bekerja di Kuwait
kalau ditanyakan apakah ingin bekerja sebagai perawat kembali di Indonesia nanti (saat resign)?.
Sebagaian besar mereka menjawab ”tidak”. Sehingga banyak dari mereka yang telah merintis
berbagai jenis usaha bisa berhubungan dengan dunia keperawatan/kesehatan atau bahkan tidak
sama sekali. Banyak teman perawat yang selalu setiap annual leave (cuti tahunan) mulai merintis
bidang usaha baru, yang dikelola keluarga/teman, atau membuat kontrakan, transportasi, buka toko
obat, bisnis fotocopy, makanan, property, wartel/warnet, usaha komputer, service hp, bengkel,
dsb.

Mereka memiliki keyakinan bahwa dalam bidang pekerjaan apapun, yang namanya income harian,
mingguan, bulanan, tahunan dan “dadakan”, serta income antar negara (income di LN dan di
Indonesia ) semuanya penting terpenuhi. (4). Bekerja di LN bisa menjadi langkah awal menjadi
pebisnis dan investor. Perawat di luar negeri rata-rata mencapai gaji 10 x lipat perawat di
Indonesia. Sebelum menjadi pengusaha kita memang perlu modal finansial dan modal
karakter. Untuk mencari modal finansial kita boleh menjadi karyawan dulu (employer). Setelah
gaji kita ditabungkan maka kita mulai punya modal finansial yang akan kita rubah menjadi mesin
pencetak uang (aset). Kemudian hasilnya dapat diinvestasikan oleh perawat yang akan
menjadi pasif income.

MAMPU BERPIKIR UNTUNG (THINK BENEFIT) DAN MERUBAH PARADIGMA


BERPIKIR (CHANGE THINKING PARADIGM)
Saat seorang mahassiwa perawat cerdas berjalan-jalan di sebuah kampung, ia berhadapan dengan
pohon bambu yang rindang. Pohon bambu itu berada di sebelah rumah neneknya. Setiap hari
neneknya harus membersihkan halaman dekat pohon bambu itu. Yang membuat kesal mahassiwa
tersebut adalah kotornya halaman rumah nenek tersebut akibat jatuhnya daun-daun bambu yang
kering. Karena ia adalah seorang mahasiswa cumlaude yang cerdas, maka muncul idenya untuk
membabat habis pohon bambu itu, agar neneknya tidak repot lagi membersihkan halaman tiap
hari.

Gambar 4.
Apakah yang terpikir oleh mahasiswa keperawatan
saat melihat pohon bambu masalah atau peluang?

Pikiran mahasiswa cerdas di atas adalah pikiran orang kebanyakan. Biasanya dilandasi
sikap praktis dan efisien. Ingin cepat mneyelesaikan masalah dan memberi kesan sangat peduli
pada orang lain. Pikiran tersebut menghinggapi sebagin bangsa besar kita. Pikiran empati semu
seperti itu bukan termasuk ciri entrepreneur. Banyak orang pintar tetapi Indonesia kering
wirausahawan (entrepreneur). Padahal para wirausahawan inilah yang menjadi fasilitator bagi
kemajuan ekonomi sebuah negara. Menurut chairman kelompok usaha Ciputra, Indonesia
membutuhkan setidaknya 2% penduduknya agar mampu berpikir sebagai wirausaha untuk
menopang kemajuan ekonomi. Padahal saat ini hanya terdapat sekitar 0,8% penduduk Indonesia
yang menjadi wirausahawan. Entrepreneurship pada dasarnya adalah upaya menciptakan nilai
tambah, dengan menangkap peluang bisnis dan mengelola sumber daya untuk mewujudkannya.
Seorang entreperenur mampu melihat masalah menjadi peluang. Selain menyelesaikan masalah ia
juga mampu menghasilkan uang dari masalahnya.

Kini mahsiswa perawat yang berjiwa entreprenur datang. Ia menghadapi masalah yang sama.
Sebongkah pohon bambu yang mengotori halaman. Muncul ide kretaifnya yang dilandasi
kemampuan berpikir untung (think benefit). Maka saat melihat bongkahan pohon bambu yang
terpikr adalah :

1. Ekspor tusuk gigi dengan ukiran kecil dan warna-warni

2. Tusuk sate ramah lingkungan

3. Angklung mang ujo versi rock

4. Calung millenium

5. Kentongan rumah makan kampung daun


6. Tirai bambu mahassiwa terndy

7. Meubel bambu bergaya gothic

8. Kerajinan bebek dari akr bambu

Apakah kita melihat perbedaan saat seorang mahassiwa perawat enterperenur mengahadapi
masalah dengan, seorang mahassiwa cumlaude menghadapi masalah?. Perbedaannya adalah
kemampuan berfikir untung dan kebiasaan berfikir lain dari yang biasanya. Itulah yang
menyebabkan seorang penggagas sering ditertawakan. Dulu pemilki ide jalan layan ditertawakan.
Pemilki ide remote control dianggap gila, pemilki ide air teh dalam kemasan dianggap aneh dan
berbicara di tengah hutan dengan lawan bicara di tengah kota adalah pekerjaan mustahil.

Perawat sering berhadapan dengan berbagai masalah saat bekerja misalnya macet saat mau dinas
ke Rumah sakit, mencuci baju putih yang gampang kotor, sampah medis yang berserakan, sulitnya
meninggalkan anak saat dinas, jauhnya kantin saat makan siang, tidak keburu masak di rumah,
mahalnya biaya berkomunkasi dengan suami. Seorang perawat yang berjiwa entrepreneur akan
mulai berpikir beda dan berpikir untung. Tahap selanjtnya mungkin muncul gagasan-gagasan
segar dan ide-ide kreatif misalnya perawat menciptakan CD rekaman English for nurse saat
macet, laundry for nursing staf, Re-use machine for waste medical, katering siap antar bagi
perawat atau penitipan bayi bagi perawat. Ide-ide tersebut harus dibiasakan muncul. Seberapa
jeleknya ide itu atau seberapa sepelenya ide itu tetap harus dimunculkan. Di luar negeri justru ide
sepele itulah yang menghasilkan royalti jutaan, misalnya ide tentang alat penjepit kuping anjing
jenis tertentu, yang telinganya menjuntai saat makan dan tercelup pada makanan.

Gambar 5.
Apakah yang terpikir oleh mahasiswa keperawatan
saat melihat tumpukan sampah medis di rumah sakit?

Menurut valentino Dinsi, Jika kita ingin mencetak calon entrepereneur yang tangguh dan memilki
ide kreatif 1% saja dari penduduk Indonesia, maka jumlahnya sudah di atas 2 juta orang. Kalau
seluruh perawat di Jawa Barat saja ada sekitar 20.000 orang maka ada sekitar 200 orang perawat
yang memiliki jiwa entreperenuer dengan langkah awal keberanian untuk berpikir untung serta
mampu melihat masalah menjadi peluang. Tetapi apakah kebiasaan berpikir untung terlahir karena
seseorang berkesempatan untuk bersekolah tinggi?. Ternyata bersekolah tinggi-tinggi, membuat
pribadi pembelajar memperoleh pengetahuan. Tapi belum tentu mereka memiliki ide.

Napoleon Hill pemah berkata,”Pikiran adalah benda”. Tapi pikiran biasa tidak akan sanggup
membawa kita kemana-mana. Setiap orang punya pikiran, tapi hanya sedikit yang punya ide. Ide,
adalah pikiran yang punya arah atau tujuan. Menurut Valentiono Dinsi menganggap pengetahuan
berharga bisa saja pandangan itu keliru. Pengetahuan itu statis, idelah yang berguna. Banyak orang
dalam masyarakat kita hanya memikirkan penumpukan pengetahuan sehingga kita mendorong
anak-anak kita mengejar pemilikan lembaran ijazah. Einstein pemah bilang,”Pengetahuan yang
tidak diterapkan itu tidak berguna. Hanya ide yang bisa mengubah dunia.” Apa gunanya menjadi
perpustakaan atau ensiklopedi berjalan?. Mugkin cukup inspiratif bagi Anda, menyimak sidang
penghinaan terhadap Henri Ford, pendiri Ford Motor. Koran pemah
menyebutnya ignoramus (orang bodoh). Kasus itu dibawa ke pengadilan. Untuk membuktikan
bahwa ia memang orang bodoh dan tak berpendidikan, pembelanya menanyakan pertanyaan
seperti ini :

1. ”Siapa presiden kesembilan belas Amerika?”

2. ”Berapa mil jarak matahari ke bumi?”

3. ”Apa yang dikatakan dalam Prinsip Archimedes?”

4. ”Berapa akar pangkat dua dari 1?”

Seperti kebanyakan dari apa-apa yang dipelajari mahasiswa kita. Pertanyaan itu berkisar dari
sejarah sampai fisika dan matematika agar kita mengingatnya setiap mau ujian. Bila kita tidak
mampu menjawabnya itu akan membuktikan bahwa ia tidak punya pengetahuan dan memang
bodoh!. Henry Ford bosan menghadapi semua pertanyaan itu. Ia sontak berdiri, menghadap hakim.

”Ya Tuhan, mengapa saya harus menyia-nyiakan waktu menjawab pertanyaan bodoh ini bila
dengan hanya memencet tombol, saya bisa memanggil ahli sejarah terbaik untuk menjawab
pertanyaan dan dengan tombol lain saya bisa memanggil ahli fisika terbaik untuk menjawab dan
ahli matematika terbaik untuk menghitung semua soal….”

Semua yang ada di ruang sidang, terdiam. Baru saja mereka mendengarkan kata-kata dari seorang
terpelajar dan bijaksana. Tak perlu dikatakan, Henry Ford memenangkan perkara!.
Demikianlah perbedaan antara pergi ke sekolah dan menjadi terpelajar. Banyak orang
menganggap orangtua dan kakek kita tidak terpelajar karena tidak pemah bersekolah. Ini
menyedihkan! Beberapa anak bahkan merasa malu akan orangtuanya karena punya orangtuanya
petani padi, penjual rokok, penjual koran atau pedagang kaki lima. Apakah kita bisa menanamkan
seorang lulusan universitas tapi malu akan orang tuanya sebagai orang terpelajar?. Yang menarik,
dari semua hal yang berubah dalam 50 tahun terakhir, pendidikanlah yang berubah belakangan.
Sangat menarik untuk dicatat bahwa seorang ilmuan yang mempelajari hidup dan pemikiran
Socrates mendapat PhD untuk itu. Tapi Socrates sendiri tidak punya ijazah sama sekali.
Pendidikan kita sering melahirkan orang-orang tidak kreatif dan berpikiran linier. Bila jawabannya
tidak sesaui keinginan dosen maka dianggap salahg. Pendidikan tidak merangsang untuk
menghasilkan ide-ide baru karena, sebelum kita bisa menghasilkan ide, pikiran kita harus
bebas. Pendidikan harus membebaskan pikiran kita dan bukan menguncinya. Tujuan pendidikan
adalah menggantikan pikiran yang kosong dengan pikiran yang terbuka.

Anda akan memperhatikan bahwa sulit sekali ide muncul bila pikiran terlalu kaku dan terkontrol
atau terkondisi. Perhatikan bahwa salah satu penemu terbesar sepanjang masa, Thomas Alfa
Edison, hanya bersekolah selama tiga bulan. Henry Ford bersekolah sebentar. Mungkin spesialis
terlalu terbenam dalam pikiran mereka, sehingga mereka tidak bisa keluar untuk memecahkan
masalah. Anda pernah dengar, bukan, tentang Lembah Silikon (Silicon Valley). Itu desa kecil di
California. Bukan kebetulan kalau di sini lahir banyak ide. Miliuner yang dihasilkan lembah ini
setiap bulan, mengejutkan. Setiap lima hari, sebuah perusahaan go public di Lembah Silokon! .
Tahun 1980-an, ”mesin uang” mereka, sektor manufaktur. tahun 1990-an, pebisnis jasa,
merupakan gelombang kedua pencetak uang. Pada milenium baru ini, penghasil uang terbesar,
adalah kelompok yang bekerja berdasarkan ide. Telah lahir 20 multimiliuner yang berusia di
bawah 40 tahun pada 1 September 1999. Ini berarti sudah waktunya kita mengubah ide yang dapat
membantu kita mendapatkan uang tunai, penjualan atau bisnis, dalam kehidupan sehari-
hari.Bila Anda merenungkan lebih lanjut, bahwa ternyata setiap masalah yang belum terselesaikan
adalah karena kita belum memikirkan ide untuk mecahkannya.

Kadang-kadang dalam pencarian kita untuk suatu pemecahan kita tidak boleh hanya bertahan pada
cara pikir lama. Masalahnya sejak sekolah kita terkondisikan demikian, kita hanya punya jawaban
yang salah atau benar. Hidup tidak semuanya hitam atau putih. Kadang bisa juga berwama abu-
abu bahkan seperti pelangi. Cobalah beberapa ide atau metode yang mungkin. Beberapa mungkin
kedengaran gila, tapi mungkin juga berhasil.

Pembaca, ide itu mahal. Sering nilainya unlimited. Kalau pun terpaksa harus muncul sebuah angka
nominal tertentu untuk harga sebuah ide, lebih karena kepentingan praktis, transaksi atas itu harus
berlangsung. Sejatinya, ide sendiri, susah diukur nilainya. Ia bergerak, memberi pengaruh terhadap
banyak hal, menciptakan banyak situasi-situasi baru.

Kewirausahaan, adalah “jagad ide” yang akan mati saat ide sudah hilang tergantikan dengan
rutinitas mekanistik. Rutinitas itu, sering terjadi sebagai dampak psiklogi dunia formal. Ya,
tegasnya: pendidikan formal. Korban-korbannya begitu banyak. Mereka bersekolah, tapi
kebingungan dalam menyusun kemauannya sendiri. Berbondong-bondong, mengekori sebuah
tujuan tertentu, membuat sebuah peluang kerja, menjadi kian sempit lantaran persaingan amat
ketat.
Padahal, segudang fakta menunjukkan, mereka yang “lepas dari belenggu persekolahan dan
penjara pengetahuan”, malah melihat peluang dan membangunkan jiwa kewirausahaan dalam
dirinya.

Lihat saja, Primagama, bimbingan belajar milik Purdi Chandra, drop out dari Universitas
terkemuka, Gajah Mada, kini menjadi satu-satunya bimbingan belajar yang masuk Museum Rekor
Indonesia (MURI) memiliki 297 cabang tersebar di 122 kota di Indonesia dengan 107.334 siswa
dengan penghasilan tahunan berkisar 300 miliar (data tahun 2003).

Ya, sudah dikatakan bahwa abad ke-20 adalah abad di mana gelar akademi dari universitas sangat
peting, tapi tidak lagi di abad 21. Kecenderungan ini sudah dimulai di AS, Jepang, dan kemudian
di seluruh dunia. Banyak yang drop out dan mulai! Bila Anda punya gelar, itu bagus, tapi jangan
jadikan itu sebagai halangan. Jangan biarkan ijazah Anda menentukan jumlah yang bisa Anda
dapatkan atau apa yang bisa anda lakukan.
PERAWAT SIBUK TETAPI TETAP MISKIN
Ada profesi yang bekerja keras dalam menjemput rejeki tetapi tetap saja miskin. Ada juga perawat
yang jabatannya di ruangan biasa saja tetapi sudah naik haji tiga kali, ke rumah sakit naik mobil
mewah, shodaqoh rajin dan tidak pernah bertengkar di kantor gara-gara honor yang kecil.
Adakalanya seorang sahabat saya perawat yang menduduki posisi terhormat seperti kepala
ruangan merasa pusing bila ditanya masalah penghasilan dan ketentraman hatinya. Saat perawat
ditanya berapa tabungan anda di Bank?, berapa deposito anda?, kapan anda ke tanah suci?,
seberapa banyak aset yang anda miliki? apakah anda sering menunggu gaji bulanan?, Apakah
sering terjadi konflik di tempat kerja gara-gara honor yang tidak sesuai?, apakah hati anda tidak
tenang menghadapi masa depan?. Apakah otak mulai panas saat harga-harga melambung tinggi?.
Marilah kita simak sebuah hadits Qudsi. Hadits Qudsi adalah hadits khusus yang memiliki
kedudukan penting. Saking pentingnya Hadits Qudsi biasanya diwahyukan Allah langsung pada
nabi tanpa melalui malaikat jibril.

Hai anak Adam luangkan waktu untuk beribadah kepadaKu niscaya Aku penuhi dadamu dengan
kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan (kemiskinan). Kalau tidak aku penuhi
tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan. (HR
Attirmidzi dan Ibnu Maajah)(1)

Pernahkan kita mendengar seorang perawat yang pergi pagi sekali dinas ke rumah sakit,
puskesmas atau dinas kesehatan ?. Mereka pergi sebelum anak-anak bangun dan tidak sempat
sarapan pagi. Sholat berjamaah shubuh ketinggalan, mandi terburu-buru. Kemudian berjam-jam
macet di jalan. Naik motor ugal-ugalan dengan dalih menjemput rejeki. Sesampainya di tempat
kerja keringat bercucuran, melakukan operan. Kemudian melakukan rutinitas sebagai perawat.
Ganti balutan, memberi obat, penyuluhan, melakukan tugas administrasi, rapat, seminar,
presentasi, memberi kuliah atau harus kuliah, membaca, berdiskusi, bergelut dengan kemacetan
lagi dan pulang ke rumah dalam keadaan lelah. Anak-anak sudah tertidur pulas. Diantara anaknya
ada yang terkena TBC kelenjar karena kurang mendapatkan gizi. Anaknya tidak cukup makan
meskipun laporan pembantu selalu menyampaikan makan banyak dan habis. Perawat terlalu
banyak memberikan penyuluhan makanan bergizi pada pasien. Perawat lupa membeli makanan
bergizi untuk keluarganya karena cicilan rumah dan motor baru lebih penting.

Esoknya bergelut lagi dengan kemacetan sambil menghitung hari kapan tiba saatnya tanggal
gajian, tanggal yang dinanti-nantikan. Otakpun berputar pengeluaran apa saja yang harus segera
dibereskan seperti kontrakan, gas, rekening listrik, SPP anak, cicilan motor, cicilan mobil,
perabotan rumah tangga arisan, telepon, PDAM dan setelah dikalkulasi, pas tanggal lima belas pas
gaji habis semua sudah masuk pada posnya masing-masing. Esoknya mulai antri dengan
kemacetan lagi dan kita makin sibuk tetapi pendapatan tidak bertambah naik. Hal ini persis seperti
apa yang disindir Allah dalam Hadits Qudsinya: ….”Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan
kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan..”. Tidak seperti peribahasa yang
sering kita dengar di bangku sekolah ”Semakin kamu kerja keras maka semakin sukses”.
Peribahasa itu bukan hadits Qudsi yang dijamin kebenarannya oleh Allah dan cocok untuk segala
zaman. Peribahasa itu telah meracuni pikiran kita dan meracuni pikiran sebagian besar perawat
Indonesia, seharusnya kita tetap meluangkan waktu untuk bermunajat kepada Allah yang
menguasi seluruh rejeki mahlukNya di muka bumi ini.

Perawat sering lupa bahwa hari ini Allah menjamin rejeki milyaran ikan-ikan di lautan dan cacing-
cacing tanah. Allah menjamin rejeki ulat-ulat pohon. Hari ini Alah menjamin ribuan rejeki kupu-
kupu dan jutaan burung-burung di angkasa. Hari ini dan seterusnya Allah menjamin rejeki
perawat-perawat di Rumah sakit, puskesmas, dinas kesehatan, Akper, Stikes dan instansi swasta
lainnya. Esok hari dan seterusnya Allah akan menjamin oksigen, kelembaban, suhu tubuh,
temperatur lingkungan, sinar matahari, peristaltik usus, garavitasi bumi, cahaya, gerak, kedipan
mata dan sesuap nasi sesuai dengan volume lambung yang telah diciptakan Allah. Singkatnya
rejeki apapun bentuknya sudah selesai direncanakan Allah semenjak kita berada dalam kandungan.
Rejeki tersebut bukan semata-mata hasil kerja keras. Bila kita kerja keras tetapi tidak meluangkan
waktu untuk bermunajat, maka dada kita akan melarat (mental miskin). Ciri mental miskin itu
adalah kita menyangka kurang kerja keras. Sehingga makin banting tulang semakin kurang.
Akhirnya miskin betulan. Dalam artian hati selalu gelisah, merasa cemas dengan masa depan,
waswas, banyak utang, merasa tidak cukup, gangguan tidur dan di lain pihak kalau melihat
besarnya penghasilan dengan keinginan dan kebutuhan selalu tidak seimbang.
Perawat kaya selalu meluangkan waktunya untuk bermunajat kepada Allah. Misalnya saat datang
ke ruangan ia mengambil air wudlu dan meluangkan waktu sholat dluha. Setelah seminar membaca
buku ilmu keperawatan meluangkan waktu untuk membaca hadits nabi dan berdzikir, Setelah
selesai rapat dengan pimpinan ia mengadakan meeting dan teleconfrence dengan Allah di
Mushola. Efek dari sholat dluha membuat ia lebih fress dan santai. Sholat berjamaah membuat
pembuluh darah menjadi Vasokontriksi kembali dan pemusatan energi ke dalam organ visceral.
Munculnya rasa nyaman, rileks dan segar. Hal ini merupakan bentuk refreshing dan istirahat bagi
tubuh dari kesibukan kerja yang membuat melarat sperti yang diungkapkan hadits nabi:…. Kalau
tidak aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari
kemelaratan…. .. Bila kita rajin bermunajat Allah akan mengilhamkan kepada jiwa kita sehingga
dalam bekerja kita tidak saja bekerja keras, tetapi kerja cerdas serta kerja ikhlas.

Sebagai illustrasi tukang becak setiap hari kerja keras, tukang gali batu setiap hari kerja keras,
nelayan setiap hari bekerja keras, perawat setiap hari kerja keras mendorong blankar, mengangkat
pasien, menjaga kebersihan lingkungan, memandikan, mengganti balutan, tetapi sudahkah mereka
kerja cerdas dan kerja ikhlas?. Apakah dengan kerja keras kita semakin kaya materi dan kaya hati?.
Pentingnya mengolah ketiga aspek bagi perawat supaya ketiga-tiganya bekerja. Contoh uraian
berikut bagaimana seorang perawat memadukan ketiga aspek tersebut untuk menggapai
kesejahteraaan dunia dan berlimpahnya kekayaan.

Fisik Kerja keras manajemen waktu, bangun subuh, olah-raga, sarapan,


(Physical) (hard worker) makanan bergizi, tidak merokok, tidak minum alkohol,
disiplin diri dsb.
Otak Kerja cerdas kuliah, belajar, kursus, baca buku, membuka wawsan
(brain) (intelligent) baru, pelatihan, seminar, diskusi, sharing, mempelajari
metode baru, eksperimen dsb.
Hati Kerja ikhlas meluangkan waktu untuk bermunajat, sholat dluha,
(mind) (Transedental) Tahajud, berdo’a, sholat sunat, shodaqoh, majlis taklim,
kajian agama, dsb.

PERAWAT KAYA JAUH DARI AGAMA?


Pernahkah anda mengunjungi sebuah pasar yang kumuh, bau dan kotor?, ojeg berderet, becak
melawan arus, pedagang sayuran di bahu jalan, angkot ngetem bikin macet, lingkungan becek,
pejalan kaki berpacu mengejar waktu, pedagang asongan berbondong-bondong, pengemis di
pinggir trotoar, polisi terpaksa harus bersembunyi sekali-sekali keluar untuk menangkap mangsa.
Pernahkah anda mengunjungi sebuah terminal yang semerawut?, calo-calo gentayangan, tukang
dagang bertebaran di mana saja, bau pesing, WC kotor, gelandangan bergeletakan, polusi berbaur
dengan terik matahari diiringi suara pengamen jalanan dan petugas parkir tak berseragam.

Pernahkah anda mengunjungi stasion kereta yang masih primitif?, WC yang becek, tempat duduk
berantakan, informasi tidak jelas, kereta datang dan pergi terlambat. Tidak jelas mana copet mana
petugas. Tidak jelas mana pedagang asongan mana pramugari kereta, bahkan tidak jelas mana
ruang tunggu mana tempat sampah.

Pernahkah anda makan di restoran siap saji made in Amerika?. Meskipun konsumennya sebagian
besar orang Islam, restoran tersebut beberapa waktu yang lalu harus ditutup paksa karena dianggap
milik kafirun dan mendanai pembantaian umat Islam oleh Yahudi di berbagai negara. Gedung
yang megah, tata warna yang indah dan bau harum yang mengundang selera adalah ciri khas
restoran tersebut. Prinsip kepuasan pelanggan dan total quality control mewarnai setiap
penyajiannya. WC nya terkadang lebih indah dibanding ruang utama perawat. Dengan Sigma
Kepuasan semenjak masuk, pintu kaca terbuka secara otomatis atau minimal dibukakan oleh
pelayan yang cakep atau cantik. Menginjak lantai sangat bersih licin dan wangi. Memesan
makanan dilayani dengan petugas berseragam yang cantik dan murah senyum. Meja makan dengan
tata warna yang sudah dirancang untuk meningkatkan selera makan. Semua didesain sesuai dengan
hasil riset dengan pendekatan psikologi konsumen.

Pernahkah anda mengunjungi sebuah STIKes yang jorok? Puskesmas lembab dan bocor serta
rumah sakit yang kumuh?. Pernahkah anda mengunjungi sebuah Rumah Sakit dimana saat datang
dijaga satpam yang berwajah bengis, parkir sulit, masuk gerbang dengan pagar usang, lantai ubin
tua dan bau Lysol. Sampah medis berserakan, bekas slang infus di pojok-pojok, dimana-mana
terdapat plastik transfusi, abocat, kapas alkohol dan bekas balutan, tikus berseliweran, kucingpun
tidak berselera mengejarnya karena tikusnya besar sekali. Warna dinding sudah kusam, suara
blankar berisik karena rodanya sudah longgar. Mahasiswa berseliweran, Ko-Ass, dokter, keluarga
pasien, Analis, dokter gigi, bidan dan satpam semua bergerak dalam lorong yang sama. Pasien
belum bisa istirahat karena suasananya riuh seperti pasar malam.

Sebagai pemeluk agama pilihan Tuhan saya sering bertanya dalam forum seminar. Benarkah kita
kita tidak boleh kaya?, Bagaimana kalau kita memilki uang banyak sehingga bisa membuat Airport
yang canggih, terminal yang bersih, pasar yang rapih dan rumah sakit yang nyaman?. sedangkan
Allah itu bersih dan mencintai kebersihan, Allah itu indah mencintai keindahan, Allah itu maha
pengatur dan mencintai keteraturan. Agama ini sudah dirancang oleh Allah dengan sempurna.
Agama ini pasti memberikan petunjuk bagi kita agar menciptakan Syorga di dunia. Agama ini
sangat lengkap dan pasti mampu membuat dunia ini indah meskipun tetap bersikap juhud. Dengan
agama ini bukan saja kita akan berjaya di akherat tetapi kita juga bisa sejahtera di dunia.

Ironisnya terminal primitif, pasar tradisional, rumah sakit kumuh banyak terdapat di negara yang
mayoritas perawatnya beragama Islam. Ada satu hadits nabi yang kita lupa bahwa semuanya
membutuhkan uang bukan hanya semangat membaja. Dalam beberapa seminar saya sudah
menyampaikan bahwa menurut Sayidina Ali RA. pendidikan yang berkualitas itu modalnya hanya
dua yaitu dosen/guru yang berkulitas dan yang keduanya adalah uang. Apakah ada sarana
parasaran atau sistem yang tidak membutuhkan uang?. Mari kita simak Hadits berikut :

Pada akhir zaman kelak manusia harus menyediakan harta untuk menegakkan urusan agama dan
urusan dunianya (HR Athabrani)(1:190)

Perawat kaya (cerdas secara finansial) saat ini sangat dibutuhkan. Ia akan membangun agamanya
dan berdawah dengan media canggih. Ia akan membangun pusat-pusat layanan kesehatan
masyarakat. Ia akan membuat sekolah-sekolah berkualitas bertaraf International sehingga benar-
benar menjadi Rahmatan Lil Alamin.

MAMPU MENEMUKAN PELUANG WIRA USAHA DALAM BIDANG


KEPERAWATAN (SEARCH FOR BUSINESS CHANCE)
Kemampuan mencari dan menemukan peluang usaha perlu dilatih terus-menerus pada diri
perawat. Kemampuan ini perlu diasah. Terutama bagi perawat-perawat yang sudah bosan miskin.
Pada tingkat pemula biasanya hanya ide spontan yang belum tentu bisa dilaksanakan. Kebiasaan
menyampaikan ide-ide spontan tersebut mungkin saja mendapat cemooh atau bahan tertawaan
orang lain. Tetapi berbahagialah kalau kita sudah dicemooh atau ditertawakan, karena biasanya
kita akan mentertawakan dia pada saat dia pinjam uang pada kita atau menyatakan diri ingin
bergabung. Setidaknya bila kita terbiasa mengemukakan ide akan melatih kreativitas otak kita. Ciri
orang kreatif secara verbal menurut Guilford diantaranya adalah word fluency, originality and
ideational fluency.

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan perawat dalam menemukan peluang usaha atau bisnis
dalam bidang keperawatan. Hal ini bisa dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan.
– Langkah pertama : dimana biasanya perawat berkumpul?. Misalnya di Rumah sakit, Puskesmas,
Klinik, Stikes, Akper, Panti, Tempat seminar, tempat pelatihan, Sanggar
– Langkah kedua : apa yang biasanya dibutuhkan mereka?. Misalnya makanan, pakaian, angkutan,
pulsa, referensi, buku, jaringan internet, mesin cuci, laptop, printer, alat tulis, kado, buah-buahan
dsb.
– Langkah ketiga : dengan siapa mereka berhubungan setiap hari?. Misalnya dokter, perawat lain,
masyarakat, pasien, korban, keluarga, kelompok khusus, pemerintah.
– Langkah ke lima : barang dan jasa apa yang dibutuhkan dan bisa kita jual bagi mereka ? Misalnya
makanan, pakaian, angkutan, pulsa, referensi, buku, jaringan internet, mesin cuci, laptop, printer,
alat tulis, kado, buah-buahan dsb.
– Langkah ke enam : Jasa apa yang bisa kita tawarkan kepada mereka ? mencucui, memasak,
mengajar, mendengar, mendorong, membersihkan, menghubungkan.
– Langkah lanjutan : inovasi apa dari produk yang dihasilkan orang lain yang bisa kita rubah atau
kita sempurnakan, misalnya dalam hal ini saya ingin memberikan contoh norak agar anda terbiasa
dengan ide yang dinggap buruk. Idenya adalah Motor dan laptop menjadi molap, bicaralah dengan
pabrik Honda untuk membuat Molap, kita bisa membuat motor yang ada laptopnya di tengah jok,
sehingga orang yang dibonceng bisa duduk sambil ngetik atau carilah ide yang lebih gila dari itu.
Bisanya dari 10 ide gila ada satu ide yang normal.
– Langkah terakhir mulai mencari nama perusahaan yang hoki kalau bisa dengan sholat istikharah,
dengan demikian meskipun perusahaan kita bangkrut di dunia, tetapi kita akan tetap kaya di
akherat karena banyanya niat baik dan pahala sholat sunat sesuai dengan niat kita menjadi
entreperenur yaitu Rich until hereafter (kaya sampai akherat). Selanjutnya buatlah kartu nama
perusahaan kita agar mudah berhubungan dengan orang lain. Tuliskan nama kita dan jabatan kita
sebagai presiden direktur merangkap karyawan dan komisaris pemegang saham. Biasakanlah
untuk siap menghadapi kegagalan makin banyak akan makin bijak menghadapi masa depan. Tidak
usah terlalu serius, bukankah dunia ini hanya main-main saja?

Tingginya jumlah institusi perawat di indonesia memungkinkan terbukanya peluang usaha atau
bisnis di bidang ;
 Buku-buku keperawatan
 CD-CD perkuliahan
 Rumah kontrakan
 Asrama perawat
 Catering perawat
 E Book Askep
 Out let pakaian dan atribut rumah sakit
 Instrumen Alat kesehatan
 Jaringan penyedia perawat ke luar negeri
 Toko aksesories keperawatan
 Sablon dan percetakan buku-buku keperawatan
 Restoran diet milik perawat bagi klien diabet, stroke, kanker, asma
 Explore Bandung for terminall illness (mobil wisata bagi pasien yang mau meninggal)
 Home care
 Pelatihan babysitter
 Nursing laundry
 Pelatihan helper gerontik
 Jasa statistic for Nursing research
 Distributor beras bagi dosen keperawatan
 Internet
 Rental latop
 Rental infocus
 Hotel pelatihan perawat
 Wisma perawat
 Pom bensin milik perawat
 Aqua galon Sehat
 Pabrik Abocath
 Pabrik kateter
 Pabrik obat
 Pabrik penyediaan kapas steril
 Kerjasama dengan ITB dalam pembuatan phantom
 Kerjasama dengan ITB dalam membuat instrument bedah
 Pabrik bethadin

Komentar pertama yang akan kita dapati pada saat kita mengajukan ide bisnis tersebut adalah, “ah
itu tidak mungkin”, “itu kan sudah ada”, ‘sulit untuk memulainya’. ‘hal tersebut mana bisa
laku” Manusia-manusia seperti itu telah membatasi dirinya dan otaknya dari sumber-sumber
rezeki yang telah disediakan Allah yang maha Luas rahmatNya, Maha kaya, maha kreatif. Dulu
ide air putih dimasukan ke dalam botol banyak ditertawakan orang. Sekarang hampir semua orang
menggunakan produk tersebut dan ingin meniru keberhasilan Aqua, termasuk orang-orang yang
pernah mencemooh. Jadilah kita pecundang-pecundang kalah yang tak pernah gagal karena tak
pernah mau memulai suatu kebaikan. Ketakutan terhadap kegagalan telah melahirkan manusia-
manusia kalah yang terkumpul di seluruh wilayah Indonesia. Akhirnya manusia-manusia kreatif
yang kaya ide telah menjadi milyuner di Singapura, Jepang, Taiwan, Amerika, Jerman dsb.

Siapa penemu angka nol?, siapa penemu tusuk gigi?, siapa penemu peniti?, siapa penemu kaos
kaki?, siapa penemu kancing baju?, siapa penemu pentil?, siapa penemu atom heckter?, mereka
adalah para penghayal yang pada awalnya ditertawakan dan dicemoohkan. Karena idenya yang
sepele dan dianggap tak berharga. Siap penghayal yang tidak mungkin hayalannya itu untuk
dilakukan tetapi paling diminati oleh anak-anak dan menghasilkan milyaran rupiah?.Dialah
Doraemon. Maka oleh karena itu hanya ada dua pilihan untuk para penghayal dan penggagas ide
baru yaitu kaya atau kaya orang gila.

4. MEMILKI KEMAMPUAN UNTUK BERANI MENCOBA WIRAUSAHA TERKAIT


KEPERAWATAN ATAU KESEHATAN (SENSE OF TRIAL IN NURSING BUSINESS)
SEGERALAH BERTINDAK

“Jangan menunda hingga esok apa yang dapat Anda kerjakan hari ini.”
(Benjamin Franklin)
Diawal buku ini kami telah menyampaikan sebuah slogan yang wajib dijalankan setiap calon
wirausaha : Praktek! Praktek! Praktek! Inilah sesuatu yang para pemimpin dalam semua bidang
sepakat. Setiap pekerjaan besar – entah itu menjalankann perusahaan, penjualan tingkat tinggi,
dalam sains atau pemerintahan – memerlukan orang yang berfikir untuk bertindak. Para eksekutif
utama yang mencari tokoh kunci, menuntut jawaban terhadap perrtanyaan :”Apakah ia akan
melaksanakan pekerjaan tersebut?” “Apakah ia akan menuntaskannya?” “Apakah ia orang yang
berinisiatif?” “Dapatkah ia memberikan hasil, atau apakah ia hanya pandai omong?”
Semua pertanyaan ini mempunyai satu tujuan : Mencari tahu apakah orang tersebut adalah
orang yang suka bertindak ?.Gagasan yang bagus saja tidak cukup. Gagasan sederhana yang
dilaksanakan dan dikembangkan, adalah seratus persen lebih baik daripada gagasan hebat yang
mati karena tidak ditindaklanjuti. Tidak ada yang datang dengan hanya memikirkannya.
Ingatlah. Semuanya yang kita miliki di dunia ini, dari satelit hingga pencakar langit hingga
makanan bayi, hanyalah suatu ide yang dilaksanakan.

5. BERANI UNTUK GAGAL (DARE TO FAILED)


Sejak ibu mengandung bayi yang dicinatainya, ia gagal menahan sakit, tetapi
tetap diterusakan karena sakit tersebut suatu saat akan hilang. Saat mau
melahirkan gagal untuk mendapatkan pembukaan lengkap secara cepat,
tetapi tetap bertahan karena mungkin lambat laun akan lengkap, atau dokter
akan memberinya pitosin drip, atau mungkin bila darurat akan
dilakukan sectio caesaria. Saat anak telah lahir gagal bernafas dengan
spontan tetapi tetap saja bayi itu berjuang untuk hidup karena bidan segera
membersihkannya. Menjelang ia neonatus gagal mendapat bilirubin normal
sehingga bayi kekuningan, tetapi bayi tenang saja karena ada sinar matahari
yang bisa mengatasinya. Menjelang satu tahun ia gagal berbicara tetapi terus
saja mengoceh karena sutau saat ia akan bisa menirukan suara bapaknya.
Saat belajar jalan dia gagal dan terjatuh terus-terusan tetapi tetap saja
belajar karena hidup memang harus terus belajar. Tidak pernah frustasi dan
menganggap dirinya tidak berbakat untuk berjalan. Sampai bayi dewasa ia
terus menerus didera kegagalan agar dia sempurna sebagai manusia. Bayi itu
adalah kita. Kitalah calon wirausahawan sukses.

Guru saya Valentiono Dinsi pernah menyampaikan bahwa calon wirausahawan


harus siap gagal. Terutama untuk memahami makna kegagalan. Tanpa faham
filosofi itu, jangan berpikir mau mengambil jalan menjadi wirausaha.
Alasannya, ada yang sukses dalam usahanya, ada yang belum berhasil.
Pengusaha mengetahui bahwa ”kegagalan” bukan akhir permainan dan tidak
boleh takut mengalaminya. Ia menyadari dengan keberanian.
Resiko adalah suatu konsekuensi kehidupan. Menghadapi risiko, adalah
gabungan kerja keras, kecerdikan, kehati-hatian, kecermatan membaca
peluang dan kesiapan menghadapi kegagalan maupun keberhasilan. Happy
ending sebuah ikhtiar adalah keberhasilan. Ini dicapai, tentu setelah melewati
keberhasilan demi keberhasilan kecil, seperti keberhasilan menyingkirkan
kesulitan dan bahaya. Proses ini dibangun dari kesungguhan melahirkan
segenap potensi diri seorang wirausahawan. Dengan begitu, ia mengubah
“kekalahan menjadi kemenangan”, sebuah proses yang kecil peluang
pencapaiannya tanpa kesiapan mental menghadapi kegagalan. Kalau Anda
termasuk yang tidak siap gagal, lebih baik jangan meniti jalan ini. Bahkan,
mengimpikannya saja, jangan!

Kegagalan adalah bagian dari kehidupan. Seperti illustarasi di atas semenjak


dalam kandungan sampai menjelang lansia kita berjalan dengan kegagalan
yang berulang. Setiap kegagalan adalah pelajaran yang mendorong
pengusaha untuk mencoba pendekatan baru yang belum pemah dicoba
sebelumnya. Bagi pengusaha sejati, “Berani Gagal” berarti “Berani Belajar”.
Dengan gagal dan dengan belajar, pengusaha bertumbuh menjadi orang yang
lebih baik dan belajar bagaimana menciptakan kekayaan sejati. Walaupun
pengusaha kehilangan kekayaan materi yang telah mereka peroleh, mereka
tahu bagaimana menciptakan semua kekayaan itu lagi. Pelajarannya tidak
pemah hilang. Sebaliknya, mereka yang tidak pemah mengalami perjalanan
yang sulit dan menemukan kekayaan dengan mudah, tidak akan tahu
bagaimana menciptakan kekayaan ketika mereka kehilangan. Dengan kata
lain, mereka yang tidak gagal tak akan tahu kekayaan sejati.
Kini jamannya menulis kurikulum vitae dengan rentetan kegagalan. Semakin
banyak gagal semakin tinggi jam terbangnya dan semakin besar
pengalamannya. Gemerlap materi, pada komunitas bahkan kehidupan sosial
yang serba benda (materialistis), lebih banyak memperoleh penilaian tinggi.
Sebaliknya, siapa pun mengalami kegagalan, sudah mendapat stempel sosial
sebagai manusia yang kehilangan harga. The looser dunia usaha, sering
menjadi figur yang menghadapi titik balik sikap sosial terhadapnya. Dulu, saat
masih jaya, ia banyak rekan dan kolega, setelah gagal dalam usahanya,
hampir semua rekan dan kolega yang dulu mendukungnya, menebar senyum
ramahnya, bahkan mengajak bermitra, hilang sudah! Akibat cara pandang
seperti ini, banyak wirausahawan yang traumatik terhadap kegagalan. Ini,
“awal kematian” benih-benih kewirausahaan. Semua pihak harus mengubah
sikapnya: doronglah masyarakat menjadi pihak yang turut membangun
keberanian banyak orang untuk respek terhadap ikhtiar orang meraih
keberhasilan dalam bisnis. Gagal atau keberhasilan, bukan menjadi satu-
satunya alasan menghargai atau meremehkan wirausahawan. Tentu, sembari
tetap mentransfer sikap-sikap arif, bahwa dalam setiap kegagalan selalu ada
pelajaran berharga. Seorang bijak berkata,”sukses hanyalah pijakan terakhir
dari tangga kegagalan.”

Allah SWT menyampaikan dengan mengulang dua ayat tentang peluang


keberhasilan sesudah kegagalan. Dalam untaian ayat yang indah Allah
menyampaikan ”…Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan…setelah kesulitan ada kemudahan….. ”.

Billy P.S. Lim, motivator kelas dunia yang berbasis di Malaysia, pernah
menanyakan kepada peserta trainingnya tentang satu masalah
menarik. ”Mengapa orang akan tenggelam apabila jatuh ke dalam
air?” Ternyata berbagai komentar diberikan oleh peserta seminar. Tetapi yang
paling sering ialah ”Dia tenggelam karena ia tak dapat berenang.” Yang hadir
heran, karena Lim menyalahkan jawaban itu. Yang hadir mengira, Lim
bercanda. Untuk menyakinkan mereka, Lim memberi contoh kejadian orang
tenggelam di air sedalam tiga inci. Akhirnya, ia memberitahu jawabannya,
yang akan ia berikan kepada Anda sekarang. Kami kutip pendapat Lim:
”Orang tenggelam karena dia menetap disitu dan tidak menggerakkan dirinya
ke tempat lain.” dengan demikian kata kuncinya adalah bergerak, berubah,
mencari ide lain dan mencoba cara baru. Berarti berapa kali orang jatuh tak
jadi masalah, yang penting kemampuannya untuk bangkit kembali setiap kali
jatuh.

Valentino mengemukakan bahwa Janganlah kita mengukur seseorang dengan


menghitung berapa kali dia jatuh, ukurlah ia dengan beberapa kali dia
sanggup bangkit kembali. Seseorang yang mampu bangkit kembali setelah
jatuh, tidak akan putus asa. Menyedihkan, mendengar bahwa banyak orang
seperti mereka, setelah sekali dua kali gagal, memilih untuk menetap di situ
dan akhirnya mati sebagai orang yang sebenar-benarnya gagal, tersungkur,
dan tidak bangkit lagi.

Dalam hal ini kulitas diri sendiri menjadi hal yang sangat penting dan menentukan. Tidak ada
apapun di dunia ini yang bisa menggantikannya. Sebagain besar oarng mengatakan bahwa
kegagalan wirausaha karena tidak bakat, tetapi banyak sekali orang berbakat yang tidak sukses.
Sebagian lagi menyatakan bahwa orang harus jenius. Jenius yang tidak sukses sudah malahan akan
menjadi bahan olok-olokan. Yang terakhir beranggapan bahwa kesuksesan seorang pengusaha
terlerak pada latar belakng pendidikan. Tetapi dunia ini penuh dengan orang terpelajar dan bergelar
sarjana. Ternyata hanya kemauan dan ketabahan saja yang paling ampuh. Ketabahan adalah
kemampuan bangkit kembali untuk kesekian kalinya setelah terjatuh. Dalam benturan antara
sungai dan batu, air sungai senantiasa menang bukan dengan kekuatan tapi dengan ketabahan.
Seberapa jauh Anda jatuh tidak menjadi masalah, tetapi yang penting seberapa sering Anda
bangkit kembali.
Apabila Anda dapat terus mencoba setelah tiga kegagalan, Anda dapat
mempertimbangkan diri untuk menjadi pemimpin dalam pekerjaan Anda
sekarang. Jika Anda terus mencoba setelah mengalami belasan kegagalan, ini
berarti benih kejeniusan sedang tumbuh dalam diri Anda. Seperti Thomas Alfa
Edison, saat ditanya, bagaimana ia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal?
Penemu bola lampu dan pendiri perusahaan kelas dunia, General Electric ini
menjawab, ”Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan
hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan
percobaan yang gagal.”

Allah SWT maha penyabar menypakan bumi ini milyaran tahun agar betul-betul siap dihuni
manusia. Tiga ratus lima puluh tahun dengan tabah bambu runcing menghadapi jet tempur dan
meriam penjajah sebelum lahirnya Indonesia. Charles Goodyear yang tekun, membuahkan ban
yang memungkinkan kendaraaan melaju kencang. Tabahnya Wright and wright membuahkan
pesawat terbang yang bisa digunakan kita ke tanah suci. Bethoven, mengisi dunia dengan musik
inspiratif, John Milton membuahkan karya puisi indah yang menyejukkan hati, perempuan tuna
netra yang tegar Helen Keller, memberikan harapan kepada semua orang cacat dengan
ditemukannya braile, ketabahan Abraham Lincoln membuatnya terpilih menjadi presiden. Thomas
Alfa Edison, memberi kita bola lampu listrik hingga teranglah dunia di malam gulita. Kesuksesan
sebenarnya tergantung pada kekuatan untuk bertahan. Kurang tabah merupakan salah satu alasan
orang gagal dalam bisnis, politik, dan karirnya.

Secara sederhana, kegagalan adalah situasi tak terduga yang menuntut


transformasi dalam sesuatu kompensasi yang positif. Sejarah mencatat
bahwa Amerika Serikat merupakan hasil dari kegagalan total. Karena
Columbus sebenarnya ingin mencari jalan ke Asia. Kegagalan, jangan biarkan
sebagai sesuatu yang final. Entrepreneur sejati, memandang kegagalan
sebagai awal, batu loncatan untukmemperbaharui kinerja bisnis mereka di
masa mendatang. Pemimpin tidak menghabiskan waktunya memikirkan
kegagalan.
Saat gagal menimpa, kendati lelah dan kecewa berat, jangan matikan energi
kreatif Anda. Tetaplah berpikir kreatif. Sempurnakan produk yang ada, atau
hasilkan produk baru atau usaha baru yang mungkin belum
terpikirkan. Jangan terpaku pada karier dan keterampilan yang dimiliki, yang
terlalu lama bersandar pada lingkungan di mana kita dibesarkan atau selama
ini bergulat. Kadang kala apabila seseorang gagal setelah berusaha dengan
tabah dan mengerahkan sepenuh tenaga untuk sekian lama, mungkin tiba
saatnya ia mengkaji kembali bidang yang digeluti dan menilai apakah ia
mampu untuk mendapatkan apa yang dinginkannya di bidang tersebut.
Banyak cara untuk mencapai tujuan hidup. Sebagian lebih cepat atau lebih
lambat daripada yang lain. Sebagian kurang berisiko tetapi lebih lambat
daripada yang lain.
Saran kami, janganlah terlalu kaku mengatakan bahwa Anda tidak bisa
berubah. Kami sendiri, kerap berubah seiring dengan perkembangan in
put dan stimulasi kondisi di sekitar kami. Tanpa itu, bagaimana mungkin kami
menyusun sebuah buku, memberi pencerahan bagi banyak orang?
Kadang kala dalam kehidupan kita terpaksa menekuni bidang usaha yang
berlainan dan kita mesti menyesuaikan segala keterampilan dan bakat yang
tidak kita peroleh dari bidang-bidang usaha di masa lalu. Lalu? Salurkan
kekuatan itu di bidang usaha yang baru. Mungkin, kita dipaksa mempelajari
keterampilan baru, sebagai konsekuensi menghadapi tantangan serba-baru
itu.
Pernahkah Anda bertanya bagaimana orang Jepang bangkit kembali dari
kehancuran PD II untuk menjadi pengusaha ekonomi yang unggul saat ini?
Dulu, produk Jepang sempat dinilai murahan, tidak berkualitas, dan stigma
jelek lainnya. Tapi sekarang, sulit bagi kita untuk hidup tanpa barang-barang
buatan Jepang di dalam rumah kita. Ini tidak hanya berlaku di Negara kita
saja, tetapi bahkan di seluruh dunia.
Orang-orang Jepang tidak menciptakan mobil. Tidak juga kamera, kulkas,
televisi, AC, mesin cuci, penghisap debu, film atau system perangkat audio
berkualitas tinggi. Mereka tidak menciptakan banyak benda. padahal yang
mereka lakukan ”hanyalah” meniru. Hakikat :peniruan ala Jepang”, sarat
pesan penting bagi calon entrepeneur. Di sana ada proses
penyempumaan tanpa kenal lelah, sampai akhirnya ”tiruannya” lebih baik
dari aslinya! Mereka menggunakan ”kreativitas” untuk menyempumakan
barang yang sudah ada. Tak ada yang membantah, Jepang meraih suksesnya.
Kultur entrepreneurship tumbuh subur di sana, menyebar menguasai dunia.
Jika Anda menyadari bahwa Anda tidak berhasil mencapai tujuan Anda pada
suatu pekerjaan di mana Anda telah dilatih untuk melakukannya, latihlah atau
lengkapi diri Anda dengan pekerjaan yang memberi peluang meraih yang lebih
baik di masa depan. Janganlah gantungkan diri Anda pada satu keterampilan
saja. Sebagai manusia, Tuhan memberi kita kemampuan untuk mempelajari
keterampilan baru dan menerjuni bidang usaha lain. Jangan ”hidup-mati”
Anda gantungkan pada satu bidang saja. Orang lain bisa sukses. Anda tentu
juga bisa. hanya saja, ada yang lekas tercapai, ada yang masih berliku.
Tengok kiri-kanan Anda. Produk Cina, membanjiri negeri ini. Bayangkan,
seperti apa sepuluh atau duapuluh tahun yang akan datang? Akankah ini kita
terima sebagai ”keharusan ekonomi”? Tidakkah Anda mulai berpikir hal yang
sebaliknya? Anda bisa!

”BERANI”, MODAL AWAL ENTREPRENEUR


Kami yakin, kalau entrepreneur berani memiliki visi, maka akan lebih dapat
menciptakan kekuatan positif di dalam pikirannya. Sehingga nantinya akan
lebih mampu meningkatkan kemampuan kerja dan kualitas hidup kita. Karena
ini saya sangat yakin dengan ungkapan berikut ini: “Hati-hatilah dengan
angan-anganmu, karena angan-anganmu itu akan menjadi kenyataan”
Presiden RI pertama, Ir. Soekamo, pernah bilang, “Gantungkan cita-citamu
setinggi langit.” Visi itu memang bisa mensugesti orang. Dan, semua langkah
kita akan kita arahkan kesana. Apalagi entrepreneur ini biasanya seorang
pemimpi. Maka mimpi tentang perusahaan, mimpi tentang masa depan, tentu
akan dapat mempengaruhi para pengikut yang dipimpinnya.
Anda “juru penerang”, mengusir gelapnya pikiran orang lain yang Anda
pimpin. Ini prinsip kepemimpinan. Wirausahawan yang memiliki visi, adalah
penerangan bagi para bawahannya, anggota “tim sukses”nya dalam bisnis.
Wirausahawan dengan visi besar, merangsang terbangunnya atmosfir bisnis
penuh kreativitas dan inovasi.
Bahkan orang meyakini, jiwa wirausahawan itu, dekat sekali dengan dunia
pengkhayal. Apa susahnya, berkhayal? Berkhayal adalah aktivitas yang
“murah”. Bagaimaan tidak, karena berkhayal tidak memerlukan fasilitas
khusus, apalagi ongkos. Sekarang juga, Anda pun bisa berkhayal. Tentu saja,
khayalan seorang wirausahawan, bukan sembarang berkhayal. Bahkan, di
zaman susah, dengan tumpukan persoalan hidup yang harus dipikul, bisa
membuat orang pun tidak berani berhkayal. Anda akan tercenung, kalau kami
katakan, “Berkhayal pun, perlu keberanian!”
Mengapa? Khayalan yang memicu keberhasilan, atau minimal, keberanian
berbuat dan berkreativitas, dihambat pandangan lama yang cuku berurat-
akar dalam benak kita, bahwa orang sukses harus ditopang pendidikan dan
gelar formal. Sebetulnya, keyakinan ini bisa dipatahkan dengan mudah.
Misalnya, hadirkan saja, beberapa nama orang sukses yang lulus SMA pun,
tidak. Sejumlah wirausahawan, memulai dari khayalan. Dan ia mulai
kembangkan khayalannya, dari nol sampai akhirnya terwujud.
Bill Gates mengimpikan, personal computer akan tersedia di rumah setiap
orang. Untuk merealisasikan mimpinya, ia drop out dari studinya, memilih
menekuni Microsoft-nya. Ia berhasil. Kini, ia salah satu orang terkaya dunia.
Michael Dell, punya impian menakjubkan: mengalahkan perusahaan
komputer raksasa IBM. Ia juga berhasil menjadi orang pertama yang
memasarkan komputer pribadi dengan strategi direct marketing. Usahanya
yang dirintis tahun 1984 berhasil, penjualan Dell Computer laris manis.
Bahkan Dell dalam usia 34 tahun berhasil menjadi salah satu orang terkaya
di Amerika Serikat.
Contoh lainnya, Jeff Bezos. Mimpinya, menjadi pengusaha sukses di dunia e-
commerce, perdagangan melalui intemet. Meski baru tahun 1995, yaitu di
saat usianya 30 tahun, ia nyemplung ke dunia maya, mendirikan Amazon.
com. Situs itu melejit menjadi situs paling banyak dikunjungi orang, untuk
mendapatkan informasi atau membeli buku-buku bermutu dari seluruh dunia.
Mimpinya terwujud. Ia pun tercatat sebagai miliarder di negeri Paman Sam
itu.

Perawat Berani Mencoba


Bisnis modern akan berhenti berputar kalau sikap berani mencoba itu lenyap.
Memang, banyak orang yang gagal dalam usahanya, putus asa tanpa, tak
berani mencoba lagi. Ini bukan bukan saja merugikan aspek materi atau
finansial saja, tapi juga aspek psikologis. karena itu, sekalipun krisis, tetaplah
menjadi entrepreneur dengan semangat kewirausahaan tinggi.
Sesungguhnya tidak ada yang gagal dalam berbisnis, yang ada hanya karena
ia berhenti mencoba, berhenti berusaha. Berani mencoba, lebih tekun dan
ulet, kegagalan takkan pernah ada.
Beranilah mencoba. Sebab, tidak satu pun di dunia ini, termasuk di dalam
dunia entrepreneur yang dapat menggantikan keberanian mencoba dengan
bakat bisnis. Sebagus apa pun bakat seseorang, tidak akan sukses tanpa
mulai mencoba. Bagaimana dengan kejeniusan seseorang? Juga tidak.
Kejeniusan terpendam, sama saja dengan omong-kosong. Pendidikan
terbaik? Juga bukan jaminan. Dunia ini sudah penuh dengan pengangguran
berijazah sarjana. Dan ternyata, sekali lagi, keberanian mencoba dan
mencoba itulah penentu kesuksesan bisnis kita.

Perawat Berani Merantau


Ingat tragedi Sampit? Semua bersedih, karena sebagian pengusaha sukses
etnis Madura, ikut hengkang dari Sampit, Kalimantan Tengah. Kami bukan
menyoal tragedinya, tetapi dari aspek kewirausahaan. Madura dan
Kalimantan, jelas bukan seperti antar rumah di sebuah kampung. Ini dua
pulau yang berbeda dan berjauhan. Tapi, berapa banyak orang Madura yang
masih kelahiran Madura, lalu merantau ke Sampit. Banyak, bahkan banyak
sekali dan kemudian anak-turunnya lahir di Kalimantan.
Sebagian dari mereka, sukses, meskipun awalnya dari nol. Kami hanya mau
mengatakan, mereka “dari bukan apa-apa”, merantau, lalu sukses. Etnis
lainnya yang fenomenal, orang Jawa asal Tegal. Ibukota saja, mereka
taklukkan. Kalau mau menghitung jumlah warung “beridentitas daerah” paling
banyak yang mana, jawabannya: Warung Tegal. Di sektor makanan
rakyat, ada penjaja bakso keliling. Banyak di antara mereka, mengusung
identitas daerah. Seperti bakso Malang , bakmi Wonogori, Pecel Lamongan,
atau rumah makan Padang.
Yang lebih fenomenal, dan ini juga lebih global, perantau Cina pun yang
sukses di negeri yang mereka datangi. Bukankah Anda yang sering bepergian
lintas daerah, pernah mendengar, transmigran petani Jawa atau bali, banyak
yang sukses sebagai transmigran di Sumatera, atau Sulawesi? Sukses dalam
usaha, juga disokong sebuah keberanian: merantau.
Merantau, punya makna sosial tersendiri. Ia berarti “jauh dari keluarga” yang
memicu terbangunnya jiwa kemandirian. Tak bergantung pada keluarga,
berarti mulai melangkah menjadi dewasa. Di rantau, apalagi di lingkungan
yang tak tahu siapa kita sebelumnya, Anda bisa menjadi pribadi yang baru.
Kebaruan ini, sarat tantangan. Merantau, menyadarkan kita apa kelebihan
dan kekurangan kita karena kita dihadapkan pada kenyataan-kenyataan baru.
Merantau, membuat seseorang relatif tangguh, karena diterjunkan dalam
situasi serba baru.
Perantau, umumnya segan minta tolong. Di situlah, kemauan menjadi lebih
termotivasi. Perantau, rata-rata enggan berutang budi. Justru, karena ia
orang baru, seorang perantau cenderung menanam jasa untuk banyak orang.
“Investasi sosial” ini, pada saatnya berbuah kebaikan. Siapa sangka, banyak
orang yang menyukai kepribadian kita, bernagsur-angsur, menjadi
pendukung setia langkah kita menganyam kesuksesan. Jadi? Cobalah
merantau, temukan jatidiri Anda yang tangguh, kreatif, dan cerdik
menangkap peluang

Perawat berani gagal


PERNYATAAN John. F. Kennedy ini ada benarnya. salah satu dari kami,
membuktikannya. Gagal total, itu karier bisnis , Purdi E.Chandra dalam
bukunya “Menjadi Entrepreneur Sukses” bertutur : “Akhir 1981, merasa tak
puas dengan pola kuliah yang membosankan saya meninggalkan kampus.
Saat itu saya pikir, gagal meraih gelar sarjana, tapi bukan berarti gagal
mengejar cita-citanya. Tahun 1982, saya kemudian mulai merintis bisnis
bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga
Bimbingan Belajar Primagama. Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh
bangun. Pada awalnya, sepi peminat, cuma dua orang! Saat ini, wow,
peminatnya membludak, sampai-sampai Primagama membuka cabang di
ratusan kota, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia”.
Dalam kehidupan sosial, memang kegagalan itu adalah sebuah kata yang
tidak begitu enak untuk didengar. Kegagalan bukan sesuatu yang disukai, dan
suatu kejadian yang setiap orang tidak menginginkannya. Kita tidak bisa
memungkiri diri kita, yang nyata-nyata masih lebih suka melihat orang yang
sukses daripada melihat orang yang gagal, bahkan tidak menyukai orang yang
gagal.
Maka, bila Anda seorang entrepreneur yang menemui kegagalan dalam usaha,
jangan harap orang akan memuji Anda; orang di sekitar anda maupun relasi
Anda akan memahami mengapa Anda gagal; Anda tidak disalahkan; semua
sahabat masih tetap berada di sekeliling Anda; Anda akan mendapat
dukungan moral dari teman yang lain; Ada orang yang akan meminjami uang
sebagai bantuan sementara; Apalagi ini: bank akan memberikan pinjaman
selanjutnya! No way!
Mengapa gambaran seorang entrepreneur yang gagal, kami gambarkan
begitu buruknya? Itulah masyarakat kita. Kita cenderung memuji yang sukses
dan menang, dan mudah menghujat yang kalah dan gagal. Sebaiknya, setiap
kita mulai mengubah budaya itu, beri kesempatan kedua bagi setiap orang.
Menurut pengalaman kami, apabila orang gagal, tidak ada gunanya murung
dan memikirkan kegagalannya. Tetapi perlu mencari penyebabnya. Kegagalan
seharusnya membuat enerpreneur sejati tertantang untuk menemukan
kekuatan-kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali. Tentu, kasus
kegagalan dalam bisnis maupun dunia kerja, saat krisis ekonomi kian,
memang banyak. Ribuan orang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
dan kehilangan mata pencahariannya. Sungguh ironis, seperti halnya kita,
suka atau tidak suka, setiap manusia pasti akan mengalami berbagai masalah,
bahkan mungkin penderitaan.
Seorang entrepreneur, harus berani menghadapi kegagalan, dan memetik
hikmahnya. Mungkin saja kegagalan itu datang untuk memuliakan hati kita,
membersihkan pikiran kita dari keangkuhan dan kepicikan, memperluas
wawasan kita, serta untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Untuk
mengajarkan kita menjadi gagah tatkala lengah. Menjadi berani ketika kita
takut. ltu sebabnya, kita bisa sepakat pada pendapat Richard Gere, aktor
terkemuka Hollywood,”Kegagalan itu penting bagi karier siapapun.”
Mengapa? Banyak orang membuat kesalahan yang sama, dengan
menganggap kegagalan sebagai musuh kesuksesan. Sebaliknya. kita
seharusnya menganggap kegagalan itu dapat mendatangkan hasil. Ingat, kita
harus yakin akan menemukan kesuksesan di penghujung kegagalan. tapi
mengapa seseorang gagal dalam bisnis. Ada beberapa sebab umum.
Pertama, kita ini sering menilai kemampuan diri kita terlalu
rendah. Kedua, setiap bertindak, kita sering terpengaruh oleh mitos yang
muncul di masyarakat sekitar kita. Ketiga, biasanya kita terlalu “melankolis”
dan suka memvonis diri terlebih dahulu, bahwa kita ini dilahirkan dengan
nasib buruk. Keempat, kita cenderung masih memiliki sikap, tidak mau tahu
dari mana kita harus memulai kembali suatu usaha. Dengan mengetahui
sebab kegagalan itu, tentunya akan membuat kita yakin untuk bisa
mengatasinya. Buat kita mengalami sembilan dari sepuluh hal yang kita
lakukan menemui kegagalan, maka sebaiknya kita bekerja sepuluh kali lebih
giat. Dengan memiliki sikap dan pemikiran semacam itu, maka akan tetap
menjadikan kita sebagai sosok entrepreneur yang selalu optimis akan masa
depan. Maka, sebaiknya janganlah kita suka mengukur seorang entrepreneur
dengan menghitung berapa kali dia jatuh. Tapi ukurlah, berapa kali ia bangkit
kembali.

Perawat Berani Sukses

SUKSES adalah proses. Ia dicapai dengan pengorbanan. Salah satunya, tidak


cengeng dengan kegagalan. Sukses, pikirkanlah sebagai keseharian Anda.
Keyakinan bisa sukses, selalu dibangun setiap saat. Karena itulah, jangan
biarkan Anda kehilangan motivasi untuk sukses, dan terus membangun
keyakinan itu dalam sanubari.
Buanglah semua alasan, Anda gagal karena kelemahan dari diri Anda. Kurang
cerdas, kurang fit, sudah terlalu tua, dan segudang “rasa kurang”, bukanlah
alasan Anda gagal. Sukses memerlukan keberanian tanpa henti, mempelajari
kemunduran bisnis.
Hadapkan setiap problem dengan perjalanan sukses wirausahawan lain yang
serupa usahanya dengan Anda. Bahkan, Anda simak mereka yang gagal, dan
temukan jawabannya mengapa dia gagal. Kesiapan pribadi seorang
wirausahawan menghadapi perubahan, juga dipermantap. Jangan mudah
dikejutkan perubahan.
Pelajarilah kesuksesan orang lain, himpun semua “sebab-sebab sukses” itu,
temukan kelebihan-kelebihan itu, dan mulai mencoba menyusun apa
kelebihan Anda, apa kebaruan yang bisa ditelurkan dari proses
membandingkan dengan usaha orang lain.
Seorang wirausahawan, adalah yang selalu “melek” dan “buka telinga”
terhadap setiap peluang. Sukses wirausahawan, bukan sekadar “rezeki dari
langit”, tapi juga kejelian membaca/menangkap peluang. Dan ini memerlukan
stamina usaha yang tinggi. Jangan ketakutan lebih dulu, seakan-akan
wirausahawan itu orang yang tidak pernah beristirahat. Tidak! Secara fisik,
istirahat perlu, tapi sebagai wirausahawan, pikiran “tetap jalan” dalam arti,
keseharian kita dibiasakan terus memikirkan, kebaikan-kebaikan apa yang
bisa dibangun berdasarkan peluang yang kita hadapi setiap saat.
Tidak ada orang yang bisa mendapatkan kenikmatan dari hidup yang terus
merangkak-rangkak, kehidupan yang setengah-setengah. Sukses berarti
hanya hal yang mengagumkan dan positif. Sukses berarti kesejahteraan
pribadi: rumah bagus, keamanan di bidang keuangan dan kesempatan maju
yang maksimal, serta berguna bagi masyarakat. Sukses juga berarti
memperoleh kehormatan, kepemimpinan, dan disegani. Dengan demikian
sukses berarti self respect, merasa terhormat, terus-menerus merasa
bahagia, dan merasakan kepuasan dari kehidupannya. Itu artinya, kita
berhasil berbuat lebih banyak hal yang bermanfaat. Dengan kata lain, sukses
berarti menang. Namun sayangnya, diera globalisasi seperti sekarang ini,
tidak semua entrepreneur berani menyebutkan, bahwa dirinya telah mencapai
kesuksesan.
Menurut kami, sebagai wirausahawan, jangan segan Anda nyatakan: hari ini
saya sukses. Dengan begitu, rasa percaya diri itu pun terbangun. Kepercayaan
diri yang besar itu, membangkitkan semangat untuk meraih kesuksesan. Dan
kesuksesan itu, juga berarti perlu dibagi kepada sesama pebisnis. Betapapun
sibuknya wirausahawan yang sukses, dalam dirinya ada jiwa sosial saat
diminta membantu wirausahawan lain yang belum sesukses dirinya. Yakinlah,
dalam jiwa seorang wirausahawan sukses, ada keyakinan: Allah itu
kekuatanNya besar yang mendorong umatnya, termasuk para wirausahawan,
untuk tidak egois. Karena pribadi yang senang melihat orang lain “gagal
melulu”, sejatinya sedang menanti gelombang kegagalan menerpanya. Jadi,
beranilah berpikir sukses!
Perawat berani Berbeda
Mengapa orang menertawakan kita? Atau lebih enteng dari itu, mengapa
orang meremehkan kita? Karena kita berbeda. Tapi, apa salahnya jika kita
berbeda? Kenyataaannya, menjadi berbeda sudah terjadi sejak kita lahir.
Setiap individu di dunia ini berbeda. Tak ada seorangpun yang 100 % sama
dengan lainnya. Sidik jari kita cukup membuktikan fakta ini – tak ada dua
sidik jari yang sama di dunia. Setiap orang dari kita berbeda – UNIK. Dan
keunikan kita memisahkan kita satu dengan lainnya.
Bila kita benar-benar ingin berhasil dalam hidup ini, munculkanlah bakat
ini dari dalam diri, biarkan ia bersinar begitu terang. Orisinalitas gagasan, di
mana Anda menampakkan “sesuatu yang baru dan terang”, akan membuat
keberbedaan itu, memberi nilai lebih bagi pribadi Anda.
Lebih baik kita berani berbeda. Dan, perbedaan kita dari yang lain, adalah
wujud ketekunan kita menjadi LEBIH BAIK. Seorang diri, menjadi lebih baik,
di antara banyak orang yang berpikiran nyaris sama tentang suatu hal, lalu
keberbedaan Anda, diterima banyak orang dan diterima dunia. Luar
biasa, bukan.Mari, gunakan energi Anda menghasilkan perbedaan yang
bertenaga. Perbedaan yang bernilai.

6. PERAWAT MEMBANGUN JARINGAN (BUILDING NETWORKING)

Jaringan dan berhubungan dengan jaringan selalu merupakan fondasi kuat


untuk membangun bisnis. Karena kita hidup di zaman pekerja
berpengetahuan yang dioperasikan di bawah paradigma yang diarahkan oleh
mutu tinggi dan hubungan baik, dasar tersebut sangat penting untuk
keberhasilan.
Dengan database berlimpah, digabung keuntungan praktis yang
disediakan internet, diperoleh akses untuk berhubungan ataupun untuk
memperoleh ilmu pengetahuan. Sebelum era internet, belum pernah ada jalan
semudah ini. Saat ini, dengan sentuhan jari, pengetahuan yang dipilih beserta
detailnya dapat dikirimkan dan diterima. Tidak mengherankan inisiatif bisnis
wirausaha dapat bergerak dengan cepat dan mudah tumbuh dengan baik dan
kuat.
Terlalu banyak organisasi yang memiliki unit yang menyimpan banyak hal
untuk mereka sendiri dan cemas unit tetangga mencuri ide-ide mereka.
Kurangnya hubungan dalam organisasi adalah alasan utama mengapa
organisasi tersebut kehilangan kesempatan. Saat kekuatan semua sumber
daya dibawakan bersama-sama, tercapai keberhasilan yang lebih besar.
Sekali Anda melakukan kontak, pelihara mereka. Mereka adalah sumber daya
wirausaha.
Ada cerita dari sebuah sudut Jakarta, puluhan tahun silam. Saat itu, sudah
masyhur, bahwa perputaran uang terbesar di Indonesia terletak antara
Glodok dan Jembatan Tiga. Konon di daerah Jembatan Tiga, ada kedai mie
yang dikenal sebagai mie Toko Tiga. Di situ sering menjadi tempat mangkal
para tauke. Bila ada yang ingin melakukan bisnis dan butuh uang, tak jarang
mereka hanya mengambil secarik kertas bekas pembungkus rokok, menulis
sedikit catatan diatasnya serta sejumlah angka dan menandatanganinya.
Dengan bekal kertas bekas rokok tersebut si pembawa dapat melakukan
peminjaman uang ke jaringan mereka di Indonesia, bahkan hingga ke luar
negeri. Tapi jangan coba-coba mengingkari kepercayaan apalagi menipu.
Sekali jalan ditutup tak kan terbuka lagi seumur hidup bahkan hingga tujuh
turunan.

Teman Adalah Asset

Jaringan usaha atau organisasi nirlaba sering dipahami dan diterjemahkan


secara sederhana. Orang selalu setuju pada ungkapan “teman adalah aset”.
Apakah membangun jejaring sesederhana seperti menjalin pertemanan?
Jejaring yang perlu dibangun antara satu organisasi dengan organisasi yang
lain sering tidak sama. Karena, karakteristik dan kebutuhannya berbeda.
Maka perlu diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, dengan pihak-pihak
mana saja kita perlu membangun jejaring. Bagi dunia usaha, yang perlu
dijalin hubungannya antara lain lembaga konsumen, pemerintah (departemen
terkait), militer, organisasi keagamaan, LSM, rekanan usaha, institusi
penunjang (lembaga keuangan, lembaga pasar modal yang sudah go public)
dan para tokoh informal masyarakat. Perlu digaris bawahi, membangun
jejaring dalam konteks ini sama sekali berbeda dari korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), yang umumnya lebih bersifat hit and run serta jangka
pendek.
Selain itu, yang tidak kalah penting diperhatikan dan dijalin hubungannya
dengan baik adalah mereka yang tergolong intemal concered group, seperti
para pemegang saham, karyawan serta manajemen madya atau penyelia.
Dalam konteks inilah membangun jejaring semakin relevan,
apalagi information technology telah berkembang sedemikian pesat, sehingga
perbedaan geografis nyaris bukan hambatan lagi.
Jejaring memang perlu dibangun dengan sadar, sistematis, komprehensif dan
terencana baik. Untuk itu, perlu dibentuk departemen (PR), yang fokus
menangani secara profesional. Program membangun jejaring melibatkan
seluruh jajaran perusahaan. Pelaksana programnya bisa meliputi satpam
hingga direktur utama, tergantung pada bentuk kegiatan dan tujuan yang
ingin dicapai. Dalam konteks ini, semua anggota organisasi pada dasarnya
petugas PR perusahaan.
Jejaring yang dibangun dengan baik menjadi aset perusahaan, dan dirasakan
manfaatnya baik dalam proses kehidupan sehari-hari perusahaan maupun
pada saat terjadi kasus. Malahan, kalau jejaring sudah terbangun dengan luas
dan solid kita bangga dan rendah hati boleh mengatakan: “Ini jejaringku”.
Benar, manusia perlu pergaulan yang luas, sebab manusia seperti diungkapan
Aristoteles adalah zoon politicon.
Kami punya seorang kawan, Amie Primarni namanya. Dia direktur sebuah
usaha rumah busana, Rizqita, di Depok, Jawa Barat. Suatu ketika, setelah
perbincangan bisnis usai di ruang pertemuan, kami ke tempat
parkir. Ternyata, sopir mobil Bu Amie, saat pamit makan, tak kunjung muncul.
Setengah jam-an kami menunggu sang pengemudi. Bukan menunggu
percuma di parkiran. Kebetulan, ia sedang memerlukan beberapa karyawati
baru. Sambil menunggu, ia berbincang dengan beberapa petugas Satpam. Ia
iseng bertanya, apa tidak punya saudara atau kenalan wanita yang sedang
mencari pekerjaan? Satpam yang disapanya bilang,”Oh, Ada.” Dalam tempo
beberapa menit, ia sudah kembali dengan dua buah amplop besar, lamaran
kerja. Lalu, dari seorang Satpam lainnya, Amie mendpat dua amplop lamaran
lagi.
Ia tersenyum puas. ”Saya perlu beberapa pilihan,meski pun peluangnya tak
banyak. Saya punya ruko baru di sini. Bayangkan, kalau pekerja saya adalah
kenalan atau saudara Satpam di sini, mereka akan mewujudkan terima
kasihnya dengan cara-cara yang kita tak bisa bayangkan. Minimal, toko saya
akan dibantu diawasi. Saya punya kenalan yang tak punya interest buruk,
karena saudara bekerja di toko saya.”
Begitulah, pembaca, Amie memanfaatkan sedikit waktu untuk meluaskan
jejaringnya, di sekitar tempat usahanya. Buat kami, ia entrepreneur dengan
kecerdasan sosial, bukan hanya kecerdasan ekonomi.

Membangun Jejaring
Persahabatan merupakan unsur penting dalam hidup kita, sebagaimana hubungan profesional
menjadi pusat keberhasilan kita. Karena itu, membangun jejaring menjadi keahlian yang sangat
bermanfaat.

Ungkapan “Yang penting bukan apa yang Anda tahu, tapi siapa yang Anda
kenal” tidak sepenuhnya benar, tapi hanya separuh benar. Kenyataannya,
dalam mengembangkan karier dan bisnis atau menuntun ke arah cita-cita,
yang penting adalah siapa yang kenal Anda!
Bakat, keahlian, pengalaman dan kepandaian semata tidaklah cukup untuk
mencetak keberhasilan. Justru, hubungan dan kontak dengan orang lainlah
yang akan mendorong Anda menuju sukses. Sukses bersifat relatif, karena
Anda tahu apa yang Anda inginkan, apa nilai yang Anda anut, serta apa yang
Anda mau lakukan.
Anda pasti akrab dengan komputer. Internet, juga bukan lagi sesuatu yang
asing. Semua menyadari, internet memberi akses informasi instan, dari yang
serius seperti peta investasi lintas bangsa, kebijakan politik, isu-isu
kemanusiaan terkini sampai sekadar resep dan anekdot. Bagi wirausahawan,
informasi harus bisa ia jadikan “peluru” dalam pertempuran bisnis. Jadikanlah
informasi sebagai kekuatan saat ia dipertukarkan. Salah satu cara
memperkuat basis informasi, membangun jejaring.
Apakah jejaring itu? Dalam konteks ini, yang kami maksud adalah, proses dua
arah yang benar di mana berbagai sumberdaya dibagikan dan diterima. Di
dalam proses ini, ada semangat saling berbagi informasi. Ya: informasi! Kalau
Anda termasuk tipe pembangun jejaring yang baik, maka Anda akan bahagia
saat Anda dapat memberi kepada mitra-mitra Anda, stakeholder jejaring,
seluruh elemen yang terlibat dalam “proses saling berbagi informasi” ini.
Sepintas, “berbagi informasi” serasa sesuatu yang mudah. Perlu energi lebih,
kalau pertukaran informasi dilekati kepentingan
memperkuat performance bisnis. Menerapkan pertukaran informasi dan
membangun “jejaring yang efektif” untuk menguatkan sebuah usaha, tidaklah
segampang menjelaskannya. Bagaimana agar sukses membangun jejaring?
Saran kami, jadilah pribadi yang menjunjung tinggi cara, proses serta tujuan
dibangunnya sebuah jejaring. Jangan mengabaikan pentingnya ikhtiar
mengembangkan dan memperhalus kemampuan melakukan tindak lanjut.
Anda mungkin punya banyak informasi menarik dan potensial melancarkan
bisnis Anda, tapi semuanya tidak menjadi apa-apa tanpa tindak
lanjut. Sebagai wirausahawan yang berhasrat memperkuat usaha melalui
jejaring, fokus tindakan Anda: menyadarkan, bahwa mitra jejaring
Anda punya informasi bernilai. Pastikan, Anda temukan argumentasi yang
tepat, apa informasi itu, dan bagaimana ia bisa bernilai bagi Anda.

Kembangkan Kontak-kontak Anda

Jika Anda menemukan seseorang yang mampu memberikan inspirasi kepada Anda mintalah
bantuan kepadanya

Seorang entrepreneur sukses harus selalu membangun kontak bisnis dan


sosial. Dalam hal ini, itikad baik merupakan modal dasar yang tidak bisa dibeli
tetapi harus dimiliki. Bahkan ada beberapa perusahaan yang sama sekali
menjauhkan diri dari media massa. Saya kira sikap seperti ini tidak bijaksana
karena saya tidak percaya dengan pepatah lama yang mengatakan bahwa
bentuk publikasi apapun tidak jelek sebab hubungan-hubungan yang baik
akan dapat membawa suatu perubahan penting.

Keberuntungan pastilah sesuatu yang berada pada tempat dan waktu yang
tepat. Mungkin saja, ciri paling umum yang dapat ditemukan pada orang-
orang beruntung adalah bahwa mereka memanfaatkan kesempatan yang
mereka dapatkan. Keberuntungan bukan sesuatu yang harus Anda tunggu
sambil santai, tetapi harus diraih. Napoleon pemah berkata: Jangan jendral-
jenderal brilian, tetapi berilah saya jendaral—jenderal yang memiliki
keberuntungan.”

7. MEMPRAKTEKAN PRINSIP-PRINSIP MARKETING (MARKETING PRINCIPLE)

8. MAHASISWA KEPERAWATAN MAMPU MENERAPKAN PRINSIP-PRINSIP


KEPUASAN KONSUMEN ATAU USER (CONSUMER & USER SATISFACTION)

9. MENUMBUHKAN PERAWAT KREATIF


berani tanpil beda,kenap tidak ?, bukankah perawat dilahirkan dalam keadaan berbeda ?, berani
beda itu berarti perawat memiliki jiwa entrepreneur

KUTIPAN di atas, sangat mungkin, mengundang senyum meremehkan. Masa,


berbeda saja, sampai menjadi ciri jiwa enterpreneur. Kalimat itu terasa
berlebihan. Pembaca, entrepreneur sendiri adalah dunia yang unik. Itu
sebabnya, mengapa entrepreneur atau wirausahawan dituntut untuk selalu
kreatif setiap saat. Dengan kreativitasnya, tak mustahil akan terbukti bahwa
ía betul-betul memiliki citra kemandirian yang memukau banyak orang.
Karenanya, ia pantas dikagumi, dan selanjutnya diikuti.
Menjadi entrepreneur kreatif di saat krisis ekonomi, tentu saja tantangan yang
sangat berat. Siapa saja yang mencoba terjun menjadi entrepreneur kreatif,
ia harus bekerja 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu. Ini masih harus
dijalankan sedikitnya untuk kurun waktu sekitar dua tahun pertama. Sebuah
babak baru yang berat, berjuang tanpa henti dengan berbagai tekanan fisik
maupun psikis.
Bisnis modern? Apalagi! Ia boleh dikatakan, mustahil bisa eksis dan
berkembang tanpa kemampuan menciptakan sesuatu yang baru pada setiap
harinya. Berpikirlah kreatif setiap hari. Dari mana ia datang? Dari mana saja,
dari siapa saja. Interaksi sosial Anda, menjadi stimulan munculnya ide
inovatif. Memang, tak mudah melahirkan sesuatu yang orisinal atau sama
sekali baru. Bisa saja, ia adalah kombinasi “sentuhan baru” pada karya-karya
yang sudah ada. Kesan, aksentuasi disain, modifikasi, adalah bagian dari
proses kreatif.

Kreativitas: Keharusan dalam Kewirausahaan

Jangan terpaku saja melihat gemerlap perubahan! Anda, satu di antara


sekian orang yang sanggup menghadirkan hal baru! Pikirkanlah hal ini sebagai
kebiasaan. Karena Anda hidup dalam abad kreativitas. Kreatif adalah, kunci
memenangkan kompetisi. Ada banyak konsep kreativitas. Salah satunya,
mengambil inspirasi dari dunia musik, tepatnya, musik jazz. Dalam musik
jazz, ada istilah jam session, saat pemusik tidak memainkan lagu tertentu,
tapi alat musiknya mengalunkan paduan nada tanpa terikat lagu, bebas-
mengalir saja. Jamming, menjadi inspirasi John Kao menuangkan teorinya
dalam buku yang sudah beredar dalam bahasa Indonesia, “Jamming: Seni
dan Disiplin Kreativitas Bisnis”.
Kalau jamming bisa menggelitik telinga dengan alunan musik indah, bisnis
pun, amat mungkin mengambil langkah alternatif di luar yang biasa berlaku.
Hasilnya, seperti jamming dalam jazz, tetap “berirama dan enak didengar”.
Begitulah analogi teori Kao dalam dunia bisnis.
Jamming dalam bisnis, adalah ikhtiar kreatif. Ada imajinasi, totalitas
berkreativitas, menyerap pendar-pendar inspirasi dari mana-mana. Dari sana
tercipta ide-ide kreatif dalam pengembangan bisnis. Siapa “sparing partner”
seorang wirausahawan dalam mengeksplotasi gagasan kreatifnya? Ia bisa
sesama wirausahawan, meskipun tak ada salahnya dengan orang lain yang
sangat berbeda dunia kerja (bukan wirausahawan).
Bekerja “serba rutin”, “manut pakem”, di level pengambilan keputusan
tertinggi, terutama sebagai pusat penyikapan terhadap realitas bisnis, diyakini
merupakan sebuah sikap berbahaya bagi keberlangsungan usaha. Rutinitas,
pakem-pakem itu, menjadi belenggu bagi kemajuan. Namun begitu, jangan
salah memaknainya. Manajemen kreativitas, bukan “anti aturan”. Aturan
tertentu, harus tetap ada, tetapi keberadaannya tidak memasung kreativitas.
Ada yang “ekstrim” dalam kasus pembaharuan ini. Misalnya, produsen piranti
keras komputer yang mendunia, Intell. Intell, secara berkala selalu
menghancurkan produk lama mereka setelah memproduksi produk baru hasil
kreativitas timnya. Langkah yang serupa, meskipun “tak sengaja” dialami
perusahaan Unilever. Begitu produk barunya muncul, produk lama Unilever
“otomatis” dikalahkan produk barunya sendiri.
Kalau ada contoh Intell dan Unilever di bagian ini, dua dari sekian big
corporate dunia, sejatinya kreativitas tidak menjadi monopoli korporat besar.
Dalam sektor usaha kecil pun, ide kreatif muncul dari perenungan dan
perbincangan akan hal-hal yang tak pernah terpikirkan. Justru dalam usaha
kecillah, kreativitas seharusnya lebih berkembang, karena biasanya usaha
kecil, punya sumber daya insani tak banyak. Ini poin lebih sehingga usaha
kecil relatif lebih kompak orang-orangnya, sehingga transfer kreativitas baru
bisa lekas merata. Dalam usaha berskala kecil transfer kreativitas lebih
pendek jalurnya. Seorang inovator dalam tempo pendek ia bisa langsung
mentransfer temuan barunya kepada semua orang yang bekerja bersamanya.
Bukan mustahil, proses mentransfer temuan baru itu, sekaligus bisa memicu
tumbuhnya kreativitas.

Luwes Menyikapi Peluang


Jika Anda termasuk dalam golongan orang yang selalu ingin tahu, kemudian
dapat melihat suatu peristiwa dan pengalaman untuk dijadikan sebuah
peluang, di mana orang lain tidak melihatnya, kemudian memiliki keberanian
berpikir kreatif dan inovatif, bersiaplah Anda untuk menjadi entrepreneur.
Banyak contoh yang dapat memberikan gambaran kepada kita, bahwa tidak
ada sesuatu yang tidak mungkin dilakukan wirausahawan. Keluarkan semua
ide atau gagasan Anda, jangan takut diremehkan atau dihina orang. ‘Ide gila”
yang Anda sampaikan, boleh jadi suatu waktu akan mengundang kekaguman
banyak orang. Begitu Anda mulai menuai sukses, barulah orang akan
berguman, “Mengapa itu tak terpikirkan oleh saya sejak dulu, ya?”
Kalau Anda berani tampil beda, itu berarti Anda berjiwa entrepreneur. Saya
setuju pendapat yang mengatakan, keberhasilan entrepreneur ibarat
kesabaran dan ketenangan seorang aktor akrobatik meniti tambang tipis
hingga sampai ke tujuan. Ia tidak menghabiskan waktunya dengan perasaan
khawatir, tapi konsentrasinya tertuju pada tujuannya. Tak kalah pentingnya,
jangan malu akan kesalahan yang kita buat. Seorang entrepreneur memang
tidak menyukai kesalahan, tapi ia tetap akan menerimanya sepanjang hal itu
dapat memberikan pelajaran berharga. Ia harus mampu meloloskan diri dari
situasi-situasi yang hampir mustahil bisa diatasi. Dalam era global sekarang
ini, kegiatan usaha yang kita jalankan hampir 90% justru tidak sesuai
rencana.
Karena itu, kita harus luwes dengan rencana yang telah kita buat. Bersiaplah
berpindah dari satu rencana ke rencana lainnya. Seorang entrepreneur juga
tidak boleh mudah berputus asa. Ia harus yakin dengan kreativitasnya. Selalu
ada jalan yang tidak pernah terbayang sebelumnya.

SALAH satu tugas kita sebagai pengusaha, selain memiliki


ketrampilan interpersonal, leadership, dan managerial, juga harus mampu
melakukan tugas kreatif. Kreativitaslah, unsur penting eksis dan
berkembangnya sebuah usaha. bagi entrepreneur, seolah tiada hari tanpa
kreativitas. Saatnya kita terus kreatif. Apalagi, kalau di bagian sebelumnya,
kerap disebut-sebut angka luar biasa pertumbuhan kewirausahaan di Amerika
Serikat, di Indonesia sendiri, keragaman usaha maupun jumlah
wirausahawannya, belum sebanyak di Amerika Serikat ataupun di negara lain.
Di Amerika Serikat misalnya, ada bisnis yang masih langka dan belum
memasyarakat di Indonesia, yakni bisnis menyewakan pakaian dan
perlengkapan bayi. Jadi sebenarnya banyak macam usaha yang bisa kita
kerjakan, asal kita mau kreatif. Dalam hal apa saja, kita harus kreatif?
Kreatiflah dalam beberapa hal, antara lain, memilih jenis usaha dan memilih
waktu untuk memulainya.
Maka, jangan ragu menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap
unsurnya bisa kreatif. Jadikan setiap sudut, setiap suasana dalam usaha Anda,
kondusif bagi munculnya ide-ide kreatif. Kreativitas itu sendiri, memang
memerlukan proses, yakni proses kreatif. Jadi pada awalnya, untuk kreatif itu
perlu persiapan, meski secara tidak formal. Tinggal, bagaimana kita sendiri
membuat suasana kerja itu kreatif.

MANFAATKAN OTAK BUKAN PERAWAT

Perlunya orang yang mampu dan berpengalaman dalam membantu sebuah


bisnis, tidak perlu diperdebatkan lagi. Meskipun demikian, kualifikasi
akademik yang bagus, bahkan dari institusi yang paling bergengsi, juga bukan
jaminan kesuksesan di setiap tingkatan dalam dunia korporat. Apapun
perusahaannya Anda harus memiliki keterampilan teknis atau kemampuan
mempekerjakan orang untuk itu. Ini yang saya sebut “bekerja dengan otak
orang lain.”
Pendahulu kita, juga orangtua kita sering bilang, “Nak, pergilah ke sekolah
(kuliah), kalau tidak, kamu bakal gagal menjalani kehidupan. Kamu tidak
bakal sukses.” Oke, niat baik orangtua, kita terima. Tapi sukses, bukan hanya
karena kepintaran. Wirausahawan sejati (kebanyakan) menikmati saat ia
memimpin, menjadi pengelola usahanya sendiri. Ia memiliki orang-ornag
yang bekerja padanya. Karena urusan teknis memerlukan keahlian teknis,
sebagai bos, ia harus mendapatkan orang lain yang menguasai ketrampilan
teknis itu. Maka ia pekerjakan seseorang yang lebih pintar daripada dirinya.
Jika Anda pemilik usaha ini, maka Anda adalah bos yang mempekerjakan
tenaga ahli. begitu usaha Anda sukses, selangkah demi selangkah mengisi
jagad dunia usaha, bahkan Anda naik terus ke jenjang prestisius dalam bisnis
yang Anda geluti, saat itu orang tak lagi peduli Anda pintar atau tidak di
sekolah. Bahkan, kampus Anda saja, orang tak lagi hirau. Anda dulu anak
siapa, “sesulit apa”, juga tak lagi menjadi perbincangan.
Bicara soal memanfaatkan otak orang lain, David Ogilvy, tokoh paling
inspirasional dalam dunia iklan, pernah memberi nasihat.
Katanya,”Pekerjakanlah orang yang lebih pintar daripada Anda.” Dengan
mempekerjakan orang yang lebih pintar dari Anda, maka Anda akan lebih
cepat dan banyak belajar dari mereka. Banyak orang yang lebih pintar
daripada Anda pada banyak hal – menulis pidato, membangun tim, yang
dengan sadar mengajar anggota tim baru berbagai keterampilan baru. Sama
halnya dengan keuangan. Anda dapat belajar akunting dasar dengan cepat
kepada akuntan anda.
Perusahaan yang menonjol seperti Coca-Cola, IBM, Microsoft, memiliki orang
dengan kualitas menonjol hampir di semua bidang. Pekerjakanlah orang lain,
buat mereka bekerja untuk Anda meskipun untuk itu, Anda harus
mengeluarkan banyak uang.

GAYA MANAJEMEN-nya berdasar pada akal sehat dan PERTUMBUHANNYA berasal dari
momentum alamiah dan intuisi.

Keahlian bisnis dari bangku kuliah? Oke, ia adalah serangkaian “nilai studi” di
atas kertas sertifikat kelulusan. Tapi, itu bukan jaminan sang alumnus sekolah
bisnis, akan mampu merintis bisnis. Sebab, dengan gelar dan nilai cum
laude sekalipun, sebatas “jaminan” penguasaan administrasi bisnis. Dan
administrator bukanlah wirausahawan. Jangan berharap, setelah sukses
studi Master of Bussiness Administration (MBA), misalnya, sang alumnus akan
mengurus sebuah industri, melibatkan keluarganya total bekerja bersamanya
– mungkin tanpa upah dulu – sampai usahanya sukses. Ini bukan “kelas”
akademisi bisnis, tapi dunianya seorang wirausahawan
dengan energi juang bisnis yang tinggi. Akademisi bisnis, memang
diperlukan dalam sebuah usaha, karena perannya berkait erat dengan
langkah pembenahan sistem manajemen dan kontrol dalam sebuah bisnis.
namun begitu, sang master administrasi bisnis, tidak bisa memulai bisnis itu
sendiri.
Jika Anda bekerja dengan orang yang sangat cemerlang dibidangnya dan
memiliki beragam bakat dan latar belakang, Anda akan mengembangkan
sebuah tim dengan kekuatan dan kelenturan yang baik. Adalah esensial untuk
mampu mengenali bakat sejati dan mengembangkannya.
Memakai otak orang lain adalah benar-benar suatu kesenangan jika anda suka
permainan dalam tim. Bekerja dengan seorang yang tidak Anda sukai secara
aktif, di sisi lain, bisa menjadi sebuah pengalaman yang sangat membuat
stress, walaupun mereka sangat cakap dalam pekerjaannya.
Anda tidak akan pemah menyesal bekerja dan berkembang bersama orang-orang berbakat. Orang-
orang seperti ini yang akan membuat Anda menjadi wiraswastawan yang lebih sukses. Satu fakta
menarik, bisa diperlhatkan di sini, bagaimana figur kharismatik di sebuah di desa tertinggal,
menarik ”orang-orang terdidik” untuk berbuat sesuatu didesanya. Ia, figur yang mampu bekerja
dengan otak orang lain, meskipun cuma berbekal Sekolah Rakyat ”Ongko Loro” (Angka Dua).
Contoh serupa itu, kami temukan di Cijeruk, Bogor Selatan. Ada Haji Zakaria, punya tanah
lumayan luas, pendidikannya cuma SR, tapi ia bisa mengoptimalkan lahannya sebagai contoh bagi
pertanian di desanya dan desa-desa sekitarnya, saat melibatkan mulai LSM Pertanian Organik
sampai Dinas Pertanian setempat, memperlihatkan bagaimana bertani yang baik dan bernilai
bisnis.

KETEKUNAN DAN FOKUS

Fokus

Logika ”focusing”, meminjam fenomena matahari. Mahakarya Tuhan ini,


sumber energi yang amat kuat, yang setiap jamnya menyinari bumi dengan
jutaan kilowatt energi. Siapa pun, bisa ”mandi matahari” berjam-jam dengan
risiko yang ringan.
Bagaimana dengan laser? Seberkas sinarnya, adalah energi lemah. Ia hanya
membutuhkan beberapa kilowatt energi tetapi bisa difokuskan menjadi
sebuah pancaran cahaya yang koheren. Dari seberkas cahaya laser, temuan
ilmuwan bisa menggunakannya untuk dari memotong baja sampai mematikan
sel kanker.
Beralih pada perbincangan sebuah usaha. Anda bisa menciptakan efek yang
sama: sebuah kemampuan kuat laksana laser untuk mendominasi sebuah
pasar. Itulah yang kami maksud sebagai ”tindakan memfokuskan”.
Ketika sebuah usaha menjadi tidak fokus, ia akan kehilangan kekuatannya.
Usaha itu menjadi seperti matahari, menyebarkan energinya terlalu banyak
produk, di pasar yang terlalu luas.
Konsentrasi, kemampuan untuk memberikan perhatian penuh kepada tugas
yang dihadapi, dan dalam jangka panjang, berkonsentrasi pada suatu
karier, merupakan satu segi dari fokus. Tetapi bukan hanya itu. Segi
lainnya, intensitas. Intensitas melibatkan kemampuan untuk menyalurkan
sejumlah besar tenaga pada tugas yang dihadapi. Menjalankannya sebagai
kebiasaan, akan meningkatkan karier Anda. Secara analog, fokus mempunyai
pengaruh yang sama terhadap pekerjaan seseorang, bak lensa pembesar
yang dipegang di atas sehelai kertas pada hari yang cerah. Memegang lensa
dengan sudut yang tepat, membuat sinar-sinar berkonsentrasi pada satu titik,
sanggup membakar kertas itu.
Prioritas, masuk dalam gagasan fokus. Jangan segan-segan mengubah dan
menaruh yang paling penting sebagai nomor satu jika sesuatu yang tak
terduga muncul. Bekerjalah atas dasar prioritas.

Tahukah Anda, apa rahasia

nomor satu sukses? Prioritas.

Membahas soal fokus, bisa kita mengutip pendapat Eugene Grisham


dalam Achievement Factor, buku best seller dunia itu. Ia bercerita tentang
faktor-faktor sukses hasil wawancara bertahun-tahun dengan tokoh-tokoh
sukses dunia. Kesimpulan buku itu cuma satu: “Untuk sukses besar dalam
suatu bidang, apapun bidangnya, dibutuhkan waktu setidaknya sepuluh tahun
dengan tetap berfokus pada bidang tersebut.”
Kami yakin benar dengan kesimpulan buku itu. Kami punya bukti, seorang
yang cukup kami kenal, sejak lulus SMA, hidup dari berdagang dan tak
pemah berpindah-pindah bidang usaha kecuali pada produk rumah tangga
yang sangat digemari kaum ibu. Kenyataannya, tak sampai sepuluh tahun, ia
sukses di bidang yang digelutinya. Itulah kekuatan fokus.
Bak air yang menetesi sebuah batu, setetes demi setetes; hari berganti hari, tahun berganti
tahun, pada saatnya, kita akan terkaget-kaget melihat kenyataan bahwa batu tersebut telah menjadi
cekung hanya karena tetesan air.

Referensi
(1). http://www.nurse-entrepreneur-network.com/public/images/portallogo.gif
(2). http://www.nursepreneurglobal.net/sula/images/logo.gif
(3). http://nurmartono.blogspot.com/2006/12/nursepreneurs.html
(4). http://wirausahakita.blogspot.com.
(5). http://www.Okezone.Com. Kepribadian Penentu Karier
(6). http://www.sciencedaily.com/.jpg
(7). http://www.gazellebookservices.co.uk/Military/originals/Military
(8). http://news.okezone.com. boboy-gadis-dalam-pasungan-wafat

(1). Muhammad Faiz Almatih,1100 Hadits terpilih Sinar Ajaran Muhammad, Gema Insani Press,
Jakarta 1993.
Valentiono Dinsi, Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian, Letsgo Indonesia, 2004
(2). Kazuo Murakami, The divine message of the DNA, Tuhan dalam gen kita, Mizan, 2007
(3) Taylor, Lilis dan leMone, Fundamental of Nursing, (1997, jb lippincott
company, Philadelphia.USA

Anda mungkin juga menyukai