Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN GULA TERHADAP PROSES DIFUSI


OSMOSIS PADA KENTANG (Solanum tuberosum L.)

Oleh:
Thalia Anggrea Noor
(1903010144)

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN SAINS


UNIVERSITAS HINDU INDONESIA DENPASAR
TAHUN AJARAN 2019/2020
PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN GULA TERHADAP PROSES DIFUSI
OSMOSIS PADA KENTANG (Solanum tuberosum L.)

ABSTRAK

Pada sel tumbuhan terdapat membran sel yang berfungsi untuk mengatur keluar masuknya zat. Zat-
zat yang diperlukan melewati membran melalui transport aktif dan pasif. Pada laporan ini, dilakukan
praktikum difusi-osmosis untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pada larutan gula terhadap perpindahan
aquadest yang diukur melalui pipa kaca berskala. Pengujian ini menggunakan metode osmometer sederhana
dengan media berupa kentang (Solanum tuberosum L.). Hasil pengujian menunjukan bahwa terdapat
perubahan volume yang berbeda di setiap konsentrasi. Pada 12 jam pertama konsentrasi 25%, aquadest
berkurang 0,075cm dan larutan gula bertambah sebanyak 0,05cm. Pada konsentrasi 50%, aquadest
berkurang sebanyak 0,225cm dan larutan gula bertambah 0,175cm. Sedangkan pada konsentrasi 90%,
volume aquadest tetap dan larutan gula bertambah 0,400cm. Dalam 18 jam, konsentrasi 25% aquadest
berkurang sebanyak 0,125cm dan larutan gula bertambah sebanyak 0,075cm. Pada konsentrasi 50%,
aquadest berkurang sebanyak 0,125cm dan larutan gula bertambah sebanyak 0,250cm. Sedangkan, pada
konsentrasi 90%, aquadest berkurang sebanyak 0,100cm, dan larutan gula bertambah sebanyak 0,500cm.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka kecepatan perpindahan aquadest akan
semakin cepat dan sebaliknya. Selain itu, semakin lama proses difusi-osmosis maka kecepatan proses nya
pun akan semakin lama.

Kata Kunci: Difusi, Osmosis, Kentang (Solanum tuberosum L.), konsentrasi gula
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tumbuhan merupakan tonggak dari sebagian besar ekosistem terrestrial. Seluruh fungsi
tumbuhan dapat dipahami dengan dasar prinsip fisika dan kimia. Metode-metode yang
digunakan dalam fisiologi tumbuhan umumnya diturunkan dari kimia dan fisika, selain itu
fisiologi tumbuhan juga didukung oleh beberapa kajian Ilmu, seperti anatomi, biologi sel dan
molekuler, fitokimia, ekologi, dan ilmu hara.
Pada sel tumbuhan terdapat membrane sel yang berfungsi untuk mengatur keluar masuknya
zat. Zat-zat yang diperlukan melewati membran melalui transport aktif dan pasif. Transport
aktif terjadi transport zat dengan menggunakan energi dari sel. Sedangkan transport pasif terjadi
secara spontan dan tidak menggunakan energi (Yahya, 2015).
Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk jenis bahan pangan hasil pertanian yang
bernilai ekonomis cukup tinggi, namun kendala dari tumbuhan ini adalah umur simpan yang
pendek dan mudah mengalami reaksi browning. Reaksi browning ini terjadi akibat kadar air
yang tinggi pada kentang (Wirawan, 2006)
Air memiliki banyak fungsi bagi tumbuhan, salah satunya menjadi alat transport untuk
memindakan zat hara. Air memiliki gaya kohesi dan adhesi dikarenakan sifatnya yang polar,
sehingga air tertarik ke banyak bahan lain dan menghidrasi bahan tersebut. Air yang
menghidrasi berbagai bahan ketika molekulnya membentuk ikatan hidrogen dengan molekul
lain. Untuk mencapai keseimbangan konsentrasi, air juga melakukan proses difusi dan osmosis
untuk mencapai keseimbangan konsentrasi.
Difusi merupakan gerakan penyebaran suatu partikel (air, molekul zat terlarut, gas atau
ion-ion) dari daerah yang potensial kimianya lebih tinggi menuju kedaerah yang potensial kimia
nya lebih rendah. Osmosis merupakan difusi air dari daerah yang memiliki potensial air lebih
tinggi ke daerah yang memiliki potensial air lebih rendah, melalui membran semi permeabel.
Salah satu hal yang mempengaruhi proses difusi-osmosis adalah konsentrasi. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa penurunan kadar air akan semakin tinggi saat
konsentrasi tinggi (Magdalena dkk, 2015). Praktikum ini dilakukan Pengujian Osmosis-Difusi
melalui membran semi permeabel menggunakan metode osmometer sederhana, dengan media
kentang dan pelarut yang menggunakan larutan Aquadest (Sebagai kontrol air) dan Gula
(dengan konsentrasi tertentu), untuk mengetahui perpindahan air melalui membran
semipermeable kentang terhadap gula yang sudah ditentukan konsentrasinya (rendah, sedang,
dan Tinggi).

B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini, yaitu:
a) Menemukan fakta mengenai gejala difusi-osmosis
b) Mengamati efek konsentrasi larutan terhadap kecepatan difusi
c) Menunjukan arah gerakan air pada peristiwa difusi osmosis
d) Mendeskripsikan pengertian difusi dan osmosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuhan dan Air


Air merupakan senyawa terbanyak dan dapat dikatakan sebagai pelarut terbaik.
Sebagai pelarut, air mempu membentuk media sebagai pergerakan molekul di dalam dan
diantara sel, serta sangat mempengaruhi pergerakan molekul di dalam dan diatara sel dan
sangat mempengaruhi struktur protein, asam nukleat, polisakarida, dan konstituen sel
lainnya (Taiz dan Zeiger, 2002).
Tanaman terus menyerap dan kehilangan air. Sebagian besar air yang hilang pada
tanaman dikarenakan menguap dari daun karena CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis
diserap dari atmosfer. pada hari yang hangat, kering, dan cerah, daun akan bertukar hingga
100% airnya dalam satu jam. Selama masa hidup tanaman, air yang setara dengan 100 kali
berat segar tanaman dapat hilang melalui permukaan daun. Kehilangan air seperti itu
disebut transpirasi (Taiz dan Zeiger, 2002).
Air memiliki beberapa fungsi, yaitu (Hasnunidah. 2016):
1) Menjadi penyusun utama protoplasma
2) Mengatur turgor sel
3) Menjadi alat tramsport untuk memindahkan zat hara
4) Mempertahankan temperatur yang seragam di seluruh tubuh
5) Menjadi medium berlangsungnya reaksi kimia metabolisme
6) Menjadi bahan dasar untuk reaksi-reaksi biokimia
Air juga memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang penting bagi kehidupan tumbuhan,
sifat-sifat tersebut antara lain (Hasnunidah. 2016):
1) Mempunyai titik didih, titik lebur, dan titik panas penguapan yang lebih tinggi
ibanding hampir semua cairan yang biasa dijumpai
2) Berbentuk cair pada suhu kamar
3) Memiliki viskositas yang rendah
4) Mengembang pada waktu membeku
5) Memiliki gaya adhesi dan kohesi
6) Mempunyai sifat pelarut yang istimewa
7) Memiliki panas laten penguapan dan pelumeran yang tinggi
Ketika air bergerak dari tanah melalui tanaman ke atmosfer, air akan bergerak melalui
media yang sangat bervariasi (dinding sel, sitoplasma , membrane, dan ruang udara), dan
mekanisme transportasi air juga bervariasi tergantung dengan jenis medium. Namun,
selama bertahun-tahun tidak jelas bagaimana air bergerak melintasi membran tanaman.
Secara khusus belum jelas mengenai pergerakan air kedalam sel tanaman terbatas pada
difusi molekul air, melintasi lapisan ganda lipid membran plasma atau juga melibatkan
difusi melalui pori-pori berlapis protein (Taiz dan Zeiger, 2002).

Gambar 1. Air yang melalui membran plasma


B. Difusi
Difusi merupakan proses yang menyebabkan senyawa kimia tertentu ditranspor secara
spontan dari satu daerah ke daerah lain sehingga terjadi keseimbangan. Menurut teori
kinetika, partikel dasar (atom, ion, dan molekul) bergerak secara konstan pada suhu diatas
no absolut. Semakin tinggi suhu maka semakin cepat pergerakan partikel. Semakin kecil
partikel maka semakin cepat gerakannya pada suhu tertentu (Hasnunidah. 2016).
Difusi terjadi sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi. Konsentrasi merupakan
banyaknya zat terlarut atau jumlah partikel persatuan volume. Gradien terjadi bila suatu
parameter, misal konsentrasi berubah secara bertahap dari suatu keadaan ke keadaan yang
lain (Hasnunidah. 2016).
Pertukaran gas antara udara dengan aun merupakan contoh difusi. Dalam proses ini
gas CO2 dari atmosfir masuk kedalam rongga antarsel pada mesofil daun melalui stomata,
selanjutnya digunakan untuk proses fotosintesis. Bersamaan dengan proses ini terjadi pula
difusi O2 dari rongga antarsel ke atmosfir. Bebrapa hal yang mampu mempengaruhi difusi
antara lain (Hasnunidah. 2016):
1) Suhu
2) Tekanan
3) Efek linarut
4) Permukaan bermuatan

C. Osmosis
Osmosis merupakan difusi air dari daerah yang memiliki potensial air lebih tinggi ke
daerah yang memiliki potensial air lebih rendah, melalui membran semipermeabel untuk
mencapai keseimbangan. Apabila sel diletakkan pada larutan tertentu, misalkan gula,
terjadi arus air dari dalam keluar. Karena air terutama terdapat di dalam vakuola, maka isi
vakuola berkurang, turgor sel turun, isi protoplasma mengecil. Ruang antara dinding sel
dengan membran plasma terisi larutan dari luar. Keadaan ini dinamakan sel mengalami
plasmolisis. Ini menunjukan bahwa membran plasma dapat dilalui oleh air (keluar) tetapi
tidak dapat dilalui gula (masuk) dan dinding sel dapat dilalui molekul gula. Membran
plasma bersifat selektif permeabel (Hasnunidah. 2016).
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang
menggambarkan kemampuan air untuk melakukan difusi. Disamping potensial air dan
potensial tekanan, komponen lain yang penting yaitu potensial osmotik, yang terjadi karena
adanya unsur terlarut. Faktor-faktor yang mempengaruhi potensial osmotic antara lain
(Hasnunidah. 2016):
1) Konsentrasi
2) Ionisasi moleku zat terlarut
3) Hidrasi molekul zat terlarut
4) Suhu
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum dilakukan dalan dua kali percobaan, dimana praktikum pertama dilaksanakan pada
tanggal 3 Oktober 2019, pukul 17.00 WITA-Selesai dan praktikum kedua dilaksanakan tanggal 4
Oktober 2019, pukul 18.00 WITA-Selsai. Praktikum ini bertempat di Laboratorium Biologi,
Fakultas Teknologi Informasi dan Sains, Universitas Hindu Indonesia.

B. Metode Pengukuran
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah osmometer sederhana, menggunakan
jaringan kentang sebagai membran selektif permeabel.

C. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain pisau, spatula, mikropipet 5mL,
talenan, timbangan manual, vortex mixer, kertas perkamen, hotplate, gelas ukur, gelas beker,
pelubang kentang, pipa kaca berskala, batang pengaduk, pipet tetes, dan penggaris. Sedangkan
bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain kentang, gula, aquadest, dan kertas label.

D. Prosedur Kerja
Praktikum ini dilakukan untuk mengukur perubahan ketinggian melalui perubahan volume
cairan pada pipa berkala dengan dua kali pengulangan. Prosedur praktikum diawali dengan
membuat larutan gula dengan 3 jenis konsentrasi yang dibagi menjadi konsentrasi rendah (25%),
sedang (50%), dan tinggi (90%). Selanjutnya kentang dipotong berbentuk kubus dengan sisi 3cm
sebanyak 6 potong. Setiap kubus kentang dibuat dua lubang dengan kedalaman 2cm pada bidang
atas sayatan (diameter lubang disesuaikan dengan pipa kaca berskala yang akan digunakan). Pipa
berskala dipasang di lubang yang sudah dibuat (pastikan tidak ada bocor/retak). Masukan larutan
gula pada lubang satu dan aquadest pada lubang dua (masing-masing konsentrasi gula dimasukan
kedalam dua kubus kentang dan diberi label sesuai konsentarsi). Diamati perubahan volume
larutan pada setiap pipa berskala dan catat perubahan volume tersebut pada T0 (0 jam), T1 (12
jam), dan T2 (18 jam).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Terdapat perbedaan hasil pada setiap konsentrasi larutan gula, hasil praktikum dapat dilihat
pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Perubahan volume larutan gula pada pipa kaca berskala (cm)
Perubahan tinggi permukaan cairan dalam tabung berskala
Waktu
25 % 50 % 90 %
pengama Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 1 Percobaan 2
tan (tiap aqua Larut aqua Larut aqua Larut aqua Larut aqua Larut aqua Larut
6 jam) des an des an des an des an des an des an
gula gula gula gula gula gula
Jam ke 0 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
(T0)
Jam ke 1 - - - - - - - - - - - -
(T1)
Jam ke 2 3,90 4,05 3,95 4,05 3,85 4,15 3,70 4,20 bcr bcr 4,00 4,40
(T2)
Jam ke 3 3,85 4,10 3,90 4,05 3,90 4,15 3,85 4,35 bcr bcr 4,10 4,50
(T3)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kadar air dari kedua percobaan, namun
terjadi bocor pada percobaan 1 konsentrasi 90%. Setelah dirata-ratakan, dapat dilihat bahwa
semakin tinggi konsentrasi larutan gula yang digunakan maka proses difusi-osmosis perpindahan
pelarut (aquadest) akan semakin tinggi. Rerata volume dari kedua larutan berdasarkan masing-
masing konsentrasi larutan gula, hasil dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Rata-rata Perubahan volume larutan gula pada pipa kaca berskala (cm)

Waktu Perubahan tinggi permukaan cairan dalam tabung berskala


pengamatan 25 % 50 % 90 %
(tiap 6 jam) Aquades Larutan Aquades Larutan Aquades Larutan
gula gula gula
Jam ke 0 (T0) 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
Jam ke 1 (T1) - - - - - -
Jam ke 2 (T2) 3,925 4,050 3,775 4,175 4,000 4,400
Jam ke 3 (T3) 3,875 4,075 3,875 4,250 4,100 4,500

Dari tabel diatas, awalnya setiap tabung kaca berskala diisi larutan hingga volume 4cm. Setalah
12 jam (T2) setiap konsentrasi mengalami perubahan volume baik dari larutan gula berkonsentrasi
maupun aquadest. Pada konsentrasi 25%, aquadest berkurang 0,075cm dan larutan gula bertambah
sebanyak 0,05cm. pada konsentrasi 50%, aquadest berkurang sebanyak 0,225cm dan larutan gula
bertambah 0,175cm. Sedangkan pada konsentrasi 90%, volume aquadest tetap dan larutan gula
bertambah 0,400cm.
Bila dilihat pada T2 perpindahan volume aquadest ke larutan gula tidak seimbang. Ini
dikarenakan kentang memiliki kandungan air yang tinggi yakni 80% (Yahya, 2015). Sehingga
kentang sebagai media osmometer sederhana akan mengalami plasmolisis, karena air yang
terutama terdapat didalam vakuola akan berkurang, turgor sel menurun, isi protoplasma mengecil.
Ini menunjukan bahwa membran plasma dapat dilalui oleh air akan keluar tetapi tidak dapat dilalui
gula dan dinding sel dapat dilalui molekul gula. Ini dikarenakan membran plasma bersifat selektif
permeabel (Hasnuninda, 2016).
Sedangkan setelah 18 jam (T3), pada konsentrasi 25% aquadest berkurang sebanyak 0,125cm
dan larutan gula bertambah sebanyak 0,075cm. Pada konsentrasi 50%, aquadest berkurang
sebanyak 0,125cm dan larutan gula bertambah sebanyak 0,250cm. Sedangkan, pada konsentrasi
90%, aquadest berkurang sebanyak 0,100cm, dan larutan gula bertambah sebanyak 0,500cm.
perubahan volume setiap konsentrasi dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Perubahan volume berdasarkan konsentrasi
Waktu Perubahan tinggi permukaan cairan dalam tabung berskala
pengamatan 25 % 50 % 90 %
(tiap 6 jam) Aquades Larutan Aquades Larutan Aquades Larutan
gula gula gula
T0 4,000 cm 4,000 cm 4,000 cm 4,000 cm 4,000 cm 4,000 cm
T1 - - - - - -
T2 Berkurang Bertambah Berkurang Bertambah Tetap Bertambah
0,075 0,050 0,225 0,175 0,400
T3 Berkurang Bertambah Berkurang Bertambah Bertambah Bertambah
0,125 0,075 0,125 0,250 0,100 0,500

Selain perubahan volume pada pipa berskala, terjadi perubahan bentuk dari kentang. Keluarnya
air dalam bahan menyebabkan kandungan air dalam bahan berkurang sehingga kadar air, bobot,
serta dimensi mengalami perubahan. Meningkatnya nilai water loss disebabkan karena terjadi
perbedaan tekanan osmotik yang lebih besar antara larutan gula dengan air dalam bahan
(Magdalena, 2015).
Berkurangnya jumlah air juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya penurunan
volume saat terjadinya proses dehidrasi. Berkurangnya air didalam kentang menyebabkan kentang
mengkerut sehingga saat dilakukan pengukuran makan akan terlihat penyusutan dari nilai
sebelumnya. Ini juga menjadi salah satu penyebab dari bocornya media kentang pada percobaan 1
konsentrasi 90%.
Dari praktikum ini juga diketahui bahwa, semakin tinggi konsentrasi larutan gula maka semakin
tinggi pula kemungkinan perpindahan aquadest ke larutan gula. Ini dapat dilihat pada gambar 2
dan gambar 3.
Grafik kenaikan larutan gula pada konsentrasi 25%, 50% dan
4.6
4.5
4.4 larutan gula 25%
4.3
4.2 larutan gula 50%
4.1 larutan gula 90%
4
3.9
3.8
3.7
T0 T2 T3
Gambar 2. Grafik Kenaikan Larutan Gula pada Konsentrasi 25%, 50%, dan 90%.

Grafik hubungan konsentrasi gula dengan


0.6
kenaikan larutan gula
0.4

0.2

0
25% 50% 90%
Konsentrasi larutan gula

Gambar 3. Grafik Hubungan Konsentrasi Gula dengan Kenaikan Konsentrasi Larutan Gula

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa kenaikan kenaikan volume larutan gula berbanding
lurus dengan konsentrasi larutan gula. Ini dikarenakan proses difusi osmosis ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu para proses difusi saat kentang dibuat lubang menembus dinding sel dan
membran, maka isi sel akan mengalir keluar melalui lubang tersebut, sampai tekanan di dalam sel
sama dengan tekanan di luar. Aliran tersebut bisa terjadi akibat tekanan hidrostatik yang dihasilkan
oleh gaya mekanis tertentu. Dimana proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni suhu (air
akan berdifusi saat suhu lingkungan sekitarnya dingin), tekanan (tekanan yang diberikan pada air
atau pelarut akan meningkatkan energy bebasnya, sehingga potensial air akan meningkat), efek
linarut (jika ada air murni di satu sisi membrane dan suatu larutan di sisi lain, maka akan
mengahsilkan gradient potensial air. Air akan berdifusi melintasi membran dari sisi air murni ke
sisi larutan), dan permukaan bermuatan (terjadinya proses hidrasi atau imbibisi). Sedangkan pada
proses osmosis, pengukuran ditentukan oleh potensial kimia atau potensial air yang
menggambarkan kemampuan air untuk melakukan difusi. Pada proses osmosis memiliki dua hal
penting yaitu dua larutan atau lebih atau murni dipisahkan satu sama lain oleh membran selektif
permeabel dan adanya sarana untuk membangun tekanan. Potensial air bukan saja penentu akhir
dari proses pergerakan air secara difusi, tetapi juga menjadi penentu tak langsung perpindahan
massa air yang terjadi akibat gradient tekanan. Gradien tekanan timbul akibat pergerakan secara
difusi. Pada proses osmosis dipengaruhi oleh potensial osmotik atau potensial linarut yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi (meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan
menurunkan nilai potensial osmotiknya), ionisasi molekul zat terlarut (apabila dalam sejumlah
pelarut yang volumenya sama didapatkan jumlah partikel yang sama banyaknya, maka dapat
dipastikan potensial osmotiknya sama), hidrasi molekul zat terlarut, suhu (Semakin tinggi suhu
maka nilai potensial osmotik suatu larutan akan berkurang) (Hasnunindah, 2016).

Dari data hasil praktikum diatas, berdasarkan perbedaan hasil volume pada pipa berskala, dapat
dihitung kecepatan osmosis pada praktikum ini, berikut hasil perhitungannya :

1. Larutan gula dengan konsentrasi 25%


a) Larutan gula 25%

Diketahui : T0 = 4 cm

T1 = 4.05 cm

T2 = 4.0175 cm

Ditanya : Kecepatan Difusi-Osmosis...?

Jawab : 1. Kecepatan Difusi-osmosis 12 jam

2. Kecepatan Difusi-osmosis 18 jam

b) Pelarut (aquadest)

Diketahui : T0 = 4 cm
T1 = 3.925 cm

T2 = 3.875 cm

Ditanya : Kecepatan Difusi-Osmosis...?

Jawab : 1. Kecepatan Difusi-osmosis 12 jam


5

2. Kecepatan Difusi-osmosis 18 jam

2. Larutan gula dengan konsengtrasi 50%


a) Larutan gula 50%

Diketahui : T0 = 4 cm

T1 = 4.18 cm

T2 = 4.25 cm

Ditanya : Kecepatan Osmosis...?

Jawab : 1. Kecepatan Difusi-osmosis 12 jam

2. Kecepatan Difusi-osmosis 18 jam

b) Pelarut (aquadest)

Diketahui : T0 = 4 cm

T1 = 3.775 cm
T2 = 3.875 cm

Ditanya : Kecepatan Difusi-Osmosis...?

Jawab : 1. Kecepatan Difusi-osmosis 12 jam

2. Kecepatan Difusi-osmosis 18 jam

3. Larutan gula dengan konsentrasi 90%


a) Larutan gula 90%

Diketahui : T0 = 4 cm

T1 = 4.40 cm

T2 = 4.50 cm

Ditanya : Kecepatan Osmosis...?

Jawab : 1. Kecepatan Difusi-osmosis 12 jam

2. Kecepatan Difusi-osmosis 18 jam

b) Pelarut (Aquadest)

Diketahui : T0 = 4 cm

T1 = 4 cm
T2 = 4.10 cm

Ditanya : Kecepatan Difusi-Osmosis...?

Jawab : 1. Kecepatan Difusi-osmosis 12 jam

2. Kecepatan Difusi-osmosis 18 jam

Dari perhitungan kecepatan difusi-osmosis, diketahui bahwa dalam waktu 12 jam (T2)
kecepatan difusi osmosis pada konsentrasi 25%, aquadest 6,25x10-3cm/ jam, dan larutan gula
4,16x10-3cm/jam; pada konsentrasi 50% aquadest 1,875x10-2cm/jam, dan larutan gula
1,5x10-2cm/jam; konsentrasi 90% aquadest 0cm/jam dan larutan gula 3,3x10-2cm/jam. Sedangkan
dalam 18 jam (T3) kecepatan difusi osmosis pada konsentrasi 25% aquadest 6,94x10-3cm/jam dan
larutan gula 9,72x10-4cm/jam; konsentrasi 50% aquadest 6,94x10-3m/jam dan larutan gula
1,38x10-2cm/jam; konsentrasi 90% aquadest 5,5x10-3cm/jam dan larutan gula 2,7x10-2cm/jam.
Dari hasil diatas diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi maka kecepatan perpindahan
aquadest akan semakin cepat dan sebaliknya. Selain itu, semakin lama proses difusi-osmosis maka
kecepatan proses nya pun akan semakin lama, ini dapat dilihat dari kecepatan difusi-osmosis,
dimana pada 12 jam pertama perpindahan aquadest ke larutan gula lebih cepat dibandingkan
dengan pengamatan 18 jam. Ini dapat diakibatkan oleh perubahan bentuk kentang yang membuat
membran semipermeabel tidak melakukan tugasnya sebaik saat bentuk kentang masih segar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum, dapat dibuat beberapa simpulan, yaitu:
1. Proses difusi saat kentang dibuat lubang menembus dinding sel dan membran,
maka isi sel akan mengalir keluar melalui lubang tersebut, sampai tekanan di
dalam sel sama dengan tekanan di luar. Aliran tersebut bisa terjadi akibat
tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh gaya mekanis tertentu. Pada proses
osmosis, pengukuran ditentukan oleh potensial kimia atau potensial air yang
menggambarkan kemampuan air untuk melakukan difusi. Pada proses osmosis
memiliki dua hal penting yaitu dua larutan atau lebih atau murni dipisahkan
satu sama lain oleh membran selektif permeabel dan adanya sarana untuk
membangun tekanan.
2. Dari hasil praktikum diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi maka
kecepatan perpindahan aquadest akan semakin cepat dan sebaliknya. Selain itu,
semakin lama proses difusi-osmosis maka kecepatan proses nya pun akan
semakin lama.
3. Proses difusi-osmosis ini terjadi melalui perpindahan pelarut (aquadest)
kelarutan gula yang sudah ditentukan konsentrasinya dengan media osmometer
yaitu kentang. Aquadest akan berpindah melalui membran plasma kentang,
sedangkan larutan gula tidak dapat melewati membran plasma. Ini dikarenakan
membrane plasma bersifat selektif permeabel.
DAFTAR PUSTAKA
Hasnunidah, Neni dan Tri Suwardi. 2016. Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Innosain
Magdalena, Astrid dkk. 2015. Pengaruh suhu dan konsentrasi larutan gula terhadap prosedur dehidras
osmosis buah Waluh (Cucurbita moschata). J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No.4 Th. 2014.
Ilmu teknologi Pangan: Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Sari, Nurjatmi P.M. 2017. Hubungan Tumbuhan dengan Air, Transpirasi dan Evaporasi.
[online].Tersedia: https://caridokumen.com/download/hubungan-tumbuhan-dengan-air_5a44c
05db7d7bc7b7a82bded_pdf. Diakses tanggal 12 oktober 2019 pukul 22:15
Suyitno. 2003. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar. Yogyakarta: UNY: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Prodi Biologi
Wirawan, Sang Kompiang. 2006. Studi Transfer Massa pada Proses Dehidrasi Osmosis Kentang (Solanum
tuberosum L.). Jurnal Forum Teknik Vol. 38, No.2: Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada.
Yahya. 2015. PERBEDAAN TINGKAT LAJU OSMOSIS ANTARA UMBI SOLONUM TUBEROSUM DAN
DOUCUS CAROTA. Jurnal Biology Education: FKIP Unigha Sigli
Lampiran

Konsentrasi 25% (T0) Konsentrasi 50% (T0) Konsentrasi 90% (T0)

Konsentrasi 25% (T2) Konsentrasi 50% (T2) Konsentrasi 90% (T2)

Konsentrasi 25% (T3) Konsentrasi 50% (T3) Konsentrasi 90% (T3)

Anda mungkin juga menyukai