Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Penyampaian
pesan, perasaan, ataupun ide hanaya akan efektif jika menggunakan bahasa. Salah satu
penyampaian pesan, perasaan ataupun ide itu dilakukan dengan menulisnya. Terkadang bahasa
yang diungkapkan dalam bentuk tulisan menjadi tidak efektif yang penyebabnya antara lain
kesalahan ejaan ataupun tanda baca. Tanda baca dan ejaan menjadi penting karena penggunaan
yang tidak sesuai akan mengubah makna bahasa yang akan diungkapkan. Secara teknis ejaan
merupakan penulisan huruf, penulisan kata dan pemakaian tanda baca. Sedangkan tanda baca itu
sendiri dimaksudkan agar bahasa tulis menjadi mudah untuk dipahami, sehingga pesan yang
diungkapkan dapat dipahami sama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

§ Apa yang dimaksud dengan ejaan dan bagaimana perkembagannya?

§ Apa yang dimaksud dengan kaidah tata tulis dan serta pemakaian tanda baca?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Ejaan

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan


bagaimana antarhubungan antara lambang-lamabang itu (pemisahan dan penggambungan dalam
suatu bahasa), secara teknis yakni dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata
dan pemakaian tanda baca.[1]
Adanya hal-hal tersebut yang ada dalam bahasa Indonesia, maka kita selalu berusaha
untuk menyempurnakan ejaan-ejaan yang kita pakai. Ini tampak jelas dari perkembangan ejaan
bahasa Indonesia yang pernah kita pakai,yaitu dari sebelum tahun 1947 maupun sesudah tahun
1972.

2. Perkembangan Ejaan
Perkembangan ejaan meliputi :
1. Ejaan Van Ophuijsen
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa melayu dengan huruf latin,yang disebut ejaan
Van ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan
Ma’moer dan Moehammad Taibsoetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan Van
Ophuijsen yaitu:
 Huruf ‘’j’’ untuk menuliskan kata-kata ‘’jang, pajang, sajang’’
 Huruf ‘’oe’’ untuk menuliskan kata-kata ‘’goeroe, Itoe, Oemoer’’
 Tanda diakritik seperti koma ain dan trerna, untuk menuliskan kata-kata
ma’moer,’akal,ta’,pa’,dan dinamai’.
2. Ejaan Soewandi
Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan ejaan Van
Ophuijsen, ejaan ini dikena oleh masyarakat dengan julukan ejaan republik. Hal-hal yang
perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu, yaitu:
 Huruf oe diganti dengan u seperti pada guru, itu, umur
 Bunyi hamzah dengan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti kepada kata-kata tak,
pak, maklum dan rakjat.
 Kata ulang bisa ditulis dengan angka-2, seperti anak2, ber-jalan2 dan ke-barat2-an
 Awalan di dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutnya, seperti kata depan di, pada, dirumah, dikebun, disamakan, dengan
imbuhan di-pada ditulis dan di karang.
3. Ejaan Melindo
Kongres bahasa Indonesia II Medan (1959) sidang perutusan Indonesia dan melayu
(Slamet mulyana-syeh Nasir bin Ismail, ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang
kemudian dikenal dengan ejaan Melindo (melayu –indonesia). Perkembangan politik
selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.

4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan


Pada tanggal 16 Agustus 1972 melalui pidato Kenegaraannya Presiden Republik
Indonesia Meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Peresmian ejaan baru itu berdasarkan keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul
Pedoman Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan
itu. Selain itu, juga direalisasikan Pedoman Umum Pembentukan Istilah-istilah. Karena
penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusanya tanggal 12 Oktober 1972,No.
156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku pedoman umum Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas.
setelah itu, Meneri pendidikan dan kebudayaan dengan surat keputusannya No.
0196/1975 memberlakukan pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan dan pedoman umum pembentukan istilah. Pada tahun 1987 kedua
pedoman terseut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat putusan menteri pendidikan
kebudayaan No. 0543a/1987, tanggal 9 September1987.
Penelusari di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan,
yakni di-atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

3. Fungsi Ejaan

Dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan tata
bahasa maupun kosakata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang sangat penting.
Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut :

 Sebagai landasan pembakuan tata Bahasa


 Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
 Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia
4. Ejaan Dalam Peristilahan
Ejaan Fonemik
Penulisan istilah pada umumnya berdasarkan ejaan fonemik; artinya hanya satuan
bunyi yang berfungsi dalam bahasa Indonesia yang di lambangkan dengan huruf.
Misalnya :
Presiden bukan President
Teks bukan Text
Standar bukan Standard

Ejaan Etimologi
Untuk menegaskan makna yang berbeda, istilah yang homonim dengan kata lain dapat di
tulis dengan mempertimbangkan etimologinya, yakni sejarahnya, sehingga bentuknya
berlainan walaupun lafalnya mungkin sama.
Misalnya :
Bank dengan bang
Sanksi dengan sangsi

Transliterasi
Pengejaan istilah dapat juga di lakukan menurut aturan transliterasi, yakni penggantian
huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain, lepas dari bunyi lafal yang
sebenarnya. Hal itu, misalnya, di terapkan menurut aturan International Organization for
Standardization(ISO) pada huruf Arab (rekomendasi ISO-R 233), Yunani (rekomendasi
ISO-R 315), Kiril (Rusia)(rekomendasi ISO-R 9) yang di alihkan ke huruf latin.
Misalnya :
Yaum ul-adha (hari kurban)
Suksma (sukma)
Psyche (jiwa,batin)
Moskva (Moskwa,Moskou)
Ejaan Nama Diri
Ejaan nama diri, termasuk merek dagang, yang di dalam bahasa aslinya di tulis dengan
huruf Latin tidak di ubah.
Misalnya :
Baekelund Cannizaro
Aquadag Daeron

5. KAIDAH TATA TULIS

Kaidah bahasa merupakan aturan pemakaian bahasa agar bahasa itu tetap terpelihara
dalam perkembangannya. Dalam berbahasa, kita harus mengikuti kaidah sehingga bahasa
kita menjadi terpelihara dengan baik, sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kaidah bahasa
merupakan suatu himpunan beberapa patokan umum berdasarkan struktur bahasa.

PEMAKAIAN TANDA BACA

A. Tanda Titik

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjujkan waktu.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka
waktu.

B. Tanda Koma (,)

Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya
yang didahului olah kata seperti tetapi atau melainkan.
a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.

b. Tanda koma tidak dipkai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat
itu mengiringi induk kalimatnya.

C. Tanda Titik Koma (;)

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara.

Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam kalimat majemuk.

D. Tanda Titik Dua (:)

a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau
pemerian.

b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.

Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Tanda titik
dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.

E. Tanda Hubung (-)


Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris

Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan
bagian kata di depannya pada pergantian baris.

Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang

Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal

F. Tanda Pisah (_)

Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
kalimat.

Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas.

Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti „sampai‟

H. Tanda Tanya (?)

Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
atau yang kuranag dapat dibuktikan kebenarannya.

I. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
J.Tanda Kurung ((...))

Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan

Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan

Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan

K. Tanda Kurung Siku ([...])

Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan
pada kalimat atau bagian kaliamatyang ditulis orang lain.

Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

L. Tanda Petik (“...”)

Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan
tertulis lain.

Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

M. Tanda Petik Tunggal („..‟)

Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing.

N. Tanda Garis Miring


Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada kalimat dan penanda masa satu
tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau tiap.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah kita memahami apa yang telah di paparkan di atas,kita dapat mengambil sebuah
kesimpulan bahwa bahasa itu tidak terlepas dari yang namanya tata ejaan dan tanda baca.dan
ternyata ejaan dan tanda baca itu saling keterkaitan.dan ejaan itu ternyata mengalami beberapa
tahap hingga menjadi yang sempurna,dimana yang kita gunakan saat ini.

B. Saran

Jadi kita sebagai pemuda yang mengakui bahwa bahasa persatuannya adalah bahasa
Indonesia ,jika menggunakan ataupun mengkaji,kita juga harus memperhatikan beberapa
aturan-aturan yang terkandun di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai