Anda di halaman 1dari 49

BUKU SAKU

ASISTEN MATA KULIAH


AGAMA ISLAM

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


2019/2020
i
DAFTAR ISI

Daftar Isi ii
Prolog iv

#1 Tahsin dan Tajwid Alquran


Urgensi Membaca Alquran sesuai dengan Hukum Tajwid 1
Tempat Keluarnya Huruf 2
Sifat-sifat Huruf 3
Hukum Lam Ta’rif 6
Hukum Nun Mati dan Tanwin 7
Hukum Mim Mati 9
Hukum Idghom 10
Hukum Mad 12
Tafhim dan Tarqiq 14
Ayat-ayat Gharibah 15
Tanda Waqof 16

#2 Praktek Ibadah Sehari-hari


Thaharah 17
Najis 19
Hadast 21
Shalat 25
Puasa 38

ii
#3 Doa-doa dan Dzikir Harian
Doa dipagi Hari 41
Doa Ketika Keluar dari Rumah 41
Dzikir Pagi dan Petang (Almatsurat) 44

Epilog
Daftar Pustaka

iii
Prolog

Bismillahirrahmanirrahim.
Nikmat paling luar biasa yang diberikan kepada kita adalah menjadi
orang Islam bahkan ketika kita baru saja dilahirkan. Adzan/Iqomah
yang pertama kita dengar adalah Rahmat Allah yang dihadiahkan
kepada kita dan tentu saja tidak kepada semua orang.

Nikmat telah menjadi seorang Muslim bahkan ketika masih dalam


buaian ini kemudian kita realisasikan dengan kesungguhan kita dalam
beribadah kepadaNya.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku” (Q.S Azzariah: 56).

Begitu jelas Allah gambarkan kehendakNya bahwa hadirnya kita


didunia ini tidak lain hanya untuk beribadah kepadaNya. Semua
perkara yang kita lakukan dari tidur hingga tidur kembali seharusnya
berorientasi ibadah dan mengharap ridhoNya.

Ada yang menarik disini, bahwa suatu amal (perbuatan) tidak akan
Dia terima kecuali memenuhi dua syarat; Ikhlas, yakni mengharap
keridhoan Allah dan Ittiba’, yakni sesuai dengan ketentuan Alquran
dan Sunnah.
Perlu dketahui bahwa Ibadah itu bukan hanya Rukun Islam dan Rukun
Iman saja, tapi semua yang kita kerjakan bisa berpotensi pahala jika

iv
kita meniatkan untuk mencari keridhoanNya seperti menuntut ilmu,
dan lain sebagainya. Namun memang, Ibadah yang wajib saja, kita
masih kerap salah dalam melakukannya.

Maka, Buku Saku ini hadir sebagai modal awal untuk kaum Muslim
terutama kepada Mahasiswa Institut Teknologi Sumatera dalam
membenarkan praktik ibadah Mahdah (Ibadah yang sudah ada syarat
dan ketentuannya), agar Ibadah yang dilakukan itu berpeluang besar
untuk diterima Oleh Allah S.W.T.

Terakhir, Buku Saku ini bermuatan bimbingan dalam membaca


Alquran dengan benar, praktik ibadah sehari-hari dan do’a dzikir
harian yang bisa kita terapkan. Pasti buku ini banyak sekali
kekurangan, maka sangat dianjurkan agar dapat mencari referensi
lain yang lebih memumpuni.

Lampung Selatan, September 2019

Penulis

v
|1

#1 Tahsin dan Tajwid Alquran

A. Urgensi Membaca Alquran sesuai dengan Hukum Tajwid

Tajwid berarti melakukan sesuatu dengan elok dan indah. Tahsin


berarti memperbaiki sesuatu itu. Tahsin dan Tajwid amat dekat
dengan cara membaca Alquran agar benar cara mengeluarkan
hurufnya sesuai dengan tempat keluar huruf dan sifat huruf tersebut.
Seperti dalam Bahasa Inggris, ada Prounounciation begitupun dengan
Alquran yang sudah ada sejak dahulu kala.
Allah berfirman,

“…dan bacalah Alquran dengan tartil”.


Imam Ibnul Jazari berkata, “Membaca Alquran dengan tajwid itu
hukumnya wajib. Siapa yang tidak membetulkan bacaan Alqurannya
berdosa. Karena Allah menurunkannya dengan Tajwid. Dan
demikianlah Alquran dariNya sampai kepada kita”.
Sehingga, membaca Alquran dengan tajwid itu wajib bagi setiap
muslim.
|2

B. Tempat Keluarnya Huruf

Tempat keluarnya huruf adan 5, yaitu:


1. Jaufu (Rongga mulut)

Hurufnya yaitu: ‫ ي‬-‫ و‬-‫ا‬


2. Halqu (Tenggorokan)

Hurufnya yaitu: ‫ ح‬- ‫ خ‬- ‫ع‬- ‫ غ‬- ‫ ء‬- ‫ه‬


3. Lisanu (Lidah)

Hurufnya yaitu: - ‫ س‬- ‫ ز‬- ‫ ر‬- ‫ ذ‬-‫ ج – د‬- ‫ت – ث‬


‫ن–ي‬-‫ل‬-‫ك‬-‫ق‬-‫ظ‬-‫ط‬-‫ض‬-‫ص‬-‫ش‬
4. Syafatain (Bibir)

Hurufnya yaitu: ‫ب‬-‫ف‬-‫و‬-‫م‬


5. Khoisyum (Pangkal Hidung)

Hurufnya yaitu: ‫ ن‬-‫م‬


|3

C. Sifat-sifat Huruf
(Anwar, Efendi: Bimbingan Tahsin dan Tajwid 3)
|4

Tabel Makhraj huruf dan sifatnya (Anonimous: Tahsin dan Tilawah


Alquran).

HURUF MAKHROJ DAN SIFATNYA


‫ا‬ Dikeluarkan dari tenggorokan terjauh.

‫ب‬ Dikeluarkan dengan merapatkan kedua bibir.


Menyentuhkan ujung lidah dengan gusi-gusi gigi
‫ت‬ seri bagian atas dan terdengar ada nafas yang
mengalir (Hams).
Menyentuhkan ujung lidah dengan dinding dua
‫ث‬ gigi seri bagian atas dan diucapkan dengan
nafas yang terdengar mengalir.
Menyentuhkan tengah-tengah lidah dengan
‫ج‬ langit-langit dan tidak ada nafas yang mengalir
(Jahr).
‫ح‬ Dikeluarkan dari tengah-tengah tenggorokan.
Dikeluarkan dari pangkal tenggorokan
‫خ‬ diucapkan dengan nafas yang mengalir dan
diucapkan dengan suara yang menebal (Isti’la’).
Menyentuhkan ujung lidah dengan gusi dua gigi
‫د‬ seri bagian atas.
Menyentuhkan ujung lidah dengan dinding dua
‫ذ‬ gigi seri bagian atas.
Menyentuhkan punggung lidah dengan langit-
‫ر‬ langit.
Ujung lidah berada di antara dua gigi seri bagian
‫ز‬ atas dan bawah, suara mengalir tetapi nafas tidak
mengalir (Jahr).
Ujung lidah berada di antara dua gigi seri,
‫س‬ pengucapannya menyerupai suara belalang
(Shofir).
|5

Mengangkat tengah lidah ke langit-langit


‫ش‬ disertai menyebarnya angin di dalam mulut
(Tafasysyi).
Ujung lidah berada di antara dua gigi seri
‫ص‬ disertai
dengan suara seperti suara (burung) angsa
(Shofir).
Menyentuhkan sisi lidah dengan sisi gigi
‫ض‬ geraham atas, sifatnya memanjang dan terdengar
lembut (Istithalah).
Ujung lidah disentuhkan dengan gigi gusi seri
‫ط‬ bagian atas, memiliki sifat menebal ketika
diucapkan (Isti’la’)
Ujung lidah disentuhkan dengan dua gigi seri
‫ظ‬ bagian atas, memiliki sifat menebal ketika
diucapkan (Isti’la’).
Dikeluarkan dari tengah-tengah tenggorokan.
‫ع‬
Dikeluarkan dari pangkal tenggorokan
‫غ‬ diucapkan dengan nafas tidak mengalir dan
suara menebal (Isti’la’).
Dikeluarkan dengan menyentuhkan dua gigi seri
‫ف‬ atas dengan bibir bawah bagian dalam, suara dan
angir keluar dengan lembut.
Menyentuhkan pangkal lidah dengan langit-
‫ق‬ langit bagian belakang diucapkan dengan suara
yang tebal.
Dikeluarkan dengan mengangkat pangkal lidah
‫ك‬ di depan posisi huruf Qof, disertai dengan
mengalirnya nafas.
Dikeluarkan dengan mengangkat ujung lidah,
‫ل‬ disentuhkan dengan langit-langit didepan
pengucapan huruf Ro’.
|6

Dikeluarkan dengan merapatkan kedua bibir.


‫م‬
Menyentuhkan ujung lidah di antara posisi
‫ن‬ Ro’dan Lam.

Dikeluarkan dengan cara memoyongkan dua


‫و‬ bibir.

Dikeluarkan dari tenggorokan terjauh, tetapi


‫ھ‬ bukan
diucapkan dari dada.
Dikeluarkan dengan membuka kedua bibir
‫ي‬ dengan sempurna.

D. Hukum Lam Ta’rif

a. Alif lam Qomariyyah


Alif lam (‫ )ال‬yang dibaca jelas ketika bertemu dengan huruf-huruf

Qomariyah (dicirikan tidak ada ada tasydid diatas huruf tersebut).


Huruf-huruf Qomariyah yakni:

- ‫ ء – ح – خ – ع – غ – ف – ق – ك– م – و‬- ‫ ه‬- ‫ج‬


‫ي‬-–‫ب‬
Contoh:
|7

b. Alif lam Syamsiyah


Alif lam yang dibaca lebur apabila bertemu dengan huruf
syamsiyah setelahnya (dicirikan adanya tasydid diatas hurufnya).
Huruf-huruf syamsiyah yakni:

–‫ن–ث–د–ذ–ر–ز–س–ش–ص–ض‬-‫ت‬
-‫ط – ظ – ل‬

Contoh:

E. Hukum Nun Mati dan Tanwin

Hukum nun mati dan tanwin ada empat, yakni:


1. Idzhar (jelas)
Yakni Nun mati atau Tanwin dibaca sesuai dengan makhrojnya
(tanpa mendengungkannya) apabila bertemu dengan salah satu
huruf Idzhar. Huruf Idzhar yakni:

‫ح‬-‫ھ–ء–غ–ع–خ‬
Contoh:

2. Idghom ( dimasukkan)
Yakni nun mati dan tanwin yang bertemu huruf idghom sehingga
membacanya dilebur/hilangkan makhraj nun mati dan tanwinnya.
Idghom terbagi dua, yakni idghom bigunnah (disertai dengan
|8

dengung) dan idghom bilagunnah (Idghom yang tidak disertai


dengung), hurufnya masing-masing yakni:

‫و‬-‫ي–ن–م‬
‫ر‬-‫ل‬

Contoh:

Idghom bigunnah:

Idghom bigunnah:

3. Iqlab (menggantikan)
Yakni nun mati dan tanwin yang bertemu huruf Iqlab sehingga
membacanya digantikan makhraj nun mati dan tanwinnya menjadi

huruf mim (‫)م‬. Huruf Iqlab ada satu yakni huruf Ba’ (‫)ب‬.

Contoh:

4. Ikhfa’ (Samar-samar)
Yakni nun mati dan tanwin yang bertemu huruf Ikhfa’ sehingga
membacanya disamarkan (antara idzhar dan idgham disertai
dengung) makhraj nun mati dan tanwinnya.
Huruf Ikhfa’ ada 15, yakni:
|9

‫ص–ذ–ث–כ–ج–ش–ق–س–د–ط–ز‬
‫ظ‬-‫–ف–ت–ض‬
Contoh:

F. Hukum Mim Mati

Hukum bacaan huruf hijaiyah yang sebelumnya ada mim mati ( ‫)م‬

ada tiga, yakni:


1. Ikhfa’ Syafawi

Yakni ketika mim mati ( ‫ )م‬bertemu dengan huruf Ba’ (‫)ب‬. Cara

membacanya mim-nya tampak samar disertai dengung.

Contoh:

2. Idghom Mitslain

Yakni ketika mim mati ( ‫ )م‬bertemu dengan huruf mim (‫)م‬. Cara

membacanya mim-nya harus disertai dengung.

Contoh:
| 10

3. Idzhar Syafawi’

Yakni ketika mim mati ( ‫ )م‬bertemu dengan huruf hijaiyah selain

mim (‫ )م‬dan Ba’ (‫ )ب‬. Cara membacanya mim-nya harus dibaca jelas.

Contoh:

G. Hukum Idghom
Idghom dari sisi makraj dan sifatnya terbagi tiga, antara lain:
1. Idghom Mutamatsilain
Idghom Mutamatsilain adalah apabila berhadapan dua huruf yang
sama makhroj dan sifatnya. Huruf pertama dimasukkan ke dalam
huruf kedua tanpa didengungkan, kecuali Mim (‫ )م‬bertemu Mim (‫)م‬
dan Nun (‫ )ن‬bertemu Nun (‫)ن‬.

Contoh:
2. Idghom Mutajanisain
Idghom Mutajanisain adalah apabila berhadapan dua huruf yang
sama makhroj, namun sifatnya berbeda. Huruf pertama dimasukkan
ke dalam huruf kedua tanpa didengungkan, kecuali Mim (‫ )م‬bertemu
Ba’ (‫)ب‬. Contoh:
| 11

3. Idghom Mutaqaribain
Idghom Mutaqoribain adalah apabila berhadapan dua huruf yang
hampir sama makhroj dan sifatnya. Huruf pertama dimasukkan ke
dalam huruf kedua tanpa didengungkan. Contoh:
| 12

H. Hukum Mad
| 13
| 14

I. Tafhim dan Tarqiq


| 15

J. Ayat-Ayat Gharibah
| 16

K. Tanda Waqof
| 17

#2 Praktek Ibadah Sehari-hari

A. Thaharah (Bersuci)

Menurut syara' thaharah itu adalah mengangkat


(menghilangkan) penghalang yang timbul dari hadats dan najis.
Dengan demikian thaharah syara' terbagi menjadi dua yaitu thaharah
dari hadats dan thaharah dari najis. Thaharah dari hadats ada tiga
macam yaitu wudhu, mandi, dan tayammum. Alat yang digunakan
untuk bersuci adalah air mutlak untuk wudhu' dan mandi, tanah yang
suci untuk tayammum. Thaharah dari najis, ada tiga tempat, yaitu:
tubuh, pakaian dan tempat shalat. Benda yang bisa dipakai
membersihkan najis adalah air. Namun, untuk keadaan yang tidak
memungkinkan, menurut Imam Malik dan Imam Syafi’I bersuci dari
najis bisa dilakukan dengan menggunakan benda padat atau debu.

1. Air
Air yang bisa digunakan untuk bersuci air muthlaq (yakni
air hujan, salju, air sungai, air laut, air zam-zam, air mata air attai air
sumur). Dengan syarat air ini berjumlah sebanyak 2 kulah banyak
(kira-kira sejumlah 270 liter) menurut Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam
Al-Fiqhul Islami Wa Adillatuhu.
Jadi bila air dalam suatu wadah jumlahnya kurang dari 270 liter, lalu
digunakan untuk berwudhu, mandi janabah atau kemasukan air yang
| 18

sudah digunakan untuk berwudhu`, maka air itu dianggap


sudah musta`mal.
Air Musta’mal adalah air yang suci secara fisik, tapi tidak bisa
digunakan untuk bersuci (berwudhu` atau mandi). Tapi bila bukan
digunakan untuk wudhu` seperti cuci tangan biasa, maka tidak
dikategorikan air musta`mal. Namun air yang terkena sabun, cuka
dan barang sejenis itu juga tidak bisa dipakai wudhu menurut
madzhab Syafi’i.

2. Debu
Debu dapat digunakan untuk bersuci dengan alasan karena tidak
ada air, karena sakit (sakitnya tidak diperbolehkan terkena air), dan
ada hewan yang amat membutuhkan air. Debu hanya bisa digunakan
bersuci dari hadast namun tidak bisa bersuci dari najis. Oleh karena
itu jika selesai buan hajat maka dibersihkan terlebih dahulu
menggunakan benda padat seperti batu, kayu, kertas, daun baru
bertayamum dengan menggunakan debu.

c. Benda Padat
Yakni berupa batu, tanah kering, kayu, kertas ataupun daun.
Syarat benda padat itu hasru suci dan bersih dan jumlahnya harus 3
buah.
| 19

B. Najis

Najis adalah sesuatu yang kotor dan menjijikan. Jika menurut


syariat Islam adalah suatu kotoran yang menghalangi sahnya ibadah
yang menuntut kesucian lahir seperti shalat dan thawaf.
Pembagian najis ada 3 yakni:
1. Najis Mukhafafah (Najis Ringan)
Yang termasuk dari najis ini yaitu air kencing bayi laki-laki yang
belum makan apa-apa kecuali ASI dan umurnya belum sampai 2
tahun. Cara membersihkannya yakni hanya cukup memercikkan air
ditempat yang terkena najis.

2. Najis Mutawasithah (Najis Sedang)


Yang termasuk najis ini yaitu sesuatu hal yang berbentuk yang
keluar dari qubul dan dubur manusia (lubang kemaluan). Cara
membersihkannya harus dicuci hingga hilang bau, rasa dan bekasnya.
Najis mutawasithah ini terbagi dua, ada yang kelihatan bentuknya
dan tidak kelihatan bentuknya. Yang kelihatan bentuknya,
dihilangkan dulu baru dicuci dan yang tidak kelihatan bentuknya
(hanya bau misalnya bau air kencing) maka cukup di siram air/dicuci
saja.

3. Najis Mughallazah (Najis Berat)


Yang termasuk najis ini yaitu najis anjing dan babi (air liur,
kotoran).
| 20

Cara membersihkannya digosok terlebih dahulu menggunakan tanah


atau debu kemudian dibilas dengan air sebanyak 7 kali bilasan.

4. Najis Marfu’ (Najis yang dimaafkan)


Yang termasuk najis ini adalah:
a. Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir seperti nyamuk,
lalat.
b. Darah atau nanah yang keluar dari tubuh sendiri dan jumlahnya
sangat sedikit.
c. Bulu yang naji tapi sedikit jumlahnya.
d. Najis yang tidak terlihat oleh mata karena sedikit.
e. Paruh burung atau mulut tikus yang bersentuhan dengan air.
f. Debu yang bercampur najis.
g. Ujung celana yang terkena air yang kita tidak tahu itu air apa,
namun jika sudah jelas baunya maka harus dibersihkan jika itu
najis.
Adapun yang termasuk dari benda-benda najis adalah:
a. Bangkai; kecuali bangkai manusia, ikan dan belalang.
b. Darah.
c. Babi.
d. Anjing.
e. Segala sesuatu ang keluar dari qubul dan dubur.
f. Kotoran binatang.
g. Khamar (semua minuman yang memabukkan).
| 21

C. Hadast

Hadast adalah keadaan tidak suci sehingga menghalangi


seseorang untuk melakukan ibadah shalat dan thawaf.
a. Hadast Kecil
Yang termasuk dari hadast kecil, yaitu:
a. Buang air kecil atau besar.
b. Mengeluarkan angin dari qubul atau dubur.
c. Mengeluarkam madzi atau wadi (cairan kental berwarna putih
yang keluar karena aktivitas seharian atau sehabis kencing).
d. Menyentuh kemaluan tanpa alas.
e. Tidur nyenyak yang posisinya tidak menempelkan panggul pada
tempat duduk.
Untuk menghilangkan hadsat kecil yakni dengan wudhu atau dengan
tayamum.

b. Hadast Besar
Yang termasuk dari hadast besar, yaitu:
a. Mengeluarkan mani (cairan agak kental yang keluar karena
sedang memikirkan seks dalam keadaan tidur atau terjaga, baik
disengaja tau tidak, laki ataupun perempua).
b. Berhubungan kelamin (jima’) walau tidak keluar mani.
c. Haid dan nifas (darah yang keluar setelah melahirkan).
Untuk menghilangkan hadast besar yakni dengan mandi besar atau
dengan tayamum.
| 22

Adapun cara bersuci dari hadast yakni:


1. Mandi
Orang yang terkena hadast besar diwajibkan mandi yakni
dengan cara menyiramkan air keseluruh tubuh mulai dari ujung
rambut hingga ujung kaki. Alas an diwajibkannya mandi yakni keluar
mani, hubungan kelamin, haid, nifas, meninggal, dan orang kafir yang
masuk islam.
Adapun rukun mandi hanya dua, yakni niat dan meratakan air
keseluruh tubuh.

2. Wudhu
Dalam bahasa artinya bersih, jika menurut syariat islam yakni
membasuh bagian-bagian yang ditentukan dengan menggunakan air.

Syarat sahnya wudhu yakni:


a. Islam
b. Mumayyiz (sudah dapat membedakan yang baik dan buruk).
c. Tidak dalam berhadast besar.
d. Menggunakan air yang suci dan mensucikan.
e. Tidak ada yang menghalangi sampainya air kekulit seperti
(foundation, mascara, hand and body dll).
f. Tidak ada yang merubah warna air dianggota tubuh seperti
lipstick, bedak dll.
g. Tahu yang wajib dan sunnah dari rangkaian wudhu.
| 23

Rukun wudhu ada 6 yakni:


a. Niat
b. Membasuk muka; batasan muka yaitu atas ujung rambut
dikening, samping bagian kecil di daun telinga, dan bawah
sampai dagu bagian bawah.
c. Membasuh kedua tangan sampai siku. Caranya alirkan air dari
ujung jari tarik ke siku.
d. Menyapu kepala (Q.S Almaidah: 6).
e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki (Q.S Almaidah: 6).
f. Tertib; berurutan.
Selain hal-hal yang dijelaskan diatas berarti itu masuk kedalam
sunnah seperti menyapu kedua telinga.

Hal-hal yang membatalkan wudhu yaitu:


a. Keluar sesuatu dari qubul dan dubur.
b. Tidur nyenyak tanpa menetapnya panggul di tempat duduk.
c. Hilang akal kare gila, pingsan, mabuk, epilepsy dsj walaupun
Cuma sebentar.
d. Menyentuh kemaluan tanpa ada hijab/batas.

c. Tayyamum
Menurut Bahasa Tayyamum adalah menyengaja. Jika menurut
syara’ adalah bersuci dari hadast kecil atau besar dengan
menggunakan debu yang diusapkan ke wajah dan tangan.
| 24

Tayamum boleh dilakukan dengan syarat:


a. Sakit; yang jika terkena air membahayakan sakitnya.
b. Sedang dalam perjalanan.
c. Tidak ada air. Meskipun ada air namun ada yang lebih
membutuhkan air seperti hewan.

Adapun syarat tayamum yakni:


a. Sudah masuk waktu shalat.
b. Sudah berusaha mencari air namun tidak didapatkan sedangkan
waktu shalat sudah tiba.
c. Menggunakan tanah/debu yang suci.

Adapun rukun tayamum yakni:


a. Niat.
b. Mengusap muka dengan telapak tangan.
c. Mengusap kedeua punggung dan telapak tangan hingga
pergelangan tangan.
d. Tertib.

Hal-hal yang membatalkan tayamum adalah:


a. Semua hal yang dapat membatalkan wudhu.
b. Ada air. Apabila seseorang bertayamum karena tidak ada air.
| 25

D. Shalat

Shalat menurut bahasa adalah Do’a atau pujian sedangkan


menurut istilah yaitu ibadah yang terdiri dari perkataan dan
perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab diakhirat kelak.
Dalil alquran diwajibkannya Shalat diantaranya terdapat pada
Q.S Al-Hajj: 77; Al-Baqarah: 43; An-Nisa’: 103. Dan dalam hadist
Rasulullah SAW. Bersabda:
“Islam itu dibangun atas dasar lima perkara: bersaksi bahwa
tidak ada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan
Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa dibulan
Ramadhan, dan pergi haji.” HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad dari Ibnu
Umar.

1. Urgensi Shalat dalam Islam


Shalat menjadi sesuatu hal yang penting dikarenakan
diantaranya:
a. Shalat merupakan tiang agama
b. Ibadah yang langsung diterima oleh Allah.
c. Wasiat terakhir Rasulullah SAW.
d. Amalan yang pertama dihisab.
e. Mencegah perbuatan keji dan munkar (Q.S Al-Ankabut: 45).
f. Amalan yang membedakan dengan orang kafir.
| 26

g. Untuk mendekatkan diri kepada Allah (Q.S Taha: 14).


h. Kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar.

2. Syarat Wajib Shalat


Seseorang menajdi wajib dalam melaksanakan shalat apabila:
a. Beragama Islam.
b. Berakal.
c. Baligh.
d. Suci dari haid dan nifas.
e. Terjaga (sadar).
f. Telah sampai dakwah tentang wajibnya shalat kepadanya.

3. Syarat Sah Shalat


Shalat seseorang dapat dikategorikan sah dengan syarat sebagai
berikut:
a. Sudah masuk waktu shalat.
b. Suci dari hadast besar dan hadast kecil.
c. Suci dari najis.
d. Menghadap ke Kiblat.
e. Menutup Aurat.

4. Rukun Shalat
Adapun hal-hal yang wajib dilakukan ketika melakukan shalat adalah:
a. Niat (Q.S Al-Bayyinah: 5).
b. Berdiri (bila mampu) (Q.S Al-Baqarah:238).
| 27

c. Takbiratul Ihram; yakni mengucap “Allaahu Akbar” sebagai


tanda dimulainya shalat (HR. Bukhari dan Muslim). Adapun
posisi tangan yang menganggkat pada saat Takbiratul ihram
adalah sejajar dengan bahu serta jempolnya sejajar dengan
telinga (HR. Abu Daud), dan tangan disedekapkan dengan posisi
telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri, dibawah
dada atau diatas ulu hati (HR. Ibnu Khuzaimah).
d. Membaca Q.S Al-Fatihah (H.R Bukhari dan Muslim).
e. Rukuk. Yakni meluruskan punggung sehingga sejajar antara
kepala dengan pantatnya, (H.R Q.S Al-Hajj: 77 dan H.R Ahmad,
Tabrani, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Hakim dari Abu Qatadah).
f. I’tidal. Yakni berdiri setelah rukuk hingga lurus kembali kembali
setiap ruas punggungnya ketempat semula (H.R Bukhari dan
Muslim).
g. Sujud. (Q.S Al-Hajj: 77) yakni meletakkan kedua telapak tangan
dengan tidak meletakkan kedua lengannya (lengannya
mengankat), tidak merapatkannya kelambung dan jari0jari kaki
dilipat menghadap kiblat (H.R Bukhari).
h. Duduk diantara dua sujud. Duduk diatas kaki kiri (H.R Ahmad).
i. Sujud yang kedua.
j. Duduk Tasyahud Akhir. Yakni duduk dengan posisi
mengeluarkan kaki kiri dan menegakkan kaki kanannya (H.R
Bukhari, Abu Daud, Tirmidzi dari Abu Huma’id As-sa’idi).
k. Membaca Shalawat Nabi (Q.S Al-Ahzab: 56).
| 28

l. Mengucapkan salam (H.R Ahmad, Syafi’I, Abu Daud, dan Tirmidzi


dari Ali).
m. Tertib. Melakukan rangkaian shalat dengan teratur.
Catatan: semua dilakukan dengan tuma’ninah (yakni bersikap tenang
dan sempurna mengerjakan setiap rangkainnya).

5. Sunnah-sunnah Shalat
Adapun sunnah-sunnah dalam shalat yakni:
a. Mengangkat tangan pada saat Takbiratul ihram, Rukuk, I’tidal,
berdiri setelah Tasyahud awal (H.R Bukhari dan Muslim dari Ibnu
Umar).
b. Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri (H.R Ibnu
Khuzaiman dari Wail bin Hujr).
c. Membaca doa iftitah setelah takbiratul ihram.
d. Membaca isti’adzah (ta’udz) (Q.S An-nahl: 98).
e. Mengucap aamiin setelah alfatihah (H.R Abu Daud dan Ibnu
Majah dari Abu Hurairah).
f. Membaca Alquran setelah Alfatihah (Q.S Al-A’raf: 204).
g. Membca takbir ketika rukuk.
h. Bersujud dengan tujuh anggota sujud. Yakni dahu, kedua
tangan, kedua lutut, kedua ruas jari kaki (H.R Tirmidzi).
i. Duduk iftirasy pada saat duduk diantara dua sujud. Yakni duduk
diatas kaki kiri dengan kaki kanan melipatkan ruas jarinya (H.R
Nasai dari Ibnu Umar).
| 29

j. Tasyahud awal dengan duduk iftirasy. (H.R Muslim, Ahmad dan


Nasai dari Abdullah bin Zubair).
k. Duduk Tawaruk (duduk mengeluarkan kaki kiri dan menegakkan
kaki kanan).
l. Berdoa sebelum salam.
m. Memalingkan wajah ketika salam yakni menengok kekanan dan
kekiri (H.R Muslim, Ahmad, Nasai dari Ibnu Majah).
n. Membaca dzikir dan doa setelah salam.

6. Hal yang diperbolehkan dalam Shalat


Hal yang diperbolehkan dalam Shalat adalah:
a. Menangis, mengaduh, merintih (Q.S Maryam: 58).
b. Menoleh tapi tidak sampai memutar leher (H.R Ahmad dari Ibnu
Abbas).
c. Mmebunuh binatang berbahaya seperti ular dan kalajengking
(H.R Ahmad dari Abu Hurairah).
d. Berjalan, Rasul pernah sedang shalat dirumah dan pintu terkunci
kemudian Aisyah datang minta dibukakan pintu lalu rasul
berjalan membukakan pintu. Aisyah menggambarkan pintu nya
menghadap kekiblat (H.R Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai dair
Aisyah).
e. Menggendong anak kecil. Suatu waktu puteri Zainab (cucu nabi)
pernah naeik kepundak Rasul ketika Rasul sedang shalat, Ia biar
| 30

kan dan angkat, ketika Ruku Ia gendong, ketika I’tidak ia letakkan


kembali ke pundak (H.R Ahmad dan Nasai dari Abu Qatadah).
f. Menjawab salam (H.R Ahmad)
g. Bertasbih (laki-laki) dan Bertepuk tangan (perempuan) jika imam
melakukan kesalahan (H.R Ahmad, Abu Daud, Nasai dari Sahl bin
Sa’d).
h. Mengingatkan imam akan bacaannya.
i. Memuji Allah.
j. Sujud diatas kain.
k. Membaca ayat dengan mushaf.
l. Teringat akan hal-hal yang tidak termasuk amalan shalat. Setan
kerap mengganggu orang yang sedang shalat dengan
mengingatkan hal ini-itu kepada yang sedang shalat, hal ini tidak
membatalkan shalat. Namun apabila seseorang itu jadi terlupa
akan rakaatnya maka ia mengambil rakaat yang paling sedikit
dan tetap melanjutkan shalatnya dan melakukan sujud sahwi
sebelum salam (H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

7. Hal yang dimakruhkan dalam Shalat


Hal yang dimakruhkan dalam Shalat adalah:
a. Melakukan gerakan ketika shalat.
b. Bertolak pinggang (H.R Bukhari).
c. Menengadah keatas (H.R Bukhari, Muslim dan Ahmad dati Anas
bin Malik).
| 31

d. Memakai alas shalat yang bergambar (H.R Bukhari dari Anas bin
Malik).
e. Memejamkan mata.
f. Memberi isyarat dengan tangan saat salam. Cukup letakkan
tangan diatas paha dan mengucapkan salam (H.R Nasai dari ajbir
bin Samurah).
g. Menutup mulut dan menurunkan kain kebawah (H.R Bukhari,
Muslim, Abu Daud, Nasai dari Abu Hurairah).
h. Shalat didepan makanan yang terhidang (H.R Bukhari).
i. Menahan buang angin atau buang air (H.R Bukhari, Muslim dan
Ahmad dari Aisyah).
j. Shalat diwaktu mengantuk
k. Menetapkan tempat shalat dimasjid kecuali Imam.

8. Hal yang membatalkan Shalat


Hal yang membatalkan Shalat adalah:
a. Meninggalkan salah satu rukun shalat.
b. Makan dan minum dengan sengaja.
c. Bercakap-cakap.
d. Banyak bergerak.
e. Tertawa.

9. Pembagian Waktu Shalat Fardu dan Batasan Waktunya


| 32

Adapun pembagian waktu shalat fardu dan batasan waktunya


adalah:
a. Zhuhur; waktunya dari tergelincirnya matahari hingga bayangan
semua benda sama dengan panjang aslinya.
b. ‘Ashar; waktu dari saat semua bayangan sama panjang dengan
aslinya hingga terbenamnya matahari.
c. Maghrib; waktunya dari terbenamnya matahari hingga
hilangnya warna kemerah-merahan pada senja.
d. ‘Isya; waktunya dari hilangnya merah senja hingga pertengahan
malam.
e. Shubuh; Waktunya dari terbit fajar hingga terbit matahari.

10. Shalat Qashar dan Jama’


Dalam melaksankan shalat, kita diberi keringanan oleh Allah
apabila sedang dalam keadaan yang tidak memungkin untuk
melaksanakan shalat sebagaimana mestinya. Keringanan ini
merupakan kasih saying Allah kepada kita.
1) Shalat Qashar
Shalat qashar adalah shalat yang diperpendek atau diperingkas
bilangan rakaatnya yakni dari empat rakaat menjadi dua rakaat.
Shalat yang dapat diringkas adaah shalat yang terdiri dari empat
rakaat. Keringanan ini tertuang dalam Q.S An-nisa: 101. Adapun jarak
yang diperkenankan menqashar shalat adalah 3 mil (H.R Ahmad).
| 33

2) Shalat Jama’
Shalat jama’ ialah dua shalat fardu yang digabungkan. Shalat jama’
dapat dilakukan terbatas hanya pada shalat dzhuhur dengan asar,
Maghrib dengan Isya. Cara melaksanakannya, shalat normal
sebanyak empat rakaat tapi dalam satu waktu. Shalat jama’
pelaksanaannya ada dua yakni sebagai berikut:
1) Jama’ Taqdim; yakni melakukan shalat jama’ diwaktu awal.
Dzuhur dengan Asar dilakukan diwaktu Dzuhur, Maghrib
dengan Isya dilakukan diwaktu Maghrib.
2) Jama’ Taqhir; melakukan shalat Jama’ diwaktu akhir.
Dzhuhur dengan Asar dilakukan diwaktu Asar, Maghrib
dengan Isya dilakukan diwaktu Isya.
Adapun syarat shalat jama’ yakni:
1) Dilakukan dengan tertib.
2) Niat Jama’ dilakukan pada shalat pertama.
3) Berurutan anatara keduanya, tidak boleh disela dengan
shalat sunnah atau perbuatan lainnya.

Shalat jama’ diperbolehkan bagi:


1) Sedang bepergian.
2) Sedang melakukan rangkaian ibadah haji di Arafah, Mina dan
Mudzalifah.
3) Hujan lebat.
4) Ada keperluan yang maat mendesak.
| 34

c. Shalat Jama’ Qashar


Shalat Jama’ dan Qashar boleh dilakukan sekaligus Yakni
menggabung dua shalat fardu yang diringkas menjadi dua rakat dua
rakaat satu kali salam.

d. Shalat ketika sedang diatas kendaraan


Shalat ketika sedang diatas kendaraan tetap dapat dilakukan
apabila didapti sudah memasuki waktu shalat dan dikhawatirkan
kendaraan itu tidak berhenti untuk shalat hingga datang waktu shalat
berikutnya. Jika shalat itu masuk kedalam kategori shalat yang bisa di
jama’ maka shalat dapat dijama’ taqhir, namun jika tidak bisa seperti
shalat Asar ke waktu shalat Maghrib maka dapat dilakukan shalat
diatas kendaraan tersebut. Adapun tata caranya yakni:
1) Usahakan menghadap kiblat pada saat takbiratul ihram.
Namun jika tidak bisa dapat mengarah kemana kendaraan itu
mengarah.
2) Dapat dilaksanakan sambil duduk, jika rukuk dan sujud maka
boleh dilakukan sebisanya saja.
3) Jika tidak bisa berwudhu maka diperbolehkan tayamum,
dengan mencari debu disekitaran kursi, kaca tau bagian-
bagian kendaraan yang sekiranya berdebu.
| 35

11. Shalat Berjamaah


Shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan secara bersama-
sama dan sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang imam dan
makmum. Rasulullaah menggambarkan shalat berjamaah itu 27
derajat lebih baik daripada shalat sendirian. Bahkan disebutkan
dalam H.R Muslim dari Abi Amrah rasul bersabda “Barang siapa
shalat isya berjamaah, pahalanya seperti shalat setengah malam dan
barang siapa yang shalat subuh berjamaah pahalanya seperti shalat
semalam penuh”.
Adapun yang lebih berhak menjadi imam dalam shalat
berjamaah adalah yang lebih tua umurnya, yang lebih banyak hafalan
alqurannya, atau yang lebih banyak pemahama hadistnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat shalat
berjamaah yakni:
a. Bagi laki-laki, Jika makmum satu orang maka posisi makmum
disebelah kanan imam namun agak mundur sedikit, baru apabila
ada makmum lain yang datang, makmum tersebut menarik atau
menepuk makmum yang telah lebih dulu shalat dan membuat
barisan dibelakang imam.
b. Bagi wanita, posisi imam dan makmum sejajar sebanyak dengan
imam meskipun makmum lebih dari satu. Posisinya imam
ditengah-tengah makmum.
c. Makmum laki-laki dewa, anak-anak, dan perempuan, maka
posisinya laki-laki dahulu baru perempuan.
| 36

d. Tidak diperbolehkan bermakmum hanya satu imam laki dan


makmum perempuan (meskipun banyak) apabila bukan
muhrimnya. Minimal harus ada satu makmum laki-laki juga.
e. Posisi makmum pada saat shalat berjamaah yakni rapat
(merapatkan kaki dengan bahu dengan makmum sebelahnya).
f. Makmum yang terlambat datang (masbuq) boleh berjamaah
dan mendapat hitungan satu rakaat apabila ketika shalat, imam
masih berdiri atau rukuk. Namun jika imam sudah itidal dst maka
rakaat itu tidak dihitung satu rakaat. “Apabila diantaramu
melaksanakan shalat jamaah, dan mendapati kami sedang sujud
maka ikutlah sujud namun jangan hitung satu rakaat. Namun
siapa yang mendapati tukuk bersama imam ia telah
mendapatkan satu rakaat” H.R Abu Daud dari Abu Hurairah.

12. Shalat-Shalat Sunnah


Shalat-shalat sunnah adalah shalat shalat yang terbiasa Rasul
lakukan disamping shalat fardu. Shalat-shalat sunnah itu diantaranya:
a. Shalat sunnah Rawatib; Shalat yang dilakukan sebelum atau
sesudah melaksanakan shalat fardhu. Tapi tidak ada shalat
rawatib sehabis shalat Asar dan sehabis Shalat Subuh.
b. Shalat Dhuha; yakni shalat yang dimulai ketika matahari naik
sepenggalah, sekitar jam 7.00 hingga menjelang tengah hari.
c. Shalat Tahajjud/Qiyamul lail; Shalat yang dilaksanakan
dipermulaan, pertengahan, atau disepertiga malam. Yang paling
| 37

utama adalah diwaktu sepertiga malam. Jumlah rakaat yang


paling utama adalah 11 rakaat (termasuk shalat witir).
d. Shalat Witir; yakni shalat sunnah dengan bilangan rakaat ganjil.
Waktu pelaksaannya yakni sesudah isya hingga menjelang
subuh.
e. Shalat Tarawih; dilaksanakan dimalam selama bulan ramadhan
dengan jumlah rakaat yakni sebelas rakaat 8 rakaat shalat
tarawih dan 3 rakaat shalat witir (2+2+2+2+2+1).
f. Shalat sunnah Id; ada dua hari raya yakni Idul Fitri dan Idul Adha.
Dilaksankan di hari Id tersebut. Setelah shalat dilanjutkan
khutbah.
g. Shalat Istikharah; yakni shalat untuk meminta petunjuk, was-
was atau ragu. Waktunya bisa dilaksanakan kapan saja.
h. Shalat tasbih; yakni shalat empat rakaat yang didalamnya
membaca 75 kali tasbih setiap rakaatnya.
i. Shalat Gerhana. Jumlah rakaatnya dua rakaat hanya saja empat
kali rukuk. Sehingga setelah itidah kembali berdiri membaca
alfatihah lagi, surat alquran lalu rukuk lagi, itidal baru sujud.
Begitupun dirakaat kedua.
j. Shalat Taubat.
k. Shalat Istisqa; yakni shalat meminta hujan. Dapat dilakukan
kapan saja ketika mengharapkan hujan. Shalat ini dilakukan
berjamaah dengan jumlah rakaat yakni dua rakaat, rakaat
| 38

pertama bacaan pelan dan rakat dibaca jahr (keras). Selesai


shalat dilanjutkan khutbah.

E. Puasa

“Puasa dan Alquran akan membela hamba yang menunaikannya


di Hari Perhitungan” H.R Ahmad dan Hakim. Begitulah puasa
digambarkan begitu utama pada pandangan Allah SWT. Puasa adalah
ibadah menahan lapar, haus dan syahwat dari terbit fajar sampai
terbenam matahari (ditandai dengan adzan subuh dan adzan
maghrib).
Adapun jenis dan tingkatan puasa adalah sebagai berikut:
1. Puasa Wajib; yakni puasa dibulan ramadhan, puasa Kafarah
(puasa karena melanggar aturan berhaji), dan puasa nazar
(puasa tersebab mempunyai janji akan berpuasa).
2. Puasa sunnah; yakni puasa mutlak, puasa tanggal 10 Muharram,
Hari Arafah, 3 hari disetiap bulan (13, 14, 15 kalender islam),
enam hari dibulan syawal, senin dan kamis, puasa daud, dan
delapan hari pertama dibulan Dzulhijjah.
3. Puasa haram; yakni puasa yang dilakukan tanpa izin dengan
suami, pada hari raya, pada hari tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah),
puasa yang dilakukan oleh wanita haid dan nifas.
| 39

4. Puasa makruh; puasa yang dilakukan hanya hari jumat, puasa


yang dilakukan hanya hari sabtu, puasa terus menerus, puasa
saat bepergian.

Adapun syarat sah puasa adalah:


1. Islam
2. Baligh
3. Berakal sehat
4. Suci dari haid dan nifas
5. Berniat. Jika puasa wajib harus niat sebelum fajar, jika puasa
sunnah boleh niat sampai sebelum dzuhur.
6. Mampu.
7. Puasa pada hari-hari yang diperbolehkan.

Hal-hal yang disunnahkan pada saat berpuasa adalah:


1. Sahur.
2. Menyegerakan berbuka (takjil).
3. Berdoa setelah berbuka.
4. Berbuka dengan kurma atau air.
5. Mandi sebelum subuh jika mempunya hadast besar.

Hal-hal yang dimakruhkan pada saat berpuasa adalah:


1. Berpuasa terus-menerus
2. Berciuman untuk pasangan suami isteri yang tidak mampu
menahan hasratnya.
| 40

3. Berkumur dan mengisap air ketika tidak berwudhu.


4. Berbekam.
5. Mencicipi makanan. Mencicipi makanan sebenarnya
diperbolehkan asal makanan itu hanya berhenti pada lidah kita.
Namun jika khawatir tertelan maka lebih baik tidak usah
dilakukan.
6. Tidak menyikat gigi setelah makan.

Orang yang diperbolehkan tidak berpuasa adalah:


1. Orang yang bepergian jauh (Q.S al-baqarah: 185).
2. Sakit. Namun harus menggantinya pada hari lain.
3. Hamil atau menyusui. Namun harus mengganti dan membayar
fidyah, yakni memberi makan orang miskin.
4. Lanjut usia. Namun harus membayar fidyah dengan cara
memberi makan seseorang selama dua kali selama hari yang ia
tinggalkan (Q.S Albaqarah: 184).
5. Rasa lapar dan haus yang sangat.
| 41

#3 Doa-doa Pilihan dan Dzikir Harian

Doa dipagi Hari

Doa Ketika Keluar dari Rumah

Dzikir Pagi dan Petang (Al-Matsurat)


Note: Terdapat Dihalaman belakang.
| 42

Epilog
| 43

Daftar Pustaka

Al Mahfani, Khalilurrahman M., dan Hamdi Abdurrahim. 2017. Kitab


Lengkap Panduan Shalat dari A-Z. Kawah Media: Jakarta
Selatan.

Amir, Majdah.Buku Pegangan Utama: Fiqih Praktis Empat Mazhab.


2019. Qaf Media.

Anonim, _____. 100 Tahsin Tilawah Alquran.

Anwar, Efendi. Bimbingan Tahsin dan Tajwid Alquran Ustmani 3.


Cahaya Qurani Press.

Tim Penulis, 2011. Buku Panduan Materi Bimbingan Belajar Alqur’an


Universitas Lampung. Lampung.

Anda mungkin juga menyukai