Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

PEMBIMBING

dr. Ahmad Rizky Herda P, Sp.U, S.H

Disusun oleh:

030.15.056 Dextra Binti Aryffin

030.15.096 Keilani Prigel Salma

030.12.118 Gilang Akbar Darryl

030.14.064 Fathur Aulia Rahman

030.14.080 Hari Eben Ezer Parhusip

030.14.164 Resha Adi Wibowo

030.14.205 Zahra Ayu Handayani

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN

PERIODE 19 AGUSTUS 2019 – 26 OKTOBER 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI


LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul:


“INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit
Bedah RSUD Karawang periode 19 Agustus – 26 Oktober 2019

Disusun oleh:

030.15.056 Dextra Binti Aryffin

030.15.096 Keilani Prigel Salma

030.12.118 Gilang Akbar Darryl

030.14.064 Fathur Aulia Rahman

030.14.080 Hari Eben Ezer Parhusip

030.14.164 Resha Adi Wibowo

030.14.205 Zahra Ayu Handayani

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah Rumah
Sakit Daerah Umum Karawang

Karawang, Oktober 2019

Mengetahui,


Pembimbing

dr. Ahmad Rizky Herda, Sp.U, S.H


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “INFEKSI
SALURAN KEMIH (ISK)” tepat pada waktunya. Penyusunan referat ini ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Penyakit Bedah RSUD Karawang. Penulis mengucapkan terima kasih
sebesar besarnya kepada:

1. dr. Ahmad Rizky Herda, Sp.U, S.H selaku pembimbing dalam penyusunan
referat.
2. Seluruh staff Ilmu Penyakit Bedah RSUD Karawang
3. Rekan kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Bedah RSUD Karawang

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, hal tersebut tidak
lepas dari segala keterbatasan kemampuan yang peneliti miliki. Oleh karena itu
bimbingan dan kritik yang membangun dari semua pihak sangatlah diharapkan.

Karawang, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… 3
BAB I……………………………………………………………………………… 4
PENDAHULUAN………………………………………………………………… 1
BAB II…………………………………………………………………………… 2
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………. 2
2.1. Anatomi dan Fisiologi………………………………………………….. 2
2.2. Definisi…………………………………………………………...……. 5
2.3. Epidemiologi……………………………………………………...…… 5
2.4. Etiologi;;.…………………………………………………………...…. 6
2.5. Patogenesis……………………………………………………...…….. 8
2.6. Klasifikasi……………………………………………………...……… 9
2.7. Manifestasi Klinis………………………………….…………...…….. 11
2.8. Penegakkan Diagnosis…………………….…………………...……... 12
2.9. Tatalaksana ISK ..……………………………………………………. 14
2.10. Komplikasi…………..………………..……………………………. 16
2.11. Prognosis…………..……………...…..……………………………. 17
BAB III………………………………………………………………….............. 18
Kesimpulan……………………………………………………………. 18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 19
BAB I
PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering
ditemukan dalam masyarakat walaupun perkembangan teknologi dan pengobatan di
bidang kesehatan seperti penggunaan antibotik sudah cukup maju dan beredar luas di
masyarakat. Secara epidemiologis, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah
mengalami ISK selama hidupnya1. Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang
melibatkan struktur mulai tempat dibentuknya urin (glomerulus) sampai dengan
muara saluran urin di meatus uretra eksterna dengan didapatkannya mikroorganisme
di urin yang disertai gejala sebagai tanda adanya infeksi.2,3

ISK diklasifikasikan menjadi ISK bagian atas (ginjal dan ureter) dan ISK
bagian bawah (vesical urinaria dan uretra)4 Menurut CDC, ISK adalah infeksi bakteri
yang paling umum yang membutuhkan perawatan medis, yang menghasilkan 8,6 juta
kunjungan perawatan rawat jalan pada tahun 2007, 23% di antaranya terjadi di UGD.5

Mikroorganisme bisa mencapai saluran kemih dengan penyebaran secara


hematogen atau limfatik, tetapi terdapat banyak bukti klinis dan eksperimental yang
menunjukkan bahwa naiknya mikroorganisme dari uretra adalah jalur yang paling
umum mengarah pada ISK, Hal ini memberikan sebuah penjelasan logis terhadap
frekuensi ISK yang lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria, dan peningkatan
resiko infeksi setelah kateterisasi atau instrumentasi kandung kemih.3 Kejadian
infeksi saluran kemih dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin,
kelainan pada saluran kemih, kateterisasi, diabetes, kehamilan, dan lain – lain. Infeksi
asendens sering ditemukan, terutama pada perempuan karena uretra pendek sehingga
infeksi mudah naik. Pada lelaki, infeksi asendens dapat terjadi pada instrumentasi
atau kateterisasi. Infeksi saluran kemih tidak akan naik lebih tinggi dari kandung
kemih bila taut vesiko-ureter paten sehingga tidak terdapat refluks vesiko-ureter.6

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi5


Sistem urinarius terdiri dari 2 ginjal (ren), 2 ureter, vesika urinaria dan uretra. System
urinarius berfungsi sebagai system ekskresi dari cairan tubuh. Ginjal berfungsi untuk
membentuk atau menghasilkan urin dan saluran kemih lainnya berfungsi untuk
mengekskresikan atau mengeliminasi urin. Sel-sel tubuh memproduksi zat-zat sisa
seperti urea, kreatinin dan ammonia yang harus diekskresikan dari tubuh sebelum
terakumulasi dan menyebabkan toksik bagi tubuh. Selain itu, ginjal juga berfungsi
untuk regulasi volume darah tubuh, regulasi elekterolit yang terkandung dalam darah,
regulasi keseimbangan asam basa, dan regulasi seluruh cairan jaringan tubuh. Saluran
kemih bagian atas adalah ginjal, sedangkan ureter, kandung kemih (vesika urinaria)
dan uretra merupakan saluran kemih bagian bawah.

Gambar 1. Struktur saluran kemih manusia

2
Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis renal.
Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di sebelah
dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal. Ujung ureter yang
berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis renal. Pelvis renal
bercabang dua atau tiga, disebut kaliks mayor yang masing-masing bercabang
membentuk beberapa kaliks minor. Dari kaliks minor, urin masuk ke kaliks mayor,
ke pelvis renal kemudian ke ureter, sampai akhirnya ditampung di dalam kandung
kemih.

Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing menyambung


dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya kira-kira 25-30 cm,
dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin mengalir
dari ureter. Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium).

Gambar.2 Struktur anatomi ginjal,

Sumber: Essential of Anatomy and Physiology 5th edition, 2007, Hal. 422.

3
Bagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung kemih
denganluar tubuh ialah uretra. Uretra pria sangat berbeda dari uretra wanita. Pada
laki-laki, sperma berjalan melalui uretra waktu ejakulasi. Uretra pada laki-laki
merupakan tuba dengan panjang kira-kira 17-20 cm dan memanjang dari kandung
kemih ke ujung penis.

Uretra pada laki-laki mempunyai tiga bagian yaitu : uretra prostatika, uretra
membranosa dan uretra spongiosa. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria,
karena hanya 2,5-4 cm panjangnya dan memanjang dari kandung kemih ke arah
ostium diantara labia minora kira-kira 2,5 cm di sebelah belakang klitoris.

Gambar 3. Vesika urinaria dan uretra pada perempuan dan laki-laki

Sumber: Essential of Anatomy and Physiology 5th edition,2007, Hal. 432

4
2.2 Definisi
Beberapa istilah yang perlu dipahami:

 Bakteriuria bermakna (significant backteriuri) adalah keberadaan


mikroorganisme murni (tidak terkontaminasi flora normal dari uretra) lebih dari
105 colony forming units per mL (cfu/ml) biakan urin dan tanpa lekosituria1,4.
 Bakteriuria simtomatik adalah bakteriuria bermakna dengan manifestasi klinik1,4
 Bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria) adalah bakteriuria bermakna tanpa
manifestasi klinik1,4.
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan
bakteriuria patogen dengan colony forming units per mL CFU/ ml urin > 105, dan
lekositouria >10 per lapangan pandang besar, disertai manifestasi klinik4.

ISK akhir-akhir ini juga didefinisikan sebagai suatu respon inflamasi tubuh terhadap
invasi mikroorganisme pada urothelium3,6.

2.3 Epidemiologi
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan di
praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, gender,
prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang mengakibatkan perubahan
struktur saluran kemih termasuk ginjal. ISK cenderung terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali
disertai factor predisposisi1.

Menurut penelitian, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami


ISK selama hidupnya. Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan
pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah (School girls) 1% meningkat
menjadi 5 % selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik
meningkat mencapai 30% pada laki-laki dan perempuan jika disertai faktor
predisposisi1.

5
Data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah
penderita penyakit ISK mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk per tahun.
Angka kejadian ISK pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki.
Setidaknya 60% wanita pernah mengalami ISK simtomatik selama hidupnya, dengan
wanita usia 18-24 tahun yang aktif secara seksual memiliki insiden ISK tertinggi.
Prevalensi ISK pada laki-laki lebih kecil dan terjadi terutama pada laki-laki dengan
kelainan structural saluran kemih dan pada laki-laki tua.10.

Tabel 2.1 Epidemiologi infeksi saluran kemih berdasarkan umur dan jenis kelamin

Sumber: Smith’s General urology 17th edition, 2008, halaman 194

2.4 Etiologi
Pada umumnya ISK disebabkan oleh mikroorganisme (MO) tunggal seperti:1

 Eschericia coli merupakan MO yang paling sering diisolasi dari pasien


dengan ISK simtomatik maupun asimtomatik
 Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp (33% ISK
anak laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiella spp dan Stafilokokus dengan
koagulase negatif
 Pseudomonas spp dan MO lainnya seperti Stafilokokus jarang dijumpai,
kecuali pasca kateterisasi

6
Gambar. 4 gambaran bakteri E.coli, berbentuk basil dan adanya fimbrae atau pili

Tabel 2.2 Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih

7
2.5 Patogenesis
Sebagian besar ISK disebabkan oleh miikroorganisme yang masuk
secara ascenden melalui uretra, meskipun beberapa mikroorganisme dapat
mencapai saluran kemih dengan penyebaran hematogen atau limfatik.11 Pada
wanita sehat, sebagian besar uropatogen berasal dari flora rektum dan
memasuki kandung kemih melalui uretra dengan fase sementara kolonisasi
uretra periurethral dan distal. Akuisisi uropatogen vagina dari pasangan
seksual pria wanita telah dilaporkan tetapi mungkin jarang menjadi penyebab
utama ISK. Kolonisasi vagina adalah prasyarat untuk infeksi kandung kemih;
faktor-faktor yang meningkatkan risiko ISK umumnya adalah melakukan hal-
hal yang setidaknya sebagian dengan memfasilitasi kolonisasi vagina. Faktor-
faktor tersebut akan dibahas di bawah ini. Apakah ISK berikutnya terjadi
adalah hasil interaksi dinamis antara inang dan uropatogen. ISK muncul
ketika uropatogen dalam kandung kemih atau ginjal merangsang pelepasan
sitokin, menghasilkan respons dan gejala peradangan. Perbedaan besar dalam
prevalensi ISK antara pria dan wanita diperkirakan akibat dari berbagai
faktor, termasuk: semakin jauh jarak antara anus (sumber uropathogen yang
biasa) dan meatus uretra; lingkungan yang lebih kering di sekitar uretra pria;
semakin besar uretra pria; dan aktivitas antibakteri cairan prostat. Faktor
risiko yang terkait dengan ISK pada pria sehat termasuk hubungan seksual
dengan pasangan wanita yang terinfeksi, homoseksualitas dan kurangnya
sunat, meskipun sering tidak ada faktor-faktor ini hadir pada pria dengan ISK.

8
Strain Uropathogenik yang menginfeksi pria muda yang sehat cenderung
sangat urovirulent. Penyebaran hematogen (descenden) pada saluran kemih
oleh uropatogen potensial seperti Staphylococcus aureus dapat terjadi, tetapi
ini lebih mungkin terjadi pada infeksi aliran darah yang persisten atau
obstruksi saluran kemih. Pentingnya penyebaran limfatik urogenogen ke
saluran kemih dalam patogenesis ISK tidak diketahui dan jarang terjadi.12

Gambar 5. Patogenesis ISK

2.6 Klasifikasi
Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi:

 Infeksi Saluran Kemih Atas


Infeksi saluran kemih atas terdiri dari pielonefritis dan pielitis. Pielonefritis terbagi
menjadi pielonefritis akut (PNA) dan pielonefritis kronik (PNK). Istilah pielonefritis
lebih sering dipakai dari pada pielitis, karena infeksi pielum (pielitis) yang berdiri
sendiri tidak pernah ditemukan di klinik4.

9
Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer oleh
radang jaringan interstitial sekunder mengenai tubulus dan akhirnya dapat mengenai
kapiler glomerulus, disertai manifestasi klinik dan bakteriuria tanpa ditemukan
kelainan radiologik3,4. PNA ditemukan pada semua umur dan jenis kelamin
walaupun lebih sering ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada laki-laki usia
lanjut, PNA biasanya disertai hipertrofi prostat4.

Pielonefritis Kronik (PNK) adalah kelainan jaringan interstitial (primer) dan


sekunder mengenai tubulus dan glomerulus, mempunyai hubungan dengan infeksi
bakteri (immediate atau late effect) dengan atau tanpa bakteriuria dan selalu disertai
kelainan-kelainan radiologi. PNK yang tidak disertai bakteriuria disebut PNK fase
inaktif. Bakteriuria yang ditemukan pada seorang penderita mungkin berasal dari
pielonefritis kronik fase aktif atau bakteriuria tersebut bukan penyebab dari
pielonefritis tetapi berasal dari saluran kemih bagian bawah yang sebenarnya tidak
memberikan keluhan atau bakteriuria asimtomatik. Jadi diagnosis PNK harus
mempunyai dua kriteria yakni telah terbukti mempunyai kelainan-kelainan faal dan
anatomi serta kelainan-kelainan tersebut mempunyai hubungan dengan infeksi
bakteri. Dari semua faktor predisposisi ISK, nefrolithiasis dan refluks vesiko ureter
lebih memegang peranan penting dalam patogenesis PNK4. Pielonefritis kronik
mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa
kecil. Pada PNK juga sering ditemukan pembentukan jaringan ikat parenkim1.

 Infeksi Saluran Kemih Bawah


Infeksi saluran kemih bawah terdiri dari sistitis, prostatitis dan epidimitis, uretritis,
serta sindrom uretra. Presentasi klinis ISKB tergantung dari gender. Pada perempuan
biasanya berupa sistitis dan sindrom uretra akut, sedangkan pada laki-laki berupa
sistitis, prostatitis, epidimitis, dan uretritis1.

Sistitis terbagi menjadi sistitis akut dan sistitis kronik. Sistitis akut adalah radang
selaput mukosa kandung kemih (vesika urinaria) yang timbulnya mendadak, biasanya
ringan dan sembuh spontan (self-limited disease) atau berat disertai penyulit ISKA

10
(pielonefritis akut). Sistitis akut termasuk ISK tipe sederhana (uncomplicated type).
Sebaliknya sistitis akut yang sering kambuh (recurrent urinary tract infection)
termasuk ISK tipe berkomplikasi (complicated type), ISK jenis ini perlu perhatian
khusus dalam pengelolaannya4.

Sistitis kronik adalah radang kandung kemih yang menyerang berulang-ulang


(recurrent attact of cystitis) dan dapat menyebabkan kelainan-kelainan atau penyulit
dari saluran kemih bagian atas dan ginjal. Sistitis kronik merupakan ISKB tipe
berkomplikas, dan memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor
predisposisi4.

Sindrom uretra akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis karena tidak dapat
diisolasi mikroorganisme penyebabnya. Penelitian terkini menunjukkan bahwa SUA
disebabkan oleh MO anaerobik1,4.

2.7 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis dari ISK bervariasi, berbeda juga berdasarkan letak
infeksi nya. Bisa tanpa gejala (Bakteriuria asimptomatik) sampai gejala yang
berat. Berikut adalah manifestasi klinis ISK berdasarkan klasifikasinya:13
- Bakteriuria asimptomatik
Seperti namanya, bacteriuria asimptomatik tidak memiliki gejala klinis, pasien
biasanya terdiagnosis secara tidak sengaja ketika melakukan tes skrining pada
urinya untuk keperluan lain dan ditemykanya bakteri dalam urinya.5,13
- Sistitis
Gejala tipikal dari sistitis meliputi dysuria, hematuria, frekuensi, urgensi,
polakisuria, dan nyeri suprapubic. Dysuria merupakan nyeri pada saat
berkemih dikarenakan inflamasi dari vesica urinaria atau uretra, selain itu juga
menyebabkan nyeri pada suprapubik. Anyang-anyangan atau polakisuria
disebabkan oleh reaksi inflamasi pada kandung kemih akibat dari kolonisasi
bakteri pada mukosa buli menyebabkan spasme otot polos vesika urinaria

11
sehingga sulit relaksasi dan menyebabkan spasme terus menerus sehingga
urin sedikit yang keluar namun sering mengakibatkan distensi kandung kemih
sehinga tidak mampu menampung volume urine lebih dari 500 mL. Jika
gejala disertai nyeri pada bagian flank serta adanya demam mengindikasikan
bahwa infeksi telah mencapai ginjal.5,13
- Pyelonephritis
Pyelonephritis ringan tampak dengan demam ringan dengan atau tanpa nyeri
pada pinggang atau costrovetebral-angle (CVA), sedangkan pyelonephritis
berat hadir dengan demam tinggi, rigors, mual, muntah, nyeri pada bagian
flank atau pinggang. Gejala secara umum terjadi akut dan gejala pada sistitsi
biasanya tidak ditemukan. Pembeda utama dari sistitis adalah adanya demam.
Demam pada pyelonephritis menunjukan pola “picket-fence” dan sembuh
dengan 72 jam terapi. Bakteremia terjadi pada 20-30% kasus
pyelonephritis.5,13
- ISK komplikata
Manifestasi dari ISK komplikata berupa episode dari sistitis atau pyeloneftis
pada laki-laki maupun perempuan dengan faktor predisposisi seperti kelainan
structural anatomi, obstruksi saluran kemih, atau kondisi yang menyebabkan
delayed response therapy.5,13

2.8 Penegakkan Diagnosis


2.8.1 Analisis urin rutin4
Pemeriksaan analisa urin rutin terdiri dari pH urin, proteinuria (albuminuria), dan
pemeriksaan mikroskopik urin.

Urin normal mempunyai pH bervariasi antara 4,3-8,0. Bila bahan urin masih
segar dan pH >8 (alkalis) selalu menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang
berhubungan dengan mikroorganisme pemecah urea (ureasplitting organism).
Albuminuria hanya ditemukan ISK. Sifatnya ringan dan kurang dari 1 gram per 24
jam.

12
Pemeriksaan mikroskopik urin terdiri dari sedimen urin tanpa putar (100 x)
dan sedimen urin dengan putar 2500 x/menit selama 5 menit. Pemeriksaan
mikroskopik dengan pembesaran 400x ditemukan bakteriuria >105 CFU per ml.
Lekosituria (piuria) 10/LPB hanya ditemukan pada 60-85% dari pasien-pasien
dengan bakteriuria bermakna (CFU per ml >105). Kadang-kadang masih ditemukan
25% pasien tanpa bakteriuria. Hanya 40% pasien-pasien dengan piuria mempunyai
bakteriuria dengan CFU per ml >105. Analisa ini menunjukkan bahwa piuria
mempunyai nilai lemah untuk prediksi ISK.

Tes dipstick pada piuria untuk deteksi sel darah putih. Sensitivitas 100%
untuk >50 leukosit per HPF, 90% untuk 21-50 leukosit, 60% untuk 12-20 leukosit, 44
% untuk 6-12 leukosit. Selain itu pada pemeriksaan urin yang tidak disentrifuge dapat
dilakukan pemeriksaan mikroskopik secara langsung untuk melihat bakteri gram
negatif dan gram positif. Sensitivitas sebesar 85 % dan spesifisitas sebesar 60 %
untuk 1 PMN atau mikroorganisme per HPF. Namun pemeriksaan ini juga dapat
mendapatkan hasil positif palsu sebesar 10%10.

2.8.2 Uji Biokimia4


Uji biokimia didasari oleh pemakaian glukosa dan reduksi nitrat menjadi nitrit dari
bakteriuria terutama golongan Enterobacteriaceae. Uji biokimia ini hanya sebagai uji
saring (skrinning) karena tidak sensitif, tidak spesifik dan tidak dapat menentukan
tipe bakteriuria.

2.8.3 Mikrobiologi4
Pemeriksaan mikrobiologi yaitu dengan Colony Forming Unit (CFU) ml urin.
Indikasi CFU per ml antara lain pasien-pasien dengan gejala ISK, tindak lanjut
selama pemberian antimikroba untuk ISK, pasca kateterisasi, uji saring bakteriuria
asimtomatik selama kehamilan, dan instrumentasi. Bahan contoh urin harus dibiakan
lurang dari 2 jam pada suhu kamar atau disimpan pada lemari pendingin. Bahan
contoh urin dapat berupa urin tengah kencing (UTK), aspirasi suprapubik selektif.

13
Interpretasi sesuai dengan kriteria bakteriura patogen yakni CFU per ml >105
(2x) berturut-turut dari UTK, CFU per ml >105 (1x) dari UTK disertai lekositouria >
10 per ml tanpa putar, CFU per ml >105 (1x) dari UTK disertai gejala klinis ISK, atau
CFU per ml >105 dari aspirasi supra pubik. Menurut kriteria Kunin yakni CFU per ml
>105 (3x) berturut-turut dari UTK..

2.8.4 Renal Imaging Procedures1


Renal imaging procedures digunakan untuk mengidentifikasi faktor predisposisi ISK,
yang biasa digunakan adalah USG, foto polos abdomen, pielografi intravena,
micturating cystogram dan isotop scanning. Investigasi lanjutan tidak boleh rutin
tetapi harus sesuai indikasi antara lain ISK kambuh, pasien laki-laki, gejala urologik
(kolik ginjal, piuria, hematuria), hematuria persisten, mikroorganisme jarang
(Pseudomonas spp dan Proteus spp), serta ISK berulang dengan interval ≤6 minggu.

2.9 Tatalaksana ISK


Prioritas utama dari manajemen ISK adalah meringankan gejala
pasien. Dengan terapi antibiotik yang tepat diharapkan respon klinis terjadi
dalam 24 jam untuk sistitis dan dalam 48-72 jam untuk pielonefritis. Jika
tidak didapatkan respon dalam 72 jam berarti pasien perlu dievaluasi lebih
lanjut dengan pencitraan. Pasien juga harus menerima pengobatan dengan
agen yang toksisitasnya rendah dan memiliki potensi rendah untuk mengubah
flora usus normal.13,14

14
Berikut adalah pilihan antibiotik pada terapi ISK;14
Tabel 2.3. pilihan antibiotik untuk ISK13

Severely ill patients (high fever, shaking chills, hypotension, etc.)


Agent Notes
 Can be used safely in patients with mild penicillin
1st line Ceftriaxone
allergy (i.e. rash), cross-reactivity very low2
 ONLY in patients who need parenteral therapy and have
2nd line Gentamicin severe IgE mediated penicillin allergy
 Significant nephrotoxicity/ototoxicity concerns
Cystitis*/Lower UTI (complicated or uncomplicated)
Agent Notes
0 Most active agent against E. coli
1 Avoid if CrCl < 30 mL/min
Nitrofurantoin 2 Avoid if systemic signs of infection/suspicion of
pyelonephritis or prostatitis
3 Does not cover Proteus
1st line  Do not use for empiric treatment if resistance >20%
 Drug-drug interactions with warfarin
 Monitor potassium level if concomitant use of
TMP-SMX spironolactone, angiotensin-converting enzyme
inhibitors (ACEIs), angiotensin receptor blockers
(ARBs)
 Renal dose adjustments, avoid if CrCl < 15 mL/min
2nd line Cephalexin  Active against E. coli, Proteus, and Klebsiella
 Active against E. coli, Enterococcus. Is also active
3rd line Fosfomycin †
against ESBL positive E. coli. Fosfomycin
susceptibility tests recommended.
Pyelonephritis/ Upper UTI
Agent Notes
 Patient should receive 1 dose of IV/IM ceftriaxone
1st line TMP-SMX prior to starting oral therapy
 Do not use for empiric treatment if resistance >20%
2nd line Ciprofloxacin  If patient unable to tolerate Bactrim
 Data suggests that oral beta-lactams are inferior
to Bactrim or fluoroquinolones for pyelonephritis3
3rd line Beta-lactams
 Initial dose of IV/IM ceftriaxone and longer
treatment duration of 10-14 days are
recommended
*Due to high levels of resistance in E. coli and high risk of C. diff infection,
fluoroquinolones should be avoided for empiric therapy of cystitis
†Fosfomycin has poor insurance coverage

15
Selain itu pasien ISK juuga perlu dihimbau untuk banyak mengkonsumsi air
putih (2-3L/hari) untuk memperbanyak frekuensi kemih untuk membantu
mengeluarkan bakteri dari vesika sebagai pencegahan multiplikasi bakteri. Pasien
juga diminta untuk memperhatikan hubungan sexual nya seperti perempuan harus
membersihkan area genital sebelum dan setelah berhubungan dan jika membersihkan
arah nya dari depan kebelakang. Pasien juga harus menghindari pemakaian produk
seperti sabun, oil, cream, spay, lotion, ke daerah genital.13

Indikasi rawat inap pasien dengan pielonefritis akut13

- Kegagalan untuk mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap


antibiotika oral
- Pasien sakit berat atau debilitasi
- Terapi antibiotik oral selama rawat jalan mengalami kegagalan
- Diperlukan investigasi lanjutan
- Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi
- Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus, dan usia lanjut

Terapi untuk ISK komplikata harus secara individual dan sesuai dari hasil
kultur. Seringkali pasien dengan ISK komplikata telah memiliki data hasil kultur
sebelumnya dan dapat dijadikan acuan untuk terpai empiric selagi menunggu kultur
yang saat ini.13

2.10 Komplikasi

Infeksi saluran kemih dapat menimbulkan beberapa komplikasi, di antaranya;

- Gagal ginjal akut: Edema yang terjadi akibat inflamasi akut pada ginjal akan
mendesak system pelvikalises sehingga menimbulkan gangguan aliran urine.
Pada pemeriksaan urogram terlihat spastisitas system pelvikalises atau pada
pemeriksaan radionuklir, asupan (uptake) zat radioaktif tampak menurun.
Selain itu urosepsis dapat menyebabkan nekrosis tubulus ginjal akut.15

16
- Nekrosis papilla ginjal dan nefritis interstisial: Infeksi ginjal pada pasien
diabetes sering menimbulkan pengelupasan papilla ginjal dan nefritis
interstisial.15
- Batu saluran kemih: Adanya papilla yang terkelupas akibat infeksi saluran
kemih serta debris dari bakteri merupakan nidus pembentukkan batu saluran
kemih. Selain itu beberapa kuman yang dapat memecah urea mampu merubah
suasana pH urine menjadi bas. Suasana basa ini memungkinkan unsure-unsur
pembentuk batu mengendap di dalam urine dan untuk selanjutnya membentuk
batu pada saluran kemih.15
- Supurasi: Infeksi saluran kemih yang mengenai ginjal dapat menimbulkan
abses pada ginjal yang meluas ke rongga perirenal dan bahkan ke pararenal,
demikian pula yang mengenai prostat dan testis dapat menimbulkan abses
pada prostat dan abses testis.15

2.11 Prognosis4
Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan
penyembuhan 100% secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika yang
diberikan sesuai. Bila terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui atau sulit
dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat menjadi kronik atau PNK. Pada pasien
Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis terlambat dan kedua ginjal telah
mengisut, pengobatan konservatif hanya semata-mata untuk mempertahankan faal
jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi dapat merupakan pilihan
utama.

Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna, kecuali
bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila terdapat
infeksi yang sering kambuh, harus dicari faktor-faktor predisposisi. Prognosis sistitis
kronik baik bila diberikan antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor predisposisi
mudah dikenal dan diberantas.

17
BAB III

KESIMPULAN

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk


menunjukkan bakteriuria patogen bermakna dengan colony forming units per mL
CFU/ ml urin > 105 disertai manifestasi klinik. ISK lebih sering terjadi pada
perempuan dibandingkan laki-laki karena uretra perempuan lebih pendek
dibandingkan laki-laki. Adapun faktor predisposisi ISK antara lain: litiasis, obstruksi
saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, DM, nefropati analgesik, senggama,
kehamilan, kontrasepsi, dan kateterisasi.

Escherichia coli sebagai patogen penyebab pada 70-95% kasus dan


Staphylococcus saprophyticus pada 5-10%. Patogenesis ISK umumnya terjadi karena
proses kolonisasi bakteri di sistem urinarius dimana bakteri umumnya berasal dari
saluran cerna yang kemudian masuk ke sistem urinarius secara ascenden. Manifestasi
klinis ISK dibedakan berdasarkan letaknya, dimana pada ISK bawah didapatkan
dysuria, hematuria, frekuensi, urgensi, polakisuria, dan nyeri suprapubic. Sedangkan
khas pada ISK atas adalah didapatkanya deman disertai nyeri pada pinggang atau
daersah flank.

Prioritas utama dari manajemen ISK adalah meringankan gejala pasien.


Dengan terapi antibiotik yang tepat diharapkan respon klinis terjadi dalam 24 jam
untuk sistitis dan dalam 48-72 jam untuk pielonefritis. Sedangkan terapi untuk ISK
komplikata harus secara individual dan sesuai dari hasil kultur. Seringkali pasien
dengan ISK komplikata telah memiliki data hasil kultur sebelumnya dan dapat
dijadikan acuan untuk terpai empiric selagi menunggu kultur yang saat ini.
Komplikasi ISK dapat terjadi antara lain gagal ginjal akut, batu saluran kemih, dan
supurasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar


Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Internal Publishing. 2009:1008-
1014.
2. Soejono, Czeresna Heriawan. Infeksi Saluran Kemih pada Geriatri. Majalah
Kedokteran Indonesia 2005;55(3):165-8.
3. Nguyen, H.T. Bacterial Infections of The Genitourinary Tract. In Tanagho E.
& McAninch J.W. ed. Smith’s General urology 17th edition. Newyork: Mc
Graw Hill Medical Publishing Division. 2008: 193-195
4. Tan, Chee wei. Chlebicki, Maciej Piotr. Urinary Tract Infection In Adults.
Singapore Medical Journal 2016;57(9):485-90.
5. Lee, Helen S. Lee, Jennifer. Urinary Tract Infections. PSAP. 2018
6. Macfarlane, M.T. Urinary Tract Infections. In, Brown B, et all ed. 4th
Urology. California: Lippincott Williams & Wilkins. 2006: 83-16
7. Sjamsuhidayat C, Jong WM. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 4. Jakarta: EGC;
2005: 908-9.
8. Weissman, S.J, et all. Host-Pathogen Interactions and Host Defense
Mechanisms. In In Schrier R.W, ed. Diseases of the Kidney and Urinary Tract
8th edition Vol.1. Newyork: Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 2007:
817-826
9. Abdelmalak, J.B, et all. Urinary Tract Infections in Adults. In Potts J.M, ed.
Essential Urology, A Guide to Clinical Practice. New Jersey: Humana Press.
2004:183-189
10. Anonim. Pyelonephritis Acute. In Williamson, M.A & Snyder L.M. Wallach’s
Interpretation of Diagnostic Test 9th. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins a Wolters Kluwer Publishers. 2011: 730-731
11. Meyrier, A. Urinary Tract Infection. Available from:
http://www.kidneyatlas.org/book2/adk2_07.pdf (diakses 22 Mei 2012)

19
12. Hooton, Thomas M. Pathogenesis of urinary tract infections: an update.
Journal of Antimicrobial Chemotherapy 2000; 46: 1-7.
13. Mittal, Seema. Kumar, Ashok. Govil, Nikhil. Urinary Tract Infection: general
considerations. SMGroup 2015: 1-12.
14. The New York State Departement of Health. Guidelines for the Diagnosis and
Management of Urinary Tract Infections.2017.
15. Meyrier A. Urinary Tract Infection. Available from:
http://www.kidneyatlas.org/book2/adk2_07.pdf (diakses 18 Sep 2019)

20

Anda mungkin juga menyukai