PEMBIMBING
Disusun oleh:
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit
Bedah RSUD Karawang periode 19 Agustus – 26 Oktober 2019
Disusun oleh:
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah Rumah
Sakit Daerah Umum Karawang
Mengetahui,
Pembimbing
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “INFEKSI
SALURAN KEMIH (ISK)” tepat pada waktunya. Penyusunan referat ini ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Penyakit Bedah RSUD Karawang. Penulis mengucapkan terima kasih
sebesar besarnya kepada:
1. dr. Ahmad Rizky Herda, Sp.U, S.H selaku pembimbing dalam penyusunan
referat.
2. Seluruh staff Ilmu Penyakit Bedah RSUD Karawang
3. Rekan kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Bedah RSUD Karawang
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, hal tersebut tidak
lepas dari segala keterbatasan kemampuan yang peneliti miliki. Oleh karena itu
bimbingan dan kritik yang membangun dari semua pihak sangatlah diharapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… 3
BAB I……………………………………………………………………………… 4
PENDAHULUAN………………………………………………………………… 1
BAB II…………………………………………………………………………… 2
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………. 2
2.1. Anatomi dan Fisiologi………………………………………………….. 2
2.2. Definisi…………………………………………………………...……. 5
2.3. Epidemiologi……………………………………………………...…… 5
2.4. Etiologi;;.…………………………………………………………...…. 6
2.5. Patogenesis……………………………………………………...…….. 8
2.6. Klasifikasi……………………………………………………...……… 9
2.7. Manifestasi Klinis………………………………….…………...…….. 11
2.8. Penegakkan Diagnosis…………………….…………………...……... 12
2.9. Tatalaksana ISK ..……………………………………………………. 14
2.10. Komplikasi…………..………………..……………………………. 16
2.11. Prognosis…………..……………...…..……………………………. 17
BAB III………………………………………………………………….............. 18
Kesimpulan……………………………………………………………. 18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 19
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering
ditemukan dalam masyarakat walaupun perkembangan teknologi dan pengobatan di
bidang kesehatan seperti penggunaan antibotik sudah cukup maju dan beredar luas di
masyarakat. Secara epidemiologis, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah
mengalami ISK selama hidupnya1. Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang
melibatkan struktur mulai tempat dibentuknya urin (glomerulus) sampai dengan
muara saluran urin di meatus uretra eksterna dengan didapatkannya mikroorganisme
di urin yang disertai gejala sebagai tanda adanya infeksi.2,3
ISK diklasifikasikan menjadi ISK bagian atas (ginjal dan ureter) dan ISK
bagian bawah (vesical urinaria dan uretra)4 Menurut CDC, ISK adalah infeksi bakteri
yang paling umum yang membutuhkan perawatan medis, yang menghasilkan 8,6 juta
kunjungan perawatan rawat jalan pada tahun 2007, 23% di antaranya terjadi di UGD.5
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis renal.
Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di sebelah
dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal. Ujung ureter yang
berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis renal. Pelvis renal
bercabang dua atau tiga, disebut kaliks mayor yang masing-masing bercabang
membentuk beberapa kaliks minor. Dari kaliks minor, urin masuk ke kaliks mayor,
ke pelvis renal kemudian ke ureter, sampai akhirnya ditampung di dalam kandung
kemih.
Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin mengalir
dari ureter. Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium).
Sumber: Essential of Anatomy and Physiology 5th edition, 2007, Hal. 422.
3
Bagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung kemih
denganluar tubuh ialah uretra. Uretra pria sangat berbeda dari uretra wanita. Pada
laki-laki, sperma berjalan melalui uretra waktu ejakulasi. Uretra pada laki-laki
merupakan tuba dengan panjang kira-kira 17-20 cm dan memanjang dari kandung
kemih ke ujung penis.
Uretra pada laki-laki mempunyai tiga bagian yaitu : uretra prostatika, uretra
membranosa dan uretra spongiosa. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria,
karena hanya 2,5-4 cm panjangnya dan memanjang dari kandung kemih ke arah
ostium diantara labia minora kira-kira 2,5 cm di sebelah belakang klitoris.
4
2.2 Definisi
Beberapa istilah yang perlu dipahami:
ISK akhir-akhir ini juga didefinisikan sebagai suatu respon inflamasi tubuh terhadap
invasi mikroorganisme pada urothelium3,6.
2.3 Epidemiologi
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan di
praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, gender,
prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang mengakibatkan perubahan
struktur saluran kemih termasuk ginjal. ISK cenderung terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali
disertai factor predisposisi1.
5
Data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah
penderita penyakit ISK mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk per tahun.
Angka kejadian ISK pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki.
Setidaknya 60% wanita pernah mengalami ISK simtomatik selama hidupnya, dengan
wanita usia 18-24 tahun yang aktif secara seksual memiliki insiden ISK tertinggi.
Prevalensi ISK pada laki-laki lebih kecil dan terjadi terutama pada laki-laki dengan
kelainan structural saluran kemih dan pada laki-laki tua.10.
Tabel 2.1 Epidemiologi infeksi saluran kemih berdasarkan umur dan jenis kelamin
2.4 Etiologi
Pada umumnya ISK disebabkan oleh mikroorganisme (MO) tunggal seperti:1
6
Gambar. 4 gambaran bakteri E.coli, berbentuk basil dan adanya fimbrae atau pili
7
2.5 Patogenesis
Sebagian besar ISK disebabkan oleh miikroorganisme yang masuk
secara ascenden melalui uretra, meskipun beberapa mikroorganisme dapat
mencapai saluran kemih dengan penyebaran hematogen atau limfatik.11 Pada
wanita sehat, sebagian besar uropatogen berasal dari flora rektum dan
memasuki kandung kemih melalui uretra dengan fase sementara kolonisasi
uretra periurethral dan distal. Akuisisi uropatogen vagina dari pasangan
seksual pria wanita telah dilaporkan tetapi mungkin jarang menjadi penyebab
utama ISK. Kolonisasi vagina adalah prasyarat untuk infeksi kandung kemih;
faktor-faktor yang meningkatkan risiko ISK umumnya adalah melakukan hal-
hal yang setidaknya sebagian dengan memfasilitasi kolonisasi vagina. Faktor-
faktor tersebut akan dibahas di bawah ini. Apakah ISK berikutnya terjadi
adalah hasil interaksi dinamis antara inang dan uropatogen. ISK muncul
ketika uropatogen dalam kandung kemih atau ginjal merangsang pelepasan
sitokin, menghasilkan respons dan gejala peradangan. Perbedaan besar dalam
prevalensi ISK antara pria dan wanita diperkirakan akibat dari berbagai
faktor, termasuk: semakin jauh jarak antara anus (sumber uropathogen yang
biasa) dan meatus uretra; lingkungan yang lebih kering di sekitar uretra pria;
semakin besar uretra pria; dan aktivitas antibakteri cairan prostat. Faktor
risiko yang terkait dengan ISK pada pria sehat termasuk hubungan seksual
dengan pasangan wanita yang terinfeksi, homoseksualitas dan kurangnya
sunat, meskipun sering tidak ada faktor-faktor ini hadir pada pria dengan ISK.
8
Strain Uropathogenik yang menginfeksi pria muda yang sehat cenderung
sangat urovirulent. Penyebaran hematogen (descenden) pada saluran kemih
oleh uropatogen potensial seperti Staphylococcus aureus dapat terjadi, tetapi
ini lebih mungkin terjadi pada infeksi aliran darah yang persisten atau
obstruksi saluran kemih. Pentingnya penyebaran limfatik urogenogen ke
saluran kemih dalam patogenesis ISK tidak diketahui dan jarang terjadi.12
2.6 Klasifikasi
Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi:
9
Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer oleh
radang jaringan interstitial sekunder mengenai tubulus dan akhirnya dapat mengenai
kapiler glomerulus, disertai manifestasi klinik dan bakteriuria tanpa ditemukan
kelainan radiologik3,4. PNA ditemukan pada semua umur dan jenis kelamin
walaupun lebih sering ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada laki-laki usia
lanjut, PNA biasanya disertai hipertrofi prostat4.
Sistitis terbagi menjadi sistitis akut dan sistitis kronik. Sistitis akut adalah radang
selaput mukosa kandung kemih (vesika urinaria) yang timbulnya mendadak, biasanya
ringan dan sembuh spontan (self-limited disease) atau berat disertai penyulit ISKA
10
(pielonefritis akut). Sistitis akut termasuk ISK tipe sederhana (uncomplicated type).
Sebaliknya sistitis akut yang sering kambuh (recurrent urinary tract infection)
termasuk ISK tipe berkomplikasi (complicated type), ISK jenis ini perlu perhatian
khusus dalam pengelolaannya4.
Sindrom uretra akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis karena tidak dapat
diisolasi mikroorganisme penyebabnya. Penelitian terkini menunjukkan bahwa SUA
disebabkan oleh MO anaerobik1,4.
11
sehingga sulit relaksasi dan menyebabkan spasme terus menerus sehingga
urin sedikit yang keluar namun sering mengakibatkan distensi kandung kemih
sehinga tidak mampu menampung volume urine lebih dari 500 mL. Jika
gejala disertai nyeri pada bagian flank serta adanya demam mengindikasikan
bahwa infeksi telah mencapai ginjal.5,13
- Pyelonephritis
Pyelonephritis ringan tampak dengan demam ringan dengan atau tanpa nyeri
pada pinggang atau costrovetebral-angle (CVA), sedangkan pyelonephritis
berat hadir dengan demam tinggi, rigors, mual, muntah, nyeri pada bagian
flank atau pinggang. Gejala secara umum terjadi akut dan gejala pada sistitsi
biasanya tidak ditemukan. Pembeda utama dari sistitis adalah adanya demam.
Demam pada pyelonephritis menunjukan pola “picket-fence” dan sembuh
dengan 72 jam terapi. Bakteremia terjadi pada 20-30% kasus
pyelonephritis.5,13
- ISK komplikata
Manifestasi dari ISK komplikata berupa episode dari sistitis atau pyeloneftis
pada laki-laki maupun perempuan dengan faktor predisposisi seperti kelainan
structural anatomi, obstruksi saluran kemih, atau kondisi yang menyebabkan
delayed response therapy.5,13
Urin normal mempunyai pH bervariasi antara 4,3-8,0. Bila bahan urin masih
segar dan pH >8 (alkalis) selalu menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang
berhubungan dengan mikroorganisme pemecah urea (ureasplitting organism).
Albuminuria hanya ditemukan ISK. Sifatnya ringan dan kurang dari 1 gram per 24
jam.
12
Pemeriksaan mikroskopik urin terdiri dari sedimen urin tanpa putar (100 x)
dan sedimen urin dengan putar 2500 x/menit selama 5 menit. Pemeriksaan
mikroskopik dengan pembesaran 400x ditemukan bakteriuria >105 CFU per ml.
Lekosituria (piuria) 10/LPB hanya ditemukan pada 60-85% dari pasien-pasien
dengan bakteriuria bermakna (CFU per ml >105). Kadang-kadang masih ditemukan
25% pasien tanpa bakteriuria. Hanya 40% pasien-pasien dengan piuria mempunyai
bakteriuria dengan CFU per ml >105. Analisa ini menunjukkan bahwa piuria
mempunyai nilai lemah untuk prediksi ISK.
Tes dipstick pada piuria untuk deteksi sel darah putih. Sensitivitas 100%
untuk >50 leukosit per HPF, 90% untuk 21-50 leukosit, 60% untuk 12-20 leukosit, 44
% untuk 6-12 leukosit. Selain itu pada pemeriksaan urin yang tidak disentrifuge dapat
dilakukan pemeriksaan mikroskopik secara langsung untuk melihat bakteri gram
negatif dan gram positif. Sensitivitas sebesar 85 % dan spesifisitas sebesar 60 %
untuk 1 PMN atau mikroorganisme per HPF. Namun pemeriksaan ini juga dapat
mendapatkan hasil positif palsu sebesar 10%10.
2.8.3 Mikrobiologi4
Pemeriksaan mikrobiologi yaitu dengan Colony Forming Unit (CFU) ml urin.
Indikasi CFU per ml antara lain pasien-pasien dengan gejala ISK, tindak lanjut
selama pemberian antimikroba untuk ISK, pasca kateterisasi, uji saring bakteriuria
asimtomatik selama kehamilan, dan instrumentasi. Bahan contoh urin harus dibiakan
lurang dari 2 jam pada suhu kamar atau disimpan pada lemari pendingin. Bahan
contoh urin dapat berupa urin tengah kencing (UTK), aspirasi suprapubik selektif.
13
Interpretasi sesuai dengan kriteria bakteriura patogen yakni CFU per ml >105
(2x) berturut-turut dari UTK, CFU per ml >105 (1x) dari UTK disertai lekositouria >
10 per ml tanpa putar, CFU per ml >105 (1x) dari UTK disertai gejala klinis ISK, atau
CFU per ml >105 dari aspirasi supra pubik. Menurut kriteria Kunin yakni CFU per ml
>105 (3x) berturut-turut dari UTK..
14
Berikut adalah pilihan antibiotik pada terapi ISK;14
Tabel 2.3. pilihan antibiotik untuk ISK13
15
Selain itu pasien ISK juuga perlu dihimbau untuk banyak mengkonsumsi air
putih (2-3L/hari) untuk memperbanyak frekuensi kemih untuk membantu
mengeluarkan bakteri dari vesika sebagai pencegahan multiplikasi bakteri. Pasien
juga diminta untuk memperhatikan hubungan sexual nya seperti perempuan harus
membersihkan area genital sebelum dan setelah berhubungan dan jika membersihkan
arah nya dari depan kebelakang. Pasien juga harus menghindari pemakaian produk
seperti sabun, oil, cream, spay, lotion, ke daerah genital.13
Terapi untuk ISK komplikata harus secara individual dan sesuai dari hasil
kultur. Seringkali pasien dengan ISK komplikata telah memiliki data hasil kultur
sebelumnya dan dapat dijadikan acuan untuk terpai empiric selagi menunggu kultur
yang saat ini.13
2.10 Komplikasi
- Gagal ginjal akut: Edema yang terjadi akibat inflamasi akut pada ginjal akan
mendesak system pelvikalises sehingga menimbulkan gangguan aliran urine.
Pada pemeriksaan urogram terlihat spastisitas system pelvikalises atau pada
pemeriksaan radionuklir, asupan (uptake) zat radioaktif tampak menurun.
Selain itu urosepsis dapat menyebabkan nekrosis tubulus ginjal akut.15
16
- Nekrosis papilla ginjal dan nefritis interstisial: Infeksi ginjal pada pasien
diabetes sering menimbulkan pengelupasan papilla ginjal dan nefritis
interstisial.15
- Batu saluran kemih: Adanya papilla yang terkelupas akibat infeksi saluran
kemih serta debris dari bakteri merupakan nidus pembentukkan batu saluran
kemih. Selain itu beberapa kuman yang dapat memecah urea mampu merubah
suasana pH urine menjadi bas. Suasana basa ini memungkinkan unsure-unsur
pembentuk batu mengendap di dalam urine dan untuk selanjutnya membentuk
batu pada saluran kemih.15
- Supurasi: Infeksi saluran kemih yang mengenai ginjal dapat menimbulkan
abses pada ginjal yang meluas ke rongga perirenal dan bahkan ke pararenal,
demikian pula yang mengenai prostat dan testis dapat menimbulkan abses
pada prostat dan abses testis.15
2.11 Prognosis4
Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan
penyembuhan 100% secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika yang
diberikan sesuai. Bila terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui atau sulit
dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat menjadi kronik atau PNK. Pada pasien
Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis terlambat dan kedua ginjal telah
mengisut, pengobatan konservatif hanya semata-mata untuk mempertahankan faal
jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi dapat merupakan pilihan
utama.
Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna, kecuali
bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila terdapat
infeksi yang sering kambuh, harus dicari faktor-faktor predisposisi. Prognosis sistitis
kronik baik bila diberikan antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor predisposisi
mudah dikenal dan diberantas.
17
BAB III
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19
12. Hooton, Thomas M. Pathogenesis of urinary tract infections: an update.
Journal of Antimicrobial Chemotherapy 2000; 46: 1-7.
13. Mittal, Seema. Kumar, Ashok. Govil, Nikhil. Urinary Tract Infection: general
considerations. SMGroup 2015: 1-12.
14. The New York State Departement of Health. Guidelines for the Diagnosis and
Management of Urinary Tract Infections.2017.
15. Meyrier A. Urinary Tract Infection. Available from:
http://www.kidneyatlas.org/book2/adk2_07.pdf (diakses 18 Sep 2019)
20