ANTROPOLOGI FISIK
Disusun Oleh:
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Suku Budaya Dikaitkan Dengan Antropologi
Fisisk”. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah “antropologi” berasal dari bahasa Yunanai asal kata “anthropos” berarti
“manusia”, dan “logos” berarti “ilmu”, dengan demikian secara harfiah “antropologi”
berarti ilmu tentang manusia. Para ahli antropologi (antropolog) sering mengemukakan
bahwa antropologi merupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh
pengertian ataupun pemahaman yang lengkap tentang keanekaragaman manusia
(Haviland, 1999: 7; Koentjaraningrat, 1987: 1-2). Jadi antropologi merupakan ilmu yang
berusaha mencapai pengertian atau pemahaman tentang mahluk manusia dengan
mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat, dan kebudayaannya.
Secara mikro ilmu antropologi dapat dibagi menjadi dua bagian yakni antropologi
fisik dan antropologi budaya Antropologi fisik mempelajari manusia sebagai organisme
biologis yang melacak perkembangan manusia menurut evolusinya, dan menyelidiki
variasi biologisnya dalam berbagai jenis (species). Keistimewaan apapun yang dianggap
melekat ada pada dirinya yang dimiliki manusia, mereka digolongkan dalam “binatang
menyusui” khususnya primat. Dengan demikian para antropolog umumnya mempunyai
anggapan bahwa nenek moyang manusia itu pada dasarnya adalah sama dengan primat
lainnya, khususnya kera dan monyet. Melalui aktivitas analisisnya yang mendalam
terhadap fosil-fosil dan pengamatannya pada primat-primat yang hidup, para ahli
antrolpologi fisik berusaha melacak
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana antropologi fisik (Paleoantrologi) Suku Wajak?
2. Bagaimana antropologi fisik (Sematologi) Suku Wajak?
C. Tujuan
1. Mengetahui Suku Wayak dikaitkan dengan antropologi fisik (Paleoantrologi)
2. Mengetahui Suku Wayak dikaitkan dengan antropologi fisik (Sematologi)
3.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Antropologi
Istilah antropologi berasal dari bahasa Yunani, asal kata anthropos berarti
manusia, dan logos berarti ilmu. Demikian secara harfiah antropologi berarti manusia.
Para ahli antropologi (antropolog) sering mengemukakan bahwa antropologi merupakan
studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat
tentang manusia dan perilakunya, untuk memperoleh pengertian atau pemahaman yang
lengkap tentang keanekaragaman manusia (Haviland,1999:7;koentjaraningrat,1987:1-2)
5
B. Pengertian Antropologi Fisik
Suku ini mendiami wilayah yang ada di kota Tulungagung, Jawa Timur.
Keberadaan suku ini sudah hilang dan tidak ada yang mengetahui dengan jelas. Tetapi,
bukti-bukti keberadaan suku wajak ini hanya bisa diwujudkan dengan adanya fosil yang
tergolong dalam jenis manusia Homo Wajakensis. Homo Wajakensis merupakan manusia
purba pertama yang mendekati evolusi sempurna. Homo Wajakensis ditemukan oleh Van
Riestchoten yang kemudian diteliti oleh Eugene Dubois pada tahun 1889 di desa Wajak,
Boyolangu Tulungagung. Dilihat dari kerangka tengkoraknya menyerupai kera dengan
badan tegak layaknya manusia. Manusia purba ini hidup sekitar 25.000 hingga 40.000
tahun yang lalu. Homo Wajakensis memiliki ciri-ciri fisik muka datar dan lebar, hidung
menonjol dan pipi yang agak miring. Kapasitas otaknya mencapai 1300 cc dengan tinggi
badan sekitar 130 hingga 210 cm. Homo Wajakensis di sebut juga dengan Homo Sapiens.
6
manusia yang lebih muda ialah Pithecantropus. Temuan fosil yang terpenting dan
terkenal adalah atap tengkorak dan tulang paha dari Trinil pada tahun 1891. Berdasarkan
temuan ini Eugene Dubois member nama Pithecantropus erectus. Dubois memandang
Pithecantropus sebagai missing link, yaitu manusia perantara yang menghubungkan
evolusi kera dan evolusi manusia. Manusia yang hidup pada kala plestosen akhir adalah
manusia dari genus homo. Manusia ini di Indonesia di wakili oleh Homo Wajakensis.
Beberapa tulang paha ditemukan di Trinil dan tulang tengkorak di sangiran. Genus Homo
mempunyai karakteristik yang lebih progresif dari Pithecantropus.
7
Sayangnya, kecenderungan ciri morfologis yang tepat dari tengkorak-tengkorak ini tidak
begitu jelas, karena adanya berbagai masalah dalam rekontruksinya.
Jika kecenderungan ciri-ciri tersebut menunjukkan aliran gen praAustronesia dari
daratan Asia ke Indonesia, maka tengkorak-tengkorak Wajak itu sangat penting.
Pandangan tersebut sebagian ditentang oleh Jacob (1967:51) yang pernah menganggap
populasi Wajak kemungkinan adalah leluhur bersama Mongoloid Indonesia maupun
Australo-Melanesia sekarang.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang pempelajari
tentang budaya masyarakat suatuetnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul dari
ketertarikan orang-orang eropa dari cirri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari
apa yang di kenal di eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi fisik dibagi menjadi dua yakni paleontologi dan sematologi yang
masing-masing fungsinya adalah mengkaji atau meneliti asal usul serta perkembangan
makhluk manusia melalui obyek fosil dan ciri-ciri tubuh manusia secara keseluruhan
B. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Sujud P. 2013. Prasejarah Indonesia (Tinjauan Kronologi dan Morfologi). Dalam Jurnal Sejarah
dan Budaya. tahun VII, No 2. Hal 21-26
http://geomagz.geologi.esdm.go.id/melacak-jejak-manusia-wajak/
10