SAP Pendidikan Kesehatan Pra Bencana
SAP Pendidikan Kesehatan Pra Bencana
oleh:
Kelompok 3
KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
Agustus 2018
SATUAN ACARA PENYULUHUAN (SAP)
PERTOLONGAN PERTAMA DASAR PADA KORBAN BENCANA GEMPA BUMI
KEPADA ANAK DAN REMAJA
oleh:
Kelompok 3
KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
Agustus 2018
SATUAN ACARA PENYULUHUAN (SAP)
PERTOLONGAN PERTAMA DASAR PADA KORBAN BENCANA GEMPA BUMI
KEPADA ANAK DAN REMAJA
B. Latar Belakang
Gempa bumi merupakan gejala alam yang tidak dapat diperkiran dan tidak dapat
diprediksi kapan akan terjadi. Gempa bumi dengan skala yang besar, dapat menyebabkan
bencana dan kerugian seperti runtuhan bangunan, rusaknya insfrastruktur sarana dan
prasarana, menimbulkan korban luka-luka, dan bahkan korban jiwa. Runtuhnya puing-puing
bangunan secara mendadak yang ditimbulkan dari akibat gempa bumi menyebabkan tidak
sedikit korban yang terluka dan bahkan kematian bila dampaknya tidak ditanggulangi secara
cepat dan tepat.
Gempa bumi yang terjadi di Lombok pada 5 Agustus 2018 pukul 18.46 WIB dengan
kekuatan gempa 7 SR berpusat di lereng Gunung Rinjani menjadi gempa utama dari
rangkaian gempa yang terjadi di Lombok. Dari rangkaian gempa yang terjadi di Lombok
mengakibatkan hingga 21 Agustus 2018 tercatat 515 korban meninggal dunia dan 7145 orang
luka-luka. Sementara rumah yang rusak 73.843 798 fasilitas umum dan sosial mengalami
kerusakan. (kompas,com 2018). Demikian juga gempa bumi yang terjadi di Bantul pada
tahun 2006 silam memakan korban jiwa 6.234 jiwa dan korban yang terluka sekitar 22.500
orang. (Liputan6.com, 2006).
Jumlah korban yang merupakan dampak dari terjadinya bencana gempa bumi
mencerminkan kesiapan dari segala aspek baik dari lembaga penanggulangan bencana,
pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri. Semakin baik perencanaan pada tahap pra
bencana, semakin baik kesiapan lembaga penanggulangan bencana, semakin luas wawasan
masyarakat dalam menghadapi bencana maka resiko bencana memakan korban akan semakin
sedikit. Ketika terjadi gempa bumi, masyarakat harus siap menghadapinya, mulai saat pra
bencana atau sebelum terjadi bencana gempa bumi semua aspek harus dipersiapkan sebagai
langkah antisipasi terhadap bencana, begitu pula dengan situasi tanggap bencana, seluruh
masyarakat dan lembaga harus benar-benar siap dan sigap dalam menghadapi bencana seperti
melindungi diri sendiri dan keluarga.
Pada saat tanggap darurat bencana gempa yang menyebabkan banyaknya korban yang
terluka akibat reruntuhan bangunan, tentunya membutuhkan pertolongan yang cepat dan tepat
untuk menolong dan meringankan beban penderitaan para korban bencana. Jumlah tenaga
kesehatan yang tersedia pada saat tanggap darurat bencana mungkin tidak sebanding dengan
korban bencana, itu sebabnya banyak sekali korban bencana yang mengalami luka-luka tidak
tertangani dengan maksimal sehingga tidak menutup kemungkinan semakin menambah
korban jiwa akibat bencana.
Maka untuk menanggulangi adanya korban luka-luka akibat dari bencana gempa bumi
dibutuhkan tenaga relawan yang mampu memberikan pertolongan pertama kepada korban
gempa yang mengalami luka-luka, pelatihan pertolongan pertama saat pra bencana dapat
dilakukan untuk menyiapkan remaja agar memiliki kemampuan pertolongan pertama dasar
pada kecelakaan guna membantu para korban bencana gempa bumi yang notabene mengalami
luka-luka terbuka. Hal ini sangat menguntungkan dengan terlatihnya kader-kader yang
tanggap terhadap adanya bencana maka akan meperkecil risiko kecacatan ataupun kehilangan
nyawa.
C. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Untuk memberikan pengetahuan serta wawasan terhadap remaja SMP kelas 8 di kota Malang
dasar-dasar pertolongan pertama korban bencana Gempa Bumi.
Tujuan Instruksional Khusus
Mengetahui apa itu gempa bumi.
Mengetahui dampak dan akibat terjadinya gempa bumi.
Mengetahui unsur-unsur pertolongan pertama pada kecelakaan dalam situasi bencana.
Mengetahui cara-cara pertolongan pertama yang dapat diberikan kepada korban gempa
bumi yang mengalami luka-luka.
D. Metode
1. Ceramah.
2. Tanya jawab.
3. Demonstrasi.
4. Redemonstrasi
E. Media
1. Leafleat
3. Video
F. Materi
Terlampir
G. Kegiatan
· Memberi saran-saran.
H. Denah
Denah Posisi Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan
Operator
MC/moderator
Pemateri
fasilitator
dokumentasi
audience
fasilitator
I. Evaluasi
1. Evaluasi struktur:
Persiapan Tempat
Tempat penyuluhan dapat diselenggarakan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat digunakan dalam
penyuluhan yaitu :
- Leaflet
- LCD (Power Point)
2. Evaluasi proses:
Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan
memahami materi penyuluhan yang diberikan.
Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
Selama proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh dengan
sasaran.
Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang meninggalkan tempat
penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
Proses penyuluhan diharapkan dimulai tepat pada waktunya.
3. Evaluasi hasil:
Peserta penyuluhan mengerti 80% dari apa yang telah disampaikan dengan kriteria
mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan yang akan diberikan oleh penyuluh.
Berikut beberapa pertanyaan yang akan diberikan:
Apa itu gempa bumi?
Sebutkan dampak dan akibat terjadinya gempa bumi!
Sebutlan unsur-unsur pertolongan pertama pada kecelakaan dalam situasi bencana!
Bagaimana cara-cara pertolongan pertama yang dapat diberikan kepada korban gempa
bumi yang mengalami luka-luka?
J. PENGORGANISASIAN
1) Moderator : Yulione Vicky Fajar
2) Penyuluh : - Hasrining Tri Suprapti,
- Afira Cahyaning Ati,
- Andri Agustin
3) Fasilitator : Nadya Eka Fauziyah
4) Observer : Purwinanti Putri Krismandani
Lampiran Materi
A. Pembidaian
Pengertian : Upaya untuk menstabilkan dan mengistirahatkan ( Immobilisasi ) bagian yang
cedera.
Tujuan :
1. Mencegah pergerakan / Pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru di sekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahatkan pada anggota badan yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan.
Macam – Macam Bidai :
- Bidai Keras. ( terbuat dari kayu, alumunium, dan bahan lainnya ).
- Bidai Traksi.
- Bidai Improvisasi.( Koran, Majalah dan Lainnya ).
- Gendongan / Belat dan Beban. ( Mitella dibuat Gendongan ).
Prosedur Pembidaian
1. Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya
dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu
pada sendi yang sehat.
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagian
yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan
syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dan sebagainya) dimulai dari
sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian
fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota
tubuh yang dibidai.
6. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara
keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
7. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
8. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.
Tindakan pertolongan :
1. Pasanglah bidai di sepanjang lengan atas dan berikan balutan untuk mengikatnya.
2. Kemudian dengan siku terlipat dan lengan bawah merapat ke dada, lengan digantungkan
ke leher.
3. Apabila patah tulang terjadi di dekat sendi siku, biasanya siku tidak dapat dilipat.
4. Dalam hal ini dipasang juga bidai yang meliputi lengan bawah, dan biarkan lengan
dalam keadaan lurus tanpa perlu digantungkan ke leher
b. Bidai pada Kasus Patah Tulang Lengan Bawah
Lengan bawah memiliki dua batang tulang panjang, satu di sisi yang searah dengan ibu jari
dan yang satu lagi di sisi yang searah dengan jari kelingking. Apabila salah satu ada yang
patah maka yang yang lain dapat bertindak sebagai bidai, sehingga tulang yang patah itu
tidak beranjak dari tempatnya. Meski demikian tanda-tanda patah tulang panjang tetap ada.
Tindakan pertolongan:
1. Pasanglah sepasang bidai di sepanjang lengan bawah. Bidai ini dapat dibuat dari dua
bilah papan, dengan sebilah papan di sisi luar dan sebilah lagi di sisi dalam lengan.
Dapat pula dipergunakan bidai dengan setumpuk kertas koran membungkus lengan.
2. Berikan alas perban antara lengan dan bidai untuk mengurangi rasa sakit.
3. Ikat bidai-bidai tersebut dengan pembalut
4. Periksa apakah ikatan longgar atau terlalu keras menjepit lengan sehingga pasien
merasa lengannya menjadi lebih sakit.
5. Gantungkan lengan yang patah ke leher dengan memakai mitella.
c. Bidai pada Kasus Patah Tulang Paha
Seperti pada tulang lengan atas maka paha hanya memiliki sebatang tulang panjang,
sehingga tanda-tanda patah tulang paha tidak jauh berbeda dengan pada lengan atas.
Tindakan pertolongan:
Sepasang bidai dipasang memanjang dari pinggul hingga ke kaki.
1. Apabila bagian yang patah berada di bagian atas paha maka bidai sisi luar harus
dipasang sampai pinggang.
2. Apabila bagian yang patah berada di bagian bawah paha maka bidai cukup sampai
panggul. Bidai sudah harus dipasang sebelum dipindahkan ke tempat lain.
B. Pembalutan
Pembalutan adalah suatu tindakan yang dilakukan pada penderita yang mengalami perlukaan
baik sebelum maupun sesudah tindakan dengan menggunakan bahan pembalut khusus
menurut kondisi dan kebutuhan kegawatdaruratan
Prosedur Pembalutan :
1. Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab
pertanyaan ini:
- Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang digunakan
dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
- Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)
- Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
- Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu
dibidai/tidak?)
2. Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi. Sebelum dibalut,
jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang
mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan
tindakan desinfeksi luka terbuka:
3. Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi luka
selama didesinfeksi.
4. Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, dibersihkan dengan zat antiseptik.
5. Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh
bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
6. Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran yang tidak
hanyut ketika disiram dibersihkan.
7. Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya
dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
8. Kemudian berikan balutan yang menekan.
9. Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan
cara:
10. Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai pertolongan yang
lebih mantap dapat diberikan.
11. Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling lama 15
menit.
12. Pengikatan dengan tourniquet.
13. Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
14. Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan lima jari
di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
15. Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan kain atau
kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain, perlu
dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya
denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.
16. Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan dengan
kasa steril.
17. Elevasi bagian yang terluka
Cara-Cara Membalut
a. Membalut tangan
1. Letakan mitela diatas tangan
2. Lipat menyilang ujung kanan mitela melingkari tangan kesebelah kiri
3. Lipat menyilang ujung kiri mitela melingkari tangan kesebelah kanan
4. Lipat menyilang kedua ujung mitela melingkari pergelangan tangan.
5. Lipat kembali satu lipatan pada pergelangan ke arah berlawanan.
6. Ikatkan kedua ujung mitela atau bisa direkatkan oleh plester.
b. Membalut Kepala
1. Letakkan kain segitiga pada kepala,sehingga ujung kain segitiga sampai di belakang
kepala
2. Lipat alas sehingga sisi alas terletak didahi dan lipatan terletak di bagian luar.
3. Kedua tangan memegang alas dan bergeser ke belakang melewati tepi atas sehingga
sampai ke belakang kepala. Kemudian disimpul.
Daftar Rujukan
BNPB, 2012, Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana, dilihat 23 Agustus
2018, <https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/478.pdf>.
Pusat Krisis Kesehatan. 2016, Sudah Siapkah Kita Menghadapi Gempa Bumi?, dilihat 23
Agustus 2018, <files31680desain-buku-gempa-v34-ar-print.pdf>.
Liputan6, 2006, Korban Tewas Gempa Yogyakarta Menembus Enam Ribu, dilihat 23 Agustus
2018, <http://m.liputan6.com/new/read/123782/korban-tewas-gempa-yogyakarta-
menembus-enam-ribu&hl=id-ID/>.