Anda di halaman 1dari 20

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN SAAT BENCANA

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Manajemen Bencana
yang dibina oleh Bapak Taufan Arif, S.Kp,. Ns, M.Kep

oleh:
Kelompok 3

Purwinanti Putri Krismandani (1601460013)


Afira Cahyaning Ati (1601460011)
Yulione Vicky Fajar (1601460020)
Andri Agustin (1601460022)
Arumingtyas Pawestri (1601460029)
Hasrining Tri Suprapti (1601460034)
Nadya Eka Fauziyah (1601460040)

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
Agustus 2018
SATUAN ACARA PENYULUHUAN (SAP)
PERTOLONGAN PERTAMA DASAR PADA KORBAN BENCANA GEMPA BUMI
KEPADA ANAK DAN REMAJA

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Manajemen Bencana
yang dibina oleh Bapak Taufan Arif, S.Kp,. Ns, M.Kep

oleh:
Kelompok 3

Purwinanti Putri Krismandani (1601460013)


Afira Cahyaning Ati (1601460011)
Yulione Vicky Fajar (1601460020)
Andri Agustin (1601460022)
Arumingtyas Pawestri (1601460029)
Hasrining Tri Suprapti (1601460034)
Nadya Eka Fauziyah (1601460040)

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
Agustus 2018
SATUAN ACARA PENYULUHUAN (SAP)
PERTOLONGAN PERTAMA DASAR PADA KORBAN BENCANA GEMPA BUMI
KEPADA ANAK DAN REMAJA

A. Nama Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan


Pokok Bahasan : Tindakan Keperawatan dalam Penanggulangan Bencana pada
tahap Pra-Bencana
Sub Pokok Bahasan : Penyuluhan “Pertolongan Pertama Dasar pada Korban Bencana
Gempa Bumi” kepada Anak dan Remaja
Sasaran : Remaja SMP kelas 8 di kota Malang
Tempat : Politeknik Kesehatan Kemenkkes Malang
Penyuluh : Mahasiswa tingkat III D4 Keperawatan Malang
Waktu : 25 Agustus 2018 pukul 12.30- selesai

B. Latar Belakang
Gempa bumi merupakan gejala alam yang tidak dapat diperkiran dan tidak dapat
diprediksi kapan akan terjadi. Gempa bumi dengan skala yang besar, dapat menyebabkan
bencana dan kerugian seperti runtuhan bangunan, rusaknya insfrastruktur sarana dan
prasarana, menimbulkan korban luka-luka, dan bahkan korban jiwa. Runtuhnya puing-puing
bangunan secara mendadak yang ditimbulkan dari akibat gempa bumi menyebabkan tidak
sedikit korban yang terluka dan bahkan kematian bila dampaknya tidak ditanggulangi secara
cepat dan tepat.
Gempa bumi yang terjadi di Lombok pada 5 Agustus 2018 pukul 18.46 WIB dengan
kekuatan gempa 7 SR berpusat di lereng Gunung Rinjani menjadi gempa utama dari
rangkaian gempa yang terjadi di Lombok. Dari rangkaian gempa yang terjadi di Lombok
mengakibatkan hingga 21 Agustus 2018 tercatat 515 korban meninggal dunia dan 7145 orang
luka-luka. Sementara rumah yang rusak 73.843 798 fasilitas umum dan sosial mengalami
kerusakan. (kompas,com 2018). Demikian juga gempa bumi yang terjadi di Bantul pada
tahun 2006 silam memakan korban jiwa 6.234 jiwa dan korban yang terluka sekitar 22.500
orang. (Liputan6.com, 2006).
Jumlah korban yang merupakan dampak dari terjadinya bencana gempa bumi
mencerminkan kesiapan dari segala aspek baik dari lembaga penanggulangan bencana,
pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri. Semakin baik perencanaan pada tahap pra
bencana, semakin baik kesiapan lembaga penanggulangan bencana, semakin luas wawasan
masyarakat dalam menghadapi bencana maka resiko bencana memakan korban akan semakin
sedikit. Ketika terjadi gempa bumi, masyarakat harus siap menghadapinya, mulai saat pra
bencana atau sebelum terjadi bencana gempa bumi semua aspek harus dipersiapkan sebagai
langkah antisipasi terhadap bencana, begitu pula dengan situasi tanggap bencana, seluruh
masyarakat dan lembaga harus benar-benar siap dan sigap dalam menghadapi bencana seperti
melindungi diri sendiri dan keluarga.
Pada saat tanggap darurat bencana gempa yang menyebabkan banyaknya korban yang
terluka akibat reruntuhan bangunan, tentunya membutuhkan pertolongan yang cepat dan tepat
untuk menolong dan meringankan beban penderitaan para korban bencana. Jumlah tenaga
kesehatan yang tersedia pada saat tanggap darurat bencana mungkin tidak sebanding dengan
korban bencana, itu sebabnya banyak sekali korban bencana yang mengalami luka-luka tidak
tertangani dengan maksimal sehingga tidak menutup kemungkinan semakin menambah
korban jiwa akibat bencana.
Maka untuk menanggulangi adanya korban luka-luka akibat dari bencana gempa bumi
dibutuhkan tenaga relawan yang mampu memberikan pertolongan pertama kepada korban
gempa yang mengalami luka-luka, pelatihan pertolongan pertama saat pra bencana dapat
dilakukan untuk menyiapkan remaja agar memiliki kemampuan pertolongan pertama dasar
pada kecelakaan guna membantu para korban bencana gempa bumi yang notabene mengalami
luka-luka terbuka. Hal ini sangat menguntungkan dengan terlatihnya kader-kader yang
tanggap terhadap adanya bencana maka akan meperkecil risiko kecacatan ataupun kehilangan
nyawa.

C. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Untuk memberikan pengetahuan serta wawasan terhadap remaja SMP kelas 8 di kota Malang
dasar-dasar pertolongan pertama korban bencana Gempa Bumi.
Tujuan Instruksional Khusus
 Mengetahui apa itu gempa bumi.
 Mengetahui dampak dan akibat terjadinya gempa bumi.
 Mengetahui unsur-unsur pertolongan pertama pada kecelakaan dalam situasi bencana.
 Mengetahui cara-cara pertolongan pertama yang dapat diberikan kepada korban gempa
bumi yang mengalami luka-luka.

D. Metode
1. Ceramah.
2. Tanya jawab.
3. Demonstrasi.
4. Redemonstrasi

E. Media

1. Leafleat

2. Presentasi Power Point

3. Video

F. Materi

Terlampir

G. Kegiatan

NO Tahap Waktu Kegiatan

1 Pembukaan 5 Menit Mengucapkan salam


Memperkenalkan diri
Kontrak waktu
Menjelaskan maksud dan tujuan pemberian
materi penyuluhan
2 Pelaksanaan 30 Menit Menjelaskan pengertian gempa bumi
penyampaian
materi Menjelaskan dampak terjadinya gempa bumi

Menjelaskan unsur-unsur pertolongan pertama


pada korban gempa

Menjelaskan cara-cara memberikan pertolongan


pertama pada korban gempa

3 Diskusi 15 menit Tanya jawab Peserta bertanya

4 Penutup 5 Menit · Menyimpulkan hasil penyuluhan.

· Memberi saran-saran.

· Mengucapkan salam penutup

H. Denah
Denah Posisi Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan

Operator

MC/moderator

Pemateri

fasilitator

dokumentasi

audience

fasilitator
I. Evaluasi
1. Evaluasi struktur:
 Persiapan Tempat
Tempat penyuluhan dapat diselenggarakan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
 Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat digunakan dalam
penyuluhan yaitu :
- Leaflet
- LCD (Power Point)
2. Evaluasi proses:
 Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan
memahami materi penyuluhan yang diberikan.
 Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
 Selama proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh dengan
sasaran.
 Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang meninggalkan tempat
penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
 Proses penyuluhan diharapkan dimulai tepat pada waktunya.
3. Evaluasi hasil:
Peserta penyuluhan mengerti 80% dari apa yang telah disampaikan dengan kriteria
mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan yang akan diberikan oleh penyuluh.
Berikut beberapa pertanyaan yang akan diberikan:
 Apa itu gempa bumi?
 Sebutkan dampak dan akibat terjadinya gempa bumi!
 Sebutlan unsur-unsur pertolongan pertama pada kecelakaan dalam situasi bencana!
 Bagaimana cara-cara pertolongan pertama yang dapat diberikan kepada korban gempa
bumi yang mengalami luka-luka?
J. PENGORGANISASIAN
1) Moderator : Yulione Vicky Fajar
2) Penyuluh : - Hasrining Tri Suprapti,
- Afira Cahyaning Ati,
- Andri Agustin
3) Fasilitator : Nadya Eka Fauziyah
4) Observer : Purwinanti Putri Krismandani
Lampiran Materi

A. Pengertian Gempa Bumi


Gempa bumi merupakan gejala alamiah yang berupa gerakan goncangan atau
getaran tanah yang ditimbulkan oleh adanya sumber-sumber getaran tanah akibat
terjadinya patahan atau sesar akibat aktivitas tektonik, letusan gunungapi akibat aktivitas
vulkanik, hantaman benda langit (misalnya meteor dan asteroid), dan/atau ledakan bom
akibat ulah manusia. (BPNB, 2012)
Kalau kita mendapatkan informasi adanya gempa bumi, biasanya disertai
dengan info besarnya kekuatan gempa yang disampaikan dengan Skala Richter. Besarnya
kekuatan gempa diukur dengan alat yang bernama seismograf. (Pusat Krisis Kesehatan,
2016)
Skala Ciri- Ciri
2,0 – 3,4 Tidak kerasa, tapi terekam seismograf
3,5 – 4,2 Hanya terasa oleh beberapa orang
4,3 – 4,8 Terasa oleh banyak orang
4,9 – 5,4 Terasa oleh semua orang
5,5 – 6,1 Sedikit merusak bangunan
6,2 – 6,9 Merusak bangunan
7,0 – 7,3 Rel kereta api bengkok
7,4 – 7,9 Kerusakan hebat
8,0 Kerusakan luar biasa

B. Macam-Macam Cedera karena Bencana Gempa Bumi


A. Patah tulang (fraktur)
Pengertian : Terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya sebagian saja.
Penyebab : Terjadinya Gaya yang melebihi kapasitas gaya elastisitas tulang sehingga
jaringan tulang rusak. Gaya tersebut akibat kekerasan dari luar. Hal ini disebabkan
karena terkena reruntuhan bangunan yang rubuh akibat bencana gempa bumi.
Gejala dan Tanda :
1. Terjadinya Perubahan Bentuk pada bagian tubuh yang patah. ( Bandingkan
dengan sisi yang lain ).
2. Daerah yang patah nyeri dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan.
3. Bagian yang patah membengkak, Memar / Perubahan Warna.
4. Mengalami Fungsi Gerak.
5. Terdengan suara berderik.
6. Mungkin terlihat bagian tulang yang patah pada luka.
 Jenis Patah Tulang :
1. Patah Tulang Tertutup
Patah tulang tertutup adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya tidak
melukai/merobek daging dan kulit yang ada di dekatnya. Patah tulang ini bisa
menjadi terbuka jika patahan tulangnya semakin parah dan menusuk daging / kulit
hingga menimbulkan luka berdarah.
Langkah – langkah penanganan:
Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.
Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah
baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll
yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau
balutan di bagian yang patah.
2. Patah Tulang Terbuka
Patah tulang terbuka adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya
membuat daging dan kulit yang ada di sekitar patahan tulang menjadi sobek
terluka. Patah tulang ini harus benar-benar diwaspadai karena selain mudah
infeksi karena luka menganga juga kita bisa tertular penyakit orang yang berdarah
tersebut bila tidak berhati-hati.
Langkah – langkah penanganan:
Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu. Jika
darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan menekan dan mengikat bagian
yang terluka dengan kain bersih. Pasang penyangga tulang yang patah agar
patahan tulangnya tidak semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai,
tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut
kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah atau terluka.
B. Luka
Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena
kekerasan atau injury.
Gejala
- Terbukanya kulit
- Pendarahan
- Rasa nyeri
Penanganan
1. Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol atau boorwater)
2. Tutup luka dengan kasa steril / plester
3. Balut tekan (jika pendarahannya besar)
4. Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka:
1. Ketika memeriksa luka: adakah benda asing, bila ada: Keluarkan tanpa
menyinggung luka. Kasa/balut steril (jangan dengan kapas atau kain berbulu).
Evakuasi korban ke pusat kesehatan
2. Bekuan darah: bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai
menutup. Bekuan tidak boleh dibuang, jika luka akan berdarah lagi.
 Klasifikasi Luka
Luka secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Luka terbuka
Cedera jaringan lunak disertai kerusakan / terputusnya jaringan kulit yaitu
rusaknya kulit dan bisa disertai jaringan di bawah kulit.
Luka terbuka dapat ditemukan dalam berbagai bentuk diantaranya :
1. Luka lecet
Terjadi biasanya akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata
2. Luka robek
Luka ini memiliki ciri tepi yang tidak beraturan, biasanya terjadi akibat
tumbukan dengan benda yang relatif tumpul. Merupakan luka yang paling
banyak ditemukan.
3. Luka sayat
Diakibatkan oleh benda tajam yang mengenai tubuh manusia. Bentuk lukanya
biasanya rapi.
b. Luka tertutup
Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang rusak
hanya jaringan di bawah kulit.
Luka tertutup yang sering ditemukan adalah :
1. Luka memar
Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di daerah
permukaan tubuh, darah keluar dari pembuluh dan terkumpul di bawah hulit
sehingga bisa terlihat dari luar berupa warna merah kebiruan
 Gejala :
- Warna kebiruan/merah pada kulit
- Nyeri jika di tekan
- Kadang disertai bengkak
 Penanganan
1. Kompres dingin
2. Balut tekan
3. Tinggikan bagian luka

C. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Terhadap Korban Bencana Gempa Bumi


Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya pertolongan dan
perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang
lebih sempurna dari dokter atau paramedik. Orang yang melakukan pertolongan pertama
adalah orang yang pertama kali melihat korban. Pemberian pertolongan harus secara
cepat dan tepat dengan menggunakan sarana dan prasarana yang ada di tempat kejadian.
Tindakan P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat atau
penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban dari kematian, tetapi bila tindakan P3K
dilakukan tidak baik malah bisa memperburuk akibat kecelakaan bahkan menimbulkan
kematian.
Tujuan :
1. Menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian
2. Mencegah cacat yang lebih berat (mencegah kondisi memburuk)
3. Menunjang penyembuhan dengan mengurangi rasa sakit, takut
4. Mencegah infeksi.

A. Pembidaian
Pengertian : Upaya untuk menstabilkan dan mengistirahatkan ( Immobilisasi ) bagian yang
cedera.
Tujuan :
1. Mencegah pergerakan / Pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru di sekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahatkan pada anggota badan yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan.
Macam – Macam Bidai :
- Bidai Keras. ( terbuat dari kayu, alumunium, dan bahan lainnya ).
- Bidai Traksi.
- Bidai Improvisasi.( Koran, Majalah dan Lainnya ).
- Gendongan / Belat dan Beban. ( Mitella dibuat Gendongan ).
Prosedur Pembidaian
1. Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya
dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu
pada sendi yang sehat.
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagian
yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan
syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dan sebagainya) dimulai dari
sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian
fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota
tubuh yang dibidai.
6. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara
keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
7. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
8. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

a. Bidai pada Kasus Patah Tulang Lengan Atas


Tulang lengan atas hanya ada sebuah dan berbentuk tulang panjang. Tanda-tanda patah
pada tulang panjang baik lengan maupun tungkai antara lain: nyeri tekan pada tempat yang
patah dan terdapat nyeri sumbu. Nyeri sumbu adalah rasa nyeri yang timbul apabila ulang
itu ditekan dari ujung ke ujung.

Tindakan pertolongan :
1. Pasanglah bidai di sepanjang lengan atas dan berikan balutan untuk mengikatnya.
2. Kemudian dengan siku terlipat dan lengan bawah merapat ke dada, lengan digantungkan
ke leher.
3. Apabila patah tulang terjadi di dekat sendi siku, biasanya siku tidak dapat dilipat.
4. Dalam hal ini dipasang juga bidai yang meliputi lengan bawah, dan biarkan lengan
dalam keadaan lurus tanpa perlu digantungkan ke leher
b. Bidai pada Kasus Patah Tulang Lengan Bawah
Lengan bawah memiliki dua batang tulang panjang, satu di sisi yang searah dengan ibu jari
dan yang satu lagi di sisi yang searah dengan jari kelingking. Apabila salah satu ada yang
patah maka yang yang lain dapat bertindak sebagai bidai, sehingga tulang yang patah itu
tidak beranjak dari tempatnya. Meski demikian tanda-tanda patah tulang panjang tetap ada.

Tindakan pertolongan:
1. Pasanglah sepasang bidai di sepanjang lengan bawah. Bidai ini dapat dibuat dari dua
bilah papan, dengan sebilah papan di sisi luar dan sebilah lagi di sisi dalam lengan.
Dapat pula dipergunakan bidai dengan setumpuk kertas koran membungkus lengan.
2. Berikan alas perban antara lengan dan bidai untuk mengurangi rasa sakit.
3. Ikat bidai-bidai tersebut dengan pembalut
4. Periksa apakah ikatan longgar atau terlalu keras menjepit lengan sehingga pasien
merasa lengannya menjadi lebih sakit.
5. Gantungkan lengan yang patah ke leher dengan memakai mitella.
c. Bidai pada Kasus Patah Tulang Paha
Seperti pada tulang lengan atas maka paha hanya memiliki sebatang tulang panjang,
sehingga tanda-tanda patah tulang paha tidak jauh berbeda dengan pada lengan atas.
Tindakan pertolongan:
Sepasang bidai dipasang memanjang dari pinggul hingga ke kaki.
1. Apabila bagian yang patah berada di bagian atas paha maka bidai sisi luar harus
dipasang sampai pinggang.
2. Apabila bagian yang patah berada di bagian bawah paha maka bidai cukup sampai
panggul. Bidai sudah harus dipasang sebelum dipindahkan ke tempat lain.

d. Bidai pada Kasus Patah Tulang Betis


Seperti pada lengan bawah, betis memiliki dua buah tulang panjang, yakni tulang kering
dan tulang betis. Karena letaknya tidak begitu terlindungi maka tulang kering lebih mudah
patah. Apabila hanya salah satu yang patah maka tulang yang lain dapat berfungsi bidai.
Karena itu meskipun sepintas tampak utuh, kemungkinan patah tetap harus dipikirkan.
Tanda-tanda patah tulang betis adalah nyeri tekan di tempat yang patah, nyeri sumbu, dan
rasa sakit bila kaki digerakkan. Nyeri tekan disini dapat pula diperiksa dengan menekan
betis dari arah depan dan belakang sekaligus.
Tindakan pertolongan:
1. Dengan dua bidai, betis dibidai dari mata kaki sampai beberapa jari di atas lutut. Papan
bidai dibungkus dengan kain atau selimut untuk tempat menempatkan betis. Di bawah
lutut dan mata kaki diberi bantalan.
2. Selama menunggu pengangkutan kaki diletakkan lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya,
untuk menghambat pembengkakan dan mengurangi rasa sakit.
3. Apabila tulang yang patah terdapat di atas pergelangan kaki, pembidaian berlapis bantal
dipasang dari lutut hingga menutupi telapak kaki.

B. Pembalutan
Pembalutan adalah suatu tindakan yang dilakukan pada penderita yang mengalami perlukaan
baik sebelum maupun sesudah tindakan dengan menggunakan bahan pembalut khusus
menurut kondisi dan kebutuhan kegawatdaruratan
Prosedur Pembalutan :
1. Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab
pertanyaan ini:
- Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang digunakan
dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
- Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)
- Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
- Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu
dibidai/tidak?)
2. Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi. Sebelum dibalut,
jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang
mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan
tindakan desinfeksi luka terbuka:
3. Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi luka
selama didesinfeksi.
4. Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, dibersihkan dengan zat antiseptik.
5. Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh
bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
6. Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran yang tidak
hanyut ketika disiram dibersihkan.
7. Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya
dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
8. Kemudian berikan balutan yang menekan.
9. Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan
cara:
10. Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai pertolongan yang
lebih mantap dapat diberikan.
11. Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling lama 15
menit.
12. Pengikatan dengan tourniquet.
13. Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
14. Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan lima jari
di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
15. Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan kain atau
kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain, perlu
dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya
denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.
16. Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan dengan
kasa steril.
17. Elevasi bagian yang terluka

Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:


- Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
- Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
- Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
- Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling bawah
letaknya di sebelah distal.
- Tidak mudah kendor atau lepas

Cara-Cara Membalut
a. Membalut tangan
1. Letakan mitela diatas tangan
2. Lipat menyilang ujung kanan mitela melingkari tangan kesebelah kiri
3. Lipat menyilang ujung kiri mitela melingkari tangan kesebelah kanan
4. Lipat menyilang kedua ujung mitela melingkari pergelangan tangan.
5. Lipat kembali satu lipatan pada pergelangan ke arah berlawanan.
6. Ikatkan kedua ujung mitela atau bisa direkatkan oleh plester.

b. Membalut Kepala
1. Letakkan kain segitiga pada kepala,sehingga ujung kain segitiga sampai di belakang
kepala
2. Lipat alas sehingga sisi alas terletak didahi dan lipatan terletak di bagian luar.
3. Kedua tangan memegang alas dan bergeser ke belakang melewati tepi atas sehingga
sampai ke belakang kepala. Kemudian disimpul.
Daftar Rujukan

BNPB, 2012, Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana, dilihat 23 Agustus
2018, <https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/478.pdf>.
Pusat Krisis Kesehatan. 2016, Sudah Siapkah Kita Menghadapi Gempa Bumi?, dilihat 23
Agustus 2018, <files31680desain-buku-gempa-v34-ar-print.pdf>.
Liputan6, 2006, Korban Tewas Gempa Yogyakarta Menembus Enam Ribu, dilihat 23 Agustus
2018, <http://m.liputan6.com/new/read/123782/korban-tewas-gempa-yogyakarta-
menembus-enam-ribu&hl=id-ID/>.

Anda mungkin juga menyukai