Anda di halaman 1dari 34

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

KONTUSIO PULMONAL

Nama Mahasiswa : Hasrining Tri Suprapti

NIM : P27820820022

Tanggal Pengkajian : 14 Januari 2019

Tanggal MRS : 9 Januari 2019

a. Pengkajian
1) Nama : Tn.D
2) Jenis kelamin : Laki-laki
3) Umur : 22 tahun
4) Pekerjaan : Pegawai swasta
5) Alamat : Surabaya
6) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
b. Diagnosa medis : Kontusio Pulmonal
c. Hari rawat ke :4
d. Keluhan Utama :
Kesadaran menurun
e. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan dari RS Siti Khodijah dengan diangnosis kontusio pulmonal.
korban kecelakaan sepeda motor dan dada membentur setir sepeda, setelah
kecelakaan pasien muntah darah, keluar hidung dari telinga dan hidung, pasien
tidak sadar. Saat di IGD klien mengalami penurunan kesadaran, napas cepat
dan dangkal, suara napas ronchi, dan stridor (+). Terdapat bengkak dan jejas
di dada sebelah kiri, terdapat memar dan bengkak pada kaki sebelah kanan.
Hasil pemeriksaan GCS 8 (E2V2M4) kesadaran sopor, hasil pemeriksaan TTV,
TD : 140/80 mmHg, nadi : 110x/menit, RR : 35x/menit, suhu : 38,7 0C, akral
dingin, tampak sianosis, penggunaan otot-otot pernapasan, dan napas cuping
hidung, klien menjalani perawatan di RS Siti Khodijah selama 5 hari perawatan,
klien sudah mendapatkan perawatan dan amputasi, klien membutuhkan ventilasi
tetapi di RS Siti Khodijah penuh dan akhirnya di rujuk ke RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
f. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien dirawat sejak 5 hari lalu dengan diagnose kontusio pulmonal
Riwayat operasi : 3 hari yang lalu (amputasi pada kaki sebelah kanan)
g. Pemeriksaan Fisik
1) (B1) Breathing
Pasien mengalami obstruksi jalan napas total, klien terintubasi, pergerakan
dada tidak simetris, mengeluh nyeri saat bernapas, terdapat batuk tidak
produktif, sekret warna kuning kehijauan, konsistensi kental, terdapat suara
nafas tambahan ronchi, suara perkusi hipersonor, RR 30x/menit irama tidak
teratur, nafas dangkal, menggunakan alat bantu napas Ventilator mode CMV
PEEP 13, FiO2 100% , sPO2 89%
2) (B2) Blood
Akral teraba dingin, basah, pucat, CRT >2detik, TD 142/85 mmHg, N : 136
x/menit teraba lemah, S : 38,7 0C, tidak ada penonjolan vena jugularis,
pergerakan dada asimetris
3) (B3) Brain
GCS (E2VXM2), kesadaran menurun, pupil isokor.
4) (B4) Bladder
Terpasang DC dengan produksi urine 600ml/jam
Intake cairan oral = 60 cc/hari , parenteral = 600 cc/hari
5) (B5) Bowel
Mulut kotor, mukosa lembab, terpasang NGT, peristaltic 20x/menit, BAB
1x/hari. Konsistensi cair, diet cair, nafsu makan baik, porsi makan habis
6) (B6) Bone
2 2
Pergerakan terbatas, kekuatan otot , post operasi amputasi kaki kanan.
2 0

h. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium

No. Parameter Hasil Nilai normal


1. pH 7,10 (L) 7,35-7,45
2. PCO2 61 mmHg (H) 38-42
3. PO2 64 mmHg (L) 85-100
4. Na+ 143 Mmol/L 98-107
5. K+ 4,5 Mmol/L 8,5-10,1
6. Ca+ 0,93 Mmol/L 22,0 – 26,0
7. TCO2 31,2 Mmol/L 23 - 30
8. BEect 2,7 Mmol/L -3,50 – 2,00
9. SO2c 89% 94% - 98%
10. PaO2 638 MmHg 70-100

2) Foto Thorax :

Kesan : Contusio Pulmonal

i. Terapi/Pengobatan
Cairan IV
- Aminofluid : RL > 2 : 1/24 jam
- Nebul ventolin 3x1

Parenteral

1) Ranitidine : 50mg/ 12 jam


2) Ceftriaxone : 250mg/12 jam
3) Metrinidazole : 500 mg/8jam
4) Asam Traneksamat : 1gr/8jam

j. Analisa Data

No DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS : - Trauma tumpul Bersihan jalan nafas


tidak efektif
DO : Thorax

- Terdapat suara ronchi Cidera jaringan lunak/ hilangnya


pada kedua lapang paru kontunitas
pasien
Perdarahan jaringan interstitium,
- Terdapat produksi secret
perdarahan intra alveolar, kolaps
- Klien terintubasi
arteri, pembuluh darah paru
terpasang ventilator
meningkat
CMV, FiO : 100%, BR :
30, Peep : 13 pernapasan Reabsorbsi darah oleh pleura tidak
30x/menit SPO2 :89% memadai/ tidak optimal
- Tanda-tanda vital :
TD: 142/85 mmHg
Nadi: 136 x/menit Kontusio pulmonal
Suhu: 37,8°C
Ekspansi paru
RR : 30 x/Menit
Edema tracheal faringeal,
peningkatan produksi secret dan
penurunan kemampuan batuk efektif

Bersihan jalan nafas tidak efektif

2 DS : - Trauma tumpul Pola nafas tidak efektif

DO : Thorax

- Kesadaran klien Cidera jaringan lunak/ hilangnya


menurun , GCS E2 kontunitas
VXM2
Perdarahan jaringan interstitium,
- Pergerakan dada tidak
perdarahan intra alveolar, kolaps
simetris
arteri, pembuluh darah paru
- Klien terintubasi
meningkat
- Terdapat retraksi otot
bantu nafas Reabsorbsi darah oleh pleura tidak
- Terpasang ventilator memadai/ tidak optimal
CMV, FiO : 100%, BR :
Kontusio pulmonal
30, Peep : 13 pernapasan
30x/menit SPO2 :89% Ekspansi paru
- Tanda-tanda vital :
Gangguan Ventilaasi
TD: 142/85 mmHg
Nadi: 136 x/menit Pola nafas tidak efektif
Suhu : 37,8°C
RR : 30 x/Menit

3 DS : - Trauma tumpul Gangguan pertukaran gas

DO : Thorax

- Kesadaran klien Perdarahan jaringan interstitium,


mmenurun , GCS E2 VX perdarahan intra alveolar, kolaps
M2 arteri, pembuluh darah paru
- Nafas dangkal meningkat
- Akral dingin
Reabsorbsi darah oleh pleura tidak
- Warna kulit pucat
memadai/ tidak optimal
- Terpasang ventilator
CMV, FiO : 100%, BR : Kontusio pulmonal
30, Peep : 13 pernapasan
30x/menit SPO2 :89% Ekspansi paru
- Tanda-tanda vital :
Gangguan Ventilaasi
TD: 142/85 mmHg
Nadi: 136 x/menit Gangguan pertukaran gas
Suhu: 37,8°C
RR : 30 x/Menit

AGD :

pH : 7,10

PCO2 : 61 mmHg

PO2 : 64 mmHg

k. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Ditemukan masalah Masalah teratasi


Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1 Bersihan jalan napas tidak 14-01-2019 Hasrining TS
efektif berhubungan
dengan sekresi yang
tertahan atau hepersekresi
jalan nafas ditandai
dengan sekresi yang
berlebih, suara nafas
ronchi (D.0001)
2 Pola nafas tidak efektif  14-01-2019 Hasrining TS
berhubungan dengan
hambatan upaya napas
(kelemahan otot
pernafasan) ditandai
dengan adanya pernafasan
cuping hidung (D.0005)

3 Gangguan pertukaran gas 14-01-2019 Hasrining TS


berhubungan dengan
ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi ditandai
dengan hasil AGD Ph :
7.10, PCO2 : 61, dan
PO2 : 64 (D.0003)
l. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Rencana Keperawatan


Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. (D.0001) Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan napas
Bersihan jalan napas (L.01001) (I.01011)
tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x8 jam 1. Monitor pola napas dengan
sekresi yang tertahan bersihan jalan napas meningkat melihat monitor
atau hepersekresi jalan dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas
nafas ditandai dengan - Produksi sputum menurun tambahan (mis. Gurgling,
sekresi yang berlebih, - Dispnea menurun mengi, wheezing, ronkhi)
suara nafas ronchi - Frekuensi napas membaik 3. Monitor sputum
(D.0001) (12-20x/menit) Terapeutik
- Pola napas membaik 4. Posisikan semi fowler atau
fowler
5. Lakukan penghisapan lender
kurang dari 15 detik
Edukasi
6. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspetoran,
mukolitik, jika perlu
2. Pola nafas tidak Pola Napas (L.01004) Pemantauan Respirasi
efektif  berhubungan Setelah dilakukan tindakan 2x8 (I.01014)
dengan hambatan keperawatan diharapkan pola Observasi
upaya napas napas membaik dengan kriteria 1. Monitor frekuensi, irama,
(kelemahan otot hasil: kedalaman dan upaya napas
pernafasan) ditandai - Pernapasan cuping hidung dengan melihat ke monitor
dengan adanya menurun 2. Monitor adanya produksi
pernafasan cuping sputum
- Penggunaan otot bantu
hidung (D.0005) 3. Monitor adanya sumbatan
napas menurun
jalan napas
- Frekuensi napas membaik 4. Palpasi kesimetrisan ekspansi
(12-20x/menit) paru
5. Auskultasi bunyi napas
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
8. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien

Intervensi Pendukung
Manajemen Ventilasi mekanik
(1.01013)
Observasi
1. Periksa indikasi ventilator
mekanik ( kelelahan otot
nafas)
2. Monitor efek ventilator
terhadap status oksigenasi
( AGD, SaO2, dan respon
subjektif klien)
3. Monitor gejala peningkatan
pernapasan ( peningkatan
denyut jantung, RR, dan TD)
4. Monitor kondisi yang
meningkatkan konsumsi
oksigen ( mis: demam,
menggigil, kejang, dan nyeri)
5. Monitor gangguan mokusa
oral, nasalm trakea, dan
laring

Terapeutik

6. Atur posisi kepala 45-60


derajat untuk mencegah
aspirasi
7. Lakukan perawatan mulut
secara rutin setiap 12 jam
8. Lakukan penghisapan lendir
sesuai kebutuhan
9. Ganti sirkuit ventilator setiap
24 jam sesuai protokol
10. Dokumentasikan respon
terhadap ventilator

Kolaborasi

11. Kolaborasi pemilihan mode


ventilator (control volume,
tekanan / gabungan)

Kolaborasi pemberian
analgesic,sedative sesuai
kebutuhan

3. (D.0003) Pertukaran Gas (L.01003) Terapi oksigen (I.01026)


Gangguan pertukaran Setelah dilakukan
Observasi
gas berhubungan intervensi
dengan keperawatan selama 2x8 jam
1. Monitor kecepatan
ketidakseimbangan pertukaran
aliran oksigen
ventilasi-perfusi gas meningkat
2. Monitor posisi alat
ditandai dengan hasil dengan kriteria hasil
terapi oksigen
AGD Ph : 7.10, PCO2 :
3. Monitor aliran
: 61, dan PO2 : 64 - Tingkat
oksigen secara periodic dan
kesadaran
pastikan fraksi yang diberikan
meningkat
cukup
- Dispnea menurun
4. Monitor efektifitas
- Bunyi napas tambahan
terapi oksigen (mis. oksimetri,
menurun
analisa gas darah ), jika perlu
- PCO2 membaik
5. Monitor tanda-tanda
- PO2 membaik
hipoventilasi
- Takikardia membaik
- Ph membaik Terapeutik
- Sianosis membaik
6. Bersihkan secret
-
pada mulut, hidung dan
trachea, jika perlu
7. Pertahankan
kepatenan jalan nafas
8. Berikan oksigen
tambahan, jika perlu

Edukasi

9. Ajarkan pasien dan


keluarga cara menggunakan
oksigen dirumah

Kolaborasi

10. Kolaborasi
penentuan dosis oksigen
11. Kolaborasi
penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur
12. Kolaborasi
penggunaan PS atau PEEP
untuk meminimalkan
hipoventilasi alveolus

Intervensi Pendukung
Manajemen Ventilasi mekanik
(1.01013)
Observasi
1. Periksa indikasi ventilator
mekanik ( kelelahan otot
nafas)
2. Monitor efek ventilator
terhadap status oksigenasi
( AGD, SaO2, dan respon
subjektif klien)
3. Monitor gejala peningkatan
pernapasan ( peningkatan
denyut jantung, rr, dan td)
4. Monitor kondisi yang
meningkatkan konsumsi
oksigen ( mis: demam,
menggigil, kejang, dan nyeri)
5. Monitor gangguan mokusa
oral, nasalm trakea, dan
laring

Terapeutik

6. Atur posisi kepala 45-60


derajat untuk mencegah
aspirasi
7. Lakukan perawatan mulut
secara rutin setiap 12 jam
8. Lakukan penghisapan lendir
sesuai kebutuhan
9. Ganti sirkuit ventilator setiap
24 jam sesuai protokol
10. Dokumentasikan respon
terhadap ventilator

Kolaborasi

11. Kolaborasi pemilihan mode


ventilator (control volume,
tekanan / gabungan)
12. Kolaborasi pemberian
analgesic,sedative sesuai
kebutuhan
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan atau hepersekresi jalan nafas ditandai dengan sekresi yang berlebih,
suara nafas ronchi (D.0001)

NO. HARI/TGL IMPLEMENTASI EVALUASI


1. 15 Januari Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S:-
2019 1. Memonitor pola napas ( frekuensi, kedalaman, usaha
napas) O:
- Terdapat suara ronchi pada kedua lapang paru pasien
Hasil : RR : 30x/mnt, usaha nafas menggunakan
- Terdapat produksi secret 100 cc dengan warna kuning
ventilator
kehijauan
2. Memonitor bunyi napas tambahan
- Terpasang ventilator CMV, FiO : 100%, BR : 30,
Hasil : bunyi nafas ronchi +/+ PEEP : 13 RR 30x/menitSPO2 :89%
3. Memonitor sputum (jumlah,warna,aroma) - Tanda-tanda vital :
TD : 142/85 mmHg
Hasil : sputum warna kuning kehijauan dengan jumlah
Nadi: 136 x/menit
100 cc
Suhu : 37,8°C
1. Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan jaw trust
RR : 30x/menit
Hasil : klien dalam posisi 45 derajat, menggunakan jaw
trust A : Masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Melakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik teratasi sebagian
Hasil : klien setiap pagi dan sore dilakukan suction
kurang dari 15 detik P : lanjutkan intervensi no 1,2,3,5,6,7,8
3. Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi

Hasil : klien diberikan cairan per/iv aminofluit : RL =


1;2/24 jam
4. Melakukan kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu

Hasil : klien diberikan nebulizer (Ventolin)


2. 16 Januari Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S:-
2019 1. Memonitor pola napas ( frekuensi, kedalaman, usaha
napas) O:
- Terdapat suara ronchi pada kedua lapang paru pasien
Hasil : RR : 29x/mnt, usaha nafas menggunakan
- Terdapat produksi secret 100 cc warna kuning
ventilator
kehijauan
2. Memonitor bunyi napas tambahan
- Terpasang ventilator CMV, FiO : 100%, BR : 28,
Hasil : bunyi nafas ronchi +/+ Peep : 13 , RR 28x/menit SPO2 : 92%
3. Memonitor sputum (jumlah,warna,aroma) - Tanda-tanda vital :
Suhu : 37°C
Hasil : sputum warna kuning kehijauan dengan jumlah
RR : 29 x/Menit
100 cc
4. Melakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik A : Masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
teratasi sebagian
Hasil : klien setiap pagi dan sore dilakukan suction
kurang dari 15 detik
5. Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak P : lanjutkan intervensi no 1,2,3,5,6,7,8
kontraindikasi

Hasil : klien diberikan cairan per/iv aminofluit : RL =


1,2/24 jam
6. Melakukan kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu

Hasil : klien diberikan nebulizer (Ventolin)


3. 17 Januari Manajemen Jalan Nafas (I.01011) S:-
2019 1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha O :
napas) - Terdapat suara ronchi pada kedua lapang paru pasien
- Terdapat produksi secret 50 cc, warna putih
Hasil : RR : 31x/mnt, usaha nafas menggunakan
kekuningan
ventilator
- Klien terintubasi
2. Memonitor bunyi napas tambahan
- Terpasang ventilator CMV, FiO : 100%, BR : 30,
Hasil : bunyi nafas ronchi +/+ PEEP : 13 RR 29x/menit SPO2 : 88%
3. Memonitor sputum (jumlah,warna,aroma) - Tanda-tanda vital :
Suhu : 38°C
Hasil : sputum warna putih kekuningan dengan jumlah 50
RR : 32x/Menit
cc
4. Melakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik A : Masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
teratasi sebagian
Hasil : klien setiap pagi dan sore dilakukan suction
kurang dari 15 detik
5. Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak P : lanjutkan intervensi no 1,2,3,5,6,7,8
kontraindikasi

Hasil : klien diberikan cairan per/iv aminofluit : RL =


1,2/24 jam
6. Melakukan hkolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu

Hasil : klien diberikan nebulizer (Ventolin)


2. Pola nafas tidak efektif  berhubungan dengan hambatan upaya napas (kelemahan otot pernafasan) ditandai dengan adanya pernafasan
cuping hidung (D.0005)

NO. HARI/TGL IMPLEMENTASI EVALUASI


1. 15 Januari Pemantauan respirasi (I.01014) S:-
2019
1. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
O:
upaya napas
- Klien terintubasi
Hasil : RR : 30x/mnt dan menggunakan ventilator
- Retraksi otot bantu nafas
2. Memonitor pola napas
- Terpasang ventilator CMV, FiO : 100%, BR : 30,
Hasil : klien mengalami takipnea Peep : 13 RR 30x/menit SPO2 :89%
3. Memonitor adanya sumbatan jalan napas - Tanda-tanda vital :
TD : 142/85 mmHg
Hasil : klien terpasang ventilator dan terintubasi
Nadi: 136 x/menit
4. Melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Suhu : 37,8°C
Hasil : ekspansi paru tidak simetris RR : 30 x/Menit
5. Melakukan auskultasi bunyi napas
A : Masalah keperawatan pola nafas tidak efektif teratasi
Hasil : bunyi nafas ronchi +/+ sebagian
6. Memonitor saturasi oksigen
P : lanjutkan intervensi no 1-9
Hasil : SpO2 : 89 %
7. Monitor nilai AGD

Hasil : AGD Ph : 7.10, PCO2 : 61, dan PO2 : 64


8. Mendokumentasikan hasil pemantauan
Hasil : RR : 30 x/Menit

2. 16 Januari Pemantauan respirasi (I.01014) S:-


2021
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
O:
Hasil : RR : 29x/mnt dan menggunakan ventilator
- klien terintubasi
2. Memonitor pola napas
- Retraksi otot bantu nafas
Hasil : klien mengalami takipnea, nafas cepat dan dangkal - Terpasang ventilator CMV, FiO : 100%, BR : 28,
3. Memonitor adanya sumbatan jalan napas Peep : 13 pernapasan 29x/menit SPO2 :89%
- Tanda-tanda vital :
Hasil : klien terpasang ventilator dan terintubasi
TD : 130/75 mmHg
4. Melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Nadi: 128 x/menit
Hasil : ekspansi paru tidak simetris Suhu : 37°C
5. Melakukan auskultasi bunyi napas RR : 29 x/Menit takipnea, nafas cepat dan dangkal

Hasil : bunyi nafas ronchi +/+ A : Masalah keperawatan pola nafas tidak efektif teratasi
6. Memonitor saturasi oksigen sebagian

Hasil : SpO2 : 88 % P : lanjutkan intervensi no 1-9


7. Memonitor nilai AGD

Hasil : AGD Ph : 7.72, PCO2 : 65, dan PO2 : 57


Mendokumentasikan hasil pemantauan
Hasil : RR : 29x/Menit
3. 17 Januari Pemantauan respirasi (I.01014) S:-
2019
1. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
O:
Hasil : RR : 32x/mnt dan menggunakan ventilator
- Klien terintubasi
2. Memonitor pola napas
Hasil : klien mengalami takipnea, nafas cepat dan dangkal - Retraksi otot bantu nafas
3. Memonitor adanya sumbatan jalan napas - terpasang ventilator CMV, FiO : 100%, BR : 30,
Peep : 13 pernapasan 32x/menit SPO2 :89%
Hasil : klien terpasang ventilator dan terintubasi
- Tanda-tanda vital :
4. Melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi paru
TD : 140/65 mmHg
Hasil : ekspansi paru tidak simetris Nadi: 131 x/menit
5. Melakukan auskultasi bunyi napas Suhu : 38°C
RR : 32x/Menit takipneu, nafas cepat dan dangkal
Hasil : bunyi nafas ronchi +/+
6. Memonitor saturasi oksigen A : Masalah keperawatan pola nafas tidak efektif teratasi
sebagian
Hasil : SpO2 : 89%
7. Memonitor nilai AGD P : lanjutkan intervensi no 1-9

Hasil : AGD Ph : 7.72, PCO2 : 65, dan PO2 : 57 (16 Januari


2019)
8. Mendokumentasikan hasil pemantauan

Hasil : RR : 32x/Menit

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi ditandai dengan hasil AGD Ph : 7.10, PCO2 : 61, dan
PO2 : 64 (D.0003)

NO. HARI/TGL IMPLEMENTASI EVALUASI


1. 15 Januari Intervensi Utama S:-
2019 Terapi oksigen (I.01026)
1. Memonitor kecepatan aliran oksigen O:
Hasil : CMV, FiO : 100%, BR : 30, Peep : 13 pernapasan - Kesadaran klien mmenurun , GCS E2 VX M2
30x/menit SPO2 :89% - Nafas dangkal
2. Memonitor aliran oksigen secara periodik dan - Tampak sianosis
pastikan fraksi yang diberikan cukup - Warna kulit pucat
Hasil : oksigen yang diberikan sesuai dengan kebutuhan - Terpasang ventilator CMV, FiO : 100%, BR : 30,
klien Peep : 13 pernapasan 30x/menit SPO2 :89%
3. Memonitor efektifitas terapi oksigen - Tanda-tanda vital :
Hasil : SpO2 :89%, AGD Ph : 7.10, PCO2 : 61, dan PO2 : 64 TD : 142/85 mmHg
4. Memonitor tanda-tanda hipoventilasi Nadi: 136 x/menit
Hasil : tidak terdapat pada klien dengan tanda tanda Suhu: 37,8°C
hipoventilasi RR : 30 x/Menit
5. Membersihkan secret pada mulut, hidung dan - AGD :
trachea, jika perlu pH : 7,10
Hasil : perawat selalu melakukan personal hygne kepada PCO2 : 61 MmHg
klien PO2 : 64
6. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
A : Masalah keperawatan Gangguan pertukaran gas
Hasil : klien diberikan oksigen dan posisi fowler
teratasi sebagian
7. Memberikan oksigen tambahan, jika perlu
Hasil : klien terpasang ventilator
P : lanjutkan intervensi utama no 1-4, 9,10
8. Mengajarkan pasien dan keluarga cara
Intervensi pendukung no 1-5,10-13
menggunakan oksigen dirumah
Hasil : keluarga klien diberikan edukasi tentang pemberian
oksigen
9. Melakukan kolaborasi penentuan dosis oksigen
Hasil : CMV, FiO : 100%, BR : 30, Peep : 13 pernapasan
30x/menit SPO2 :89%
10. Melakukan kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur
Hasil : menggunakan ventilator

Intervensi Pendukung
Manajemen Ventilasi mekanik (1.01013)
1. Memeriksa indikasi ventilator mekanik ( kelelahan otot
nafas)

Hasil : klien mengalami kelelahan otot nafas


2. Memonitor efek ventilator terhadap status oksigenasi ( AGD,
SaO2, dan respon subjektif klien)

Hasil : AGD Ph : 7.10, PCO2 : 61, dan PO2 : 64, tidak ada
respon subjektif
3. Memonitor gejala peningkatan pernapasan ( peningkatan
denyut jantung, rr, dan td)
Hasil : RR : 30x/mnt, TD : 140/85 mmhg
4. Memonitor kondisi yang meningkatkan konsumsi oksigen
( mis: demam, menggigil, kejang, dan nyeri)
Hasil : suhu klien 37.8 derajat celcius
5. Memonitor gangguan mokusa oral, nasal trakea, dan laring
Hasil : tidak ada gangguan mukosa terhadap nasal, oral dan
laring karena klien selalu dilakukan tindakan suction secara
rutin
6. Mengatur posisi kepala 45-60 derajat untuk mencegah
aspirasi
Hasil : klien dalam posisi semi fowler
7. Melakukan perawatan mulut secara rutin setiap 12 jam
Hasil : klien selalu diberikan tindakan suction setiap pagi
dan sore rutin setiap hari
8. Melakukan penghisapan lendir sesuai kebutuhan
Hasil : klien diberikan suction
9. Mengganti sirkuit ventilator setiap 24 jam sesuai protokol
Hasil : sirkuit ventilator setiap 24 jam sesuai protokol
10. Mendokumentasikan respon terhadap ventilator
Hasil : CMV, FiO : 100%, BR : 30, Peep : 13 pernapasan
30x/menit SPO2 :89%
11. Melakukan kolaborasi pemilihan mode ventilator (control
volume, tekanan / gabungan)
Hasil : CMV, FiO : 100%, BR : 30, Peep : 13 pernapasan
30x/menit SPO2 :89%
12. Melakukan kolaborasi pemberian analgesic,sedative sesuai
kebutuhan
Hasil : Inj Ceftriaxone 2x1, Inj Ranitidine 2x1, Inj
Metronidazole 3x1, dan Inj Vit K 3x1
13. Melakukan kolaborasi penggunaan PS atau PEEP untuk
meminimalkan hipoventilasi alveolus.
Hasil : PEEP 13
2. 16 Januari Intervensi Utama S:-
2019 Terapi oksigen (I.01026)
O:
1. Memonitor kecepatan aliran oksigen - Kesadaran klien mmenurun , GCS E2 VX M2
- Nafas dangkal
Hasil : CMV, FiO : 100%, BR : 28, Peep : 13 pernapasan
- Tampak sianosis
29x/menit SPO2 :90%
- Warna kulit pucat
2. Memonitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi
- terpasang ventilator CMV, FiO : 100%, BR : 30,
yang diberikan cukup
Peep : 13 pernapasan 29x/menit SPO2 :90%
Hasil : oksigen yang diberikan sesuai dengan kebutuhan - Tanda-tanda vital :
klien TD : 130/75 mmHg
3. Memonitor efektifitas terapi oksigen Nadi: 128 x/menit
Suhu : 37°C
Hasil : SpO2 :89%, AGD Ph : 7.10, PCO2 : 61, dan PO2 : 64
RR : 29 x/Menit
4. Memonitor tanda-tanda hipoventilasi
- AGD :
Hasil : tidak terdapat pada klien dengan tanda tanda pH : 7,10
hipoventilasi PCO2 : 61 MmHg
5. Melakukan kolaborasi penentuan dosis oksigen PO2 : 64

Hasil : CMV, FiO : 100%, BR : 30, Peep : 13 pernapasan A : Masalah keperawatan Gangguan pertukaran gas
29x/menit SPO2 :90% teratasi sebagian
6. Melakukan kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur P : lanjutkan intervensi utama no 1-4, 9,10

Hasil : menggunakan ventilator Intervensi pendukung no 1-5,10-13

Intervensi Pendukung
Manajemen Ventilasi mekanik (1.01013)
1. Memeriksa indikasi ventilator mekanik ( kelelahan otot
nafas)
Hasil : klien mengalami kelelahan otot nafas
2. Memonitor efek ventilator terhadap status oksigenasi ( AGD,
SaO2, dan respon subjektif klien)

Hasil : AGD Ph : 7.10, PCO2 : 61, dan PO2 : 64, tidak ada
respon subjektif
3. Memonitor gejala peningkatan pernapasan ( peningkatan
denyut jantung, rr, dan td)
Hasil : RR : 29x/mnt, TD : 130/75 mmhg
4. Memonitor kondisi yang meningkatkan konsumsi oksigen
Hasil : suhu klien 37 derajat celcius
5. Memonitor gangguan mokusa oral, nasalm trakea, dan laring
Hasil : tidak ada gangguan mukosa terhadap nasal, oral dan
laring karena klien selalu dilakukan tindakan suction secara
rutin
6. Melakukan perawatan mulut secara rutin setiap 12 jam
Hasil : klien selalu diberikan tindakan suction setiap pagi
dan sore rutin setiap hari
7. Mendokumentasikan respon terhadap ventilator
Hasil : CMV, FiO : 100%, BR : 28, Peep : 13 pernapasan
28x/menit SPO2 :90%
8. Melakukan kolaborasi pemilihan mode ventilator (control
volume, tekanan / gabungan)
Hasil : CMV, FiO : 100%, BR : 28, Peep : 13 pernapasan
28x/menit SPO2 :90%
9. Melakukan kolaborasi pemberian analgesic,sedative sesuai
kebutuhan
Hasil : Inj Ceftriaxone 2x1, Inj Ranitidine 2x1, Inj
Metronidazole 3x1, dan Inj Vit K 3x1
10. Melakukan kolaborasi penggunaan PS atau PEEP untuk
meminimalkan hipoventilasi alveolus.
Hasil : PEEP 13
3. 17 Januari Intervensi Utama S:-
2019 Terapi oksigen (I.01026)
1. Memonitor kecepatan aliran oksigen O:
- Kesadaran klien mmenurun , GCS E2 VX M2
Hasil : CMV, FiO2 : 100%, BR : 28, Peep : 13 pernapasan
- Nafas dangkal
32x/menit SPO2 :89%
- Tampak sianosis
2. Memonitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi
- Warna kulit pucat
yang diberikan cukup
- terpasang ventilator CMV, FiO : 100%, BR : 30,
Hasil : oksigen yang diberikan sesuai dengan kebutuhan Peep : 13 pernapasan 30x/menit SPO2 :88%
klien - Tanda-tanda vital :
3. Memonitor efektifitas terapi oksigen TD : 140/65 mmHg
Nadi: 131 x/menit
Hasil : SpO2 :89%, AGD Ph : 7.10, PCO2 : 61, dan PO2 : 64
Suhu :38°C
4. Memonitor tanda-tanda hipoventilasi
RR : 32 x/Menit
Hasil : tidak terdapat pada klien dengan tanda tanda - AGD :
hipoventilasi pH : 7,10
5. Melakukan kolaborasi penentuan dosis oksigen PCO2 : 61 MmHg
PO2 : 64
Hasil : CMV, FiO2 : 100%, BR : 30, Peep : 13 pernapasan
32x/menit SPO2 :89% A : Masalah keperawatan Gangguan pertukaran gas
6. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
teratasi sebagian
Hasil : menggunakan ventilator
P : lanjutkan intervensi utama no 1-4, 9,10
Intervensi Pendukung
Intervensi pendukung no 1-5,10-13
Manajemen Ventilasi mekanik (1.01013)
1. Memeriksa indikasi ventilator mekanik ( kelelahan otot
nafas)

Hasil : klien mengalami kelelahan otot nafas


2. Memonitor efek ventilator terhadap status oksigenasi ( AGD,
SaO2, dan respon subjektif klien)

Hasil : AGD Ph : 7.10, PCO2 : 61, dan PO2 : 64, tidak ada
respon subjektif
3. Memonitor gejala peningkatan pernapasan ( peningkatan
denyut jantung, rr, dan td)
Hasil : RR : 30/mnt, TD : 130/75 mmhg
4. Memonitor kondisi yang meningkatkan konsumsi oksigen
Hasil : suhu klien 38 derajat celcius
5. Memonitor gangguan mokusa oral, nasalm trakea, dan laring
Hasil : tidak ada gangguan mukosa terhadap nasal, oral dan
laring karena klien selalu dilakukan tindakan suction secara
rutin
6. Melakukan perawatan mulut secara rutin setiap 12 jam
Hasil : klien selalu diberikan tindakan suction setiap pagi
dan sore rutin setiap hari
7. Mendokumentasikan respon terhadap ventilator
Hasil : CMV, FiO : 100%, BR : 30, Peep : 13 pernapasan
32x/menit SPO2 :89%
8. Melakukan kolaborasi pemilihan mode ventilator (control
volume, tekanan / gabungan)
Hasil : CMV, FiO : 100%, BR : 30, Peep : 13 pernapasan
32x/menit SPO2 :89%
9. Melakukan kolaborasi pemberian analgesic,sedative sesuai
kebutuhan
Hasil : Inj Ceftriaxone 2x1, Inj Ranitidine 2x1, Inj
Metronidazole 3x1, dan Inj Vit K 3x1
10. Melakukan kolaborasi penggunaan PS atau PEEP untuk
meminimalkan hipoventilasi alveolus.
Hasil : PEEP 13
PEMBAHASAN

Dalam pembahasan berikut ini akan dijelaskan adanya kesesuaian intervensi


utama yang dilakukan pada Tn.D dengan kasus Kontusio Pulmonal dengan masalah
keperawatan Bersihan jalan nafas, pola nafas tidak efektif, dan gaangguan pertukaran
gas. Pada asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn.D intervensi utama yang
digunakan untuk masalah keperawatan bersihan jalan nafas yaitu manajemen jalan
nafas, untuk masalah keperawatan pola nafas tidak efektif adalah manajemen
ventilasi mekanik, untuk masalah keperawatan gangguan pertukaran gas adalah
Fisioterapi dada . Pada Tn.D dengan diagosa medis Kontusio pulmonal yang penulis
lakukan selama memberikan asuhan keperawatan ini tidak ada kesenjangan antara
teori dan hasil pengkajian. Pada pengkajan tanggal 14 Januari 2019 klien mengalami
trauma thorax dengan respirasi 30x/mnt. Pada konsep dasar teori pada klien Kontusio
Pulmonal ada 4 diagnosa keperawatan menurut SDKI, 2016 yaitu:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
atau hepersekresi jalan nafas (D.0001)
2. Pola nafas tidak efektif  berhubungan dengan hambatan upaya napas (kelemahan
otot pernafasan) (D.0005)
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi (D.0003)
4. Nyeri akut berhubugan dengan agen pencedera fisik (trauma) (D.0077)
Sedangkan diangnosa keperawatan yang muncul pada Sdr. A pada pengkajian
yang dilakukan pada tanggal 14 Januari 2019 adalah :

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
atau hepersekresi jalan nafas ditandai dengan sekresi yang berlebih, suara nafas
ronchi (D.0001)
2. Pola nafas tidak efektif  berhubungan dengan hambatan upaya napas (kelemahan
otot pernafasan) ditandai dengan adanya pernafasan cuping hidung (D.0005)
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi ditandai dengan hasil AGD Ph : 7.10, PCO2 : 61, dan PO2 : 64 (D.0003)

Dari hasil pengkajian ditemukan data yang mendukung untuk menegakkan


diagnosa adalah Bersihan jalan nafas yang membuktikan Kesadaran klien
mmenurun , GCS E2 VX M2, terdapat suara ronchi pada kedua lapang paru pasien,
terdapat produksi secret, dan pergerakan dada tidak simetris dengan tanda tanda vital
RR: 30 x/menit, SPO2 : 89%., untuk diagnosa pola nafas tidak efektif  data yang
mendukung adalah pergerakan dada tidak simetris, terdapat PCH, klien terintubasi,
retraksi otot bantu nafas, dan terpasang ventilator CMV, FiO : 100%, BR : 30, Peep :
13 pernapasan 30x/menit SPO2 :89% untuk diagnose gangguan pertukaran gas data
yang mendukung adalah hasil pemeriksaan AGD : pH : 7,10 , PCO2 : 61 MmHg, dan
PO2 : 64.
ANALISA JURNAL BERSIHAN JALAN NAFAS

Diagnosa Keperawatan: Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan


sekresi yang tertahan atau hepersekresi jalan nafas ditandai dengan sekresi yang
berlebih, suara nafas ronchi

Intervensi Utama: Manajemen jalan nafas


Implementasi: Tindakan suction
Jurnal 1
Judul Hubungan intensitas tindakan suction dengan
perubahan kadar saturasi oksigen pada pasien yang
terpasang ventilator di ruang icu rsud kota bogor
Publikasi/tahun Jurnal Ilmiah Wijaya Volume 11 Nomor 2, Juli-Desember
2019
Hal 134 - 142; website : www.jurnalwijaya.com;
ISSN : 2301-4113
Author Widia Astuti AW, Fajar Adhie Sulistyo
Hasil Hasil analisa bivariat mengenai hubungan intensitas
tindakan suction dengan perubahan kadar saturasi oksigen
pada pasien yang terpasang ventilator di ruang ICU RSUD
Kota Bogor tahun 2018. Dari 42 responden sebanyak 20
(47.6%) responden diantaranya dengan intensitas tindakan
suction yang sesuai dan perubahan kadar saturasi oksigen
nya dalam kondisi normal. Berdasarkan dari uji statistik
tabel analisa bivariat di peroleh P Value = 0,01 dan α = <
0,05, maka Pvalue <α, sehingga Ho ditolak yang berarti uji
statistik menunjukan ada hubungan intensitas tindakan
suction dengan perubahan kadar saturasi oksigen pada
pasien yang terpasang ventilator di ruang ICU RSUD Kota
Bogor tahun 2018.
Jurnal 2
Judul Analisis perubahan saturasi oksigen dan frekuensi
pernafasan pada pasien dengan ventilator yang
dilakukan suction diruang icu rs mardi rahayu kudus
Publikasi/tahun Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 3, Hal 504-51 4,
November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
p-ISSN 271 4-6502
e-ISSN 2548-7051
Author Ari Hana Kristianin, Suksi Riani, Mamat Supriyono
Hasil Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perubahan yang
bermakna untuk nilai saturasi oksigen sebelum dan sesudah
dilakukan tindakan suction dengan nilai p-value 0,001 (<
0,05), namun tidak terdapat perubahan yang bermakna pada
nilai frekuensi pernafasan sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan suction dengan p-value 0,170 (> 0,05). Hasil
penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi perawat ICU
dalam melakukan suction agar memperhatikan perubahan
saturasi oksigen dan frekuensi pernafasan sebelum dan
sesudah dilakukan suction.
Jurnal 3
Judul Tindakan suction dan perubahan saturasi oksigen pada
pasien penurunan kesadaran diruangan icu rumah sakit
Publikasi/tahun JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Online ISSN: 2597-8594
Print ISSN: 2580-930X
Jurnal homepage: https://jik.stikesalifah.ac.id
Author Rebbi Permata Sari , Revi Neini Ikbal
Hasil Hasil penelitian menunjukan rata-rata Saturasi Oksigen
sebelum tindakan suction pada kelompok intervensi adalah
99,48 dengan ttandar deviasi 0,330 Saturasi Oksigen yang
rendah 99 dan tertinggi 100. Sedangkan rata-rata Saturasi
Oksigen sebelum tindakan suction pada kelompok
intervensi adalah 94,02 dengan standar deviasi 0,489
Saturasi Oksigen yang rendah 92 dan tertinggi 95. Terdapat
rata-rata Saturasi Oksigen sebelum tindakan suction pada
kelompok kontrol adalah 98,60 dengan standar deviasi
0,580 saturasi oksigen yang rendah 97 dan tertinggi 99.
Sedangkan rata-rata Saturasi Oksigen Sesudah tindakan
suction pada kelompok kontrol adalah 94,77 dengan standar
deviasi 0,599 saturasi oksigen yang rendah 93 dan tertinggi
95. Ada pengaruh antara saturasi
oksigen sebelum dan sesudah pemberian tindakan suction
hasil uji statistik didapakan nilai P Value 0,000.
Dari 3 jurnal dapat disimpulkan bahwa tindakan suction dalam melonggarkan jalan
napas yang diakibatkan oleh adanya sumbatan benda asing berupa sekret khususnya
pada pasien dengan Kontusio pulmonal. Menurut Wiyoto (2010) menyatakan bahwa
semakin sering dilakukan suctionakan mempengaruhi kadar saturasi oksigen pasien,
hal ini dikarnakan saat tindakan suctiontidak hanya cairan yang terhisapakan tetapi
O2pun ikut terhisap. Menurut Sri Paryanti (2007) Suction adalah suatu tindakan
untuk membersihkan jalan nafas dengan memakai kateter penghisap melalui
nasotrakeal tube (NTT), orotraceal tube (OTT), traceostomy tube (TT) pada saluran
pernafasan bagian atas. Bertujuan untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi
retensi sputum, merangsang batuk, mencegah terjadinya infeksi paru. Frekuensi
tindakan suction dalam sehari dengan melakukan penghisapan lendir/suction diatas 6
dikatakan sering dan kurang dari 4 kali dikatakan kurang, nilai tersebut disesuaikan
dengan kebutuhan pasien itu sendiri.
ANALISA JURNAL POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF

Diagnosa Keperawatan: Pola nafas tidak efektif

Intervensi Utama: Manajemen ventilasi mekanik


Implementasi: Pemasangan ventilasi
Jurnal 1
Judul Evaluasi Status Hemodinamik Pasien Dengan
VentilatorMekanik Pasca Mobilisasi Harian (Supinasi
- Lateral) di Ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin
Publikasi/tahun Faletehan Health Journal, 8 (1) (2021) 51-57
www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X
e-ISSN 2597-8667
Author Ifa Hafifah, Fajar Rizki Rahayu , Lukmannul Hakim
Hasil Hasil yang didapat 5 orang responden dalam penelitian
ini dengan jumlah perempuan sebanyak 3 orang dan 4
orang laki-laki dengan rentang usia dari 43 - 75 tahun,
lama penggunaan ventilator dari rentang 2-40 hari,
penggunaan mode ventilator VC-SIMV pada seluruh
responden. Terdapat perubahan status hemodinamik (TD,
MAP, RR, HR pada posisi supinasi menjadi posisi lateral
pada pasien dengan menggunakan ventilator, namun
terdapat perubahan signifikan 3 dari 5 responden pada
MAP dan 2 dari 5 responden pada RR.
Jurnal 2
Judul Gambaran Respon Pasien ICU Terhadap Pemasangan
Ventilator Mekanik di ICU RSUD RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo
Publikasi/tahun Jurnal of Bionursing
2020, VOL. 2, NO. 2, 120–125
Author Iwan Purnawan, Eman Sutrisna, Arif Imam Hidayat
Hasil Hasil dari penelitian ini adalah Pasien yang terpasang
ventilator mekanik pada awal-awalnya akan mengalami
kesulitan beradaptasi sehingga menimbulkan peningkatan
tekanan jalan nafas. Stres yang dialami pasien juga
ditandai dengan kondisi ketegangan dan kekakuan otot
responden akan tetapi proses penggunaan ventilator
mekanik dapat membuat kondisi pasien 60% lebih baik
dan stabil .
Jurnal 3
Judul Seorang Laki-laki Usia 16 Tahun yang Mengalami
Drowning dan Pneumotoraks Paska Pemasangan
Ventilator Mekanik
Publikasi Tahun Jurnal Respirasi / Vol 1, No 1 (2015): Januari 2015
Author Ira Nurrasyidah, Winariani Koesoemoprodjo
Hasil Pada kasus ini pasien selamat dari drowning, dengan derajat 3,
secara klinis dan radiologis didiagnosis ARDS, pemberian
segera oksigen yang adekuat dengan pemasangan ventilator
memberi efek yang baik. Dari serial foto toraks tampak
perbaikan. Walaupun pasien mengalami pneumotoraks
setelah pemasangan ventilator, namun dengan penanganan
yang tepat dan cepat, efek yang merugikan dapat dihindari.
Pasien menggunakan ventilator selama 7 hari, kemudian
menggunakan chest tube+continues suction 3 hari, pasien
dirawat di rumah sakit selama 12 hari. Saat keluar rumah sakit
kondisi pasien stabil tidak didapatkan defisit neurologik.
Dari 3 jurnal dapat disimpulkan bahwa tindakan penggunaan ventilator merupakan
stressor bagi pasien. Selain dari tindakan intubasi, yaitu pemasangan jalan nafas
buatan, ketidaknyamanan yang dialami pasien berasal dari proses bantuan nafas
ventilator mekanik, selain itu pasien seringkali mengalami pneumotoraks setelah
pemasangan ventilator, Hal inilah yang kemudian membuat pasien kritis dengan
ventilator mekanik membutuhkan pemberian infus sedasi secara kontinyu. Hal
ditujukan untuk mempertahankan kenyamanan, memperbaiki interaksi pasien-
ventilator, mengurangi nyeri dan kecemasan (Ogundele & Yende, 2010). Indikasi
bantuan ventilator mekanik diantaranya adalah untuk mendukung oksigenasi
melalui perbaikan pemberian oksigen dan mengurangi konsumsi oksigen. Indikasi
yang lain adalah untuk membantu membersihkan CO2 dari dalam tubuh. Selain
itu, mengurangi aktivitas kerja otot-otot pernafasan dengan bantuan ventilator
mekanik bertujuan untuk membantu mengistirahatkan otototot pernafasan
(Montgomery et al., 2015).

ANALISA JURNAL GANGGUAN PERTUKARAN GAS

1) Intervensi gangguan pertukaran gas yang utama adalah memonitor nilai AGD
Intervensi utama adalah Terapi Oksigen, ini didukung oleh beberapa jurnal
penelitian sebagai berikut :
No. Peneliti (Jurnal Judul Metode Hasil/Kesimpulan
dan edisi)
1. Peneliti : Oksigenasi Desain penelitian Terdapat
Sunarko Dengan Bag adalah cross peningkatan
Setyawan, And Mask 10 sectional study PaO2, pH dan
Tintin Sukartini, lpm dengan pCO2 yang
Sriyono, Memperbaik jumlah sampel signifikan sebelum
Kusmiati Asidosis 70 penderita dam sesudah
Respiratorik yang mengalami oksigenasi dengan
kesadaran Bag and
menurun. Mask 10 lpm pada
klien edema paru
akut.

Anda mungkin juga menyukai