0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan42 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah resume kasus pasien ICU bernama Ny. Y yang berusia 56 tahun dan dirawat di ICU Non Covid Lantai 3 dengan diagnosis utama ensefalopati sepsis dan gagal ginjal akut. Dokter mencatat 6 masalah kesehatan yang dihadapi pasien terkait gangguan ventilator, bersih jalan napas, ketidakstabilan glukosa darah, resiko gagal ginjal, resiko infeksi dan resiko jatuh.
Ringkasan dokumen tersebut adalah resume kasus pasien ICU bernama Ny. Y yang berusia 56 tahun dan dirawat di ICU Non Covid Lantai 3 dengan diagnosis utama ensefalopati sepsis dan gagal ginjal akut. Dokter mencatat 6 masalah kesehatan yang dihadapi pasien terkait gangguan ventilator, bersih jalan napas, ketidakstabilan glukosa darah, resiko gagal ginjal, resiko infeksi dan resiko jatuh.
Ringkasan dokumen tersebut adalah resume kasus pasien ICU bernama Ny. Y yang berusia 56 tahun dan dirawat di ICU Non Covid Lantai 3 dengan diagnosis utama ensefalopati sepsis dan gagal ginjal akut. Dokter mencatat 6 masalah kesehatan yang dihadapi pasien terkait gangguan ventilator, bersih jalan napas, ketidakstabilan glukosa darah, resiko gagal ginjal, resiko infeksi dan resiko jatuh.
PERIODE RESUME: 26 s/d 28 oktober RESUME KASUS PASIEN ICU
NAMA : Ny. Y
UMUR : 56 tahun
JENIS KELAMIN : Wanita
TANGGAL MASUK RS : 13 September 2022
TANGGAL PENGKAJIAN : 26 Oktober 2022
RUANG PERAWATAN : ICU Non Covid Lantai 3
DIAGNOSA MEDIS :
1. Ensefalopati Sepsis et Uremiakum
2. Locked in syndrome ec Stroke Iskemik Mesenfalon dan Paru 3. Sepsis ec Penuomonia Aspirasi 4. AKI dengan Ensofalopati Umerikum on HD 5. DM tipe II 6. Hipertensi 7. Huperoagulopati State
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Gangguan Penyapihan Ventilator
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif 3. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah 4. Resiko Perfusi Renal tidak Efektif 5. Resiko Infeksi 6. Resiko jatuh ANALISA DATA NO HARI/TGL DATA FOCUS ETIOLOGI PROBLEM 1. Rabu/26 DS (Data Subjective): Faktor Risiko: Gangguan penyapihan oktober 2022 Tidak dapat di kaji, pasien terpasang TT no. 8 - Hipersekresi jalan napas ventilator D.0002 DO (Data Objective): - Ketidakcukupan energi - Sejak pukul 07.00 – 09.00 pasien ventilator mode - Riwayat ketergantungan SPONTAN PEEP 5, PS 6, Trigger 2.0, FiO2 ventilator lebih dari 4 hari 40%. Menghasilkan Minute Volume 10.7-12.4 Gejala dan tanda: L/min. Exp Tidal Volume 1341-1444 mL. Range - Frekuensi napas menurun P-peak 9-16 cmH2O, EtCO2 2.1-2.8 kPa. - Auskultasi suara inspirasi - Sejak pukul 10.00-saat ini on SBT 8 L/Menit, menurun Pengembangan dada simetris. - Frekuensinadi meningkat - WOB : tidak ada pengunaan otot bantu napas - Kesadaran menurun - RR terakhir 9 x/menit Kondisi klinis terkait: - Range RR 8-14 x/menit - Gagal napas - Range SpO2 konstan 100% - Nadi perifer teraba kuat dan teratur - Terpasang Trakehostomi no. 8 dengan cuff 40 cmH2O - Nilai AGD: PH : 7.528 Pco2 : 36.10 mmHg Po2 : 200.30 mmHg O2 saturasi : 99.70 % Base excess : 7.90 mmoL/L Standard base excess :7.4 mmol/L Standard HCO3 : 31.7 mmol/L HCO3 : 30.30 mmol/L Total CO2 : 31.40 mmol/L 2. DS (Data Subjective) : Faktor Risiko: Bersihan jalan napas tidak Tidak dapat di kaji, pasien terpasang TT no. 8 - Spasme jalan napas efektif. D.0001 DO (Data Objective) : - Hipersekresi jalan napas - Suara napas vesikuler - Sekresi yang tertahan - Suction TT: Saat di saction warnanya kekuningan - Proses infeksi putih, konsentrasi kental, produksi banyak. - Adanya jalan jalan napas - Oral: Saat di saction terdapat saliva, konsentrasi buatan (trakheostomi) cair kental, produksi sangat banyak. Gejala dan tanda : - RR terakhir 9 x/menit, Range RR 8-14 x/menit - Tidak mampu batuk - Range SpO2 konstan 100% - Sputum berlebih - Bunyi napas menurun - Frekuensi napas berubah - Pola napas berubah Kondisi klinis terkait: - Stroke 3. DS (Data Subjective) : Faktor Risiko: Ketidakstabilan Kadar Tidak dapat di kaji, pasien terpasang TT no.8 Hiperglikemi Glukosa Darah. D0027 DO (Data Objective) : - Disfungsi pankreas Trend GDS 26/10/2022 - Resistensi insulin - Pukul 05.00 = 123 mg/dL dengan RI 0.5 unit/jam - Gangguan toleransi glukosa - Pukul 09.00 = 126 mg/dL, RI 0.5 unit/jam Hold darah - Pukul 13.00 = 111 mg/dL dengan RI 0.5 unit/jam - Gangguan glukosa darah Hold puasa - Intake/06 jam = 405.4 Ml Gejala dan tanda: - Output/06 jam = 200 mL (Urine 3 jam terakhir 100 - Kadar glukosa dalam darah ml. Residu NGT 3 jam terakhir tidak ada, total tinggi residu NGT 470 cc. BAB 1x tanggal 25/10/22 Kondisi klinis terkait: pukul 16.00 WIB konsistensi kental, warna - Diabetes mellitus kecoklatan, sedikit). - Ketoasidosis diabetik - Balance/06 jam = +205.4 mL - Diuresis/06 jam = 0.44 mL/KgBB/jam 4. DS (Data Subjective) : Faktor Risiko: Resiko perfusi renal tidak Tidak dapat di kaji, pasien terpasang TT no.8 - Hipertensi efektif. D0016 DO (Data Objective) : - Hiperglikemia - NIBP terakhir 144/78 (106) mmHg. Range Sistolik - Disfungsi ginjal 121-155 mmHg. Range Diastolik 61-83 mmHg, - Sepsis Range MAP 85-106 mmHg Gejala dan tanda : - HR terakhir 107 x/menit, Range HR 98-107 - Hipertensi x/menit - Takikardi - CRT < 2 detik. - Edema dengan grade 3 - Turgor kulit kembali lambat Kondisi klinis terkait: - Edema dengan grade 3 - Diabetel Militus - Kesadaran samnolen, GCS E2M3Vtt - Hipertensi - Pupil isokor +2/+2 - Gagal ginjal - Nilai AGD: PH : 7.528 Pco2 : 36.10 mmHg Po2 : 200.30 mmHg O2 saturasi : 99.70 % Base excess : 7.90 mmoL/L Standard base excess :7.4 mmol/L Standard HCO3 : 31.7 mmol/L HCO3 : 30.30 mmol/L Total CO2 : 31.40 mmol/L Nilai kreatinin: 4,04 mg/Dl Nilai ureum: 146 mg/dL 5. DS (Data Subjective) : Faktor Risiko: Resiko infeksi. 0142 Tidak dapat di kaji, pasien terpasang TT no.8 - Penyakit kronis (DM) DO (Data Objective) : - Efek prosedur infasif - Suhu terakhir 35.9 derajat celcius. Range suhu - Peningkatan paparan 35.8-35.9 derajat celcius organisme patogen - Terdapat luka grade 3 dengan nekrotik dan keras di lingkungan sakrum, ditutup dengan kassa madu dan fixomul. - Ketidakadekuatan - Nilai hemoglobin: 8 mg/dL pertahanan tubuh primer - Nilai leukosit: 14.93 (kerusakan integritas kulit) - Terpasang trakhostomi, NGT, CVC, dan Kateter - Ketidakadekuatan urin. pertahanan tubuh sekunder (penurunan hemoglobin) Gejala dan tanda : - Penurunan hemoglobin - Peningkatan leukosit - Suhu badan 35,9 celcius Kondisi klinis terkait: - Diabetes Militus - Tindakan invasif - Gagal ginjal 6. DS (Data Subjective) : Faktor risiko: Resiko jatuh. D.0143 Tidak dapat di kaji, pasien terpasang TT no.8 - Penurunan tingkat DO (Data Objective) : kesadaran - Kesadaran Somnolen - Riwayat jatuh - GCS E2M3Vtt - Perubahan kadar glukosa - Pupil isokor +2/+2 darah - Kekuatan otot atas 1111/1111, bawah 1111/1111. - Kekuatan otot menurun BPS 3/12. Skor MFS 75 (Risiko Tinggi Jatuh). Gejala dan tanda: - Penurunan kesadaran - Penurunan kekuatan otot - Skor MFS 75 (Resiko jatuh tinggi) Kondisi klinis terkait: penyakit cerebrovaskuler
B. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Penyapihan Ventilator
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif 3. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah 4. Resiko Perfusi Renal tidak Efektif 5. Resiko Infeksi 6. Resiko jatuh C. RENCANA KEPERAWATAN
NO HARI/TGL TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI TTD/PARAF
1. Rabu/ 26 Diagnosa 1: Gangguan penyapihan (I.01021) oktober 2022 ventilator (L.01002) Observasi: Tujuan: - Periksa kemampuan untuk di sapih (meliputi Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3 hemodinamik stabil,kondisi optimal,bebas infeksi) x 24 jam, maka penyapihan ventilator - Monitor prediktor kemampuan untuk mentolerir meningkat. penyapihan (mis. Tingkat kemampuan bernapas, Kriteria hasil: kapasitas vital, vd/vt, MVV,kekuatan inspirasi, 1. Frekuensi napas membaik FEV1,tekanan inspirasi negatif) 2. Kesingkronan bantuan ventilator - Monitor tanda-tanda kelelahan otot mendadak napas meningkat cepat dan dangka, hipoksia jaringan saat penyapihan 3. Nilai gas darah arteri membaik - Monitor status cairan dan elektrolit saat penyapihan Terapeutik: - Posisikan pasien semi fowler (30-45 derajat) - Lakukan pengisapan jalan napas, bila perlu - Berikan fisioterapi dada, bila perlu - Lakukan uji coba penyapihan (30-120 menit) dengan napas spontan yang dibantu ventilator. Kolaborasi: - Kolaborasi pemberian obat yang meningkatkan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas 2. Diagnosa 2: Bersihan jalan napas tidak (I.01011) efektif (L.01001) Observasi: Tujuan: - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) Setelah dilakukan Intervensi keperawatan - Monitor bunyi napas tambahan (mis: gurgling, mengi, selama 3 x 24 jam, maka bersihan jalan wheezing, ronchi kering) napas meningkat Kriteria hasil: - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) 1. Produksi sputum menurun Terapeutik: 2. Dispnea menurun - Posisikan semi-fowler atau fowler 3. Frekuensi napas membaik - Lakukan fisioterapi dada 4. Pola napas membaik - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 dertik - Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal. Kolaborasi: - Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik 3. Diagnosa 3: Ketidakstabilan glukosa (I.031115) darah (L.03022) Observasi: Tujuan: - Monitor kadar glukosa darah Setelah dilakukan intervensi keperawatan - Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis: polyuria, 3x24jam, maka ketidakstabilan glukosa polidipsi, polifagia, kelemahan, malaise, pandangan darah membaik kabur, sakit kepala) Kriteria hasil: - Monitor intake dan output cairan 1. Kadar glukosa dalam darah - Monitor keton urin, kadar analisa gas darah, elektrolit, membaik tekanan darah ortostatik, dan frekuensi nadi 2. Kadar glukosa dalam urine membaik 3. Jumlah urine membaik Terapeutik: - Berikan asupan cairan oral (via NGT dan nutrisi parentalan) - Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk - Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik Kolaborasi: - Kolaborasi pemberian insulin - Rujuk ke ahli gizi dan sertakan keluarga 4. Diagnosa 4: Resiko perfusi renal tidak (I.02068) efektif (L.02013) Observasi: Tujuan: - Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan Setelah dilakukan intervensi keperawatan, nadi, frekuensi napas, TD, MAP) maka ketidakadekuataan aliran darah arteri - Monitor status oksigen (oksimetri nadi, AGD) renalis untuk menunjang fungsi ginjal - Monitor status cairan (masukkan dan haluaran, turgor meningkat. kulit, CRT) Kriteria hasil: - Monitor tingkat kesadaran respon pupil 1. Jumlah urine meningkat Terapeutik: 2. Kadar urea nitrogen darah membaik - Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi 3. Kadar kreatinin membaik oksigen>94% 4. Tekanan darah sistolik membaik 5. Tekanan darah diastolik membaik Kolaborasi: 6. Kadar elektrolit membaik - Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu 7. Keseimbangan asam basa - Kolaborasi pemberian obat anti inflamasi, jika perlu - Kolaborasi hemodialisa 5. Diagnosa 5: Resiko infeksi (L.14137) (I.14539) Tujuan: Observasi: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik maka resiko infeksi menurun Terapeutik: Kriteria hasil: - Batasi jumlah penjung 1. Kebersihan tangan meningkat - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien 2. Kebersihan badan meningkat dan lingkungan pasien 3. Kemerahan menurun - Pertahaankan tekhnik aseptik pada pasien beresiko 4. Sputum berwarna hijau menurun tinggi 5. Kadar sel darah putih membaik 6. Kultur sputum membaik 6. Diagnosa 5: Resiko jatuh (L.14138) (I.14540) Tujuan: Observasi: Setelah dilakukan intervensi keperawatan - Identifikasi faktor resiko jatuh (seperti penurunan 3x24jam, maka resiko jatuh menurun tingkat kesadaran, hipotensi ortostatik, gangguan Kriteria hasi: keseimbangan, gangguan penglihatan) 1. Jatuh dari tempat tidur menurun - Identifikasi resiko jatuh setidaknya setiap shift atau 2. Jatuh saat duduk menurun sesuai kebijakan institusi. 3. Jatuh saat dipindahkan menurun Teraupetik: - Pastikan roda tempat tidur dalam kondisi terkunci - Pasang handrail tempat tidur
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
N HARI/TGL TINDAKAN RESPON/HASIL TTD REFLEKSI DIRI REFERENSI
O 1. Rabu/26 Diagnosa 1: Gangguan - NIBP terakhir 144/78 Gangguan penyapihan ialah oktober penyapihan ventilator (106) mmHg. Range ketidakmampuan beradaptasi atas 2022 Observasi: Sistolik 121-155 pengurangan bantuan ventilasi mekanik (jam 08.00- - Memeriksa kemampuan mmHg. Range yang dapat menghambat dan 14.00) untuk di sapih (meliputi Diastolik 61-83 memperpanjang proses penyapihan, hal hemodinamik mmHg, Range MAP tersebut dapat disebabkan oleh stabil,kondisi 85-106 mmHg, HR ketidakcukupan energi ataupun adanya optimal,bebas infeksi) terakhir 107 x/menit, hambatan upaya napas seperti kelemahan Range HR 98-107 otot pernapasan seperti yang dialami pada - Memonitor prediktor x/menit, CRT < 2 kasus myasthenia gravis ini (PPNI, 2017). kemampuan untuk detik. Kriteria kesiapan untuk memulai mentolerir penyapihan - Sejak pukul 07.00 – penyapihan ventilator berupa oksigenasi (mis. Tingkat 09.00 pasien adekuat (rasio PaO2/FiO2 150-200; PEEP ≤ kemampuan bernapas, ventilator mode 5-8 cmH2O; FiO2 ≤ 4-5), febrile (suhu < kapasitas vital, vd/vt, SPONTAN PEEP 5, 38o ), hemodinamik stabil (HRgr/dl), status MVV,kekuatan PS 6, Trigger 2.0, mental adekuat (terjaga, tidak adanya sedasi inspirasi, FEV1,tekanan FiO2 40%. secara kontinu), terbebas dari fase penyakit inspirasi negatif) Menghasilkan Minute akut, batuk secara adekuat (Peñuelas, - Memonitor tanda-tanda Volume 10.7-12.4 Thille & Esteban, 2015). kelelahan otot L/min. Exp Tidal Oleh karena itu, perlu dilakukannya mendadak napas cepat Volume 1341-1444 pemantauan kemampuan untuk disapih dan dangkal, hipoksia mL. Range P-peak 9- berupa hemodinamik yang stabil, terbebas jaringan saat 16 cmH2O, EtCO2 dari infeksi, kondisi optimal, dan tanda- penyapihan 2.1-2.8 kPa. tanda kelelahan otot pernapasan seperti - Memonitor status cairan - Pengembangan dada adanya hipoksemia, hipoksia dan kenaikan dan elektrolit saat simetris, WOB : tidak paCO2. penyapihan ada pengunaan otot Terapeutik: bantu napas, RR - Memposisikan pasien terakhir 9 x/menit semi fowler (30-45 - Urine 3 jam terakhir derajat) 100 Ml - Melakukan uji coba - Posisi pasien dengan penyapihan (30-120 semi fowler menit) dengan napas - Sejak pukul 10.00- spontan yang dibantu 13.00 on SBT 8 ventilator. L/Menit. Diagnosa 2: Bersihan jalan - Pengembangan dada Prosedur suction menurut Kozier, (2008) napas tidak efektif simetris, WOB : tidak yaitu sebagai berikut: Observasi: ada pengunaan otot 1) Jelaskan kepada pasien apa yang - Memonitor pola napas bantu napas, RR akan dilakukan, mengapa perlu, (frekuensi, kedalaman, terakhir 9 x/menit dan bagaimana agar pasien dapat usaha napas) - Suction TT: Saat di menerima dan bekerjasama - Memonitor sputum saction warnanya 2) Cuci tangan sebelum melakukan (jumlah, warna, aroma) kekuningan putih, tindakan Terapeutik: konsentrasi kental, 3) Menjaga privasi pasien - Memposisikan pasien produksi banyak. Oral: 4) Atur posisi pasien sesuai semi-fowler Saat di saction kebutuhan. Jika perlu, berikan - Melakukan penghisapan terdapat saliva, analgesia sebelum penghisapan, lendir kurang dari 15 konsentrasi cair kental, karena penghisapan detik produksi sangat akanmerangsang refleks batuk, hal - Melakukan banyak. ini dapat menyebabkan rasa sakit hiperoksigenasi - Pososi pasien semi terutama pada pasien yang telah sebelum penghisapan fowler menjalani operasi toraks atau perut endotrakeal. - Melakukan suctioning atau yang memiliki pengalaman kurang dari 15 detik traumatis sehingga dapat - Melakukan meningkatkan kenyamanan pasien hiperoksigenasi selama prosedur penghisapan sebelum melakukan 5) Siapkan peralatan a. Pasang alat suction ke pasien resusitasi ke oksigen dengan aliran oksigen 100% b. Suction cathetersteril sesuai ukuran c. Pasang pengalas bila perlu d. Atur tekanan sesuai penghisap dengan tekanan sekitar 100- 120 mmHg untuk orang dewasa, dan 50-95 untuk bayi dan anak e. Pakai alat pelindung diri atau sarung tangan f. Pegang suction catheter di tangan dominan, pasang catheter ke pipa penghisap Diagnosa 3: Ketidakstabilan - Didapatkan hasil GDS: Pada klien ketidakstabilan gula darah glukosa darah - Pukul 05.00 = 123 pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan Observasi: mg/dL B1 (Breathing) sistem pernapasan, B2 - Memonitor kadar - Pukul 09.00 = 126 (Blood) sistem kardiovaskular dan glukosa darah mg/dL hematologi, B3 (Brain) neuro sensori dan - Memonitor intake dan - Pukul 13.00 = 111 fungsi saraf pusat, B4 (Bladder) sistem output cairan mg/dL genitourinarius, B5 (Bowel) sistem Terapeutik: - Intake/06 jam = 405.4 Ml gastrointestinal, B6 (Bone) sistem - Memberikan asupan Output/06 jam = 200 mL musculoskletal dan integument (Doenges, cairan oral (via NGT (Urine 3 jam terakhir 100 ml. 2018). Lakukan tindakan keperawatan dan nutrisi parentalan) Residu NGT 3 jam terakhir dengan manajemen hiperglikemia antara Kolaborasi: tidak ada, total residu NGT lain observasi (identifikasi kemungkinan - Kolaborasi pemberian 470 cc. BAB 1x tanggal penyebab hiperglikemia), terapeutik insulin 25/10/22 pukul 16.00 WIB (berikan asupan cairan oral), edukasi konsistensi kental, warna (anjurkan kepatuhan terhadap diet dan kecoklatan, sedikit). olahraga), kolaborasi (kolaborasi pemberian Balance/06 jam = +205.4 mL insulin, cairan IV, kalium jika perlu) (Tim Diuresis/06 jam = 0.44 Pokja PPNI, 2018). mL/KgBB/jam - pemberiaan asupan nutrisi via NGT 30 mL/jam - pemberian insulin - Pukul 09.00 = 126 mg/dL, RI 0.5 unit/jam Hold - Pukul 13.00 = 111 mg/dL dengan RI 0.5 unit/jam Hold Diagnosa 4: Resiko perfusi - NIBP terakhir 144/78 (106) Diagnosis keperawatan Perfusi renal tidak renal tidak efektif mmHg, HR terakhir 107 efektif berhubungan dengan disfungsi Observasi: x/menit, frekuensi nadi teraba ginjal dan sepsis, ditandai oleh penurunan - Memonitor status kuat dan teratur. fungsi ginjal, urine output yang menurun, kardiopulmonal -Intake/06 jam = 405.4 Ml demam persisten dan infeksi. Diharapkan (frekuensi dan kekuatan Output/06 jam = 200 mL kriteria hasil fungsi ginjal membaik, kadar nadi, frekuensi napas, (Urine 3 jam terakhir 100 ml. urea nitrogen dan kreatinin plasma TD, MAP) Residu NGT 3 jam terakhir didalam darah membaik, urine output - Memonitor status cairan tidak ada, total residu NGT meningkat, tekanan darah membaik, dan (masukkan dan 470 cc. BAB 1x tanggal faktor infeksi berkurang. Dilakukan haluaran, turgor kulit, 25/10/22 pukul 16.00 WIB monitoring status kardiopulmonal dan CRT) konsistensi kental, warna status cairan, mencakup monitorin tekanan - Monitor tingkat kecoklatan, sedikit). darah, frekuensi dan kekuatan nadi, kesadaran respon pupil Balance/06 jam = +205.4 mL monitoring tekanan rata-rata arteri, Terapeutik: Diuresis/06 jam = 0.44 kebutuhan penggunaan obat vasikontriksi, - Memberikan oksigen mL/KgBB/jam, CRT < 2 serta intake dan output. Dilakukan juga untuk mempertahankan detik, Turgor kulit kembali monitoring kesadaran dan respon pupil serta saturasi oksigen>94% lambat status oksigenasi termasuk kebutuhan Kolaborasi: - Kesadaran samnolen, GCS ventilator dan dinilai hasil Analisa gas - Kolaborasi pemberian E2M3Vtt, Pupil isokor +2/+2 darah setiap hari. Dengan penurunan urine transfusi darah, jika - SBT 8 L/menit dan saturasi output dan penurunan fungsi ginjal pasien perlu konstan 100% dapat dikolaborasikan untuk dilakukan - Kolaborasi hemodialisa - Kolabosari pemberian Hemodialisis (HD), namun karena demam transfusi (oleh petugas HD) – persisten, kebutuhan vasokontrisi Kolaborasi hemodialisa (pada meningkat dan sepsis berat sehingga jam 08.00-13.00) diputuskan untuk dilakukan CRRT guna sebagai dialisat juga untuk membuang faktor-faktor sepsis. (http://journal.stikeskendal.ac.id/index.ph p/Keperawatan) Diagnosa 5: Resiko infeksi - Suhu terakhir 35.9 derajat Perawat merupakan petugas kesehatan yang Observasi: celcius. Range suhu 35.8-35.9 bersama dengan pasien selama 24 jam, - Memonitor tanda dan derajat celcius, Terdapat luka sehingga perawat memiliki peran penting gejala infeksi lokal dan grade 3 dengan nekrotik dan dalam mencegah dekubitus. Dalam sistemik keras di sakrum, ditutup pencegahan dekubitus perawat melakukan Terapeutik: dengan kassa madu dan perawatan kulit yang meliputi perawatan - Membatasi jumlah fixomul. higiene dan pemberian topikal, pencegahan penjung - Membatasi kunjungan mekanik dan dukungan permukaan yang - Mencuci tangan keluarga ke pasien sesuai meliputi penggunaan tempat tidur, sebelum dan sesudah dengan peraturan RS pemberian posisi dan kasur terapeutik dan kontak dengan pasien - Melakukan hand hygiene 6 edukasi (Perry, 2010). Salah satu cara dan lingkungan pasien langkah di setiap 5 moment pencegahan dekubitus pada pasien stroke - Mempertahaankan - Mempertahankaan tekhnik adalah dengan pemberian terapi tekhnik aseptik pada aseptik selama melakukan nonfarmakologis.Penanganan secara pasien beresiko tinggi tindakan. nonfarmakologis sangat diminati oleh - Mengubah posisi pasien - Melakukan mika miki tiap 2 masyarakat karena sangat mudah untuk tiap 2 jam (mika miki) jam pada pasien dipraktekkan dan tidak mengeluarkan biaya yang terlalu banyak. Penanganan nonfarmakologis juga tidak memiliki efek samping yang berbahaya tidak seperti penanganan farmakologis, sehingga masyarakat lebih menyukai penanganan nonfarmakologis (Ramadi, 2012). Minyak zaitun merupakan salah satu produk herbal yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional untuk waktu yang lama, minyak ini berkhasiat dalam memperbaiki kondisi kulit (Abbas et al., 2015). Diagnosa 6: Resiko jatuh - Kesadaran Somnolen, GCS Keselamatan pasien merupakan hak Observasi: E2M3Vtt, Pupil isokor +2/+2, pasien berhak memperoleh keamanan - Mengidentifikasi faktor Kekuatan otot atas 1111/1111, dan keselamatan dirinya selama dalam resiko jatuh (seperti bawah 1111/1111. BPS 3/12. perawatan di rumah sakit. Kemenkes penurunan tingkat - Skor MFS 75 (Risiko Tinggi (2009), Sesuai dengan UU tentang kesadaran, gangguan Jatuh). kesehatan pasal 53 (3) UU No. 36/2009 keseimbangan, - Memastikan roda tempat menyatakan bahwa pelaksanaan pelayanan gangguan penglihatan) tidur terkunci selama shift kesehatan harus mendahulukan nyawa - Mengidentifikasi resiko pagi. pasien. Keselamatan pasien telah menjadi jatuh setiap shift - Memasang handraill tempat prioritas untuk layanan kesehatan di - Teraupetik: tidur sisi kiri dan kanan pasien seluruh dunia (Suparna, 2015).Dalam - Memastikan roda setelah melakukan tindakan. buku “Preventing Fall In Hospital, A tempat tidur dalam Toolkit For Improving Quality Of Care” kondisi terkunci (2013) mengemukakan di Inggris sekitar - Memasang handrail 152.000 jatuh dilaporkan dirumah sakit akut tempat tidur setiap tahun, dengan lebih dari 26.000 dilaporkan dari unit kesehatan mental dan 28.000 dari rumah sakit masyarakat (Lombogia dkk., 2016). Di indonesia dilaporkan bahwa kejadian pasien jatuh di Indonesia memperlihatkan bahwa kejadian pasien jatuh termasuk kedalam tiga besar insiden rumah sakit dan menduduki tingkat kedua setelah medicine error data dari laporan tersebut memperlihatkan bahwa kejadian pasien jatuh tercatat sebanyak 34 kasus atau setara 14% insiden jatuh di Rumah Sakit di Indonesia. hal ini masih jauh dari standar Joint commission international(JCI) yang menyatakan bahwa untuk kejadian jatuh pasien diharapkan tidak terjadi dirumah sakit (Nur & Santoso, 2017). 2. Kamis/ 27 Diagnosa 1: Gangguan - Sejak pukul 16.00-saat ini: oktober penyapihan ventilator on ventilator mode SPONTAN
2022 Observasi: PEEP 5, PS 6, Trigger -2.0,
- Memonitor prediktor FiO2 40%. Menghasilkan (jam kemampuan untuk Minute Volume 4.9-6.7 L/min. 14.00- mentolerir penyapihan Exp Tidal Volume 672-872 20.00) (mis. Tingkat mL. Range P-peak 10-11 kemampuan bernapas, cmH2O, EtCO2 Tidak kapasitas vital, vd/vt, Terbaca. MVV,kekuatan - Pengembangan dada simetris, inspirasi, FEV1,tekanan WOB : tidak ada pengunaan inspirasi negatif) otot bantu napas, RR terakhir - Memonitor tanda-tanda 8x/menit kelelahan otot - Urine 3 jam terakhir 25 mL mendadak napas cepat - Posisi pasien dengan semi dan dangkal, hipoksia fowler jaringan saat - Melakukan suctioning kurang penyapihan dari 15 detik di trakeostomi - Memonitor status cairan dan oral. dan elektrolit saat - Melakukan fisioterapi dada penyapihan pasien setelah di mandikan Terapeutik: - Memposisikan pasien semi fowler (30-45 derajat) - Melakukan pengisapan jalan napas, bila perlu - Memberikan fisioterapi dada, bila perlu Diagnosa 2: Bersihan jalan - Pengembangan dada simetris, napas tidak efektif WOB : tidak ada pengunaan Observasi: otot bantu napas, RR terakhir - Memonitor pola napas 8x/menit (frekuensi, kedalaman, - Suction TT: Saat di saction usaha napas) warnanya putih, konsentrasi - Memonitor sputum kental, produksi sedang. Oral: (jumlah, warna, aroma) Saat di saction terdapat saliva, Terapeutik: konsentrasi kental, produksi - Memposisikan pasien banyak. semi-fowler - Pososi pasien semi fowler - Melakukan fisioterapi - Melakukan fisioterapi dada dada saat setelah pasien di - Melakukan penghisapan mandikan lendir kurang dari 15 - Melakukan suctioning kurang detik dari 15 detik - Melakukan - Melakukan hiperoksigenasi hiperoksigenasi sebelum melakukan suction ke sebelum penghisapan pasien endotrakeal Diagnosa 3: Ketidakstabilan - Didapatkan hasil GDS: glukosa darah - Pukul 05.00 = Observasi: 177mg/dL - Memonitor kadar - Pukul 13.00 = 186 glukosa darah mg/dL - Memonitor intake dan - Intake/12 jam = 817.3 mL output cairan Output/12 jam = 145 mL Terapeutik: (Urine 3 jam terakhir 25 ml. - Memberikan asupan Residu NGT 3 jam terakhir cairan oral (via NGT 30cc bening. BAB 1x tanggal dan nutrisi parentalan) 26/10/22 pukul 16.00 WIB Kolaborasi: warna kecoklatan, konsistensi - Kolaborasi pemberian cair berlendir, banyak). insulin Balance/12 jam = +672.3 mL Diuresis/12 jam = 0.16 mL/KgBB/jam - pemberiaan asupan nutrisi via NGT 30 mL/jam - pemberian insulin - Pukul 05.00 = 177mg/dL dengan RI 0,5 unit/Jam - Pukul 13.00 = 186 mg/dL dengan insulin RI 0,5 unit/jam Diagnosa 4: Resiko perfusi - NIBP terakhir 119/58 (84) renal tidak efektif mmHg, HR terakhir 79 Observasi: x/menit, frekuensi nadi teraba - Memonitor status kuat dan teratur. kardiopulmonal - Intake/12 jam = 817.3 mL (frekuensi dan kekuatan Output/12 jam = 145 mL nadi, frekuensi napas, (Urine 3 jam terakhir 25 ml. TD, MAP) Residu NGT 3 jam terakhir - Memonitor status cairan 30cc bening. BAB 1x tanggal (masukkan dan 25/10/22 pukul 16.00 WIB haluaran, turgor kulit, warna kecoklatan, konsistensi CRT) cair berlendir, banyak). - Monitor tingkat Balance/12 jam = +672.3 mL kesadaran respon pupil Diuresis/12 jam = 0.16 Terapeutik: mL/KgBB/jam, CRT < 2 - Memberikan oksigen detik, Turgor kulit kembali untuk mempertahankan lambat saturasi oksigen>94% - Kesadaran samnolen, GCS E2M3Vtt, Pupil isokor +2/+2 - Sejak pukul 16.00-saat ini: on ventilator mode SPONTAN PEEP 5, PS 6, Trigger -2.0, FiO2 40%. Menghasilkan Minute Volume 4.9-6.7 L/min. Exp Tidal Volume 672-872 mL. Range P-peak 10-11 cmH2O, EtCO2 Tidak Terbaca. Selang seling SBT 8 lpm tiap 6 jam , SPO2 100% Konstan. Diagnosa 5: Resiko infeksi - Suhu terakhir 36.3 derajat Observasi: celcius. Suhu konstan 36.3 - Memonitor tanda dan derajat celcius, Terdapat luka gejala infeksi lokal dan grade 3 dengan nekrotik dan sistemik keras di sakrum, ditutup Terapeutik: dengan kassa madu dan - Membatasi jumlah fixomul. penjung - Membatasi kunjungan - Mencuci tangan keluarga ke pasien sesuai sebelum dan sesudah dengan peraturan RS kontak dengan pasien - Melakukan hand hygiene 6 dan lingkungan pasien langkah di setiap 5 moment - Mempertahaankan - Mempertahankaan tekhnik tekhnik aseptik pada aseptik selama melakukan pasien beresiko tinggi tindakan. - Mengubah posisi pasien - Melakukan mika miki tiap 2 tiap 2 jam (mika miki) jam pada pasien Diagnosa 6: Resiko jatuh - Kesadaran Somnolen, GCS Observasi: E2M3Vtt, Pupil isokor +2/+2, - Mengidentifikasi faktor Kekuatan otot atas 1111/1111, resiko jatuh (seperti bawah 1111/1111. BPS 3/12. penurunan tingkat - Skor MFS 75 (Risiko Tinggi kesadaran, gangguan Jatuh). keseimbangan, - Memastikan roda tempat gangguan penglihatan) tidur terkunci selama shift - Mengidentifikasi resiko pagi. jatuh setiap shift - Memasang handraill tempat - Teraupetik: tidur sisi kiri dan kanan pasien - Memastikan roda setelah melakukan tindakan. tempat tidur dalam kondisi terkunci - Memasang handrail tempat tidur 3 Jumat/28 Diagnosa 1: Gangguan - NIBP terakhir 170/82 (118) oktober penyapihan ventilator mmHg. Range sistolik 151-
2022 Observasi: 170 mmHg, range diastolik 72-
- Memeriksa kemampuan 83 mmHg. Range MAP 104- untuk di sapih (meliputi 118 mmHg. HR 86x/menit, hemodinamik range HR 81-87x/menit. Nadi stabil,kondisi periferr teraba kuat dan teratur. optimal,bebas infeksi) CRT>2 dtk - Memonitor prediktor - pasien on SBT 8 Lpm selama kemampuan untuk 10-12 jam selang seling mentolerir penyapihan dengan PS 6. (mis. Tingkat - Pengembangan dada simetris, kemampuan bernapas, WOB : tidak ada pengunaan kapasitas vital, vd/vt, otot bantu napas, RR terakhir MVV,kekuatan 13x/menit inspirasi, FEV1,tekanan - Urine 3 jam terakhir 100 mL inspirasi negatif) - Posisi pasien dengan semi - Memonitor tanda-tanda fowler kelelahan otot - Melakukan suctioning kurang mendadak napas cepat dari 15 detik di trakeostomi dan dangkal, hipoksia dan oral. jaringan saat - Melakukan fisioterapi dada penyapihan pasien setelah di mandikan - Memonitor status cairan dan elektrolit saat penyapihan Terapeutik: - Memposisikan pasien semi fowler (30-45 derajat) - Melakukan pengisapan jalan napas, bila perlu - Memberikan fisioterapi dada, bila perlu Diagnosa 2: Bersihan jalan - Pengembangan dada simetris, napas tidak efektif WOB : tidak ada pengunaan Observasi: otot bantu napas, RR terakhir - Memonitor pola napas 13x/menit (frekuensi, kedalaman, - Suction TT: Saat di saction usaha napas) kuning, konsentrasi kental, - Memonitor sputum produksi sedang. Oral: Saat di (jumlah, warna, aroma) saction terdapat saliva, Terapeutik: konsentrasi kental, produksi - Memposisikan pasien banyak. semi-fowler - Pososi pasien semi fowler - Melakukan fisioterapi - Melakukan fisioterapi dada dada saat setelah pasien di - Melakukan penghisapan mandikan lendir kurang dari 15 - Melakukan suctioning kurang detik dari 15 detik - Melakukan - Melakukan hiperoksigenasi hiperoksigenasi sebelum melakukan suction ke sebelum penghisapan pasien endotrakeal Diagnosa 3: Ketidakstabilan - Didapatkan hasil GDS: glukosa darah - Pukul 05.00 = Observasi: 155mg/dL - Memonitor kadar - Pukul 13.00 = glukosa darah 150mg/dL - Memonitor intake dan - Intake/12 jam = 476.1 mL output cairan Output/12 jam = 210 mL Terapeutik: (Urine 3 jam terakhir 100 ml. - Memberikan asupan Residu NGT 3 jam terakhir cairan oral (via NGT tidak ada. BAB 1x tanggal dan nutrisi parentalan) 26/10/22 pukul 16.00 WIB Kolaborasi: warna kecoklatan, konsistensi - Kolaborasi pemberian cair berlendir, banyak). insulin Balance/12 jam = +138.4 mL Diuresis/12 jam = 0.13 mL/KgBB/jam - pemberiaan asupan nutrisi via NGT 30 mL/jam - pemberian insulin - Pukul 05.00 = 155mg/dL dengan insulin R1 0,5 uniit/jam - Pukul 13.00 = 150mg/dL dengan insulin RI 0,5 unit/jam
Diagnosa 4: Resiko perfusi - NIBP terakhir 170/82 (118)
renal tidak efektif mmHg. Range sistolik 151- Observasi: 170 mmHg, range diastolik 72- - Memonitor status 83 mmHg. Range MAP 104- kardiopulmonal 118 mmHg. HR 86x/menit, (frekuensi dan kekuatan range HR 81-87x/menit. Nadi nadi, frekuensi napas, periferr teraba kuat dan teratur. TD, MAP) Turgor kulit kembali lambat - Memonitor status cairan - Kesadaran samnolen, GCS (masukkan dan E2M3Vtt, Pupil isokor +2/+2 haluaran, turgor kulit, - Pasien on SBT 8 Lpm selama CRT) 10-12 jam selang seling - Monitor tingkat dengan PS 6. kesadaran respon pupil Terapeutik: - Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen>94% Diagnosa 5: Resiko infeksi - Suhu terakhir 36.8 derajat Observasi: celcius. Suhu 36.8-37.2 derajat - Memonitor tanda dan celcius, Terdapat luka grade 3 gejala infeksi lokal dan dengan nekrotik dan keras di sistemik sakrum, ditutup dengan kassa Terapeutik: madu dan fixomul. - Membatasi jumlah - Membatasi kunjungan penjung keluarga ke pasien sesuai - Mencuci tangan dengan peraturan RS sebelum dan sesudah - Melakukan hand hygiene 6 kontak dengan pasien langkah di setiap 5 moment dan lingkungan pasien - Mempertahankaan tekhnik - Mempertahaankan aseptik selama melakukan tekhnik aseptik pada tindakan. pasien beresiko tinggi - Melakukan mika miki tiap 2 - Mengubah posisi pasien jam pada pasien tiap 2 jam (mika miki) Diagnosa 6: Resiko jatuh - Kesadaran Somnolen, GCS Observasi: E2M3Vtt, Pupil isokor +2/+2, - Mengidentifikasi faktor Kekuatan otot atas 1111/1111, resiko jatuh (seperti bawah 1111/1111. BPS 3/12. penurunan tingkat - Skor MFS 75 (Risiko Tinggi kesadaran, gangguan Jatuh). keseimbangan, - Memastikan roda tempat gangguan penglihatan) tidur terkunci selama shift - Mengidentifikasi resiko pagi. jatuh setiap shift - Memasang handraill tempat - Teraupetik: tidur sisi kiri dan kanan pasien - Memastikan roda setelah melakukan tindakan. tempat tidur dalam kondisi terkunci - Memasang handrail tempat tidur E. EVALUASI
NO DIAGNOSA HARI/TGL EVALUASI TTD
Gangguan Rabu/ 26 Subjektif: Tidak dapat di kaji, terpasang TT penyapihan oktober 2022 Objektif: ventilator - NIBP terakhir 144/78 (106) mmHg. Range Sistolik 121-155 mmHg. Range Diastolik 61-83 D.0002 mmHg, Range MAP 85-106 mmHg, HR terakhir 107 x/menit, Range HR 98-107 x/menit, CRT < 2 detik. - Sejak pukul 07.00 – 09.00 pasien ventilator mode SPONTAN PEEP 5, PS 6, Trigger 2.0, FiO2 40%. Menghasilkan Minute Volume 10.7-12.4 L/min. Exp Tidal Volume 1341-1444 mL. Range P-peak 9-16 cmH2O, EtCO2 2.1-2.8 kPa. - Pengembangan dada simetris, WOB : tidak ada pengunaan otot bantu napas, RR terakhir 9 x/menit - Urine 3 jam terakhir 100 Ml - Posisi pasien dengan semi fowler - Sejak pukul 10.00-13.00 on SBT 8 L/Menit. Analisa: Masalah penyapihan ventiliator belum teratasi Planing: lanjutkan intervensi - Periksa kemampuan untuk di sapih (meliputi hemodinamik stabil,kondisi optimal,bebas infeksi) - Monitor prediktor kemampuan untuk mentolerir penyapihan (mis. Tingkat kemampuan bernapas, kapasitas vital, vd/vt, MVV,kekuatan inspirasi, FEV1,tekanan inspirasi negatif) - Monitor tanda-tanda kelelahan otot mendadak napas cepat dan dangka, hipoksia jaringan saat penyapihan - Monitor status cairan dan elektrolit saat penyapihan - Posisikan pasien semi fowler (30-45 derajat) - Lakukan pengisapan jalan napas, bila perlu - Berikan fisioterapi dada, bila perlu - Lakukan uji coba penyapihan (30-120 menit) dengan napas spontan yang dibantu ventilator - Kolaborasi pemberian obat yang meningkatkan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas Bersihan jalan Subjektif: Tidak dapat di kaji, terpasang TT napas tidak Objektif: efektif. D.0001 - Pengembangan dada simetris, WOB : tidak ada pengunaan otot bantu napas, RR terakhir 9 x/menit - Suction TT: Saat di saction warnanya kekuningan putih, konsentrasi kental, produksi banyak. Oral: Saat di saction terdapat saliva, konsentrasi cair kental, produksi sangat banyak. - Pososi pasien semi fowler - Melakukan suctioning kurang dari 15 detik - Melakukan hiperoksigenasi sebelum melakukan suction ke pasien Analisa: Masalah bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi Planing: lanjutkan intervensi - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) - Monitor bunyi napas tambahan (mis: gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering) - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) - Posisikan semi-fowler atau fowler - Lakukan fisioterapi dada - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 dertik - Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal. - Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik Ketidakstabilan Subjektif: Tidak dapat di kaji, terpasang TT Kadar Glukosa Objektif: Darah. D0027 - Didapatkan hasil GDS: - Pukul 05.00 = 123 mg/dL - Pukul 09.00 = 126 mg/dL - Pukul 13.00 = 111 mg/dL - Intake/06 jam = 405.4 Ml Output/06 jam = 200 mL (Urine 3 jam terakhir 100 ml. Residu NGT 3 jam terakhir tidak ada, total residu NGT 470 cc. BAB 1x tanggal 25/10/22 pukul 16.00 WIB konsistensi kental, warna kecoklatan, sedikit). Balance/06 jam = +205.4 mL Diuresis/06 jam = 0.44 mL/KgBB/jam - pemberiaan asupan nutrisi via NGT 30 mL/jam - pemberian insulin - Pukul 09.00 = 126 mg/dL, RI 0.5 unit/jam Hold Pukul 13.00 = 111 mg/dL dengan RI 0.5 unit/jam Hold
Analisis: masalah ketikstabilan gula daraah belum teratasi
Planing: lanjutkan intervensi - Monitor kadar glukosa darah - Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis: polyuria, polidipsi, polifagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala) - Monitor intake dan output cairan - Monitor keton urin, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik, dan frekuensi nadi - Berikan asupan cairan oral (via NGT dan nutrisi parentalan) - Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk - Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik - Kolaborasi pemberian insulin - Rujuk ke ahli gizi dan sertakan keluarga Resiko perfusi Subjektif: tidak dapat dikaji, pasien terpasang TT renal tidak Objektif: efektif. D0016 - NIBP terakhir 144/78 (106) mmHg, HR terakhir 107 x/menit, frekuensi nadi teraba kuat dan teratur. -- Intake/06 jam = 405.4 Ml Output/06 jam = 200 mL (Urine 3 jam terakhir 100 ml. Residu NGT 3 jam terakhir tidak ada, total residu NGT 470 cc. BAB 1x tanggal 25/10/22 pukul 16.00 WIB konsistensi kental, warna kecoklatan, sedikit). Balance/06 jam = +205.4 mL Diuresis/06 jam = 0.44 mL/KgBB/jam, CRT < 2 detik, Turgor kulit kembali lambat - Kesadaran samnolen, GCS E2M3Vtt, Pupil isokor +2/+2 - SBT 8 L/menit dan saturasi konstan 100% - Kolabosari pemberian transfusi (oleh petugas HD) – Kolaborasi hemodialisa (pada jam 08.00-13.00) Analisis: masalah ketikstabilan gula daraah belum teratasi Planing: lanjutkan intervensi - Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP) - Monitor status oksigen (oksimetri nadi, AGD) - Monitor status cairan (masukkan dan haluaran, turgor kulit, CRT) - Monitor tingkat kesadaran respon pupil - Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen - Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu - Kolaborasi pemberian obat anti inflamasi, jika perlu - Kolaborasi hemodialisa
Resiko infeksi. Subjektif: tidak dapat dikaji, pasien terpasang TT
0142 Objektif: Suhu terakhir 35.9 derajat celcius. Range suhu 35.8-35.9 derajat celcius, Terdapat luka grade 3 dengan nekrotik dan keras di sakrum, ditutup dengan kassa madu dan fixomul. - Membatasi kunjungan keluarga ke pasien sesuai dengan peraturan RS - Melakukan hand hygiene 6 langkah di setiap 5 moment - Mempertahankaan tekhnik aseptik selama melakukan tindakan. - Melakukan mika miki tiap 2 jam pada pasien Analisis: masalah resiko infeksi belum teratas planing: lanjutkan intervensi - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik - Batasi jumlah penjung - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien - Pertahaankan tekhnik aseptik pada pasien beresiko tinggi Resiko jatuh. Subjektif: pasien tidak dapat dikaji, terpasang TT D.0143 Objektif: Kesadaran Somnolen, GCS E2M3Vtt, Pupil isokor +2/+2, Kekuatan otot atas 1111/1111, bawah 1111/1111. BPS 3/12. - Skor MFS 75 (Risiko Tinggi Jatuh). - Memastikan roda tempat tidur terkunci selama shift pagi. - Memasang handraill tempat tidur sisi kiri dan kanan pasien setelah melakukan tindakan. Analisis: masalah resiko jatuh belum teratasi Planing: lanjutkan intervensi - Identifikasi faktor resiko jatuh (seperti penurunan tingkat kesadaran, hipotensi ortostatik, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan) - Identifikasi resiko jatuh setidaknya setiap shift atau sesuai kebijakan institusi. - Pastikan roda tempat tidur dalam kondisi terkunci - Pasang handrail tempat tidur
NO DIAGNOSA HARI/TGL EVALUASI TTD
Gangguan Kamis/ 27 Subjektif: Tidak dapat di kaji, terpasang TT penyapihan oktober 2022 Objektif: ventilator - Sejak pukul 16.00-saat ini: on ventilator mode SPONTAN PEEP 5, PS 6, Trigger -2.0, FiO2 40%. D.0002 Menghasilkan Minute Volume 4.9-6.7 L/min. Exp Tidal Volume 672-872 mL. Range P-peak 10-11 cmH2O, EtCO2 Tidak Terbaca. - Pengembangan dada simetris, WOB : tidak ada pengunaan otot bantu napas, RR terakhir 8x/menit - Urine 3 jam terakhir 25 mL - Posisi pasien dengan semi fowler - Melakukan suctioning kurang dari 15 detik di trakeostomi dan oral. - Melakukan fisioterapi dada pasien setelah di mandikan Analisa: Masalah penyapihan ventiliator belum teratasi Planing: lanjutkan intervensi - Monitor prediktor kemampuan untuk mentolerir penyapihan (mis. Tingkat kemampuan bernapas, kapasitas vital, vd/vt, MVV,kekuatan inspirasi, FEV1,tekanan inspirasi negatif) - Monitor tanda-tanda kelelahan otot mendadak napas cepat dan dangka, hipoksia jaringan saat penyapihan - Monitor status cairan dan elektrolit saat penyapihan - Posisikan pasien semi fowler (30-45 derajat) - Lakukan pengisapan jalan napas, bila perlu - Berikan fisioterapi dada, bila perlu - Lakukan uji coba penyapihan (30-120 menit) dengan napas spontan yang dibantu ventilator Bersihan jalan Subjektif: Tidak dapat di kaji, terpasang TT napas tidak Objektif: efektif. D.0001 - Pengembangan dada simetris, WOB : tidak ada pengunaan otot bantu napas, RR terakhir 8x/menit - Suction TT: Saat di saction warnanya putih, konsentrasi kental, produksi sedang. Oral: Saat di saction terdapat saliva, konsentrasi kental, produksi banyak. - Pososi pasien semi fowler - Melakukan fisioterapi dada saat setelah pasien di mandikan - Melakukan suctioning kurang dari 15 detik - Melakukan hiperoksigenasi sebelum melakukan suction ke pasien Analisa: Masalah bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi Planing: lanjutkan intervensi - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) - Monitor bunyi napas tambahan (mis: gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering) - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) - Posisikan semi-fowler atau fowler - Lakukan fisioterapi dada - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 dertik - Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal. - Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik Ketidakstabilan Subjektif: Tidak dapat di kaji, terpasang TT Kadar Glukosa Objektif: Darah. D0027 - -Didapatkan hasil GDS: - Pukul 05.00 = 177mg/dL - Pukul 13.00 = 186 mg/dL - Intake/12 jam = 817.3 mL Output/12 jam = 145 mL (Urine 3 jam terakhir 25 ml. Residu NGT 3 jam terakhir 30cc bening. BAB 1x tanggal 26/10/22 pukul 16.00 WIB warna kecoklatan, konsistensi cair berlendir, banyak). Balance/12 jam = +672.3 mL Diuresis/12 jam = 0.16 mL/KgBB/jam - pemberiaan asupan nutrisi via NGT 30 mL/jam - pemberian insulin - Pukul 05.00 = 177mg/dL dengan RI 0,5 unit/Jam - Pukul 13.00 = 186 mg/dL dengan insulin RI 0,5 unit/jam Analisis: masalah ketikstabilan gula daraah belum teratasi Planing: lanjutkan intervensi - Monitor kadar glukosa darah - Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis: polyuria, polidipsi, polifagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala) - Monitor intake dan output cairan - Monitor keton urin, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik, dan frekuensi nadi - Berikan asupan cairan oral (via NGT dan nutrisi parentalan) - Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk - Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik - Kolaborasi pemberian insulin - Rujuk ke ahli gizi dan sertakan keluarga Resiko perfusi Subjektif: tidak dapat dikaji, pasien terpasang TT renal tidak Objektif: efektif. D0016 - NIBP terakhir 119/58 (84) mmHg, HR terakhir 79 x/menit, frekuensi nadi teraba kuat dan teratur. - Intake/12 jam = 817.3 mL Output/12 jam = 145 mL (Urine 3 jam terakhir 25 ml. Residu NGT 3 jam terakhir 30cc bening. BAB 1x tanggal 25/10/22 pukul 16.00 WIB warna kecoklatan, konsistensi cair berlendir, banyak). Balance/12 jam = +672.3 mL Diuresis/12 jam = 0.16 mL/KgBB/jam, CRT < 2 detik, Turgor kulit kembali lambat - Kesadaran samnolen, GCS E2M3Vtt, Pupil isokor +2/+2 - Sejak pukul 16.00-saat ini: on ventilator mode SPONTAN PEEP 5, PS 6, Trigger -2.0, FiO2 40%. Menghasilkan Minute Volume 4.9-6.7 L/min. Exp Tidal Volume 672-872 mL. Range P-peak 10-11 cmH2O, EtCO2 Tidak Terbaca. Selang seling SBT 8 lpm tiap 6 jam , SPO2 100% Konstan. Analisis: masalah ketikstabilan gula daraah belum teratasi Planing: lanjutkan intervensi - Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP) - Monitor status oksigen (oksimetri nadi, AGD) - Monitor status cairan (masukkan dan haluaran, turgor kulit, CRT) - Monitor tingkat kesadaran respon pupil - Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen - Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu - Kolaborasi pemberian obat anti inflamasi, jika perlu - Kolaborasi hemodialisa
Resiko infeksi. Subjektif: tidak dapat dikaji, pasien terpasang TT
0142 Objektif: - Suhu terakhir 36.3 derajat celcius. Suhu konstan 36.3 derajat celcius, Terdapat luka grade 3 dengan nekrotik dan keras di sakrum, ditutup dengan kassa madu dan fixomul. - Membatasi kunjungan keluarga ke pasien sesuai dengan peraturan RS - Melakukan hand hygiene 6 langkah di setiap 5 moment - Mempertahankaan tekhnik aseptik selama melakukan tindakan. - Melakukan mika miki tiap 2 jam pada pasien Analisis: masalah resiko infeksi belum teratas planing: lanjutkan intervensi - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik - Batasi jumlah penjung - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien - Pertahaankan tekhnik aseptik pada pasien beresiko tinggi Resiko jatuh. Subjektif: pasien tidak dapat dikaji, terpasang TT D.0143 Objektif: - Kesadaran Somnolen, GCS E2M3Vtt, Pupil isokor +2/+2, Kekuatan otot atas 1111/1111, bawah 1111/1111. BPS 3/12. - Skor MFS 75 (Risiko Tinggi Jatuh). - Memastikan roda tempat tidur terkunci selama shift pagi. - Memasang handraill tempat tidur sisi kiri dan kanan pasien setelah melakukan tindakan. Analisis: masalah resiko jatuh belum teratasi Planing: lanjutkan intervensi - Identifikasi faktor resiko jatuh (seperti penurunan tingkat kesadaran, hipotensi ortostatik, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan) - Identifikasi resiko jatuh setidaknya setiap shift atau sesuai kebijakan institusi. - Pastikan roda tempat tidur dalam kondisi terkunci - Pasang handrail tempat tidur NO DIAGNOSA HARI/TGL EVALUASI TTD Gangguan Jumat / 28 Subjektif: Tidak dapat di kaji, terpasang TT penyapihan oktober 2022 Objektif: ventilator - NIBP terakhir 170/82 (118) mmHg. Range sistolik 151-170 mmHg, range diastolik 72-83 mmHg. D.0002 Range MAP 104-118 mmHg. HR 86x/menit, range HR 81-87x/menit. Nadi periferr teraba kuat dan teratur. CRT>2 dtk - pasien on SBT 8 Lpm selama 10-12 jam selang seling dengan PS 6. - Pengembangan dada simetris, WOB : tidak ada pengunaan otot bantu napas, RR terakhir 13x/menit - Urine 3 jam terakhir 100 mL - Posisi pasien dengan semi fowler - Melakukan suctioning kurang dari 15 detik di trakeostomi dan oral. - Melakukan fisioterapi dada pasien setelah di mandikan Analisa: Masalah penyapihan ventiliator belum teratasi Planing: lanjutkan intervensi - Monitor prediktor kemampuan untuk mentolerir penyapihan (mis. Tingkat kemampuan bernapas, kapasitas vital, vd/vt, MVV,kekuatan inspirasi, FEV1,tekanan inspirasi negatif) - Monitor tanda-tanda kelelahan otot mendadak napas cepat dan dangka, hipoksia jaringan saat penyapihan - Monitor status cairan dan elektrolit saat penyapihan - Posisikan pasien semi fowler (30-45 derajat) - Lakukan pengisapan jalan napas, bila perlu - Berikan fisioterapi dada, bila perlu - Lakukan uji coba penyapihan (30-120 menit) dengan napas spontan yang dibantu ventilator Bersihan jalan Subjektif: Tidak dapat di kaji, terpasang TT napas tidak Objektif: efektif. D.0001 - Pengembangan dada simetris, WOB : tidak ada pengunaan otot bantu napas, RR terakhir 13x/menit - Suction TT: Saat di saction kuning, konsentrasi kental, produksi sedang. Oral: Saat di saction terdapat saliva, konsentrasi kental, produksi banyak. - Pososi pasien semi fowler - Melakukan fisioterapi dada saat setelah pasien di mandikan - Melakukan suctioning kurang dari 15 detik - Melakukan hiperoksigenasi sebelum melakukan suction ke pasien Analisa: Masalah bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi Planing: lanjutkan intervensi - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) - Monitor bunyi napas tambahan (mis: gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering) - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) - Posisikan semi-fowler atau fowler - Lakukan fisioterapi dada - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 dertik - Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal. - Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik Ketidakstabilan Subjektif: Tidak dapat di kaji, terpasang TT Kadar Glukosa Objektif: Darah. D0027 - Didapatkan hasil GDS: - Pukul 05.00 = 155mg/dL - Pukul 13.00 = 150mg/dL - Intake/12 jam = 476.1 mL Output/12 jam = 210 mL (Urine 3 jam terakhir 100 ml. Residu NGT 3 jam terakhir tidak ada. BAB 1x tanggal 26/10/22 pukul 16.00 WIB warna kecoklatan, konsistensi cair berlendir, banyak). Balance/12 jam = +138.4 mL Diuresis/12 jam = 0.13 mL/KgBB/jam - pemberiaan asupan nutrisi via NGT 30 mL/jam - pemberian insulin - Pukul 05.00 = 155mg/dL dengan insulin R1 0,5 uniit/jam - Pukul 13.00 = 150mg/dL dengan insulin RI 0,5 unit/jam Analisis: masalah ketikstabilan gula daraah belum teratasi Planing: lanjutkan intervensi - Monitor kadar glukosa darah - Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis: polyuria, polidipsi, polifagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala) - Monitor intake dan output cairan - Monitor keton urin, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik, dan frekuensi nadi - Berikan asupan cairan oral (via NGT dan nutrisi parentalan) - Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk - Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik - Kolaborasi pemberian insulin - Rujuk ke ahli gizi dan sertakan keluarga Resiko perfusi Subjektif: tidak dapat dikaji, pasien terpasang TT renal tidak Objektif: efektif. D0016 - NIBP terakhir 170/82 (118) mmHg. Range sistolik 151-170 mmHg, range diastolik 72-83 mmHg. Range MAP 104-118 mmHg. HR 86x/menit, range HR 81-87x/menit. Nadi periferr teraba kuat dan teratur. Turgor kulit kembali lambat - Kesadaran samnolen, GCS E2M3Vtt, Pupil isokor +2/+2 - Pasien on SBT 8 Lpm selama 10-12 jam selang seling dengan PS 6. Analisis: masalah ketikstabilan gula daraah belum teratasi Planing: lanjutkan intervensi - Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP) - Monitor status oksigen (oksimetri nadi, AGD) - Monitor status cairan (masukkan dan haluaran, turgor kulit, CRT) - Monitor tingkat kesadaran respon pupil - Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen - Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu - Kolaborasi pemberian obat anti inflamasi, jika perlu - Kolaborasi hemodialisa
Resiko infeksi. Subjektif: tidak dapat dikaji, pasien terpasang TT
0142 Objektif: - Suhu terakhir 36.3 derajat celcius. Suhu konstan 36.3 derajat celcius, Terdapat luka grade 3 dengan nekrotik dan keras di sakrum, ditutup dengan kassa madu dan fixomul. - Membatasi kunjungan keluarga ke pasien sesuai dengan peraturan RS - Melakukan hand hygiene 6 langkah di setiap 5 moment - Mempertahankaan tekhnik aseptik selama melakukan tindakan. - Melakukan mika miki tiap 2 jam pada pasien Analisis: masalah resiko infeksi belum teratas planing: lanjutkan intervensi - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik - Batasi jumlah penjung - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien - Pertahaankan tekhnik aseptik pada pasien beresiko tinggi Resiko jatuh. Subjektif: pasien tidak dapat dikaji, terpasang TT D.0143 Objektif: - Kesadaran Somnolen, GCS E2M3Vtt, Pupil isokor +2/+2, Kekuatan otot atas 1111/1111, bawah 1111/1111. BPS 3/12. - Skor MFS 75 (Risiko Tinggi Jatuh). - Memastikan roda tempat tidur terkunci selama shift pagi. - Memasang handraill tempat tidur sisi kiri dan kanan pasien setelah melakukan tindakan. Analisis: masalah resiko jatuh belum teratasi Planing: lanjutkan intervensi - Identifikasi faktor resiko jatuh (seperti penurunan tingkat kesadaran, hipotensi ortostatik, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan) - Identifikasi resiko jatuh setidaknya setiap shift atau sesuai kebijakan institusi. - Pastikan roda tempat tidur dalam kondisi terkunci - Pasang handrail tempat tidur
F. CLINICAL QUESTION
- Efektifitas Heat Moisture Exchaange (HME)/ humidifikasi pasif dan Heated Humidifier/humidifikasi aktif ?
Suyanto, Edy (2018)
Pengunaan metode heat moisture exchange (HME) pada pasien yang terpasang ventilasi mekanis di ruang ICU RSD dr. Soebandi Jember, merupakan metode humifier pasif dimana proses penghangatan dan pelembaban ventilasi dengan memakai proses inspirasi dan ekspirasi pasien, dan ditempatkan antara potongan Y dan endotrakheal tube atau trachea tube. Heat moisture exchange (HME) beroperasi pasif dengan menyimpan panas dan kelembaban dalam elemen higroskopis dan dihembuskan kembali bersama dorongan udara dari ventilator ke paru-paru pasien. Heat Moisture Exchange disebut juga dengan kondensor higroskopis (Kacmarek R, dkk: 2012). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 15 responden dengan menggunakan heat and moisture humidifier menunjukkan hasil bahwa 14 responden 93,3 % mempunyai nilai frekuensi pernafasan 5 (11-24 x/mnt) dengan kriteria efektif, sedangkan 1 responden 33,7 % mempunyai nilai frekuensi pernafasan 4 ( 25-30 x/mnt) dengan kriteria kurang efektif. Suara pernafasan 10 responden 66,7 % dengan nilai 4 (ronkhi tidak ada) dan 5 responden 33,3 % dengan nilai 3 (ronkhi pada salah satu lapang paru) dengan kriteria efektif. Untuk viskositas sekret 9 responden 60 % mempunyai nilai 3 (bersih) dan 6 responden 40 % mempunyai nilai 2 (encer) dengan kreteria masih efektif. Sedangkan untuk exchange (HME) pola nafas dan saturasi oksigen tidak gangguan, yaitu 100 % efektif. Dari hasil penelitian ini pengunaan metode heat moisture diketahui sebanyak 15 responden (100 %) efektif terhadap bersihan jalan nafas. Pengunaan metode heated humidifier (HH) pada pasien yang terpasang ventilasi mekanis di ruang ICU RSD dr. Soebandi Jember, Pelembab Aktif merupakan alat untuk menampung dan menghangatkan udara dari ventilator di dalam reservoir air panas. Perangkat ini ditempatkan pada inspirasi sirkuit ventilator, udara masuk dari ventilator kedalam tabung (chamber) humidifier , bercampur dengan uap air yang sudah dipanaskan oleh elemen pemanas yang bisa mencapai suhu 25 – 45 derajat Celcius, kemudian mengalir ke pasien melalui tubing inspirasi yang dilengkapi dengan sensor suhu. Temperatur suhu akan secara otomatis menjadi stabil bila tercapai udara yang masuk ke dalam trachea sesuai dengan suhu tubuh pasien (Fisher & Paykel Healthcare, 2013). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 15 responden dengan menggunakan heated humidifier didapatkan bahwa untuk frekuensi pernafasan 15 responden 100 % dengan nilai 5 (11-14 x/mnt), juga dengan pola nafas nilai 4 (eapnea) dan saturasi oksigen niali 4 (96-100 %) menunjukkan ketiga parameter ini hasil yang efektif. Adapun parameter yang mengalami perubahan yaitu suara pernafasan dari 15 responden 8 responden 53,3 % mempunyai nilai 4 (tidak ada ronkhi) dan 7 responden 46,7 % mempunyai nilai 3 (ronkhi pada sisi paru) dengan kriteria kedua parameter ini masih efektif. Sedangkan untuk viskositas secret dari 15 responden 7 responden 46,7 % dengan nilai 3 (bersih) dan 8 responden 53,3 % mempunyai nilai 2 (encer) dengan kriteria masih efektif. Berdasarkan hasil uji statistik metode mann witney didapatkan pengunaan heat moisture humidifier (HME) dengan heated humidifier (HH) p value 0,391 dari nilai α > 0,05 artinya tidak ada pengaruh pengunaan heat moisture humidifier exchange (HME) dan heated humidifier (HH) pada pasien yang terpasang ventilasi mekanis terhadap bersihan jalan nafas di ruang Intensife Care Unit RSD dr. Soebandi Jember. Tetapi mengacu pada rangking uji Mann Witney didapatkan untuk HME mempunyai nilai 16,93 % dari total nilai 254 sedangkan heated humidifier 14,07 % dari total nilai 211. Merujuk hasil diatas peneliti berasumsi bahwa kedua metode humidifikasi ini dalam pemakaian 3 jam pertama efektif digunakan, tetapi HME menunjukkan hasil yang lebih efektif dari heated humidifier dengan selisih 1,68 %. Pengunaan metode heat moisture humidifier (HME) memang bisa menjadi alternatif atau pengganti heated humidifier, dengan kriteria bukan pasien dengan gangguan pernafasan kronis dan oedema paru akut (ALO). Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang efektifitas heat moisture exchange (HME) dan heated humidifier (HH) pada pasien ventilasi mekanis di ruang Intensive Care Unit RSD dr. soebandi Jember dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Pengunaan heat moisture exchange (HME) di ruang Intensive Care Unit selama 3 jam pemasangan ventilasi mekanis efektif. 2) Pengunaan heated humidifier (HH) di ruang Intensive Care Unit selama 3 jam pemasangan ventilasi mekanis efektif. 3) Penggunaan heat moisture exchange (HME) dan heated humidifier (HH) pada pasien terpasang ventilasi mekanis selama 3 jam di ruang Intensive Care Unit RSD dr. Soebandi efektif.